You are on page 1of 9

PENGEMBALIAN KEUANGAN NEGARA HASIL

TINDAK PIDANA KORUPSI

Abd Razak Musahib


razak6989@gmail.com
(Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
This is a juridical empirical research in combination with normative juridical. Based on the
results of the study indicate that the assets of the proceeds of corruption is the right of the state to
be returned to the state and the state that has the right to manage the assets and wealth of the
country to be used for the greatest prosperity and welfare of the people. The Founding Father
emphatically said that the purpose of Indonesia as stated in the fourth paragraph of the Preamble
The Constitution of the Republic of Indonesia is to protect the people of Indonesia and the entire
country of Indonesia, promote the general welfare, the intellectual life of the nation, and participate
in the establishment of world order, based on freedom , lasting peace and social justice. In this
theory is to give priority to the principle of expediency adding the state budget (Budget). Thus
people will get in terms of usefulness, because the economy will increase. Ideally in a country that
is based on state law (rechtstaat) commander law means what is stipulated in the law must be
obeyed by all the people, but still far from the expectations of Indonesian nation, In essence, the
return of the country's financial losses due to corruption is very important because obviously -clear
contrary to the provisions of applicable law.
Keywords: State Finance, Corruption results.

The founding father dengan tegas korupsi dapat memunculkan berbagai


menetapkan tujuan negara Indonesia perbuatan tindak pidana korupsi, seperti
sebagaimana tercantum dalam alinea IV adanya penimbunan kekayaan hasil korupsi
Pembukaan Undang-Undang dasar Negara di beberapa daerah atau cara lain yang
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dilakukan pelaku untuk dapat mengaburkan
³PHOLQGXQJL VHJHQDS EDQJVD ,QGRQHVLD GDQ asal usul aset dan masih banyak belum
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan diketahui keberadanya.
kesejahteraan umum, mencerdaskan Pada tahun 2012, menurut hasil Survey
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan Transparancy International (TI) Indonesia
ketertiban dunia, yang berdasarkan yang pada tahun 2011 menempati urutan ke- 6
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan negara terkorupsi dengan angka indeks
sosial. persepsi korupsi (IPK) adalah 2,4. Sementara
Pengembalian aset negara hasil dari di Asia, berdasarkan hasil survai Politicaland
tindak pidana korupsi masih sangat jauh dari Economic Risk Consultacy (PERC), lembaga
harapan bangsa Indonesia, sehingga upaya pemberi peringkat yang berbasis di
pengungkapan harus betul-betul di jadikan Hongkong, pada tahun 2013 Indonesia
sebagai tolok ukur dalam kesuksesan. menduduki urutan kedua bersama Thailand
Pengembalian aset negara hanya sebagai sebagai negara terkorup di Asia dengan angka
angan-angan belaka masih banyak aset negara IPK 8,03 setelah Filipina. Penurunan
yang belum terdeteksi oleh aparat penegak peringkat sebagai negara terkorup di Asia ini
hukum, mengingat bahwa pengembalian dikarenakan adanya Political Will dari
keuangan negara hasil dari tindak pidana

1
2 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 hlm 1-9 ISSN: 2302-2019

pemerintah Indonesia untuk memberantas Pengembalian kerugian negara


korupsi. diharapkan mampu menutupi defisit APBN
Yang paling penting juga menyangkut sehingga dapat menutupi ketidak mampuan
kerugian keuangan negara dari seluruh tindak negara dalam membiayai berbagai aspek
pidana korupsi yang terjadi. Ketua Komisi kebutuhan berdasarkan Undang-Undang No
Pemberantasan Korupsi (KPK) 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Rakyat.
mengungkapkan, kerugian negara akibat Pengembalian aset negara merupakan
korupsi 2012 sampai 2014 mencapai Rp pendekatan dalam memerangi kejahatan yang
689,19 miliar. Data KPK memperlihatkan, kehadirannya dimulai pada dekade 1980-
angka itu berasal dari keuangan Negara 1988, yang kemudian diterapkan pada jenis
dengan nilai sekitar Rp 1,9 Triliun. Kerugian kejahatan yang lebih luas dengan dimasukkan
negara tersebut sebagian besar terjadi karena Organized Crime tahun 2000. Mekanisme
proses penunjukan langsung dalam proyek pengembalian aset juga dipandang penting
pengadaan barang dan jasa. Kerugian negara karena yang melakukan usaha Pengembalian
jenis ini mencapai Rp 647 miliar atau 94 atas aset hasil korupsi pejabat tingginya dan
persen dari total kerugian negara, Sementara ternyata, dalam usahanya itu kerap menemui
sisa kerugian negara diakibatkan oleh praktik banyak hambatan. Hambatan-hambatan itulah
penggelembungan harga, yaitu sebesar Rp yang kemudian dicarikan jalan keluarnya
41,3 miliar atau enam persen dari total dengan mengatur masalah pengembalian aset.
kerugian negara. 17 Lebih lanjut Ketua KPK Negara dalam mengambil keuangan
menyatakan bahwa jumlah kerugian negara akibat tindak pidana korupsi berdasarkan
tersebut dihitung setelah ada putusan hukum bukti±bukti yang lebih kuat, bahwa aset
yang tetap. Tercatat ada 50 perkara korupsi tersebut diduga berasal dari pelaku tindak
keuangan berupa pengadaan barang dan jasa pidana korupsi atau digunakan untuk pelaku
yang telah diusut KPK. Nilai rata-rata tindak pidana korupsi di daera-daerah yang
kerugian negara 35 persen dari total nilai sedang berkembang yang pada umumnya
proyek (anggaran) Rp 1,9 trilliun. banyak disimpan di sentra-sentra finansial, ini
Selama ini Indonesia dalam menangani merupakan agenda bagi negara indonesia
kasus korupsi lebih cenderung mengutamakan untuk betul-betul merauk semua uang yang
pada penghukuman terhadap pelaku tindak ada di daerah-daera sekecil apapun nilainya.
pidana korupsi dari pada pengembalian aset Dengan demikian pemberantasan tindak
negara. Pemberantasan korupsi difokuskan pidana korupsi juga memperhatikan
kepada tiga isu pokok, yaitu pencegahan, kepentingan rakyat, disamping memberantas
pemberantasan, dan pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi juga harus
korupsi (asset recovery). Theodorus M. memperhatikan pengembalian keuangan
Tuanakota merumuskan setidaknya ada 5 negara sebagai akibat perbuatan tersebut,
konsep atau metode penghitungan kerugian karena korupsi selalu menyangkut keuangan
negara, antara lain : 1. Kerugian Keseluruhan negara.
keuangan negara (total loss) 2. Ada selisih Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
antara keuangan negara yang menyebar 3. Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Harga kontrak dengan nilai selisi keuangan Korupsi salah satu unsur Tindak Pidana
Negara 4. Penerimaan yang menjadi hak Korupsi adalah adanya tindakan yang
negara tapi tidak disetorkan ke kas Negara 5. merugikan negara. Dengan adanya unsur ini
pengeluaran yang tidak sesuai dengan maka setiap terjadi korupsi pasti merugikan
anggaran, digunakan untuk kepentingan negara. Dalam proses pengembalian kerugian
pribadi atau pihak-pihak tertentu. negara dari hasil korupsi, Kejaksaan
mempunyai kewajiban untuk mengembalikan
Abd Razak Musahib, Pengembalian Keuangan Negara Hasil Tindak Pidana Korupsi .. ««««««««««« 3

kerugian uang negara melalui uang pengganti sebagai upaya pemulihan kerugian keuangan
seperti yang diatur dalam Pasal 18 Undang- negara dalam rangka mendukung
Undang Nomor 20 tahun 2001 Perubahan atas terlaksananya pembangunan nasional yang
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adil dan makmur. Dalam teori ini dinyatakan
tentang Pemberantasan Tindak Pidana ³NRQVHS SHPLGDQDDQ DWDV NHVDODKDQ
Korupsi. pembalasan dan perlindungan terhadap hak
Idealnya dalam suatu negara yang LQGLYLGX´ GHOLN KXNXP DGDQ\D SHUEXDWDQ GDQ
berdasarkan atas hukum (rechtstaat) hukum adanya kesalahan. Dengan demikian para
menjadi panglima artinya apa yang diatur pelaku tindak pidana korupsi tersebut wajib
dalam hukum harus ditaati oleh seluruh dipidana. Konsep pemidanaan tidak hanya
masyarakatnya, namun di Indonesia hal ditekankan kepada subyek pelaku saja, akan
tersebut masih jauh dari yang diharapkan tetapi akibat yang ditimbulkan juga harus
bahkan hukum terkadang dijadikan sebagai dapat dipertanggung jawabkan. Perlindungan
alat oleh sebagai orang (penguasa) untuk terhadap rakyat Indonesia yang terkena
melindungi kepentingannya serta dampak terhadap pengembalian asset negara
menjustifikasi suatu tindakan yang secara yang telah ditimbulkan. Konsep pemidanaan
jelas-jelas bertentangan dengan ketentuan melalui konsep pengembalian asset negara
hukum berlaku. Di negara kita korupsi telah merupakan upaya negara lewat para penegak
menjadi suatu hal yang lumrah untuk hukumnya. Tanpa adanya maksud untuk
dilakukan. Bahkan korupsi diIndonesia dapat memenuhi keadilan akibat kerugian dari
dikatakan telah membudaya Pemberantasan tindak pidana korupsi dan kerugiaan itu akan
Tindak Pidana Korupsi disebutkan sebagai terjadi pembalasan bagi hak rakyat. Dalam
jenis tindak pidana yang sangat merugikan konteks keadilan sosial bagi masyarakat maka
keuangan negara serta menghambat agar saling terjadi hubungan dalam
pembangunan nasional. menciptakan tata keadilan sosial negara pihak
Pemulihan kerugian keuangan negara lain yang telah ada hubungan bilateral dengan
dengan upaya pengembalian kerugian Indonesia memiliki kewajiban agar asset yang
keuangan negara dalam tindak pidana korupsi berada di negara tersebut dapat dikembalikan.
dalam kenyataannya masih menghadapi Pengembalian kerugian negara akibat
hambatan-hambatan baik pada tataran tindak pidana korupsi memang seakan
prosedural maupun pada tataran teknis. Pada mustahil dapat terganti karena jumlahnya
tataran prosedural memerlukan instrumen- yang sangat besar mulai dari kerugian materiil
intrumen hukum tertentu yang tepat sesuai dan immaterial. Selain itu hambatan lain
dengan modus operandi tindak pidana dan adalah proses pelacakan dan investigasi aset
obyek permasalahan hukumnya. Dalam kasus yang dikorupsi merupakan tantangan terbesar
tindak pidana korupsi hasil dari tindak pidana dalam penindakan hukum tindak pidana
yang berupa keuangan negara dalam korupsi. Alangkah baiknya kita nantinya
kenyataannya tidak hanya diterima atau dapat memahami dan memperhitungkan
dinikmati oleh terdakwa, tetapi juga diterima assessment atas tindak pidana korupsi
atau dinikmati oleh pihak ketiga yang tidak sehingga dapat mengurangi kerugian yang
menjadi terdakwa. Dalam hal yang demikian disebabkan tindak pidana korupsi.
upaya pengembalian kerugian keuangan Rumusan masalah pada penulisan ini
negara oleh pihak ketiga secara prosedural adalah 1. bagaimanakah konsep pengembalian
memerlukan instrumen hukum yang tepat dan keuangan negara hasil dari tindak pidana
efektif. korupsi? 2. kendala apakah yang di hadapi
Langkah hukum menarik keuangan dalam mengembalikan keuangan negara hasil
negara dari pelaku tindak pidana korupsi dari tindak pidana korupsi?. Adapun tujuan
4 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 hlm 1-9 ISSN: 2302-2019

penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai pelaku Tindak Pidana korupsi tersebut tidak
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. boleh mendapatkan keuntung dari hasil
Untuk mengetahui konsep pengembalian aset korupsi. Dalam konteks tindak pidana yang
negara dari tindak pidana korupsi. 2. Untuk dilakukan oleh pelaku tindak pidana, maka
mengetahui kendala yang dihadapi dalam perampasan aset hasil tindak pidana korupsi
proses pengembalian aset negara dari tindak dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi
pidana korupsi. kerusakan dan degradasi kuantitas dan
kualitas perekonomian dan mensejahterakan
METODE masyarakat yang terkena dampak dari yang
diakibatkan oleh pelaku tindak pidana
Lokasi Penelitian ini dilakukan di BPK korupsi.
(Badan Pengawasan keuangan) dan Yang dapat dirampas dalam hal ini
Kejaksaan Tinggi diwilayah Sulawesi tengah. berupa: 1. Kekayaan yang diperoleh dari hasil
Penelitian ini menggunakan yuridis empiris usaha/kegiatan korupsi. 2. Kekayaan yang
(field researrch) di gabungkan yuridis diperoleh dari hasil usaha atau kegiatan hasil
normative (legal researrch), filed reserrchnya korupsi. 3. Kekayaan yang diperoleh dari
bagaimana Konsep Pengembalian Keuangan hasil usaha atau kegiatan korupsi yang
Negara dan legal reserrchnya pelaku tindak menghasilkan keuntungan dari perbuatan
pidana korupsi berdasarkan subject heading memberikan informasi palsu, menyesatkan,
yakni : judicial Case Study, non Judicial Case menghilangkan informasi, merusak informasi,
Study, Live Case Study. Yang in concret Ada atau memberikan keterangan yang tidak
2 (dua) aproach, yaitu: 1. Pendekatan benar.
perundang-undangan (statute approach) 2. Pengembalian uang hasil korupsi
Pendekatan Konsep (conceptual approach). terhadap sanksi pidana yang dijatuhkan
Jenis dan sumber data yang digunakan (terhadap pelaku) dijelaskan dalam pasal 4
dalam penelitian ini adalah: 1. Bahan hukum UU No. 31 Tahun 1999 tentang
sekunder, adalah data yang di peroleh melalui Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU
study kepustakaan. 2. Bahan hukum primer 31/1999) serta penjelasannya. Dalam pasal 4
adalah bahan hokum yang diperoleh langsung UU 31/1999 dinyatakan antara lain bahwa
dari subjek penelitian dengan cara obsevasi, pengembalian kerugian keuangan negara atau
wawancara, kuisioner (kuisioner terbuka atau perekonomian negara tidak menghapuskan
tertutup, face to face), Sample, dan dipidananya pelaku tindak pidana korupsi
sebagainya. 3. Bahan hukum tersier yaitu sebagaimana dimaksud pasal 2 dan pasal 3
bahan hukum penunjang yang memberi UU tersebut. Kemudian, di dalam penjelasan
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan pasal 4 UU 31/1999 dijelaskan sebagai
hukum primer dan bahan hukum sekunder, berikut : Dalam hal pelaku tindak pidana
seperti Kamus hukum, Ensiklopedia, Majalah, korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
surat kabar, jurnal, website, ensiklopedia. dan pasal 3 telah memenuhi unsur-unsur pasal
dimaksud, maka pengembalian kerugian
HASIL DAN PEMBAHASAN keuangan negara atau perekonomian negara,
tidak menghapuskan pidana terhadap pelaku
A. Bagaimanakah Konsep Pengembalian tindak pidana tersebut. Pengembalian
Keuangan Negara Hasil Dari Tindak kerugian keuangan negara atau perekonomian
Pidana Korupsi negara hanya merupakan salah satu faktor
Pengembalian keuangan hasil Tindak yang meringankan.
Pidana Korupsi sudah merupakan norma yang
berdiri sendiri, dengan prinsip hukum bahwa
Abd Razak Musahib, Pengembalian Keuangan Negara Hasil Tindak Pidana Korupsi .. ««««««««««« 5

Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Peradilan (LeIP) Arsil mengatakan,


melalui jalur pidana adalah melalui proses pengembalian uang hasil korupsi secara
Penyitaan dan Perampasan. Didalam sukarela oleh terdakwa biasanya menjadi
persidangan pengembalian kerugian keuangan alasan bagi hakim untuk mengurangi
Negara, Hakim disamping menjatuhkan hukuman. Jadi, memang terdapat relevansi
pidana Pokok juga dapat menjatuhkan pidana antara pengembalian hasil korupsi dengan
Tambahan berupa: 1. Perampasan barang sanksi pidana yang dijatuhkan kepada si
bergerak yang berwujud atau tidak berwujud pelaku. Di satu sisi, pengembalian uang hasil
atau barang yang tidak bergerak yang korupsi dapat menjadi alasan bagi hakim
digunakan untuk atau yang diperoleh dari untuk mengurangi pidana bagi si pelaku, tapi
tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan tidak menghapuskan pidananya. Demikian
milik terpidana serta harga dari barang yang menurut peraturan perundang-undangan dan
menggantikan barang-barang tersebut. (Pasal praktek atau kebiasaan yang berlaku. Pasal 1
18 ayat (1) huruf a UU 31/99 jo UU 20/2001). angka 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun
2. Pembayaran uang pengganti yang 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan
jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan bahwa keuangan negara adalah semua hak
harta benda yang diperoleh dari tindak pidana dan kewajiban negara yang dapat dinilai
korupsi (Pasal 18 ayat (1) huruf b, ayat (2), dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
(3) UU 31/99 jo UU 20/2001). 3. Pidana uang maupun berupa barang yang dapat
Denda, UU TPK mempergunakan perumusan dijadikan milik negara berhubung dengan
sanksi pidana bersifat kumulatif (pidana pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
penjara dan atau pidana denda), Kumulatif- Dari sisi tujuan, keuangan negara
alternatif (pidana penjara dan atau pidana meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
denda), dan perumusan pidana lamanya hubungan hukum yang berkaitan dengan
sanksi pidana bersifat Determinate sentence. pemilikan dan/atau penguasaan obyek
4. Penetapan perampasan barang-barang sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
yang telah disita dalam hal terdakwa penyelenggaraan pemerintahan negara.
meninggal dunia (Peradilan In absentia) Bidang pengelolaan keuangan negara yang
sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat demikian luas dapat dikelompokkan dalam
bukti yang cukup kuat bahwa pelaku telah sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang
melakukan tindak pidana korupsi. (Pasal 38 pengelolaan moneter, dan sub bidang
ayat (5), (6), (7) UU 31/99 jo UU 20/2001). pengelolaan kekayaan negara yang
Prof Mudzakkir bahwa, pengembalian dipisahkan.
hasil tindak pidana sering dikaitkan dengan Pasal 17 UU Pemberantasan Tipikor,
waktunya. Bila pengembalian dilakukan selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana
sebelum penyidikan dimulai, seringkali dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5
diartikan menghapus tindak pidana yang sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat
dilakukan seseorang. Namun, bila dilakukan dijatuhi pidana tambahan sebagaimana
setelah penyidikan dimulai, pengembalian itu dimaksud dalam Pasal 18. Pidana tambahan
tidak menghapus tindak pidana. Kalau yang terdapat dalam Pasal 18 ayat (1) UU
menurut saya, dikembalikan sebelum atau Pemberantasan Tipikor: Selain pidana
sesudah penyidikan itu tetap melawan hukum. tambahan sebagaimana dimaksud dalam
Misalnya saya mencuri, lalu mengembalikan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
barang curian sebelum orang lain tahu. Itu sebagai pidana tambahan adalah: 1).
kan tetap tindak pidana, Pendapat yang sama perampasan barang bergerak yang berwujud
juga disampaikan oleh peneliti Lembaga atau yang tidak berwujud atau barang tidak
Kajian untuk Advokasi dan Independensi bergerak yang digunakan untuk atau yang
6 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 hlm 1-9 ISSN: 2302-2019

diperoleh dari tindak pidana korupsi, menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat dan
termasuk perusahaan milik terpidana di mana seluruh Pemerintah Daerah di dalam
tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula menyusun dan menyajikan Laporan
dari barang yang menggantikan barang- Keuangan.
barang tersebut 2). pembayaran uang Upaya pengembalian aset hasil korupsi
pengganti yang jumlahnya sebanyak- dirasakan masih kurang dan belum cukup
banyaknya sama dengan harta benda yang dalam memberantas tindak pidana tersebut.
diperoleh dari tindak pidana korupsi. 3). Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala,
penutupan seluruh atau sebagian perusahaan antara lain: 1). Korupsi terjadi secara
untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun. 4). sistemik. 2). Adanya penyalahgunaan
pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak kekuasaan (Abuse Of Power)
tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau B. Kendala Apakah yang diHadapi Dalam
dapat diberikan oleh Pemerintah kepada Mengembalikan Keuangan Negara Hasil
terpidana. Dari Tindak Pidana Korupsi
Uang hasil korupsi yang di gunakan Kendala dalam mengembalikan aset
tersebut wajib dikembalikan oleh terpidana hasil korupsi juga disebabkan karena adanya
korupsi berupa uang pengganti yang penyalahgunaan kekuasaan, dimana ini terjadi
jumlahnya sama dengan harta benda yang dengan melibatkan upper economic class
diperoleh dari tindak pidana korupsi. Hal ini (konglomerat) maupun politik sebagai upper
juga dapat dilihat dari Pasal 4 UU power class (pejabat tinggi negara) yang
Pemberantasan Tipikor, yang secara implisit berkonspirasi dan bertujuan untuk
mengatakan adanya pengembalian kerugian kepentingan ekonomi kelompok. Secara
keuangan negara dalam tindak pidana konseptual, pada negara berkembang,
korupsi. Akan tetapi pengembalian kerugian pemikiran bahwa korupsi merupakan bagian
keuangan negara atau perekonomian negara dari kekuasaan, bahkan bagian dari sistem itu
tersebut hanya merupakan salah satu faktor sendiri, menjadi tidak diragukan. Karena itu,
yang meringankan, tidak menghilangkan ada yang berpendapat, penanggulangan yang
sanksi pidana. Sejalan dengan pengaturan terpadu adalah dengan memperbaiki sistem
dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana yang ada.
Korupsi, Purwaning M. Yanuar dalam Masalah dalam pengembalian keuangan
bukunya berjudul Pengembalian Aset Hasil negara hasil korupsi kecenderungan semakin
Korupsi bahwa pengembalian kerugian tidak terkendalinya tindak pidana korupsi
keuangan negara dengan menggunakan dalam orde sekarang ini, sehingga upaya
instrumen pidana menurut UU Pemberantasan pengungkapan maupun pembuktiannya di
Tipikor dilakukan melalui proses penyitaan, pengadilan masih jauh dari harapan.
perampasan, dan aturan pidana denda. Diperparah lagi dengan adanya sinyalemen
Pada saat ini laporan keuangan bahwa berbagai oknum profesional tertentu
pemerintah dirasakan masih kurang (akuntan, financial analyst, lawyer dan
transparan dan akuntabel karena belum notaris) kerap memberikan jasa menghapus
sepenuhnya disusun mengikuti standar white collar crime itu. Belum lagi economic
akuntansi pemerintahan yang sejalan dengan power dan bureaucratic power yang membuat
standar akuntansi sektor publik yang diterima para koruptor beyond the law, semakin
secara internasional. Standar akuntansi memupus harapan terlaksananya penegakan
pemerintahan tersebut sesuai dengan hukum secara adil. Sementara itu, suatu
ketentuan Pasal 32 Undang-undang Nomor 17 penelitian di India menunjukkan differential
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara association theory dari Sutherland, telah
Abd Razak Musahib, Pengembalian Keuangan Negara Hasil Tindak Pidana Korupsi .. ««««««««««« 7

terbukti dari sisi lain, yaitu meningkatnya berdiri sendiri. Demikian misalnya telah
NRUXSVL NDUHQD ³PHQHODGDQL´ NHVXNVHVDQ dikriminalisir perbuatan penadahan (Pasal
ekonomi para koruptor ³&ULPLQDO EHKDYLRU LV 480, 481 dan 482 KUHP) ataupun pencucian
QRW LQYHQWHG EXW OHDUQHG´ termasuk uang (money laundering) seperti yang
menyebabkan sementara orang menjadi dirumuskan dalam Undang-Undang No. 15
³EHUNHLQJLQDQ´ NRUXSVL NDUHQD EHODMDU GDUL Tahun 2002 jo Undang-Undang No. 25 Tahun
kesuksesan ekonomi para koruptor. Oleh 2003. Melakukan double criminality seperti
NDUHQD LWX ³SHQFHJDKDQ´ GDQ ini, merupakan upaya memberantas suatu
³SHQDQJJXODQJDQ´ WLQGDN SLGDQD NRUXSVL tindak pidana dengan membuatnya sebagai
yang keduanya dapat diadopsi dalam istilah ³WLGDN PHQJXQWXQJNDQ´ NDUHQD SHUEXDWDQ-
³SHPEHUDQWDVDQ´ EXNDQ KDQ\D GLDUDKNDQ perbuatan lain seperti menyembunyikan,
pada penangan perkaranya, berupa memperjualbelikan, atau menyamarkan, hasil
penyidikan, penuntutan ataupun pemeriksaan tindak pidananya merupakan tindak pidana
di sidang pengadilan, melainkan juga tersendiri. Bahkan pernah tercetus ide untuk
GLXSD\DNDQ XQWXN ³PHQJKDODQJL´ DWDXSXQ memperluas rumusan tindak pidana dalam
³PHQXWXS NHPXQJNLQDQ´ SDUD NRUXSWRU Undang-Undang Korupsi, sehingga mencakup
menikmati hasil kejahatannya. Tanpa tiga kelompok (yang ada sekarang hanya dua
mengembangkan sikap antipati kepada kelompok), yaitu tindak pidana korupsi,
NRUXSVL WHUPDVXN XQWXN PHPEXDWQ\D ³WLGDN tindak pidana lain yang berkaitan dengan
PHQDULN´ DWDX ³WLGDN PHQJXQWXQJNDQ´ XQWXN tindak pidana korupsi dan tindak pidana
dilakukan, dan mensinegikan hal itu dalam setelah terjadi korupsi. Hal yang tersebut
kehidupan sosial masyarakat secara terakhir ini adalah penarikan money
keseluruhan, tidak akan membuat efek laundering menjadi tindak pidana korupsi dan
tangkal hukum korupsi membaik. Diantaranya kriminalisasi bentuk-bentuk pembantuan
yang mungkin untuk itu adalah membangun setelah tindak pidana korupsi terjadi.
mekanisme pengembalian aset (asset Menurut Sajipto Raharjoi, ada dua
recovery) hasil tindak pidana korupsi. fungsi yang dapat dimainkan oleh hukum
Dalam hukum pidana Indonesia, upaya yaitu sebagai social control mengandung arti
XQWXN ³PHQJKDODQJL´ DWDX ³PHQXQWXS bahwa betugas untuk menjaga masyarakat
NHPXQJNLQDQ´ SDUD SHODNX NHMDKDWDQ tetap berada dalam pola- pola tingkah laku
(termasuk koruptor) menikmati hasil yang telah diterima olehnya. Dalam rangka
kejahatannya, telah dilakukan dengan prrspektif hukum sebagai social cintrol fungsi
berbagai cara. Dalam tataran filosofis secara utama sisterm hukm bersifat integrative.
terbatas mengenai hal ini telah pula menjadi Maksudanya hukum untuk mengatur dan
pemikiran para pemikir-pemikir tua seperti memelihara regulitas social. Tanpa hukum,
Jeremy Bentham. Sedangkan secara manusian bias menjadi homo homini lupus
pragmatis, hal itu dapat dilakukan dalam (manusia yang satu menjadi serigala bagi
proses acara, misalnya dapat dilakukan dari manusia lainnya). Tiada masyarakat yang bias
sejak awal berupa penyitaan (Pasal 39 hidup lama tanpa control social dari hukum
KUHAP) atau pemblokiran (Pasal 32 didalamnya. Untuk mengatasi faktor-faktor
Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 jo yang menjadi kendala efektifitas palaksanaan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2003), eksekusi pidana pembayaran uang pengganti
ataupun pembekuan rekening (Pasal 42 dalam tindak pidana korupsi, terlebih dahulu
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo perlu dikemukakan disini pendapat Soerjono
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998). Selain Soekanto bahwa pada pokoknya masalah
itu, dapat juga dilakukan dengan menjadikan tersebut sebenarnya terletak pada faktor-
perbuatan tersebut sebagai tindak pidana yang faktor yang mungkin mempengaruhinya.
8 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 hlm 1-9 ISSN: 2302-2019

Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang perilaku politik dan social, kendala dalam
netral, sehingga dampak positif dan penegmbalian hasil korupsi ini bukan
negatifnya terletak pada isi faktor-faktor hanya pihak birokrasi untuk mencapai
tersebut. 1). faktor hukuman itu sendiri, yang kepentingan sekelompok atau orang.
didalam tulisan ini akan di batasi pada Tetapi disebabkan oleh kekuasaan umum
peraturan pernudang- undangan saja. 2). (pejabat birokrat) yang dapat dikatakan
faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak telah memposisikan mereka dalam status
yang membentuk maupun menerapkan beyond the law, sehingga hukum sering
hokum. 3). faktor sarana dan prasarana atau dikatakan sebagai kekuatan politik saja.
fasilitas yang mendukung penegakan hokum. Abouse of power suda terstruktur dan masif
4). faktor masyarakat, kani menyangkut Sehingga pengembalian keuangan Negara
lingkungan dimana hukum tersebut berlaku terasa sangat sulit untuk di kembaliakan.
dan di terapkan. 5). faktor kebudayaan, yakni Elit economic power dan bureaucan
sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang negara ratic power yang membuat para
didasarkan pada karsa manusia didalam koruptor beyond the law, semakin
pergaulan hidup. 6). faktor diatas saling memupus harapan terlaksananya
berkaitan erat, oleh karena merupakan esensi penegakan hukum
dari penegakan hukum, dan juga merupakan
tolak ukur dari efektifitas penegakan hukum. Rekomendasi

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Negara wajib memperhatikan value of


money, baik berupa uang maupun benda.
Kesimpulan Hak dan kewajiban Negara dalam
mengelolah keuanganya. Dalam hal ini
1. Konsep yang di gunakan dalam STMR Konsep pengembalian keuangan negara
(Stollen money Recovery) Mengunakan dalam melakukan pengewasan harus
dua Konsep Follow the money dan follow memperhatikan undang-undang tentang
the suspect. Konsep Follow the money perbendaharaan Negara dan undang-
bertujuan melakukan controlling terhadap undang tentang keuangan Negara agar.
keuangan Negara. Sehingga terhindar Dari Dalam mengelolah dan melakukan
overlapping, pencapaian output dan pengawasan keuagan negara.
outcomes secara optimal, konsep follow the 2. Untuk lebih mengefektifkan, dalam
money, ini mengupayakan semaksimal pembuktian pelaksanaan pengembalian
mungkin untuk mengembalikan semua keuangan negara hasil dari tindak pidana
keuangan negara yang telah dikorupsi, korupsi, penegak hukum selaku eksekutor
melalui model civil forfeiture, sebagai harus lebih maksimal dalam melaksanakan
detterence effectnya. sedangakan Konsep tugas dengan dibekali pendidikan
follow the suspect, berfokus pada tindakan khusus yang berkaitan dengan bidang
pidannya dan bersifat proaktif terhadap tugas, khususnya dalam pelaksanaan
pelaku kejahatan. pengembalian keuang negara hasil tindak
2. Kendala dalam pengembalian keungan pidana korupsi.
Negara di sebabakan oleh Abuse of Power.
Kesulitan dalam pembuktian hasil dari
tindak pidana korupsi yang bersinergi
dengan kekuatan politik, ekonomi dan
kekuatan birokrasi karenanya korupsi
begitu menjadi sangat kuat dalam konteks
Abd Razak Musahib, Pengembalian Keuangan Negara Hasil Tindak Pidana Korupsi .. ««««««««««« 9

UCAPAN TERIMAKASIH Evi Hartati. 2005. Tindak Pidana Korupsi.


Semarang. Sinar Grafika.
Penulis mengucapkan terimakasih atas H.K., Hermien. 1994. Korupsi di Indonesia
dukungan semua pihak sehingga penelitian ini dari Delik Jabatan ke Tindak Pidana
dapat terselesaikan dengan baik, khususnya Korupsi. Bandung. Citra Aditya Bhakti.
kepada tim penyunting Dr. Benny Diktus Roeslan Saleh. 1983. Sifat Melawan Hukum
Yusman, SH.,MH Penyunting Ahli Dr. daripada Perbuatan Pidana. Aksara
Mohammad Tavip., SH.,HM dan Ketua Baru. Jakarta.
Penyunting Dr. Moh. Nawawi, M.Si. Ahir Romli Atmasasmita. 2003. Pengantar Hukum
kata penulis ucapkan banyak terimah kasih Kejahatan Pidana. Prenada Media.
kepada Allah SWT dengan Rahmat dan Jakarta.
hidayanya, kiranya apa yang telah di berikan Senoadji. 2006. Indryanto, Korupsi dan
ini dapat membawah manfaat dan semoga di Pembalikan Beban Pembuktian. Jakarta.
balas dengan pahala yang lebih baik AMIN. Diadit Media.
Supadmo Ika Iskandar. 2008. Prinsip
DAFTAR RUJUKAN Pengembalian Kauangan Negara
Akibat Tindak Pidana Korupsi Melalui
Achmad Ali. 2002. Keterpurukan Hukum di Gugatan Perdata. Airlangga Surabaya.
Indonesia. Jakarta. Ghalia Indonesia. Suradi. 2006. Korupsi Dalam Sektor
Atmasasmita, Romli. 2008. Pengembalian Pemerintah dan Swasta. Yogyakarta.
Aset Korupsi Masukan Konvensi Gava Media.
International Anti Korupsi, Seputar M. Prodjohamidjoyo. 2001. Memahami
Indonesia, Bandung. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.
E. Sumaryono. 2000. Etika Hukum (Relevansi Jakarta. Pradnya Paramita.
Teori Hukum).Yogyakarta. Kanisius. Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem
Peradilan Pidana. Semarang. Badan
Penerbit UNDIP.

You might also like