You are on page 1of 14

Jurnal Litbang:

Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK


http://ejurnal-litbang.patikab.go.id
Vol. 16 No. 1 Juni 2020 Hal 15-28

Tingkat Stres Ibu Menyusui dan Pemberian Asi pada Bulan Pertama

Stress Levels of Breastfeeding Mothers and Breast Milk In The First Month

Zuly Daima Ulfa1) a)*, Yuli Setyaningsih2) b)


1)UniversitasPalangka Raya, Program Studi Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
a)Jl. Kartini, Palangka Raya. 74874. Kalimantan Tengah
2)Puskesmas Tayu I, Pati
b)Jl. P. Sudirman No. 17 Tayu, Pati. 59155. Jawa Tengah

*Email: zuly.syaifun@gmail.com

Naskah Masuk: 20 Agustus 2019 Naskah Revisi: 7 Februari 2020 Naskah Diterima: 14 April 2020

ABSTRACT
Stress on maternal can inhibit breastmilk production so that it disrupts lactation. Stress occurs in the first month after
birth delivery as the adaptation of new roles. This condition causes mothers give up on breastfeeding early and it affects
the sustainibility of exclusive breastfeeding as ideal nutrition for infant. The aim of the study was to analyze the
relationship between stress levels of breastfeeding mothers and behavior of giving the breast milk in the first month. This
study used a cross sectional approach which was carried out in the working area of Community Health Center of Tayu I.
The sampling technique was purposive sampling. The results showed that breastfeeding mothers who suffered from
stress in the first month were as many as 42.5%, consisting of 25% mild stress, 15% moderate stress and 2.5% severe
stress. Breastfeeding in the first month was as many as 75%, carried out by mothers not sufferring stress and those
suffering mild and moderate stress. The results of chi square analysis obtained ρ 0.041 which means that there was a
correlation between stress levels of breastfeeding mothers in the first month. The Odds Ratio (OR) was as many as 9,33
(95% Cl= 1,38,63,20) which means that mothers who suffered from moderate-high level of stress had as many as 9,33
times of possibility not to breastfeeding in the first month. Breastfeeding mothers who did not suffer from stress and suf-
fer mild level of stress were more likely to keep breastfeeding in the first month.
Keywords: exclusive breastfeeding, breastfeeding, stress

ABSTRAK
Stres pada ibu dapat menghambat pengeluaran ASI. Stres sering dialami pada bulan pertama setelah persalinan
sebagai adaptasi menjalankan peran baru. Keadaan tersebut dapat membuat ibu berhenti menyusui lebih awal yang
berpengaruh pada keberlangsungan pemberian ASI Eksklusif sementara ASI adalah nutrisi terbaik bagi bayi. Tujuan
penelitian untuk menganalisis hubungan tingkat stres ibu menyusui dengan pemberian ASI pada bulan pertama.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tayu I. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive. Hasil penelitian menunjukkan ibu menyusui pada bulan
pertama yang mengalami stres sebanyak 42,5%; terdiri stres ringan 25%; stres sedang 15%; dan stres berat 2,5%.
Pemberian ASI pada bulan pertama sebesar 75%, dilakukan oleh ibu yang tidak mengalami stres maupun ibu yang
mengalami stres ringan dan sedang. Berdasarkan analisis chi square didapatkan ρ 0,041; yang berarti ada hubungan
tingkat stres ibu menyusui dengan pemberian ASI pada bulan pertama. Odds Ratio (OR) sebesar 9,33 (95% CI=1,38,
63,20) yang berarti ibu dengan tingkat stres sedang-berat mempunyai kemungkinan 9,33 lebih besar untuk tidak
memberikan ASI pada bulan pertama. Ibu menyusui yang tidak mengalami stres atau mengalami stres dalam fase
ringan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk tetap melakukan pemberian ASI pada bulan pertama.
Kata kunci : ASI eksklusif, menyusui, stres

PENDAHULUAN 800.000 nyawa anak balita setiap tahunnya,


namun fakta menunjukkan hanya 43% saja bayi
WHO merekomendasikan ASI (Air Susu umur 0-6 bulan yang diberikan ASI secara eks-
Ibu) eksklusif untuk 6 bulan pertama ke- klusif (WHO, 2016). ASI merupakan nutrisi
hidupan. Pemberian ASI secara optimal sangat ideal untuk bayi karena mengandung zat gizi
penting karena dapat menyelamatkan lebih dari yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

Email: zuly.syaifun@gmail.com 15
Tingkat Stres Ibu Menyusui Zuli D. U & Yuli S

bayi serta mengandung seperangkat zat memberikan makanan pada bayi dengan umur
perlindungan terhadap berbagai penyakit. kurang dari 6 bulan tidak berdampak negatif
Dampak apabila bayi tidak diberikan ASI pada pada bayi.
bulan pertama diyakini dapat meningkatkan Pemberian ASI dipengaruhi kesehatan
1/3 kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Atas fisik dan mental, jenis persalinan yang di-
(ISPA), kejadian diare dapat meningkat 50%, rencanakan, pendapatan, pendidikan, paritas,
dan penyakit usus parah pada bayi prematur etnis, dan kesulitan menyusui. Wanita dengan
dapat meningkat kejadiannya sebanyak 58% jenis persalinan caesar yang direncanakan
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). memiliki kemungkinan lebih besar (OR= 1,61;
Neonatus atau bayi baru lahir yang diberi 95% CI: 1,14, 2,26; p= 0,014) untuk menghenti-
ASI secara eksklusif memiliki risiko kematian kan menyusui sebelum 12 minggu pascapersa-
akibat infeksi pada bulan pertama lebih rendah linan dibandingkan dengan mereka yang me-
dibandingkan neonatus yang disusui sebagian lahirkan secara vagina (Hobbs et al., 2016).
(tidak eksklusif selama 6 bulan). Promosi yang Kendala pemberian ASI terutama pada
efektif mengenai inisiasi menyusui dini serta periode awal setelah melahirkan yaitu ASI yang
menyusui eksklusif selama bulan pertama ke- tidak lancar karena ibu kelelahan akibat proses
hidupan memiliki manfaat besar dalam mengu- persalinan, takut mobilisasi, terlebih ibu pasca
rangi mortalitas dan morbiditas neonatal (Khan persalinan SC (Section Caesaria) yang masih
et al., 2015). terpasang infus dan kateter sehingga malas me-
Persentase bayi yang mendapatkan ASI nyusui. Ibu cenderung memikirkan diri sendiri
eksklusif di Indonesia pada tahun 2017 sebesar dan merasa berat merawat bayi. Kondisi terse-
35,73%, masih jauh di bawah target nasional but memicu ketidaknyamanan sehingga me-
yaitu 80%. Cakupan ASI eksklusif di Provinsi nimbulkan stres (Amalia, 2016).
Jawa Tengah mencapai 41,89%, sedangkan tar- Stres adalah salah satu faktor yang dapat
get pencapaian pemberian ASI di Jawa Tengah memengaruhi pemberian ASI, misalnya ibu
sebesar 55%. Angka tersebut lebih rendah mengalami kesulitan pada awal menyusui
dibandingkan tahun 2016 yakni sebesar seperti kelelahan, ASI sedikit, puting susu lecet,
45,18% (Kementerian Kesehatan, 2018). dan gangguan tidur malam hari. Stres dapat
Cakupan pemberian ASI di Kabupaten berpengaruh terhadap produksi ASI karena
Pati tahun 2017 sebesar 76,8%. Angka tersebut menghambat pengeluaran ASI dan pada
naik jika dibandingkan tahun 2016 yaitu 74,2%, akhirnya akan berakibat pada pemberian ASI
meskipun masih di bawah target nasional. (Susanti, 2014).
Cakupan tertinggi terdapat di Puskesmas Tayu Stres berpengaruh terhadap keberlang-
II (96,7 %), sementara Puskesmas Tayu I yang sungan pemberian ASI Eksklusif. Keberhasilan
lokasinya masih 1 kecamatan, menduduki pemberian ASI berhubungan dengan produksi
rangking 4 (empat) terbawah untuk cakupan ASI sementara stres dapat memengaruhi
terendah ASI di Kabupaten Pati yakni sebesar produksi ASI. Ibu yang mengalami stres sedang
62,3% (Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, 2018). yang berhasil memberikan ASI karena
Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja mendapat motivasi untuk meningkatkan
Puskesmas Tayu I Kabupaten Pati, sebanyak 75 produksi ASI. Motivasi berasal dari diri sendiri,
% ibu mengalami stres karena ASI tidak keluar lingkungan, keluarga, dan tenaga kesehatan
dengan lancar dan sebanyak 60% ibu (Elsanti & Isnaini, 2018).
mengatakan kasihan terhadap anaknya karena Kesulitan penyesuaian peran setelah per-
masih rewel dan menangis kalau hanya salinan, jika tidak segera dilakukan penanganan
diberikan ASI saja. Sebagian kecil (20%) mem- tepat dapat berdampak pada kesehatan dan
peroleh informasi dari orang-orang yang lebih kesejahteraan ibu dan bayinya. Beberapa hari
tua di desa tersebut untuk memberikan ma- setelah persalinan sampai bulan pertama
kanan (pisang, bubur) dan menganggap bahwa seringkali mengalami masalah menyusui akibat
16
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 1 Bulan Juni 2020 Hal 15-28

adaptasi fisiologis setelah persalinan. Kondisi atau parasit yang menimbulkan penyakit
tersebut sering dialami ibu terutama pada pe- (Potter & Perry, 2012).
ngalaman menyusui anak pertama sehingga Stres fisiologik disebabkan oleh proses
peneliti mengkaji lebih mendalam tentang stres fisiologi tubuh yang menjadi tidak normal yaitu
pada ibu menyusui dan pemberian ASI pada gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
bulan pertama. Berdasarkan latar belakang ter- sistemik. Stres proses pertumbuhan dan
sebut, penelitian ini bertujuan menganalisis perkembangan terjadi akibat adanya gangguan
hubungan tingkat stres ibu menyusui dengan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
pemberian ASI pada bulan pertama di wilayah bayi hingga tua. Stres psikis atau emosional
kerja Puskesmas Tayu I Kabupaten Pati. disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, sosial, budaya atau keagamaan
TINJAUAN PUSTAKA (Potter & Perry, 2012).
Stres berpotensi memberikan dampak
Stres Ibu Menyusui
negatif apabila jumlah sumber stres banyak,
Stres adalah stimulus atau situasi yang namun kemampuan yang dimiliki sedikit. Se-
menimbulkan distress dan menciptakan baliknya, jika sumber stres dalam kapasitas
tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres cukup dan sebanding dengan kemampuan,
membutuhkan koping dan adaptasi. Respon maka stres dapat berdampak positif. Stres pada
tubuh dapat diprediksi tanpa memperhatikan individu berdasarkan teori mendasar yaitu
stresor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2012). stres model stimulus, respon, dan transaksional
Kondisi yang membutuhkan koping dan (Gaol, 2016).
adaptasi diantaranya adalah periode setelah Kondisi psikologis ibu memiliki hubungan
persalinan. Kecemasan dapat bertambah pada dengan kelancaran produksi ASI, dimana se-
periode tersebut. Ibu mengalami pengalaman makin baik kondisi psikologis ibu, maka se-
yang unik karena terjadi perubahan peran dan makin baik pula produksi ASInya. Kondisi
tanggung jawab termasuk tugas menyusui. psikologis yang baik mendorong ibu untuk me-
Tahap menjalankan peran tersebut dapat men- nyusui bayi sehingga hormon yang berperan
jadi stressor ketika ibu mengalami kesulitan dalam produksi ASI meningkat karena hisapan
dan tidak dapat mengatasinya. bayi ketika menyusui merangsang produksi ASI
Stres dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, (Kamariyah, 2014).
yaitu ringan, sedang, dan berat. Stres ringan Stres yang dialami pada masa kehamilan
adalah stresor yang dihadapi setiap orang terkait dengan lama menyusui. Penelitian di
secara teratur, berlangsung beberapa menit Swedia menunjukkan variabel yang terkait
atau jam. Stres sedang berlangsung lebih lama, pemberian ASI eksklusif yang berlangsung ku-
dari beberapa jam sampai beberapa hari. Stres rang dari dua bulan pasca persalinan yaitu pe-
berat adalah situasi kronis yang dapat ngalaman pertama menjadi ibu (AOR 2,15; 95%
berlangsung beberapa minggu sampai CI 1,32-3,49), stres emosional selama kehamil-
beberapa tahun (Potter & Perry, 2012). an (AOR 2,21, 95% CI 1,35–3,62) dan me-
Stres ditinjau dari penyebabnya digo- lahirkan melalui operasi caesar (AOR 2,63; 95%
longkan menjadi stress fisik, kimiawi, mikro- CI 1,34–5,17) (Cato et al., 2017).
biologik, fisiologik, psikis, dan proses pertum- Stres dapat terjadi pada ibu yang memi-
buhan dan perkembangan. Stres fisik liki harapan tinggi tentang perawatan bayi yang
disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi atau optimal namun tidak ditunjang dengan penge-
rendah, suara bising, dan sinar yang terlalu tahuan dan dukungan yang cukup. Stres pada
terang. Stres kimiawi disebabkan obat-obatan, masa awal setelah persalinan menyebabkan ibu
zat beracun, hormon, atau gas. Stres menghentikan menyusui lebih awal, namun
mikrobiologik disebabkan oleh virus, bakteri, breastfeeding self efficacy yang tinggi membuat

17
Tingkat Stres Ibu Menyusui Zuli D. U & Yuli S

ibu lebih gigih untuk terus menyusui. Dukungan menyusui (Wattimena, Susanti, & Marsuyanto,
pada ibu menyusui berupa edukasi ASI ek- 2012).
sklusif, demonstrasi cara menyusui, video Pemberian ASI bermanfaat memberikan
teknik menyusui dan manajemen stres dapat perlindungan terhadap penyakit dan kematian,
meningkatkan breastfeeding self efficacy yang serta menjauhkan dari risiko penyakit tidak
berhubungan dengan pemberian ASI (Pradanie, menular (asma, kegemukan, diabetes, penyakit
2015). jantung) karena ASI merupakan nutrisi terbaik
mulai jam pertama kehidupan sampai bayi
Pemberian ASI
umur 2 tahun. Pemberian ASI juga bermanfaat
ASI Eksklusif adalah memberikan ASI saja dalam perkembangan bayi dan meningkatkan
kepada bayi tanpa tambahan makanan atau kecerdasan. ASI disebut sebagai hak bagi setiap
minuman lainnya termasuk air putih sampai anak (UNICEF & WHO, 2015).
bayi umur 6 bulan. Menyusui secara eksklusif Manfaat pemberian ASI pada kesehatan
memberikan manfaat bagi ibu dan bayi antara ibu yaitu mencegah perdarahan, mengurangi
lain melindungi saluran pencernaan bayi dan risiko kanker payudara dan rahim, penyakit
encegah diare dan infeksi. Menyusui mem- kardiovaskuler, serta memberikan jarak dengan
berikan perlindungan bagi ibu terhadap risiko kehamilan berikutnya. Populasi yang terkendali
kanker payudara dan rahim serta memberi juga berperan dalam meningkatkan akses ter-
manfaat kontrasepsi selama 6 bulan menyusui hadap pelayanan kesehatan. Pemberian ASI ber
(WHO, 2016). - arti memberikan makanan terbarukan yang
Ujung saraf peraba pada puting susu tidak memerlukan kemasan, penyimpanan,
menerima rangsang ketika ibu menyusui. pengiriman, pengolahan secara alamiah sehing-
Rangsangan tersebut dibawa ke hipotalamus di ga lebih ramah lingkungan (UNICEF & WHO,
dasar otak, lalu memacu hipofase anterior 2015).
untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke Pemberian ASI selama 6 bulan memer-
dalam darah memacu sel kelenjar (alveoli) lukan manajemen diri yang kuat dalam sadar
untuk memproduksi ASI. Aktifitas sekresi diri dan determinasi diri. Sadar diri memicu
kelenjar susu senantiasa berubah-ubah, dian- determinasi diri dengan menunjukkan aktuali-
taranya dipengaruhi oleh psikis kejiwaan yang sasi potensi dalam suasana hati yang puas dan
dialami oleh ibu (Roesli, 2012). bahagia. Suasana positif ini berperan terhadap
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan otak yang berperan pada
faktor kejiwaan. Ibu yang mengalami gangguan regulasi fisiologi tubuh antara lain dalam
emosi, dapat mengganggu proses let down produksi ASI (Wattimena dkk., 2015).
refleks yang berakibat ASI tidak keluar,
sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dalam METODE PENELITIAN
jumlah yang cukup dan bayi pun akan terus- Penelitian merupakan survei analitik
menerus menangis. Tangisan bayi juga dengan pendekatan crosssectional. Populasi
membuat ibu menjadi gelisah dan menganggu adalah ibu yang memiliki bayi umur 0 – 6 bulan
proses let down refleks. Semakin tertekan di wilayah kerja Puskesmas Tayu I Kabupaten
perasaan ibu karena tangisan bayi, semakin Pati. Sampel dipilih berdasarkan kriteria umur
sedikit ASI yang dikeluarkan (Roesli, 2012). bayi 0-1 bulan, anak pertama dan tidak terdiag-
Menyusui merupakan proses biofisio- nosa penyakit medis lain. Jumlah sampel adalah
psikologis antara ibu dan anak demi kepenting- 40 orang. Teknik sampling menggunakan sam-
an bersama. Kesadaran ibu untuk memberikan pling purposive .
ASI eksklusif serta dukungan suami, keluarga, Pengambilan data dilakukan pada bulan
dan tenaga kesehatan menumbuhkan afeksi Desember 2018. Instrumen menggunakan
dan sikap positif yang mendukung keberhasilan kuesioner. Pengukuran variabel tingkat stres

18
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 1 Bulan Juni 2020 Hal 15-28

ibu menyusui menggunakan model Perceived


Stress Scale (PSS-10) yang dimodifikasi, se-
dangkan variabel pemberian ASI pada bulan
pertama menggunakan kuesioner. Kategori
stres diperoleh dari penjumlahan skor dalam
PSS-10 adalah 0-40 kemudian dilakukan inter-
pretasi berdasarkan skor tersebut.
Analisis univariat dilakukan untuk
mendeskripsikan variabel menggunakan tabel
distribusi frekuensi. Analisis bivariate untuk
menganalisis hubungan antar variabel. Uji ko-
Gambar 1
relasional menggunakan chi square dengan Distribusi Responden Berdasarkan Umur
nilai confidence interval sebesar 95%.
Uji chi square menurut Arikunto (2013) Tingkat pendidikan responden sebagian
harus memenuhi syarat apabila tabel lebih dari besar adalah SMP sebesar 48% dan SMA sebe-
2x2, maka tidak boleh ada sel yang mempunyai sar 45%. Penelitian dilakukan di wilayah yang
nilai harapan atau nilai harapan (E) < 5 lebih memiliki fasilitas pendidikan maksimal jenjang
dari 20% dari jumIah keseluruhan sel. Apabila SMA. Distribusi responden berdasarkan tingkat
tabel lebih dari 2x2, namun ada sel yang pendidikan disajikan pada Gambar 2.
mempunyai nilai E < 5 lebih dari 20% dari
jumlah keseluruhan sel, maka dilakukan peng-
gabungan sel. Apabila tabel 2x2 dan tidak ada
nilai E < 5, maka uji yang dipakai continuity cor-
rection atau yate’s correction. Apabila tabel 2 x
2 dan ada nilai E < 5, maka nilai uji yang
digunakan adalah fisher’s exact test.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penentuan responden penelitian dilihat
berdasarkan kriteria umur bayi, paritas, dan
pekerjaan. Responden adalah ibu menyusui Gambar 2
yang berada di wilayah Puskesmas Tayu I Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
dengan bayi umur 0-1 bulan. Semua responden Pendidikan
adalah ibu yang mempunyai anak pertama se-
Tingkat Stres Ibu Menyusui
hingga memiliki kondisi yang serupa terkait
perubahan pola hidup karena menyusui anak Ibu menyusui yang tidak mengalami stres
pertama. Semua responden tidak dalam kondisi (normal) sebanyak 57,5%, sedangkan sebagian
bekerja, baik dalam masa cuti bersalin dari lainnya mengalami stres ringan sebanyak 25%,
pekerjaan atau memang tidak bekerja. stres sedang sebanyak 15%, dan stres berat
Karakteristik responden dibedakan ber- sebanyak 2,5%. Stres pada ibu menyusui terjadi
dasarkan umur dan tingkat pendidikan. Umur akibat ketidaknyamanan dalam menyusui,
responden beragam antara umur 18 - 36 tahun. merawat diri sendiri, dan bayinya. Kondisi
Sebagian besar dalam usia reproduksi sehat tersebut muncul karena ibu merasa tidak
yaitu kelompok umur 20-35 tahun. Responden mampu menyelesaikan hal-hal yang harus
yang tergolong dalam risiko tinggi (umur dikerjakan. Kondisi akan menjadi lebih berat
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun) jika ibu tidak mampu mengatasi kesulitan yang
sebanyak 20%. semakin menumpuk.

19
Tingkat Stres Ibu Menyusui Zuli D. U & Yuli S

mampu mengontrol rasa, mudah tersinggung,


dan sering marah-marah. Responden pada
kasus ini mengalami masalah kesehatan berupa
pembengkakan payudara. Hasil kajian
mendalam menunjukkan bahwa dukungan
suami kurang serta ketidakmampuan ibu
karena anaknya sering menangis di malam hari.
Kategori stres ibu apabila dilihat dari
penyebabnya merupakan hal yang kompleks.
Masa nifas merupakan periode fisiologis
Gambar 3. dimana terjadi perubahan fisiologis setelah
Tingkat Stres Ibu Menyusui persalinan sehingga dapat disebut stres
fisiologis, namun perubahan juga terjadi pada
Stres ringan berlangsung beberapa menit hormon sehingga dapat pula dikelompokkan
atau beberapa jam. Kondisi ibu merasa gelisah pada stres kimiawi. Masa setelah bersalin juga
karena mengalami kesulitan menyusui. Stres terjadi adaptasi psikologis akibat perubahan
sedang berlangsung lebih lama, dari beberapa peran menjadi ibu sebagai bagian dari proses
jam sampai beberapa hari, misalnya: ketika ibu perkembangan, yang memungkinkan juga
merasa bersalah pada bayi karena ASI sedikit terjadi gangguan pada hubungan interpersonal,
selama beberapa hari. Stres berat terjadi karena sosial, budaya, dan keagamaan. Masa nifas
merasa gelisah, tertekan, sering marah, serta diwarnai dengan mitos, tradisi, dan
memiliki masalah kesehatan dalam menyusui. kepercayaan yang beragam di masing-masing
Kondisi tersebut berlangsung selama beberapa daerah.
minggu. Responden yang mengalami stres pada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu masa menyusui memiliki karakteristik
menyusui dengan stres ringan disebabkan beragam. Hasil penelitian pada Gambar 4
karena merasa marah, gelisah, dan tertekan memperlihatkan ibu yang tergolong dalam
akibat terjadi sesuatu ketika menyusui atau kelompok risiko (usia kurang dari 19 tahun)
merawat anak. Hal ini sesuai pendapat Roesli lebih sedikit, mengingat persentasi responden
(2012) bahwa ketidaknyamanan dari sesuatu dengan usia risiko juga lebih sedikit. Stres lebih
yang tidak terduga selama menyusui, misalnya, banyak dialami pada ibu bekerja, meskipun
rasa mulas karena rahim berkontraksi untuk pada pelaksanaan penelitian ibu dalam masa
kembali pada keadaan semula, payudara cuti bersalin. Tingkat pendidikan SMP lebih
bengkak, dan nyeri luka jahitan. banyak diketahui mengalami stres daripada
Tingkat stres sedang yang dialami pendidikan SMA.
responden terbanyak adalah merasa tidak
mampu menyusui atau merawat anak serta
merasakan kesulitan menyusui sehingga
merasa tidak mampu untuk mengatasinya.
Kondisi ini terbanyak disebabkan karena
produksi ASI yang sedikit bahkan tidak keluar
sehingga menimbulkan rasa bersalah karena
belum bisa menyusui bayinya. Rasa bersalah
tersebut dialami responden sebanyak 3-4 kali
dalam sebulan.
Stres berat terjadi pada responden
karena sering merasa gelisah dan tertekan Gambar 4.
dalam menyusui atau merawat anak, tidak Karakteristik Responden yang Mengalami Stres

20
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 1 Bulan Juni 2020 Hal 15-28

Penelitian menunjukkan bahwa stres dan petani sehingga keluarga merasa tidak
yang dialami terjadi karena ibu merasa tidak mampu atau keberatan untuk membeli susu
dapat menyelesaikan tugas-tugas yang harus formula. Kondisi tersebut mendorong Ibu dan
dikerjakan, misalnya menyusui, merawat bayi, keluarga memutuskan untuk memberikan ASI
komunikasi dengan bayi, istirahat, dan lainnya. saja. Responden yang tidak memberikan ASI
Ibu merasa kondisi membaik jika merasa dapat disebabkan karena ASI sedikit atau bahkan
mengatasi masalahnya jika dibandingkan orang tidak keluar. Sementara, untuk memperlancar
lain. Kondisi tersebut apabila tidak teratasi produksi ASI diperlukan rangsangan berupa
dapat muncul permasalahan baru dan semakin isapan bayi dan juga stres pada ibu dapat
menumpuk sehingga meningkatkan tekanan memengaruhi produksi ASI seperti penjelasan
(stressor) bagi ibu. Susanti (2014) bahwa stres memengaruhi
Dukungan suami dan keluarga mem- produksi ASI karena dapat menghambat
bantu ibu mengatasi kesulitan penyesuaian pengeluaran ASI.
dalam menjalankan peran baru. Sebagian besar Responden yang tidak stres merasa
responden merasa mampu mengendalikan senang menyusui bayinya dan mengatakan
emosi atau marah ketika mengalami masalah. tidak memiliki kendala besar dalam
Marah karena masalah yang tidak dapat memberikan ASI. Hasil penelitian ini sesuai
dikendalikan paling sedikit dialami responden dengan penelitian oleh Kamariah (2014)
dalam masa setelah persalinan. dimana kondisi psikologis ibu memiliki
Permasalahan menyusui banyak terjadi hubungan dengan kelancaran produksi ASI.
pada beberapa hari setelah persalinan. Ibu Kondisi psikologis yang baik mendorong ibu
merasa gelisah karena ASI tidak lancar, ASI untuk menyusui bayi sehingga hormon yang
yang keluar sedikit sehingga khawatir bayi berperan dalam produksi ASI meningkat
tidak kenyang. Kegelisahan tersebut dapat karena hisapan bayi ketika menyusui
teratasi jika ibu memahami fisiologi laktasi, merangsang produksi ASI. Hasil penelitian ini
dimana ASI secara normal keluar 2-3 hari juga sesuai dengan Roesli (2012) yang
setelah persalinan dan semakin sering menjelaskan bahwa produksi ASI sangat
menyusui semakin banyak pula ASI yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang
dihasilkan. Pemahaman tersebut sering kali mengalami gangguan emosi dapat menganggu
diabaikan ketika ibu cemas dan ada dorongan proses let down refleks sehingga semakin
dari suami atau keluarga untuk memberikan sedikit pula ASI yang dikeluarkan. Sementara
susu formula pada bayi. ASI sedikit menimbulkan perasaan untuk malas
Stres dapat mengganggu pencapaian menyusui serta menimbulkan ketidaknya-
tujuan menyusui ibu, misalnya penghentian manan pada ibu yang dapat memicu stres.
menyusui lebih awal, namun tidak semua Penelitian dilakukan pada ibu yang tidak
peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat bekerja atau sedang menjalani masa cuti
berdampak pada berhentinya pemberian ASI bersalin sehingga aktivitas ibu homogen yaitu
eksklusif di kalangan wanita berpenghasilan terkait perawatan bayi di rumah. Kegiatan lain
rendah. Dampak dapat berbeda menurut jenis berupa pekerjaan dapat memberikan tekanan
stres. Hasil analisis yang memiliki hubungan yang lebih besar karena ibu harus membagi
signifikan dengan menyusui adalah tekanan waktu dan tenaga untuk buah hati, kegiatan
finansial atau traumatis (Dozier, Nelson, & rumah tangga, dan pekerjaan.
Brownell, 2012). Tekanan lebih besar bisa dialami ibu
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil menyusui yang juga bekerja kembali setelah
penelitian dimana responden dengan status habis masa cuti bersalin. Mereka yang masih
ekonomi rendah karena penghasilan keluarga dalam penyesuaian menjalankan peran ibu
diperoleh dari pekerjaan suami sebagai buruh namun harus membagi waktu untuk bekerja.

21
Tingkat Stres Ibu Menyusui Zuli D. U & Yuli S

Analisis tentang stres pada ibu menyusui yang


bekerja mengungkapkan bahwa ibu merasa
"tidak menjadi ibu yang baik" dan "merasa
terjebak" karena menjalankan peran tanpa
dukungan yang cukup dan dampaknya
terhadap kesehatan mereka (Valizadeh et al.,
2016).
Ketidaknyamanan yang dialami dalam
menjalankan peran sebagai ibu merupakan
proses fisiologis dimana masa nifas ini adalah
masa pemulihan setelah proses persalinan.
Gambar 6.
Periode awal setelah bersalin ibu lebih fokus Pemberian ASI pada Bulan Pertama
pada diri sendiri sehingga pada periode ini
diperlukan pengelolaan yang tepat agar ibu Persentase responden yang memberikan
tidak stres, misalnya, melalui dukungan suami ASI di bulan pertama lebih banyak karena
dan keluarga atau tenaga kesehatan dalam sebagian besar responden telah mengetahui
kunjungan nifas karena kondisi tersebut dapat manfaat pemberian ASI di bulan pertama
menimbulkan stres seperti yang disampaikan tersebut. Pengetahuan tentang pemberian ASI
Amalia (2016). diperoleh dari kelas ibu hamil yang
diselenggarakan oleh Puskesmas Tayu I. Materi
Pemberian ASI pada Bulan Pertama terkait pemberian ASI adalah “Inisiasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa se- Menyusui Dini (IMD)”, “ASI Eksklusif”, dan
bagian besar responden melakukan pemberian “Langkah Sukses Menyusui”.
ASI pada bulan pertama sebanyak 75% yaitu Kajian pada kelompok responden yang
sebesar 30 responden. Pemberian ASI dila- memberikan ASI bisa dilihat pada Gambar 6.
kukan dengan cara menyusui bayi secara lang- Sebagian besar responden dalam kondisi nor-
sung. Pemberian ASI perah hanya dilakukan mal (tidak stres), yaitu sebesar 73%. Sebagian
dalam kondisi tertentu, yaitu payudara lain yang melakukan pemberian ASI adalah ibu
bengkak, sakit, atau bepergian. Distribusi pem- yang mengalami stres ringan (20%) dan sedang
(7%). Ibu yang mengalami stres berat tidak
berian ASI pada bulan pertama disajikan pada
memberikan ASI pada bulan pertama, sehingga
Gambar 5.
gelisah dan tertekan untuk menyusui.
Pemberian ASI pada bulan pertama me-
ngalami kendala antara lain ASI belum keluar
dan kekhawatiran ibu terhadap ASI yang masih
sedikit sehingga dianggap tidak mencukupi
kebutuhan. Kondisi tersebut memerlukan
peran keluarga agar tetap mendukung ibu
untuk menyusui. Menyusui memerlukan
kondisi emosional yang stabil karena faktor
psikologis memengaruhi produksi ASI
(Oktalina, Muniroh, & Adiningsih, 2016).
Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian.
Pada minggu pertama setelah bersalin dimana
Gambar 5. pengeluaran ASI belum lancar, ibu merasa
Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI cemas karena ASI yang keluar hanya sedikit
pada Bulan Pertama dan takut bayi tidak kenyang. Dukungan suami

22
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 1 Bulan Juni 2020 Hal 15-28

dan keluarga yang membantu dalam proses pemberian informasi tentang ASI eksklusif pada
menyusui bayi memberikan kenyamanan dan program kelas ibu hamil.
rasa percaya diri pada ibu untuk tetap Pengetahuan yang dimiliki ibu
memberikan ASI. diharapkan mampu memberikan kesadaran diri
Hasil penelitian juga sesuai dengan untuk memberikan ASI eksklusif dan ibu
penelitian oleh Wattimena dkk. (2012), dimana mampu mengatasi ketidaknyamanan selama
menyusui merupakan proses biofisiopsikologis masa menyusui sehingga dapat menekan stres.
antara ibu dan anak untuk kepentingan Hal ini sesuai dengan Wattimena dkk. (2015)
bersama yaitu memberikan kasih sayang dan bahwa pemberian ASI eksklusif memerlukan
nutrisi terbaik untuk bayinya serta manfaat manajemen diri yang kuat dalam sadar diri dan
kesehatan untuk ibu. Keberhasilan menyusui determinasi diri. Sadar diri untuk memberikan
lebih besar jika disertai dukungan suami, ASI sebagai nutrisi terbaik dan determinasi diri
berupa motivasi untuk tetap melakukan
keluarga, dan tenaga kesehatan
pemberian ASI.
Dukungan tenaga kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Tayu I diantaranya kelas Ibu Hubungan Tingkat Stres Ibu Menyusui
hamil yang diikuti oleh ibu hamil selama kurang dengan Pemberian ASI pada Bulan Pertama
lebih 3 kali pertemuan, pendidikan kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam kunjungan nifas, dan pertemuan lain.
pemberian ASI dilakukan oleh ibu yang tidak
Penyampaian informasi dari tenaga kesehatan
mengalami stres yaitu sebanyak 55%.
memberikan pengetahuan tentang ASI eksklusif
Responden yang mengalami stres dan tetap
termasuk kendala menyusui yang sering
melakukan pemberian ASI pada bulan pertama
ditemui dan cara mengatasinya. Materi tentang sebanyak 20% dengan rincian 15% pada ibu
ASI eksklusif diberikan pada masa kehamilan dengan stres ringan dan 5% pada ibu dengan
sehingga ketika bersalin ibu siap secara fisik stres sedang. Responden yang tidak
dan psikologis untuk memberikan ASI eksklusif. memberikan ASI pada bulan pertama sebagian
Kondisi tersebut sesuai dengan besar mengalami stres, meskipun ada yang
penjelasan Ernawati (2014) bahwa dukungan dalam kondisi normal atau tidak stres yaitu
yang memadai dari sarana pelayanan kesehatan sebesar 2,5%.
menunjang pemberian ASI Eksklusif. Berbeda Tabel 1 menunjukkan tabulasi silang hasil
dengan temuan peneliti sebelumnya, dimana penelitian, dimana ibu yang tidak mengalami
hanya sedikit informasi tentang ASI eksklusif stres (normal), namun tidak memberikan ASI
yang diterima dari petugas kesehatan. sebanyak 2,5%. Responden yang termasuk
Puskesmas Tayu I, sebagai salah satu sarana dalam kategori tersebut memiliki kesamaan
pelayanan kesehatan di Kabupaten Pati telah karakteristik pekerjaan suami sebagai buruh,
menerapkan dukungan tersebut dalam bentuk sedangkan tingkat pendidikan bervariasi pada

Tabel 1.
Tingkat Stres Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI pada Bulan Pertama
Pemberian ASI pada Bulan Pertama Total
Tingkat Stres Ibu Menyusui
diberikan (%) tidak (%) (%)
Normal 55 2,5 57,5
Stres Ringan 15 10 25
Stres Sedang 5 10 25
Stres Berat 0 2,5 2,5
Total 75 25 100
Sumber: Data Primer (2018)

23
Tingkat Stres Ibu Menyusui Zuli D. U & Yuli S

Tabel 2.
Penggabungan Sel Tingkat Stres Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI pada Bulan Pertama
Pemberian ASI pada Bulan Pertama
Tingkat Stres Ibu Menyusui
diberikan (%) tidak (%)
Normal-Ringan 82,4 17,6
Sedang-Berat 33,3 66,7
Total 75 25
Sumber: Data Primer (2018)

tingkat SMP dan SMA. Ibu yang mengalami terlebih beberapa ibu juga tetap melakukan
stres berat tidak ada yang memberikan ASI, aktivitas rumah tangga. Ibu bisa mengalami
namun ada juga ibu dengan tingkat stres kelelahan, terjadi ketegangan emosional
sedang dan tetap memberikan ASI yaitu sehingga ASI tidak lancar yang pada akhirnya
sebanyak 5%. pemberian ASI berhenti lebih awal. Hal
Hasil penelitian tidak memenuhi syarat tersebut sesuai yang dijelaskan Hardiani
pengujian chi square sehingga dilakukan (2017) bahwa ketegangan emosi dapat
penggabungan sel (tercantum pada Tabel 2) menurunkan produksi ASI.
dan diperoleh nilai p value 0,041 yang berarti Berdasarkan stres model stimulus oleh
bahwa ada hubungan tingkat stres ibu Gaol (2016) bahwa ketika seseorang gagal
menyusui dengan pemberian ASI pada bulan menyesuaikan dengan situasi atau perubahan
pertama. Hasil uji statistik menggunakan odds dapat menimbulkan dampak buruk, misalnya,
ratio (OR) sebesar 9,33 (95% CI =1,38 sampai perasaan cemas. Kondisi tersebut sering
63,20) yang berarti respoden dengan tingkat dialami dalam penyesuaian peran menjadi ibu
stres sedang-berat mempunyai kemungkinan setelah melahirkan. Ibu merasa cemas ketika
9,33 lebih besar untuk tidak memberikan ASI ASI tidak keluar, ibu merasa tidak mampu
pada bulan pertama menyusui bayinya. Ibu menyusui mengalami
Masa bulan pertama setelah melahirkan, disstres yaitu stres yang mengakibatkan
dalam hal ini semua responden adalah dampak buruk berupa penurunan produksi ASI,
primigravida, sedang menjalankan peran baru. maupun gangguan hubungan dengan orang lain
Ibu dalam masa pemulihan kondisi setelah (tidak mau menyusui bayinya).
bersalin disamping tugas merawat bayi, Stres pada ibu memiliki korelasi negatif
terhadap kandungan lemak pada ASI yang
dihasilkan (Gottfredson, 2015). Kandungan
lemak yang kurang membuat bayi kurang
kenyang sehingga bayi menjadi gelisah. Ibu
yang mengalami stres perlu mendapatkan
pengelolaan stres sehingga pemberian ASI
dapat dilakukan dengan efektif. Tenaga
kesehatan dapat memberikan informasi
mengenai mekanisme koping untuk
mengurangi tingkat stres pada ibu menyusui.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
Hobbs et al. (2016) bahwa pemberian ASI di-
Gambar 7. pengaruhi kesehatan fisik dan mental. Temuan
Tingkat Stres dan Pemberian ASI pada Bulan Per- menunjukkan persalinan SC yang direncanakan
tama (Penggabungan Sel) memiliki peluang pemberian ASI lebih singkat.

24
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 1 Bulan Juni 2020 Hal 15-28

singkat. Persalinan SC yang disebabkan oleh


kondisi darurat dapat memicu respons stres ibu
yang lebih besar.
Hal serupa dengan penelitian Cato et al.
(2017) dimana stres yang dialami pada masa
kehamilan berkaitan dengan lama menyusui.
Hubungan antara stres emosional selama ke-
hamilan dengan pemberian ASI pada dua bulan
pertama disebabkan oleh kepercayaan diri
yang rendah, depresi dan/atau kecemasan
sebelum atau selama kehamilan dan postpar-
tum, serta faktor-faktor yang diketahui secara
negatif memengaruhi durasi menyusui. Gambar 8.
Kajian tentang dampak stres terhadap Pemberian ASI pada Bulan Pertama pada Kelompok
pemberian ASI juga dilakukan Evans (2017) Ibu Menyusui Menurut Tingkat Stres
bahwa produksi ASI terkait dengan stres dan Temuan serupa terkait umur ibu sesuai
dukungan sosial yang dirasakan. Ibu dengan penelitian Evans (2017) dimana keberhasilan
berbagai ras diketahui stres berkaitan dengan
menyusui berhubungan dengan umur ibu.
beban tangung jawab dalam merawat bayi dan
Faktor lain yang berkaitan dengan keberhasilan
kurangnya dukungan dalam pemberian ASI.
menyusui adalah keinginan atau motivasi
Pekerjaan dan aktivitas rumah tangga yang
banyak mengakibatkan kelelahan yang memicu menyusui dan akses yang mendukung
penurunan produksi ASI. Ibu yang mengalami pemberian ASI sampai bayi umur 6 bulan.
stres akan terjadi blokade dari reflek letdown. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
Selain itu, ibu yang merasa tertekan, sedih, ibu yang mengalami stres memiliki
kurang percaya diri, dan berbagai ketegangan kecenderungan penurunan memberikan ASI
emosional termasuk ketegangan internal dalam pada bayinya. Kelompok ibu menyusui normal
keluarga maupun pekerjaan dapat menurunkan (tidak stres) memberikan ASI pada bulan
produksi ASI (Hardiani, 2017). pertama sebesar 96% yaitu 22 dari 23 ibu
Hasil analisis karakteristik responden memberikan ASI.
berdasarkan umur dan tingkat pendidikan Analisis pada kelompok ibu yang
diketahui bahwa masing-masing karakteristik mengalami stres dapat dilihat pada Gambar 8.
tersebut tidak terdapat hubungan dengan Kelompok ibu yang mengalami stres terdapat
pemberian ASI pada bulan pertama. Hal ini penurunan persentase memberikan ASI
dimungkinkan karena informasi tentang dibandingkan dengan peningkatan tingkat
pemberian ASI dapat diperoleh dari berbagai stresnya. Ibu yang mengalami stres ringan dan
sumber baik dari media, media sosial, tenaga memberikan ASI sebesar 35%, ibu dengan stres
kesehatan, teman, dan lainnya tanpa
sedang dan memberikan ASI sebesar 12%.
mempertimbangkan umur dan pendidikan
Penelitian memperlihatkan ibu dengan
seseorang. Hal ini berbeda dengan penelitian
tingkat stres sedang, namun tetap memberikan
Rosita & Imrohwati (2016) yang menuliskan
ASI, sejalan dengan pendapat Elsanti & Isnaini
bahwa pendidikan dapat memengaruhi
pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6 (2018) dimana terdapat ibu yang mengalami
bulan. Seseorang dengan tingkat pendidikan stres, namun berhasil memberikan ASI karena
yang lebih tinggi diharapkan lebih baik adanya motivasi dan dukungan sosial yang
menerima informasi tentang pemberian ASI tinggi agar selalu berupaya meningkatkan
saja sampai bayi usia 6 bulan dan dapat produksi ASI dan selalu memberikan ASI.
menerapkan informasi yang telah diperoleh Motivasi dan dukungan diperoleh dari keluarga,
dalam kehidupan sehari-hari. lingkungan, dan tenaga kesehatan.

25
Tingkat Stres Ibu Menyusui Zuli D. U & Yuli S

Keyakinan yang tinggi untuk menyusui KESIMPULAN DAN SARAN


(breastfeeding self efficacy) membuat ibu lebih
Kesimpulan
gigih untuk tetap menyusui. Keyakinan tersebut
dapat muncul dari pengalaman (Pradanie, Stres sering terjadi pada bulan pertama
2015). Pengalaman langsung dalam penelitian karena adaptasi menjalankan peran baru
ini merupakan pengalaman pertama ketika sebagai ibu sehingga dapat menghambat
menyusui, segera setelah bersalin. Pengalaman pengeluaran ASI. Kondisi ini jika dibiarkan
tidak langsung diperoleh dari informasi terkait dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif
dalam kelas ibu hamil dan pendidikan selama 6 bulan dan berdampak terhadap ibu
kesehatan lainnya. dan bayi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Ibu menyusui dengan stres berat tidak disimpulkan bahwa Ibu menyusui sebagian
melakukan pemberian ASI karena kondisi yang besar tidak mengalami stres, dan diantara ibu
dialami, namun disisi lain terdapat ibu yang yang mengalami stres sebagian besar pada
tidak mengalami stres namun juga tidak tingkat ringan. Pemberian ASI pada bulan
memberikan ASI pada bulan pertama. Ibu yang pertama sebagian besar dilakukan oleh ibu
tidak memberikan ASI diantaranya karena tidak yang tidak mengalami stres. Terdapat
merasa percaya diri apakah bisa menyusui bayi. hubungan antara tingkat stres ibu menyusui
Faktor lain yaitu kurangnya dukungan keluarga, dengan pemberian ASI pada bulan pertama. Ibu
seperti penelitian Khayati & Ulfa (2018) yang tidak mengalami stres dan stres ringan
dimana dukungan keluarga berupa dukungan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
emosional dan informasional. Dukungan tetap melakukan pemberian ASI pada bulan
tersebut memberikan motivasi agar tetap pertama.
menyusui.
Hasil penelitian juga selaras dengan Saran
penelitian Nurhamidah & Kuntoro (2016) yang Pada periode pascapersalinan ibu perlu
menemukan kegagalan pemberian ASI eksklusif mendapatkan dukungan dan bantuan dari sua-
akibat kurang dukungan dari tenaga kesehatan.
mi, keluarga dan tenaga kesehatan sehingga
Penelitian menemukan bahwa sebagian
terhindar dari tekanan atau kondisi lain yang
responden menerima saran dari tenaga
memicu stres. Program pendampingan teruta-
kesehatan untuk memberikan susu formula
ma pada minggu pertama karena secara fisiolo-
karena ASI kurang. Hal tersebut menjadikan
gis, produksi ASI dimulai 2-3 hari setelah me-
tempat bersalin sebagai kunci pertama
lahirkan dan di sisi lain, ibu perlu adaptasi
pelaksanaan inisiasi menyusui dini sehingga
melaksanakan peran barunya.
pemberian ASI dapat diberikan setelahnya dan
Dukungan nyata dari lingkungan, baik
menganjurkan pemberian ASI saja sampai bayi
usia 6 bulan. suami, keluarga, maupun tenaga kesehatan
Manajemen stres merupakan salah satu membuat ibu merasa nyaman dan terhindar
alternatif metode untuk menciptakan koping dari stres sehingga produksi ASI juga mening-
positif agar ibu memiliki pandangan dan kat. Kesuksesan pemberian ASI pada awal peri-
kepercayaan untuk berhasil menyusui. Paket ode sebagai kunci keberhasilan pemberian ASI
dukungan termasuk di dalamnya manajemen eksklusif. Bentuk dukungaan atau program pen-
stres postpartum. Pradanie (2015) menyatakan dampingan dipertimbangkan secara efektif dan
breastfeeding self efficacy berhubungan dengan efesien, misalnya, dengan peningkatan ja-
tindakan pemberian ASI secara eksklusif. ringan sosial. Informasi dapat diakses secara
Breastfeeding self efficacy yang kuat membuat mudah dan cepat serta memungkinkan kon-
ibu tetap menyusui meskipun mengalami sultasi masalah pemberian ASI tanpa tatap
kendala pada bulan pertama menyusui. muka secara langsung.

26
Jurnal Litbang Vol. 16 No. 1 Bulan Juni 2020 Hal 15-28

DAFTAR PUSTAKA Gottfredson, L. M. (2015). Maternal Stres,


Breastmilk IGF-1, and Offspring Growth
Amalia, R. (2016). Hubungan Stres dengan Ke- among Breastfeeding Mothers-Infant Pairs
lancaran ASI pada Ibu Menyusui in the Tampa Bay Area. (Graduate Theses
Pascapersalinan di RSI A. Yani Surabaya. and Dissertations). http://
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 12–16. scholarcommons.usf.edu/etd/5690
Hardiani, R. S. (2017). Status Paritas dan Peker-
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu
jaan Ibu terhadap Pengeluaran ASI pada
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibu Menyusui 0-6 Bulan. NurseLine Jour-
Cato, K., Sylven, M. S., Lindback, J., Skalkidou, A., nal, 2(1), 44–51.
& Rubertsson, C. (2017). Risk Factors for Hobbs, A. J. Mannion, C. A., McDonald, S. W.,
Exclusive Breastfeeding Lasting Less than Brockway, M., & Tough, S. C. (2016). The
Two Months - Identifying Women in Need Impact of Caesarean Section on Breast-
of Targeted Breastfeeding Support. PLoS feeding Initiation, Duration and Difficul-
ONE, 12(6), 1–13. ties in the First Four Months Postpartum.
BMC Pregnancy and Childbirth, 16(1), 1–9.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. (2018). Profil
Isaacs. (2012). Panduan Belajar: Keperawatan
Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2017. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta: EGC.
Pati: DKK Pati
Kamariyah, N. (2014). Kondisi Psikologi yang
Dozier, A. M., Nelson, A., & Brownell, E. (2012). Memengaruhi Produksi ASI Ibu Menyusui
The Relationship between Life Stres and di BPS Aski Pakis Sido Kumpul Surabaya.
Breastfeeding Outcomes among Low- Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(12), 29–36.
Income Mothers. Advances in Preventive Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman
Medicine, 2012, 1–10. Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Me-
nyusui dan Pelatihan Fasilitator Konseling
Elsanti, D., & Isnaini, O. P. (2018). Hubungan Menyusui. Jakarta: Direktorat Jenderal
antara Dukungan Sosial dan Tingkat Stres Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI.
terhadap Keberlangsungan Pemberian Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Ke-
Kedungbanteng.Jurnal Ilmu Keperawatan menkes RI
Maternitas, 1(1), 13–25. Khan, J., Vesel, L, Bahl, R., and Martines, J. C.
Ernawati, A. (2014). Peranan Sarana Pelayanan (2015). Timing of Breastfeeding Initiation
Kesehatan dalam Pemberian ASI Eksklusif: and Exclusivity of Breastfeeding During
Studi pada Pegawai Negeri Sipil di Kecama- the First Month of Life: Effects on Neona-
tal Mortality and Morbidity—A Systemat-
tan Pati. Jurnal Litbang Pati: Media Infor-
ic Review and Meta-Analysis. Maternal
masi, Penelitian Pengembangan IPTEK, X
and Child Health Journal, 19(3), 468–79.
(2), 133–42.
Khayati, F. Nur., & Ulfa, Z. D. (2018). Dukungan
Evans, B. (2017). Psychosocial Stres, Race, and Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Beker-
Social Support among Breastfeeding Moth- ja. Jurnal Smart Kebidanan, 5(2), 11–17.
ers in the American South (Thesis).
Nurhamidah & Kuntoro. (2016). Peran Karak-
https://schoolarworks.gsu.edu/
teristik Responden dan Dukungan Tenaga
anthro_theses/123. Kesehatan dalam Identifikasi Faktor yang
Gaol, NTL. (2016). Teori Stres : Stimulus, Re- Terkait dengan Kegagalan Pemberian ASI
spons, dan Transaksional. Buletin Psikolo- Eksklusif. Jurnal Biometrika dan
gi, 24(1), 1–11. Kependudukan, 5(1), 52–60.

27
Tingkat Stres Ibu Menyusui Zuli D. U & Yuli S

Oktalina, O., Muniroh, L., & Adiningsih, S. Wattimena, I., Susanti, N. L., & Marsuyanto, Y.
(2016). Hubungan Dukungan Suami dan (2012). Kekuatan Psikologis Ibu Untuk
Dukungan Keluarga dengan Pemberian Menyusui Women. Kesmas, National Pub-
ASI Eksklusif pada Ibu Anggota Kelompok lic Health Journal, 7(2), 56–62.
Pendukung ASI (KP-ASI). Media Gizi Indo- Wattimena, I., Werdani, Y. D. W., , Bernadette D.
nesia, 10(1), 64–70. Novita, B. D., & Liona, D. A. (2015). Mana-
Potter, P. A., & Griffin, P. A. (2012). Fundamen- jemen Laktasi dan Kesejahteraan Ibu Me-
tal Keperawatan: Konsep, Proses, dan nyusui. Jurnal Psikologi, 42(3), 231–42.
Praktis, Edisi Pertama. Jakarta: EGC. WHO. (2016). Infant and Young Child Feeding.
Geneva: WHO Press.
Pradanie, R. (2015). Paket Dukungan terhadap
Breastfeeding Self Efficacy dan Keberhasi-
lan Menyusui pada Ibu Postpartum. Jurnal BIODATA PENULIS
Ners, 10(1), 20–29.
Zuly Daima Ulfa, lahir pada tanggal 10 Juli 1985
Roesli, U. (2012). Mengenal ASI Eksklusif. Jakar- di Pati. Magister Kesehatan Masyarakat dari
ta: Trubus Agriwidya. Universitas Negeri Semarang. Saat ini bekerja
Rosita, E., & Imrohwati, D. (2016). Hubungan sebagai Bidan di Klinik dan sebagai dosen di
Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pem- Universitas Palangka Raya, pada Program Studi
berian MP-ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi.
Bulan. Midwifery Journal of Stikes Insan Yuli Setyaningsih, lahir tanggal 29 Oktober
Cendekia Medika Jombang, 11(1), 11–15. 1973 di Pati. Pendidikan terakhir adalah Sarja-
na Terapan Kebidanan Stikes Karya Husada Se-
Susanti. (2014). ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
marang. Saat ini bekerja sebagai bidan di Pus-
Swara.
kesmas Tayu I Kabupaten Pati.
UNICEF, & WHO. (2015). Advocay Strategy:
Breastfeeding Advocacy Initiative, for the
Best Start in Life.
Valizadeh, S., et al. (2016). Perceived Stress in
Breastfeeding Working Mothers in Iran.
International Journal of Medical Research
& Health Sciences, 5(11), 485–92.

28

You might also like