You are on page 1of 10

HUBUNGAN PSIKOLINGUISTIK DALAM PEMEROLEHAN DAN

PEMBELAJARAN BAHASA

Nurasia Natsir
Ilmu Administrasi, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi YAPPI Makassar
Jl. Sumba, Pattunuang, Wajo, Makassar
E-mail: mayakininnawaelbugisi@yahoo.co.id

Abstract. The Relationship of Psycholinguistics in the Acquisition and the Language


Learning. Through psychological we can learn about how the attitudes and behavior of students in
acquiring and learning the language while through linguistic whereas we can learn about the
concept and structure of the language it self. At this stage of language acq uisition are found four
phases of language acquisition in children, namely: (1) Time of Babblings (starting from age 0
sampai1 year), (2) Time of Holofrase (beginning at age 1 to 2 years), (3) Time of Speech Two
words (beginning at age 2 up to 2 years and 6 months) (4) Time of starts Grammar (beginning at
age 2 years and 6 months - up to 3 years of age). And four advanced stages, namely; (1) Stage of
sensorimotor (birth until the age of 2±3 years), (2) the pre-operational stage (ages 3 to 6 or 7
years), (3)The Operational Discipline stage (ages 6/7 years to 11 or 12 years), (4) Operations
formal stage (age 12 to adult). While the formal process of learning a language in a formal setting
as well, such as language learning in the classroom. Not important to learn anywhere though not in
the classroom during the learning process directed at the mastery of the language rule is
recognized by educators and learners, its process is called learning. In the process of formal and
informal learning the psycholinguistic process works to acquire knowledge through learning
languages. This interdisciplinary so can lead educators to understand the processes that occur
within each learners face when they try to understand and provide the missing understanding of
language learning material presented in the class.

Abstrak. Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Melalui


psikologi kita dapat mempelajari mengenai bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam
memperoleh dan mempelajari bahasa sedangkan melalui linguistik kita dapat mempelajari
mengenai konsep dan struktur bahasa. Pada tahap pemerolehan bahasa ditemukan empat fase
pemerolehan bahasa pada anak yaitu (1) Tingkat Membabel (dimulai dari umur 0 sampai1 tahun),
(2) Masa Holofrase (dimulai pada umur 1 sampai 2 tahun), (3) Masa Ucapan Dua kata (dimulai
pada usia 2 sampai 2 tahun 6 bulan) (4) Masa Permulaan Tata Bahasa (dimulai pada usia 2 tahun 6
bulan±sampai 3 tahun keatas). Dan empat tahapan lanjutan yaitu; 1. Tahap Sensorimotorik
(kelahiran hingga usia 2±3 tahun), (2) Tahap Praoperasional (usia 3 hingga 6 atau 7 tahun), (3)
Tahap Operasional Konkret (usia 6/7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), (4) Tahap Operasional
Formal (usia 12 tahun hingga dewasa). Sedangkan Belajar bahasa dilakukan secara formal dalam
setting yang formal pula, misalnya pembelajaran bahasa dalam kelas. Tidak penting belajar
dimanapun meski bukan di dalam kelas asalkan proses belajar diarahkan pada penguasaan kaidah
kebahasaan secara disadari oleh pendidik dan juga peserta didik, maka proses itu disebut
pembelajaran. Pada proses belajar secara formal maupun nonformal tersebut proses psikolinguistik
bekerja untuk memperoleh pengetahuan bahasa melalui sebuah pembelajaran. Sehingga
interdisiplin ini dapat menggiring pendidik untuk memahami proses yang terjadi dalam diri setiap
peserta didik yang dihadapi ketika mereka mencoba memahami dan membrikan pemahaman
materi dalam pembelajaran bahasa yang disajikan dalam kelas.

Kata kunci: psikolingustik, pemerolehan bahasa, pembelajaran bahasa.

20
Nurasia Natsir, Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa 21

Bahasa adalah salah satu sendi terpen- karena itu, dalam kaitannya dengan pembe-
ting dalam kehidupan setiap orang. Setiap mere- lajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi
ka tentu saja tidak terlepas dari bahasa. Pertama dengan studi antar disiplin antara linguistik dan
kali seorang anak memperoleh bahasa yang psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik.
didengarkan langsung dari bapak atau ibu Bahasan mengenai pemerolehan bahasa ber-
sewaktu anak tersebut terlahir ke dunia ini. kaitan erat dengan bagaimana manusia dapat
Kemudian seiring berjalannya waktu dan seiring mempersepsi dan kemudian memahami ujaran
pertumbuhan si anak maka Mereka akan mem- orang lain.
peroleh bahasa selain bahasa yang diajarkan ibu- Pembelajaran sendiri merupakan suatu
bapaknya itu baik berupa bahasa kedua, ketiga, sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu
bahasa Asing ataupun seterusnya yang disebut kesatuan yang terdiri atas berbagai komponen
dengan akuisisi bahasa (language acquisition) yang saling menunjang. Karena itu, keberhasilan
dimana hal tersebut tergantung dengan ling- pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-
kungan sosial dan tingkat kognitif yang dimiliki komponen yang terlibat dalam pembelajaran
oleh anak tersebut melalui proses pembelajaran tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah
dilingkungannya. guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi
Pemerolehan Bahasa merupakan sebuah pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran,
hal yang sangat menajubkan terlebih dalam evaluasi, serta sarana yang dibutuhkan. Demi-
proses pemerolehan bahasa pertama yang dimi- kian pula dalam pembelajaran bahasa, agar
liki oleh seorang anak tanpa ada pembelajaran pembelajaran bahasa berhasil, komponen-
khusus mengenai bahasa tersebut kepada komponen tadi harus diperhatikan. Pernyataan
mereka. Seperti halnya seorang bayi, hanya akan di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembe-
merespon ujaran-ujaran yang sering didengarnya lajaran, khususnya pembelajaran bahasa, bukan
dari lingkungan sekitar terlebih ujaran dari ibuya hanya faktor guru dan materi pembelajaran
yang sangat sering didengar oleh anak tersebut. bahasa yang harus diperhatikan, siswa pun
Atau seseorang yang selalu bersama-sama sebagai subjek didik harus diperhatikan demi
dengannya. Bahasan mengenai pemerolehan keberhasilan pembelajaran. Pertanyaan mengapa
bahasa berkaitan erat dengan bagaimana pemerolehan bahasa pada umur dewasa memun-
manusia dapat mempersepsi dan kemudian culkan wujud bahasa yang berbeda dari pada
memahami ujaran orang lain. Manusia hanya pemerolehan sejak anak masih kecil berkaitan
dapat memproduksi ujaran apabila dia mema- erat dengan struktur serta organisasi otak
hami aturan-aturan yang harus diikuti yang dia manusia. Berdasarkan uraian di atas dapat
peroleh sejak kecil. dirumuskan masalah sebagai berikut.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Berdasarkan uraian di atas penulis dapat
Chaer (2003:167) bahwa Pemerolehan bahasa merumuskan masalah sebagai berikut:
atau akuisisi bahasa adalah proses yang 1. Apa yang dimaksud Psikolinguistik?
berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika 2. Bagaimana peran Psikolinguistik dalam
dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa pemerolehan bahasa?
ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan 3. Bagaimana peran Psikolinguistik dalam
dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran pembelajaran bahasa?
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang
terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mem-
METODE PENELITIAN
pelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh
bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa
berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan Desain penelitian yang digunakan pada
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa penelitian ini adalah Jenis penelitian Cross
kedua. Sectional Study yaitu desain penelitian yang
Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu bertujuan untuk mengetahui hubungan antar
masalah kompleks manusia, kegiatan berbahasa variabel dimana variabel independen dan
itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, variabel dependen diidentifikasi pada satu
tetapi juga berlangsung secara mentalistik. satuan waktu, bertujuan untuk menganalisis
Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga hubungan Psikolinguistik dengan Pemerolehan
dengan proses atau kegiatan mental (otak), Oleh dan Pembelajaran bahasa pada anak.
22 Jurnal Retorika, Volume 10, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 1²71

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan sebagai ilmu jiwa dipakai ketika Psikologi
Mei-Desember 2016 dibeberapa tempat yaitu masih berada atau merupakan bagian dari
Sekolah Dasar Negeri Ujung Tanah 1 Makassar, filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada
Taman Kanak-Kanak Rafarhana di Jln. tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai
Sabutung dan Beberapa Balita yang tinggal di padanan Psikologi. Kini dengan berbagai alasan
Jln. Barukang 4 kota Makassar. Populasi dan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa
Sampel Populasi dalam penelitian adalah Psikologi langsung menyelidiki jiwa) istilah
seluruh anak yang terjaring pada sekolah dasar ilmu jiwa tidak dipakai lagi.
dan Taman kanak-kanak di Jl. Sabutug dan Pergeseran atau perubahan pengertian
Jl. Barukang 4 Kota Makassar. Sedangkan yang tentunya berkonsekuensi pada objek
Sampel merupakan bagian dari populasi yang Psikologi sendiri tadi tentu saja berdasar pada
dianggap mewakili populasi dan berdasarkan perkembangan pemikiran para peminatnya.
kritria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan Bruno (Syah, 1995: 8) secara rinci menge-
yaitu terdapat 15 sampel. mukakan pengertian Psikologi dalam tiga bagian
Metode pengumpulan data yang digu- yang pada prinsipnya saling berhubungan.
nakan dalam penelitian ini adalah dengan Pertama, Psikologi adalah studi mengenai ruh.
menggunakan Observasi langsung. Data terdiri Kedua, Psikologi adalah ilmu pengetahuan
dari 2 yaitu, data primer dan data sekunder. Data mengenai kehidupan mental. Ketiga, Psikologi
primer adalah data yang diambil langsung dari adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku
responden melalui beberapa tahapan obeservasi organisme. Pengertian pertama merupakan
sedangkan data sekunder adalah data pendukung definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah)
yang diperoleh dari orang-orang terdekat yang berhubungan dengan filsafat Plato (427±
responden yang diteliti. Analisis Data Setelah 347 SM) dan Aristoteles (384±322 SM). Mereka
dilakukan pengumpulan data secara manual menganggap bahwa kesadaran manusia
selanjutnya data diolah dengan bantuan kom- berhubungan dengan ruhnya. Karena itu, studi
puterisasi menggunakan uji statistic. mengenai kesadaran dan proses mental manusia
pun merupakan bagian dari studi mengenai ruh.
Ketika Pikologi melepaskan diri dari filsafat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebagai induknya dan menjadi ilmu yang
mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam
Pengertian Psikolinguistik Wundt (1832 ±1920) mendirikan laboratorium
pskologinya, ruh tersebut dikeluarkan dari studi
Gagasan kemunculan psikolinguistik psikologi. Para ahli, di antaranya William James
sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952, yaitu (1842±1910) sehingga pendapat kedua menya-
sejak Social Science Research Council di takan bahwa psikologi sebagai ilmu penge-
Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis tahuan mengenai kehidupan mental lalu
dan tiga orang psikolog untuk mengadakan pengertian ketiga dikemukakan J.B. Watson
konferensi interdisipliner. Secara formal istilah (1878±1958) sebagai tokoh yang radikal yang
Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 oleh tidak puas dengan definisi tadi lalu beliau
Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok mendefinisikan Pikologi sebagai ilmu penge-
dalam karyanya berjudul sycholinguistics, A tahuan tentang tingkah laku (behavior)
Survey of Theory and Research problems. Sejak organisme. Selain itu, Watson sendiri menafikan
itu istilah tersebut sering digunakan. Psiko- (menganggap tidak ada) eksistensi ruh dan
linguistik merupakan interdisiplin antara kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan
Linguistik dan Psikologi. Karena itu, dalam internal manusia menurut Watson dan kawan-
membahas pengertian Psikolinguistik, terlebih kawannya tidak dapat dibuktikan karena
dahulu penulis akan berdasar pada pengertian sesungguhnya hal tersebut tidak ada, kecuali
ilmu-ilmu tersebut. Psikologi berasal dari bahasa dalam hayalan belaka. Dengan demikian dapat
Inggris pscychology. Kata pscychology berasal kita katakan bahwa Psikologi behaviorisme
dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata adalah aliran ilmu jiwa yang tidak berjiwa.
psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos Untuk menengahi pendapat tadi muncullah
yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psi- pengertian yang dikemukakan oleh pakar yang
kologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi lain, di antaranya Crow & Crow yang menya-
Nurasia Natsir, Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa 23

takan bahwa Pikologi adalah ilmu yang mem- Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai
pelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa.
manusia dengan dunia sekitarnya (manusia, Dalam kaitan ini Levelt (Marat, 1983: 1)
hewan, iklim, kebudayaan, dsb.) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah
Sejalan dengan pendapat di atas suatu studi mengenai penggunaan dan peme-
Martinet (1987: 19) mengemukakan bahwa rolehan bahasa oleh manusia. Kridalaksana
linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa (1982: 140) pun berpendapat sama dengan
manusia. Secara lebih rinci dalam Webster menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu
(1988: 10) dinyatakan EDUCARE: Jurnal yang mempelajari hubungan antara bahasa
Pendidikan dan Budaya http://educare.e- dengan perilaku dan akal budi manusia serta
fkipunla.net Generated: 26 July, 2009, 06:28) kemampuan berbahasa dapat diperoleh. Dalam
mengemukakan bahwa linguistics is the study of proses berbahasa terjadi proses memahami dan
human speech including the units, nature, menghasilkan ujaran, berupa kalimat-kalimat.
structure, and modification of language. Karena itu, Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3)
Linguistik adalah studi tentang ujaran manusia mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah
termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur, suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya
dan perubahan-perubahan bahasa. Lain halnya para pembicara/pemakai bahasa memben-
Dalam Oxford Advanced Learner Dictionary tuk/membangun kalimat-kalimat bahasa terse-
(Nikelas, 1988: 10) menyatakan linguistics is the but. Sejalan dengan pendapat di atas Slobin
science of language, e.g. its structure, (Chaer, 2003: 5) mengemukakan bahwa psiko-
acquisition, relationship to other forms of linguistik mencoba menguraikan proses-proses
communication. Linguistik adalah ilmu tentang psikologi yang berlangsung jika seseorang
bahasa yang menelaah, misalnya tentang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya
struktur bahasa, pemerolehan bahasa dan pada waktu berkomunikasi dan bagaimana
tentang hubungannya dengan bentuk-bentuk lain kemampuan bahasa diperoleh manusia.
dari komunikasi. Dari pendapat-pendapat di atas Secara lebih rinci Chaer (2003: 6)
dapat disimpulkan bahwa Linguistik ialah ilmu berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba
tentang bahasa dengan karakteristiknya, struk- menerangkan hakikat struktur bahasa, dan
tur-struktur yang ada didalamnya baik itu yang bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan
dikaji secara khusus seperti fonetik, morfologi, pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami
sintatik dan semantik dan yang dikahi secara kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Pada
meluas melalu makro linguistic seperti sosio- hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi
linguistik, psikolinguistik, dll. terjadi proses memproduksi dan memahami
Berdasarkan pengertian psikologi dan ujaran. Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh,
Linguistik pada uraian sebelumnya dapat 2002: 1) mengemukakan Psycholinguistics is the
disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu study of a mental mechanisms that nake it
yang mempelajari perilaku berbahasa, baik possible for people to use language. It is a
prilaku yang tampak maupun perilaku yang scientific discipline whose goal is a coherent
tidak tampak. Untuk lebih jelasnya, mengenai theory of the way in which language is produce
pengertian Psikolinguistik berikut ini dikemu- and understood, Psikolinguistik adalah studi
kakan beberapa definisi Psikolingui- tentang mekanisme mental yang terjadi pada
stik. Aitchison (Dardjowidojo, 2003: 7) orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat
berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi memproduksi atau memahami ujaran. Dalam
tentang bahasa dan jiwa. Sejalan dengan penggunaan bahasa terjadi proses mengubah
pendapat di atas. Field (2003: 2) mengemukakan pikiran menjadi kode dan mengubah kode
psycholinguistics explores the relationship menjadi pikiran. Dalam hubungan ini Osgood
between the human mind and language. dan Sebeok (Pateda: 1990) menyatakan
Psikolinguistik membahas hubungan antara otak pscholinguistics deals directly with the
manusia dengan bahasa. Jiwa atau otak processes of encoding and decoding as they
beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa. relate states of communicators &lsquo,
Karena itu, Harley (Dardjowidjojo: 2003: 7) psikolinguistik secara langsung berhubungan
berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi dengan proses-proses mengkode dan mengerti
tentang proses mental dalam pemakaian bahasa. kode seperti pesan yang disampaikan oleh orang
24 Jurnal Retorika, Volume 10, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 1²71

yang berkomunikasi. Ujaran merupakan sintesis bahasa, pemerolehan bahasa maupun persepsi
dari proses pengubahan konsep menjadi kode, bahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa.
sedangkan pemahaman pesan merupakan Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah
rekognisi sebagai hasil analisis. Karena itu, perilaku manusia ketika berbicara dan menulis
Lyons berpendapat bahwa tentang psiko- atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan
linguistik dengan menyatakan bahwa psiko- prilaku yang tidak tampak adalah perilaku
linguistik adalah telaah mengenai produksi manusia ketika memahami yang disimak atau
(sintesis) dan rekognisi (analisis). Bahasa dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimili-
sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai kinya atau memproses sesuatu yang akan
sesuatu yang diproses bisa berupa bahasa lisan diucapkan atau ditulisnya.
atau bahasa tulis, sebagaimana dikemukakan Dari uraian di atas dapat disimpulkan
oleh Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psiko- ruang lingkup Psikolinguistik yaitu pemerolehan
linguistik adalah studi mengenai manusia bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian
sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai bahasa, pemprosesan bahasa, proses peng-
sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia kodean, hubungan antara bahasa dan prila-ku
yang dapat menjelaskan cara manusia dapat manusia, hubungan antara bahasa dengan otak.
menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, Andoyo
dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri mela- Sastromiharjo, Kholid A. Harras(1997/1998: 9)
lui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi
lisan. pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan
Apabila dikaitkan dengan keterampilan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan
berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, hal bahasa dan penguasaan bahasa terhadap
ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan (proses mengkode) dengan decoding (penaf-
menulis. Pendapat di atas pun secara tersurat siran/pemaknaan kode), hubu-ngan antara
menyatakan bahwa Psikolinguistik pun mempe- pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa
lajari pemerolehan bahasa oleh manusia sehing- dan perubahan bahasa).
ga manusia mampu berbahasa. Lebih jauhnya
bisa berkomunikasi dengan manusia lain, Psikolinguistik dalam Pemerolehan Bahasa
termasuk tahapan-tahapan yang dilalui oleh
seorang anak manakala anak belajar berbahasa Kata pemerolehan merupakan kata baru
sebagaimana dikemukakan oleh Palmatier dalam bahasa Indonesia. Kata pemerolehan
(Tarigan, 1985: 3) bahwa Psikolinguistik adalah tidak sama dengan perolehan. Kata pemerolehan
ilmu yang mempelajari perkembangan bahasa mengacu kepada proses, sedangkan kata
anak. Semua bahasa yang diperoleh pada perolehan mengacu kepada hasil. Jika dipa-
hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. dankan kata pemerolehan ini identik dengan
Karena itu, Slama (Pateda, 1990: 13) menge- kata bahasa Inggris acquisition. Oleh sebab itu,
mukakan bahwa frase pemerolehan bahasa merupakan bentuk
Psycholinguistics is the study of turunan dari language acquisition. Topik tentang
relations between our needs for expression and pemerolehan bahasa bukan merupakan topik
communications and the means offered to us by yang menarik sebelum berkembangnya ilmu
a language learned in one’s childhood yang disebut Psikolinguistik pada abad ke-XX.
and later, Psikolinguistik adalah telaah tentang Jadi, konsep tentang pemerolehan bahasa relatif
hubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita jauh lebih muda usianya dibandingkan dengan
untuk berekspresi dan berkomunikasi dan pembelajaran bahasa. Ada dua teori tentang
benda-benda yang ditawarkan kepada kita pemerolehan bahasa yaitu: (a) Teori aliran
melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan Behaviorisme Menyatakan bahwa perkem-
tahap-tahap selanjutnya. bangan bahasa anak-anak itu melalui penam-
Berdasarkan pendapat para pakar di atas bahan sedikit demi sedikit. Jadi, seolah-olah
dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah pemerolahan bahasa itu bersifat linear atau garis
ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik lurus. Makin hari makin bertambah juga sampai
prilaku yang tampak maupun perilaku yang akhirnya lengkap seperti bahasa orang dewasa.
tidak tampak. Entah itu berupa pemproduksian (b) Teori aliran Rasionalisme Dinyatakan
Nurasia Natsir, Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa 25

bahwa perkembangan bahasa anak itu mengikuti yang disebut masa membabel itu, ialah pada usia
suatu pola perkembangan tertentu. Setiap pola 0:6 sampai dengan 1:0 pada saat ini anak
perkembangan bahasa itu mempunyai tata mengarah untuk mengucapkan pola suku kata
bahasa sendiri-sendiri pula, yang mungkin saja KV (konsonan dan vokal). Pada penelitian ini
tidak sama dengan tata bahasa orang dewasa ditemukan Bunyi-EXQ\LDQ ³DDD´ WDD´ ³PPPP´
(tata bahasa yang sebenarnya). Pada setiap pola sebagai bentuk membabel pada balita yang
perkembangan bahasa berikutnya, tata bahasa berusia 7-12 bulan. Suatu hal yang menarik dari
yang tidak benar itu secara berangsur diper- masa membabel (cooing dan babbling) ini ialah
baikinya menuju tata bahasa yang benar. bahwa anak yang pekak pun ternyata ikut
Sebagai contoh bahwa tata bahasa anak itu membunyikan bunyi-bunyi bahasa seluruh dunia
berbeda dengan tata bahasa orang dewasa, itu, dan ikut juga mengucapkan pola suku kata
sebagaimana penelitian Braine, yang dikutip KV tersebut. Namun, setelah masuk pada tahap
oleh David Ingram (1989) seperti contoh berikutnya pada usia 1:0, maka anak pekak itu
berikut: secara berangsur-angsur akan berhenti bersuara.

&KLOG ³ZDQW RWKHU RQH VSRRQ 'DGG\ ´ Masa Holofrase (1;0 - 2:0)
)DWKHU ³\RX PHDQ \RX ZDQW 7+( 27+(5
63221 ´ Masa holofrase yang berlangsung antara
&KLOG ³\HV , ZDQW RWKHU WKH VSRRQ SOHDVH umur 1;0 sampai dengan 2;0. Pada masa ini,
'DGG\ ´ anak-anak mengucapkan satu kata dengan
)DWKHU ³FDQ \RX VD\ ³WKH RGHU VSRRQ´"
maksud sebenarnya menyampaikan sebuah
&KLOG ³RWKHU« RWKHU VSRRQ´
)DWKHU ³VD\ ³RWKHU ´
kalimat. Saat seorang anak menyebutkan [cucu]
&KLOG ³RWKHU ´ [caca] [yaya] [mamma] [tata] [nanna] yang
)DWKHU ³VSRRQ ´ kemungkinan berarti susu, kakak, saya, makan
&KLOG ³VSRRQ ´ atau mama, kakak, yang mana, maka maksud
)DWKHU ³RWKHU« VSRRQ ´ anak tersebut mungkin untuk menyampaikan
&KLOG ³RWKHU« VSRRQ 1RZ JLYH PH WKH sebuah kalimat sepert ³VD\D LQJLQ PLQXP VXVX´,
RWKHU RQH VSRRQ ´ ³ PDLQDQ NDNDN´ ³VD\D \DQJ SXQ\D EHQGD LWX´
³VD\D LQJLQ PDNDQ PDPD´ ³VD\D LQJLQ LNXW
Pola-pola atau tingkat-tingkat perkem- NDNDN´ ³\DQJ PDQD NHSXQ\DDQ VD\D´. Atau
bangan bahasa anak itu, yang biasa disebut mungkin juga kalimat lain (tergantung pada
dengan tingkat pemerolehan bahasa. Tingkat konteks anak tersebut menunjuk atau
pemerolehan bahasa yang ditemukan pada menginginkan sesuatu yang ada disekitarnya).
penelitian ini terdapat pada 4 fase seperti Perlu juga dicatat di sini, walaupun dikatakan
dibawah ini: bahwa masa holofrase anak mengucapkan
sebuah kata, namun tidaklah berarti bahwa kata-
Tingkat Membabel (0;0-1;0) kata yang diucapkan oleh anak itu memang
sudah lengkap. Karena seperti yang kita fahami
Istilah tingkat membabel ini berasal dari bahwa kata-kata anak itu tentu belum bias
bahasa inggris babbling. Ada yang menerje- seperti ucapan orang dewasa. Sejalan dengan
mahkan dengan menggagah, dan ada pula pernyataan Bambang Kaswanti Purwo menye-
menyebutkan dengan berleter. Pada prinsipnya butkan bahwa dapat saja terjadi dalam memba-
masa membabel dibagi atas dua, yakni (a) bel itu anak mengucapkan kata-kata (mirip kata-
cooing atau mendekut dan kedua, babbling atau kata yang tidak mempunya makna. Misalnya,
membabel. Masa mendekut yang berlangsung anak -anak mengucapkan kata konwkonw yang
dari umur 0;0 sampai dengan umur 0;6, anak artinya kodok. Kata konwkonw ini jelas tidak
membunyikan bunyi-buyi bahasa sedunia. Bunyi ada (mungkin dalam bahasa mana pun), namun
bahasa apa pun di seluruh dunia dibunyikan oleh anak mencoba menggunakan anamatophea atau
bayi yang berumur kurang dari enam bulan ini. kata tiruan bunyi karena kodok mengeluarkan
Tetapi pada akhirnya, oleh karena anak tidak bunyi kongkong dalam pendapatnya.
mendengar bunyi-bunyi bahasa selain dari
bahasa ibunya sendiri, maka ia pun hanya akan
membunyikan bahasa ibunya saja. Masa kedua
26 Jurnal Retorika, Volume 10, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 1²71

Masa Ucapan Dua kata (2;0 ± 2;6) tadi diraihnya. Nah pada tahap sensormotorik
ini, anak-anak berfokus pada apa yang ia
Pada masa ini anak sudah mulai lakukan dan lihat pada saat itu. Skema-skema
mengucapkan dua buah kata. Pada awalnya mereka tersusun berdasarkan perilaku dan
ucapan dengan dua buah kata ini mungkin saja persepsi.
gabungan dari dua buah holofrase seperti [ma]
dan [cucu] yang berarti ³PDPD VHGDQJ PHP- Tahap Praoperasional (usia 3 hingga 6 atau 7
EXDWNDQ VXVX EXDW VD\D´ $NKLUQ\D EDUXODK tahun)
mengucapkan dua buah kata yang sebenarnya
seperti [ju di] untuk ³yang itu, baju kepunyaan Pada tahap ini keterampilan bahasa anak
DGLN ´ akan berkembang pesat dan penguasaan
kosakata yang meningkat kemungkinan mereka
Masa Permulaan Tata Bahasa (2;6 ± 3;0) mengekpresikan dan memikirkan beragam objek
dan peristiwa. Bahasa juga menjadi dasar bagi
Pada Masa Permulaan Tata Bahasa anak bentuk interaksi sosial yang baru yaitu
mulai menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang komunikasi secara verbal. Pada tahap ini anak-
lebih rumit, seperti penggunaan afiksasi. Kali- anak dapat mengekpsresikan pemikiran-
mat-kalimat yang diucapkan pada umumnya pemikiran mereka dan juga menerima informasi
adalah kalimat-kalimat yang hanya berisi kata yang mereka belum temui sebelumnya. Seperti
inti saja dan tidak terdapat kata tugas. Jadi, saat Ainun (4 tahun) mengemukan pendapatnya
kalimat kalimat yang mirip dengan kalimat tentang sikap nenek kepada ibunya yang di
telegram, dan oleh karena itu bisa juga dinama- NHPXNDNDQ GHQJDQ EDKDVD VHGHUKDQD ³ MDQJDQ
kan telegraphic sentence (kalimat telegram). PDUDKL PDPD QHQHN´ DWDX )LND WDKXQ KDUL
Selain empat fase yang telah dikemukakan yang mengomentari hadiah ulang tahun
diatas, penulis juga mengkombinasikan 4 SHPEHULDQ LEXQ\D ³ LQL NDOXQJ DGD JDPEDU KHOOR
tahapan lanjutan yang seirama dengan perkem- kittynya mama, seperti yang ada di telivisi,
bangan kognitif pada anak yang lebih detil memangnya mama EHOL GL WHOLYLVL NDK"´ +DO
sesuai dengan temuan yang diperoleh mengenai tersebut menunjukkan bahwa anak pada tahap
proses linguistic yang terjadi pada anak yang Praoperasional sudah mampu mengaktua-
sesungguhnya berbeda-beda. lisasikan pemikiran mereka lewat bahasa. Meski
demikian pada tahap ini cenderung ditemukan
Tahap Sensorimotorik (kelahiran hingga usia anak yang melakukan percakapan egosentris
2±3 tahun) yaitu saat anak mengatakan sesuatu tanpa
mempertimbangkan apa yang mungkin dike-
Seperti pada kasus Almeera (9 bulan) saat tahui atau tidak diketahui pendengar terkait
ditunjukkan sebuah mainan yang berwarna topic yang dibicarakan. Seperti saat Dinda (6
cerah, Almeera meraih mainan tersebut dan tahun) bercoleteh tanpa ditanyai, ³LWX ERPERP
memegang mainan lain yang dia lihat FRZRNNX´
disekitarnya sama seperti meraih mainan baru
lainnya. Dengan kata lain, Almeera memiliki Tahap Operasional Konkret ( usia 6/7 tahun
skema meraih dan memegang yang diasimi- hingga 11 atau 12 tahun)
lasikannya ke objek yang baru. Saat Almeera
menjatuhkan mainan yang dia pegang dan Saat anak-anak memasuki tahap operasional
mengamatinya jatuh ke lantai dalam proses itu konkret, proses-proses berfikir mereka menjadi
GLD PHQHUDSNDQ VNHPD ³PHOHSDVNDQ´ GDQ VNHPD terorganisasi ke system proses-proses mental
³VHFDUD YLVXDO PHQJLNXWL JHUDNDQ REMHN \DQJ yang lebih besar yang memudahkan mereka
bergeraN´ 6DDW VHVHRUDQJ PHOHWDNNDQ PDLQDQ berfikir lebih logis dari pada sebelumnya. Anak-
yang diraih Almeera ke dalam kotak sehingga anak pada tahap ini terus mempertajam
Almeera tidak lagi dapat melihat mainan kemampuan berfikir yang baru mereka peroleh
tersebut dan tampaknya Almeera telah melupa- selama beberapa tahun. Seperti pada kasus siswa
kan mainan berwarna cerah tadi dan beralih ke yang duduk dibangku sekolah dasar yang
mainan lain berlagak seolah-olah ia tidak dapat usianya tergolong pada tahap operasional kon-
memikirkan atau membayangkan mainan yang kret, mereka sudah mampu mencermati soal-
Nurasia Natsir, Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa 27

soal perhitungan dengan menggunakan beberapa Nah pada proses belajar secara formal maupun
alat hitung, sudah mampu menimbang benda nonformal proses psikolinguistik bekerja untuk
dengan alat timbangan, sudah mampu mengor- memperoleh bahasa melalui pembelajaran
ganisir dirinya melalui piket sekolah dan kelas. tersebut.
Meski demikian mereka masih kesulitan Lain halnya dengan pemahaman filosofis
memahami gagasan-gagasan abstrak serta bahasa sebagai sesuatu yang otonom dengan
mengalami kesulitan menghadapi soal-soal kondisi kejiwaan manusia perlulah dikaji dari
yang banyak sekali mengajukan hipotesis atau perspektif behaviorisme dimana hal tersebut
variable. Kemampuan tersebut barulah muncul dicetuskan oleh Edward Edward dan Lee
pada tahap terakhir. Thorndike (1874 ± 1949). Thorndike menutur-
kan dalam karya agungnya berjudul Human
Tahap Operasional Formal (usia 12 tahun Nature and The Social Order ³+XNXP
hingga dewasa) reaksi bervariasi (behavioristik) melihat pada
individu diawali oleh proses trial and eror yang
Anak-anak dan remaja yang berada pada menunjukan adanya bermacam-macam respons
tahap ini sudah dapat memikirkan dan sebelum memeroleh respons yang tepat dalam
membayangkan konsep-konsep yang tidak PHPHFDKNDQ PDVDODK \DQJ GLKDGDSL ´ 7HPXDQ
berhubungan dengan realitas konkret. Selain itu Thorndike itu sangat relevan dengan
mereka juga sudah mengenali kesimpulan yang pembelajaran di kelas. Khusunya pada
logis. Tiga kemampuan operasional formal, penelitian dikelas 6,-12 yang ada pada tahap
pertama penalaran logis mengenai gagasan- operasional konkret dan operasional formal.
gagasan hipotesis, kedua penyususnan dan Dalam hal ini Subjek didik (pedidik)
pengujian hipotesis dan ketiga pemisihan dan diarahkan untuk mengeksplorasi kemampuan
pengendalian variable secara bersama-sama diri secara maksimal dalam meniti penge-
memungkinkan lahir sebuah metode ilmiah dari tahuan/ilmu pengetahuan. Dalam konteks
pemikiran-pemikiran sebelumnya. Umumnya pembelajaran bahasa, pemahaman dari salah
para siswa pada tahap ini, sudah mampu satu keterampilan berbahasa, menulis semi-
melakukan penalaran operasional formal dan salnya, diwujudkan dengan memproduksi teks
dapat menangani gagasan-gagasan yang ber- secara terus menerus. Artinya, pedidik melaku-
tentangan dengan fakta sehingga mereka sudah kan kegiatan menulis berkelanjutan dengan
mampu membedakan sebuah dunia yang GLGDVDUNDQ VHPDQJDW ³WULDO´ DQG ³HURU´ SLQMDP
berbeda dan mungkin lebih baik dari dunia istilah Thorndike); sebab ide atau gagasan yang
sebenarnya. Sehingga mereka cendrung menjadi hendak ditulis tidak lantas muncul begitu saja
idealistic mengenai isu-isu politik, sosial dan dari otak manusia²perlu proses kontemplatif
etika. diri yang juga tidaklah instan.
Senada dengan Thorndike, Otto
Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa Jespersen (1982)²seorang pakar li Otto
Jespersen (1982)²seorang pakar linguistik yang
Suwarno (2002:18) menyatakan bahwa berkebangsaan Denmark²telah menganalisis
pembelajaran merupakan usaha disadari untuk bahasa menurut psikologi mentalitisk yang juga
menguasai kaidah- kaidah kebahasaan (about berbau behavioristik. Yang mengimplikasikan
the language or language usage), languge psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa ini
learning is knowing about language, or formal semakin penting bila diposisikan sebagai
knowledge of a language. Belajar bahasa landasan (alur) keberhasilan pengajaran jika
dilakukan secara formal dalam setting yang diGDVDUNDQ NH DUDK ³SHQGLGLNDQ NDUDNWHU´
formal pula, misalnya pembelajaran bahasa Artinya, apabila implikasi itu telah dipahami
dalam kelas. Namun demikian belajar bahasa secara komprehensif, etika pendidik dalam
secara formal tidak harus dilakukan dalam suatu mengajar di situasi heterogen tak lagi semena-
tempat yang dibatasi oleh ruang, atau tidak mena. Pendidik yang memahami kondisi psikis
harus dilakukan dalam kelas. Kegiatan belajar peserta didik akan menciptakan kondisi belajar
dimanapun asalkan proses belajar itu diarahkan yang beradab dan bijaksana.
pada penguasaan kaidah kebahasaan secara Seperti kasus pengajaran yang dilaku-
disadari, maka proses itu disebut pembelajaran. kan oleh seorang pendidik di India²dalam film
28 Jurnal Retorika, Volume 10, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 1²71

Tare Zameen Par²saat menemui pedidiknya dengan ranah psikomotor. Contoh-contoh


yang mengalami kesulitan dalam membedakan kesalahan dan penyebab kesalahan yang telah
huruf. Setelah dianalisis, sang pendidik itu men- dijelaskan tadi menunjukkan bahwa peran
diagnosis bahwa pedidiknya mengalami gang- psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa
guan berbahasa yang oleh medis disebut sebagai sangat penting. Tujuan umum pembelajaran
disleksia. Pendidik itu paham: proses pembe- bahasa, yaitu siswa mampu menggunakan
lajaran di kelas tak terlepas dari persoalan bahasa yang baik dan benar, baik dalam
singular (subjek didik). Oleh karenanya, berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis yang
pendidik haruslah peka terhadap kondisi apapun diasuh oleh pendidik yang memahami betul ilmu
yang menyangkut pedidiknya²termasuk kon- psikolinguistik secara konprehensip. Sehingga
disi kejiwaan (psikologis) peserta didik. siswa dapat berbahasa dengan baik dan benar
Akhirnya, sang pendidik tadi memberikan melalui pengetahuan dan kaidah-kaidah bahasa
perlakuan khusus pada sang anak penderita yang diajarkan oleh gurunya. Kaidah-kaidah
disleksia. Ia yakin: disleksia bukanlah penyakit bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat
akut yang patut diratapi. Sebaliknya, penderita menggunakan bahasa secara lancar dan
disleksia dapat diterapi dengan bermodalkan komunikastif siswa tidak hanya cukup mema-
kesungguhan dan keuletan. Ilmuan mutakhir hami kaidah bahasa, tetapi diperlukan kesiapan
menemukan terapi bagi penderita disleksia. kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi
Terapi itu disebut metode DORE karena sang yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin,
penemu adalah Wynford Dore. Metode ini percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas,
dilakukan dengan latihan rutin bagi setiap ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta
individu untuk menstimulasi daerah otak d k psikomotor (lafal yang fasih, keterampilan
dengan sejumlah pembelajaran. Latihan seperti memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat).
berdiri di atas papan bergoyang, melempar Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa pen-
kantung, mengayunkan bola, dilakukan selama ting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran
sepuluh hari sekali. Pelbagai ilustrasi di atas bahasa. Seperti halnya ungkapan orang tua
menggambarkan betapa pentingnya implikasi GDKXOX EDKZD ³*XUX SHQGLGLN LDODK RUDQJ Wua
psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa.. di sekolah bagi siswa (peserta didik) yang tak
Sedangkan pada proses pembelajaran semata-mata menyampaikan materi saja tapi
bahasa, Siswa atau peerta didik adalah subjek juga perlu memahami kondisi jiwa tiap siswa
dalam pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini yang diasuhnya. Sebab, dengan memahami psi-
siswa dianggap sebagai organisme yang kologi anak, pembelajaran akan terarah ke pusat
beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah cita-cita yang diinginkan yaitu terciptanya
psikologi, baik kognitif, afektif, maupun sebuah peradaban bangsa.
psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa
baik secara reseptif (menyimak dan membaca)
KESIMPULAN
ataupun produktif (berbicara dan menulis)
melibatkan ketiga ranah tadi. Menurut Garnham
penyebab kesalahan yang dilakukan oleh Psikolinguistik adalah ilmu yang
pembicara di antaranya adalah kesaratan beban mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku
(overloading), yaitu perasaan waswas (meng- yang tampak maupun perilaku yang tidak
hadapi ujian atau pertemuan dengan orang yang tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan bahasa,
ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai dan pemproduksian bahasa serta proses yang
materi, terpengaruh oleh perasaan afektif, terjadi di dalamnya. Contoh perilaku yang
kesukaran melafal kata-kata, dan kurang tampak dalam berbahasa adalah perilaku
menguasai topik. Dari penyebab kesalahan- manusia ketika berbicara dan menulis atau
kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan
berdasarkan ranah Psikologi. Penyebab kesa- contoh prilaku yang tidak tampak adalah
lahan berupa perasaan waswas berkaitan dengan perilaku manusia ketika memahami yang
ranah afektif. Penyebab kesalahan berupa disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu
kurang menguasai materi atau topik berkaitan yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang
dengan ranah kognitif, dan penyebab kesalahan akan diucapkan atau ditulisnya atau ketika dia
berupa kesukaran melafalkan kata berkaitan memahami bahasa. Peran Psikolinguistik dalam
Nurasia Natsir, Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa 29

pembelajaran bahasa sangat penting karena membaca, ataupun menulis sehingga manakala
dengan memamahami psikolinguistik seorang kemampuan dalam keterampilan berbahasa
guru memahami proses yang terjadi dalam diri bermasalah, garu dapat melihat dari sudut
siswa ketika siswa menyimak, berbicara, pandang psikologi sebagai alternative solusinya.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik: Kajian Nababan, Sri Utari Subiyakto.


Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta. (1992). Psikolinguistik: Suatu
Dardjowidjojo, Soenjono. (2003). Psikolinguistik: Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Pengantar Pemahaman Bahasa Utama.
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Nikelas, Syahwin. (1988). Pengantar Linguistik
Field, John. (2003). Psycholinguistics. London: untuk Guru Bahasa. Jakarta Depdikbud:
Routledge. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK.
Kridalaksana, Harimurti. (1982). Kamus Pateda, Mansoer. (1990). Aspek -aspek
Linguistik. Jakarta: PT Gramedia. Psikolinguistik. Ende Flores: Nusa Indah.
Marat, Samsunuwiyati. Syah, Muhibin. (1995). Psikologi Pendidikan suatu
(1983). Psikolinguistik. Bandung: Fakultas Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Psikologi Universitas Padjadjaran. Syah, Muhibin. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta:
Martinet, Andre. (1987). Ilmu Bahasa: Pengantar PT Raja Grafindo Persada.
(terjemahan Rahayu Hidayat). Yogyakarta: Tarigan, Henry Guntur.
Kanisius. (1985). Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Musfiroh, Tadkirotun. (2002). Pengantar Yudibrata, Karna; Andoyo Sastromiharjo; dan
psikolinguistik. Yogyakarta: Fakultas Kholid A. Harras.
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri (1997/1998). Psikolinguistik. Jakarta:
Yogyakarta. Depdikbud PPGLTP Setara D-III.

You might also like