You are on page 1of 15

Anif, S., Sutama, & Prayitno, H. J. (2019).

Effectiveness of Pedagogical Competence: A


Development Model Through Association of Biology Teachers’ Forum. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia JPII 8 (1) 22-31.

Continuing development of professional biology teachers and strengthening laboratory


materials are of the most effective models to improve competence in biology teachers in schools
that are not supported by adequate laboratories and also have implications for low quality of
professional biology teachers.
The mechanisms and procedures of activities to develop pedagogical competence of
biology teachers in the post-certification program in Surakarta Residency have also devised
MGMP program and activities. They cover the MKKS or coordinators of biology MGMP initiate
with the District Education Office. Biology MGMP also conducts a gathering to devise programs
and activities for a year and the MKKS or coordinators of MGMP authorize the devised
programs and activities, the implementation of needs-based activities, and the evaluation to
obtain feedback.
The characteristics of program and activities based on the priority were review of GCS,
preparation of final exam exercises and national exam try-out, analysis of previous national
exam, preparation of student worksheets, preparation of modules, preparation of lesson plan/
lesson plan, comprehension of learning materials, enrichment of laboratory materials, workshop
of CAR, as well as preparation of incidental materials. The outcomes or works produced by
biology teachers after carrying out successive activities were final exam exercise, national exam
try-out, and GCS of 45%, syllabus and lesson plan of 39%, learning methods and appraisal
instruments of 10%, CAR proposal of 5%, and modules/teaching materials/props of 2%.
The constraints encountered in the implementation of the activities were funding issues,
unstructured and discontinuous programs, complexity of providing resource persons, absence of
guidance and supervision, and lack of teacher awareness. Meanwhile, several solutions were
formulated to support the effectiveness of the activities; namely, comprehension of biology
learning materials, enrichment of laboratory materials, collaboration with universities, CAR
follow-up, more structured and continuous programs and activities, as well as supervision and
guidance from supervisors.

TRANSLATE
Pengembangan berkelanjutan guru biologi profesional dan penguatan materi
laboratorium merupakan model yang paling efektif untuk meningkatkan kompetensi guru
biologi di sekolah yang tidak didukung oleh laboratorium yang memadai dan juga
berimplikasi pada rendahnya kualitas guru biologi profesional.
Mekanisme dan prosedur kegiatan pengembangan kompetensi pedagogik guru biologi
pada program pasca sertifikasi di Karesidenan Surakarta juga telah menyusun program
dan kegiatan MGMP. Mereka meliput MKKS atau koordinator MGMP Biologi yang
diprakarsai Dinas Pendidikan Kabupaten. MGMP Biologi juga melakukan silaturahmi
untuk menyusun program dan kegiatan selama setahun dan MKKS atau koordinator
MGMP mengesahkan program dan kegiatan yang disusun, pelaksanaan kegiatan berbasis
kebutuhan, dan evaluasi untuk mendapatkan masukan.
Ciri-ciri program dan kegiatan berdasarkan prioritas adalah review GCS, penyiapan soal
ulangan dan uji coba UN, analisis UN sebelumnya, penyusunan LKS, penyusunan modul,
penyusunan RPP / RPP, pemahaman materi pembelajaran, pengayaan materi
laboratorium, workshop PTK, serta penyusunan materi insidentil. Hasil atau karya yang
dihasilkan guru biologi setelah melaksanakan kegiatan berturut-turut adalah soal ulangan,
ujicoba ujian nasional, dan GCS 45%, silabus dan RPP 39%, metode pembelajaran dan
instrumen penilaian 10%, usulan PTK. 5%, dan modul / bahan ajar / alat peraga 2%.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan adalah masalah pendanaan, program
yang tidak terstruktur dan terputus-putus, kompleksitas penyediaan nara sumber, tidak
adanya bimbingan dan supervisi, serta kurangnya kesadaran guru. Sementara itu,
beberapa solusi telah dirumuskan untuk mendukung efektivitas kegiatan; Yaitu
pemahaman materi pembelajaran biologi, pengayaan materi laboratorium, kerjasama
dengan perguruan tinggi, tindak lanjut PTK, program dan kegiatan yang lebih terstruktur
dan berkesinambungan, serta supervisi dan bimbingan dari supervisor.

Gade, S. (2020). The New Curriculum in the Indonesian Educational System: Can Islamic
Teachers Teach Better?. International Journal of Innovation, Creativity and Change
Volume 13, Issue 9, 2020.

In terms of teacher competence, pedagogic competence is one of the competency aspects


that
must be had by all teachers, including Islamic Religious Education (PAI) teachers. There
are
three important aspects related to the pedagogic competence of PAI teachers, they are: the
ability to develop a Learning Plan (RPP), the implementation of PAI learning, and the
ability
to evaluate PAI learning. Overall, PAI teachers who work in the MAN in Aceh have
effective
pedagogic competence: the teacher makes a PAI learning plan in the form of RPP, has the
skills to explain the subject matter effectively, and possesses the skills to build interactions
between PAI learning, and to use a variety of methods and learning media. However, there
are also some
PAI teachers who do not have effective pedagogic competence. The development of
pedagogic
competencies of PAI teachers at MAN in Aceh Province is carried out through training.
The
aims are to develop and improve the quality of PAI learning. However, currently the
development of pedagogic competency training for PAI teachers is very rare, even though
PAI
teachers are still found to have never participated in teacher competency development
programs conducted by the Religion Ministry in Aceh. The development of pedagogic
competence of PAI teachers has implications for improving the quality of teaching PAI in
accordance with the 2013 curriculum.

Dari segi kompetensi guru, kompetensi pedagogik merupakan salah satu aspek kompetensi
itu
harus dimiliki oleh semua guru, termasuk guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Ada
Tiga aspek penting terkait kompetensi pedagogik guru PAI, yaitu: a
kemampuan menyusun Rencana Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran PAI,
dan kemampuan
untuk mengevaluasi pembelajaran PAI. Secara keseluruhan, guru PAI yang bekerja di
MAN di Aceh sudah efektif
Kompetensi pedagogik: guru membuat rencana pembelajaran PAI dalam bentuk RPP,
memiliki ketrampilan
menjelaskan materi pelajaran secara efektif, dan memiliki keterampilan untuk
membangun interaksi di antaranya
Pembelajaran PAI, serta menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran.
Namun, ada juga beberapa
Guru PAI yang tidak memiliki kompetensi pedagogik efektif. Perkembangan pedagogik
Kompetensi guru PAI di MAN Provinsi Aceh dilaksanakan melalui pelatihan. Itu
Tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.
Namun, saat ini
pengembangan pelatihan kompetensi pedagogik bagi guru PAI sangat jarang, bahkan PAI
sekalipun
guru ternyata masih belum pernah mengikuti pengembangan kompetensi guru
program yang dilakukan oleh Kementerian Agama di Aceh. Perkembangan pedagogik
Kompetensi guru PAI berimplikasi pada peningkatan kualitas pengajaran PAI di
sesuai dengan kurikulum 2013.

Nurfuadi. (2020). The Development of Pedagogical Competencies of Islamic Religious


Education Teachers based on Learning Quality Management

Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Berbasis


Manajemen Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji Banyumas
Konsep dasar kompetensi guru pedagogik pendidikan agama Islam dalam manajemen
mutu pembelajaran Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng Banyumas dalam
persiapan tahun ajaran baru kegiatan terkait dengan pengembangan sumber daya
manusia melalui kegiatan workshop dari pembimbing Kementerian Banyumas selama satu
hari di MA Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng mulai pukul 08.30 hingga 14.00 dengan materi
terkait perangkat pembelajaran seperti Prota dan surat promes, walaupun secara teknis
pelaksanaan faktanya dilakukan selama kegiatan belajar mengajar sudah berjalan pada
hari Selasa tanggal 10 September 2019. Dalam pelaksanaannya yang pertama dibahas
adalah pembahasan prota dan janji kemudian RPP dan dilanjutkan dengan pengolahan
data atau pembuatan prota, promes, RPP masing-masing komputer peserta dengan durasi
kurang lebih 30 menit. Untuk prota dan prom, file prota fasilitator biasanya disiapkan oleh
fasilitator sehingga peserta workshop hanya perlu mengedit atau menyesuaikan mata
pelajaran masing-masing guru (Nada, 2019).
Faktor Pendukung dan Penghambat Kompetensi Pedagogik guru Pendidikan Agama
Islam dalam pengelolaan kualitas pembelajaran di Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji
Kedungbanteng Banyumas yaitu untuk faktor pendukung antara lain kerjasama antara
wali kelas dengan wali siswa dalam menjalin komunikasi terkait dengan perkembangan
siswa dan beberapa informasi akademik, adanya kemitraan antara Madrasah Aliyah Al-
Ikhsan Beji Kedungbanteng Banyumas dan Pondok Pesantren Al-Ikhsan Beji
Kedungbanteng serta adanya sinergi gotong royong antara guru, orang tua dan pengurus
Pondok Pesantren Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng Banyumas, pembelajaran media seperti
proyektor, laptop, papan tulis, dan kerjasama kolaboratif antara guru, orang tua dan
pengurus Pondok Pesantren Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng Banyumas, media
pembelajaran seperti proyektor, laptop, papan tulis, papan tulis. papan tulis, media
gambar, film, power point, pembicara sedangkan faktor penghambat antara lain materi
Sejarah Budaya Islam terlalu terbatas pada materi yang dipelajari atau kurang detail,
minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Budaya Islam kurang motivasi dan guru
tidak dapat memotivasi peserta didik karena perlu memahami karakter setiap peserta
didik.
Pengembangan kompetensi pedagogik guru pendidikan Islam berbasis manajemen mutu
di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas
Konsep dan implementasi kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam, dalam
pengelolaan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Banyumas 1
mengadakan Workshop kualitas pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skills
(HOTS) dengan menggunakan sistem KM 165 dan baru direvisi. pada KM 183 tahun 2019
yang rencananya dilaksanakan mulai dari kelas X dengan menghadirkan narasumber dari
Kanwil Kemenag.
Guru memberikan prates dan pascates, kemudian guru memberikan arahan agar siswa
dituntut untuk aktif, yo memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran guru selalu
aktif dulu saling berbagi pengalaman dan saling berkontribusi secara aktif. Kedua, dalam
kegiatan belajar mengajar menggunakan metode diskusi ketika tidak ada siswa yang
berani bertanya, guru sebagai fasilitator mempersilahkan siswa bertanya ke dalam
konteks pertanyaan lain yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Dalam memotivasi
selanjutnya adalah nilai-nilai kehidupan yang dicontohkan terkait dengan cerita dibalik
kesuksesan orang lain ternyata ada liku-liku dalam meraih kesuksesan (Budiman, 2014).
Faktor pendukung kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam pengelolaan mutu
pembelajaran di Madrasah Banyumas Aliyah 1 diantaranya adalah latar belakang peserta
didik yang rata-rata dari pesantren sehingga mudah dalam memahami materi
pembelajaran, sarana prasarana pendukung kegiatan yang lengkap. siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, rata-rata SDM guru bergelar Magister, khususnya guru Pendidikan
Agama Islam, dan ada kebijakan madrasah yang selalu mengikuti kegiatan yang
menunjang kualitas guru melalui workshop, HOTS khususnya terkait pembelajaran
materi kegiatan misalnya membuat soal berbasis HOTS dengan model kegiatan
Kompetensi Inti, baru Kompetensi Dasar 183 dan 184 (Lagorce, 2016). Adanya kebijakan
madrasah yang signifikan, adanya buku referensi yang saling mendukung, penguasaan
materi oleh guru, dan pendalaman materi dari guru, adanya sarana prasarana pendukung,
adanya kemitraan yang baik antar wali kelas, wali siswa untuk saling memantau siswa
melalui Whatsapp group masing-masing kelas serta memiliki fungsi dalam memantau
perkembangan siswa baik di lingkungan madrasah / sekolah maupun di luar lingkungan
madrasah / sekolah, Laporan kegiatan shalat duhur di jamaah dengan melalui
pemantauan oleh walikota saat mengikuti shalat Duhur berjamaah dan adanya kemitraan
antara lembaga pendidikan / Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas di lingkungan sekolah /
Madrasah dengan Pondok Pesantren Darussalam, Al-Jamil dan Al-Amin (Santoso, 2019).
Sedangkan faktor kompetensi kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam
pengelolaan pembelajaran yang bermutu di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas adalah
kebijakan suatu kegiatan yang sering mendadak dari Kemenag seperti pembaharuan data
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (EMIS). Peserta didik memiliki potensi yang
bervariasi dan peserta didik datang terlambat ke kelas, peserta didik suka membuat gaduh
di kelas dan fasilitas yang belum memadai seperti laboratorium pendidikan agama hanya
masjid dan belum representatif antara kapasitas jamaah dengan jumlah jamaah.
Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Berbasis
Manajemen Kualitas Pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banyumas.
Kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam pengelolaan kualitas
pembelajaran yang diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banyumas adalah kegiatan
IHT (In House Training) dengan mengundang pakar pendidikan dari perguruan tinggi di
sekitar MAN 2 dan biasanya tenaga ahli yang diundang berasal dari kalangan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dalam hal ini adalah Prof. H. Sunhaji, M.Ag.
Materi yang dikaji berkaitan dengan bagaimana merancang model pembelajaran
(Miskiah; 2019), kemudian pada semester genap untuk kepala madrasah atau sering
disebut dengan K3M (Kelompok Kerja Madrasah) di Banyumas yang termasuk kabupaten
/ kota. Banyumas, Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara mengikuti kegiatan berupa
workshop. Dalam workshop K3M menghadirkan narasumber dari Pusat Diklat Jakarta.
Sedangkan materi yang dipelajari berkaitan dengan pembelajaran berbasis HOTS (Hight
Order Thinking Skill). Pada perancangan kompetensi pedagogistik tentunya tidak
mengabaikan kompetensi inti I (penilaian sikap spiritual dan 2 kompetensi inti atau sikap
sosial dan harus dinilai untuk keseluruhan mata kuliah adalah mampu menilai secara
keseluruhan tentang hasil penilaian peserta didik. Pendidikan agama Islam meliputi
kompetensi inti 1 = Spiritual, kompetensi inti 2 = sosial, kompetensi inti 3 = Pengetahuan
dan kompetensi inti 4 = keterampilan (Masran, 2018).
Kompetensi Inti 1 dan kompetensi Inti 2 berupa jurnal pengantar merupakan catatan
laporan guru secara umum, mis. Guru bahasa Indonesia melaporkan kepada guru
pendidikan Agama Islam, kemudian ada standar yaitu maksudnya hanya memantau siswa
di dalam kelas, sehingga lembar observasi terkait sikap spiritual atau kompetensi inti 1
sudah tercantum di semua mata pelajaran Agama Islam. Pendidikan agama, contohnya
ketika awal belajar dan diakhir pembelajaran diadakan kegiatan Tadarus Al-Qur'an dan
Asmaul Husna, Sholat Duhur berjamaah. Pada observasi sosial penilaian biasanya cukup
di ruang piket saja yang meliputi kedisiplinan, kejujuran dan ketrampilan peserta didik,
bila ada temuan bagi peserta didik yang melanggar maka dilaporkan kepada guru PAI
dan guru PPKn dan setelah itu baru dilaporkan ke wali kelas. Setiap empat puluh menit di
awal pembelajaran biasanya merupakan metode Tahsin yang dipandu oleh pembimbing
JQH (Jamiyatul Quro Wal hufadh). Secara teknis implementasinya adalah seluruh siswa
di setiap kelas dapat mengikuti arahan dari pembina melalui media active speaker yang
dipusatkan dari sumber suara di ruang piket yang kemudian diikuti oleh seluruh siswa
secara bersamaan atau bersama-sama. Kemudian empat puluh menit sebelum pelajaran
berakhir, diadakan penghafalan Juz yang ke-tiga puluh detik, dipandu oleh JQH
(Jamiyatul quro Wal hufadh) dengan target mampu menghafal lima sampai enam huruf
dalam sehari tergantung panjang pendeknya surat. Dari kegiatan terpusat tersebut,
pembelajaran dapat diambil secara positif, termasuk ketika peserta kembali ke madrasah
bersama sehingga pada saat JQH (Jamiyatul quro Wal hufadh) Sadaqallahul 'Adim semua
siswa langsung berdoa dan bergegas ke madrasah ke rumahnya masing-masing (Irfangi,
2019). Kemudian konsep dan implementasi kompetensi pedagogik selanjutnya adalah
setiap pagi sebelum pelajaran dimulai atau tepatnya ada lima belas guru piket yang
ditugaskan untuk menjemput peserta didik masuk ke madrasah atau sekolah dengan
secara teknis implementasinya guru laki-laki mengundang peserta didik laki-laki. di depan
pintu gerbang Madrasah sedangkan untuk guru perempuan mengundang peserta didik
perempuan di depan pintu gerbang Madrasah.
Faktor pendukung kompetensi guru pedagogik pendidikan agama Islam dalam
pengelolaan pembelajaran yang bermutu di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banyumas adalah
sosialisasi orang tua untuk membina peserta didik dengan cara monitoring secara tertulis
kepada buku penghubung antara kelas dengan orang tua. dan program studi lapangan,
pelatihan Alquran, praktikum haji dan perawatan janazah.
Sedangkan faktor penghambat kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam
dalam pengelolaan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Banyumas 2 meliputi faktor
latar belakang siswa yang memiliki lingkungan keluarga yang beragam sehingga perlu
adanya kemitraan yang baik antara wali kelas, orang tua siswa. dan siswa dengan
pendekatan pesrsuasif kepada siswa (Irfangi, 2019). Kompetensi pedagogik Guru
pendidikan agama Islam dalam pembelajaran manajemen mutu di tiga Madrasah Aliyah
di Kabupaten Banyumas memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di lembaga / Madrasah. Dalam pembelajaran
Manajemen Mutu banyak hal yang harus dievaluasi untuk peningkatan mutu
pembelajaran (Wakingah; 2018), adapun kenyataan bahwa di bidang di antaranya melalui
kegiatan berbagi yang mendukung pengelolaan pembelajaran bermutu adalah merancang
model pembelajaran, kemudian Pada semester genap Kepala Madrasah atau sering
disebut dengan K3M (Kelompok Kerja Madrasah) di Banyumas yang meliputi Kabupaten
Banyumas, Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara mengikuti Workshop .. Dalam
Workshop tersebut, K3M menghadirkan pembicara dari Pusat Diklat Jakarta. Sedangkan
materi yang dipelajari berkaitan dengan pembelajaran berbasis HOTS (Hight Order
Thinking Skill). Pada perancangan kompetensi pedagogistik tentunya tidak mengabaikan
kompetensi inti I (penilaian sikap spiritual dan 2 kompetensi inti atau sikap sosial dan
harus dinilai untuk semua mata pelajaran yaitu mampu menilai secara keseluruhan
tentang hasil penilaian peserta didik ilmu agama islam). Pendidikan agama meliputi
kompetensi inti 1 = Spiritual, kompetensi inti 2 = sosial, kompetensi inti 3 = pengetahuan
dan kompetensi inti 4 = keterampilan.
Sedangkan faktor pendukung dan penghambat antara lain adanya kerjasama antar
sekolah / madrasah dengan pondok pesantren Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng, latar
belakang santri yang berjiwa religius yang berangkat dari latar belakang keluarga yang
rukun dan beretika, mayoritas santri putri memudahkan untuk mengatur / mendidik
siswa perempuan dan faktor pendukung lainnya adalah sarana dan prasarana yang
memadai, sedangkan faktor penghambat antara lain kurangnya sinkronisasi waktu
kegiatan sore antara Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren karena hampir rata-rata
siswa tinggal di Pondok Pesantren, belum tersedianya kantin. di madrasah aliyah sehingga
pada saat istirahat banyak peserta didik yang telat masuk kelas lagi untuk mengikuti
karena peserta didik lebih memilih untuk jemput di kantin diluar madrasah sambil
bersantai yang menyebabkan pengawasan guru sulit dan juga menyebabkan banyak
peserta didik yang telat mengikuti subjek berikutnya, faktor penghambat lainnya r adalah
keberadaan tempat ibadah yang kurang representatif dari masjid.
Kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam pengelolaan mutu
pembelajaran di Madrasah Negeri 1 Banyumas, melalui kegiatan mengaji, asmaul husna
sebelum masing-masing pada satu jam pertama atau sebelum pelajaran dimulai, kegiatan
yang dilakukan oleh masing-masing guru piket untuk menyapa peserta didik sebelum jam
tujuh memulai pelajaran, kegiatan rutin setiap sholat subuh senin bersama seluruh civitas
akademika usai upacara bendera dilapangan dipimpin oleh petugas sholat, kegiatan
menghafal surat pendek dengan target selama tiga tahun harus khatam oleh dibimbing
atau dibimbing oleh masing-masing guru mata pelajaran, melalui petunjuk di setiap kelas
oleh guru BK, wali kelas, kepala madrasah dan melalui kegiatan sholat subuh berjamaah
di masjid Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas.
Faktor Pendukung Kompetensi Pedagogik guru Pendidikan Agama Islam dalam
pengelolaan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas antara lain
adalah kemitraan yang baik antar wali kelas, orang tua siswa untuk memantau setiap
siswa melalui kelompok Whatsapp di setiap kelas serta memiliki fungsi monitoring
kemajuan siswa baik di lingkungan Madrasah / sekolah maupun di luar lingkungan
Madrasah / sekolah, laporan kegiatan sholat duhur berjamaah dengan melalui
pemantauan oleh walikota pada saat mengikuti sholat duhur berjamaah dan adanya
kemitraan antara pihak pendidikan lembaga / Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas di
lingkungan sekolah / Madrasah dengan Pondok Pesantren Darussalam, Al-Jamil dan Al-
Amin.
Sedangkan faktor penghambat Kompetensi Pedagogik guru Pendidikan Agama Islam
dalam pengelolaan mutu pembelajaran di Madrasah Banyumas Aliyah 1 adalah
kurangnya sarana prasarana yang memadai seperti laboratorium Pendidikan Agama
(Masjid) yang belum representatif dengan kapasitas jemaah haji. jumlah jamaah yang ada.
Sedangkan menurut kurikulum Waka yang menjadi salah satu faktor pendukung antara
lain masjid yang sudah representatif, ruang Aula kegiatan shalat jemaah untuk santri juga
representatif, sound system yang memadai dan SDM pengajar yang sudah cukup
memadai. Banyak yang berkompeten dan sebagai faktor penghentiannya adalah adanya
fasilitas / fasilitas berupa wudhu yang belum memadai dalam perbandingan antara jumlah
santri dengan fasilitas wudhu belum terpenuhi dengan jumlah siswa. pelajar 1.160 orang
sedangkan tempat wudhu hanya ada 5 tempat (Yusuf, 2019).
Kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam pengelolaan kualitas
pembelajaran yang diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banyumas adalah kegiatan
IHT (In House Training) dengan mengundang pakar pendidikan dari perguruan tinggi di
sekitar MAN 2 dan biasanya tenaga ahli yang diundang berasal dari kalangan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dalam hal ini adalah Prof. H. Sunhaji, M.Ag.
Materi yang dikaji berkaitan dengan bagaimana merancang model pembelajaran,
kemudian pada semester genap untuk kepala madrasah atau sering disebut dengan K3M
(Kelompok Kerja Madrasah) di Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas,
Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara mengikuti kegiatan berupa workshop. Dalam
workshop K3M menghadirkan narasumber dari Pusat Diklat Jakarta. Sedangkan materi
yang dipelajari berkaitan dengan pembelajaran berbasis HOTS (Hight Order Thinking
Skill). Pada perancangan kompetensi pedagogistik tentunya tidak mengabaikan
kompetensi inti I (penilaian sikap spiritual dan 2 kompetensi inti atau sikap sosial dan
harus dinilai untuk keseluruhan mata kuliah adalah mampu menilai secara keseluruhan
tentang hasil penilaian peserta didik. Pendidikan agama Islam meliputi kompetensi inti 1 =
Spiritual, kompetensi inti 2 = sosial, kompetensi inti 3 = Pengetahuan dan kompetensi inti 4
= keterampilan.
Kompetensi Inti 1 dan kompetensi Inti 2 berupa jurnal pengantar merupakan catatan
laporan guru secara umum, mis. Guru bahasa Indonesia melaporkan kepada guru
pendidikan Agama Islam, kemudian ada standar yaitu maksudnya hanya memantau siswa
di dalam kelas, sehingga lembar observasi terkait sikap spiritual atau kompetensi inti 1
sudah tercantum di semua mata pelajaran Agama Islam. Pendidikan agama, contohnya
ketika awal belajar dan diakhir pembelajaran diadakan kegiatan Tadarus Al-Qur'an dan
Asmaul Husna, Sholat Duhur berjamaah. Pada observasi sosial penilaian biasanya cukup
di ruang piket saja yang meliputi kedisiplinan, kejujuran dan ketrampilan peserta didik,
bila ada temuan bagi peserta didik yang melanggar maka dilaporkan kepada guru PAI
dan guru PPKn dan setelah itu baru dilaporkan ke wali kelas. Setiap empat puluh menit di
awal pembelajaran biasanya merupakan metode Tahsin yang dipandu oleh pembimbing
JQH (Jamiyatul Quro Wal hufadh). Secara teknis implementasinya adalah seluruh siswa
di setiap kelas dapat mengikuti arahan dari pembina melalui media active speaker yang
dipusatkan dari sumber suara di ruang piket yang kemudian diikuti oleh seluruh siswa
secara bersamaan atau bersama-sama. Kemudian empat puluh menit sebelum pelajaran
berakhir, diadakan penghafalan Juz yang ke-tiga puluh detik, dipandu oleh JQH
(Jamiyatul quro Wal hufadh) dengan target mampu menghafal lima sampai enam huruf
dalam sehari tergantung panjang pendeknya surat.
Dari kegiatan terpusat tersebut, pembelajaran dapat diambil secara positif, diantaranya
ketika peserta kembali ke madrasah bersama sehingga pada saat JQH (Jamiyatul quro
Wal hufadh) Sadaqallahul 'Adim semua siswa langsung sholat dan buru-buru ke
madrasah ke rumahnya masing-masing, Kemudian konsep dan implementasinya
Kompetensi pedagogik selanjutnya adalah setiap pagi sebelum pelajaran dimulai atau
tepatnya ada lima belas guru piket yang ditugaskan untuk menjemput peserta didik masuk
ke madrasah atau sekolah dengan secara teknis implementasinya guru laki-laki
mengundang peserta didik laki-laki di depan pintu gerbang Sedangkan untuk madrasah
guru perempuan mengundang peserta didik perempuan didepan pintu gerbang madrasah,
pembinaan spiritual selama lima belas menit sebelum kegiatan belajar mengajar dengan
harapan peserta didik memiliki kemampuan mental spiritual yang kuat dan mampu
mengatasi segala permasalahan dalam kehidupan dan juga melalui upaya pendampingan
kepada peserta didik salah satunya dengan memotivasi peserta didik agar lebih percaya
diri i n belajar dan percaya diri dengan kemampuan akademik dan mental spiritualnya
bersaing satu sama lain untuk jujur dan bertanggung jawab, dan dalam berpakaian siswa
selalu memperhatikan untuk tetap berpakaian rapi, cantik dan indah untuk dilihat oleh
orang lain dengan tetap di depan norma dan kaidah moral yang berlaku di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Banyumas Dan di setiap kelas biasanya setiap kelas Wali selalu
membangun komunikasi yang sehat dengan orang tua untuk saling memberikan informasi
tentang perkembangan peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas terutama
terkait dengan perkembangan anak. nilai-nilai moral agama terutama dengan melihat
perkembangan teknologi media sosial yang perkembangannya sangat pesat sehingga akan
berdampak pada sisi positif dan negatif bagi siswa, dan bila melihat dampak negatifnya
siswa sangat memprihatinkan terutama ketika siswa membuka media. layanan akan
disuguhi berbagai menu atau sajian akses informasi yang beragam sehingga mahasiswa a
Dituntut untuk lebih selektif dalam mengakses informasi yang sesuai dengan kebutuhan
positif seperti mencari bahan referensi yang berkaitan dengan pembelajaran, oleh karena
itu guru atau wali kelas dan orang tua harus dapat bermitra dengan baik agar
perkembangan peserta didik dapat saling memonitor dan berbagi tentang masing-masing.
permasalahan orang lain baik di sekolah maupun di luar sekolah / madrasah, sehingga
akan lebih terkontrol tentang perkembangan peserta didik.
Faktor pendukung kompetensi guru pedagogik pendidikan agama Islam dalam
pengelolaan pembelajaran yang bermutu di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banyumas adalah
sosialisasi kepada orang tua untuk membina peserta didik dengan cara monitoring secara
tertulis kepada buku penghubung antara orang tua dan orang tua. dan program studi
lapangan, pelatihan Alquran, praktek Haji dan Janazah. Sedangkan kendala kompetensi
pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam pengelolaan pembelajaran yang bermutu
di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banyumas termasuk pengawasan peserta didik yang
diserahkan kepada masyarakat yang terkadang tidak obyektif saat menerima atau
memberikan informasi kepada instansi atau sekolah. / Madrasah Aliyah Negeri 2
Banyumas. Menurut Guru Aqidah Akhlak yang merupakan salah satu faktor pendukung
dalam kompetensi pedagogik antara lain kegiatan yang menunjang pendidikan sikap atau
afektif seperti rapat komite yang membahas terkait nilai afektif siswa, acara Peringatan
Hari Islam (PHBI). Diikuti oleh seluruh sivitas akademika termasuk mahasiswa harus
mendengarkan materi yang disampaikan oleh pemateri, selanjutnya mahasiswa harus
mampu menyimpulkan materi perkuliahan untuk selanjutnya hasil rekamannya dibawa
pulang untuk ditandatangani oleh orang tua peserta didik dengan harapan orang tua
dapat belajar tentang hasil anaknya dalam menjalankan salah satu tugas di madrasah /
sekolah dengan harapan orang tua dapat lebih perhatian dan bijak dalam mengarahkan,
membina anaknya secara terus menerus dalam perkembangan pendidikan. Sedangkan
faktor penghambat dalam kompetensi pedagogik merupakan faktor latar belakang peserta
didik yang memiliki lingkungan keluarga yang beragam sehingga perlu adanya kemitraan
yang baik antara wali kelas, orang tua peserta didik dan dengan pendekatan pesrsuasive
pada peserta didik (Irani, 2019).
Tentang faktor pendukung kompetensi pedagogik guru pendidikan agama islam, dengan
diadakannya program kegiatan mengaji dan implementasi kurikulum kegiatan keagamaan
bagi peserta didik yang dinilai oleh guru pendidikan agama islam untuk kepentingan
pengisian nilai raport terkait dengan pengisian KI. I sedangkan faktor terminasi adalah
adanya peserta didik yang sering terlambat masuk sekolah sehingga menyebabkan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi terganggu konsentrasi dan menimbulkan
keresahan atau membuat gaduh di kelas.
Hasil dari penelitian ini adalah pengembangan kompetensi pedagogik di Al-Ikhsan Beji
dengan mempersiapkan tahun ajaran baru dengan mengembangkan guru melalui
workshop dari pengawas untuk memastikan kegiatan belajar mengajar dengan
menyempurnakan program tahunan dan program semester. Sedangkan di Madrasah
Aliyah 1 Banyumas mengadakan workshop pembelajaran berkualitas berbasis
keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan sistem KM 165 dan merevisi KM 183 untuk
meningkatkan penerapan kompetensi pedagogik dalam pengelolaan kualitas
pembelajaran. Di sisi lain, SMA Islam 2 Banyumas mengadakan kegiatan In House
Training dengan mengundang pakar pendidikan dari perguruan tinggi sekitar di
Purwokerto terkait pembelajaran keterampilan berbasis Hight Think Order. Dari ketiga
model penelitian di atas, penulis menemukan bahwa setiap madrasah memiliki
kecenderungan dan pola masing-masing yang bergantung pada kemampuan finansial dan
infrastruktur. Para penulis menemukan bahwa kegiatan model pelatihan In-House paling
terkait dengan Orde Keterampilan Berpikir Tinggi untuk meningkatkan kompetensi
pedagogis. Pembelajaran akan berhasil diterapkan jika masing-masing komponen di
Madrasah saling mendukung dalam strategi pengembangan kompetensi pedagogik Islam.

ADD PARAGRAF
Dari kegiatan tersebut dapat diambil hikmah positif diantaranya pada saat peserta pulang
semua peserta didik langsung berdoa dan dilarikan ke rumah masing-masing, kemudian
konsep dan implementasi kompetensi pedagogik selanjutnya adalah setiap pagi sebelum
pelajaran dimulai atau tepatnya ada lima belas. Guru piket bertugas menjemput peserta
didik yang masuk ke Madrasah atau sekolah dengan secara teknis pelaksanaan guru laki-
laki mengundang peserta didik laki-laki di depan pintu gerbang Madrasah sedangkan
untuk guru perempuan mengundang peserta didik perempuan di depan gerbang
pembinaan spiritual selama lima belas menit sebelum kegiatan belajar mengajar Di
harapkan peserta didik memiliki kemampuan mental spiritual yang kuat dan mampu
mengatasi segala permasalahan dalam kehidupan serta melalui upaya pendampingan
kepada peserta didik salah satunya dengan memotivasi peserta didik agar lebih percaya
diri dalam belajar dan menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan akademik dan
mentalnya untuk dapat bersaing satu sama lain dalam pencapaian yang jujur dan
bertanggung jawab.
KESIMPULAN
Pengembangan kompetensi pedagogik guru pendidikan Agama Islam dalam pengelolaan
pembelajaran yang bermutu di MA Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng Banyumas dalam
kegiatan persiapan tahun ajaran baru terkait pengembangan sumber daya manusia guru
melalui kegiatan workshop dengan materi terkait pembelajaran perangkat seperti Prota
dan promissory note, meskipun secara teknis implementasi sebenarnya dilakukan selama
kegiatan belajar mengajar sudah berjalan. Pada pelaksanaan pertama yang dibahas
adalah pembahasan Prota dan promissory note kemudian RPP dan dilanjutkan dengan
pengolahan data atau pembuatan prota, promissory note, RPP pada komputer masing-
masing peserta dengan durasi waktu kurang lebih 30 menit. Pengembangan kompetensi
pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam manajemen mutu pembelajaran yang
diterapkan di MAN 1 Banyumas yaitu mengadakan kegiatan Workshop yang bermutu
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) dengan menggunakan KM System 165 dan
KM 183 yang baru direvisi. tahun 2019 yang direncanakan akan diterapkan dari kelas X
Pengelolaan pembelajaran bermutu yang pertama diawali guru yang memberikan prates
dan pascates. Guru memberi petunjuk agar siswa dituntut aktif. Pengembangan
kompetensi pedagogik guru dalam pengelolaan pembelajaran bermutu yang diterapkan di
MAN 2 Banyumas umumnya pada awal semester sebelum kegiatan pengajaran diadakan
adanya kegiatan IHT (In House Training) dengan mengundang pakar pendidikan dari
perguruan tinggi sekitar. MAN 2 dan biasanya tenaga ahli yang diundang berasal dari
Institut Agama Islam (IAIN) Purwokerto, dalam hal ini adalah Prof. H. Sunhaji, M.Ag.
Materi yang dikaji berkaitan dengan bagaimana merancang model pembelajaran,
kemudian pada semester genap untuk kepala madrasah atau sering disebut dengan K3M
(Kelompok Kerja Madrasah) di Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas,
Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara mengikuti kegiatan berupa workshop. Dalam
workshop K3M menghadirkan narasumber dari Pusat Diklat Jakarta. Sedangkan materi
yang dipelajari berkaitan dengan pembelajaran berbasis HOTS (Hight Order Thinking
Skill).

Hakim, L. (2017). Development Strategy of Pedagogical Competence to Improve


Professionalism of Islamic Education Teacher. Jurnal Pendidikan Islam 3 (2) 207-220 DOI:
10.15575/jpi.v3i2.1406 http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jpi
After reviewing the theory and analyzing the data on pedagogical competence development
strategies in order to improve the professionalism of PAI teachers in SMAN 3
Tasikmalaya, it
can be concluded that pedagogical competence of PAI teachers in SMAN 3 Tasikmalaya is
fairly
good. They are able to make a lesson plan, create a comfortable learning atmosphere,
create
active learners in the classroom; use multiple methods and media of teaching, understand
the
diversity of the students’ condition, perform the evaluation of learning as well. Moreover,
the
strategies used in developing the pedagogical competence in order to improve the
professionalism of PAI teachers in SMAN 3 Tasikmalaya are by: conducting class visits
every
month, providing persuasive guidance to teachers, involving teachers in a variety of
scientific
activities, promoting the welfare of teachers, completing facilities and educational
infrastructure,
supervising monitoring and evaluating the performance of teachers by providing guidance,
giving reward to outstanding teachers and providing educational supervision. Factors that
support pedagogical competence development strategies in order to improve the teachers’
professionalism include: enthusiastic and outstanding teachers who wish to develop their
knowledge, especially in the aspects of pedagogical competence, awareness of teachers to
face
the global challenges, supervision of principals, and adequate facilities. While the inhibiting
factor is that there are several teachers who are less eager to improve their quality and
some
teachers who are very busy outside the school hours. The evaluation conducted by the
principal
toward the students, teachers, teacher-student and the school impact showed a positive
feedback toward the strategies implementation of teachers’ pedagogical development.
Setelah mereview teori dan menganalisis data pengembangan kompetensi pedagogik
strategi dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru PAI di SMAN 3 Tasikmalaya,
itu
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru PAI di SMAN 3 Tasikmalaya sudah
cukup
baik. Mereka mampu membuat RPP, menciptakan suasana belajar yang nyaman,
berkreasi
pembelajar aktif di kelas; menggunakan berbagai metode dan media pengajaran, pahami
keragaman kondisi siswa, melakukan evaluasi pembelajaran sekaligus. Apalagi
strategi yang digunakan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik
Profesionalisme guru PAI di SMAN 3 Tasikmalaya adalah dengan: melakukan kunjungan
kelas setiap
bulan, memberikan bimbingan persuasif kepada guru, melibatkan guru dalam berbagai
ilmu pengetahuan
kegiatan, peningkatan kesejahteraan guru, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan,
mengawasi pemantauan dan evaluasi kinerja guru dengan memberikan bimbingan,
memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi dan memberikan supervisi
pendidikan. Faktor itu
mendukung strategi pengembangan kompetensi pedagogik untuk meningkatkan kualitas
Profesionalisme meliputi: guru yang antusias dan berprestasi yang ingin
mengembangkannya
pengetahuan, khususnya pada aspek kompetensi pedagogik, kesadaran guru dalam
menghadapi
tantangan global, pengawasan prinsipal, dan fasilitas yang memadai. Sedangkan
penghambat
faktornya adalah ada beberapa guru yang kurang berkeinginan untuk meningkatkan
kualitasnya dan ada pula yang
guru yang sangat sibuk di luar jam sekolah. Evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah
Terhadap siswa, guru, guru-siswa dan sekolah berdampak positif
umpan balik terhadap implementasi strategi pengembangan pedagogis guru.

penelitian ini

Balqis, P., Usman, N., & Ibrahim, S. (2014). Kompetensi Pedagogik Guru dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa pada SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Administrasi
Pendidikan Volume 2, No. 1 pp. 25- 38.
Kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan pembelajaran di SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten
Aceh Besar dilakukan dengan berpedoman pada kurikulum dan silabus. Dalam perencanaan
pembelajaran tersebut memuat analisis materi pembelajaran yang di dalamnya memuat tentang
standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator dan materi pokok.
2. Kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran di SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten
Aceh Besar dari sisi (a) penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik dilakukan dengan cara mendalami masing-masing materi pembelajaran secara
konseptual melalui bacaan buku-buku dan literatur tentang disiplin ilmu masing-masing, (b)
pengembangan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu dilakukan dengan
memantapkan sejumlah materi pembelajaran kepada siswa secara baik dan benar dan sesuai
alokasi waktu pembelajaran yang disediakan, (c) pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki dilakukan dengan memberikan sejumlah
latihan dalam bentuk pekerjaan rumah yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang
sudah diajarkan, dan (d) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran dilakukan dengan cara mengidentifikasi perkembangan peserta didik melalui
kegiatan evaluasi pembelajaran dan menentukan beberapa tutor sebaya untuk pengembangan
materi ajar. 3. Kompetensi pedagogik guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMPN
3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: (a)
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dilakukan
dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam menggunakan
fasilitas teknologi informasi dan komunikasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b)
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dilakukan setiap hari
kerja dengan memberi sapaan dan teguran yang bersifat mendidik dan memperbaiki tingkah laku
peserta didik, dan (c) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
dilakukan dengan tes diagnostik untuk setiap materi pelajaran yang sudah diajarkan.

Suharini, E. (2009). Studi Tentang Kompetensi Pedagogik dan Profesional Bagi Guru Geografi
di SMA Negeri Kabupaten Pati. Jurnal Geografi Volume 6 No. 2 Juli.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki guru geografi
adalah sebesar 68,8% termasuk dalam kriteria baik. Namun ada satu indikator yang termasuk
dalam kriteria kurang baik, yaitu pada ketepatan alat evaluasi. Hal ini dikarenakan kurangnya
kompetensi guru dalam memberikan umpan balik dan pelaksanaan penilaian selama proses
pembelajaran. Sedangkan pada kompetensi profesional yang dimiliki guru geografi adalah
sebesar 70,5% termasuk dalam kriteria baik. Ada dua indikator yang termasuk dalam kriteria
kurang baik, yaitu pada indikator kemampuan membuka pelajaran dan kemampuan mengadakan
variasi pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru kurang dalam kemampuan memotivasi siswa
untuk memulai pembelajaran, dan guru hanya menyampaikan kompetensi dasar secara sepintas
saja pada waktu memulai pelajaran sedangkan dalam kemampuan mengadakan variasi
pembelajaran, guru kurang baik dalam memilih sumber belajar, menentukan metode dan media
pembelajaran. Berdasarkan penelitian ini ada suatu hal menarik yaitu masih ada 1 sekolah yang
terakreditasi B, sehingga peneliti ingin melengkapi hasil penelitian dengan membedakan
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru geografi yang mengajar di SMA Negeri
terakreditasi A dan B.

Habibullah, A. (2012). Kompetensi Pedagogik Guru. EDUKASI Volume 10, Nomor 3,


September-Desember.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru pada aspek kemampuan
pengetahuan pembelajaran dalam kategori “kurang”, aspek pengetahuan pengembangan potensi
peserta didik dan upaya reflektif untuk meningkatkan mutu pembelajaran menjadi titik yang
sangat lemah dengan mendapat nilai ratarata dengan kategori “sangat kurang”. Selain itu, aspek
kemampuan menyusun RPP dalam kategori “cukup”, aspek pengorganisasian materi ajar dan
aspek evaluasi merupakan aspek kemampuan yang sangat lemah dengan mendapatkan nilai
“kurang”. Sedangkan, aspek kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dalam kategori
“cukup”.
Hal ini didukung dari hasil penelitian Balqis (2014) yang menyatakan bahwa kompetensi
pedagogik guru dalam perencanaan pembelajaran di SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
dilakukan dengan berpedoman pada kurikulum dan silabus. Dalam perencanaan pembelajaran
tersebut memuat analisis materi pembelajaran yang di dalamnya memuat tentang standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok. Hakim (2017) juga meneliti tentang
kompetensi pedagogic yang menyimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru PAI di SMAN 3
Tasikmalaya sudah cukup baik, dimana mereka mampu membuat RPP, menciptakan suasana
belajar yang nyaman, berkreasi pembelajar aktif di kelas; menggunakan berbagai metode dan
media pengajaran, pahami keragaman kondisi siswa, melakukan evaluasi pembelajaran
sekaligus.
Penelitian Suharini (2009) menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki guru
geografi termasuk dalam kriteria baik. Habibullah (2012) pada penelitiannya menyimpulkan
menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru pada aspek kemampuan pengetahuan
pembelajaran dalam kategori “kurang” dan aspek kemampuan menyusun RPP dalam kategori
“cukup”. Sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan, Anif (2019) menyimpulkan hasil yang
didapat mekanisme dan prosedur kegiatan pengembangan kompetensi pedagogik guru biologi
pada program pasca sertifikasi di Karesidenan Surakarta juga telah menyusun program dan
kegiatan MGMP. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Gade (2020) yang menerangkan bahwa
secara keseluruhan, guru PAI yang bekerja di MAN di Aceh sudah efektif dimana guru membuat
rencana pembelajaran PAI dalam bentuk RPP, memiliki keterampilan menjelaskan materi
pelajaran secara efektif, dan memiliki keterampilan membangun interaksi antar pembelajaran
PAI, serta menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran.

Dari penelitian ini bisa Perlu dilakukan telaah mendalam terhadap kurikulum atau program studi
pada LPTK, agar dapat menghasilkan calon guru yang berkemampuan pedagogik memadai. 3.
LPTK perlu meningkatkan pengalaman pembelajaran calon guru melalui instensifikasi kegiatan
micro teaching. 4. Walaupun rekrutmen guru dari tenaga honorer mengedepankan sisi
penghargaan dan untuk mengangkat harkat kesejahteraan serta adanya sisi politis, namun perlu
juga memasukkan persyaratan kemampuan akademik dalam rekrutmen pengangkatan guru
tenaga honorer menjadi PNS melalui qualitative assessment, karena guru apapun tetap dituntut
dapat memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal kepada peserta didik.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan baik bagi guru, siswa
maupun institusi pendidikan untuk menetapkan manajemen mutu pembelajaran. Hasil
penelitian ini berkaitan erat dengan kompetensi guru. Lebih dari itu, penelitian ini juga
merupakan referensi dimana guru yang kompeten dan cerdas akan mampu
mengembangkan pembelajaran siswa, baik secara profesional maupun bertanggung
jawab. Melalui kemampuan pedagogik, guru mampu secara mandiri meningkatkan
perkembangan ilmunya dengan mengkaji dan menginternalisasi, serta mewujudkan
luaran peserta didik dalam berkompetisi di dunia pendidikan. Penulis menemukan bahwa
guru yang profesional mampu mengantarkan siswa memiliki sikap yang benar baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Penelitian ini akan bermanfaat dalam merumuskan
kebijakan sistem pendidikan dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Kompetensi profesional meliputi menguasai struktur, materi, substansi kurikulum bidang
studi, metodologi keilmuan dan materi kurikulum, dan menguasai teknologi informasi yag
digunakan dalam pembelajaran (Kristiawan & Rahmat, 2018; Rahmadoni, 2018).

You might also like