You are on page 1of 8

Jurnal Georafflesia

Artikel ilmiah Pendidikan Geografi

Penerapan Disaster Tourism Sebagai Upaya Meningkatkan Kesiapsiagaan Wilayah


Pesisir Pantai Gunungkidul Tahun 2019

Hayatun Nupus1*, Fatimah Rizki Wulandari1, Dizy Hana Tri Cahyani 1, Danick Wahyu Peratiwi1
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Jl.A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura, Surakarta, 57102, Indonesia;
*
Coresponding author. e-mail: a610160011@student.ums.ac.id, a610160002@student.ums.ac.id,
a610160013@student.ums.ac.id, a610160028@student.ums.ac.id,

Abstract
Yogyajarta has a popularity as a tourist area but it is also a disaster-prone area. Strong
winds hit several villages and districts in Gunungkidul. The strong wind was caused by
extreme weather. Another impact apart from the damage to people's homes is the existence of
tidal waves that can threaten people who are on the coast. One effort to increase capacity
and reduce people's vulnerability to disasters can be done by developing a Disaster Tourism
program. The term disaster tourism (disaster tourism) is closely related to thanatourism or
dark tourism, namely tourism activities carried out to places where natural disasters have
occurred, victims of war, man-made disasters, death sites and other terrible places that are
considered to have tourism values is unique and has a function as a means of learning from
the past to avoid similar events or disasters in the future. This research uses quantitative
research with cross sectional research design. The results of the study are Drini Beach,
Krakal Beach and Sepanjang Beach that have Regional Preparedness for disasters that can
still be said to be unfavorable and there still needs to be development to be able to complete
the standards of regional preparedness. The people who reside in the area are therefore
vulnerable to disasters.

Abstrak
Yogyajarta memiliki kepopuleran sebagai kawasan wisata namun juga merupakan kawasan
rawan bencana. Angin kencang menerpa beberapa desa dan kecamatan di Gunungkidul.
Angin kencang tersebut diakibatkan karena adanta cuaca ekstrim. Dampak lain selain dari
rusaknya rumah warga yaitu adanya gelombang pasang yang dapat mengancam masyarakat
yang berada dipesisir pantai. Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
mengurangi kerentanan masyarakat terhadap bencana dapat dilakukan dengan
mengembangkan program Disaster Tourism atau pariwisata berbasis bencana. Istilah
pariwisata bencana (disaster tourism) erat kaitannya dengan thanatourism atau dark
tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang dilakukan ke tempat-tempat yang pernah terjadi
bencana alam, korban perang, bencana buatan, situs kematian maupun tempat-tempat
mengerikan lainnya yang dipandang memiliki nilai pariwisata yang unik dan memiliki fungsi
sebagai sarana pembelajaran dari masa lalu untuk menghindari kejadian atau bencana
serupa di masa mendatang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian cross sectional. Hasil dari penelitian yaitu Pantai Drini, Pantai Krakal dan
Pantai Sepanjang memiliki Kesiapsiagaan Wilayah terhadap bencana masih dapat dikatakan
kurang baik dan masih perlu ada pembangunan untuk dapat melengkapi standar dari
kesiapsiagaan wilayah. Masyarakat yang bertempat tinggal pada daerah tersebut maka
rentang terhadap bencana.
Kata Kunci: Kesiapsiagaan; Disaster Tourism; Bencana

1. Pendahuluan gelombang pasang yang dapat mengancam


Yogyajarta memiliki kepopuleran masyarakat yang berada dipesisir pantai.
sebagai kawasan wisata namun juga Gelombang pasang adalah
merupakan kawasan rawan bencana. gelombang air laut yang melebihi batas
Berdasarkan BPBD Kota Yogyakarta normal dan dapat menimbulkan bahaya di
2019, terdapat tujuh risiko bencana laut maupun di darat terutama daerah
diantaranya sebagai berikut: risiko bencana pinggir pantai. Umumnya gelombang
banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung pasang terjadi karena adanya angin
api, cuaca ekstrim, bencana epidemik dan kencang/puting beliung, perubahan cuaca
wabah penyakit, dan bencana multi yang sangat cepat dan karena ada pengaruh
ancaman. dari gravitasi bulan maupun matahari.
Pada Hari Senin 11 Maret 2013 Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-
Kepala Bidang Pencegahan dan 100 Km/jam. Gelombang pasang di laut
Kesiapsiagaan Badan Penggulangan dapat menyebabkan tersapunya daerah
Bencana (BPBD) DIY Heri Siswanto pinggir pantai yang disebut dengan
Menjelaskan kepada Republika di abrasi[ CITATION BNP12 \l 1033 ].
Yogyakarta Potensi angin kencang di Bencana yang dapat terjadi akibat
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari cuaca ekstrim yang lainnya yaitu tanah
meluas. Biasanya, hanya terjadi di wilayah longsor. Bencana Tanah Longsor
Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. merupakan jenis bencana geologi yang
Tetapi, angin kencang meluas hingga ke sering terjadi. Menurut Sutikno (1994)
Kabupaten Bantul dan Kabupaten dalam (Wulandari, et al. 2019)Bencana
Gunungkidul. Selain Itu juga mengatakan, tanah longsor merupakan gerakan massa
potensi angin kencang di DIY cukup tanah dengan proses perpindahan atau
tinggi. Angin kencang bisa berupa angin pergerakan massa tanah dengan arah
puting beliung dan bisa juga angin miring atau vertikal dari kedudukan
horizontal. Akan tetapi, pada musim semula sebagai akibat gaya berat. Longsor
pancaroba potensi angin kencang dapat terjadi jika intensitas curah hujan
horizontal yang biasa terjadi, bukan angin tinggi, kondisi lereng yang miring
puting beliung. Sehingga, hal tersebut hingga terjal, pelapukan tebal, batuan
bersifat lokal [ CITATION Dwi15 \l 1033 ]. dan struktur geologi bervariasi dan
Menurut Peraturan Badan penggunaan lahan yang kurang sesuai
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dengan karakteristik lahannya
(BMKG) No Kep.009 Tahun 2010 Mengingat dari beberapa kejadian
menyatakan bahwa angin kencang adalah dan juga ancaman yang terdapat pada
angin dengan kecepatan di atas dari 25 kawasan gunungkidul maka Salah satu
knots (45 km/jam). upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
Dalam laman Tribun Jogja yang mengurangi kerentanan masyarakat
berjudul “29 Rumah di Gunungkidul terhadap bencana dapat dilakukan dengan
Rusak Akibat Diterjang Hujan Deras yang mengembangkan Disaster Tourism atau
Disertai Angin Kencang” pada 29 pariwisata berbasis bencana.
Desember 2019, diperoleh informasi Pariwisata berbasis bencana
bahwa angin kencang menerpa beberapa merupakan salah satu kegiatan yang
desa dan kecamatan seperti Desa Getas dan signifikan dalam gerakan rekonstruksi
Dengok Kecamatan Playen; Desa Sidorejo, yang dilakukan oleh para korban bencana
Kecamatan Pojong; dan Desa dan wisatawan. Kegiantan ini
Karangtengah, Kecamatan Wonosari. mengindikasikan adanya kemungkinan
Angin kencang tersebut diakibatkan karena kontribusi terhadap sektor industri
adanta cuaca ekstrim. Dampak lain selain pariwisata yang dapat memulihkan dan
dari rusaknya rumah warga yaitu adanya meningkatkan pendapatan ekonomi
pascabencana [ CITATION Zei17 \l 1033 ]
Istilah pariwisata bencana (disaster
tourism) erat kaitannya dengan 2. Metode Penelitian
thanatourism atau dark tourism, yaitu Penelitian ini menggunakan jenis
kegiatan pariwisata yang dilakukan ke penelitian kuantitatif dengan desain
tempat-tempat yang pernah terjadi bencana penelitian cross sectional. Jenis penelitian
alam, korban perang, bencana buatan, situs kuantitatif adalah jenis penelitian yang
kematian maupun tempat-tempat spesifikasinya diantaranya adalah sebagai
mengerikan lainnya yang dipandang jenis penelitian yang berlandaskan pada
memiliki nilai pariwisata yang unik dan filsafat positivism, bisa digunakan untuk
memiliki fungsi sebagai sarana meneliti papulasi atau sampel, teknik
pembelajaran dari masa lalu untuk pengambilan sampel pada umumnya
menghindari kejadian atau bencana serupa dilakukan secara random, pengumpulan
di masa mendatang. Sebuah studi yang data menggunakan instrument penelitian,
dilakukan oleh (Korstanje, et al. 2013), analisis data bersifat kuantitatif/statisti
menyebutkan bahwa bencana dapat dengan tujuan untuk menguji hipotesis
ditransformasikan ke dalam sebuah yang ditetapkan [ CITATION Sug13 \l 1033 ].
mediator simbolis dan produk untuk Cross sectional dapat juga disebeut sebagai
dikonsumsi yang memberikan peningkatan penelitian survei berdasarkan buku
pendapatan dalam pariwisata terutama Creswell (2014) Penelitian survei
pariwisata bencana. memberikan diskripsi kuantitatif atau
Pariwisata bencana didefinisikan numeric tren, sikap atau pendapat dari
sebagai pariwisata yang mana para populasi dengan mempelajari sampel dari
pengunjungnya dapat belajar mengenai populasi itu. Penelitian ini termasuk cross
situasi saat ini di area bencana dan dapat sectional dan longitudinal studi dengan
mendukung ekonomi regional dengan menggunakan kuesioner atau wawancara
membeli barang di pasar daerah tersebut, terstruktur untuk mengumpulkan data
meskipun terkadang tipe pariwisata dengan maksud generalisasi dari sampel ke
bencana tersebut mendapat kritikan dengan populasi. Populasi dari penelitian ini yaitu
menunjukkan tragedi bencana, namun wilayah pesisir gunung kidul namun untuk
pengalaman tersebut memiliki arti memepermudah dalam penelitian peneliti
tersendiri bagi pengunjung. Hal tersebut hanya mengambil beberapa pantai untuk
mengilustrasikan bahwa bencana mampu dijadikan sampel. Sampel adalah bagian
mengungkapkan struktur sosial masyarakat dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
secara alami Miller (2008) dalam Nagai, oleh populasi tersebut sehingga dengan
2012). Tantangan dan peluang yang kata lain sampel merupakan bagian dari
muncul dengan adanya pariwisata bencana populasi yang ada, sehingga dalam
ini adalah penguatan kapasitas dan penentuan sampel harus menggunakan cara
kesadaran masyarakat melalui tertentu hal tersebut memiliki dasar-dasar
pemberdayaan berbasis masyarakat yang di yang harus dipertimbangkan (Sugiyono,
dalamnya terdapat berbagai kegiatan 2011). Terdapat empat pantai yang
penanggulangan bencana seperti mitigasi dijadikan sampel pada penelitian ini
serta edukasi. Meningkatkan kesiapsiagaan diantaranya yaitu sebagai berikut: Pantai
warga terhadap bencana dengan memilihat Drini, Pantai Krakar dan Pantai Sepanjang.
kelengkapan fasilitas yang dapat Sumber data yang digukana peneliti yaitu
mendukung mitigasi bencana merupakan sumber data primer dan sekunder. Sumber
langkah awal yang harus dilakukan dalam data primer yang didapat peneliti yaitu
menerapkan program Disaster Tourism, berupa data hasil observasi dan juga
oleh karna itu penelitian kali ini akan wawancara pada masyarakat pesisir pantai
berfokus kepada kesiapsiaggan wilayah sedangkan untuk data sekunder peneliti
tersebut. mendapat data dari dokumentasi yang
diperlukan. Analisis data yang digunakan
oleh peneliti yaitu analisis deskriptif. memungkinkan untuk belajar dari hal-hal
Analisis deskriptif biasa digunakan untuk yang telah berlalu. Jenis analisis deskriptif
mengolah data kuntitatif. Analisis ini ini biasanya digunakan dalam menyajikan
digunakan untuk melihat performa data di data statistik dan juga excel. Pada
masa lalu untuk dapat diambil kesimpulan penelitian ini peneliti membandingkan
dari hal tersebut. Metode ini kesiapsiagaan dari wilayah tersebut.
mengedepankan deskripsi yang dapat

3. Hasil Dan Pembahasan


Hasil dari data Kesiapsiagaan Wilayah Pesisir Pantai Gunungkidul sebagai berikut:

Tabel : Kesiapsiagaan Wilayah Terhadap Bencana


Klasifikasi S
Pantai Drini Pantai Krakal Pantai Sepanjang
u Kesiapsiagaan m
b Tanda Evakuasi 5 1 1 er
: Bentuk Bangunan 5 5 1
Kondisi Jalur 1 1 1
Kondisi Titik 1 1 1
Peneliti 2019

Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai 1 dari keiapsiagaan wilayah. Dilihat dari data
menyatakan makna “tidak” sedangkan diatas maka ada beberapa pantai yang tidak
nialai 5 menyatakan makna “iya” maka memiliki klasifikasi kesiapsiagaan
berdasarkan data diatas terdapat tiga pantai tersebut, juntuk memepermudah peneliti
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini membaca hasil dari analisis maka dibuatlah
yang mana dari data diatas juga dapat grafik dari data diatas, sebagai berikut:
dilihat bahwa terdapat empat klasifikasi

Grafik Kesiapsiagaan Wilayah Terhadap Bencana Pada Pesisir Pantai Gunungkidul

Kesiapsiagaan Wilayah Terhadap Bencana


6

4
Pantai Drini
3 Pantai Krakal
Pantai Sepanjang
2

0
Tanda Bentuk Kondisi Jalur Kondisi Titik
Evakuasi Bangunan

Sumber : Peneliti 2019


Pantai Drini, Pantai Krakal dan Pantai Pesisir Pantai Gunungkidul dapat
Sepanjang yang berada pada wilayah diketahui untuk tingkat
kesiapsiagaaan wilayah terhadap evakuasi atau tanda peringatan yang
bencana masih dapat dikatakan menghimbau bahwa terdapat
kurang. Berdasarkan persentase diatas ancaman bahaya lainnya, namun
maka dapat dilihat diantara tiga pantai tanda jalur evakuasi ini sudah tidak
diatas hanya ada satu Pantai yang terurus lagi serta arah pada ranbu
memiliki jalur evakuasi yaitu Pantai tersebut tidak menunjukkan jalur
Drini sedangkan untuk dua Pantai evakuasi yang benar.
yang lain belum memiliki tanda jalur

Gambar 1 Jalur Evakuasi

Bentuk bangunan yang maksudnya Hal tersebut dikarenakan posisi bagununan


yaitu penetapan lokasi bagunan serta tinggi yang terlalu dekat dengan pantai serta
bagunan masih dapat dikatakan dalam bagunana rata-rata memiliki tinggi 2 hingga
kategori tidak aman untuk dua Pantai lebih dari 2 lantai, sehingga bangunana
diantaranya Pantai Drini dan Pantai Krakal. tersebut lebih rentan terhadap bencana.

Gambar 2 Bentuk Bangunan

Kondisi jalur evakuasi dari semua Pantai masih benlum memiliki jalur untuk
yang dijadikan sampel pada penelitian ini evakuasi
tidak memiliki jalur evakuasi yang Kondisi titik kumpul diantara semua
memenuhi standar, pada Pantai Drini Pantai yang dijadikan sampel tidak ada
terdapat rambu atau tanda jalur evakuasi satupun pantai yang memilik tanda rambu
namun tanda tersebut tidak memiliki arah untuk titik kumpul, beberapa pantai memiliki
panah yang tepat untuk jalurnya sedangkan tempat yang dapat dijadikan tititk kumpul
untuk Pantai Krakal dan Pantai Sepanjang namun karena adanya peralihan fungsi lahan
sehingga beberapa tempat tersebut dijadikan perluadanya kesiapsiagaan untuk dapat
sebagai tempat spot foto, warung-warung dan mengurangi dampak dari bencana tersebut.
penginapan. Salah satu mitigasi yang digabungkan dalam
Berdasarkan penjelasan diatas maka pariwisata untuk mengurangi dampak
Wilayah Pesisir Pnatai Gunungkidul dapat bencana yaitu program Disaster Tourism.
dikatakan masih kurang dalam hal
kesiapsiagaan terhadap bencana mulai dari 4. PENUTUP
wilayah dan juga masyarakatnya serta Pantai Drini, Pantai Krakal dan Pantai
fasilitas dan sarana untuk keamana dari Sepanjang memiliki Kesiapsiagaan
wisata, yang mana diketahui bahwa Wilayah terhadap bencana masih dapat
Gunungkidul paling dikenal dengan wisata dikatakan kurang baik dan masih perlu ada
pantainya. Terdapat begitu banyak pantai pembangunan untuk dapat melengkapi
yang tersebar di Gunungkidul yang mana hal standar dari kesiapsiagaan wilayah.
tersebut menjadikan Gunungkidul sebagai Masyarakat yang bertempat tinggal pada
tempat yang banyak didatangi oleh daerah tersebut maka rentang terhadap
wisatawan sehingga kerentangan yang terjadi b[ CITATION Nor12 \l 1033 ]encana. Melihat
di wilayah Gunung kidul cukup tinggi, oleh bahwa daerah pesisir memiliki risiko
sebeb itu perlu adanya mitigasi untuk dapat bahaya yang cukup tinggi dan banyak
meningkatkan kesiapsiagaan wilayah dan maka perlu adanya upaya dalam
juga masyarakat terhadap bencana, yang meningkatkan kesiapsiagaan wilayah dan
mana bencana dapat datang secara tiba-tida masyarakt. Saran yang dapat diberikan
dan dimana saja. peneliti adalah untuk dapat menerapkan
Berdasarkan data lapangan banyak program baru dalam mitigasi bencana yang
lahan-lahan yang dialih fungsikan untuk dikelaborasikan dengan pariwisata yaitu
dapat mengembangkan wisata di program Disaster Tourism yang bertujuan
Gunungkidul terutama wisata pantai. untuk meningkatkan kesiapsiagaan wilayah
Pembangunan tersebut dilakukan untuk dan masyarakat.
mempromosikan pantai Gunungkidul kearah
Internasional. Namun pembangunan tersebut
lebih kearah pariwisata yang berdasarkan
pada 6 (A) dalam pengembangan pariwisata
yaitu attractions, accessibility, amenities,
available packages, activities, and ancillary
services.
Pembangunan yang dilalukan
berdasarkan pada 6 (A) pariwisata bertujuan
untuk meningkatkan sektor pariwisa dan juga
perkonomian dari masyarakat setempat.
Namun beberapa peneliti yang meneliti
tentang pariwisata banyak yang memberikan
pendapat penting untuk mengembangkan
wisata sesuai pada 6 (A) pada pariwisata
tersebut. Tetapi pengembangan sektor
pariwisa tidak hanya dapat dilihat dari 6 (A)
itu saja namaun juga harus melihat dari sisi
risiko ancaman bencana yang dapat
merugikan sektor tersebut oleh sebab itu
maka banyak peneliti yang tertarik dan
menyarankan program Disaster Tourism
untuk dikembangkan pada wilayah rawan
bencana. Sehingga, melihat bahwa Indonesia
memiliki julukan ring of fire maka
5. Daftar Pustaka
BNPB. (2012). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana . Badan
Nasional Penanggulanan Bencana Edisi 2012.
Creswell, J. W. (2014). Research Desigh Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches . SAGE.
DAERAH, B. P. (2019). BPBD Kota Yogyakarta. Retrieved from BPBD Kota Yogyakarta:
https://bpbd.jogjakota.go.id/page/index/peta-risiko-bencana
Maharani Retno Wulandari, A. r. (2019). Analisis Perbandingan Tingkat Pengetahuan
Peringatan Dini Disekolah Muhammadiyah Di Kabupaten Karanganyar. Jurnal
Georafflesia.
Maximiliano E. Korstanje, R. R. (2013). Risk and Safety Challenges for Religius Tourism and
Events. India: CABI.
Muktaf, Z. M. (2017). Wisata Bencana: Sebuah Studi Kasus Lava Tour Gunung Merapai.
Jurnal Pariwisata.
Nagai, N. (2012). the Role of Tourism in Post-Disaster Period of Great East Japan
Earthquake. A Research Paper of International Institute of Social Studies. The Hague,
the Netherlands: Institute of Social Studies.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Widodo, D. S. (2015). Analisis Statistika Terhadap Penyebab Angin Kencang Dan Puting
Beliung Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2014. Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana , 65-85.

You might also like