You are on page 1of 12

Nursing Arts

Vol XIV, No 01, Juni 2019,


ISSN: 1978-6298 (Print)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS


1
Novalita Oriza
1
Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
email: novalitaoriza24@gmail.com

Artikel history
th
Dikirim, Februari 4 , 2019
Ditinjau, Februari 17th, 2019
Diterima, Juni 13th, 2019

ABSTRACT
Background : The occurence of breastmilk inhibition is caused by uneasy milk supply, because
the baby does not suckle enough on the mother often. The IDHS data in 2015 stated thae there are
35,985 of postpartum mother who experienced breastmilk inhobition or 15,6% of postpartum mothers.
Purpose : Determine the affecting factors on breastmilk inhibition in postpatum mothers at Working
Area of Rambung Merah Health Center of Simalungun Regency in 2018. Methods : The research design
is a qualitative analitycal survey with a cross-sectional approach. The populations in this study are 122
postpartum mothers. The sampling technique used an accidental sampling system as many as 92
respondents. The data analysis used univariate, bivariate ande multivariate with logistic regression test.
Result : All independent variable affected breastmilk inhibitio with p-value <0.05. The result of logiztic
regression test with the selection of the p –value model <0.25 was known to the variable that most
influences the incidence of breastmilk inhibition was the frequency of breastfeeding with sig value p =
0.000 < 0.25 ande the largest B (natural logarithm) value was 3.740. Conclusion : Breastfeeding
frequency, nipple condition, breastfeeding attachment, breastfeeding position and breast careaffecting
the occurence of breastmiilk inhibition in postpatum mothers at Working Area of Rambung Merah
Health Center of Simalungun Regency in 2018 and the most variable affected breastmilk inhibition was
breastfeeding frequency. Its expected that the Health Center officer will be more concerned and improve
the information on lactation management and breast care.
Keywords : Affecting Factors, Breastmilk Inhibition, Maternal Postpartum
Keywords: 3-5 kata atau gabungan kata, setiap kata dipisahkan dengan tanda titik koma (;)

ABSTRAK
Pendahuluan : Kejadian Bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Data SDKI tahun2015 menyebutkan
bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami BendunganASI sebanyak 35.985 atau (15,60 %) ibu nifas.
Tujuan : Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bendungan ASI pada ibu nifas di Wilayah
Kerja Puskesmas Rambung Merah Kabupaten Simalungun Tahun 2018.Metode : Desain penelitian
adalah survei analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
122 ibu nifas. Teknik pengambilan sampel menggunakan sistem accidental samplingsebanyak 92
responden. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan uji regresi
logistik.Hasil : Seluruh variabel independen mempengaruhi bendungan ASI dengan nilai p-value < 0,05.
Hasil uji regresi logistik yang paling mempengaruhi kejadian bendungan ASI adalah frekuensi menyusui
dengan nilai sig. p = 0,000<0,25 dan nilai B (logaritma natural) terbesar yaitu 3,740.Kesimpulan :
Faktor frekuensi menyusui, kondisi puting, perlekatan menyusui, posisi menyusui dan perawatan
payudara memengaruhi kejadian bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas Rambung Merah
Kabupaten Simalungun tahun 2018 dan variabel yang paling mempengaruhi kejadian bendungan ASI
adalah frekeunsi menyusui. Diharapkan kepada petugas puskesmas agar lebih peduli dan meningkatkan
informasi manajemen laktasi dan perawatan payudara.
Kata Kunci : Faktor yang Memengaruhi, Bendungan ASI, Ibu Nifas

29
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

PENDAHULUAN
Seorang ibu yang baru melahirkan akan orang dari 10.764orang dan pada tahun 2015
mengalami perubahan hidup karena kehadiran terdapat ibu yang mengalami bendungan
buah hatinya. Prioritas pertama saat itu adalah ASIsebanyak 6543 orang dari 9.862 orang. (4)
memberikan ASI sebagai makanan bagi DataAssociation of South East Asia
bayinya.Pemberian Air Susu Ibu (ASI) bagi Nation(ASEAN) pada tahun 2013
bayi baru lahir merupakan salah satu menyimpulkan bahwa presentasecakupan kasus
upayauntuk mencegah kematian dan masalah bendungan ASIpada ibu nifas tercatat 107.654
kekurangan gizi pada bayi dan balita. ibu nifas, padatahun 2014 terdapat ibu nifas
ASI merupakan makanan yang paling yang mengalami bendungan ASI
sempurna bagi bayi, dimana kandungan gizi sebanyak95.698 orang, serta pada tahun 2015
sesuai kebutuhan pertumbuhan dan ibu yang mengalami bendungan ASIsebanyak
perkembangan yang optimal.ASI mengandung 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena
zat untuk perkembangan kecerdasan, zat kesadaran masyarakatdalam mendorong
kekebalan (mencegah tubuh dari berbagai peningkatan pemberian ASI masih relatif
penyakit) dan dapat menjalani hubungan cinta rendah. (4)
kasih antara ibu dan bayi.Manfaat menyusui Menurut Data Survey Demografi dan
bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah Kesehatan Indonesia tahun2015 menyebutkan
melahirkan, mempercepat pemulihan kecepatan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami
ibu, seperti involusi rahim, menunda BendunganASI sebanyak 35.985 atau (15,60 %)
kehamilan, dan mengurangi resiko terkena ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibunifas yang
kanker payudara.(1) mengalami Bendungan ASI sebanyak 77.231
ASI yang tidak sering dikeluarkan atau (37, 12 %)ibu nifas. (5)
dapat berkembang menjadi bendungan ASI, Peningkatan kejadian Bendungan
payudara terisi sangat penuh dengan ASI, aliran ASIsangat berpengaruh terhadapmasa nifas
susu menjadi terhambat dan akan menyebabkan karena ketidak berhasilan dalam memberikan
payudara bengkak. Selanjutnya jika bendungan ASI kepada bayinya. Salah satu tidak
ASI tidak segera tertangani akan tercapainya ASI eksklusif yaitu bayi tidak
mengakibatkan terjadinya tingkat keparahan mendapat ASIyang cukup serta produksi ASI
yang berlanjut.(2) meningkat, terlambat menyusukan,hubungan
KejadianBendungan ASIyang dengan bayi (bonding) kurang baik, dan dapat
disebabkan oleh pengeluaran air susuyang tidak pula karenaadanya pembatasan waktu menyusui
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu hingga dapat terjadinya peradanganpada
pada ibu nya.Gangguan ini dapat menjadi lebih payudara ibu dan secarapalpasi teraba keras,
parah apabila ibu jarang menyusukanbayinya, kadang terasa nyeriserta seringkali disertai
akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara peningkatan suhu badan ibu, dan terdapat
Eksklusif dan apabilatidak segera di tangani tanda-tandakemerahan dan demam. (6)
maka akan menyebabkan Bendungan ASI Bendungan ASI terjadi karena beberapa
padaPayudara, Pembendungan ASI dapat faktor diantaranya yaitu teknik yang salah
terjadi karena penyempitan duktuslakteferi atau dalam menyusui, puting susu terbenam, bayi
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan tidak dapat menghisap puting dan aerola, ibu
dengan sempurna ataukarena kelainan pada yang tidak menyusukan bayinya sesering
puting susu sehingga terjadinya pembengkakan mungkin atau bayi yang tidak aktif menghisap.
padapayudara karena peningkatan aliran vena Diantara beberapa faktor penyebab diatas jika
dan limfe sehingga menyebabkanbendungan tidak segera ditangani akan berakibat ke
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu mastitis.Pelekatan yang benar merupakan salah
badan. (3) satu kunci keberhasilan bayi menyusu pada
Data World Health Orgnization(WHO) payudara ibu.Bila payudara lecet, bisa jadi
terbaru pada tahun 2015 di Amerika petanda pelekatan bayi saat menyusu tidak baik.
Serikatpersentase perempuan menyusui yang Umumnya, ibu akan memperbaiki posisi
mengalami bendungan ASIrata-ratamencapai pelekatan dengan melepaskan mulut bayi saat
87,05 % atau sebanyak 8242 ibu nifas dari menyusu dan menempelkannya kembali.(7)
12.765 orang, pada tahun2014 ibu yang Bendungan ASI juga dapat terjadi
mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 dikarenakan faktor frekuensi pemberian ASI

30
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

yang tidak teratur. Ardyan (2014)dalam payudara terutama kebersihan puting susu,
penelitiannya mengatakan bahwa frekuensi melenturkan dan menguatkan puting susu
dandurasi pemberian ASI mempunyai sehingga memudahkan bayi untuk menyusu,
hubungan dengan terjadinya bendungan merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga
ASIpada Ibu nifas karena pada payudara produksi secara dini dan melakukan upaya
terdapat vena limpatik yang untuk mengatasinya, mempersiapkan mental
mengalirkanproduksi air susu, jika frekuensi ibu untuk menyusui. Bila seorang ibu tidak
dan durasi pemberian ASI optimal, melakukan perawatan payudara dengan benar
makapengosongan payudara dapat secara maka sering dijumpai kasus-kasus yang akan
sempurna, aliran vena limpatik lancar,sehingga merugikan ibu dan bayi, antara lain: ASI tidak
mencegah terjadinya payudara bengkak atau keluar, puting susu tidak menonjol sehingga
bendungan ASI padapayudara.(8) bayi sulit menghisap, produksi asi sedikit
Masalah dalam pemberian ASI salah sehingga tidak cukup dikonsuksi bayi, infeksi
satunya karena kurangnya informasi seperti ASI pada payudara (payudara bengkak atau
belum keluar pada hari pertama sehingga bayi bernanah), muncul benjolan di payudara. (13)
dianggap perlu diberikan minuman lain, puting Survei awal yang dilakukan pada bulan
susu datar atau terbenam, puting susu lecet, dan Juli 2018 di Puskesmas Rambung Merah
payudara bengkak.(9) Kabupaten Simalungun dengan mewawancarai
Penelitian Halina (2015) mengatakan 10 ibu postpartum yang menyusui bayinya pada
bahwateknik menyusui yang tidak benar dapat minggu pertama setelah melahirkan
mengakibatkan puting susu menjadilecet dan terdapat6orang yang mengalami bendungan
ASI tidak keluar secara optimal sehingga ASI.Dari hasil wawancara yang peneliti
mempengaruhi produksi ASIselanjutnya atau dapatkan,4 orang sudah mengetahui cara
bayi enggan menyusu. Peneliti berasumsi menyusui yang benar, 2 orang ibu mengatakan
dengan mencegahterjadinya puting lecet dapat kondisi puting yang tenggelam ke dalam
mengurangi resiko terjadinya menjadi kendala proses menyusui, 2 orang ibu
pembengakakanpada payudara, karena puting mengatakan sudah menghentikan menyusui
yang tidak lecet membuat ibu dan bayi karena payudaranya terasa sakitdan merasa
maumenyusui dengan nyaman sehingga tidak tidak nyaman saat menyusui bayinya
menghambat pengeluaran ASI. (10) disebabkan karena cara pada saat menyusui
Menurut Anggraeni (2015), posisi yang tidak benar yaitu posisi duduk yang tidak
kepala bayiyang tidak benar bisa menyebabkan tegak,kepala dan tubuh bayi tidak berada pada
hisapan bayi yang salah, karena puting susudan garis lurus dan dagu bayi tidak menyentuh
areola yang tidak masuk semua kemulut bayi. payudara ibu dan 2 orang ibu tidak melakukan
Hal ini dapat mengakibatkanterjadinya puting perawatan payudara dengan baik dan tidak
lecet. Terjadinya puting lecet dapat menjadi melakukan perlekatan menyusui yang baik.
resiko terjadinyapembengkakan pada payudara.
Ibu post partum harus memastikan
pelekatansudah tepat sehingga resiko terjadi METODE
pembengkakan pada payudara yaitu putinglecet Desain penelitian ini adalah dilakukan
tidak terjadi. (11) secara survei analitik kuantitatif dengan
Penelitian Yuliana (2012) mengatakan pendekatan cross sectional, yang merupakan
bahwa kejadian bendungan ASI rancangan penelitian dimana variable bebas
disebabkankarena ibu mempunyai pengetahuan dan variable terikat diukur dan dikumpulkan
kurangtentang perawatan payudara, sehingga dalam waktu yang bersamaan. Yang bertujuan
ibutidak benar dalam melakukan untuk menentukan faktor yang
tindakanperawatan payudara dan waktu yang mempengaruhibendungan ASI pada Ibu Nifas
digunakan dalam melakukan perawatan di Wilayah Kerja Puskesmas Rambung Merah
payudara yang salah sehingga menyebabkan Kabupaten Simalungun Tahun 2018.
ibumengalami puting susu tenggelam, Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah
bayisusah menyusu, ASI tidak keluar, Kerja Puskesmas Rambung Merah Kabupaten
yangberakhir pada terjadinya bendungan ASI. Simalungun Tahun 2018 dengan waktu
(12)
penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus
Perawatan payudara memiliki banyak hingga September 2018.
manfaat antara lain: menjaga kebersihan

31
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Populasi adalah jumlah besar subjek dirubah menjadi nomor 1, 2, 3,.....,42; Entering,
yang mempunyai karakteristik tertentu, yakni jawaban – jawaban dari masing – masing
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden yang masih dalam bentuk “kode”
ibunifas di Wilayah Kerja Puskesmas Rambung (angka atau huruf ) dimasukkan kedalam aplikasi
Merah Kabupaten Simalungun Tahun 2018 SPSS; dan data processing, yaitu semua data telah
periode Agustus 2018 yang berjumlah 122 ibu di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah
nifas.Sampel adalah sebagian obyek yang sesuai dengan kebutuhan dari penelitian. Serta
diambil saat penelitian dari keseluruhan obyek analisa data dalam penelitian ini menggunakan
yang diteliti dan dianggap mewakili analisa univariat dan bivariat menggunakan chi-
populasi.(14)Teknik pengambilan sampel square, dan analisa multivariat menggunakan
menggunakan sistem accidental sampling yaitu regresi logistik.
pengambilan sampel yang kebetulan ada atau
tersedia sampai diperoleh sampel sebanyak 92
responden. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode pengumpulan data Karakteristik Responden
menggunakan data primer yang merupakan data :Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 1
karakteristik responden, frekuensi menyusui, didapati bahwa seluruh ibu nifas yang ada di
kondisi puting, perlekatan menyusui, perilaku wilayah kerja Puskesmas Rambung Merah
ibu, perawatan payudara dan kejadian Kabupaten Simalungun tahun 2018.
bendungan ASI; data sekunder merupakan Berdasarkan hasil pengumpulan data tentang
deskriptif di lokasi penelitian yaitu jumlah ibu karakteristik bahwa umur responden lebih
nifas dan jumlah kejadian bendungan ASI; Data banyak yang berumur >21 tahun sebanyak 49
tertier adalah data riset yang sudah orang (53,3%) dan responden yang berumur
dipublikasikan secara resmi seperti jurnal, dan <22 tahun sebanyak 43 orang (46,7%).
laporan penelitian(report). Berdasarkan hasil penelitian pada tingkat
Metode pengolahan datadalam pendidikan responden yang berpendidikan
penelitian ini menggunakan collecting, yaitu Sekolah Dasar (SD) sebanyak 31 orang
mengumpulkan data yang berasal dari (33,7%), SMP sebanyak 27 orang (29,3%),
kuesioner. Angket maupun observasi; checking, SMA sebanyak 32 orang (34,8%), dan
yang dilakukan dengan memeriksa kelengkapan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 2 orang
jawaban kuesioner atau lembar observasi (2,2%).. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
dengan tujuan agar data diolah secara benar pada kategori pekerjaan responden diketahui
sehingga pengolahan data memberikan hasil lebih banyak respondenbekerja sebanyak 55
yang valid; coding, pada langkah ini penulis orang (59,8%) dan responden yang tidak
melakukan pemberian kode pada veriabel – bekerja sebanyak 37 orang (40,2%).
variabel yang diteliti misalnya nama responden

Tabel 1. Karakteristik Responden


Karakteristik
f %
Umur
<22 tahun 43 46,7
>21 tahun 49 53,3
Pendidikan
SD 31 33,7
SMP 27 29,3
SMA 32 34,8
PT 2 2,2
Pekerjaan
Bekerja 55 59,8
Tidak Bekerja 37 40,2

Analisa Univariat :Berdasarkan hasil dari92 orang diketahui respondenyang frekuensi


penelitian pada tabel 2 didapati hasil bahwa menyusui baik sebanyak 26 orang (28,3%),

32
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

frekuensi menyusui kurang sebanyak 66 orang sebanyak 30 orang (32,6%) dan responden yang
(71,7%). Dari 92 orang diketahui melakukan posisi menyusui kurang sebanyak 62
respondenyang memiliki kondisi putingbaik orang (67,4%). Dari 92 orang diketahui
sebanyak 54 orang (58,7%) dan responden yang responden yang melakukan perawatan baik
memiliki kondisi putingkurang sebanyak 38 sebanyak 61 orang (66,3%) dan responden yang
orang (57,3%). Dari 92 orang diketahui melakukan perawatan payudara kurang
responden yang melakukan perlekatan sebanyak 31 orang (33,7%). Dari 92 orang
menyusui baik sebanyak 43 orang (46,7%) dan diketahui responden yang mengalami terjadinya
responden yang melakukan perlekatan bendungan ASI sebanyak 27 orang (29,3%) dan
menyusui kurang sebanyak 49 orang responden yang tidak terjadi bendungan ASI
(53,3%).Dari 92 orang diketahui responden sebanyak 65 orang (70,7%).
yang melakukan posisi menyusui dengan baik

Tabel 2. Analisa Univariat


Variabel
f %
Frekuensi Menyusui
Baik 26 28,3
Kurang 66 71,7
Kondisi Puting
Baik 54 58,7
Kurang 38 41,3
Perlekatan Menyusui
Baik 43 46,7
Kurang 49 53,3
Posisi Menyusui
Baik 30 32,6
Kurang 62 67,4
Perawatan Payudara
Baik 61 66,3
Kurang 31 33,7
Bendungan ASI
Baik 27 29,3
Kurang 65 70,7

Analisa Bivariat : Berdasarkan tabel 3 bendungan ASI dan 21 orang (55,3%) tidak
dapat didapati hasil bahwa dari 26 orang yang mengalami. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
frekuensi menyusuinya baik 20 orang (76,9%) 0,007 yang artinya ada hubungan kondisi puting
mengalami terjadinya bendungan ASI dan 6 dengan kejadian bendungan ASi di wilayah
orang tidak mengalami. Dari 66 orang yang kerja Puskesmas Rambung Merah Kabupaten
frekuensi menyusuinya kurang 7 orang (10,6%) Simalungun Tahun 2018.
mengalami terjadinya bendungan ASI dan 59 Dari dari 43 orang yang perlekatan
orang (89,4%) tidak mengalami.Hasil uji menyusui baik 19 orang (44,2%) mengalami
statistik diperoleh nilai p= 0,000 yang artinya terjadinya bendungan ASI dan 24 orang tidak
ada hubungan frekuensi menyusui dengan mengalami. Dari 49 orang yang perlekatan
kejadian bendungan ASi di wilayah kerja menyusui kurang 8 orang (16,3%) mengalami
Puskesmas Rambung Merah Kabupaten terjadinya bendungan ASI dan 41 orang
Simalungun Tahun 2018. (83,7%) tidak mengalami. Hasil uji statistik
Dari 54 orang yang kondisi putingnya diperoleh nilai p= 0,003 yang artinya ada
baik 10 orang (18,5%) mengalami terjadinya hubungan perlekatan menyusui dengan kejadian
bendungan ASI dan 44 orang tidak mengalami. bendungan ASi di wilayah kerja Puskesmas
Dari 38 orang yang kondisi putingnya kurang Rambung Merah Kabupaten Simalungun Tahun
17 orang (44,7%) mengalami terjadinya 2018.

33
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Dari 30 orang yang posisi menyusui Dari 61 orang yang perawatan payudara
baik 19 orang (63,3%) mengalami terjadinya baik 12 orang (19,7%) mengalami terjadinya
bendungan ASI dan 11 orang tidak mengalami. bendungan ASI dan 49 orang tidak mengalami.
Dari 62 orang yang posisi menyusui kurang 8 Dari 31 orang yang perawatan payudara kurang
orang (12,9%) mengalami terjadinya 15 orang (48,4%) mengalami terjadinya
bendungan ASI dan 54 orang (87,1%) tidak bendungan ASI dan 16 orang (51,6%) tidak
mengalami.Hasil uji statistik diperoleh nilai p= mengalami.Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
0,000 yang artinya ada hubungan posisi 0,005 yang artinya ada hubungan perawatan
menyusui dengan kejadian bendungan ASi di payudara dengan kejadian bendungan ASI di
wilayah kerja Puskesmas Rambung Merah wilayah kerja Puskesmas Rambung Merah
Kabupaten Simalungun Tahun 2018. Kabupaten Simalungun Tahun 2018.

Tabel 3.Analisa Bivariat


Bendungan ASI
Variabel Terjadi Tidak Terjadi Total % Sig-p
f % f %
Frekuensi Menyusui
Baik 20 76,9 6 23,1 26 100
0,000
Kurang 7 10,6 59 89,4 66 100
Kondisi Puting
Baik 10 18,5 44 81,5 54 100
0,007
Kurang 17 44,7 21 55,3 38 100
Perlekatan Menyusui
Baik 19 44,2 24 55,8 43 100
0,003
Kurang 8 16,3 41 83,7 49 100
Posisi Menyusui
Baik 19 63,3 11 36,7 30 100
0,007
Kurang 8 12,9 54 87,1 62 100
Perawatan Payudara
Baik 12 19,7 49 80,3 61 100
0,005
Kurang 15 48,4 16 51,6 31 100

Analisa Multivatiat Tahap I :Hasil perawatan payudara, perlekatan menyusui dan


analisis dari tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai kondisi puting, sehingga harus dikeluarkan dari
p-value terbesar dan >0,05 adalah variabel model untuk multivariat.

Tabel 4. Analisa Multivariat Tahap I


Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
a
Step 1 Frek 4.091 .953 18.423 1 .000 59.827
Kondisi -1.520 .882 2.971 1 .085 .219
Lekat .993 .851 1.360 1 .243 2.699
Posisi 3.106 .888 12.235 1 .000 22.334
Rawat -.170 .900 .036 1 .850 .844
Constant -9.945 3.288 9.145 1 .002 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Frek, Kondisi, Lekat, Posisi, Rawat.

Analisa Multivariat Tahap II berpengaruh terhadap kejadian bendungan ASI


:Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa karena masing-masing variabel tersebut
terdapat 2 variabel bebas yang signifikan memiliki nilai signifikansi p<0,25. Variabel-

34
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

variabel tersebut adalah variabel frekuensi bernilai positif, maka variabel frekuensi
menyusui dengan nilai Sig.=0,000 dan variabel menyusui memiliki hubungan positif dengan
posisi menyusuidengan nilai Sig.=0,000. kejadian bendungan ASI atau semakin sering
Variabel yang paling dominan memengaruhi frekuensi menyusui maka kejadian bendungan
kejadian bendungan ASI dari 2 variabel yang ASI cenderung tidak terjadi; 2) Variabel posisi
memiliki nilai sig p<0,25 adalah variabel menyusui memiliki nilai OR sebesar 18,555,
frekuensi menyusui dengan nilai B atau maka responden dengan posisi menyusui dalam
logaritma natural terbesar yaitu 3,740. kategori tinggi memiliki kecenderungan tidak
Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan mengalami kejadian bendungan ASI sebesar
nilai EXP (B) atau OR. Besar OR dalam 18,555. Nilai B atau logaritma natural dari
penelitian ini yaitu 1) Variabel frekuensi 18,555 adalah 2,921.Oleh karena nilai B
menyusui memiliki nilai OR sebesar 42,097, bernilai positif, maka variabel posisi menyusui
maka responden dengan frekuensi menyusui memiliki hubungan positif dengan kejadian
dalam kategori tinggi memiliki kecenderungan bendungan ASI atau semakin baik posisi
tidak mengalami kejadian bendungan ASI menyusui maka kejadian bendungan ASI
sebesar 42,097. Nilai B atau logaritma natural cenderung tidak terjadi.
dari 42,097 adalah 3,740. Oleh karena nilai B

Tabel 5. Analisa Multivariat Tahap II


Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
a
Step 1 Frek 3.740 .837 19.967 1 .000 42.097
Posisi 2.921 .825 12.545 1 .000 18.555
Constant -10.202 2.158 22.349 1 .000 .000
Variable(s) entered on step 1: Frek, Posisi.

PEMBAHASAN frekuensi menyusui dengan kejadian bendungan


ASI.(15)
Pengaruh Frekuensi Menyusui terhadap Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Bendungan ASI Ardyan (2014) mengenai Bendungan ASI juga
Hasil penelitian analisis univariat dapat terjadi dikarenakan faktor frekuensi
tentang frekuensi menyusui mayoritas dalam pemberian ASI yang tidak teratur dalam
kategori kurang (89,4%). Hasil uji chi square penelitiannya mengatakan bahwa frekuensi
diperoleh nilai p= 0,000 yang artinya ada dandurasi pemberian ASI mempunyai hubungan
hubungan frekuensi menyusui dengan kejadian dengan terjadinya bendungan ASIpada Ibu nifas
bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas karena pada payudara terdapat vena limpatik
Rambung Merah Kabupaten Simalungun Tahun yang mengalirkanproduksi air susu, jika
2018. Dari hasil multivariat dengan uji regresi frekuensi dan durasi pemberian ASI optimal,
logistik, variabel frekuensi menyusui secara makapengosongan payudara dapat secara
signifikan memengaruhi responden terhadap sempurna, aliran vena limpatik lancar,sehingga
kejadian bendungan ASI dengan nilai sig. = mencegah terjadinya payudara bengkak atau
0,000. bendungan ASI padapayudara. (8)
Hasil penelitian ini sesuai yang Menurut Cadwell (2011), terdapat
dikatakan Maryandhini (2014) yang beberapa faktor yang berperan dalam
mengatakan bahwa hampir seluruh ibu nifas menentukan kisaran frekuensi pemberian ASI
yang frekuensi menyusui baik tidak terjadi untuk bayi yang sedang menyusui. Ibu memiliki
bendungan ASI (87,5%). Hasil uji statistik, kapasitas jumlah penyimpanan ASI yang
dengan tingkat kesalahan α = 0,05 dan df= 1, berbeda dalam payudara mereka.Kapasitas
didapatkan X²hitung (8,99) > X²tabel (3,841) penyimpanan ASI ini adalah jumlah ASI yang
maka H₀ditolak, artinya ada hubungan antara dapat terakumulasi sebelum memberikan sel-sel
suatu pesan untuk mengurangi jumlah ASI.
Seorang ibu dapat memiliki kapasitas menyimpan ASI lebih lama atau lebih singkat
penyimpanan yang memungkinkan payudara dibandingkan dengan ibu yang lain.(16)

35
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Menurut asumsi peneliti bahwa ibu post mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau
partum harus memastikan pelekatan sudah tepat bayi enggan menyusu. Peneliti berasumsi
sehingga resiko terjadi pembengkakan pada dengan mencegah terjadinya puting lecet dapat
payudara yaitu puting lecet tidak terjadi. mengurangi resiko terjadinya pembengakakan
Perlekatan menyusui akan memberi rasa pada payudara, karena puting yang tidak lecet
nyaman kepada bayi dalam proses menyusui membuat ibu dan bayi mau menyusui dengan
sehingga bayi akan menyusu dengan baik. nyaman sehingga tidak menghambat
Berdasarkan perekatan menyusui yang baik pengeluaran ASI.(10)
bahwa yang tidak terjadi Bendungan ASI Penelitian ini sejalan dengan penelitian
disebabkan oleh posisi mulut bayi ketika Amelia mengenai Faktor-Faktor yang
menyusu menempel dengan baik sehingga bayi Memengaruhi Kejadian Bendungan ASI pada
menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang Ibu Postpartum di RSIA Siti Fatimah Makassar
cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan didapati hasil bahwa ibu postpartum yang tidak
produksi ASI sesuai kebutuhan bayi,namun menyusui secara on-demand sebanyak 66,67%,
dalam penelitian ini ibu yang perlekatan penderita bendungan ASI tidak ditemukan pada
menyusui baik terjadi Bendungan ASI ibu postpartum dengan posisi menyusui yang
dikarenakan oleh kondisi puting yang kurang tidak benar sebanyak 88,89%, penderita
baik sehingga mempengaruhi proses menyusui bendungan ASI tidak ditemukan pada ibu
bayi. Berdasarkan perlekatan menyusui yang postpartum yang mempunyai kelainan putting
kurang bahwa yang terjadi Bendungan ASI susu sebanyak 77,78%. Kesimpulannya yaitu
disebabkan oleh perlekatan yang tidak benar bahwa sebagian besar ibu postpartum yang
sehingga terjadi pergesekan puting susu dengan mengalami bendungan ASI dipengaruhi oleh
langit-langit mulut bayi, namun dalam faktor tidak menyusui secara on-demand dan
penelitian ini ibu yang perlekatan menyusui kelainan putting susu cukup berpengaruh
yang kurang tidak terjadi Bendungan ASI terhadap kejadian bendungan ASI. (17)
disebabkan oleh ibu yang melakukan perawatan Menurut Farrer (2011), kesulitan yang
payudara yang baik sehingga terhindar dari timbul selama proses laktasi yaitu puting yang
puting lecet. retak-retak, puting yang masuk ke dalam,
mastitis infektif dan laktasi yang tidak
PengaruhKondisi Puting terhadap memadahi oleh karena banyak sekali masalah
Bendungan ASI yang timbul selama proses menyusui, maka
Hasil penelitian analisis univariat perlu dilakukan perawatan antenatal yang baik
tentang kondisi puting mayoritas dalam kategori karena ASI berperan penting untuk membuat
baik (81,5%). Hasil uji chi square diperoleh bayi sehat dan kuat.(18)
nilai p= 0,007 yang artinya ada hubungan Menurut asumsi peneliti bahwa dapat
kondisi puting dengan kejadian bendungan ASi dinyatakan kondisi puting adalah salah satu
di wilayah kerja Puskesmas Rambung Merah faktor kejadian bendungan ASI pada ibu
Kabupaten Simalungun Tahun 2018. Dari hasil nifas.Semakin baik kondisi puting ibu akan
multivariat dengan uji regresi logistik, variabel mencegah terjadinya bendungan ASI.
kondisi puting secara signifikan tidak Berdasarkan Kondisi Puting yang baik bahwa
memengaruhi responden terhadap kejadian yang tidak terjadi Bendungan ASI disebabkan
bendungan ASI dengan nilai sig. = 0,085. oleh ibu yang menyusui dengan benar sehingga
Hasil penelitian ini sesuai yang tidak terjadi puting lecet, namun dalam
dikatakan Anggraeni (11)dengan hasil uji penelitian ini ibu yang kondisi puting baik
chisquare didapatkan bahwa ada hubungan terjadi Bendungan ASI dikarenakan oleh ibu
antara kondisi puting susu dengan terjadinya yang merasakan perih ketika menyusui
pembengkakan payudara di Rumah Sakit menghentikan proses menyusui dan
Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05). menggantinya dengan susu formula.
Penelitian ini selaras dengan penelitian Berdasarkan Kondisi Puting yang kurang bahwa
yang dilakukan oleh Eny (2010), dalam yang terjadi Bendungan ASI disebabkan oleh
penelitian Halina (2015) mengatakan bahwa posisi menyusui yang salah sehingga
teknik menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan puting lecet, namun dalam
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan penelitian ini ibu yang Kondisi Puting yang
ASI tidak keluar secara optimal sehingga kurang tidak terjadi Bendungan ASI disebabkan
oleh ibu yang menyusui dengan

36
posisi mulut bayi dan puting susu benar sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak
sehingga dapat mengurangi rasa perih dan ASI lurus terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat
dapat keluar lancar. dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat
tidur, dilantai atau dikursi. Dengan posisi
PengaruhPerlekatan Menyusui terhadap miring atau duduk (punggung dan kaki
Bendungan ASI ditopang), akan membantu bentuk payudaranya
Hasil penelitian analisis univariat dan memberikan ruang untuk menggerakkan
tentang perlekatan menyusui mayoritas dalam bayinya ke posisi yang baik. Badan bayi harus
kategori kurang (53,3%). Hasil uji chi square dihadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya
diperoleh nilai p= 0,003 yang artinya ada berada dihadapan puting susu ibu. Leher bayi
hubungan perlakatan dengan kejadian harus sedikit ditengadahkan. Bayi sebaiknya
bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala
Rambung Merah Kabupaten Simalungun Tahun dapat dipertahankan untuk agak tengadah.(2)
2018. Dari hasil multivariat dengan uji regresi Menurut asumsi peneliti bahwa ibu post
logistik, variabel perlekatan menyusui secara partum harus memastikan pelekatan sudah tepat
signifikan tidak memengaruhi responden sehingga resiko terjadi pembengkakan pada
terhadap kejadian bendungan ASI dengan nilai payudara yaitu puting lecet tidak terjadi.
sig. = 0,243. Perlekatan menyusui akan memberi rasa
Hasil penelitian ini sesuai yang nyaman kepada bayi dalam proses menyusui
dikatakan Anggraeni dengan hasil uji chi square sehingga bayi akan menyusu dengan baik.
didapatkan bahwa ada hubungan antara Berdasarkan perekatan menyusui yang baik
perlekatan menyusui dengan terjadinya bahwa yang tidak terjadi Bendungan ASI
pembengkakan payudara di Rumah Sakit disebabkan oleh posisi mulut bayi ketika
Pondok Indah (P value= 0,000; α= 0,05).(11) menyusu menempel dengan baik sehingga bayi
Hasil penelitian sesuai dengan Astutik menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang
(2015), menyusui dengan teknik yang tidak cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan
benar dapat menyebabkan putting susu lecet dan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi,namun
ASI tidak keluar secara optimal sehingga dalam penelitian ini ibu yang perlekatan
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau menyusui baik terjadi Bendungan ASI
bayi enggan menyusu, 42.9% responden dikarenakan oleh kondisi puting yang kurang
mengatakan ketika menyusui dahi bayi tidak baik sehingga mempengaruhi proses menyusui
menempel pada payudara ibu seharusnya dahi bayi. Berdasarkan perlekatan menyusui yang
bayi menempel pada payudara ibu karena jika kurang bahwa yang terjadi Bendungan ASI
dahi bayi tidak menempel pada payudara ibu disebabkan oleh perlekatan yang tidak benar
maka bayi hanya dapat menghisap sebagian sehingga terjadi pergesekan puting susu dengan
puting saja.(19) langit-langit mulut bayi, namun dalam
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian ini ibu yang perlekatan menyusui
penelitian Iin dan Titik mengenai Analisa yang kurang tidak terjadi Bendungan ASI
Hubungan Pengaruh Cara Menyusui dengan disebabkan oleh ibu yang melakukan perawatan
Kejadian Payudara Bengkak pada Ibu Post payudara yang baik sehingga terhindar dari
Partum yang didapati hasil berdasarkan uji Chi puting lecet.
Square dengan level signifikan 0,05 pada
hubungan cara menyusui yang benar dengan PengaruhPosisi Menyusui terhadap
kejadian payudara bengkak diperoleh hasil Bendungan ASI
perhitungan X2 = 17,45 (P = 0,000).dari hasil Hasil penelitian analisis univariat
uji statistik tersebut didapatkan p < ά, artinya tentang posisi menyusui mayoritas dalam
ada hubungan cara menyusui yang benar kategori kurang (67,4%). Hasil uji chi square
dengan kejadian payudara bengkak.(20) diperoleh nilai p= 0,007 yang artinya ada
Menurut Sulityawati (2014), untuk hubungan posisi menyusui dengan kejadian
mendapatkan perlekatan yang maksimal, bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas
penting untuk memberikan topangan atau Rambung Merah Kabupaten Simalungun

Tahun 2018. Dari hasil multivariat


dengan uji regresi logistik, variabel posisi

37
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

menyusui secara signifikan memengaruhi sehingga kurang merawat payudara yang


responden terhadap kejadian bendungan ASI menyebabkan kondisi payudara yang tidak baik.
dengan nilai sig. = 0,000. Berdasarkan posisi menyusui yang kurang
Hasil penelitian ini sesuai yang bahwa yang terjadi Bendungan ASI disebabkan
dikatakan Anggraeni dengan hasil uji chi square olehkarena posisi menyusui kurang tepat
didapatkan bahwa ada hubungan antara posisi seingga membuat ibu dan bayi merasa tidak
menyusui dengan terjadinya pembengkakan nyaman saat menyusu dan dapat membuat
payudara di Rumah Sakit Pondok Indah (P puting ibu lecet, namun dalam penelitian ini ibu
value= 0,000; α= 0,05). (39) Hasil penelitian ini yang posisi menyusui yang kurang tidak terjadi
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Bendungan ASI disebabkan oleh latar belakang
Aeni (2014), didapatkan data bahwa pada ibu yang berpendidikan tinggi sehingga
responden dengan cara menyusui kurang baik walaupun tidak dapat menyusui dengan baik
dan mengalami bendungan ASI (53,3%) dan tetapi masih dapat melakukan cara lain seperti
pada responden dengan cara menyusui baik dan memompa ASI sehingga produksi ASI dapat
mengalami bendungan ASI (10,7%).(21) lancar dengan rangsangan dari proses
Penelitian ini tidak sejalan dengan memompa ASI tersebut.
penelitian Amelia mengenai Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kejadian Bendungan ASI pada PengaruhPerawatan Payudara terhadap
Ibu Postpartum di RSIA Siti Fatimah Makassar Bendungan ASI
didapati hasil bahwa ibu postpartum yang tidak Hasil penelitian analisis univariat
menyusui secara on-demand sebanyak 66,67%, tentang perawatan payudara mayoritas dalam
penderita bendungan ASI tidak ditemukan pada kategori baik (66,3%). Hasil uji chi square
ibu postpartum dengan posisi menyusui yang diperoleh nilai p= 0,005 yang artinya ada
tidak benar sebanyak 88,89%, penderita hubungan perawatan payudara dengan kejadian
bendungan ASI tidak ditemukan pada ibu bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas
postpartum yang mempunyai kelainan putting Rambung Merah Kabupaten Simalungun Tahun
susu sebanyak 77,78%. (17) 2018. Dari hasil multivariat dengan uji regresi
Menurut Sulityawati (2014), Menurut logistik, variabel perawatan payudara secara
Sulistiawati, Ari, bila di posisikan dengan signifikan tidak memengaruhi responden
benar, bayi akan membentuk suatu pentil, terhadap kejadian bendungan ASI dengan nilai
jaringan putting susu, dan payudara, serta sinus sig. = 0,850.
lactiferous sekarang akan berada dalam rongga Hasil penelitian ini sesuai yang
mulut bayi. Putting susu akan masuk sampai dikatakan Estu dengan Hasil uji statistik Chi
sejauh langit-langit lunak (velum platinum) dan square untuk mengetahui hubungan antara
bersentuhan dengan langit-langit tersebut. breast care dengan kejadian bendungan ASI
Sentuhan ini akan merangsang reflex diperoleh nilai X2 = 11,327 dengan pvalue =
penghisapan. Rahang bawah bayi menutup pada 0,003 (p<0,05) yang berarti ada hubungan
jaringan payudara, penghisapan akan terjadi, antara breast care dengan kejadian bendungan
dan putting susu ditangkap dengan baik dalam ASI di BidanPraktek Swasta (BPS) wilayah
rongga mulut, sementara lidah memberikan kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri.(22)
penekanan yang berulang-ulang secara teratur Penelitian ini juga sejalan dengan
sehingga ASI akan keluar dari duktus penelitian Evi Rosita (2016) mengenai
lactiferous.(2) Hubungan Perawatan pada Ibu Nifas dengan
Menurut asumsi peneliti bahwa posisi Bendungan ASI didapati hasil bahwa ρ value
menyusui yang kurang tepat dapat 0,001 < nilai α 0,05 (0,001 < 0,05), sehingga H1
menyebabkan pembengkakan diterima. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
payudara.Berdasarkan posisi menyusui yang ada hubungan antara perawatan payudara pada
baik bahwa yang tidak terjadi Bendungan ASI ibu nifas dengan bendungan ASI di Desa
disebabkan oleh posisi menyusui ibuyang sudah Jolotundo dan Kupang Kecamatan Jetis
tepat sehingga bayi dapat menghisap puting Kabupaten Mojokerto Tahun 2016.(23)
susu dengan nyaman dan tidak tertekan,namun Penelitian ini juga sejalan dengan
dalam penelitian ini ibu yang posisi menyusui penelitian Nur Scholichah mengenai Hubungan
baik terjadi Bendungan ASI dikarenakan Perawatan Payudara Pada Ibu Postpartum
olehkarena latar belakang pekerjaan ibu yang dengan Pengeluaran ASI di Desa Karang Duren
terlalu sibuk mengurusi pekerjaan rumah

38
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang mempunyai perawatan payudara


dengan hasil sebagian besar responden (51,6 %)

pada masa nifas yang kurang baik. Ibu post ASI menjadi lancar dan terhindar dari kejadian
partum di Desa Karangduren Kecamatan bendungan ASI.
Tengaran Kabupaten Semarang sebagian besar
(51,6 %) mempunyai kelancaran pengeluaran PengaruhFrekuensi Menyusui, Kondisi
ASI yang lancar. Ada hubungan antara Puting, Perlekatan Payudara, Posisi
perawatan payudara pada ibu post partum Menyusui danPerawatan Payudara
dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa terhadap Bendungan ASI
Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Semarang dengan p = 0,007.(24) dilakukan di Puskesmas Rambung Merah
Merupakan suatu tindakan perawatan Kabupaten Simalungun Tahun 2018, dengan
payudara yang dilaksanakan, baik oleh pasien menggunakan analisis regresi logistik diketahui
maupun dibantu orang lain yang dilaksanakn nilai R. Square sebesar 0,721 atau 72%.Hal ini
mulai hari pertama ataukedua setelah berarti, variabilitas variabel independen dapat
melahirkan. Perawatan payudara bertujuan dijelaskan oleh variabel-variabel independen
untuk melancarkan sirkulasi darah dan sebesar 72%. Artinya, seluruh variabel
mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga independen memengaruhi variabel dependen
memperlancar pengeluaran ASI, serta secara serentak pada kisaran 72%, sedangkan
menghindari terjadinya pembekakan dan 28% lainnya dipengaruhi atau dijelaskan oleh
kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga variabel-variabel yang tidak dimasukkan dalam
kebersihan payudara agar tidak mudah terkena penelitian ini.
infeksi.(25) Hasil penelitiandengan uji parsial
Menurut asumsi peneliti bahwa gerakan diketahui besar pengaruh setiap variabel
pada perawatan payudara bermanfaat terhadap kejadian bendungan ASI berdasarkan
melancarkan reflek pengeluaran ASI. nilai Exp(B) yaitu 1) Variabel frekuensi
Berdasarkan perawatan payudara yang baik menyusui dengan nilai Exp(B) sebesar 42,094,
bahwa yang tidak terjadi Bendungan ASI berarti jika frekuensi menyusui semakin baik
disebabkan oleh ibu yang rutin melakukan maka perkiraan kemungkinan tidak mengalami
perawatan payudara seperti membersihkan kejadian bendungan ASI sebesar 42 kali lebih
puting dengan air hangat setiap habis mandi besar dan 2) Variabel posisi menyusui dengan
untuk menjaga kebersihannya dan menghindari nilai Exp(B) sebesar 18,555, berarti jika
penggunaan sabun yang bisa membuat bagian frekuensi menyusui semakin baik maka
puting kering, namun dalam penelitian ini ibu perkiraan kemungkinan tidak mengalami
yang perawatan payudara baik terjadi kejadian bendungan ASI sebesar 18 kali lebih
Bendungan ASI dikarenakan oleh latar belakang besar.
faktor ekonomi yang tidak memunginkan ibu Menurut asumsi peneliti bahwa faktor
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi yang paling mempengaruhi terjadinya
selama masa nifas sehingga produksi ASI bendungan ASI adalah frekuensi menyusui, dan
terganggu. Berdasarkan perawatan payudara posisi menyusui. Dengan keluarnya ASIyang
yang kurang bahwa yang terjadi Bendungan lancar, maka responden tidak perlu repot untuk
ASI disebabkan oleh kurang perawatannya mengeluarkan banyak biaya, apalagi jika dilihat
payudara sehingga membuat payudara kering daripendapatan keluargasebagianbesar
menyebabkan lapisan puting mengelupas dan responden adalah menengah ke bawah, dengan
muncul rasa sakit ketika menyusui, namun pemberian ASI secara rutin maka pengeluaran
dalam penelitian ini ibu yang perawatan keluarga dapat berkurang. Selain itu dari
payudara yang kurang tidak terjadi Bendungan sebagian kecil responden, solusi apabila ibu
ASI disebabkan oleh latar belakang pekerjaan bekerja, bayi diasuh selain ibu seperti saudara
ibu yang mayoritas adalah ibu rumah tangga atau nenek, sebelum berangkat kerja bayi
sehingga walaupun payudara ibu kurang terawat disusui terlebih dahulu.Dan pada saat ibu
namun ibu memiliki banyak waktu untuk bekerja diberikan susu formula sebagai
menyusui bayinya sehingga dengan frekuensi pengganti ASI sementara. Setelah ibu pulang
menyusui yang baik akan merangsang produksi bekerja, bayi tetap diberikan ASI kembali.Hal

39
Nursing Arts, Vol. XIII, Nomor 1, Juni 2019

ini juga tidak mempengaruhi kelancaran ASI makan makanan yang sehat.
apabila tetap diimbangi dengan mengkonsumsi

SIMPULAN (12pt) 8. Ardyan RN. Hubungan Frekuensi dan


Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Bendungan ASIpada Ibu Nifas. KTI D3
Ada pengaruh frekuensi menyusui dengan nilai KEBIDANAN. 2014;
p= 0,000<0,05, kondisi puting dengan nilai p= 9. Dewi VNL, Sunarsih T. Asuhan
0,007<0,05, perlekatan payudara dengan nilai kebidanan pada ibu nifas. Jakarta
p= 0,003<0,05, posisi menyusui dengan nilai p= Salemba Med. 2011;
0,007<0,05, perawatan payudara dengan nilai 10. Halina T. HUbungan Pengetahuan
p= 0,005<0,05dengan bendungan ASI di Menyusui dengan Teknik Menyusui
Wilayah Kerja Puskesmas Rambung Merah yang Benar pada Ibu Primipara di
Kabupaten Simalungun Tahun 2018 dan hasil Wilayah Desa Candi Kecamatan
analisis multivariat dengan menyatakan faktor Bandungan Kabupaten Semarang. 2015;
yang paling dominan memengaruhi kejadian 11. Anggareni S. Faktor-Faktor yang
bendungan ASI adalah variabel frekuensi Berhubungan dengan terjadinya
menyusui dengan nilai sig p=0,000<0,05 dan Pembengkakan Payudara pada Ibu
nilai B atau logaritma natural terbesar yaitu Postpartum di Rumah Sakit Pondok
3,740. Indah. J Kesehat Masy. 2016;6(5):696–
703.
UCAPAN TERIMA KASIH 12. Yuliana I, Husada STIKK. Tingkat
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang
Terimakasih peneliti ucapkan kepada Perawatan Payudara di BPS Aryanti
Kepala serta Staff Puskesmas Rambung Merah Gemolong Sragen Tahun 2012. 2012;
Kabupaten Simalungun yang telah membantu 13. Nurani A. 7 Jurus Sukses Menyusui.
dalam melakukan penelitian ini. Elex Media Komputindo; 2013.
14. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian
[Internet]. Jakarta: Rineka Cipta; 2013.
DAFTAR RUJUKAN Available from:
1. Roesli U. Inisiasi Menyusu Dini Plus https://ebekunt.files.wordpress.com/200
ASI Eklusif (Cetakan I). Jakarta: Pustaka 9/04/metodologi-penelitian.pdf
Bunda. 2013; 15. IP M. Hubungan Frekuensi Menyusui
2. Nugraheny E, Sulistyawati A. Asuhan dengan Kejadian Bendungan ASI pada
Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Salemba hari ke 1-7 Masa Nifas di RB Syifa
Med Jakarta. 2014; Husada. Hub Frekuensi Menyusui
3. Organization WH, Unicef. Trends in dengan Kejadian Bendungan ASI pada
maternal mortality: 1990-2015: hari ke 1-7 Masa Nifas di RB Syifa
estimates from WHO, UNICEF, Husada. 2014;
UNFPA, World Bank Group and the 16. Cadwell K, Turner-Maffei C. Buku saku
United Nations Population Division. manajemen laktasi. Jakarta EGC. 2011;
World Health Organization; 2015;
4. Indonesia KK. Profil kesehatan
Indonesia tahun 2015. 2015;
5. Dinkes Provinsi DIY. Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Jakarta: Depkes RI; 2012.
6. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana. In EGC; 2014.
7. Rukiah AY, Yulianti L. Asuhan
Kebidanan Kehamilan Berdasarkan
kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Trans Info Media; 2014.

40

You might also like