You are on page 1of 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERPANGKATAN DAN AKAR

SEDERHANA MELALUI PENERAPAN ALAT PERAGA


‘PAPER DAN NOKRUMTUL’
PADA PESERTA DIDIK KELAS V
DI SD NEGERI 2 BENGKULU SELATAN

Zarlan Saryadi
SD Negeri 2 Bengkulu Selatan

Abstract
The purpose of this classroom action research is to: (1) describe mathematics learning in simple
matter of powers and roots in grade V elementary school students of State 2 South Bengkulu by
applying 'Paper and Nokrumtul' props; and (2) to describe the effectiveness of the Implementation
of 'Paper and Nokrumtul' Toolkit on Improving Learning Outcomes of Simple Departments and
Roots to Grade V Students in elementary school students of State 2 South Bengkulu. The location
of this class action research activity is at elementary school State number 2 South Bengkulu.
Students who are the subject of this study are students in class V with the number of 20 people
consisting of 12 men of gender and 8 others came from the female sex, all students as subjects of
this study will be subject to action in accordance with the flow real learning. From the results of
learning activities that have been done for two cycles, and based on all the discussion and analysis
that has been done can be concluded that the learning by applying the props "Paper and Nokrumtul"
has a positive impact in improving student learning outcomes in class V elementary school students
of State 2 South Bengkulu which is marked by the improvement of student learning outcomes in
each cycle, the average value of student learning outcomes reached 78.75 with 80% learning
completeness in cycle I and average learning outcomes reached 86.25 with 100% complete learning
in cycle II . Implementation of learning with props "Paper and Nokrumtul" in the math lessons also
have a positive influence, which can increase the motivation of students. Thus the application of
learning through props "Paper and Nokrumtul" proved effective to improve learning outcomes of
students.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Perpangkatan dan Akar Sederhana, “Paper dan Nokrumtul”

PENDAHULUAN pendidikan di Negara lain. Masalah mutu atau


Pendidikan yang berkembang pada era kualitas sering menjadi isu sentral bagi
kekinian merupakan salah satu upaya manusia kemajuan pendidikan di tanah air. Berbagai
yang dapat dilakukan untuk menyiapkan upaya pemerintah telah dilakukan guna
generasi menghadapi berbagai tantangan di meningkatkan mutu pendidikan di tanah air.
masa mendatang. Pendidikan sungguh Memang telah diakui bahwa upaya yang telah
berperan penting dalam mempersiapkan anak dilakukan pemerintah itu sedikit atau banyak
didik menghadapi berbagai tantangan hidupnya telah memberikan warna bagi kemajuan dunia
yang tentu sangat beragam pada masa yang pendidikan di Indonesia seiring dengan
akan datang. Dunia pendidikan sungguh telah berbagai tantangan yang harus dihadapi dengan
sangat berkembang dan maju dengan pesat. tegar pula.
Hal ini berimplikasi apabila dunia pendidikan Upaya memajukan pendidikan tentu
di Indonesia kualitas atau mutunya terus bukanlah tanggung jawab mutlak pemerintah
menurun maka jelas pendidikan di Indonesia saja akan tetapi juga menjadi tanggung jawab
juga akan tertinggal jauh dengan dunia guru sebagai agen pembelajaran di kelas. Peran

93
94 PAKAR PENDIDIKAN. VOL. 16 NO. 1 JANUARI 2018 (93-106)

guru amatlah penting meskipun guru bukanlah peserta didik terhadap pembelajaran
satu-satunya sumber belajar bagi anak didik. matematika berubah menjadi ‘menyenangkan,
Kehadiran guru profesional sungguh sangat penuh tantangan yang menarik untuk dihadapi
penting dalam sumbangsihnya mewujudkan dan diselesaikan setiap permasalahannya’. Ini
mutu lulusan yang diharapkan yaitu lulusan tentu bukan hal mudah, sungguh membutuhkan
yang kompeten, kreatif, dan berkarakter serta kesabaran, keuletan, dan kreativitas guru kelas.
mampu memenangkan berbagai persaingan Langkah pertama adalah bagaimana upaya guru
hidup secara sehat di era global. Seorang guru meyakinkan peserta didik bahwa matematika
seharusnya piawai dalam merancang dan itu adalah sangat dekat dengan kehidupan
melaksanakan pembelajaran yang sehari-hari. Banyak benda dan aktivitas
memungkinkan setiap anak didiknya dapat atau kehidupan yang berkaitan dengan aktivitas
mampu mengkonstruksi pemikirannya sendiri manusia adalah matematika, artinya proses
untuk menemukan konsep-konsep dan makna pembelajaran matematika di kelas tentu
pembelajaran, serta mengetahui untuk apa bukanlah tentang operasi hitung bilangan
konsep itu dipelajari dan bagaimana konsep melainkan berbagai hal yang berhubungan
tersebut dibentuk. Guru profesional selalu dengan penemuan dengan berbagai konteksnya.
memberikan ruang yang cukup bagi anak Pembelajaran matematika khususnya di
didiknya guna mengkonstruksi pemikirannya SD sebenarnya sangat berhubungan dengan
sendiri secara lebih aktif dan kreatif. Guru kehidupan peserta didik sehari-hari. Banyak
seharusnya selalu mampu menghadirkan konteks permainan yang berhubungan dengan
pembelajaran aktif dan menyenangkan matematika di sekolah. Pada umumnya peserta
sehingga dapat menumbuhkan kesan bermakna didik tertarik bila melakukan suatu permainan
dan menarik bagi anak didiknya, sedemikian atau ‘game’. Oleh karena itu guru kelas yang
sehingga tujuan pembelajaran di kelasnya dapat mengajar matematika berupaya untuk membuat
dicapai, artinya mutu yang diharapkan dalam suatu permainan yang menarik peserta didik
pembelajaran dapat diwujudkan. untuk bermain sambil belajar. Belajar dalam
Pembelajaran matematika di Sekolah hal menemukan konsep-konsep matematika di
Dasar hingga kini masih menjadi ‘sesuatu yang dalam kelas atau di luar kelas. Pada materi
menyeramkan atau hal menakutkan’ bagi pelajaran matematika di kelas V SD terdapat
kebanyakan peserta didik dari berbagai jenjang materi tentang perpangkatan dan akar
khususnya peserta didik pada kelas tinggi. sederhana yang sering menjadi permasalahan
Matematika dianggap sebagai mata pelajaran bagi peserta didik dalam menguasai konsep-
yang sulit dan membosankan oleh sebagian konsepnya. Pada materi ini berdasarkan
besar peserta didik. Dengan demikian tugas pengalaman penulis yang mengajar di kelas V
guru yang utama adalah bagaimana mengubah di SDN 2 Bengkulu Selatan, selama ini hasil
kesan negatif ini menjadi kesan yang positif, belajar peserta didik masih berkisar 35% s.d
artinya pemikiran dan anggapan kebanyakan 40% tingkat ketuntasan atau tingkat
Peningkatan Hasil Belajar ... (Zarlan Saryadi) 95

keberhasilan belajarnya artinya masih sebesar lebih mudah memahami konsep-konsep


60% s.d 65% peserta didik yang masih belum pembelajaran matematika. Proses pembelajaran
tuntas belajar dan mengikuti kegiatan remidial. yang melibatkan berbagai kegiatan dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta tindakan yang perlu dilakukan peserta didik
didik ternyata mereka kurang tertarik dengan untuk memperoleh mutu belajar yang lebih
materi ini dan anggapan mereka sangat sulit baik. Oleh karena dalam penerapannya,
untuk menguasai konsep dan mengerjakan soal- pendekatan konstruktivisme dipadukan dengan
soal yang merupakan permasalahan yang ada di penggunaan alat peraga “Paper dan Nokrumtul”
dalamnya. Namun dari sisi yang lain yang dirancang guru sebagai peneliti dan
berdasarkan wawancara yang lebih mendalam diaplikasikan sebagai inovasi pembelajaran
ternyata mereka juga ingin menguasai pada pembelajaran matematika di kelas. Alat
matematika dan bagaimana peraga “Paper dan Nokrumtul” atau “Papan
mengaplikasikannya dalam konteks kehidupan, Persegi dan Noktah dari Jarum Pentul”
artinya meskipun mereka beranggapan merupakan alat peraga yang penulis temukan
matematika merupakan pelajaran yang sulit, guna membantu peserta didik dalam memahami
namun mereka juga ingin bagaimana dan menguasai konsep tentang perpangkatan
menguasai konsep-konsepnya dengan mudah dan akar sederhana pada pembelajaran
dan belajar matematika menarik dan matematika di kelas V SD. Alat peraga “Paper
menyenangkan. dan Nokrumtul” ini sungguh mudah disiapkan
Berdasarkan permasalahan di atas maka untuk digunakan pada pembeajaran matematika
penulis sebagai guru kelas di kelas V SDN 2 di kelas dan sangat menyenangkan. Demikian
Bengkulu Selatan berupaya bagaimana peserta pula alat serta media yang digunakan sangatlah
didik dapat mengkonstruksi pengetahuan mudah diperoleh dan murah. Alat peraga
matematikanya melalui pembelajaran “Paper dan Nokrumtul” ini memberikan
matematika yang aktif, menarik, menantang, peluang bagi peserta didik untuk lebih
efektif dan menyenangkan melalaui kegiatan mengeksplorasi potensi dirinya dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan mengkonstruksi pengetahuan matematika
pengalaman penulis pembelajaran matematika khususnya tentang perpangkatan dan akar
yang aktif, menarik, menantang, efektif dan sederhana.
menyenangkan dapat ditempuh melalui Konsep atau teori yang melandasi
pendekatan konstruktivisme akan menciptakan pembelajaran dengan menerapkan alat peraga
peserta didik menjadi lebih aktif dalam ‘Paper dan Nokrumtul’ adalah konsep
memahami materi matematika yang diberikan, pendekatan konstruktivisme dalam
sehingga pengalaman belajar peserta didik akan pembelajaran matematika. Seperti yang telah
bertambah sesuai dengan apa yang mereka dijelaskan di atas bahwa konsep kontruktivisme
lakukan dalam proses belajarnya. Pendekatan adalah setiap peserta didik sungguh dapat
konstruktivisme dapat membuat peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan untuk dirinya
96 PAKAR PENDIDIKAN. VOL. 16 NO. 1 JANUARI 2018 (93-106)

sendiri, dan bukan merupakan pengetahuan terhadap pembelajaran perpangkatan dan akar
yang datang dari guru semata, artinya di dalam sederhana yang sedang dipelajari menjadi
pembelajaran matematika peserta didik paham atau mengerti dan menguasai konsep
menggunakan pengetahuannya sendiri yang yang dimaksud.
kemudian dikonstruksikan kedalam Karakteristik peserta didik di SD
pembelajaran, pengetahuan yang didapat menurut Basett dalam Sumantri dan Permana
peserta didik bukanlah transfer dari guru (2001) adalah: (1) mereka secara alamiah
semata. Peserta didik aktif dalam memiliki rasa ingin tahu yang sangat kuat dan
mengkonstruksikan pengetahuannya dan guru tertarik dengan dunia sekitar yang mengelilingi
memfasilitasi pembelajaran agar proses diri mereka sendiri; (2) mereka senang bermain
pengkonstruksian pengetahuan dalam benak dan lebih suka bergembira; (3) mereka suka
atau pemikiran peserta didik itu menjadi lebih mengatur dirinya untuk menangani berbagai
baik dan optimal. hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencoba
Pendekatan konstruktivisme akan efektif usaha-usaha baru; (4) mereka biasanya tergetar
jika sesuai dengan kesiapan intelektual, oleh hatinya dan terdorong untuk berprestasi
karena itu dalam pendekatan konstruktivisme sebagaimana mereka tidak suka mengalami
seharusnya menurut urutan yang logis sesuai ketidakpuasan dan menolak kegagalan-
dengan tingkat kemampuan dan pengalaman kegagalan; (5) mereka belajar dengan efektif
peserta didik. Misalnya sebelum pembelajaran ketika mereka merasa puas dengan situasi yang
dilaksanakan, peserta didik lebih dahulu terjadi; dan (6) mereka belajar dengan cara
mengamati benda-benda yang ada di bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan
lingkungan hidup sehari-hari atau melakukan mengajar anak-anak lainnya.
aktivitas pembelajaran yang menyenangkan Menurut Pujiastuti (2002) pendekatan
sehingga mereka tertarik dan siap belajar. Ini konstruktivisme memandang bahwa
juga dapat dilakukan dengan suatu permainan pengetahuan tidak barada di luar pikiran,
yang menarik dan berkaitan dengan melainkan merupakan sesuatu yang berada di
pembelajaran yang akan dilakukan dan atau dalam pikiran manusia. Pengetahuan tidak
penggunaan dan penerapan alat peraga yang dapat dipindahkan dari pikiran guru kepada
menarik dan sesuai dengan konsep materi siswa tetapi siswa sendiri yang mengkonstruksi
pelajarannya. Alasannya agar siswa dapat pengetahuan tersebut atau setiap orang
menciptakan atau menemukan kembali konsep- mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
konsep yang ada dalam pikiran mereka dan Pembelajaran konstruktivisme menuntut guru
mampu mengkonstruksinya. Dengan demikian, lebih kreatif dalam menciptakan pembelajaran
keberhasilan siswa dalam belajar perpangkatan yang inovatif, kegiatan ini perlu diterapkan di
dan akar sederhana melalui pendekatan sekolah dengan maksud pembelajaran menjadi
konstruktivisme merupakan suatu perubahan bermakna bagi siswa. Sedangkan menurut
tingkah laku dari diri siswa yang belum paham Menurut Madden dalam Muijs dan Reynolds
Peningkatan Hasil Belajar ... (Zarlan Saryadi) 97

(2008) menyampaikan alasan penggunaan pembelajaran bermakna; (3) Untuk mengajar


pendekatan konstruktivisme dalam dengan baik, guru harus memahami model-
pembelajaran matematika yaitu pendekatan model mental yang digunakan para siswa untuk
konstruktivisme dalam pembelajaran mengenal dunia mereka dan penalaran yang
matematika akan menunjukkan hasil-hasil yang dikembangkan dan yang dibuat para siswa
positif dibanding dengan metode lain. untuk mendukung model-model itu.
Selanjutnya implikasi konstruktivisme Karenanya, para guru harus mau bertanya dan
pada pembelajaran menurut Shadiq (2003:8) di mau mengamati pekerjaan siswanya. Setiap
antaranya adalah: (1) Usaha keras seorang guru kesalahan siswa harus menjadi umpan balik
dalam mengajar tidak mesti diikuti dengan hasil dalam proses penyempurnaan rancangan proses
yang bagus pada siswanya. Setiap siswa SD pembelajaran berikutnya; dan (4) Pada
harus mengkonstruksi (membangun) konstruktivisme, siswa perlu mengkonstruksi
pengetahuan matematika di dalam benaknya pemahaman mereka sendiri untuk masing-
masingmasing berdasar pada kerangka kognitif masing konsep matematika sehingga peranan
yang sudah ada di dalam benaknya. Karenanya, guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”,
hanya dengan usaha keras para siswa sendirilah menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk
para siswa akan betul-betul memahami memindahkan pengetahuan matematika pada
Matematika. Setiap guru kelas yang mengajar siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa
matematika di SD tentunya sudah mengalami yang membantu perkembangan mereka
bahwa meskipun suatu materi telah dibahas membuat konstruksi-kontruksi mental yang
dengan sejelas-jelasnya namun masih ada diperlukan.
sebagian siswanya yang belum ataupun tidak Berdasarkan kajian teori di atas maka
mengerti materi yang diajarkannya. Hal ini guru kelas yang mengajar matematika sebagai
telah menunjukkan bahwa seorang guru dapat peneliti mendesain alat peraga ‘Paper dan
mengajar suatu materi kepada siswanya dengan Nokrumtul’ yang sesuai dengan karakter siswa
baik, namun seluruh atau sebagian siswanya kelas V khususnya di SD Negeri 2 Bengkulu
tidak belajar sama sekali; (2) Tugas setiap guru Selatan yang lebih senang belajar apabila
adalah memfasilitasi siswanya, sehingga gurunya menggunakan dan atau menerapkan
pengetahuan matematika dibangun atau alat peraga selama PBM matematika. Melalui
dikonstruksi para siswa sendiri dan bukan alat peraga ‘Paper dan Nokrumtul’ ini siswa
ditanamkan oleh para guru. Para siswa harus dapat mengkonstruksi tentang konsep-konsep
dapat secara aktif mengasimilasikan dan perpangkatan dan akar sederhana dalam
mengakomodasi pengalaman baru ke dalam pembelajaran matematika secara mudah dan
kerangka kognitifnya. Karenanya, menyenangkan.
pembelajaran matematika akan menjadi lebih Alat peraga ‘Paper dan Nokrumtul’ yang
efektif bila guru membantu siswa menemukan merupakan kependekan dari “Papan Persegi
dan memecahkan masalah dengan menerapkan dan Noktah dari Jarum Pentul” merupakan alat
98 PAKAR PENDIDIKAN. VOL. 16 NO. 1 JANUARI 2018 (93-106)

peraga yang dirancang oleh guru kelas yang Sedangkan beberapa peralatan yang
mengajar matematika sebagai peneliti. dibutuhkan adalah gunting atau pemotong,
Permainan ini timbul berawal dari penulis perekat, penggaris, spidol. Alat peraga
melihat dan mengkaji pola-pola persegi yang “Paper dan Nokrumtul” dirancang guna dapat
terdapat pada lantai rumah dan lantai di kelas digunakan oleh peserta didik individual atau
tempat penulis bertugas. Melalui persegi- dapat secara berkelompok dengan anggota 2-4
persegi itu ternyata ada ‘titik’ atau ‘noktah’ orang bermain dengan kelompok lainnya
yang saling terbentuk sejalan dengan hubungan dengan anggota kelompok yang sama untuk
antar pesrsegi-persegi di lantai tersebut. menjadi yang tercepat dalam menentukan atau
Selanjutnya pada awalnya guru menggunakan membentuk kumpulan noktah-noktah menjadi
tutup-tutup botol minuman plastik bekas guna bentuk persegi sesuai instruksi yang diberikan
menutupi ‘titik-titik’ atau ‘noktah-noktah’ yang oleh guru kelas. Selanjutnya peserta didik
dimaksud dengan pola-pola tertentu diminta untuk menentukan bilangan pangkat
sedemikian dari pola-pola itu terdapat makna dua dari suatu bilangan kuadrat dan
pembelajaran matematika khususnya berkaitan menentukan nilai akar pangkat dua dari bentuk
dengan materi perpangkatan dan akar persegi yang ditemukan melalui alat peraga
sederhana. Kemudian penulis mendesain suatu “Paper dan Nokrumtul” tersebut.
alat peraga dengan ide yang penulis temukan Untuk pemahaman dan penguasaan
tersebut dan alat peraga itu peneliti sebut tentang perpangkatan sederhana yaitu pangkat
sebagai “Papan Persegi dan Noktah dari Jarum dua atau kuadrat, pada penggunaan alat peraga
Pentul” atau yang disingkat dengan “Paper dan “Paper dan Nokrumtul” dirancang dapat
Nokrumtul” yang bahannya bukanlah tutup diterapkan oleh peserta didik secara
botol lagi namun jarum pentul beragam warna. berkelompok dengan anggota 2-4 orang
Melalui alat peraga ini siswa difasilitasi untuk bermain dengan kelompok lainnya dengan
dapat memahami dan menguasai konsep- anggota kelompok yang sama untuk menjadi
konsep perpangkatan dan akar sederhana pada yang tercepat dalam menentukan atau
pembelajaran matematika di kelas V SD. membentuk kumpulan noktah-noktah menjadi
Desain alat peraga “Paper dan bentuk persegi sesuai instruksi yang diberikan
Nokrumtul” ini cukup mudah dan murah. oleh guru kelas. Selanjutnya berdasarkan
Hanya dengan bermodalkan papan persegi persegi yang telah dibentuk dengan ‘titik’ atau
yang mudah didapat dan stirofoam bekas ‘noktah’dari jarum pentul yang telah disediakan
bungkus barang elektronik atau barang itu dan berhasil mereka temukan tersebut,

lainnya yang dikemas dalam kotak karton peserta didik dalam kelompok diminta untuk
menghitung jumlah semua noktah dari persegi
dan jarum pentul yang diidentikkan dengan
yang ditemukannya, kemudian guru
‘titik’ atau ‘noktah’.
memberikan pengertian bahwa jumlah noktah
Peningkatan Hasil Belajar ... (Zarlan Saryadi) 99

tersebut merupakan bilangan pangkat dua guru sesuai dengan hasil konstruksi
(kuadrat) yang dicari. Pembelajaran dengan pengetahuan dalam pemikirannya atau
penerapan alat peraga “Paper dan Nokrumtul” benaknya. Kemudian hasilnya didiskusikan
terus dilanjutkan sedemikian sehingga peserta dalam kegiatan diskusi kelas dengan guru
didik benar-benar memahami konsep dan menjadi fasilitator pembelajaran.
mampu menjawab soal-soal yang diberikan
METODE PENELITIAN
guru kelas sesuai dengan hasil konstruksi
Tempat dilaksanakannya kegiatan
pengetahuan dalam pemikirannya. Kemudian
penelitian tindakan kelas ini adalah di SD
hasilnya didiskusikan dalam kegiatan diskusi
Negeri 2 Bengkulu Selatan. Peserta didik yang
kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan
menjadi subjek penelitian ini adalah peserta
pembelajaran.
didik di kelas V dengan jumlah 20 orang yang
Untuk pemahaman dan penguasaan
terdiri atas 12 orang jenis kelamin laki-laki dan
tentang akar sederhana yaitu akar pangkat dua
8 orang lainnya berasal dari berjenis kelamin
atau akar kuadrat dari suatu bilangan, pada
perempuan, seluruh peserta didik sebagai
penerapan alat peraga “Paper dan Nokrumtul”
subjek penelitian ini akan dikenai tindakan
juga dirancang dengan peserta didik secara
karena penelitian tindakan kelas adalah
berkelompok dengan anggota 2-4 orang
mengikuti alur pembelajaran sebenarnya.
bermain dengan kelompok lainnya dengan
Pertimbangan pemilihan kelas V sebagai
anggota kelompok yang sama untuk menjadi
subjek penelitian karena di kelas V merupakan
yang tercepat dalam menentukan atau
kelas dimana guru kelas sebagai peneliti
membentuk kumpulan noktah-noktah menjadi
melaksanakan tugas sehari hari di kelas ini dan
bentuk persegi sesuai instruksi yang diberikan
kelas V di SD Negeri 2 Bengkulu Selatan ini
oleh guru kelas. Selanjutnya berdasarkan
ada masalah yang segera perlu ditangani
persegi yang telah dibentuk atau ditemukan
khususnya dalam penyelesaian masalahnya.
dengan ‘titik’ atau ‘noktah’dari jarum pentul
Penelitian dilaksanakan pada awal bulan
yang berhasil dibentuk tersebut, peserta didik
Agustus sampai bulan awal bulan November
dalam kelompok diminta untuk menghitung
2017, pada semester ganjil tahun pelajaran
jumlah noktah dari persegi yang ditemukan
2017/2018. Dalam melaksanakan penelitian
tersebut berdasarkan baris dan kolom atau
tindakan kelas ini peneliti melakukan
diagonalnya, selanjutnya guru memberikan
kolaborasi dengan teman sejawat guru yang
pengertian bahwa jumlah noktah menurut
bertindak sebagai observer dan dokumenter.
setiap baris atau kolom atau diagonalnya
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang
tersebut merupakan hasil dari bilangan akar
bertindak sebagai guru adalah peneliti sendiri
pangkat dua (kuadrat) yang dicari. Permainan
sesuai dengan tugas keseharian peneliti sebagai
terus dilanjutkan sedemikian sehingga peserta
gur yang mengampu kelas V di SD Negeri 2
didik benar-benar memahami konsep dan
Bengkulu Selatan.
mampu menjawab soal-soal yang diberikan
100 PAKAR PENDIDIKAN. VOL. 16 NO. 1 JANUARI 2018 (93-106)

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan batasan (Arikunto, 2006). Proses pengumpulan
dengan menggunakan salah satu model data dengan cara: (1) Data nilai diperoleh
penelitian tindakan kelas Kemmis & Mc setelah peserta didik selesai mengerjakan tes
Taggart (Arikunto, 2007) dengan empat dan dikumpulkan sesuai jadwal yang telah
langkah dalam proses pelaksanan ditetapkan; dan (2) Hasil observasi dan hasil tes
penelitiannya, yaitu: (1) Merumuskan masalah peserta didik pada siklus 1 selanjutnya
dan merencanakan tindakan; (2) Melaksanakan dibandingkan dengan hasil tes pada siklus
tindakan; (3) Melakukan pengamatan; dan (4) berikutnya. Demikian seterusnya. Berdasarkan
Merefleksi hasil pengamatan. Dalam data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
pelaksanaannya penelitian tindakan kelas ini pengelompokan jenis data, yaitu data kuantitatif
dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus dan kualitatif. Data kuantitatif diolah dengan
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan menggunakan statistik deskriptif dan diberi
rincian 2 pertemuan dan satu pertemuan untuk pemaknaan atas data yang diperoleh tersebut.
tes, dalam bagan dapat digambarkan seperti Data kualitatif dikelompokkan dan
gambar 3 berikut: dikategorikan berdasarkan karakteristik
datanya dan selanjutnya dilakukan analisis
dengan cara pembandingan hasil antar siklus
dan juga pembandingan terhadap teori yang
telah ditulis dalam landasan teori.
Kriteria keberhasilan yang dijadikan
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model pedoman dalam penelitian ini adalah
Kemmis & Mc Taggart
mengambil skala 0-100 yang diadaptasi dari
Metode pengumpulan data pada
Arikunto (2007). Kriteria untuk melihat
penelitian tindakan kelas ini adalah observasi
capaian hasil belajar peserta didik dalam Proses
dan tes. Observasi dilakukan oleh teman
Belajar Mengajar (PBM) perpangkatan dan
sejawat sebagai pengamat dan guru. Observasi
akar sederhana adalah sesuai dengan kriteria
dilaksanakan secara langsung yaitu pengamat
keberhasilan sesuai rentang: (1) 85-100: Sangat
melihat dan mengamati secara langsung
Memuaskan; (2) 65-84: Memuaskan (65 adalah
kemudian mencatat perilaku kejadian yang
Nilai KKM); (3) 45- 64: Cukup Memuaskan;
terjadi pada keadaan yang sebenarnya, dengan
(4) 25-44: Kurang Memuaskan; dan (5) 0 - 24:
menggunakan format observasi. Pemberian
Tidak Memuaskan. Nilai KKM untuk
tindakan dilakukan melalui dua siklus dan
kemampuan pemahaman perpangkatan dan
penilaian dengan menggunakan tes dilakukan
akar sederhana peserta didik di kelas V SD
diakhir setiap siklus untuk mengetahui hasil
Negeri 2 Bengkulu Selatan adalah 65.
belajar peserta didik pada setiap siklus. Tes
Penilaian diberikan secara individu untuk
adalah suatu alat pengumpul informasi, bersifat
melihat kemampuan peserta didik dalam
lebih resmi karena penuh dengan batasan-
mengerjakan tes. Kriteria penilaian hasil tes
Peningkatan Hasil Belajar ... (Zarlan Saryadi) 101

sesuai dengan rentang nilai: (1) 0 –64: Tidak Penerapan alat peraga “Paper dan Nokrumtul”
Kompeten (Tidak Tuntas); dan (2) 65– 100: pada pembelajaran matematika dalam materi
Kompeten (Tuntas). Indikator penelitian perpangkatan dan akar sederhana di kelas V
tindakan kelas dinyatakan berhasil apabila 85% SD.
dari jumlah peserta didik yang menjadi subjek
penelitian kompeten atau tuntas. Persentase
ketuntasan dihitung dengan aturan jumlah
peserta didik yang tuntas di kelas dibagi dengan
jumlah semua peserta didik di kelas kemudian
Gambar 4. Peserta didik Mencoba Menerapkan
hasilnya dikalikan 100%. Alat Peraga “Paper dan Nokrumtul” secara
Berkelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan alat peraga “Paper dan
Nokrumtul” diaplikasikan oleh guru kelas
sebagai peneliti dalam pembelajaran
matematika khususnya pada pembelajaran
Gambar 5. Representasi bentuk bilangan 2 x 2 = 22
materi perpangkatan dan akar sederhana di = 4 dengan alat peraga “Paper dan Nokrumtul”
kelas V SDN 2 Bengkulu Selatan.
Pelaksanaan Siklus I Pada tahap pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap perencanaan peneliti kepada peserta didik dijelaskan cara
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang melakukan operasi hitung bilangan
terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berpangkat dua, memberikan beberapa
(RPP) I, soal tes I dan alat peraga “Paper dan permasalahan melakukan tanya jawab
Nokrumtul” dan alat-alat pembelajaran yang
dengan peserta didik Misalnya: 12 = 1 x 1
mendukung.
= 1, 22 = 2 x 2 = 4, 32 = 3 x 3 = 9, 42 = 4 x
Pada tahap kegiatan dan pelaksanaan
4 = 16 … dan seterusnya. Selanjutnya guru
penelitian, pelaksanaan kegiatan proses belajar
memberikan beberapa permasalahan atau
mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 16 Agustus s.d 6 September 2017 di SD tantangan kepada peserta didik berupa

Negeri 2 Bengkulu Selatan tahun pelajaran gambar-gambar guna dinyatakan kedalam


2017/2018. Dalam hal ini peneliti bertindak bentuk bilangan kuadrat dan menentukan
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar nilainya. Pada pertemuan ketiga peserta
mengacu pada RPP I. Pengamatan (observasi) didik diberi tes dengan tujuan untuk
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan mengetahui tingkat keberhasilan mereka
proses belajar mengajar. Pada siklus I yang dalam proses belajar mengajar yang telah
terdiri atas 2 kali pertemuan guru membahas
dilakukan. Instrumen yang digunakan
materi pembelajaran tentang perpangkatan.
adalah tes I.
102 PAKAR PENDIDIKAN. VOL. 16 NO. 1 JANUARI 2018 (93-106)

Dari hasil tes I pada siklus I diperoleh dekat dengan peserta didik sehingga tidak
nilai rata-rata hasil belajar peserta didik ada perasaan takut dalam diri peserta didik
adalah 78,75 dan ketuntasan belajar baik untuk mengemukakan pendapat atau
mencapai 80 % atau ada 16 peserta didik bertanya; (3) Guru harus lebih sabar dalam
dari 20 peserta didik sudah tuntas belajar. membimbing peserta didik merumuskan
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I kesimpulan dan atau menemukan konsep;
ini ketuntasan belajar secara klasikal dan (4) Guru harus mendistribusikan waktu
menunjukkan adanya peningkatan cukup secara lebih baik sehingga kegiatan
lebih baik dari keadaan sebelum dilakukan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
penelitian. Adanya peningkatan hasil jadwal waktu yang diharapkan.
belajar peserta didik ini karena guru Pelaksanaan Siklus II
menerapkan alat peraga sehingga peserta Pada tahap perencanaan peneliti
didik lebih berminat untuk belajar. Selain mempersiapkan perangkat pembelajaran
itu peserta didik juga sudah mulai mengerti yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan
apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru Pembelajaran (RPP) II, soal tes II dan alat
dalam menerapkan pembelajaran dengan peraga “Paper dan Nokrumtul” dan alat-alat
alat peraga “Paper dan Nokrumtul”. pembelajaran yang mendukung.
Pada tahap refleksi, dalam Pada tahap kegiatan dan pengamatan,
pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh pelaksanaan kegiatan proses belajar
informasi dari hasil pengamatan: (1) Guru mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
dalam memotivasi peserta didik; (2) tanggal 20 September s.d 11 Oktober 2017
Hubungan guru dan siswa dalam di SD Negeri 2 Bengkulu Selatan tahun
pembelajaran di kelas; (3) Guru dalam pelajaran 2017/2018. Dalam hal ini peneliti
membimbing peserta didik merumuskan bertindak sebagai guru. Adapun proses
kesimpulan/ menemukan konsep; dan (4) belajar mengajar mengacu pada RPP II.
Pengelolaan waktu guru. Pelaksanaan Pengamatan (observasi) dilaksanakan
kegiatan belajar pada siklus I ini masih bersamaan dengan pelaksanaan proses
terdapat kekurangan – kekurangan belajar mengajar. Pada siklus II yang
sedemikian masih perlu adanya revisi untuk terdiri atas 2 kali pertemuan guru
dilaksanakan pada siklus II antara lain: (1) membahas materi pembelajaran tentang
Guru dalam memotivasi peserta didik akar sederhana. Proses belajar mengajar
hendaknya dapat membuat peserta didik mengacu pada RPP dengan memperhatikan
lebih termotivasi selama proses belajar revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
mengajar berlangsung; (2) Guru harus lebih kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi
Peningkatan Hasil Belajar ... (Zarlan Saryadi) 103

pada siklus II. Pengamatan (observasi) belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh
dilaksanakan bersamaan dengan adanya peningkatan kemampuan peserta
pelaksanaan proses belajar mengajar. Pada didik dalam menerapkan alat peraga “Paper
pembelajaran akar sederhana atau akar dan Nokrumtul”, sehingga mereka menjadi
pangkat dua (akar kuadrat) ini kepada lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti
peserta didik diingatkan kembali dengan ini dan lebih mudah dalam memahami
alat peraga “Paper dan Nokrumtul”. materi yang telah diberikan khususnya
Setelah nampak peserta didik siap secara materi akar sederhana. Di samping itu
psikologis karena tampak senang dan ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja
begitu antusias dan bersemangat guru sama dari peserta didik yang telah
membawa peserta didik untuk memasuki menguasai materi pelajaran untuk
kegiatan pembelajaran inti. Pada kegiatan mengajari temannya yang belum
inti guru menjelaskan cara menghitung akar menguasai.
pangkat dua dari suatu bilangan, Pada tahap refleksi dikaji hal apa saja
memberikan beberapa permasalahan yang telah terlaksana dengan baik maupun
berkaitan dengan alat peraga “Paper dan yang masih kurang baik dalam proses
Nokrumtul” pada kegiatan awal dengan belajar mengajar dengan penerapan alat
menggunakan alat peraga tersebut sambil peraga “Paper dan Nokrumtul”. Dari data-
melakukan tanya jawab dengan peserta data yang telah diperoleh dapat diuraikan
didik. Pada akhir proses belajar mengajar bahwa: (1) Selama proses belajar mengajar
siswa diberi tes II dengan tujuan untuk guru telah melaksanakan semua
mengetahui tingkat keberhasilan peserta pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
didik dalam proses belajar mengajar yang beberapa aspek yang belum sempurna,
telah dilakukan. Instrumen yang digunakan tetapi persentase pelaksanaannya PBM
adalah tes II. untuk setiap aspek dapat dilaksanakan
Berdasarkan hasil pada pelaksanaan dengan lebih baik; (2) Berdasarkan data
tes II diperoleh nilai rata-rata tes peserta hasil pengamatan diketahui bahwa peserta
didik pada siklus II sebesar 86,25 dan 20 didik aktif selama proses belajar
orang peserta didik telah tuntas secara berlangsung; (3) Kekurangan pada siklus I
keseluruhan dengan demikian secara pada siklus II sudah mengalami perbaikan
klasikal ketuntasan belajar yang telah dan peningkatan sehingga segenap
tercapai sebesar 100 %. Hasil pada siklus kekurangan dapat diminimalisir; dan (4)
II ini mengalami peningkatan yang lebih Hasil belajar peserta didik pada siklus II
baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil telah indikator penelitian tindakan kelas
104 PAKAR PENDIDIKAN. VOL. 16 NO. 1 JANUARI 2018 (93-106)

dengan indikasi 100% peserta didik telah pada siklus I sebesar 78,75 menjadi sebesar
mencapai ketuntasan belajar. 86,25 pada siklus II artinya ada kenaikan
Pada siklus II guru telah menerapkan sebesar 7,5 poin; dan (2) Dari hasil
pembelajaran dengan menggunakan alat ketuntasan belajar peserta didik pada siklus
peraga “Paper dan Nokrumtul” dengan baik I sebesar 80% dan pada siklus II mencapai
dan dilihat dari aktivitas peserta didik serta 100% artinya terdapat kenaikan persentase
hasil belajar mereka pelaksanaan proses ketuntasan sebesar 20%.
belajar mengajar sudah berjalan dengan Berdasarkan pelaksanaan tindakan
baik. Dengan demikian tidak diperlukan maka hasil pengamatan nilai dapat
revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu dikatakan: (1) Siklus pertama kegiatan
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya belajar-mengajar menerapkan alat peraga
adalah memaksimalkan dan “Paper dan Nokrumtul” telah menunjukkan
mempertahankan apa yang telah ada indikator keberhasilan karena dalam
dengan tujuan agar pada pelaksanaan pembelajaran terlihat peserta didik
proses belajar mengajar selanjutnya termotivasi dan minat belajarnya mulai
penerapan pembelajaran dengan alat peraga tampak; (2) Pembelajaran dengan
“Paper dan Nokrumtul” dapat menerapkan alat peraga “Paper dan
meningkatkan proses belajar mengajar Nokrumtul”, dalam hal peningkatan hasil
sehingga tujuan pembelajaran terwujud belajar mulai tampak, sehingga hasil yang
secara optimal. dicapai optimal; (3) Peserta didik pada
Hasil analisis data deskriptif umumnya bisa mengerti dan memahami
kuantitatif penelitian tindakan kelas ini penggunaan alat peraga “Paper dan
adalah: (1) Pencapaian hasil rata-rata Nokrumtul” dengan baik dan ini
belajar matematika peserta didik pada dibuktikan pada siklus kedua proses
siklus I = (1575/2000) x 100 = 78,75; kegiatan belajar - mengajar berjalan lebih
dan (2) Pencapaian hasil belajar siswa baik, semua peserta didik lebih aktif dan
setelah diberi tindakan pengelompokan lebih antusias.
siswa berdasarkan kemampuan akademik = Berdasarkan hasil penelitian ini
(1725/2000) x 100 = 86,25. Dari hasil menunjukkan bahwa penerapan alat peraga
analisis ini dapat disimpulkan bahwa: (1) “Paper dan Nokrumtul” memiliki dampak
Terjadi peningkatan hasil belajar peserta positif dalam meningkatkan hasil belajar
didik melalui pembelajaran yang matematika peserta didik, hal ini dapat
menerapkan alat peraga “Paper dan dilihat dari semakin mantapnya
Nokrumtul” yaitu rata-rata hasil belajar pemahaman mereka terhadap materi yang
Peningkatan Hasil Belajar ... (Zarlan Saryadi) 105

disampaikan guru . Pada siklus II menjelaskan materi pelajaran dan


ketuntasan belajar siswa secara klasikal bagaimana menerapakan alat peraga “Paper
telah tercapai hingga pencapaian maksimal dan Nokrumtul”, memberi umpan
sebesar 100%. Dari segi kemampuan guru balik/evaluasi/tanya jawab di mana
dalam mengelola pembelajaran, persentase untuk aktivitas ini sungguh
berdasarkan analisis data, diperoleh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian
aktivitas dan hasil belajar peserta didik tindakan kelas di atas, maka hasil belajar
dalam proses pembelajaran melalui peserta didik untuk pelajaran matematika
penerapan alat peraga “Paper dan dalam pembelajaran perpangkatan dan akar
Nokrumtul” dalam setiap siklus mengalami sederhana di kelas V SD Negeri 2 Bengkulu
peningkatan. Hal ini berdampak positif Selatan dengan menerapkan alat peraga
terhadap motivasi belajar peserta didik “Paper dan Nokrumtul” hasilnya sangat
yaitu dapat ditunjukkan dengan baik. Hal itu tampak pada siklus pertama
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada dari 20 orang peserta didik yang hadir pada
setiap siklus yang terus mengalami saat penelitian ini dilakukan nilai rata - rata
peningkatan. mencapai 78,75 dengan ketuntasan belajar
Berdasarkan analisis data, diperoleh 80% pada siklus I dan mencapai 86,25
aktivitas peserta didik dalam proses dengan ketuntasan belajar 100% pada
pembelajaran dengan menerapkan alat siklus II.
peraga “Paper dan Nokrumtul” yang paling
PENUTUP
dominan adalah bekerja dengan
Dari hasil kegiatan pembelajaran
menggunakan alat atau media
yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
pembelajaran, dan diskusi antar peserta
berdasarkan seluruh pembahasan serta
didik serta diskusi yang terjalin antara
analisis yang telah dilakukan dapat
peserta didik dengan guru. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
dikatakan bahwa aktivitas peserta didik
menerapkan alat peraga “Paper dan
dapat dikategorikan aktif. Sedangkan
Nokrumtul” memiliki dampak positif
untuk aktivitas guru selama pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar peserta
telah melaksanakan langkah-langkah
didik di kelas V SD Negeri 2 Bengkulu
penerapan alat peraga “Paper dan
Selatan yang ditandai dengan peningkatan
Nokrumtul” dengan baik. Hal ini terlihat
hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
dari aktivitas guru yang muncul diantaranya
nilai rata - rata hasil belajar peserta didik
aktivitasnya dalam menjadi fasilitator
mencapai 78,75 dengan ketuntasan belajar
pembelajaran bagi peserta didik dalam
106 PAKAR PENDIDIKAN. VOL. 16 NO. 1 JANUARI 2018 (93-106)

80% pada siklus I dan rata-rata hasil belajar DAFTAR PUSTAKA


mencapai 86,25 dengan ketuntasan belajar Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
100% pada siklus II. Penerapan Muijs, Daniel dan Reynolds, David. 2008.
pembelajaran dengan alat peraga “Paper Effective Teaching, Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dan Nokrumtul” pada pelajaran matematika
Pujiastuti, Pratiwi. 2012. Pembelajaran IPA
juga mempunyai pengaruh positif, yaitu Bermakna bagi Siswa melalui
dapat meningkatkan motivasi belajar Konstruktivisme. Yogyakarta: UNY
Shadiq, Fadjar. 2003. Implikasi
peserta didik. Dengan demikian penerapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Matematika Sekolah Dasar.
pembelajaran melalui alat peraga “Paper Yogyakarta: P3G Matematika.
dan Nokrumtul” terbukti efektif untuk Sumantri, Mulyani dan Permana, Johan. 2001.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
meningkatkan hasil belajar peserta didik. CV. Maulana.

Dari hasil temuan penelitian tindakan


kelas yang diperoleh dari uraian
sebelumnya dan simpulan penelitian agar
proses belajar mengajar matematika lebih
efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi peserta didik, maka
direkomendasikan dalam melaksanakan
pembelajaran memerlukan persiapan yang
matang, sehingga guru harus mampu
menentukan atau memilih alat peraga
pembelajaran yang bisa diterapkan dengan
alat peraga “Paper dan Nokrumtul”
sehingga diperoleh hasil yang optimal serta
dalam rangka meningkatkan hasil belajar
peserta didik, guru hendaknya lebih sering
melatih peserta didik dengan kegiatan
belajar aktif di mana mereka nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan,
sehingga mereka berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya dengan lebih baik.
Peningkatan Hasil Belajar ... (Zarlan Saryadi) 107

You might also like