You are on page 1of 8

WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373

Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104


Juni 2016

JENIS AGROFORESTRI DAN ORIENTASI PEMANFAATAN LAHAN DI DESA


SIMORO KECAMATAN GUMBASA KABUPATEN SIGI

Muhammad Amin1), Imran Rachman2), Sitti Ramlah2)


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km.9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi: amintelapak2009@gmail.com
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract
Agroforestry practices in fact has long been practiced by rural communities (local traditional
agroforestry), and even in some places the implementation of agroforestry has an important role in
the socio-cultural aspects of the local community. Study of the characteristics of land use (systems
and pattern of agroforestry-based land use), as well as the orientation of land use is still rarely
studied. Even it is not a study based agroforestry landscape, but the micro-scale (plot-based
interaction). So there is no information that can explain characteristis of agroforestry landscape of
the community. It is important to look at the specific characteristics of agroforestry-based land use
that is owned by the community. The purpose of this study was to determine the pattern of
agroforestry on community land in the Simoro village and assess the orientation of agroforestry
land use community-owned Simoro village. Analysis of data used in this research are descriptive
analysis and analysis of the NEP (New Environmental Paradigm). Research resulted, the pattern of
agroforestry and land use at Simoro village include simple and complex agroforestry system, where
the farmers combine seasonal crops and tree crops, whereas in complex agroforestry system using
mix cropping pattern at home garden. The results of analysis of the NEP (New Erwironmental
Paradigm) shows the value of egoistic respondents fall into the low category. This indicates that
respondents, in general, have a desire to clear land to not only put the interests of the individual and
the consideration of the benefit and loss agroforestry practic, but also considering into account the
conservation of nature, while the value of altruristic fall in the low category. This indicates that
respondents generally lack aware of the public community interest and the value of biospheric of
respondents were also may be categorized of high. This indicates that the community of Simoro
village generally have the awareness of the importance of environmental aspects, not only for their
personal important, but also for the other village community.
Keywords: Agroforestry, land uses, biospheric, alturistic, egoistic.
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, serta
PENDAHULUAN praktek perladangan berpindah menyebabkan
timbulnya lahan kritis, erosi, bencana
Latar Belakang kekeringan, serta penurunan kualitas dan
Alih guna lahan hutan menjadi lahan kuantitas hasil pertanian (Bukhari dan Febryano
Pertanian disadari menimbulkan banyak G.I 2008).
masalah, seperti penurunan kesuburan tanah, Penerapan agroforestri merupakan salah
Usaha-usaha pertanian tradisional yang satu sistem pengolahan lahan yang dapat
dilakukan dengan mengkonversi lahan hutan digunakan untuk mengatasi masalah yang
menjadi lahan pertanian, sering menjadi timbul akibat adanya alih-guna lahan tersebut di
penyebab terjadinya lahan kritis. Di Indonesia atas, dan sekaligus juga untuk mengatasi
praktek-praktek usaha tani dan pemanfaatan masalah pangan.
lahan yang tidak atau kurang memperhatikan

97
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104
Juni 2016

Maurapey, A (2013) mengungkapkan kebutuhan pemilik lahannya dalam jangka


dalam pengelolaan dan pemanfaatan waktu yang panjang. Meskipun lahan-lahan
sumberdaya lahan, akan timbul permasalahan ditanami dengan beragam jenis tanaman, namun
jika kegiatan pembangunan dan hasil yang akan biasanya tidak ada satu jenis tanaman yang
dicapai tidak sesuai dengan tujuan pengelolaan dapat mereka jadikan sebagai komoditi
yang diharapkan. Adapun tujuan pengelolaan unggulan.
yang diharapkan adalah agar sumberdaya yang Salah satu faktor secara makro ekonomi
ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan lahan pertanian dinilai rendah, adalah:
berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan karakteristik komoditi pertanian dalam struktur
masyarakat dapat meningkat tanpa pasar yang bersifat homogen dan masal
menimbulkan terjadinya kerusakan dan (Hilmanto, R. 2012)
degradasi sumber daya alam dan lingkungan Berdasarkan uraian tersebut maka
yang dapat merugikan kelangsungan hidup permasalahan yang menjadi factor dalam
generasi yangakan datang. penelitian ini adalah:
Sistem agroforestri akan menekankan 1. Bagaimana jenis agroforestri pada
penggunaannya pada jenis-jenis pohon serba komunitas masyarakat Desa Simoro?
guna dan menentukan asosiasi antara jenis-jenis 2. Bagaimana orientasi pemanfaatan lahan
vegetasi yang ditanam. Dalam konteks yang dilakukan masyarakat Desa Simoro?
agroforestri, pohon serbaguna mengandung Tujuan dan Kegunaan
pengertian semua pohon atau semak yang Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
digunakan atau dikelola untuk lebih dari satu jenis agroforestri pada lahan masyarakat di
kegunaan produk atau jasa; yangpenekanannya Desa Simoro dan mengetahui orientasi
pada aspek ekonomis dan ekologis (Senoaji G, pemanfaatan lahan agroforestri yang dimiliki
2012). masyarakat Desa Simoro.
Akhir-akhir ini agroforestri telah menjadi Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai
bahan diskusi yang penting, karena konsep salah satu informasi tentang karakteristik dan
tersebut tidak hanya menyelesaikan masalah orientasi pemanfaatan lahan masyarakat pada
pemanfaatan lahan, tetapi juga memperoleh sistem agroforestri.
berbagai macam kebutuhan pangan, pakan
ternak, kayu bakar maupun kayu bangunan. METODE PENELITIAN
Sama halnya dengan pemanfaatan lahan yang
ada di Desa Simoro, sistem agroforestri yang Waktu dan Tempat
diterapkan oleh masyarakat ini diharapkan Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan,
mampu menyelesaikan masalah yang sering mulai bulan April sampai Mei 2014. Lokasi
muncul akibat kesalahgunaan pemanfaatan penelitian ini dilakukan di Desa Simoro,
lahan. Selain itu sistem agroforestri yang Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi Provinsi
diterapkan pada lahan pertanian masyarakat Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi didasarkan
merupakan salah satu solusi dalam hal pertimbangan bahwa di Desa Simoro
peningkatan hasil produksi. masyarakat menerapkan pola agroforestri di
Rumusan Masalah lahan kebunnya.
Desa Simoro Kecamatan Gumbasa Bahan dan Alat
Kabupaten Sigi telah lama mengenal tentang Bahan yang digunakan pada penelitian ini
pola pemanfaatan lahan berbasis agroforestri yaitu lahan agroforestri masyarakat Simoro dan
namun masyarakat tersebut belum mendapatkan kuisioner, sedangkan alat yang digunakan
informasi teknologi tentang pola pemanfaatan dalam penelitian ini yaitu kamera dan alat tulis
lahan berbasis agroforestri. menulis.
Sistem agroforestri tersebut sering dinilai Metode Penelitian
tidak produktif dan tidak memiliki perencanaan Jenis dan Sumber Data
matang, sehingga tidak dapat menopang

98
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104
Juni 2016

Jenis data terdiri atas data primer dan data cara pengolahannya akan dianalisis dengan
skunder. Data primer meliputi pola mengunakan analisis deskriptif.
pemanfaatan lahan di Desa Simoro, sedangkan Penelitian deskriptif merupakan metode
data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian yang berusaha menggambarkan suatu
dan data-data lain menunjang penelitian. objek sesuai dengan keadaan atau apa adanya
Pengumpulan data primer meliputi observasi di (Afrillita N. 2013)
lapangan dan wawancara terhadap pihak terkait. 1. Analisis NEP (New Environmental
Untuk data sekunder dengan mengumpulkan Paradigm).
data-data dari literatur dan instansi yang Metode ini digunakan untuk menganalisis
berkaitan dengan wilayah studi (Listyarini dkk, orientasi pengelolaan lahan berbasis
2011) agroforestri, berdasarkan kriteria nilai
Teknik Pengumpulan Data individual, sosial dan lingkungan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan a. Orientasi Nilai Individu (nilai egoistik),
terdiri atas studi literatur dan wawancara. Studi yaitu nilai yang berfokus pada upaya
literatur digunakan untuk mendapatkan memaksimalkan pendapatan individu, dengan
informasi mengenai jenis agroforestri dan menganalisis jenis yang diusahakan serta pola
orientasi pemanfaatan lahan sebagai dasar acuan tanam yang diterapkan. Menurut Salampessy
dalam mengetahui sistem agroforestri dan dkk (2013) sistem pengelolaan hutan secara
orientasi pemanfaatan lahan yang digunakan individual didefinisikan sebagai pengelolaann
masyarakat Desa Simoro. Wawancara hutan yang seluruh pengambilan keputusannya
digunakan untuk mendapatkan informasi yang dilakukan oleh perorangan, sedangkan sistem
jelas dari responden mengenai pola-pola dan pengelolaan hutan komunal pengambilan
pemanfaatan lahan agroforestri. keputusannya dilakukan bersama oleh anggota
Wawancara mendalam (indept interview) suatu masyarakat yang terikat oleh
menggunakan pedoman wawancara dan kebudayaannya.
kuesioner sebanayak 25 orang. Dimana jumlah b. Orientasi Nilai Sosial (altruistik), yaitu
responden diambil 17% dari 147 KK, dengan nilai merefleksikan perhatiannya kepada
pertimbangan bahwa responden adalah aparat kesejahteraan kelompok, dianalisis berdasarkan
desa (2 orang), tokoh masyarakat (1 orang), tujuan pengusahaan lahan, nilai-nilai sosial
tokoh adat (2 orang), tokoh pemuda (2 orang), yang terkait dengan pola usaha tani agroforestri
petani agroforestri (15 orang), dan petani biasa yang dikembangkannya, dan kepedulian
atau bukan petani agroforestri (3 orang), terhadap solidaritas dan pengembangan
sehingga dapat mewakili dari keseluruhan kelompok atau anggota masyarkatnya.
tingkat masyarakat di Desa Simoro. c. Orientasi Nilai Ekologis (biosferik) yaitu
Penentuan responden dilakukan dengan cara nilai yang menekankan pada upaya pelestarian
purposive sampling, yaitu metode pengambilan lingkungan, dianlisis berdasarkan persepsi,
sampel yang dipilih dengan cermat sehingga sikap, dan penilaiannya terkait nilai ekologi apa
relevan dengan struktur penelitian, dimana saja yang perlu dipertahankan terkait dengan
pengambilan sampel dengan mengambil sampel aktifitas pemanfaatan lahan hutan.
orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut
ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu HASIL DAN PEMBAHASAN
(Pudyastowo, H ,2013).
Analisis Data Jenis Agroforestri di Wilayah Desa Simoro
Analisis Deskriptif Masyarakat Desa Simoro sebagian besar
Untuk menganalisis dan mengetahui bermata pencaharian sebagai petani, adapun
pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestri jenis agroforestri yang diterapkan pada lahan
yang digunakan masyarakat, jenis tanaman, data kelola masyarakat yaitu dengan sistem
dan informasi tentang kondisi lahan dan tata agroforestri. Beberapa sistem yang diterapkan
oleh masyarakat Desa Simoro adalah sistem

99
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104
Juni 2016

agroforestri sederhana dan sistem agroforestri


kompleks. Adanya penerapan sistem
agroforestri berdampak baik bagi masyarakat,
baik dalam pendapatan maupun dalam
pengoptimalan lahan.
Sistem Agroforestri Sederhana
Model agroforestri sederhana adalah
perpaduan perpaduan konvensional yang terdiri
atas sejumlah kecil unsur, yang
menggambarkan apa yang kini dikenal sebagai
skema agroforestri klasik(Triwanto, dkk, 2012)
Masyarakat Desa Simoro menggunakan
sistem agroforestri sederhana, pada sistem ini Gambar 1. Sistem agroforestri sederhana
masyarakat menanami pola tanam kebun masyarakat Desa Simoro
campuran yang mengkombinasikan antara Kebun campuran merupakan lahan milik
tanaman semusim seperti, Jagung, Pisang, yang dikuasai oleh responden, yang letaknya
Pepaya dan tanaman kehutanan (jenis pohon) tidak jauh dari pemukiman. Rata-rata memiliki
seperti nantu, mahoni, jati, kelapa dan kemiri. jarak ± 50-100m dari pemukiman responden,
Jenis-jenis pohon yang ditanam bisa bernilai dengan luas lahan berkisar antara 0,5-1 H.
ekonomi tinggi misalnya, (kelapa, nantu, kemiri Hasil produksi dari sistem agroforestri
dan jati) atau yang bernilai ekonomi rendah sederhana ini dikhususkan untuk dijual di
seperti (mahoni), sedangkan tanaman non kayu pasaran adapun sesuai dengan banyaknya
yang bernilai ekonomi tinggi misalnya (jagung, pesanan dan sisanya bisa dijual di depan rumah.
pisang dan pepaya). Sistem Agroforestri Kompleks
Sebagaimana dituturkan oleh Pujowati dkk Masyarakat Desa Simoro selain
(2010) bahwa adanya interaksi positif yang menggunakan sistem agroforestri sederhana,
terjadi antara berbagai komponen penyusun masyarakat juga menggunakan sistem
agroforestri menyebabkan tidak hanya faktor agroforestri kompleks, pada sistem agroforestri
biologi fisik saja, tetapi faktor sosial ekonomi kompleks ini masyarakat pada umumnya
dan budaya, serta kebijakan turut memegang menggunakan lahan di kebun pekarangan
peranan penting dalam mempengaruhi tindakan halaman rumah baik di depan maupun di
tindakan manusia dalam mengelola suatu belakang rumah dengan kapasitas lahan antara
lanskap agroforestri. 0.5 Ha-1 Ha. Jenis tanaman yang ditanam
Seluruh responden yang diamati (25 biasanya berupa tanaman palawija, mangga,
orang), sebagian besar memiliki kebun tanaman pisang, jagung, coklat, kelapa, rambutan,
semusim dan tanaman kehutanan, kedua bentuk nangka dan kemiri.
pemanfaatan lahan ini menerapkan pola Pengelolaan lahan dengan sistem
agroforestri. Pola yang diterapkan terdiri atas; agroforestri memerlukan pemilihan jenis yang
pola tanaman semusim dimana jagung sesuai serta perlakuan silvikultur yang tepat
dijadikan sebagai tanaman utamanya, Pengaturan untuk menjaga cahaya, air dan
sedangkan tanaman kehutanan, seperti nantu, nutrisi yang optimum bagi masing-masing jenis
mahoni dan jati ditanam di pinggir-pinggir penyusun merupakan kunci keberhasilan dari
tanaman jagung dengan bentuk pola ‘pagar’ sistem agroforestri. (Hani, A dan Suryanto P,
dapat di lihat pada gambar berikut: 2014).

100
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104
Juni 2016

Pada umumnya hasil panen dari kebun Penilaian orientasi nilai egoistik di ambil
pekarangan ini dikhususkan untuk dijual dan dari sudut pandang masyarakat terhadap
bila ada sisanya baru dikonsumsi. Tetapi semua penilaian pemanfaatan dan cara masyarakat
sesuai dengan banyaknya hasil panen, bila hasil mengelolaan lahan. Bhermana, A (2011)
panen sedikit masyarakat memilih untuk tidak mengungkapkan perencanaan wilayah untuk
menjualnya ke pasaran. penggunaan lahan menjadi hal yang sangat
Pola tanam yang diterapkan di kebun penting bilamana suatu kawasan memiliki
pekarangan ini biasanya bersifat campuran, pola potensi sumberdaya lahan untuk dikembangkan.
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Adapun elemen yang menjadi acuan dalam
penilaian orientasi nilai egoistik yaitu:
1. Setiap ada lahan kosong seharusnya
ditanami tanaman apa saja meskipun tidak
dapat memberikan keuntungan.
2. Membuka lahan kebun sebaiknya tidak
dilakukan pada kemiringan meskipun lahan
tersebut sangat subur.
3. Memaksimalkan pola tanam, meskipun
dampaknya merugikan diri saya sendiri dan
keluarga.
4. Menebang pohon bila mengganggu
tanaman milik saya.
5. Seluruh tanaman yang ada pada lahan dapat
Gambar 2. Sistem Agroforestri Kompleks dikelola kapan saja, dan siapa saja sesuai
Masyarakat Desa Simoro kebutuhan saya.
Pola agroforestri yang berbeda 6. Berpartisipasi dalam pemanfaatan lahan,
memungkinkan terjadinya perbedaan respon karena ada keuntungan yang dapat saya
bagi pertumbuhan tanaman pokok. Hal ini peroleh.
disebabkan masing-masing individu tanaman 7. Karena efisien dalam membuka lahan,
pada sistem agroforestri berinteraksi sehingga sebaiknya melakukan pembakaran pada saat
dapat berdampak positif maupun negatif pembukaan lahan.
terhadap pertumbuhan tanaman pokok maupun 8. Meninggalkan lokasi ini, meskipun
tanaman semusim (Wijayanto N dan Rifa’i M. mendapat penggantian lahan yang sama
2010). kondisinya dengan lahan yang saya kelola.
Orientasi Pemanfaatan Lahan Desa Simoro Berdasarkan acuan tersebut didapatkan
Menurut Stern (2000) dalam Shadiqi, M hasil seperti pada gambar4.
dkk (2013), ada tiga orientasi nilai yang
menjadi patokan dalam perilaku pro- ORIENTASI NILAI EGOISTIK
lingkungan, yaitu egoistik, altruistik, dan
biosferik. 38.5
40 30.5
Orientasi Nilai Egoistik
Nilai egoistik dicirikan oleh orientasi nilai 18
20
yang dimiliki individu berdasarkan egonya 6.5 6.5
(lebih mengutamakan kepentingan individu 0
dengan pertimbangan pada untung dan rugi SS S KS TS STS
melakukan praktek-praktek agroforestry bagi
dirinya).
Gambar 4. Diagram Nilai Egoistik

101
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104
Juni 2016

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa Orientasi Nilai Altruistik


nilai yang dimiliki rata-rata individu 40
berdasarkan egonya yaitu sangat setuju (SS)
6,5%,setuju (S) 30,5%, kurang setuju (KS)
23.57
18%, tidak setuju (TS) 38,5%, dan sangat tidak
setuju (STS) 6,5%. Pada gambar di atas juga 14.71 17.86
menunjukkan, bahwa nilai egoistik responden 5.57
masuk dalam kategori rendah. Hal ini
mengindikasikan bahwa responden pada
umumnya memiliki keinginan membuka lahan SS S KS TS STS
dengan tidak hanya mengutamakan kepentingan
individu dan pertimbangan pada untung dan Gambar 5. Diagram Nilai Alturistik
rugi melakukan praktek-praktek agroforestri Pada gambar di atas menunjukkan bahwa
tetapi memperhitungkan kelestarian alam. nilai yang dimiliki rata-rata individu
Orientasi Nilai Altruistik berdasarkan egonya yaitu Sangat setuju (SS)
Orientasi nilai altruistik dicirikan oleh 5,57%, Setuju (S) 23,57%, Kurang setuju (KS)
kesediaan individu untuk berdasarkan 14,71%, tidak setuju (TS) 40%) dan Sangat
kepentingan masyarakat luas. Elemen penilaian tidak setuju (STS) 17,86%. Pada gambar di atas
untuk mendapatkan penilaian orientasi nilai juga menunjukkan, bahwa nilai altruristik
alturistik yaitu: responden masuk dalam kategori rendah. Hal
1. Luasan lahan semakin menyempit, tapi ini mengindikasikan bahwa responden pada
harus merelakannya karena orang lain juga umumnya kurang memiliki kesadaran terhadap
membutuhkannya untuk membuka lahan. kepentingan masyarakat luas.
2. Sebaiknya tidak melakukan pembakaran Nilai Biosferik
pada saat penyiapan lahan, sebab akan Orientasi nilai biosferik tidak hanya
merusak tanaman orang lain. mementingkan kelestarian alam bagi sesama
3. Meskipun tanpa harus dibayar, sebaiknya manusia, tetapi juga makhluk hidup lainnya.
masyarakat membentuk organisasi Orientasi nilai biosferik berhubungan dengan
pelestarian. penilaian seseorang terhadap masalah
4. Kesepakatan pelestarian TNLL sebaiknya lingkungan dengan mendasarkan diri pada
tidak perlu melibatkan seluruh warga Desa, rasionalitas biaya dan keuntungan terhadap
cukup aparat Desa saja. keseluruhan ekosistem atau biosfer.
5. Meskipun dirasakan sangat Adapun yang menjadi elemen penentuan
menguntungkan, tapi tidak harus melakukan orientasi nilai biosferik yaitu:
kegiatan pembukaan lahan yang tidak 1. Pembukaan lahan hutan dan oleh karenanya
sesuai dengan nilai dan norma yang ada. saya juga dapat memperoleh keuntungan
6. Cenderung tidak mengikuti kebiasaan dalam membuka lahan.
leluhur dalam melakukan kegiatan 2. Membuka lahan secara agroforestri akan
pengolahan lahan, karena dirasakan sangat mengganggu keseimbangan alam ini.
tidak efisien. 3. Lahan hutan lebih banyak bermanfaat bagi
7. Sebaiknya masyarakat tidak harus masyarakat karena dapat dimanfaatkan
memperbaiki lahan yang telah ditinggalkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
karena membutuhkan biaya dan waktu yang masyarakat.
banyak. 4. Kadangkala merasa bosan untuk tinggal di
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap wilayah yang lingkungannya dikelilingi
masyarakat untuk mendapatkan penilaian hutan.
orientasi nilai alturistik dapat dilihat pada
gambar berikut:

102
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104
Juni 2016

5. Sebaiknya tidak memperluas lahan kebun, Pada gambar 6 juga menunjukkan, bahwa nilai
melainkan memanfaatkan lahan yang sudah biosferik responden juga masuk dalam kategori
ada secara optimal. sedang sampai tinggi. Hal ini mengindikasikan
6. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan bahwa masyarakat Desa Simoro pada umumnya
masyarakat, harus dibuka sebagian untuk memiliki kesadaran terhadap pentingnya aspek
lahan pertanian dan perkebunan. lingkungan, bukan saja bagi diri pribadinya,
Acuan di atas menunjukkan sejauh mana namun lebih jauh bagi mahluk lainnya atau
sikap biosferik yang dimilik respsonden masyarakat Desa.
terhadap lahan hutan lebih banyak bermanfaat
bagi masyarakat karena dapat dimanfaatkan KESIMPULAN
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
masyarakat. Menurut Suwarto (2010) jika Berdasarkan hasil penelitian dapat
kepedulian lingkungan didasari oleh nilai disimpulkan bahwa:
kepentingan pribadi, maka individu akan lebih 1. Jenis agroforestri Desa Simoro dapat
senang melindungi lingkungan dengan harapan dikelompokan menjadi dua sistem, yaitu
untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dari sistem agroforestri sederhana dan sistem
biaya yang dikeluarkan. Dari hasil wawancara agroforestri kompleks, pada sistem
terhadap masyarakat didapatkan hasil seperti agroforestri sederhana, masyarakat
gambar di bawah ini. menanami pola tanam kebun campuran
Orientasi Nilai Biosferik yang mengkombinasikan antara tanaman
semusim dan tanaman kehutanan,
44.67 sedangkan sistem agroforestri kompleks
masyarakat menggunakan lahan di kebun
22 pekarangan halaman rumah dan di
19.33 pekarangan belakang rumah.
6.67
7.33 2. Orientasi pemanfaatan lahan masyarakat
secara umum ditinjau dari segi nilai egoistik
dan nilai alturistik tergolong rendah
SS S KS TS
sedangkan ditinjau dari segi nilai biosferik
STS tergolong dalam kategori tinggi.
Gambar 6. Diagram Nilai Biosferik
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa
nilai yang dimiliki individu berdasarkan
kepentingan lingkungan yaitu Sangat setuju
(SS) 6,67%, Setuju (S) 22%, kurang setuju (KS)
19,33%, tidak setuju (TS) 44,67%, dan sangat
tidak setuju (STS) 7,33%.

103
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 4, Nomor 1 Hal: 97-104
Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA Pudyastowo CH. 2013. Pengaruh Kepercayaan


Merek Terhadap Loyalitas Merek Pada
Arrillita, N. 2013. Analisis Swot dalam Konsumen Sepeda Motor Honda di
Menentukan Strategi Pemasaran Sepeda Kabupaten Purworejo.
Motor Pada PT. Samekarindo Indah di http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bi
Samarinda. eJournal Administrasi Bisnis tstream/handle/123456789/2801/DIENNI.
2013, 1 (1): 56-70. pdf?sequence=2.
Bhermana,A. 2011. Perencanaan Pemanfaatan Pujowati P, Arifin SH, Mugnisjah QW. 2010.
Lahan Pertanian Berbasis Sumberdaya Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat di
Lahan untuk Mendukung Pembangunan Daerah Aliran Sungai Karang Mumus
Pertanian (Studi Kasus: Daerah Buntok, dalam Rencana Pengelolaan Lanskap
Kabupaten Barito Selatan). Agroforestri. EPP. Vol 7. No.1
https://jurnalagriepat.wordpress.com/2012 Salampessy M, Bone I, Febriyano I. 2013.
/03/11/perencanaan-pemanfaatan-lahan- Performansi Dusung Pala Sebagai Salah
pertanian-berbasis-sumberdaya-andy- Satu Agroforestri Tradisional di
bermana. Maluku.http://jurnal.untan.ac.id/index.php
Bukhari dan Febryano G. 2009. Desain /tengkawang/article/view/1941.
Agroforestri Pada Lahan Kritis (Studi Senoaji G. 2009. Pengelolaan Lahan dengan
Kasus Di Kecamatan Indrapuri Sistem Agroforestri oleh Masyarakat
Kabupaten Aceh Besar). Jurnal Perennial, Baduy di Banten Selatan.
6(1) : 53-59. http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article
Hani A, Suryanto P. 2014. Dinamika /view/4819/3620.
Agroforestri Tegalan di Perbukitan Shadiqi M, Anward H, Erlyani N. 2013.
Menoreh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
Yogyakarta. Jurnal Penelitian Kehutanan dengan Perilaku Pro-Lingkungan Serta
Wallacea Vol. 3 No.2, Juni 2014: 119- Perbedaannya berdasarkan Jenis
128. Kelamin. Jurnal Ecopsy, Volume 1,
Hilmanto R. 2012. Optimalisasi Harga Nomor 1, Desember 2013.
Komoditi Agroforestri untuk Suwarto. 2010. Pengaruh Metode
Meningkatkan Pendapatan Petani. Jurnal Pembelajaran Terhadap Pengetahuan
Administrasi Bisnis Volume I Nomor 1. Lingkungan Hidup Ditinjau dari
Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kreativitas Siswa (Eksperimen pada
Pertanian Universitas Lampung. Siswa Kelas X SMA Negeri Surakarta).
Listyarini, Sari N, Sutikno RF. 2011. http://journal.ppsunj.org/jpklh/article/vie
Optimalisasi Fungsi Daerah Penyangga w/124/124.
Kawasan Taman Hutan Raya Raden Triwanto J, Syarifudin A., dan Mutaqin ,T.
Soerjo (Studi Kasus: Desa Sumber 2012. Aplikasi Agroforestry di Desa
Brantas Kota Batu). Jurnal Tata Kota Mentaraman Kecamatan Donomulyo
Dan Daerah Volume 3, Nomor 1. Kabupaten Malang. DEDIKASI, Vol 9.
Maruapey A. 2013. Analisis Black Box Sistem Wijayanto,N dan Rifa'i,M. 2010. Pertumbuhan
Dusung (Agroforestry) di Maluku. Jurnal Gmelina arborea Roxb. pada Beberapa
Agroforestri VIII Nomor 4. Pola Agroforestri. Jurnal Silvikultur
Tropika Vol. 01 No. 01.

104

You might also like