Professional Documents
Culture Documents
Renstra Benih Revisi
Renstra Benih Revisi
RENCANA STRATEGIS
PENGEMBANGAN PERBENIHAN HORTIKULTURA
DIREKTORAT PERBENIHAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan kunci utama untuk mencapai
keberhasilan dalam budidaya hortikultura. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang prima
dibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifat unggul
varietasnya. Mengingat pentingnya arti benih maka diperlukan upaya untuk meningkatkan
produksi, memperbaiki mutu, memperbaiki distribusi, meningkatkan pengawasan peredaran
dan meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam kegiatan usaha hortikultura.
Penyediaan benih hortikultura harus direncanakan minimal dua tahun sebelumnya, sehingga
kebutuhan benih untuk pengembangan kawasan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Para
produsen/penangkar benih perlu dibina baik teknis maupun menejerial agar mampu
menyediakan benih bermutu sesuai dengan prinsip 7 tepat (jenis, varietas, mutu, jumlah,
waktu, lokasi dan harga)
Direktur,
Sukarman
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih hortikultura merupakan sarana pokok dalam usaha agribisnis hortikultura yang
berdaya saing. Mutu benih akan menentukan produktivitas, mutu produk serta keunikan
produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu, penggunaan benih bermutu merupakan suatu
keharusan. Berkembangnya usaha agribisnis hortikultura sangat ditentukan oleh
ketersediaan benih bermutu sesuai dengan keinginan pasar.
Mengingat pentingnya arti benih bagi usaha agribisnis hortikultura, maka diperlukan
upaya-upaya untuk meningkatkan produksi benih bermutu dan pengawasan peredaran
benih. Kebutuhan akan benih bermutu memperlihatkan angka yang terus meningkat
seiring dengan program pengembangan kawasan, dan penerapan budidaya yang baik
dan benar.
Dari uraian di atas, maka perlu disusun rencana strategis pengembangan perbenihan
hortikultura tahun 2015 – 2019 sebagai acuan pelaksanaan kegiatan.
Tujuan penyusunan Renstra adalah untuk membuat dokumen sebagai acuan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan sistem perbenihan hortikultura
tahun 2015 – 2019.
C. Organisasi Pelaksana
3
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang perbenihan hortikultura. Dalam rangka melaksanakan tugasnya,
Direktorat Perbenihan menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan
florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang benih tanaman buah,
sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman buah, sayuran,
obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih; dan
4
peningkatan penyediaan benih aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman
hortikultura lain serta kelembagaan benih.
5
BAB II
Kebutuhan benih hortikultura secara nasional dihitung berdasarkan angka luas tanam,
luas tambah tanam, peremajaan, dan penyulaman. Secara nasional kebutuhan benih
tanaman hortikultura untuk komoditi-komoditi utama (buah, sayuran dan tanaman obat,
dan tanaman florikultura dapat dilihat pada tabel berikut :
6
No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014
11 Wortel 111.990 137.066 120.990 122.829 111.990
12 Petsai/ Sawi 26.158 27.077 26.866 27.274 26.158
Total 261.500.785 229.179.743 247.462.510 251.223.940 255.042.544
Ketersediaan benih hortikultura berasal dari produksi dalam negeri dan impor. Produksi
benih dalam negeri dilakukan oleh penangkar benih, perusahaan benih (swasta) dan
Balai Benih Hortikultura (BBH) dengan pengawasan mutu produksi benih dilakukan oleh
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH).
Dari angka kebutuhan benih hortikultura untuk komoditas-komoditas utama tersebut
sebagian besar dipenuhi oleh masyarakat sendiri dengan cara membeli benih yang
tersedia di lapangan. Dengan anggaran pemerintah yang terbatas, sasaran peningkatan
produksi melalui dana APBN adalah 4% untuk benih tanaman buah, 4% untuk benih
tanaman sayuran, 3% untuk benih tanaman florikultura, dan 2% untuk benih tanaman
obat.
7
Dengan sasaran peningkatan produksi benih tersebut, maka sasaran produksi benih
hortikultura TA. 2010 – 2014 untuk komoditas prioritas dapat dilihat pada tabel 2.
8
No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014
3 Kencur 68.476 70.189 71.943 73.741 75.216
4 Kunyit 88.015 90.215 92.471 94.783 96.679
5 Temulawak 33.733 34.576 35.440 36.326 37.053
6 Lempuyang 13.656 13.998 14.348 14.706 15.000
Total 719.797 737.793 756.239 775.143 790.646
Dari target sasaran produksi yang ditetapkan tersebut ternyata tidak semuanya dapat
terealisasi karena beberapa faktor antara lain: ketersediaan benih sumber / mata tempel,
kekurangterampilan tenaga lapangan yang mengokulasi/grafting, faktor lingkungan dan
lain-lain. Berdasarkan data dan laporan daerah, realisasi produksi benih TA. 2010 – 2014
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
9
No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014
III. Benih Tan. Hias (benih)
1 Anggrek 6.575.134 8.311.393 8.660.825 8.765.692 9.028.663
2 Gladiol 1.344.680 1.379.160 1.406.740 1.434.878 1.477.924
3 Krisan 105.961.686 108.381.890 112.759.150 117.696.429 121.227.322
4 Mawar 1.053.000 1.159.511 1.030.170 1.031.494 1.062.439
5 Melati 1.254.631 1.286.200 1.311.925 1.344.722 1.385.064
6 Sedap malam 3.210.032 3.291.020 3.356.840 3.423.977 3.526.696
Total 119.399.163 123.809.174 128.525.650 133.697.192 137.708.108
Dari data di atas terlihat bahwa kebutuhan benih tanaman buah dalam 5 tahun
terakhir selalu meningkat sesuai dengan pengembangan / penumbuhan sentra /
kawasan buah-buahan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan perluasan
areal/kawasan sentra tanaman buah sebagai program pemerintah. Realisasi produksi
benih tanaman buah setiap tahunnya selama 5 tahun terakhir berfluktuasi (Tabel 2).
Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 terjadi penurunan selanjutnya setelah tahun
2012 sampai dengan tahun 2014 terjadi peningkatan. Dibandingkan sasaran
produksi yang telah ditetapkan dari tahun 2010 s/d 2014, realisasi produksi hanya
bisa dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 131% dari target yang ditetapkan. Hal
tersebut dikarenakan masih lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam
memproduksi benih bermutu, kapasitas penangkar benih tanaman buah masih belum
optimal, dan penerapan aturan perbenihan hortikultura belum optimal. Rata-rata
produksi benih tanaman buah dari tahun 2010 s/d 2014 dibandingkan dengan
kebutuhannya baru dapat memenuhi 40%, tetapi jika dibandingkan dengan sasaran
yang ditetapkan sudah mencapai 93%.
Permasalahan umum dalam produksi benih tanaman buah antara lain: (1)
Memproduksi benih tanaman buah diperlukan waktu relatif lama antara 1 s/d 2 tahun
tergantung dari komoditas, sedangkan permintaan benih seringkali mendadak; (2)
10
Memproduksi benih dalam skala besar belum dapat dipenuhi oleh penangkar benih
karena keterbatasan modal, keterbatasan SDM terampil dalam menerapkan teknologi
perbanyakan benih dan tidak ada jaminan pemasaran; (3) Sistem informasi
perbenihan belum berjalan dengan baik terutama tentang keberadaan sumber
benih/mata tempel dari varietas-varietas unggul yang dikehendaki masyarakat
sehingga ketersediaan sumber benih/mata tempel melimpah di suatu tempat tetapi
kekurangan di tempat lain.
Produksi benih tanaman sayuran dan tanaman obat dipenuhi dari produksi dalam
negeri dan sebagian dari impor. Produksi dalam negeri dilaksanakan oleh produsen
benih swasta, penangkar dan Balai Benih Hortikultura (BBH). Pada benih hibrida
sayuran lebih banyak diproduksi oleh produsen benih swasta menengah/besar.
Sedangkan benih Open Pollinated (OP)/non hibrida diproduksi oleh produsen benih
kecil.
Penyediaan benih bawang merah hampir seluruhnya dilakukan oleh penangkar yang
secara khusus sudah menerapkan teknologi budidaya dengan baik, namun masih
ada petani yang menggunakan benih berasal dari hasil pertanamannya sendiri
dengan memanfaatkan hasil panen musim tanam sebelumnya.
Produksi benih kentang dalam negeri sebagian besar diperoleh dari produsen benih
seperti Balai Benih Hortikultura dan penangkar benih. Realisasi produksi benih sayur
dari tahun 2010 - 2014 selalu menunjukkan peningkatan kecuali tahun 2014 yang
mengalami penurunan dari 2013. Peningakatan produksi tahun 2013 yang cukup
signifikan dikareanakan adanya permintaan ekspor yang cukup besar pada tahun
tersebut untuk benih biji sebesar 8.645 ton. Peningkatan yang cukup signifikan
antara tahun 2010 – 2012 dikarenakan penumbuhan penangkar benih tanaman
sayuran meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas, peranan pemerintah
dalam memfasilitasi penggunaan benih tanaman sayuran bermutu semakin besar
dan tepat sasaran, komitmen pemerintah daerah terhadap produksi benih tanaman
sayuran semakin meningkat.
Pertumbuhan produksi benih sayur sejak tahun 2010 – 2014 rata-rata sebesar 15%.
Rata-rata produksi benih sayuran dari tahun 2010 - 2014 dibandingkan sasaran
produksi yang ditetapkan mencapai 80%, tetapi dibandingkan dengan kebutuhan
baru dapat memenuhi 26%.
Jenis sayuran yang diproduksi benihnya relatif rendah adalah sayuran yang benihnya
berbentuk umbi (Bawang Merah, Kentang dan Bawang Putih) karena sebagian besar
11
petani memenuhi sendiri kebutuhan benihnya dari pertanaman konsumsi. Untuk
benih sayuran bentuk biji rata-rata produksinya lebih besar dari kebutuhannya karena
sebagian diekspor.
Produksi benih tanaman florikultura belum seluruhnya dapat dipenuhi dari produksi
dalam negeri, sebagian masih impor. Produksi benih dalam negeri dilakukan oleh
penangkar, perusahaan dan Balai Benih Hortikultura (BBH).
Produksi benih tanaman florikultura selama tahun 2010 - 2014 cenderung meningkat
setiap tahunnya rata – rata sebesar 3 %. Benih anggrek yang diproduksi pada
umumnya berasal dari perbanyakan dengan biji, belum diperbanyak secara meriklon,
sehingga benih yang dihasilkan jumlahnya terbatas, varietasnya beragam dan
mutunya masih rendah. Sedangkan untuk krisan, mawar, melati benih diperbanyak
dengan stek, gladiol dan sedap malam diperbanyak melalui umbi.
Pada periode 2010 - 2014 produksi benih tanaman florikultura rata-rata baru dapat
memenuhi sekitar 22 % dari kebutuhan, namun dibandingkan dengan sasaran
produksi yang ditetapkan sudah mencapai 100%. Masih rendahnya tingkat produksi
ini disebabkan karena trend Tanaman florikultura ini cepat berubah, sehingga
produsen benih belum bisa mengikuti perkembangan selera masyarakat, selain itu
juga keterbatasan produksi benih sumber, dan jumlah penangkar, serta penerapan
teknologi maju dalam perbanyakan benih florikultura masih rendah. Kebutuhan benih
tanaman florikultura sebagaian besar dipenuhi oleh penangkar benih swasta yang
mandiri, pelaku usaha perbenihan tanaman florikultura meningkat dari tahun ke tahun.
Produksi benih tanaman obat pada umumnya diperoleh dari produksi benih dalam
negeri. Usaha produksi benih tanaman obat belum banyak dilakukan secara
komersial, karena pasarnya belum menentu. Umumnya petani masih menggunakan
benih berasal dari pertanaman sendiri.
Pertumbuhan produksi benih tanaman obat sejak tahun 2010 – 2014 rata-rata
sebesar 2,5 %. Rata-rata ketersediaan benih tanaman obat dibandingkan
kebutuhannya sajak tahun 2010 - 2014 baru mencapai 1,8 %, sedangkan
dibandingkan target produksi yang ditetapkan sudah mencapai 80 %. Kebutuhan
benih tanaman obat sebagaian besar dipenuhi oleh penangkar benih swasta yang
mandiri, pelaku usaha perbenihan tanaman obat meningkat dari tahun ke tahun.
12
1. Balai Benih Hortikultura (BBH)
Balai benih yang memproduksi benih buah, sayuran, florikultura dan tanaman obat
dapat dilihat pada tabel 4 berikut :
13
Tan. Tan. Tan.
No Nama BBH Propinsi Tan. Obat
Buah sayur Flori
22 BBH Sidera Sulawesi Tengah √
23 KBIH Lombongo Gorontalo √
24 BBH Bonto Bonto Sulawesi Selatan √ √
25 BBH Amoito Sulawesi Tenggara √
26 BBH Narmada NTB √ √
BBH Sedau NTB √
27 BBH Nonbes NTT √
28 BBH Telaga Kodok Maluku √
29 BBIH Papua Papua √
30 BBIH Papua Barat Papua Barat √
BBH sebelum otonomi daerah merupakan instalasi kebun dinas dan setelah otonomi
daerah ditingkatkan menjadi UPTD Pemerintah Propinsi. Saat ini BBH berjumlah 32
unit yang tersebar di seluruh Indonesia. BBH berperan dalam penyediaan benih
sumber (Benih Dasar dan Benih pokok) serta membantu percepatan dalam
penyediaan Benih Sebar. Propinsi yang baru (Propinsi Papua Barat) sudah memiliki
BBH, namun tugas dan fungsinya belum optimal. BBH yang banyak memproduksi
benih tanaman buah antara lain BBH Pendem dan Salaman (Propinsi Jawa Tengah),
BBH Pohjentrek (Propinsi Jawa Timur), BBH Pasir Banteng, Kasugengan (Propinsi
Jawa Barat), BBH Anjungan (Propinsi Kalimantan Barat), BBH Sei Tiga (Propinsi
Jambi), BBH Luwu (Propinsi Bali), BBH Bonto Bonto (Propinsi Sulawesi Selatan),
BBH Pekalongan (Propinsi Lampung), BBH Narmada dan Sedau (Propinsi Nusa
Tenggara Barat), serta BBH Amoito (Propinsi Sulawesi Tenggara).
14
Untuk BBH yang memiliki laboratorium kultur jaringan memproduksi benih tanaman
florikultura, buah dan sayuran diantaranya adalah BBH Gunung Johor (Propinsi
Sumatera Utara), BBH Lubuk Minturun (Propinsi Sumatera Barat), BBH Padang
Marpoyan (Propinsi Riau), BBH Sei Tiga (Propinsi Jambi), BBH Kenten (Propinsi
Sumatera Selatan), BBH Lebakbulus (propinsi DKI Jakarta), BBH Salaman (Propinsi
Jawa Tengah), BBH Wonocatur (DI Yogyakarta), BPHAT Pasir Banteng (Propinsi
Jawa Barat), BBH Sido Mulyo (Propinsi Jawa Timur), BBH Anjongan (Propinsi
Kalimantan Barat), BBH Loajoanan (Propinsi Kalimantan Timur), BBH Bonto-Bonto
(Propinsi Sulawesi Selatan) dan BBH Kairagi (Propinsi Sulawesi Utara).
15
mutu kepada perusahaan benih swasta yang memenuhi syarat untuk melakukan
sertifikasi sistem mutu secara mandiri.
13. PT. Aura Seed Indonesia 15- LSSM BTPH Tanaman Hortikultura
15. PT. SHS Cabang Pujon Malang 17-LSSM BTPH Tanaman Hortikultura
16. PT. Syngenta Seed Indonesia 18-LSSM BTPH Tanaman Pangan dan
16
Hortikultura
Industri Benih Hortikultura mulai tumbuh dan berkembang, baik melalui Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Pengusaha
menengah keatas mendominasi produksi sayuran bentuk biji dan buah semusim.
Penangkar benih perorangan/kelompok merupakan pelaku usaha perbenihan yang
mendominasi produksi benih buah-buahan, benih tanaman sayuran umbi dan benih
tanaman obat. Untuk benih florikultura kebanyakan diproduksi oleh penangkar benih.
Untuk benih florikultura yang diekspor diproduksi oleh perusahaan menengah besar
antara lain PT. Selektani, PT. Tamora Stekindo dan PT. Florion. Penangkar benih
juga merupakan mitra pengusaha dalam memproduksi benih sayuran dan tanaman
obat.
Importir benih dikategorikan sebagai Importir Produsen Benih; Importir Pedagang dan
Importir Pengusaha Hortikultura. Importir produsen adalah pengusaha yang
disamping melakukan impor juga sebagai produsen benih di Indonesia. Importir
pedagang adalah importir yang melakukan impor dan memasarkan benih asal impor
di Indonesia. Sedangkan importir pengusaha adalah importir yang melakukan impor
benih untuk pengembangan usaha agribisnis.
Dalam mendorong berkembangnya industri benih di dalam negeri, telah diatur dalam
UU No 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura bahwa importir pedagang harus dapat
mengembangkan perbenihan di dalam negeri sehingga menjadi produsen benih.
Dalam upaya memberikan iklim yang kondusif bagi industri benih dalam negeri maka
diatur tentang ketentuan benih yang diperbolehkan untuk diimpor, hal ini sesuai
dengan UU Nomor 13 Tahun 2010 bahwa impor benih hortikultura hanya dilakukan
bila ketersediaan benih di dalam negeri kurang mencukupi atau benih tidak dapat
diproduksi di dalam negeri.
17
Perkembangan ekspor-impor benih hortikultura tahun 2010-2014 menunjukkan angka
yang flutuatif baik volume maupun nilainya. Untuk benih sayuran, terdapat 7
komoditas ekspor, sayuran biji, yaitu cabe, kacang panjang, tomat, buncis, kangkung,
kubis, mentimun, wortel, dan sawi putih. Data ekspor tersaji mulai tahun 2010 sampai
dengan bulan Desember 2014 yang menunjukkan cenderung berflutuatif baik dari
volume maupun nilai devisanya. Ekspor benih sayuran pada tahun 2010 sebesar
5.769 ton dengan nilai 13.492.798 US$, pada tahun 2011 naik menjadi 6.945 ton
dengan nilai 23.118.326 US$, sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan
yang siginifikan dengan nilai ekspor sebesar 4.692 ton dengan nilai 46.108.680 US$,
meskipun mengalami penurunan volume ekpor tetapi nilainya naik hal ini dikarenakan
nilai tukar dolar mengalami kenaikan terhadap nilai tukar rupiah. Pada tahun 2013
mengalami kenaikan menjadi sebesar 8.395 ton dengan nilai 76.649.260 US$, pada
tahun berikutnya mengalami penurunan volume, yaitu pada tahun 2014 mengalami
sedikit penurunan volume ekspor menjadi sebesar 7.027 ton dengan nilai 56.240.534
US$,.
Umbi
Biji
1 Cabe/Hot Pepper 22.298 4.552 25.633 9.355 34.785 5.070 41.307 6.742 20.995 3.220
3 Tomat 10.918 4.934 7.038 3.629 10.030 5.506 8.071 1.133 3.211 3.373
5 Kangkung 5.538.000 3.000 6.784.000 5.500 4.585.500 5.620 8.236.784 751 6.931.967 4.751
7 Mentimun/Cucumbur 98.725 1.008 77.572 1.159 55.473 187 86.962 357 54.016 9.978
Jumlah Biji (kg) 5.769.920 67.352 6.945.090 76.803 4.692.203 34.698 8.395.444 35.691 7.027.808 71.203
18
TABEL 7. NILAI PENGELUARAN/PEMASUKAN BENIH SAYURAN
EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM
Umbi
Biji
1 Cabe/Hot Pepper 3.344.700 682.800 4.357.610 1.590.350 16.001.100 3.858.270 46.263.840 7.551.040 23.514.400 3.606.736
2 Kacang Panjang 29.000 1.120 313.976 - 32.075 400 96.600 20 50.563 5.020
3 Tomat 1.637.700 740.100 1.196.460 616.930 4.613.800 4.190.066 9.039.520 1.268.960 3.595.760 3.777.536
5 Kangkung 9.011 921 10.176.000 1.510 6.878.250 42.150 12.355.176 1.127 10.397.951 7.127
7 Mentimun/Cucumbur 7.898.000 80.640 6.981.480 104.310 18.583.455 81.345 8.870.124 36.414 18.095.360 4.340.430
Jumlah Biji (kg) 13.492.798 4.296.695 23.118.326 5.869.890 46.108.680 12.052.299 76.649.260 13.495.647 56.240.534 23.792.589
Selain ekspor, benih hortikultura juga sebagian diimpor. Impor benih hortikultura masih
diizinkan guna memenuhi kekurangan benih didalam negeri karena beberapa jenis komoditas
tidak diproduksi atau tidak efisien jika diproduksi di dalam negeri. Kebijakan perbenihan
hortikultura diarahkan agar secara berangsur-angsur mengurangi impor dan mendorong
ekspor.
Nilai impor benih sayuran juga bervariasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010 sebesar 67.352
ton dengan nilai sebesar 4.296.695 US$,, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 76.803
ton dengan nilai sebesar 5.869.890 US$, namun demikian pada 2 tahun berikutnya
mengalami penurunan, pada tahun 2013 volumenya sebesar 34.698 ton dengan nilai
12.052.299 sedangkan pada tahun 2014 sebesar 35.691 ton dengan nilai 13.495.647 US$.
Pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi sebesar 71.203 ton dengan nilai 23.792.589
US$.
Ekspor benih buah terdiri dari 2 (dua) komoditas yaitu semangka dan melon mulai tahun
2010-2014. Eksport buah cenderung naik setiap tahunnya. Tahun 2010 volume ekspor
19
sebesar 4.608 kg dengan nilai 691.200 US$, tahun 2011 naik menjadi sebesar 7.276 kg
dengan nilai 1.091.400 US$, tahun 2012 juga mengalami kenaikan volume ekspor yaitu
sebesar 13.357 kg dengan nilai 2.003.550 US$, tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi
18.090 kg dengan nilai 2.713.500 US$, sedangakan pada tahun 2014 mengalami penurunan
menjadi sebesar 9.098 kg dengan nilai 1.364.700 US$.
Tabel 8. Volume Pemasukan - Pengeluaran Benih Buah Tahun 2010 s/d 2014
1 Melon (kg) 1.836 125 3.912 1.741 5.217 462 7.568 402 4.489 1.133
2 Semangka (kg) 2.772 6.645 3.364 14.838 8.140 1.391 10.522 530 4.609 587
Jumlah (kg) 4.608 6.770 7.276 16.579 13.357 1.853 18.090 932 9.098 1.720
Tabel 9. Nilai Pemasukan - Pengeluaran Benih Buah Tahun 2010 s/d 2014
2010 2011 2012 2013 2014
No. Komoditas
EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM
1 Melon (USD) 275.400 18.750 586.800 261.150 782.550 69.240 1.135.200 60.300 673.350 169.950
2 Semangka (USD) 415.800 996.750 504.600 2.225.700 1.221.000 208.650 1.578.300 79.500 691.350 88.050
Jumlah (USD) 691.200 1.015.500 1.091.400 2.486.850 2.003.550 277.890 2.713.500 139.800 1.364.700 258.000
Nilai impor benih buah juga hanya untuk 2 (dua) komoditas yaitu semangka dan melon mulai
tahun 2012-2014. Volume impor benih buah cenderung berfluktuatif setiap tahunnya. Impor
benih pada tahun 2010 sebesar 6.770 kg dengan nilai 1.015.500 US$, tahun 2011 mengalami
kenaikan cukup signifikan menjadi sebesar 16.579 kg dengan nilai 2.486.850 US$, pada
tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.853 kg dengan nilai 277.890 US$, tahun 2013
mengalami penurunan menjadi 932 kg dengan nilai 139.800 US$, sedangkan tahun 2014
kembali mengalami kenaikan menjadi 1.720 kg dengan nilai 258.000 US$.
Ekpor benih florikultura terdiri dari 18 (delapan belas) jenis komoditas. Benih komoditas krisan
yang lebih banyak diekspor dari tahun 2010 hingga bulan desember 2014. Ekspor benih
florikultura periode tahun 2010-2014 menunjukkan peningkatan baik dari volume maupun nilai
devisanya. Pada tahun 2010 ekspor sebesar 102.611 ribu batang dengan nilai 40.043.641
US$, tahun 2011 sebesar 141.247 ribu batang dengan nilai 110.284.400 US$, tahun 2012
sebesar 161.144 ribu batang dengan nilai 161.144.339 US$, sedangkan pada tahun 2013
mengalami penurunan volume ekspor yaitu hanya sebesar 145.706 ribu batang dengan nilai
20
72.259.349 US$, penurunan nilai ekspor ini dikarenakan tidak dilakukan ekspor terhadap 2
(dua) komoditas yaitu mawar dan poinsettia. Pada tahun 2014 kembali mengalami kenaikan
volume ekspor yaitu sebesar 199.753 ribu batang dengan nilai 110.574.201. Tahun 2014
meskipun tidak dilakukan ekspor terhadap komoditas mawar dan poinsettia tetapi volume
ekspor untuk komoditas saint paulina mengalami peningkatan volume ekspor yang tinggi.
2 Krisan (benih) 49.348.798 38.000 44.363.710 235.700 58.895.000 361.510 53.843.990 163.150 51.787.350
163.200
4 Gerbera (benih) 917.060 1.991 856.200 16.510 1.099.350 10.575 541.700 13.430 139.500 0
6 Palem (benih) 1.151.463 505.926 5.193.209 6.260 500 500 253.924 2.400 613.106 2.020
7 Aglaonema (benih) 13.872 43.570 13.032 35.201 28.220 16.250 49.075 13.700 564.930 9.420
8 Adenium (benih) 231.953 350 1.530.500 600 1.625.000 100 1.842.553 0 1.005.041 0
10 Impatiens (benih) 4.500 3.000.200 6.800 2.500.200 800 4.000.000 2.120 1.255.000 1.200
11 Pelargonium (benih) 7.000.000 113.200 7.000.000 6.100 5.900.000 20.470 6.500.000 23.540 1.250.000 2.000
22.613.61
12 Saint paulia (benih) 16.500.500 23.352.000 15.416.000 0 81.062.252 0
2
15 Dracaena (benih) 13.711.970 300 19.064.460 200 41.156.679 300 28.843.722 0 26.143.225 20
16 Anthurium (benih) 715.495 16.097 62.230 9.130 14.240 18.000 14.010 200 535.099 254
Total (benih) 102.611.150 4.141.559 141.247.841 6.698.129 161.144.339 4.910.260 145.706.196 6.422.340 199.753.043 5.520.383
21
Tabel 11. Nilai Pengeluaran-Pemasukan Benih Florikultura Tahun 2010-2014
(Berdasarkan Surat Izin Pemasukan/Pengeluaran Benih)
2010 (USD) 2011 (USD) 2012 (USD) 2013 (USD) 2014 (USD)
No. Komoditas
EX IM EX IM EX IM EX IM EX IM
Anggrek
1 1.610.868 215.974 285.285 321.396 384.890 187.137 563.310 374.607 602.624 250.847
Krisan
2 1.480.464 2.660 1.330.911 16.499 1.766.850 25.306 1.615.320 11.421 1.553.621 11.424
Mawar
3 3.000 132.801 - 225.215 - 25.326 - - - 24.864
Gerbera
4 210.924 1.991 1.712.400 16.510 2.198.700 10.575 1.083.400 13.430 279.000 -
Lili
5 2.780.760 927.024 8.280.000 2.395.960 10.040.000 2.020.232 5.616.000 1.966.184 12.960.640 2.252.176
Palem
6 913.232 12.648.150 3.115.925 156.500 300 12.500 152.354 60.000 1.212 50.500
Aglaonema
7 9.710 21.785 9.122 17.601 19.754 8.125 34.353 6.850 395.451 4.710
Adenium
8 57.988 175 382.625 300 406.250 - 460.638 - 251.260 -
Euphorbia
9 357.913 - 1.156.250 900 902.500 13.200 1.787.875 - 1.875.425 5
Impatiens
10 599.240 360 6.549.862 544 5.458.291 64 8.732.567 170 2.739.843 96
Pelargonium
11 2.191.100 9.056 2.075.100 488 1.749.013 1.638 1.926.879 1.883 370.554 160
Saint paulia
12 495.015 - 700.560 - 462.480 - 21 - 2.431.868 -
Poinsettia
13 500 - - - - - - - - -
Polycias
14 9.201.786 - 26.793.763 - 22.623.545 - 15.694.781 - 16.789.798 -
Dracaena
15 15.083.167 330 48.800.081 220 105.350.441 330 18.773.167 - 66.919.886 22
Anthurium
16 357.748 6.439 31.115 3.652 7.120 7.200 14.421.861 80 267.550 102
Amaryllis
17 1.205.228 - 6.000.400 - 4.562.776 - 18.823 - 1.854.803 -
Pachira
18 3.485.000 - 3.061.000 - 2.687.667 - 1.378.000 - 1.280.667 -
Total
40.043.641 13.966.745 110.284.400 3.155.784 158.620.577 2.311.632 72.259.349 2.434.624 110.574.201 2.594.905
Nilai impor benih florikultura dari tahun 2010-2014 cukup fluktuatif mengalami kenaikan dan
penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 nilai impor sebesar 4.141 ribu batang dengan
nilai 13.966.745 US$, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi sebesar 6.698 ribu batang
dengan nilai 3.155.784 US$, sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi
sebesar 4.910 ribu ton dengan nilai sebesar 2.311.632 US$, pada tahun 2013 mengalami
kenaikan menjadi sebesar 6.422 ribu ton dengan nilai 2.434.624 US$, sedangkan pada tahun
2014 kembali mengalami penurunan menjadi 5.520 ribu ton dengan nilai sebesar 2.594.905
US$.
Untuk komoditas tanaman obat, volume ekspornya sangat sedikit dan jarang sekali dilakukan.
Kebanyakan pemenuhan benih tanaman obat dilakukan dengan sendirinya karena belum
banyak industri ataupun penangkar benih profesional pada komoditas tanaman obat.
22
telah dilepas/didaftar oleh Menteri Pertanian sejak tahun 2010 sampai dengan tahun
2014 sebanyak 73 jenis yang terdiri dari 797 varietas, dengan rincian : a) 26 jenis
tanaman buah yang terdiri dari 177 varietas; b) 30 jenis tanaman sayuran yang terdiri dari
495 varietas; c) 11 jenis florikultura yang terdiri dari 115 varietas; dan d) 6 jenis tanaman
tanaman obat yang terdiri dari 10 varietas.
Tabel 12. Jumlah Komoditas dan Varietas Hortikultura Yang Telah Didaftar Oleh Menteri
Pertanian Tahun 2010 – 2014
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah
No Komoditas Jen Var Jen Var Jen Var Jen Var Jen Var Jen Var
1 Buah 16 41 16 66 18 19 8 23 14 28 26 177
2 Sayuran 18 97 23 161 14 54 24 117 16 66 30 495
3 Hias 6 22 7 43 2 3 5 29 2 18 11 115
4 Biofarmaka 1 3 3 4 0 0 2 3 0 0 6 10
Jumlah 41 163 49 274 34 76 39 172 32 112 73 797
Varietas hortikultura (buah, sayur, florikultura dan obat) yang dilepas/didaftar berasal dari
varietas lokal, hasil pemuliaan dalam negeri, dan introduksi hasil pemuliaan varietas dari
luar negeri. Pelepasan/pendaftaran varietas tanaman buah didominasi oleh varietas
unggul daerah, pelepasan/pendaftaran varietas tanaman sayur didominasi oleh hasil
pemulian dalam negeri dan introduksi hasil pemuliaan luar negeri, pelepasan/pendaftaran
varietas tanaman florikultura didominasi oleh hasil pemuliaan dalam negeri, sedangkan
pelepasan/pendaftaran varietas tanaman obat didominasi oleh varietas unggul daerah.
23
BAB III
24
A. Potensi
a) Regulasi Perbenihan
Saat ini hortikultura telah memiliki UU No. 13 tahun 2010 yang mengatur tentang
regulasi dan kebijakan di bidang hortikultura termasuk dengan peraturan perbenihan
yang akan terus dikaji ulang mengikuti tren dan keperluannya.
b) Komitmen pemerintah
Sejak tahun 1980 hingga 2014 telah dilepas/didaftar varietas hortikultura sebanyak
2.242 varietas. Hal ini memberikan pilihan yang besar kepada pengguna benih.
B. Kelemahan
c) Teknologi terbatas
25
d) Dukungan Pemda lemah terhadap kelembagaan perbenihan
Sebagian besar pemerintah daerah belum memberikan dan komitmen yang tinggi
terhadap pengembangan perbenihan di daerahnya. Hal ini dapat dilihat dari
minimnya anggaran yang dialokasikan di kelembagaan perbenihan yang ada di
daerahnya.
C. Peluang
Minat pelaku usaha terhadap penggunaan benih cukup tinggi karena sebagian besar
pengguna benih sudah memahami dan menyadari manfaat penggunaan benih
bermutu. Ketersediaan benih bermutu hortikultura masih rendah namun mengalami
peningkatan produksi tiap tahunnya.
D. Tantangan
Kebutuhan benih bermutu yang terus meningkat namun hingga kini pelaku usaha
perbenihan belum mampu menyediakan benih sesuai dengan kebutuhan.
26
b) Produk hortikultura yang berdaya saing
Saat ini telah banyak produk hortikultura nasional yang mampu bersaing di pasar
internasional. Untuk meningkatkan volume ekspor diperlukan penyeragaman varietas,
oleh karena itu merupakan peluang pemasaran benih bermutu dari varietas unggul.
27
BAB. IV
Tabel 13. Sasaran Kebutuhan Benih Hortikultura Nasional Tahun 2015 – 2019
28
No Komoditas 2015 2016 2017 2018 2019
Total 598.862.000 604.892.000 610.853.000 616.844.000 623.014.000
Baseline sasaran produksi ditetapkan berdasarkan realisasi produksi yang telah dicapai
pada tahun 2015. Berdasarkan realisasi produksi 2015, target produksi 2016-2019
ditetapkan rata-rata meningkat 1,5% untuk benih sayur, 1% untuk benih buah dan 2%
untuk benih florikultura dan biofarmaka.
29
Sasaran produksi benih hortikultura dapat dilihat pada tabel 14 berikut :
30
No Komoditas 2015 2016 2017 2018 2019
5 Temulawak 37.794 38.549 39.320 40.107 40.909
6 Lempuyang 15.300 15.606 15.919 16.237 16.562
Total 806.459 822.588 839.040 855.821 872.937
Dengan dicapainya sasaran produksi, diharapkan pada tahun 2019 kebutuhan benih
dapat dipenuhi masing-masing benih kentang 28 %; bawang merah 23%; benih sayuran
bentuk biji 123%; benih buah 49%; benih florikultura 55%; dan biofarmaka 2%.
1. Sayuran 108 80 84 88 92
2. Buah 45 30 32 34 36
3. Florikultura 25 10 11 12 13
4. Tanaman Obat 2 1 1 1 1
31
setiap tahunnya. Pada tanaman sayuran ditargetkan 10 % dan tanaman biofarmaka
sebanyak 5% per tahun sampai tahun 2019.
- 1 unit sertifikasi benih buah setara 2.000 – 5.000 mata tempel/batang bahan
sambung/stek; setara 2.000 – 5.000 batang, setara 100 – 500 batang cangkok;
setara 500- 1.000 batang anakan; setara 1.000 – 2.000 batang tanaman; setara
lahan maksimal 2.000 m2 (untuk buah biji) atau setara 300 pohon (untuk buah
pepaya).
- 1 unit sertifikasi sayuran umbi (kentang, bawang merah dan bawang putih) setara
lahan seluas maksimal 1 ha dan dalam satu hamparan; setara lahan maksimal
2.000 m2 untuk sayuran dengan perbanyakan generatif
- 1 unit sertifikasi tanaman obat berbentuk rimpang setara lahan seluas maksimal 1
ha; setara maksimal 1.000 rumpun (untuk lidah buaya)
Mengacu pada program Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2015 – 2019 yaitu
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura dalam rangka
mendukung peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing
ekspor serta peningkatan kesejahteraaan petani, maka Direktorat Perbenihan
menetapkan kegiatan pengembangan sistem perbenihan meliputi:
32
6. Pendaftaran varietas baru hortikultura.
Tabel 17. Target volume indikator sasaran strategis Direktorat Perbenihan Tahun
2015 – 2019
Tahun
No. Kegiatan Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi benih Bawang
1. Kg 2.015.000 2.100.000 2.205.000 2.315.250
Merah
2. Produksi Benih Jeruk Batang 245.000 252.000 264.600 277.830
Untuk mencapai target indikator sasaran strategis Direktorat Perbenihan Tahun 2015 –
2019 dilaksanakan melalui langkah-langkah operasional sebagai berikut:
Ketersediaan benih merupakan salah satu indikator kinerja yang akan dicapai oleh
Direktorat Perbenihan Hortikultura pada Tahun 2015 - 2019. Target ketersediaan benih
hortikultura merupakan produksi benih yang dilakukan oleh BBH di daerah dengan
dukungan dana APBN Pusat serta penangkar yang menjadi binaan BBH setempat
dibawah pengawasan mutu benih BPSB. Kebijakan peningkatan ketersediaan benih akan
dikembangkan produksi benih mendekati pengembangan kawasan. Peningkatan
ketersediaan benih setiap tahun ditetapkan sebesar 4 %.
33
Komoditas yang menjadi target ketersediaan benih sayuran adalah benih kentang dan
bawang merah. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 116/Permentan/
SR.120/11/2013 Junto 48/ Permentan/SR.120/8/2012 tentang Produksi, Sertifikasi dan
Pengawasan Peredaran Benih, mengatur pengkelasan benih kentang G0 setara dengan
Benih Dasar (BD), G1 setara dengan Benih Pokok (BP) dan G2 setara dengan Benih
Sebar (BR). Dengan memperhatikan perubahan kebijakan tersebut maka dalam
penyediaan benih kentang Balai Benih akan memproduksi BD dan BP, sedangkan BR
dapat dikerjasamakan dengan penangkar. Untuk mencapai ketersedian benih yang
diharapkan, pemerintah akan memberikan dukungan terhadap Balai Benih dan
penangkar melalui penguatan kelembagaan dengan fasilitasi sarana produksi benih,
meningkatkan kemampuan SDM, penerapan peraturan yang kondusif, penumbuhan
penangkar benih mendekati lokasi pengembangan, pembinaan; dan pemasyarakatan
benih bermutu melalui bantuan benih serta memberikan pedoman sebagai acuan
produksi benih dan pembinaan.
Pengembangan bawang merah akan dilaksanakan menyebar ke wilayah Indonesia
sesuai agroklimatnya. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah penguatan kelembagaan
dengan sosialisasi penggunaan benih bermutu di wilayah baru seperti lahan gambut,
fasilitasi sarana produksi, meningkatkan kemampuan SDM, penerapan peraturan yang
kondusif, penumbuhan penangkar benih mendekati lokasi pengembangan dan
pembinaan; serta pemasyarakatan benih bermutu melalui bantuan benih.
Upaya – upaya yang dilakukan dalam mencapai target ketersedian benih sayuran :
- Peningkatan kemampuan BBH dan penangkar dalam memproduksi benih sayuran,
dengan memfasilitasi sarana produksi
- Memfasilitasi bahan informasi teknologi produksi benih sayuran bermutu
34
- Pembinaan terhadap BBH dan penangkar
- Identifikasi lokasi baru yang berpotensi untuk pengembangan benih sayuran
- Sosialisasi varietas dan penggunaan benih bermutu kepada petani/masyarakat
- Sinkronisasi antara pengembangan budidaya dan perbenihan sayuran, target
komoditas daerah
Salah satu indikator kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura pada Tahun 2015 –
2019 yang akan dicapai adalah produksi benih tanaman buah. Target ketersediaan
benih tanaman buah yang ditetapkan dengan menggunakan dana APBN
Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura adalah produksi benih jeruk dan
buah lainnya. Produksi benih tanaman buah dilaksanakan oleh BBH sedangkan
kegiatan sertifikasi, pengawasan mutu dan peredarannya oleh BPSB. Peningkatan
ketersediaan benih setiap tahun ditetapkan sebesar 4 %.
35
tanaman jeruk maupun benih tanaman buah tahunan lainnya melalui fasilitasi sarana
produksi benih. Khususnya yang tidak mampu disediakan oleh penangkar sendiri,
dapat berupa screen house, shading net, alat packing benih, dll.
Kegiatan penguatan kelembagaan meliputi :
- Koordinasi / Identifikasi, menyangkut sosialisasi kepada penangkar dan
pengidentifikasian profil penangkar;
- Fasilitasi Sarana Produksi untuk Penangkar, menyangkut pengadaan fisik alat
atau pendukung produksi benih;
- Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Kegiatan lainnya adalah pemasyarakatan benih bermutu melalui fasilitasi benih buah
bermutu yang ditujukan untuk masyarakat (petani) dan organisasi kewanitaan sesuai
permintaan.
Kegiatan pemasyarakatan benih bermutu meliputi :
- Koordinasi / Identifikasi
- Pameran dan Eksibisi Perbenihan Hortikultura
- Penyediaan Benih Bermutu Hortikultura untuk Petani/Masyarakat dan
Penanggulangan Bencana Alam
- Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
UU No.13 tahun 2010 tentang Hortikultura mengamanatkan bahwa varietas yang beredar
di pasaran harus sudah didaftarkan. Disamping itu, sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian No. 48/Permentan/SR.120/8/2012 jo No. 116/Permentan/Kpts/11/2013 jo
71/Permentan/Kpts/07/2013 tentang Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran
Benih Hortikultura, maka setiap benih yang beredar wajib melalui sertifikasi benih yang
dilakukan oleh instansi pemerintah yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi
pengawasan dan sertifikasi benih (BPSBTPH) maupun oleh produsen benih yang telah
mendapatkan sertifikat sistem mutu benih. Oleh karena itu setiap benih yang diproduksi
dan akan diedarkan wajib disertifikasi. Khusus benih florikultura ketentuan pelaksanaan
sertifikasi tidak diberlakukan, namun dilakukan melalui penilaian proses produksi.
Dalam rangka menjamin benih buah bermutu, maka proses produksinya harus
dilaksanakan melalui sertifikasi benih. Sertifikasi benih buah dilaksanakan di seluruh
wilayah kerja BPSBTPH yang tersebar di seluruh Indonesia, kecuali Provinsi Kerpulauan
Riau yang belum memiliki Instansi BPSB. Berdasarkan anggaran yang tersedia maka
ditetapkan target jumlah calon varietas/varietas yang didaftarkan dan jumlah unit
sertifikasi dari tahun 2015-2019 masing-masing dengan rata-rata persentase
peningkatan 16% dan 30%.
36
Kegiatan pengembangan varietas hortikultura dilakukan melalui :
- Peningkatan kompetensi PBT dan produsen benih dalam bidang teknis sertifikasi
benih antara lain penilaian kelayakan benih sumber
37
BAB V
Visi dan Misi Direktorat Perbenihan Hortikultura mengacu pada revisi rencana strategis
Direktorat Jenderal Hotikultura, dilakukan melalui dukungan di bidang perbenihan hortikultura.
A. Visi
Visi Perbenihan tahun 2015 - 2019 adalah ”Tersedianya benih hortikultura dalam
jumlah yang cukup, tepat varietas, tepat kualitas, tepat waktu dan harga terjangkau
untuk mendukung kawasan hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan”.
B. Misi
Dalam rangka mencapai visi tersebut, Misi Direktorat Perbenihan adalah sebagai berikut :
Meningkatkan kualitas SDM aparat pemerintah pada instansi terkait maupun pelaku
usaha perbenihan.
C. Tujuan
Sejalan dengan visi dan misi yang ditetapkan, maka tujuan pembangunan perbenihan
tahun 2015-2019 adalah :
38
Berdasarkan tujuan tersebut, maka dapat dijabrkan indikator tujuannya sebagai berikut :
39
BAB VI
A. SASARAN
3. Benih jeruk
8. Benih cabai
Untuk mencapai target indikator sasaran strategis Direktorat Perbenihan Tahun 2018 –
2019 dilaksanakan melalui langkah-langkah operasional sebagai berikut :
Salah satu indikator kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura pada Tahun 2018 –
2019 yang akan dicapai adalah produksi benih tanaman buah. Target ketersediaan
benih tanaman buah yang ditetapkan dengan menggunakan dana APBN.
Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura adalah produksi benih mangga,
40
manggis, pisang dan buah lainnya. Produksi benih tanaman buah dilaksanakan oleh
BBH sedangkan kegiatan sertifikasi, pengawasan mutu dan peredarannya oleh
BPSB. Peningkatan ketersediaan benih setiap tahun ditetapkan sebesar 4 %.
Fasilitasi Sarana Produksi untuk produsen benih mikro dan kecil, menyangkut
pengadaan fisik alat atau pendukung produksi benih
Koordinasi / Identifikasi
Bawang merah merupakan salah satu sayuran umbi dan komoditas unggulan
nasional yang sejak lama diusahakan oleh petani secara intensif karena
penggunaannya sebagai bahan/bumbu penyedap masakan, bahan industri
makanan dan sebagai obat tradisional. Bawang merah dibudidayakan oleh petani
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Sentra produksi bawang merah
tersebar di beberapa Provinsi antara lain Jabar, Jateng, Jatim, Aceh, Sumut,
Sumbar, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Maluku, Bali, NTB,
NTT dan Banten. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan
bawang merah juga semakin meningkat, sehingga kebijakan pengembangan
41
bawang merah di samping intensifikasi di sentra produksi juga ekstensifikasi di
daerah pengembangan baru.
Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan keberhasilan usaha tani. Pemerintah telah melepas 35 varietas unggul
bawang merah, akan tetapi belum semua varietas dikenal oleh petani terutama di
daerah pengembangan baru. Kondisi saat ini petani masih banyak menggunakan
benih hasil pertanaman sendiri (tidak bersertifikat) dengan melakukan seleksi
terhadap umbi bawang yang dianggap bagus. Dengan demikian maka penyediaan
benih bermutu varietas unggul, baik benih sumber maupun benih sebar secara
berkesinambungan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan benih, baik
melalui prosedur sertifikasi maupun melalui pemurnian varietas. Selain itu,
mengembangkan industri benih bawang merah dalam rangka menjaga kontinuitas
pasokan benih unggul bermutu juga sangat diperlukan.
3. Benih jeruk
Salah satu indikator kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura pada Tahun 2018 –
2019 yang akan dicapai adalah produksi benih tanaman buah. Target ketersediaan
benih tanaman jeruk yang ditetapkan dengan menggunakan dana APBN.
Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura adalah produksi benih mangga,
manggis, pisang dan buah lainnya. Produksi benih tanaman buah dilaksanakan oleh
BBH sedangkan kegiatan sertifikasi, pengawasan mutu dan peredarannya oleh
BPSB. Peningkatan ketersediaan benih setiap tahun ditetapkan sebesar 4 %.
Fasilitasi Sarana Produksi untuk produsen benih mikro dan kecil, menyangkut
pengadaan fisik alat atau pendukung produksi benih
42
Kegiatan lainnya adalah pemasyarakatan benih bermutu melalui fasilitasi benih
buah bermutu yang ditujukan untuk masyarakat (petani) dan organisasi kewanitaan
sesuai permintaan.
Koordinasi / Identifikasi
Ketersediaan benih merupakan salah satu indikator kinerja yang akan dicapai oleh
Direktorat Perbenihan Hortikultura pada Tahun 2018 - 2019. Target ketersediaan
benih hortikultura merupakan produksi benih yang dilakukan oleh BBH di daerah
dengan dukungan dana APBN Pusat serta produsen benih yang menjadi binaan
BBH setempat dibawah pengawasan mutu benih BPSB.
Komoditas yang menjadi target ketersediaan benih sayuran adalah benih kentang
dan bawang putih. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor
116/Permentan/ SR.120/11/2013 Junto 48/ Permentan/SR.120/8/2012 tentang
Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih, mengatur pengkelasan
benih kentang G0 setara dengan Benih Dasar (BD), G1 setara dengan Benih Pokok
(BP) dan G2 setara dengan Benih Sebar (BR). Dengan memperhatikan perubahan
kebijakan tersebut maka dalam penyediaan benih kentang Balai Benih akan
memproduksi BD dan BP, sedangkan BR dapat dikerjasamakan dengan produsen
benih. Untuk mencapai ketersedian benih yang diharapkan, pemerintah akan
memberikan dukungan terhadap Balai Benih dan produsen benih mikro dan kecil
melalui penguatan kelembagaan dengan fasilitasi sarana produksi benih,
meningkatkan kemampuan SDM, penerapan peraturan yang kondusif, penumbuhan
penangkar benih mendekati lokasi pengembangan, pembinaan; dan
pemasyarakatan benih bermutu melalui bantuan benih serta memberikan pedoman
sebagai acuan produksi benih dan pembinaan.
43
penerapan peraturan yang kondusif, penumbuhan produsen benih skala mikro dan
kecil mendekati lokasi pengembangan dan pembinaan, serta pemasyarakatan benih
bermutu melalui bantuan benih.
b) Potensi produksi benih sayur di BBH dan produsen benih mikro dan kecil.
Didasarkan pada kapasitas fasilitas yang dimiliki seperti: screen house, lahan
yang dimiliki, gudang, SDM dari produsen benih di sentra pengembangan
benih sayuran.
Upaya – upaya yang dilakukan dalam mencapai target ketersedian benih sayuran :
Peningkatan kemampuan BBH dan produsen benih mikro dan kecil dalam
memproduksi benih sayuran, dengan memfasilitasi sarana produksi
a) Penguatan kelembagaan
Bantuan benih sumber bermutu ke BBH dan produsen benih mikro dan
kecil
44
Temu Teknologi antara BBH, produsen benih, akademis, lembaga
penelitian
c) Pedoman
Pengumpulan data
5. Benih cabai
Potensi hasil suatu varietas unggul salah satunya ditentukan oleh kualitas benih
yang digunakan. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang bermutu prima
dibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-
sifat unggul dari varietas yang diwakilinya.
45
bermutu melalui bantuan benih serta memberikan pedoman sebagai acuan produksi
benih dan pembinaan.
B. KINERJA UTAMA
Tersedianya Rasio
infrastruktur ketersediaan
pertanian pasca Alat dan Mesin
panen tanaman Pertanian
SP3 hortikultura 5 (Alsintan) 90 100 100 100
yang sesuai berdasarkan
dengan kebutuhan
kebutuhan (pasca panen
hortikultura)(%)
46
Terkendalinya Rasio serangan
penyebaran OPT dan DPI
SP4 OPT dan DPI 6 terhadap luas 1,99 5 5 5
pada tanaman tanam tanaman
hortikultur hortikultura(%)
Terwujudnya Nilai AKIP
akuntabilitas Direktorat
kinerja instansi Jenderal
pemerintah di Hortikultura
lingkungan berdasarkan
SP5 Direktorat 7 penilaian 82,00 82,50 82,50 83,00
Jenderal Inspektorat
Hortikultur Jenderal
Kementerian
Pertanian
(nilai)
Nilai Kinerja
(NK)
8 (berdasarkan 73,44 73,50 73,75 74,00
PMK 249 tahun
2011) (Nilai)
C. KINERJA KEGIATAN
Dalam indikator keinerja utama sebagaimana disebut di atas, perlu dijabarkan dalam
bentuk indikiatir kinerja kegiatam dalam pengelolaan perbenihan hortikultura sebagai
berikut
47
Jumlah benih
5 manggis yang 336,061 Btg 292,848 301,469 311,671
tersedia
Jumlah benih
7,989,
6 salak yang Ank 6,332,700 6,631,900 6,948,700
834
tersedia
Jumah benih
109,642
7 kentang yang Kg 109,083,150 115,193,100 118,072,350
,500
tersedia
Jumlah benih
12,926,
8 pisang yang Btg 11,249,150 11,266,475 11,316,938
307
tersedia
Jumlah benih
20,710,
9 jahe yang Kg 20,768,550 20,826,300 20,885,700
800
tersedia
Jumlah benih
436,592
10 krisan yang Stek 438,198,000 442,003,600 442,575,480
,880
tersedia
Jumlah benih
Bag
11 jamur yang 242,000 246,400 251,900 257,400
log
tersedia
Jumlah benih
3,491,
12 jeruk yang Btg 2,425,060 2,509,155 2,548,285
268
tersedia
Jumlah benih
2,118,
13 bawang putih Kg 3,628,240 11,539,440 13,273,290
160
yang tersedia
Rasio
peningkatan
jumlah
14 kelembagaan 1 % 1 1 1
benih
hortikultura
(%)
48
yang tersedia Kelembagaan
Benih
02 Jumlah benih 189,228, 189,640, 190,268, Direktorat Komponen
bawang merah 600 760 760 Perbenihan Pembentuk
yang tersedia Hortikultura
(kg)
A Rasio benih 4,79 4,86 4,97 Subdirektorat
bawang merah Pengawasan
bermutu Mutu Benih
terhadap total
benih bawang
merah tersedia
(%)
B Jumlah benih 9,066,000 9,213,600 9,462,000 Subdirektorat
bawang merah Produksi dan
bermutu yang Kelembagaan
tersedia (kg) Benih
C Jumlah varietas 1 1 1 Subdirektorat
bawang merah Pengembang
yang didaftarkan an vrietas
(varietas)
SK02 03 Jumlah benih 2,223,705 2,323,269 2,415,793 Direktorat Komponen
mangga yang Perbenihan Pembentuk
tersedia Hortikultura
(batang)
A Rasio benih 0,25 0,46 0,44 Subdirektorat
mangga Pengawasan
bermutu Mutu Benih
terhadap total
benih mangga
yang tersedia
(%)
B Jumlah benih 62,500 120,000 120,000 Subdirektorat
mangga Produksi dan
bermutu yang Kelembagaan
tersedia Benih
(batang)
04 Jumlah benih 44,959, 45,852, 47,220, Direktorat Komponen
nenas yang 063 813 938 Perbenihan Pembentuk
bermutu (benih) Hortikultura
A Rasio benih 0,02 0,02 0,02 Subdirektorat
nenas bermutu Pengawasan
terhadap total Mutu Benih
benih nenas
yang tersedia
(%)
B Jumlah benih 2,750,000 875,000 875,000 Subdirektorat
nenas bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
49
(benih)
SK02 05 Jumlah benih 292,848 301,469 311,671 Direktorat Komponen
manggis yang Perbenihan Pembentuk
tersedia Hortikultura
(batang)
A Rasio benih 2,10 5,18 4,98 Subdirektorat
manggis Pengawasan
bermutu Mutu Benih
terhadap total
benih manggis
yang tersedia
(%)
B Jumlah benih 47,000 120,000 120,000 Subdirektorat
manggis Produksi dan
bermutu yang Kelembagaan
tersedia Benih
(batang)
06 Jumlah benih 6,332,700 6,631,900 6,948,700 Direktorat Komponen
salak yang Perbenihan Pembentuk
tersedia Hortikultura
(anakan)
A Rasio benih 0.09 0.02 0.02 Subdirektorat
salak bermutu Pengawasan
terhadap total Mutu benih
benih salak yang
tersedia (%)
B Jumlah benih 180,000 50,000 50,000 Subdirektorat
salak bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
(anakan) Benih
SK02 07 Jumlah benih 109,083, 115,193, 118,072, Direktorat Komponen
kentang yang 150 100 350 Perbenihan Pembentuk
tersedia (kg) Hortikultura
A Rasio benih 0.33 0.33 0.33 Subdirektorat
kentang bermutu Pengawasan
terhadap total Mutu Benih
benih kentang
yang tersedia
(%)
B Jumlah benih 375,000 384,000 394,500 Subdirektorat
kentang bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
(kg) Benih
08 Jumlah benih 11,249, 11,266, 11,316, Direktorat Komponen
pisang yang 150 475 938 Perbenihan Pembentuk
tersedia Hortikultura
(batang)
A Rasio pisang 0,01 0,10 0,10 Subdirektorat
benih bermutu Pengawasan
50
terhadap total Mutu Benih
benih pisang
yang tersedia
(%)
B Jumlah benih 110,000 760,000 1,000,000 Subdirektorat
pisang bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
(batang) Benih
SK02 09 Jumlah benih 20,768, 20,836, 20,885, Direktorat Komponen
jahe yang 550 300 700 Perbenihan Pembentuk
tersedia (kg) Hortikultura
A Rasio benih jahe 0,15 0,27 0,30 Subdirektorat
bermutu Pengawasan
terhadap total Mutu Benih
benih jahe yang
tersedia (%)
B Jumlah benih 115,500 139,500 160,500 Subdirektorat
jahe bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
(kg) Benih
10 Jumlah benih 438,198, 442,003, 442,575, Direktorat Komponen
krisan yang 000 600 480 Perbenihan Pembentuk
tersedia (stek) Hortikultura
A Rasio benih 2,03 3,10 5,47 Subdirektorat
krisan bermutu Pengawasan
terhadap total Mutu Benih
benih krisan
yang tersedia
(%)
B Jumlah benih 145,440 224,000 400,000 Subdirektorat
krisan bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
(stek) Benih
SK02 11 Jumlah benih 246,400 251,900 257,400 Direktorat Komponen
jamur yang Perbenihan Pembentuk
tersedia (bag Hortikultura
log)
A Rasio benih 3,86 4,17 4,08 Subdirektorat
jamur bermutu Pengawasan
terhadap total Mutu Benih
benih benih
jamur yang
tersedia (%)
B Jumlah benih 14,500 15,500 15,500 Subdirektorat
jamur bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
(bag log) Benih
12 Jumlah benih 2,425,060 2,509,155 2,584,285 Direktorat Komponen
jeruk tersedia Perbenihan
51
(batang) Hortikultura Pembentuk
A Rasio benih 0.96 0.82 0.79 Subdirektorat
jeruk Pengawasan
bersertifikat Mutu benih
terhadap total
benih jeruk
beredar (%)
B Jumlah benih 1,127,200 1,000,000 1,000,000 Subdirektorat
jeruk bermutu Produksi dan
yang tersedia Kelembagaan
(batang) Benih
SK01 13 Jumlah benih 3,628,240 11,539, 13,273, Direktorat Komponen
bawang putih 440 920 Perbenihan Pembentuk
tersedia (kg) Hortikultura
A Rasio benih 65,68 16,54 6,44 Subdirektorat
bawang putih Pengawasan
bersertifikat Mutu Benih
terhadap total
benih bawang
putih beredar
(%)
B Jumlah benih 2,680,000 4,372,800 4,490,400 Subdirektorat
bawang putih Produksi dan
bermutu yang Kelembagaan
tersedia (kg) Benih
14 Jumlah varietas 57 59 61 Subdirektorat Buat Baru
sayur dan Pengembang
tanaman obat an Varietas
yang didaftarkan
untuk diedarkan
15 Jumlah varietas 22 25 28 Subdirektorat Buat Baru
buah dan Pengembang
florikultura yang an Varietas
didaftarkan
untuk diedarkan
16 Rasio 1 1 1 Subdirektorat Buat Baru
peningkatan Produksi dan
jumlah Kelembagaan
kelembagaan Benih
benih
hortikultura (%)
52
BAB VII
ARAH KEBIJAKAN
3. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri benih melalui pemberian insentif
tertentu guna menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya usaha
perbenihan.
53
BAB VIII
STRATEGI
2. Penguatan kelembagaan penangkar benih melalui fasilitasi sarana produksi dan benih
sumber.
4. Peningkatan kualitas SDM perbenihan (petugas BBH, PBT, produsen benih) melalui
latihan, magang, seminar, dll.
5. Meningkatkan peran swasta dalam membangun industri benih dalam negeri melalui
penyederhanaan regulasi, pendaftaran varietas, pembinaan proses akreditasi, dan
sertifikasi mandiri.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang perbenihan, peran BBH dan
BPSBTPH sangat penting dalam penyediaan benih bermutu di wilayahnya. Penyediaan benih
hortikultura harus direncanakan minimal 2 tahun sebelumnya, sehingga kebutuhan benih
dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Produsen/penangkar benih perlu dibina baik teknis
maupun manajerial agar mampu menyediakan benih bermutu sesuai dengan prinsip 7 tepat
(jenis, varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, harga).
54
- Meningkatkan kompetensi sumberdaya
55
BAB VIII
A. KERANGKA REGULASI
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, dan sesuai dengan peran pemerintah dalam
pembangunan, maka program pembangunan perbenihan diarahkan untuk memotivasi
dan menstimulasi partisipasi masyarakat dengan memberikan regulasi yang kondusif dan
fasilitasi terhadap para pelaku usaha perbenihan, agar dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya dengan baik.
56
5. Keputusan Menteri Pertanian No. 511/Kpts/PD.310/ 9/2006 tentang Jenis Komoditi
Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura.
6. Keputusan Menteri Pertanian No. 510/Kpts/OT.320/D/11/2011 tentang Jenis
Tanaman Hortikultura Yang Dikecualikan Dari Uji Kebenaran Varietas.
7. Keputusan Menteri Pertanian No. 720 /Kpts/OT.320/ 12/2011 tentang Tim Penilai
Pendaftaran Varietas Hortikultura (TP2VH).
8. Keputusan Menteri Pertanian No. 150 /Kpts/SR.130/ 11 /2013 tentang Benih
Hortikultura Yang Tidak Dapat Diproduksi Di Wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai pelaksanaan dari peraturan perundangan di atas diterbitkan pula Pedoman
Teknis sebagai acuan kepada para stake holders perbenihan, yaitu :
1. Keputusan Menteri Pertanian No. 700/Kpts/OT.320/D/2/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Deskripsi dan Pengujian Kebenaran Varietas Tanaman Hortikultura.
2. Peraturan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/12/2012 tentang Pedoman Teknis
Sertifikasi Benih Tanaman Hortikultura
3. Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Kpts/SR.130/12/2012 tentang Pedoman Teknis
Pengawasan Peredaran Benih Hortikultura
4. Peraturan Menteri Pertanian No. 25/Kpts/SR.130/06/2013 tentang Pedoman Teknis
Sertifikasi Kompetensi Produsen dan Pengedar Benih Hortikultura
5. Peraturan Menteri Pertanian No. 45/Kpts/SR.130/8/2013 tentang Pedoman Teknis
Penilaian Proses Produksi Benih Jamur.
6. Peraturan Menteri Pertanian No. 151/Kpts/SR.130/11/2013 tentang Pedoman Teknis
Penilaian Proses Produksi Benih Florikultura.
7. Peraturan Menteri Pertanian No. 170/Kpts/SR.130/11/2013 tentang Pedoman Teknis
Pemurnian Varietas Hortikultura.
Peraturan tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dalam pengembangan
perbenihan hortikultura. Mengingat perkembangan hortikultura yang bersifat dinamis
sangat dimungkinkan terjadi perubahan pada peraturan perbenihan tersebut.
B. KELEMBAGAAN PERBENIHAN
Dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
dinyatakan bahwa benih bermutu merupakan salah satu sarana dalam melaksanakan
budidaya hortikultura. Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 48 tahun 2012 ditegaskan
bahwa benih dari varietas yang sudah dilepas/didaftar apabila akan diedarkan harus
melalui sertifikasi benih. Pelaksanaan sertifikasi ini dapat dilakukan oleh Instansi
pemerintah yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi
57
benih atau perorangan / badan hukum yang telah memperoleh ijin dari lembaga yang
berwenang. Tujuannya adalah untuk melindungi konsumen dari perolehan benih yang
tidak benar baik varietas maupun mutunya.
Untuk melaksanakan Peraturan Perbenihan tersebut maka keberadaan kelembagaan
perbenihan sangat dibutuhkan. Adapun lembaga-lembaga yang dimaksud adalah :
BBH merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Pemerintah Propinsi yang berfungsi
sebagai penyedia benih sumber dan perbanyakan benih sebar, sumber informasi
edukasi, koleksi plasma nutfah, pembinaan penangkar, wisata agro hortikultura. Saat
ini BBH tersebar di 32 propinsi.
58
4. Penyedia Benih Hortikultura
Industri Benih Hortikultura mulai tumbuh dan berkembang, baik melalui Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN); Modal patungan; maupun Penanaman Modal Asing
(PMA). Pengusaha menengah keatas mendominasi produksi benih sayuran bentuk
biji, buah semusim dan tanaman florikultura. Penangkar benih merupakan pelaku
usaha perbenihan yang mendominasi produksi benih buah-buahan, sayuran umbi
(kentang dan bawang merah) dan benih tanaman obat. Penangkar benih juga
merupakan mitra pengusaha dalam memproduksi benih sayuran dan tanaman obat.
C. PENDANAAN
59