Professional Documents
Culture Documents
Abstract. Financial reform mandates the importance of good financial governance, one of which is performance
budgeting. The performance budgeting system is very concerned about the relationship between funding (input) and
performance (output). The root of the problem in this study is the inconsistency between budget realization (92.72%)
and output achievements (75%) in the implementation of performance budgeting in the Indonesian Ministry of
Industry. This study aims to analyze the root causes of the problem. The theory of New Public Management (NPM) is
used to see whether performanc budgeting is in accordance with the characteristics of the NPM, as measured by
budget realization compared to the output achievements. The research approach is qualitative with a single case study
method at the Indonesian Ministry of Industry. The results of the study show (1) the budget does not focus on
supporting outputs but is used for other activities; (2) the targets set is not on target.These results indicate that the
implementation of performance budgeting in the central government, especially in the Indonesian Ministry of Industry,
has not been maximized and there are still several obstacles that have not been able to improve good financial
governance.
Keywords. Performance budgeting; good financial governance; and new public management.
Abstrak. Reformasi keuangan negara mengamanatkan pentingnya good financial governance, salah satunya adalah
penganggaran berbasis kinerja. Sistem penganggaran berbasis kinerja sangat memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan (input) dengan kinerja (output). Akar permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya inkonsistensi antara
realisasi anggaran (92,72%) dengan capaian output (75%) dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja di
Kementerian Perindustrian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab akar permasalahan. Teori New
Public Management (NPM) digunakan untuk melihat apakah penerapan penganggaran berbasis kinerja telah sesuai
dengan karakteristik NPM, yang diukur dari realisasi anggaran dibandingkan dengan capaian output. Pendekatan
penelitian adalah kualitatif dengan metode single case study di Kementerian Perindustrian. Hasil penelitian
menunjukkan (1) anggaran tidak fokus mendukung output tetapi digunakan untuk kegiatan lainnya; (2) target yang
ditetapkan tidak tepat sasaran.Hasil tersebut menunjukkan penerapan penganggaran berbasis kinerja di pemerintah
pusat terutama di Kementerian Perindustrian belum maksimal dan masih terdapat beberapa kendala sehingga belum
dapat meningkatkan good financial governance.
Kata kunci. Penganggaran Berbasis Kinerja; Tata Kelola Keuangan Pemerintah yang Baik; New Public
Management.
2007). Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-
dua manfaat penelitian ini yaitu melakukan prinsip tepat waktu dan disusun dengan
analisis tentang penyebab inkonsistensi antara mengikuti standar akuntansi pemerintah yang
capaian output dengan perencanaan, telah diterima secara umum (Republik
pelaksanaan dan realisasi anggaran dalam Indonesia, 2003).
penerapan penganggaran berbasis kinerja; serta Gómez & Willoughby (2008) meneliti
menjadi bahan evaluasi dalam penerapan tentang upaya pemerintah Amerika Serikat
penganggaran berbasis kinerja terutama untuk dalam satu dekade terakhir untuk menyusun
menyelesaikan akar permasalahannya yaitu anggaran dengan menggunakan rasionalitas
inkonsistensi antara capaian output dengan melalui aplikasi pengukuran kinerja
perencanaan, pelaksanaan dan realisasi (performance based budgeting). Hasil
anggaran. penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penerapan performance based budgeting di
KAJIAN LITERATUR Amerika Serikat telah berhasil meningkatkan
Menurut Hood (1991) terdapat tujuh pemahaman stakeholders mengenai
karakteristik New Public Management (NPM), pelaksanaan dan pencapaian program
yaitu Manajemen profesional di sektor publik; pemerintah.
Organisasi memiliki standar kinerja dan ukuran Hasil Penellitian Wijayanti, Rahman, &
kinerja; Berorientasi pada output; Pemecahan Nurpratiwi (2012) menunjukkan dua hal yaitu
unit-unit kerja sektor publik; Menciptakan (1) kurangnya komitmen pemerintah daerah
persaingan di sektor publik; Pengadopsian gaya terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja
manajemen sektor swasta ke dalam sektor yang ditunjukkan dengan belum disusunnya
publik; serta Berfokus pada kedisiplinan dan Analisis Standar Biaya serta terlambatnya
penghematan yang lebih besar dalam penyusunan Standar Satuan Harga; dan (2)
menggunakan sumber daya. kurangnya pemahaman petugas perencana
Teori NPM dalam penelitian ini akan terhadap indikator kinerja yang ditunjukan
melihat apakah kinerja Kementerian dengan adanyaperbedaan indikator outcome
Perindustrian telah sesuai dengan karakteristik untuk kegiatan kegiatan dalam satu program
dalam NPM, yang diukur dari capaian output dan adanya perbedaan target kinerja sasaran
dibandingkan dengan realisasi anggarannya. renstra SKPD dengan RPJMD Kabupaten
Realisasi anggaran seharusnya selaras dan Pasuruan.
konsisten dengan capaian output sehingga akan Mir & Sutiyono (2013) melakukan studi
menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif kasus tentang reformasi keuangan negara
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. dilihat dari sisi penerapan standar akuntansi
Pendekatan penganggaran berbasis kinerja berbasis cash to accrual dengan mengambil
berdasarkan PMK Nomor 94 (2017) adalah sampel di tiga pemerintah daerah. Hasil
suatu pendekatan dalam sistem penganggaran penelitian menunjukkan bahwa penerapan
yang memperhatikan keterkaitan antara standar akuntansi berbasis cash to accrual
pendanaan dan kinerja yang diharapkan, serta belum dapat meningkatkan transparansi dan
memperhatikan efisiensi dalam pencapaian akuntabilitas kinerja pemerintah yang
kinerja tersebut. Kinerja adalah prestasi kerja ditunjukkan melalui hasil audit BPK yang
yang berupa output dari kegiatan yang sebagian besar mendapatkan opini qualified
dilakukan oleh Kementerian/Lembaga, unit (WDP) dan disclaimer (TMP) sehingga
kerja dan satuan kerja (satker) dengan kuantitas membuat reformasi keuangan negara di daerah
dan kualitas yang terukur. belum optimal.
Salah satu wujud good financial Prastowo (2017) melakukan penelitian
governance dalam pemerintah adalah tentang pengelolaan keuangan di desa
penerapan asas transparansi dan akuntabilitas Bangunharjo, Yogyakarta. Hasilnya,
pengelolaan keuangan negara, yaitu pengelolaan keuangan desa Bangunharjo belum
penyusunan laporan pertanggungjawaban mampu memerapkan asas-asas dalam good
financial governance yaitu transaparatif, yang dapat diamati (Taylor, Bogdan, &
akuntabilitas, dan partisipatif disebabkan DeVault, 2015).
karena belum pahamnya SDM tentang IT dan Data yang digunakan adalah data primer
akuntansi, minimnya sarana prasarana dan sekunder. Menurut Yin (2009) terdapat
pendukung, serta kurangnya pendampingan dan enam sumber data untuk studi kasus yaitu
pengawasan. dokumentasi, catatan arsip, wawancara,
Kerangka penelitian digunakan untuk observasi langsung, observasi partisipatif, dan
menjawab permasalahan berdasarkan teori artefak fisik. Instrumen pengumpulan data yang
yang dipakai untuk mendapatkan hasil yang digunakan meliputi dokumentasi, observasi
diharapkan. Secara garis besar kerangka partisipatif dan wawancara.
penelitian digambarkan dalam skema di bawah Dokumentasi dilakukan dengan cara
ini: mengumpulkan dokumen tertulis tentang
penganggaran berbasis kinerja. Observasi
partisipatif dilakukan untuk mengetahui
kondisi aktual atas pelaksanaan anggaran dan
membandingkannya dengan dokumen
Problems Process Expected perencanaan yang sudah ditetapkan
• Inkonsistensi • Pengumpulan Result
sebelumnya. Peneliti akan mengamati dan
penerapan data • Penyebab
Penganggara (dokumentasi inkonsistensi mengambil bagian secara langsung dalam
n Berbasis , observasi penerapan proses penerapan penganggaran berbasis
Kinerja partisipatif, PBK kinerja di Kementerian Perindustrian.
(PBK) yaitu wawancara
antara mendalam) Observasi akan melihat konsistensi antara
capaian perencanaan dan pelaksanaan anggaran dengan
output • Analisis data hasil yang dicapai.
dengan sesuai teori
realisasi Pengumpulan data melalui wawancara
NPM
anggaran dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam (in-depth interview)
untuk mendapatkan informasi yang lengkap
Gambar 1. Kerangka Penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti
Sumber: diolah oleh penulis akan melakukan wawancara kepada pejabat dan
pelaksana yang terkait dalam proses
METODOLOGI PENELITIAN penganggaran berbasis kinerja di Kementerian
Penelitian ini menggunakan metode single Perindustrian. Wawancara mencakup
case study. Penelitian studi kasus sangat tepat pertanyaan yang dapat menguatkan hasil
digunakan pada penelitian yang bertujuan analisis dari pengumpulan data melalui
menjawab pertanyaan ‘bagaimana’ dan dokumentasi dan observasi, serta untuk
‘mengapa’ terhadap sesuatu yang diteliti (Yin, mendapatkan informasi yang lebih rinci yang
2009). Penelitian ini dipilih karena unik dan berhubungan dengan permasalahan dalam
masih belum banyak penelitiannya, dengan penelitian ini. Wawancara ini akan mengetahui
dibuktikan di Google Scholar baru terdapat tentang bagaimana proses penerapan
lima penelitian tentang penganggaran berbasis penganggaran berbasis kinerja di Kementerian
kinerja jika dihubungkan dengan good financial Perindustrian serta kendala-kendala yang
governance. Topik yang dipilih merupakan dihadapi.
perwakilan kasus lain yang sama dan masih LAKIP Kementerian Perindustrian
hangat dengan data pada tahun 2017. (2017) menunjukkan realisasi anggaran yang
Pendekatan penelitian yang digunakan tinggi tetapi capaian output belum sesuai
adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam dengan target, hal tersebut menunjukkan
arti luas adalah prosedur penelitian yang inkonsistensi dalam penerapan penganggaran
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata berbasis kinerja yang menjadi permasalahan
lisan atau tertulis dari orang-orang dan perilaku dalam penelitian ini. Pada tahap observasi akan
dianalisis data dari dokumen yang telah mencapai tujuan bernegara dengan pendekatan
dikumpulkan dalam proses dokumentasi, yaitu penganggaran berbasis kinerja.
dokumen perencanaan yang meliputi renstra Penyusunan anggaran di Kementerian
dan renja. Kemudian dibandingkan dengan perindustrian menggunakan pendekatan
dokumen pelaksanaan yaitu Rencana Kerja dan penganggaran berbasis kinerja (Republik
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) Indonesia, 2003). Penyusunan rencana kerja
dan dilakukan analisis kesesuaiannya dengan dan anggaran Kementerian Perindustrian pada
dokumen perencanaan. Dokumen yang tahun anggaran 2017 mengacu pada dokumen
diperoleh berasal dari website resmi perencanaan yaitu renstra tahun 2015-2019
Kementerian Perindustrian dan dapat teruji (Rencana Strategis Kementerian Perindustrian
reliabilitas dan validitasnya. tahun 2015-2019, 2016) dan renja tahun 2017
Tahap selanjutnya yaitu melakukan (Rencana Kerja Kementerian Perindustrian,
wawancara mendalam terhadap pejabat dan staf 2017). Berdasarkan dokumen perencanaan
pelaksana dalam proses penganggaran berbasis Kementerian Perindustrian tersebut kemudian
kinerja di Kementerian Perindustrian mulai dari diturunkan ke level eselon-eselon dibawahnya
tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan sehingga terjadi sinkronisasi dalam proses
dan hasil yang didapatkan. Data hasil pelaksanaannya.
wawancara tersebut dapat teruji reliabilitas dan Tahapan penyusunan anggaran di
validitasnya karena merupakan wawancara Kementerian Perindustrian tahun 2017 dimulai
mendalam langsung dengan pejabat dan sejak tahun 2016, yaitu sebagai berikut: (1) Unit
pelaksana yang terkait dalam proses kerja dan satuan kerja Kementerian
penganggaran berbasis kinerja di Kementerian Perindustrian (eselon II dan III) menyusun
Perindustrian. Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana
Analisis data yang dilakukan dalam Anggaran Biaya (RAB); (2) Mengusulkan
penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu rencana kerja dan anggaran di aplikasi
pembahasan mendalam secara deskriptif Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja
mengenai fakta-fakta dan fenomena yang Anggaran (KRISNA) Bappenas (Renja K/L);
terjadi dalam penelitian ini. Teknik analisis data (3) Pelaksanaan Trilateral Meeting antara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Kementerian Perindustrian, DJA Kementerian
triangulasi yaitu merupakan kombinasi Keuangan dan Bappenas; (4) Penetapan pagu
berbagai metodologi yang dipakai dalam indikatif; (5) Penyesuaian rencana kerja dan
peneltian untuk mengkaji fenomena yang sama anggaran (RKA-K/L) terhadap pagu indikatif;
(Denzin, 1970). Jenis analisis tringulasi yang (6) Penelahaan RKA-K/L oleh Aparat
digunakan adalah tringulasi data yaitu Pemeriksa Internal Pemerintah (APIP)
membandingkan data dari dokumentasi, Inspektorat Jenderal; (7) Penelahaan RKA-K/L
observasi dan wawancara (dari beberapa oleh DJA; (8) Pembahasan di DPR; (9)
responden) kemudian dianalisis untuk Penetapan pagu definitif; (10) Penetapan pagu
mendapatkan kesimpulan mengenai anggaran Kementerian Perindustrian tahun
permasalahan yang membuat capaian output 2017.
inkonsistensi dengan realiasi anggaran di Setelah pagu anggaran Kementerian
Kementerian Perindustrian. Perindustrian tahun 2017 ditetapkan (bulan
Unit analisis dalam penelitian ini adalah desember 2016), tahapan selanjutnya adalah
single unit di Kementerian Perindustrian. pelaksanaan anggaran sesuai dengan DIPA
Kementerian Perindustrian dipilih karena dapat yang telah ditetapkan. Dalam prosesnya
membantu menjawab pertanyaan penelitian terdapat penghematan anggaran sehingga
tentang penerapan penganggaran berbasis diperlukan revisi anggaran untuk
kinerja. Kementerian Perindustrian merupakan menyesuaikan penghematan tersebut. Tahapan
salah satu instansi pemerintahan pusat yang terakhir adalah evaluasi anggaran yaitu evaluasi
wajib untuk menyusun rencana kerja dan terhadap pelaksanaan program kerja dan
anggaran dalam menjalankan program dan anggaran selama satu tahun anggaran yang akan
dinilai dan dilaporkan pada tahun 2018. Proses No. Dokumen Periode
penganggaran berbasis kinerja di Kementerian Kementerian/Lembaga
Perindustrian mulai dari perencaanan sampai (RKA-K/L) Kementerian
dengan pelaksanaan dan evaluasi dikoordinasi Perindustrian
oleh Sekretaris Jenderal. 6. Daftar Isian Pelaksanaan 2017
Anggaran (DIPA)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kementerian
Pembahasan dalam penelitian ini akan Perindustrian
melakukan analisis terhadap proses 7. Laporan Akuntabilitas 2017
penganggaran berbasis kinerja di Kementerian Kinerja Instansi
Perindustrian berdasarkan tiga tahap yaitu Pemerintah (LAKIP)
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta Kementerian
akan mengacu pada teori New Public Perindustrian
Management (NPM). Analisis data tersebut 8. Laporan Keuangan 2017
dilakukan berdasarkan data primer dan data Kementerian
sekunder yang telah dikumpulkan yaitu Perindustrian
dokumentasi, ovbservasi dan wawancara Sumber: diolah oleh penulis
dengan menggunakan metode analisis
deskriptif. Hasil analisis data akan menjadi Berdasarkan hasil dokumentasi, temuan
acuan utama dalam menjawab rumusan yang penting adalah alokasi anggaran yang
masalah. tidak sesuai dengan kapasitas target output
yang dibebankan sesuai renstra. Temuan ini
Hasil dan Temuan adalah untuk output “unit industri kecil yang
Dokumentasi tumbuh” yang hanya tercapai sebesar 3.331
Dokumentasi yang dilakukan dalam industri kecil yang telah memiliki legalitas
penelitian ini adalah mengumpulkan dokumen usaha dari target sebesar 5.000 atau sebesar
yang terkait dengan proses penganggaran 66,62%, padahal realisasi anggaran adalah
berbasis kinerja di Kementerian Perindustrian. sebesar 97,03%. Temuan ini tercantum dalam
Dokumen-dokumen yang tersedia diperoleh dokumen LAKIP Kementerian Perindustrian
melalui website resmi Kementerian tahun 2017 yang menyatakan:
Perindustrian yaitu www.kemenperin.go.id “Sesuai dengan Renstra Kemenperin 2015-
adalah sebagai berikut: 2019 Perubahan, target 5000 IKM tersebut
akan dicapai dengan asumsi dukungan
Tabel 2. Dokumen Penganggaran Berbasis anggaran sebesar Rp.650 miliar, namun
Kinerja Kementerian Perindustrian pada tahun 2017 alokasi anggaran dalam
No. Dokumen Periode rangka pencapaian IKM yang memiliki
1. Rencana Pembangunan 2015-2019 legalitas usaha hanya sebesar Rp.84 miliar.
Jangka Menengah Meskipun demikian, Kementerian
Nasional (RPJMN) Perindustrian tetap melaksanakan
2 Rencana Strategis 2015-2019 optimalisasi dengan anggaran tersebut
(renstra) Kementerian sehingga menghasilkan sebanyak 3.331
Perindustrian industri kecil telah memiliki legalitas
3. Rencana Kerja Tahunan 2017 usaha.” (Kementerian Perindustrian,
(renja) Kementerian 2017a:31)
Perindustrian Temuan ini mengindikasikan
4. Perjanjian Kinerja 2017 ketidaksesuaian antara perencanaan dengan
(perkin) Kementerian pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja di
Perindustrian Kementerian Perindustrian.
5. Rencana Kerja dan 2017
Anggaran
perspektif jadi kita menyusun berdasarkan ataupun tenant yang sudah masuk ke
tiga perspektif tersebut.”(Resp#1) kawasan dikhawatirkan tidak tercapai
Berdasarkan pernyataan diatas, dikarenakan mereka bangun aja susah untuk
Kementerian Perindustrian telah memiliki mempertahankan tenant gak semuanya bisa
standar kinerja yang dinyatakan dalam visi, jadi tenant, masuk, balik lagi listriknya
misi, tujuan, sasaran strategis dan indikator gimana, jalan gimana. Jadi indikator ini
kinerja yang disusun berdasarkan konsep tergantung juga dengan instansi lain, dalam
Balanced Scorecard yang terdiri dari tiga hal ini PUPR ya, kalau PUPR belum jalan
perspektif yaitu perspektif kepentingan, gak bisa jalan juga kan kitanya.” (Resp#1)
perspektif proses internal dan perspektif Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
pembelajaran organisasi. Standar kinerja yang indikator kinerja Kementerian Perindustrian
disebutkan diatas telah sesuai dengan hasil telah berorientasi output. Hal ini sejalan dengan
dokumentasi dan observasi yang telah salah satu karakteristik NPM menurut Hood
dilakukan.Hasil analisis ini menunjukkan (1991) yaitu perubahan dalam prosedur
bahwa Kementerian Perindustrian telah birokrasi dari fokusnya pada input menjadi
memiliki standar kinerja sehingga sejalan lebih berorientasi pada output. Namun masih
dengan salah satu karakteristik NPM menurut terdapat keterbatasan yaitu ukuran indikator
Hood (1991)yaitu organisasi harus secara kinerja masih berupa “jumlah” dan belum
eksplisit memiliki standar dan ukuran kinerja. mengukur kualitas dari output yang dihasilkan
(outcome oriented).
Indikator kinerja yang berorientasi pada
output Terdapat kontrak kerja mengenai target yang
Indikator kinerja merupakan instrumen akan dicapai
yang digunakan untuk mengukur kinerja dan Kontrak kerjadi Kementerian Perindustrian
mengevaluasi keberhasilan program suatu merupakan turunan dari renstra. Berdasarkan
instansi pemerintah (Nomor 94, 2017). dokumentasi dan observasi, kontrak kerja
Indikator kinerja Kementerian Perindustrian disebut sebagai Perjanjian Kinerja (perkin)
tercantum dalam renstra Kementerian pejabat selama satu tahun anggaran yang berisi
Perindustrian tahun 2015-2019 kemudian indikator kinerja yang merupakan target dari
diturunkan dalam renja setiap tahunnya. Dari organisasi. Perkin di Kementerian
hasil dokumentasi dan observasi, indikator Perindustrian terdiri dari perkin Menteri
kinerja Kementerian Perindustrian telah dapat Perindustrian, perkin antara Menteri dengan
diukur secara kuantitatif yang dibuktikan pejabat eselon I dan perkin antara pejabat
dengan adanya cara pengukuran dan eselon I daengan pejabat eselon II dibawahnya.
capaiannya secara kuantitatif sehingga dapat Terkait dengan Perkin Menteri
digunakan untuk mengukur kinerja dan Perindustrian tahun 2017, responden satu
mengevaluasi keberhasilan program. menyatakan:
Indikator kinerja Kementerian “Seluruh target indikator kinerja yang ada
Perindustrian masih terdapat keterbatasan yaitu di Renstra masuk ke dalam RKT (Rencana
ukuran indikator kinerja masih berupa “jumlah” Kerja Tahunan atau Renja) dan perkin 2017,
dan belum mengukur kualitas, seperti yang cuma kan balik lagi ketika evaluasi
diungkapkan responden satu: terkadang ada hasil yang kuning itu ya
“(contoh tentang kawasan industri) nah ini (tidak tercapai) jadinya disesuaikan maunya
juga ada beberapa kendala itu kan soal gimana, targetnya bisa diturunkan, karena
kewilayahan, itu jadi kendala, jumlah kan gak bisa minta eselon 1 targetnya 10
kawasan sih, beberapa hasil evaluasi jangan misalnya, tapi anggaran ternyata cuma
menyiapkan jumlah kawasan aja, tapi juga dikasih ga sesuai targetnya, kayak tadi
kualitasnya. Emang susah kalau kita (ditjen) IKM (Industri Kecil dan Menengah)
kemaren itu perwilayahan kan kalau kita, atau pusdiklat, di IKM lah contohnya
apa namanya jumlah industri yang masuk anggarannya ada yang dipotong, harusnya
kan targetnya di sesuain aja, supaya gak ditetapkan. RKA-K/L dan DIPA ini harus
terlalu jatuh banget capaiannya.”(Resp#1) berdasarkan renstra dan renja yang telah
Sesuai dengan penjelasan di atas, seluruh disusun. Dalam pelaksanaan kegiatan di
indikator kinerja yang ada di renstra masuk ke Kementerian Perindustrian, responden dari satu
dalam perkin Menteri Perindustrian tahun mengungkapkan:
2017. Dalam dokumentasi yang ada di “Kegiatan yang ada di RKA-K/L yang lalu
dokumen renja Kementerian Perindustrian itu belum semuanya mendukung indikator
tahun 2017, terdapat 24 indikator kinerja atau yang udah ada di renstra sih ya, jadi
target yang dijadikan perkin oleh Menteri kegiatannya masih disangkut-sangkutin aja,
Perindustrian sesuai dengan renstra tahun 2015- kayak copy paste dari kegiatan tahun lalu
2019. Perkin tahun 2017 ini merupakan tugas gitu, selain itu juga karena memang ada
Kementerian Perindustrian selama tahun 2017 beberapa kegiatan seperti (kegiatan) rutin,
seperti yang diungkapkan responden dua: prioritas nasional, ada permintaan dari
“Perkin yang sudah di sahkan ini kan partai juga atau ada kegiatan dari
cascading dari tugasnyaKementerian kementerian lain yang kayak dari bappenas
(Perindustrian), jadi tugas-tugas nanti diminta nyusun logistik, tentang
kementerian masing-masing sudah industri halal kan di renstra gak ada, tapi
dimasukan disini (perkin) semua.” (Resp#2) sesuai amanat harus dilaksanakan, maka
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa dari itu ada beberapa kegiatan harus
Kementerian Perindustrian telah memiliki direvisi ke situ.” (Resp#1)
kontrak kerja mengenai target yang akan Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
dicapai. Hal ini sejalan dengan salah satu pelaksanaan kegiatan di Kementerian
karakteristik NPM menurut Hood (1991) yaitu Perindustrian masih belum sesuai dengan
pengadopsian gaya manajemen sektor swasta perencanaan karena masih terdapat beberapa
ke dalam sektor publik salah satunya tentang kegiatan dan anggaran yang tidak mendukung
kontrak kerja atau sistem Key Performance indikator kinerja yang terdapat di renstra dan
Indicator (KPI) di sektor swasta. Perkin yang renja. Beberapa faktor yang menyebabkan hal
diterapkan di Kementerian Perindustrian sudah tersebut antara lain kegiatan yang dimaksukkan
mulai mengadopsi sistem KPI seperti di sektor merupakan kegiatan tahun sebelumnya yang
swasta, namun masih terbatas sampai dengan sudah tidak relevan untuk mendukung indikator
level eselon II atau level top management, kinerja ditahun berjalan atau hanya melakukan
sedangkan untuk level-level dibawahnya yaitu copy paste saja; kegiatan rutin yang harus
level eselon III sampai dengan staf pelaksana dimasukkan cukup banyak; kegiatan prioritas
belum terdapat kontrak kerja yang mengikat nasional yang sebelumnya tidak dimasukkan
secara individu. dalam perencanaan, tetapi akhirnya di tengah
jalan menjadi kegiatan yang harus
Tahap Pelaksanaan dilaksanakan; kegiatan yang muncul karena ada
Tahap berikutnya dalam proses permintaan dari partai; dan kegiatan dari
penganggaran berbasis kinerja adalah instansi pemerintah lain yang harus
pelaksanaan yaitu pelaksanaan program dilaksanakan oleh Kementerian perindustrian.
kegiatan dan anggaran. Tahap pelaksanaan ini Faktor-faktor tersebut membuat kegiatan harus
merupakan langkah-langkah kerja yang dilakukan revisi sehingga menyebabkan
dilaksanakan dalam mencapai target yang telah pelaksanaan belum sesuai dengan perencanaan.
disusun di tahap perencanaan. Beberapa Hal ini tidak sejalan dengan salah satu
Karakteristik NPM yang seharusnya diterapkan karakteristik NPM menurut Hood (1991) yaitu
dalam tahap pelaksanaan ini yaitu: dalam hal kedisiplinan dalam pemanfaatan
sumber daya. Organisasi seharusnya menyusun
Pelaksanaan kegiatan sesuai perencanaan skala prioritas yaitu mengutamakan pencapaian
Pelaksanaan kegiatan instansi pemerintah target yang sudah direncanakan, baru kemudian
mengacu pada RKA-K/L dan DIPA yang telah melaksanakan tugas tambahan yang mungkin
satunya adalah evaluasi dampak. Evaluasi atau mungkin ada yang tidak terlaksana.”
dampak mengukur kinerja dari perbandingan (Resp#1)
target dan realisasi serta dampak atau cost Pernyataan tersebut didukung oleh
benefit yang terjadi dari realisasi yang responden duamenyatakan:
dihasilkan. “itu artinya balik lagi ke perencanaan
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kinerja, karena ini urusannya sama duit,
Kementerian Perindustrian telah berarti pada saat perencanaan kinerja,
melasakanakan pengukuran kinerja terhadap kegiatan yang untuk fokus angka ini (untuk
pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja. mendukung indikator kinerja) masih kurang,
Hal ini sejalan dengan salah satu karakteristik masih banyak untuk perjalanan dinas atau
NPM menurut Hood (1991) yaitu organisasi belanja operasional.” (Resp#2)
harus secara eksplisit memiliki ukuran kinerja. Sedangkan responden tiga
Namun masih terdapat keterbatasan dalam cara mengungkapkan:
mengukur kinerja, karena hanya dilihat dari “Jadi kenapa tadi saya menyampaikan
perbandingan target dan realisasi saja, belum bappenas komplain ketika realisasi
melihat dari dampak atau cost benefit yang anggaran hampir 100% tapi pencapaian
terjadi dari realisasi yang dihasilkan (outcome ada yang tidak tercapai itu kan ada missing
oriented). link, itu ada dua kemungkinan: (1)
memangyang dilakukan tidak mengarah
Realisasi anggaran dan capaian output sesuai kesitu, yang penting duitnya habis aja
target gitu;(2)peran kita (Biro Perencanaan) gak
Pengukuran kinerja dalam penerapan sebesar itu untuk mendongkrak capaian
penganggaran berbasis kinerja adalah output karena output-output ini banyak
konsistensi antara realisasi anggaran dengan yang di sektor (Direktorat Teknis), kita gak
capaian output. Realisasi anggaran diukur sampai ngatur aktivitasnya, kita gak sampai
melalui perbandingan penggunaan anggaran situ itu kan ada peran Ses (Sekretariat
terhadap alokasi anggaran yang telah Ditjen) untuk mengatur sektor (dalam
direncanakan. Berdasarkan dokumentasi dan melaksanakan aktivitas pendukung
observasi, realisasi anggaran Kementerian indikator). Terus kita harus identifikasi
Perindustrianpada tahun 2017 adalah peran kita itu sampai dimana, jangan-
Rp. 2.435.752.561.000 dari pagu Rp. jangan kita menetapkan targetnya tinggi,
2.623.111.903.000 atau secara presentase padahal peran kita kecil untuk mendukung
sebesar 92,86%. Sedangkan capaian output tugas ini (indikator kinerja) jadinya kan
diukur melalui perbandingan realisasi indikator tidak tercapai.”(Resp#3)
kinerja terhadap target indikator kinerja yang Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
telah direncanakan. Berdasarkan dokumentasi kinerja Kementerian Perindustrian belum
dan observasi, output Kementerian efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk
Perindustrian pada tahun 2017 yang tercapai menghasilkan output yang berkualitas.
adalah sebanyak 18 dari 24 indikator kinerja Beberapa faktor yang menyebabkan hal
yang direncanakan atau secara presentase tersebut antara lain ada beberapa kegiatan dan
sebesar 75%. Capaian output yang sebesar anggaran yang dilaksanakan tidak fokus untuk
75%ini inkonsisten dengan realisasi anggaran mendukung indikator kinerja, tetapi hanya
yang sebesar 92,86%. untuk kegiatan rutin dan operasional; acuan
Terkait dengan hasil pengukuran kinerja kinerja yang digunakan masih berfokus pada
ini,responden satu mengungkapkan: realisasi anggaran saja, belum pada capaian
“kenapa ada perbedaaan, ya karena output; dan peran pembina perencanaan yang
inefisiensi penggunaan anggaran itu tadi, belum kuat untuk mengatur kegiatan di
gak fokus, jadinya membuat kegiatan yang Direktorat Teknis terutama untuk lebih
mendukung indikator kinerja tidak maksimal menekankan supaya melaksanakan kegiatan
yang mendukung indikator kinerja; (4) Target
yang ditetapkan terlalu tinggi atau tidak tepat, Tujuan dalam penelitian ini adalah
padahal kontribusi untuk mendukung indikator melakukan analisis penyebab inkonsistensi
kinerja itu kecil atau bahkan tidak ada antara capaian output dengan realsiasi anggaran
kontribusinya. Hal ini tidak sejalan dengan Kementerian Perindustrian. Pembahasan yang
salah satu karakteristik NPM menurut Hood dilakukan adalah proses penganggaran berbasis
(1991) yaitu dalam hal efisiensi dalam kinerja di Kementerian Perindustrian
pemanfaatan sumber daya untuk menghasilkan berdasarkan tiga tahap yaitu perencanaan,
output yang berkualitas. Organisasi seharusnya pelaksanaan dan evaluasi serta akan mengacu
fokus untuk mencapai target yang sudah pada teori New Public Management (NPM).
direncanakan tidak hanya fokus pada kegiatan Ringkasan hasil temuan telah dirangkum di
yang bersifat rutin dan operasional serta cara bawah ini:
meningkatkan realisasi anggaran. Dalam hal ini
Kementerian Perindustrian telah menerapkan Dokumentasi
penganggaran berbasis kinerja terutama dalam Berdasarkan hasil dokumentasi untuk
tahapan perencanaan, tetapi masih terdapat dokumen-dokumen penganggaran berbasis
beberapa kendala di tahap pelaksanaan dan kinerja yang diperoleh melalui website
evaluasi,terutama karena adanya inkonsistensi www.kemenperin.go.id, terdapat temuan yang
antara realisasi anggaran dengan capaian penting yaitu alokasi anggaran yang tidak
output. sesuai dengan kapasitas target output yang
dibebankan sesuai renstra terutama untuk
Penerapan Good Financial Governance output yang tidak tercapai yaitu “unit industri
Hasil analisis menunjukkan bahwa kecil yang tumbuh”. Temuan ini
penerapan penganggaran berbasis kinerja mengindikasikan ketidaksesuaian antara
belum maksimal dan masih terdapat beberapa perencanaan dengan pelaksanaan
kendala sehingga belum dapat meningkatkan penganggaran berbasis kinerja di Kementerian
transparansi dan akuntabilitas kinerja Perindustrian.
pemerintah, yang merupakan prinsip dari good
finacial governance. Menurut Hood (1991) Observasi
dalah satu karakteristik NPM adalah tata kelola Berdasarkan hasil observasi partisipatif
yang profesional di sektor publik, salah satu oleh peneliti secara langsung, terdapat beberapa
wujudnya adalah good financial governance. temuan yang menjadi catatan utama peneliti,
Instansi pemerintah perlu untuk mengelola yaitu adanya anggaran yang dipotong untuk
secara profesional organisasinya terutama kegiatan dan anggaran yang mendukung ouput
untuk perihal keuangan negara. Perlu adanya sehingga membuat output tersebut tidak
perbaikan dan komitmen yang besar untuk tercapai; serta terdapat peningkatan anggaran
mewujudkan good financial governance di untuk belanja rutin sehingga realisasi
sektor publik, khususnya Kementerian anggarannya tetap tinggi.
Perindustrian terutama dalam hal anggaran dan
kinerja. Wawancara
Wawancara disusun berdasarkan teori
Analisis Capaian Output dan Realisasi NPM kepada tiga responden. Ringkasan hasil
Anggaran pada Kementerian Perindustrian dan analisis wawancara adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil temuan dan analisis Anggaran direvisi untuk kegiatan lain yang
data yang telah dilakukan di atas, maka faktor- tidak mendukung indikator kinerja; (3)
faktor yang menyebabkan capaian output Pemotongan anggaran pada kegiatan yang
inkonsisten dengan realisasi anggaran pada mendukung indikator kinerja; (4) Masih
Kementerian Perindustrian adalah sebagai berfokus pada realisasi anggaran saja, belum
berikut: (1) Beberapa kegiatan dan anggaran berfokus pada capaian output; (5) Peran
yang dilaksanakan tidak fokus mendukung pembina perencanaan yang belum kuat untuk
indikator kinerja yang direncanakan; (2) mendorong pencapaian output ke Direktorat
Teknis; (6) Target yang ditetapkan tidak tepat How to Read, Discuss, and Write
sasaran. Persuasively About Cases.
Massachusetts: Harvard Business School
SIMPULAN Press.
Penelitian ini membahas tentang Gómez, J., & Willoughby, K. (2008).
penerapan penganggaran berbasis kinerja di Performance informed budgeting in US
Kementerian Perindustrian, mulai dari tahap State governments. Presupuesto y Gasto
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan Público, 51(January 2008), 287–303.
evaluasi, dalam rangka mewujudkan good Hood, C. (1991). A Public Management For
financial governance. Pengumpulan data All Seasons? Public Administration, 69,
didapatkan melalui dokumentasi terhadap 3–20.
dokumen-dokumen terkait, observasi secara Kementerian Keuangan. (2017). Peraturan
langsung terhadap penerapan penganggaran Menteri Keuangan Republik Indonesia
berbasis kinerja, serta melalui wawancara Nomor 94/PMK.02/2017 Tahun 2017
dengan beberapa bagian di Biro Perencanaan Tentang Petunjuk Penyusunan dan
yang merupakan pembina perencanaan di Penelahaan Rencana Kerja Dan Anggaran
Kementerian Perindustrian. Analisis data Kementerian Negara/Lembaga Dan
dilakukan dengan metode analisis deskriptif Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
dan membandingkannya dengan data-data dari Anggaran.
dokumentasi, observasi dan hasil wawancara Kementerian PAN-RB. (2018). Permasalahan
dengan berdasarkan pada teori New Public Manajemen Kinerja di Indonesia dan
Management (NPM). Berdasarkan hasil yang Upaya Kementerian PAN-RB untuk
telah didapatkan kesimpulan dalam penelitian Mengatasinya. Retrieved from
ini adalah penerapan penganggaran berbasis https://rbkunwas.menpan.go.id/artikel/art
kinerja di pemerintah pusat terutama di ikel-rbkunwas/434-permasalahan-
Kementerian Perindustrian belum maksimal manajemen-kinerja-di-indonesia-dan-
dan masih terdapat beberapa kendala sehingga upaya-kementerian-panrb-untuk-
belum dapat meningkatkan good financial mengatasinya
governance. Kementerian Perindustrian. (2016). Rencana
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Strategis Kementerian Perindustrian
dilakukan hanya di lingkup instansi 2015-2019 Perubahan.
pemerintah pusat yaitu Kementerian Kementerian Perindustrian. (2017a). Laporan
Perindustrian. Selain itu faktor-faktor yang Akuntabilitas Kinerja Instansi
diteliti belum mencakup keseluruhan dalam Pemerintah Kementerian Perindustrian
reformasi keuangan negara, tetapi fokus di Tahun 2017.
penerapan penganggaran berbasis kinerja saja. Kementerian Perindustrian. (2017b). Rencana
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian Kerja 2017 Kementerian Perindustrian.
selanjutnya diharapkan ruang lingkup dapat Mir, M., & Sutiyono, W. (2013). Public Sector
diperluas dengan melakukan perbandingan Financial Management Reform: A Case
antara instansi pusat dengan daerah dan dapat Study of Local Government Agencies in
meneliti faktor-faktor lain dalam reformasi Indonesia. Australasian Accounting,
keuangan negara selain penerapan Business and Finance Journal, 7(4), 97–
penganggaran berbasis kinerja seperti proses 117.
audit atau sistem pelaporan keuangan. Prastowo, D. S. (2017). Pengelolaan Keuangan
Desa Bangunharjo Kecamatan Sewon
Kabupaten Bantul. Adinegara, 205–214.
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang
Denzin, N. K. (1970). The Research Act: A
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
Theoretical Introduction to Sociological
2003 tentang Keuangan Negara.
Methods. New York: Taylor & Francis.
Taylor, S. J., Bogdan, R., & DeVault, M.
Ellet, W. (2007). The Case Study Handbook: