Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: At the time of the elderly, people suffered various setbacks that affect the function and the
body's capabilities because it is caused by changes in anatomical, physiological, and biochemical in the
body. The government's efforts to provide health care facilities for the elderly is to hold health development
activities. However, the participation of the elderly in these activities is still low. The objective of this study is
analyse of elderly participation in health development activities.
Method: This research is use an observational study with cross sectional design. The analysis using chi-
square test and multiple logistic regression. The samples were taken by purposive sampling with 96
respondents.
Result: The results of chi-square test showed that age (p=0.011), sex (p=0.035), occupation (p=0.000),
attitude (p=0.001), needs (p=0.000), and family support (p=0.000) have an influence on the participation of
the elderly in health development activities. Meanwhile, education (p=0.075), knowledge (p=0.092), distance
(p=0.596), and the role of cadres (p=0.461) did not have an influence on the participation of the elderly in
health development activities. Based on multiple logistic regression, the most dominant variable affecting the
participation of the elderly is a job, attitude, and needs.
Conclusion: The participation of the elderly in health development activities is influenced by age, gender,
occupation, attitudes, needs, and family support. We expect that the parties concerned to be able to take
measures to increase the participation of the elderly in health development activities, such as through the
promotion and health education about the benefits of health elderly development activities.
Keywords: participatio, elderly, health development activities
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada masa lanjut usia manusia mengalami berbagai kemunduran yang mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh karena disebabkan oleh perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada
tubuh. Upaya pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan bagi lansia adalah dengan mengadakan kegiatan
pembinaan kesehatan. Akan tetapi, partisipasi lansia dalam kegiatan tersebut masih rendah. Tujuan studi ini
adalah menganalisis partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan lansia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi observational dengan desain Cross Sectional. Analisis
menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda. Sampel ditarik secara purposive sampling dengan
jumlah 96 responden.
Hasil Penelitian: Hasil uji chi-square menunjukkan umur (p=0,011), jenis kelamin (p=0,035), pekerjaan
(p=0,000), sikap (p=0,001), kebutuhan (p=0,000), dan dukungan keluarga (p=0,000) mempunyai pengaruh
terhadap partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan. Sedangkan, pendidikan (p=0,075),
pengetahuan (p=0,092), jarak tempuh (p=0,596), dan peran kader (p=0,461) tidak mempunyai pengaruh
terhadap partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan. Berdasarkan uji regresi logistik ganda,
variabel yang paling dominan mempengaruhi partisipasi lansia adalah pekerjaan, sikap, dan kebutuhan.
Kesimpulan: Partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pekerjaan, sikap, kebutuhan, dan dukungan keluarga. Diharapkan kepada pihak terkait agar dapat melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan kesehatan antara lain
melalui promosi dan penyuluhan kesehatan tentang manfaat kegiatan pembinaan kesehatan lansia.
Kata Kunci: partisipasi, lansia, kegiatan pembinaan kesehatan
Alamat Koresponding: Indah Dwi Wahyuni, Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Sosial Kota Palembang,
Email : indahdwi53@gmail.com
96 Juli 2016
Wahyuni et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2016, 7(2):96-107
Juli 2016 97
Wahyuni et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2016, 7(2):96-107
Analisis univariat dalam penelitian ini kesehatan lansia, faktor internal, dan faktor
bertujuan untuk menggambarkan tingkat eksternal yang mempengaruhinya, seperti
partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan yang diperlihatkan pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1.
Gambaran Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia, Faktor
Internal, dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhinya
Variabel Dependen
Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan
Kesehatan
Tidak Berpartisipasi 53 55,2%
Berpartisipasi 43 44,8%
Variabel Independen
Faktor Internal Partisipasi
Umur Responden
Pra Lansia (45-59 tahun) 55 57,3%
Lansia (>60 tahun) 41 42,7%
Jenis Kelamin Responden
Laki-laki 32 33,3%
Perempuan 64 66,7%
Pendidikan Terakhir
rendah ( SMP) 61 63,5%
35 36,5%
tinggi (> SMP)
Pekerjaan
Bekerja 49 51%
Tidak Bekerja 47 49%
Pengetahuan Responden tentang Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Kurang 50 52,1%
Baik 46 47,9%
Variabel Independen
Faktor Internal Partisipasi
Sikap Responden terhadap Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
1. Negatif 53 55,2%
2. Positif 43 44,8%
Kebutuhan Responden akan Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Tidak membutuhkan 36 37,5%
Membutuhkan 60 62,5%
Faktor Eksternal Partisipasi
Jarak Tempuh ke Pos Pembinaan Kesehatan
Lansia
Dekat 94 97,9%
Jauh 2 2,1%
Peran Kader
Tidak aktif 52 54,2%
Aktif 44 45,8%
Dukungan Keluarga terhadap Lansia dalam
Mengikuti Kegiatan Pembinaan Kesehatan
Lansia
Tidak ada dukungan 32 33,3%
Ada dukungan 64 66,7%
Sumber : Data Primer, 2015
Juli 2016 97
Wahyuni et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2016, 7(2):96-107
dalam penelitian ini berjenis kelamin menyatakan bahwa kader berperan tidak aktif
perempuan. 61 orang responden (63,5%) dalam kegiatan pembinaan kesehatan lansia.
dalam penelitian ini diantaranya Sebanyak 64 orang responden (66,7%)
berpendidikan rendah. Sebanyak 46 orang menyatakan mendapatkan dukungan keluarga
responden (47,9%) memiliki pemahaman untuk berpartisipasi dalam kegiatan
yang baik mengenai kegiatan pembinaan pembinaan kesehatan.
kesehatan lansia, akan tetapi sebanyak 53
orang responden (55,2%) memiliki sikap yang Hasil Analisis Bivariat
negatif terhadap kegiatan pembinaan Analisis bivariat dalam penelitian ini
kesehatan lansia. 60 orang (62,5%) responden bertujuan untuk melihat ada tidaknya
menyatakan membutuhkan kegiatan hubungan antara faktor-faktor internal dan
pembinaan kesehatan lansia. 97,9% eksternal partisipasi terhadap tingkat
responden (94 orang) memiliki tempat tinggal partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan
yang berjarak dekat dengan pos pembinaan kesehatan lansia yang disajikan dalam Tabel
kesehatan lansia. 52 orang responden (54,2%) 2.
Tabel 2.
Hasil Tabulasi Silang Faktor Internal dan Faktor Eksternal Partisipasi dengan
Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia
Partisipasi
Faktor-faktor Tidak PR (95%CI) P
Berpartisipasi
Berpartisipasi
Faktor Internal
Umur Responden
Pra Lansia (45-59 tahun) 37 69,8% 18 41,9% 1,67 (1,12-2,47) 0,011
Lansia (>60 tahun) 16 30,2% 25 58,1%
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 43,4% 9 20,9% 2,07 (1,08-4) 0,035
Perempuan 30 56,6% 34 79,1%
Pendidikan Terakhir
Rendah (< SMP) 29 54,7% 32 74,4% 0,73 (0,54-1) 0,075
Tinggi (> SMP) 24 45,3% 11 25,6%
Pekerjaan
Bekerja 44 83% 5 11,6% 7,14 (3,1-16,42) 0,000
Tidak Bekerja 9 17% 38 88,4%
Pengetahuan Responden tentang
Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia
Baik 23 43,4% 27 62,85% 0,69 (0,47-1,02) 0,092
Kurang 30 56,6% 16 37,2%
Sikap Responden terhadap Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Negatif 38 71,7% 15 34,9% 2,06 (1,32-3,2) 0,001
Positif 15 28,3% 28 65,1%
Kebutuhan Responden akan Kegiatan
Pembinaan Kesehatan Lansia
Tidak membutuhkan 34 64,2% 2 4,7% 13,79 (3,51- 0,000
Membutuhkan 19 35,8% 41 95,3% 54,18)
Faktor Eksternal
Jarak Tempuh
Dekat 51 96,2% 43 100% 0,96 (0,91-1,02) 0,569
Jauh 2 3,8% 0 0%
Peran Kader
Tidak aktif 31 58,5% 21 48,8%
1,2 (0,82-1,75) 0,461
Aktif 22 41,5% 22 51,2%
Dukungan Keluarga
Tidak ada dukungan 28 52,8% 4 9,3% 5,86 (2,16-14,94) 0,000
98 Juli 2016
Wahyuni et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2016, 7(2):96-107
Tabel 3.
Hasil Regresi Logistik dengan Metode Backward
Juli 2016 99
Wahyuni et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2016, 7(2):96-107
tua/lansia merupakan hal biasa dan tidak perlu memanfaatkan pelayanan kesehatan termasuk
menjalani pemeriksaan apapun. Responden kegiatan pembinaan kesehatan lansia.
mengaku lebih percaya berobat ke fasilitas
kesehatan lain, karena petugas kesehatan yang Jenis Kelamin
dilibatkan dalam kegiatan pembinaan Berdasarkan Tabel 2, yang paling
kesehatan hanya bidan desa saja, jarang sekali sering berpartisipasi dalam kegiatan
menghadirkan dokter umum maupun dokter pembinaan kesehatan lansia adalah responden
spesialis. Sebanyak 79 orang (82,3%) perempuan dengan jumlah 79,1% (34 orang).
responden menyatakan bahwa kader tidak Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
pernah menjelaskan manfaat kegiatan yang dilakukan oleh Harianto (2004) dalam
pembinaan kesehatan lansia. Kader juga Ningsih, dkk. (2014) yang menyatakan
jarang melakukan sweeping ke rumah warga perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap
untuk mengetahui keadaan kesehatan lansia penggunaan pelayanan kesehatan termasuk
yang menyebabkan mereka tidak kegiatan pembinaan kesehatan lansia.5
berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan Peneliti berasumsi bahwa perempuan
kesehatan. lebih rentan terhadap berbagai macam
penyakit dibandingkan laki-laki, dan
Umur perempuan lebih banyak berkonsultasi dengan
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil petugas kesehatan untuk memeriksakan
penelitian Purnawati (2014) yang menyatakan fisiknya karena perempuan lebih sensitif
bahwa umur merupakan faktor yang terhadap perasaan sakit. Perempuan
mempengaruhi kunjungan lansia dalam cenderung lebih rajin untuk mengikuti
kegiatan posyandu di Desa Plumbon, kegiatan pembinaan kesehatan, sebaliknya
Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.8 Peneliti lansia laki-laki cenderung lebih malas
berasumsi bahwa bertambahnya umur lansia mengikuti berbagai kegiatan pembinaan
akan semakin meningkatkan kesehatan.
ketergantungannya kepada kaum yang lebih Menurut Meijer (2009) dalam Ningsih,
muda. Hal ini disebabkan secara alami lansia dkk. (2014), perempuan lebih mudah
mengalami perubahan fisik, mental, ekonomi, menerima saran dan nasihat dari petugas
dan psikososial, sehingga menyebabkan lansia kesehatan, hal inilah yang menyebabkan
memerlukan pelayanan kesehatan seperti perempuan lebih mudah mengatasi berbagai
kegiatan pembinaan kesehatan lansia. masalah kesehatannya, sehingga dapat
Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata meningkatkan kualitas hidupnya dengan salah
umur responden yang berpartisipasi dalam satu cara yaitu mengunjungi dan
kegiatan pembinaan kesehatan adalah 59 memanfaatkan posyandu lansia untuk
tahun, usia yang hampir mendekati lansia (pra memeriksakan kesehatannya.5
lansia). Para responden kelompok umur pra
lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekar Jaya Pendidikan
Kabupaten OKU merasa bahwa mereka belum Berdasarkan Tabel 2, responden yang
memerlukan kegiatan pembinaan kesehatan tidak berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan
lansia karena merasa masih sehat dan kesehatan lansia sebagian besar berpendidikan
produktif, padahal usia pra lansia merupakan rendah yakni sebanyak 29 orang responden
salah satu sasaran langsung dari kegiatan (45,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
pembinaan kesehatan lansia. Ada hasil penelitian dari Henniwati (2008),
kecenderungan, semakin tua umur seseorang Rosyid, dkk., (2009), dan Manunde, dkk.,
semakin sering mereka mengalami sakit (2013) yang menyatakan tidak adanya
sehingga semakin sering pula mereka hubungan yang bermakna antara pendidikan
dengan partisipasi lansia dalam kegiatan lansia yang tidak bekerja lebih baik dalam
pembinaan kesehatan.9,10,11 memanfaatkan kegiatan pembinaan kesehatan
Menurut Hadrywinoto (2007) dalam lansia. Responden yang bekerja akan lebih
Henniwati (2008), biasanya semakin tinggi sibuk sehingga mempunyai waktu yang
tingkat pendidikan seseorang akan pula sedikit untuk menyempatkan hadir dalam
meningkatkan pengetahuan dan informasi kegiatan pembinaan kesehatan lansia
yang didapat, sehingga tuntutan dan dibandingkan dengan responden yang tidak
kebutuhan akan pelayanan kesehatan menjadi bekerja.10
meningkat. Sebaliknya, seseorang dengan
pendidikan yang rendah akan mengakibatkan Pengetahuan
mereka sulit untuk menerima penyuluhan atau Hasil penelitian ini sesuai dengan
informasi tentang kesehatan termasuk tentang penelitian yang dilakukan oleh Yuniati (2012)
manfaat kegiatan pembinaan kesehatan dan Dewi, dkk. (2013) tentang faktor-faktor
lansia.9 yang mempengaruhi kunjungan lansia ke
Peneliti berasumsi tidak adanya posyandu lansia yang menyatakan bahwa
pengaruh pendidikan dalam penelitian ini pengetahuan tidak berpengaruh secara
disebabkan karena sebagian responden yang signifikan terhadap kunjungan lansia ke
berpendidikan rendah memiliki pemahaman posyandu lansia.13,14
yang cukup tentang kegiatan pembinaan Menurut Notoatmodjo (1993) dalam
kesehatan lansia. Pendidikan pada dasarnya Rosyid, dkk. (2009), pengetahuan didapatkan
tidak hanya dapat diperoleh dari bangku setelah seseorang melakukan penginderaan
sekolah (formal), tetapi juga dari lingkungan terhadap suatu objek tertentu melalui panca
keluarga, pengalaman, masyarakat, dan dari inderanya. Sebagian besar pengetahuan
media lainnya. manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
Pekerjaan yang sangat penting untuk terbentuknya
Berdasarkan Tabel 2, responden yang tindakan seseorang (ovent behaviour).10
paling sering tidak berpartisipasi dalam Peneliti berasumsi tidak adanya hubungan
kegiatan pembinaan kesehatan lansia berasal yang bermakna antara variabel pengetahuan
dari kelompok responden yang bekerja yakni dan partisipasi lansia dalam kegiatan
sebesar 44 orang (83%). Hasil penelitian pembinaan kesehatan, disebabkan karena
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh tingkat pengetahuan seseorang tidak selalu
Andersen (1975) dalam Priyoto (2014) yang mendorong perilakunya, artinya responden
menyatakan bahwa pekerjaan merupakan yang berpengetahuan baik tentang kegiatan
faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi pembinaan kesehatan lansia belum tentu mau
seseorang dalam memanfaatkan pelayanan berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan
kesehatan.12 Peneliti mengasumsikan keadaan kesehatan lansia, karena dipengaruhi juga oleh
fisik yang melemah pada lansia berbagai faktor lain seperti sikap, informasi
mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi yang diperoleh, pengalaman, dan sosial
dari sistem-sistem tubuh yang menyebabkan ekonomi.
lansia tidak mampu untuk melakukan
pekerjaan. Sikap
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Rosyid, dkk. (2009) yang penelitian yang dilakukan oleh Yuniati
menyatakan bahwa pekerjaan merupakan (2012), Mengko, dkk. (2015), dan Muzakkir
faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia (2012) yang menyatakan bahwa sikap
ke pos pembinaan kesehatan lansia dimana berpengaruh secara signifikan terhadap
responden yang jarak tempat tinggalnya dekat yang bermakna antara peran kader dengan
dengan posyandu lansia berpeluang 2,13 kali partisipasi lansia dalam kegiatan pembinaan
lipat untuk memanfaatkan posyandu lansia kesehatan dimungkinkan karena meskipun
dibandingkan dengan responden yang tempat peran kader merupakan salah satu faktor
tinggalnya jauh.18 Akan tetapi, pendapat eksternal yang diduga mempengaruhi
tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian partisipasi lansia, namun terdapat faktor lain
ini, responden yang tidak berpartisipasi dalam yang masih sangat mempengaruhi tingkat
kegiatan pembinaan kesehatan lebih banyak partisipasi lansia diantaranya masih rendahnya
berasal dari kelompok responden yang tempat dukungan keluarga, kesibukan para lansia,
tinggalnya berjarak dekat dengan pos sikap lansia terhadap kegiatan pembinaan
pembinaan kesehatan lansia. Peneliti kesehatan, dan budaya yang dianut
berasumsi bahwa tidak adanya hubungan diantaranya masih menganggap bahwa
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa kunjungan ke pos pembinaan kesehatan lansia
faktor lain seperti, sikap, pekerjaan, maupun hanya diperlukan bila sudah sakit atau sudah
dukungan keluarga. renta, dan terkadang menganggap bahwa
kondisi sakit sangat wajar dialami oleh lansia.
Peran Kader
Menurut Wiyono (2000), pelayanan Dukungan Keluarga
kader yang baik dapat mempengaruhi Menurut Akhmadi (2009) dalam
keaktifan kunjungan lansia ke pos pembinaan Pratiwi, dkk. (2014), upaya mendorong minat
kesehatan lansia. Interaksi yang baik dengan atau kesediaan lansia untuk berpartisipasi
cara saling menghargai, menghormati, dalam kegiatan pembinaan kesehatan, sangat
responsif, dan memberikan perhatian dapat diperlukan dukungan keluarga. Keluarga
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dapat berperan sebagai motivator kuat bagi
dari lansia terhadap kader. Apabila hubungan lansia jika sedang malas datang ke pos
kader dan lansia baik, maka kegiatan pembinaan kesehatan, selalu menyediakan diri
pembinaan kesehatan dapat berlangsung lebih untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
efektif. Sebaliknya, lansia yang diperlakukan posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
kurang baik cenderung untuk mengabaikan jadwal posyandu, dan berusaha membantu
saran dan nasihat kader atau tidak akan mau mengatasi segala permasalahan bersama
lagi datang dalam kegiatan pembinaan lansia.20
kesehatan lansia.19 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 dari 43 orang responden yang berpartisipasi
orang responden yang berpartisipasi dalam dalam kegiatan pembinaan kesehatan lansia,
kegiatan pembinaan kesehatan yang sebanyak 39 orang responden (90,7%)
menyatakan kader berperan aktif adalah mengaku mendapat dukungan dari anggota
sebesar 51,2% tidak jauh berbeda proporsinya keluarga untuk berpartisipasi dalam kegiatan
dengan responden yang berpartisipasi tetapi pembinaan kesehatan. Hasil penelitian ini
menyatakan kader tidak berperan aktif yakni sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sebesar 48,8%. Kurniati (2014) mengenai faktor-faktor yang
Penelitian ini didukung oleh hasil mempengaruhi rendahnya pemanfaatan
penelitian yang dilakukan oleh Yuniati (2012) posyandu lanjut usia (lansia) di Desa
mengenai pemanfaatan posyandu lansia yang Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten
mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh Banyumas, yang menyatakan bahwa adanya
yang signifikan antara peran kader dengan pengaruh yang signifikan antara dukungan
pemanfaatan posyandu oleh lansia.13 Peneliti keluarga dengan pemanfaatan posyandu
berasumsi bahwa tidak terdapatnya hubungan lansia.21
lansia dapat ditangani secara tepat dan kegiatan pembinaan kesehatan di wilayah
cepat. kerja Puskesmas Sekar Jaya masih bekerja,
4. Memberikan reward dan penghargaan diharapkan agar waktu pelaksanaan
kepada desa/kelurahan yang paling aktif kegiatan dapat disesuaikan, misalnya di
melaksanakan kegiatan pembinaan sore hari, sehingga manfaat dari kegiatan
kesehatan lansia dan dapat menarik minat pembinaan kesehatan dapat benar-benar
lansia untuk berpatisipasi dalam kegiatan dirasakan oleh lansia.
pembinaan kesehatan lansia. 3. Meningkatkan peran kader dan petugas
B. Bagi Kader, Bidan Desa, dan Masyarakat kesehatan dengan melakukan kunjungan
di Wilayah Kerja Puskesmas Sekar Jaya rumah lansia yang mempunyai
Kabupaten OKU keterbatasan gerak. Memotivasi lansia
1. Menambah jumlah pos pembinaan untuk selalu hidup sehat dan produktif
kesehatan lansia di masing-masing serta memotivasi keluarga lansia agar turut
desa/kelurahan yang diseimbangkan memberikan dukungan bagi para lansia
dengan jumlah penduduk yang ada. Seperti untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan
Desa Air Paoh (salah satu wilayah kerja pembinaan kesehatan.
Puskesmas Sekar Jaya) yang jumlah 4. Menyusun kegiatan yang dapat
penduduknya paling banyak, akan tetapi meningkatkan kualitas hidup lansia agar
hanya mempunyai 1 pos pembinaan lebih sehat dan sejahtera seperti senam
kesehatan lansia. lansia, pengajian, pelatihan usaha ekonomi
2. Membuat jadwal kegiatan pembinaan produktif, rekreasi, dan lain sebagainya.
kesehatan yang lebih sering, bukan hanya 5. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai
sebulan sekali, dapat diadakan 2 kali dalam pihak terkait seperti LSM, tokoh
sebulan atau satu kali dalam seminggu. masyarakat, maupun tokoh agama untuk
Selain itu, karena sebagian besar turut berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat yang menjadi sasaran langsung pembinaan kesehatan lansia.