Professional Documents
Culture Documents
178 348 1 SM
178 348 1 SM
SISTEM KETATANEGARAAN
THE IDENTICAL VALUE BETWEEN CONSTITUTION AND
CONSTITUTIONAL LAW IN THE CONSTITUTIONAL SYSTEM
Sirojul Munir
Dosen pada IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat di Mataram
Email : munir.sirojul43@yahoo.com
Naskah dimuat : 19/05/2014; revisi : 25/06/2014; disetujui : 01/07/2014
Abstract
The views of constitutional experts in modern government, there are three very important elements
of the principles of government power in a country, namely the principles of the rights of citizens
and the principle of the relationship between citizens and government, as well as the principles
of governmental power (the principles According To the Government). This is described in the
constitution to whom powers of state organizer submitted, whether the power will be given to the
one hand/ institution or given to several State institutions who run these power. The principles
of the rights of citizens (The Principles According to The Rights of The governed), in principle
rights owned of citizen an integral part to be valued/ respected by a ruler. Then the principles of
the relationship between citizens and government (The Principles According to the Relations
Between The Government and The Governed), In these principle should be known of each rights
and obligations between the citizens and government. Besides, the Constitution understood as
a term to describe the overall system of Government of a country, as well as a collection of rules
that establish and regulate or define Government in the country concerned. Thus encountered a
two-dimensional understanding given as follows: first, the Constitution is the overall picture of
the system of Government in a country (The Whole System of Government A Country) that the
Constitution describes whether the form of State and system of Government in use. Second, the
Constitution is a set of rules that establish and govern a country’s Government (The Collection
Of Rules Which Regulate or Establish and Govern The Government) it means in this second
dimension, the Constitution is a set of rules about how the implementation of the overall system
of Government of a country and a set of rules as the basis for the Division of power between the
institutions of the State, the both dimension is a unity in the sense of the constitution or basic
laws.
ing baik oleh warga negara maupun pemer- ih luas dari pada Undang-Undang Dasar,
intah. tetapi ada juga yang menyamakan dengan
Undang-Undang Dasar. Bagi para sarjana
Dari uaraian di atas, penulis tertarik
ilmu politik istilah Constitution merupakan
untuk mengupas dan mengetahui Apakah
sesuatu yang lebih luas yaitu keseluruhan
konstitusi identik dengan Undang-undang
dari peraturan-peraturan baik yang tertulis
Dasar;; Bagaimana sifat dan fungsi konsti-
maupun yang tidak tertulis yang mengikat
tusi. Untuk dapat mengetahui hal di atas,
cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan
metode penelitian yang digunakan adalah
diselenggarakan dalam suatu masyarakat4).
normatif-filosofis. Konstitusi bukan dian-
daikan hanya sebagai hukum yang Dalam bahasa latin kata Konstitusi
direduksi sebagai peraturan semata (law as merupakan gabungan dari dua kata yaitu
it is written in the books), melainkan cume dan statuere adalah sebuah preposisi
didudukan di ranah sollen sebagai nilai yang berarti ”………bersama dengan…….”.
yang ideal (law as what ought to be). Im-
Sedangkan statuere berasal dari kata sta
plikasinya, penelitian ini tidak selesai pa-
yang membentuk kata kerja pokok stare
da pembacaan undang-undang dasar, me-
yang berarti berdiri. Atas dasar itu maka
lainkan masuk pada nilai yang terkandung
kata statuere mempunyai arti “membuat
di dalamnya.
sesuatu agar berdiri atau menetapkan/
mendirikan”. Dengan demikian bentuk
PEMBAHASAN
tunggal (Constitution) berarti menetapkan
1. Istilah Konstitusi sesuatu secara bersama-sama dan dalam
bentuk jamak (Constitutiones) yang berarti
Sejak abad pertengahan sudah berkem- segala sesuatu yang telah ditetapkan5).
bang istilah Konstitusi yang memiliki be-
berapa makna yang terdapat pada beberapa Berdasarkan beberapa istilah Konstitusi
literatur hukum tata negara Indonesia sep- yang dikemukakan para ahli tersebut maka
erti, kata Konstitusi berasal dari bahasa pandangan L. J. Van Apeldoorn membeda-
Perancis (Constituer) yang berarti mem- kan antara Constitution dengan Grondwet
bentuk. Pemakaian istilah Konstitusi yang (UUD), yakni Grondwet (UUD) adalah ba-
dimaksud ialah pembentukan suatu negara gian yang tertulis dari Konstitusi sedang-
atau menyusun dan menyatakan terben- kan Constitution (Konstitusi) memuat per-
tuknya suatu negara2). Sedangkan istilah aturan-peraturan baik tertulis maupun ti-
Undang-Undang Dasar merupakan ter- dak tertulis, sementara Sri Sumantri
jemahan dari Bahasa Belanda (grondwet), dalam desertasinya mengartikan Konstitusi
dan perkataan wet diterjemahkan dalam sama dengan Undang-Undang Dasar. Hal
Bahasa Indonesia adalah undang-undang ini sesuai dengan praktek ketatanegaraan
dan gron berarti tanah atau daerah. di berbagai negara di dunia termasuk di In-
donesia. Pandangan yang menyamakan
Di negara-negara yang berbahasa Ing- antara Konstitusi dengan Grondwet (UUD)
gris sebagai bahasa nasionalnya disepakati dipengaruhi oleh pemahaman kodifikasi
istilah Constitution yang dalam bahasa In- yang menghendaki agar semua aturan hu-
donesianya disebut Konstitusi3. Pengertian
Konstitusi dalam praktek dapat berarti leb- Kehidupan Politik Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta,
1993, hlm. 29.
2
Wiryono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Tata 4
Miriam, Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,
Negara di Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, 1989, hlm. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, hlm. 169.
10. 5
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda,
3
Sri Sumantri M, Susunan Ketatanegaraan Menurut Teori dan Hukum Konstitusi, PT. Raja Grafindo Persada,
UUD 1945 Dalam Ketatanegaraan Indonesia Dalam Jakarta, 2006, hlm. 3.
dangan yang lain, karena tingkatannya yakni hukum dasar yang tertulis yang
lebih tinggi serta menjadi dasar bagi timbul dan terpelihara dalam praktek
peraturanhukumlainnyamakapemben ketatanegaraan. Jadi sebenarnya yang
tukan Konstitusi menetapkan atau me menentukan perlu tidaknya Konstitusi
ncantumkan tata cara perubahan dalam itu dirubah atau tidak tergantung pada
pasal-pasalnya. Walau pun caranya kekuatan politik yang sedang berkuasa,
tidak mudah (sulit) dengan maksud sebab bagaimanapun rigitnya suatu
supaya tidak mudah d irubah karena Konstitusi kalau kekuatan politik yang
merupakan hukum dasar. Namun kalau berkuasa menghendaki perubahan
memang betul-betul perubahan diper maka Konstitusi itu pasti berubah.
lukan oleh rakyat banyak maka per
Tetapi sebaliknya walaupun Konstitusi
ubahan bisa dilakukan sesuai dengan
itu mudah dirubah namun kekuatan
ketentuan yang telah d
iatur dalam pasal-
politik yang sedang berkuasa tidak
pasal Konstitusi yang bersangkutan.
mau merubah Konstitusi itu tetap ti-
Tetapi ada pula Konstitusi yang tidak dak akan berubah. Dengan demikian
memberatkan dalam melakukan per untuk menentukan suatu Konstitusi
ubahan seperti di atas, dengan per bersifat fleksibel atau rigit dari sudut
timbangan supaya mudah disesuaikan pandang yang pertama sulit dipastikan,
dengan perkembangan masyarakat sehingga untuk dapat menentukan sifat
maka Konstitusi yang demikian sifat- Konstitusi tersebut dapat pula diaju-
nya fleksibel. Karena untuk melakukan kan dari sudut pandang yang kedua.
perubahan tidak memerlukan cara-cara Dengan p ertanyaan apakah Konstitusi
yang istimewa, cukup dilakukan oleh itu mudah atau sulit mengikuti per
badan pembuat undang-undang biasa. kembanngan zaman? Jawabannya ada
Sebaliknya Konstitusi yang menetap- lah jika Konstitusi mudah dan gampang
kan syarat perubahan dengan cara-cara menyesuaikannya/mengikuti perkem-
yang istimewa seperti perubahan itu bangan m asyarakat maka Konstitusi itu
harus memenuhi persetujuan pihak- bersifat fleksibel.
pihak yang telah ditetapkan dalam pa
Sebaliknya apabila Konstitusi itu sulit/
sal-pasal Konstitusi (syaratnya cukup
tidak bisa menyesuaikan diri d engan
berat) maka Konstitusi ini bersifat rigit.
perkembangan masyarakat maka
Negara-negara yang memiliki Konsti-
konstituti itu bersifat rigit. Biasanya
tusi yang bersifat fleksibel adalah New
dalam perkembangan negara-ne gara
Zealand, Inggris (Konstitusi) tidak
modern Konstitusi hanya meng atur
tertulis. Sedangkan Konstitusi yang
hal-hal yang pokok saja dan se
sifatnya rigit adalah Amerika Serikat,
lanjutnya untuk penyesuaian dengan
Australia, Canada, dan Swiss.
perkembangan yang ada diserahkan
2) Apakah Konstitusi itu mudah atau t idak pengaturannya dengan peraturan per
menyesuaikan dengan pertimbangan undang-undangan yang lebih rendah
zaman. Untuk menentukan sifat flek serta mudah dibuat dan dirubah.
sibelnya atau rigit suatu Konstitusi den-
Contoh dalam UUD 1945 Pasal 19
gan cara perubahan tidak selamanya
Ayat 2 menetapkan bahwa susunan
benar, sebab dapat pula Konstitusi yang
Dewan Perwakilan Rakyat diatur den-
bersifat rigit dirubah tanpa melalui
gan undang-undang. Artinya hal ini
prosedur yang telah ditetapkan dalam
diserahkan kepada Presiden dan DPR
Konstitusi yang bersangkutan, sep-
untuk mengaturnya. Kemudian Ayat 1
erti merubahnya dengan Convention,
lembaga atau badan yang diakui ke Pertama: hubungan antara pemerintah
absahannya. dengan warga negara. Kedua: hubungan
Jadi superioritas Konstitusi memiliki antara lembaga pemerintah satu dengan
daya ikat tidak saja kepada rakyat/warga lainnya. Hal ini biasanya akan menyang-
negara tetapi juga bagi para penyelenggara kut tiga hal penting yang diatur dalam isi
negara serta badan atau lembaga pembuat Konstitusi adalah: (a) melakukan pem-
Konstitusi yang bersangkutan. batasan kekuasaan lembaga-lembaga ne
gara, (b) mengatur hubungan antar lemba-
Kedua, jika Konstitusi ditinjau dari as- ga negara dan (c) mengatur hubungan
pek moral berdasarkan fundamentalnya, kekuasaan antara lembaga-lembaga negara
maka Konstitusi berada lebih rendah artin- dengan warga negara dan termasuk di
ya Konstitusi tidak boleh bertentangan dalamnya sebagai isi Konstitusi adalah ad-
dengan nilai-nilai universal dari etika mor- anya perlindungan terhadap hak-hak war-
al, oleh sebab itu apabila dilihat dari segi ga negara.
Constitutional Philosophy, apabila aturan
Konstitusi bertentangan dengan etika dan Dapat pula dirumuskan beberapa fungsi
moral maka Konstitusi harus dikesamping- Konstitusi yang sangat penting baik secara
kan19 karena itu pemahaman bersama akademis maupun dalam praktek seperti
tentang sistem aturan sangat penting se-
yang dikemukakan oleh William G.
hingga Konstitusi dapat dijadikan sebagai Andrews:21) The constitution imposes Re-
pegangan hukum tertinggi untuk melak- straint on government as a function of consti-
sanakan atau memutuskan segala sesuatu tutionalism, but it also legitimizes the power
yang dicita-citakan dalam berbangsa dan of the government. It is the documentary in-
bernegara. Tanpa pemahaman itu Konsti- strument for the transfer of authority from
tusi tidak akan dapat berfungsi optimal the residual holders the people under democ-
dan hanya akan sekedar berfungsi sebagai racy, the king under monarchy to the organs
dokumen yang “mati” hanya bernilai se- of state power. Konstitusi di satu pihak
mantik. melakukan pembatasan terhadap kekua-
saan sebagai fungsi Konstitusionalisme,
Keseluruhan pemahaman bersama itu tetapi di pihak lain juga berfungsi sebagai
intinya menyangkut prinsip-prinsip pen- instrumen untuk mengalihkan kewenan-
gaturan, pembatasan kekuasaan dan per- gan dari pemegang kekuasaan asal (baik
lindungan terhadap hak-hak warga negara. rakyat dalam sistem demokrasi maupun ra-
Jadi prinsip dalam Konstitusional modern ja dalam sistem monarki kepada organ-or-
sebenarnya adalah menyangkut prinsip gan kekuasaan).
pembatasan kekuasaan yang lazim disebut
sebagai prinsip “Limited Government” yang Selanjutnya Thomas Paint dalam buku
menurut William G.Andrews ”Under Con- nya Common Sense dikatakan bahwa
stitutionalism, Two Types of limition im- Konstitusi juga mempunyai fungsi sebagai
pinge on government power proscribed”. 20) “A National Symbol” menurut Thomas
Konstitusionalisme mengatur dua hubun- Paint:22
gan yang saling berkaitan satu sama lain. “It may serve instead of the king in
19
K.C Wheare, Modern Constitution, London Oxford that ceremonial function of exemplify-
University Press, 1975, hlm. 62-63. Selanjutnya periksa
: Dahlan Thaib, Jazim Hamidi. Ni’matul Huda, Teori 21
William G. Andrews, Constitutionalism and
dan Hukum Op Cit, hlm. 61-62. Constitutionalism, edisi 3 (1968) Van Nestrand
20
William G. Andres, dalam Jimly Asshidiqie. Company, New Jersey, hlm 9. Periksa: Jazim Hamidi,
Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Malik, Hukum Perbandingan Konstitusi, Prestasi
Pelaksanaannya di Indonesia, Ichtiar Baru-Van Horve, Pustaka, Jakarta, 2008, hlm. 22.
1994, hlm. 13. 22
Ibid, hlm. 23.
Daftar Pustaka
Bintan Regen Saragih, Perubahan Penggantian dan Penetapan UUD
di Indonesia, CV. Utama, Bandung, 2006.
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori dan Hukum
Konstitusi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Miriam, Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta Tahun 2009.
M.Solly Lubis, Hukum Tata Negara, Mandor Maju, Bandung, 2008.
Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara, FHUI Jakarta,
1976.
Parlin M. Mangunsang, Konversi ketatanegaraan sebagai salah satu
sarana perubahan UUD, Alumni, Bandung, 1992.
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni
Bandung, 1979.