You are on page 1of 15

Jurnal E-ISSN 2502-3101

P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

PERANAN MAJELIS DESA PAKRAMAN BALI DALAM


PELAKSANAAN INVESTASI KEPARIWISATAAN DI
WILAYAH DESA PAKRAMAN

Oleh:
Dewa Nyoman Gede Suatmaja

Abstract
This description aims to examine the role of the village council (MDP) Bali in
implementing tourism investment in the rural area.After doing some assessments
in normative legal research methods, finally can be concluded as follows:
First, the trigged factor of implementation of tourism investment in rural area
of pakraman are (a) The natural beauty and top valeu of its unique culture
and social condition. (b) Government policies and regulation that support the
implementation of tourism investments in rural areas of pakraman. (c) On the
other side, desa pakraman with awigawig (local Rules) owned can be a controlling
factor for the implementation of tourism investments in its territory.Second, MDP
Bali unable to participate directly in the implementation of tourism investment
in rural area of pakraman caused the implementation of tourism investment in
the region is a matter of autonomy of desa pakraman concerned. MDP Bali
can only play a role: (A). Providing a advices, suggestions and option to any
interested parties; (B). encourage desa pakraman in controlling the investment
in its region. The impetus is stipulated in MDP Bali decree No 050/Kep/PSM-1/
MDP Bali/III/2006, that any investment in the region of pakraman must receive
a recommendatoin from desa pakraman.Third, Efforts can be made by MDP
Bali in conflict resolution at that field of tourism investment within the region of
pakraman is mediating the setllement of the conflict conducted by the parties.

Keywords: Pakraman Bali Assembly, Tourism Investmen, Pakraman Village

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji peranan Majelis Desa Pakraman (MDP) Bali
dalam pelaksanaan investasi kepariwisataan di wilayah desa pakraman.Setelah
dilakukan pengkajian dengan metode penelitian hukum normatif, akhirnya dapat
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, faktor penarik pelaksanaan investasi
kepariwisataan di wilayah desa pakraman meliputi (a) keindahan alam dan kondisi
sosial budaya yang unik dan bernilai tinggi; (b) faktor kebijakan dan regulasi
pemerintah yang mendukung pelaksaaan investasi di wilayah desa pakraman; dan
(c) di sisi lain desa pakraman dengan awig-awig yang dimilikinya dapat menjadi
faktor pengendali bagi pelaksanaan investasi di wilayahnya. Kedua, MDP Bali
tidak dapat berperan secara langsung dalam pelaksanaan kepariwisataan di
wilayah desa pakraman, sebab pelaksanaan investasi di wilayah desa pakraman
 Artikel ini merupakan karya ilmiah mahasiswa pada Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Udayana, serta mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Sirtha,
SH.,MS dan Dr. I Ketut Sudantra, SH.,MH selaku Pembimbing Tesis.
 Mahasiswa Program Magister Universitas Udayana, Denpasar, Bali, e-mail: balibanana@hotmail.
com

353
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

merupakan urusan otonomi desa pakraman yang bersangkutan. MDP Bali hanya
dapat berperan: (a) memberi saran, usul dan pendapat kepada pihak-pihak yang
berkepentingan; (b) mendorong desa pakraman untuk mengendalikan investasi di
wilayahnya. Dorongan tersebut dituangkan dalam Keputusan MDP Bali Nomor
050/Kep/Psm-1/MDP Bali/III/2006 yang menegaskan bahwa setiap investasi
di wilayah desa pakraman wajib mendapat rekomendasi dari desa pakraman.
(3) Upaya yang dapat dilakukan oleh MDP Bali dalam penyelesaian konflik
di bidang investasi kepariwisataan di wilayah desa pakraman adalah menjadi
mediator dalam penyelesaian konflik yang dilakukan oleh para pihak.

Kata kunci: Majelis Desa Pakraman, investasi kepariwisataan, desa pakraman

I. PENDAHULUAN nilai investasi di sektor pariwisata yang


1.1 Latar Belakang mengucur di daerah Bali. Penanaman
Tidak dapat dibantah bahwa investasi kepariwisataan terus
kepariwisataan Bali menimbulkan meningkat melalui pembangunan-
dampak yang signifikan bagi pembangunan fasilitas-fasilitas
kehidupan masyarakat Bali, baik yang kepariwisataan, seperti hotel, villa,
berupa dampak positif maupun negatif. restoran, dan lain-lain. Pembangunan
Perkembangan kepariwisataan Bali fasilitas-fasilitas kepariwisataan
diakui telah memberikan kontribusi dengan penamaman investasi dalam
yang besar bagi kemajuan ekonomi sekala kecil maupun besar tidak hanya
daerah, ditandai oleh meningkatnya terjadi di daerah-daerah perkotaan
berbagai kegiatan ekonomi, terbukanya melainkan juga telah merambah
peluang kerja dan kesempatan berusaha, sampai di pelosok-pelosok desa.
meningkatkan penyerapan tenaga Masifnyapertumbuhan investasi
kerja, dan lain-lain. Dari hasil yang pariwisata tersebut pada tataran
diberikan oleh kunjungan wisatawan realitas terlihat dalam perubahan
yang terus meningkat, kepariwisataan bentang lahan pulau Bali secara
Bali juga memberi sumbangan yang drastis. Daerah pesisir, daerah bantaran
signifikan bagi penerimaan devisa sungai, perbukitan, dan pegunungan;
negara sehingga dapat dimanfaatkan bahkan hutan yang berfungsi sebagai
oleh pemerintah untuk meningkatkan daerah resapan air pun tidak lepas
kesejahteraan rakyat. dari sasaran lokasi pembangunan
Karena diyakini bahwa fasilitas pariwisata. Perubahan fungsi
kepariwisataan dapat mengantarkan - fungsi lahan yang sangat pesat,
masyarakat kearah masyarakat yang bukan saja menjadi ancaman serius
lebih maju dan sejahtera, maka terhadap eksistensi para petani
pembangunan kepariwisataan Bali yang sejak lama bergantung pada
terus dipacu. Hal ini, antara lain lahan pertanian sawah, tetapi juga
tercermin dari semakin meningkatnya mengakibatkan perubahan struktur

354
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

pekerjaan yang rentan menciptakan kelompok-kelompok fungsional


masalah pengangguran. (sekeha-sekeha) berfungsi sebagai
Di samping itu, masuknya pilar utama penyangga struktur sosial
berbagai kepentingan ke wilayah budaya yang ada. Artinya, faktor kunci
perdesaan sebagai akibat maraknya keberhasilan pembangunan pariwisata
pembangunan fasilitas kepariwisataan Bali terletak pada keberlangsungan
rentan menimbulkan benturan-benturan dua pranata tradisional tersebut.
kepentingan yang di beberapa tempat Idealnya pengembangan pariwisata
terbukti bereskalasi menjadi konflik. Bali semestinya diarahkan agar
Kondisi-kondisi di atas dapat mampu menciptakan pola hubungan
dipandang sebagai dampak negatif saling menguntungkan (simbiotik
dari kepariwisataan Bali sebab mutualistik) antara elemen-elemen
berbagai kondisi di atas di samping desa pakraman dengan industri
sangat potensial mengubah wajah pariwisata. Dengan demikian
Bali menjadi destinasi pariwisata pariwisata diharapkan akan menjadi
yang jauh dari nilai-nilai pariwisata bagian hidup dan mempunyai makna/
budaya, juga dapat mengubah nilai- memberikan manfaat bagi kehidupan
nilai dan perilaku masyarakat Bali masyarakat desa pakraman itu
yang dikenal menjunjung tinggi nilai- sendiri.
nilai kerukunan (suka damai) menjadi Pengorganisasian kehidupan
masyarakat yang menjauhi nilai-nilai masyarakat Bali tidak dapat dipisahkan
tersebut. dari pengaruh desa pakraman sebagai
Sejatinya, kehidupan sosial organisasi atau kesatuan masyarakat
budaya masyarakat dan pariwisata hukum adat di Bali yang mempunyai
di Bali merupakan dua hal yang fungsi sosial relegius. Desa pakraman
tidak dapat dipisahkan. Komponen dapat dikatakan sebagai benteng
sosial budaya masyarakat adalah budaya Bali, karena dalam desa
modal utama dalam pengembangan pakramanlah segala aktivitas budaya
pariwisata Bali. Di dalam jaringan itu tumbuh, berkembang dan bertahan.
komponen tersebut, budaya agraris Dewasa ini, secara yuridis kedudukan
dan sosial-religius yang terwujud desa pakraman diakui berdasarkan
dalam tatanan kehidupan masyarakat Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor
Bali yang diwadahi oleh berbagai 3 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah
organisasi tradisional, seperti subak, dengan peraturan Daerah Nomor 3
desa pakraman, banjar, dadia, dan Tahun 2003 (selanjutnya disebut Perda
Desa Pakraman). Secara sosiologis,


N. Sutawan, 1997. Strategi Pengembangan
Subak sebagai Lembaga Irigasi Tradisonal desa pakraman sesungguhnya adalah
di Bali. Dalam Pitana (editor). Subak Sistem 
Timothy, D.J., dan Boyd, S. W. 2003. Heritage
Tradisonal di Bali, sebuah Canang Sari. Tourism. 1stEdition. England: Pearson
Denpasar: Upada Sastra Education Limited.

355
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

unit kesatuan masyarakat yang sudah berlandaskan kepada otonomi yang


ada, hidup dan berkembang di Bali dimilikinya. Mengingat permasalahan
sejak masa pra-kerajaan dan tetap dan tantangan yang dihadapi desa
bertahan sampai sekarang. pakraman semakin berat, tentu saja
Selama ini, desa pakraman dewasa ini dan ke depan, permasalahan
terbukti mempunyai kemampuan dan tantangan itu tidak dapat lagi
untuk mempertahankan eksistensinya dihadapi sendiri-sendiri. Misalnya,
ditengah berbagai permasalahan dan permasalahan investasi yang masuk
tantangan yang telah dihadapinya wilayah desa pakraman.Permasalahan
sejak berabad-abad.Namun, seiring tersebut tidak dapat lagi dihadapi secara
dengan perkembangan jaman, sendiri-sendiri oleh desa pakraman
permasalahan dan tantangan yang karena menyangkut kebijakan dan
dihadapi oleh desa pakraman semakin regulasi dari pemerintah.
berat dan komplek, baik yang bersifat Sehubungan dengan penyele-
internal maupun eksternal.Tantangan saian permasalahan-permasalahan yang
internal antara lain berubahnya nilai- dihadapi oleh desa pakraman, pada
nilai, sikap dan perilaku warga desa tahun 2004 telah dibentuk Majelis Desa
pakraman sebagai akibat dari tuntutan- Pakraman (MDP) yang merupakan
tuntutan perkembangan politik (lokal- wadah tunggal desa pakraman seluruh
nasional), ekonomi, sosial dan budaya. Bali. Secara yuridis, pembentukan
Perkembangan-perkembangan tersebut MDP merupakan amanat Peraturan
tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun
perkembangan zaman di era globalisasi 2001 tentang Desa Pakraman, tetapi
sekarang ini. Tantangan yang bersifat secara faktual baru bisa direalisasikan
eksternal, antara lain berupa serbuan pada tahun 2004. Secara struktural,
investasi ke wilayah desa pakraman MDP mempunyai susunan bertingkat,
yang dapat saja menimbulkan dampak mulai tingkat kecamatan terdapat MDP
ikutan yang tidak dikehendaki, seperti tingkat kecamatan yang lazim disebut
perubahan fungsi lahan yang tidak Majelis Alit Desa Pakraman (MADP);
terkendali, terjadinya berbagai macam di tingkat kabupaten terdapat Majelis
konflik, baik konflik yang berdimensi Madya Desa Pakraman (MMDP); dan
internal (antara sesama warga desa di tingkat provinsi terdapat Majelis
pakraman) ataupun yang berdimensi Utama Desa Pakraman (MUDP)
eksternal (antara desa pakraman Provinsi Bali.
dengan investor dan atau pemerintah). Dengan mencermati perkem-
Sebelum tahun 2004, setiap bangan ini, problem yuridis yang muncul
permasalahan dan tantangan yang adalah bagaimana MDP memainkan
terjadi di desa pakraman dihadapi perannya dalam penyelesaian masalah-
sendiri-sendiri oleh desa pakraman masalah yang dihadapi oleh desa
yang bersangkutan dengan pakraman, khususnya masalah yang

356
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

berkaitan dengan investasi di wilayah 2. Untuk menganalisis peran MDP


desa pakraman. Permasalahan- Bali dalam pelaksanaan investasi
permasalahan yang perlu diteliti secara kepariwisataan di wilayah desa
mendalam adalah berkaitan dengan pakraman
peranan MDP dalam pelaksanaan 3. Untuk menganalisis upaya yang
investasi di wilayah desa pakraman dapat dilakukan oleh MDP Bali
serta upaya apa yang dapat dilakukan dalam penyelesaian konflik di
oleh MDP apabila terjadi konflik di bidang investasi kepariwisataan.
bidang investasi kepariwisataan
II. METODE PENELITIAN
1.2 Perumusan Masalah Penulisan ini dilakukan
Berdasarkan latar belakang yang berdasarkan hasil penelitian yang
telah diuraikan dapat di tarik rumusan menggunakan metode penelitian
masalah adalah sebagai berikut: hukum normatif. Permasalahan yang
1. Faktor-faktor apakah yang diajukan dikaji berdasarkan norma-
mempengaruhi pelaksanaan norma yang tertuang dalam peraturan
investasi kepariwisataan di perundang-undangan.Jenis pendekatan
wilayah desa pakraman? yang digunakan dalam penulisan ini
2. Bagaimana peran Majelis adalah pendekatan undang-undang
Desa Pakraman (MDP) Bali (statute aprroach) dan pendekatan
dalam pelaksanaan investasi konseptual (conceptual aprroach).
kepariwisataan di wilayah desa Sebagai bahan hukum primer
pakraman? digunakan Peraturan Daerah Provinsi
3. Upaya-upaya apakah yang dapat Bali Nomor 1 Tahun 2001 sebagaimana
dilakukan oleh Majelis Desa telah diubah dengan peraturan Daerah
Pakraman (MDP) Bali dalam Nomor 3 Tahun 2003. Di samping
penyelasaian konflik di bidang itu, untuk mengkaji peran Majelis
investasi kepariwisataan di Desa Pakraman dalam penelitian ini
wilayah desa pakraman? juga dikaji Anggaran Dasar Anggaran
Rumah Tangga Majelis Desa Pakraman
1.3 Tujuan Penelitian serta Keputusan Majelis Desa
Berdasarkan latar belakang yang Pakraman yang relevan.Sebagai bahan
telah diuraikan, tujuan penelitian ini hukum sekunder, dalam penulisan ini
sebagai berikut: digunakan beberapa literatur yang
1. Untuk menganalisis faktor yang relevan sebagaimana disebutkan pada
mempengaruhi pelaksanaan bagian akhir tulisan ini.
investasi kepariwisataan di
wilayah desa pakraman 
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian
Hukum, Edisis Revisi, Kencana Predana
Group, Jakarta, hlm 136 & hlm. 177.

357
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Pembahasan dan penyajian karena faktor alamnya yang indah,


dalam penulisan ini dilakukan secara penduduknya yang ramah, dan budaya
deskriptif analitis, yaitu dengan Bali yang unik dan mempunyai
menggambarkan peran normatif nilai tinggi. Faktor lainnya adalah
Majelis Desa Pakraman Bali dalam faktor kebijakan pemerintah yang
pelaksanaan investasi di wilayah “wellcome”: terhadap investasi
desa pakraman disertai analisis- kepariwisataan, melalui kebijakan dan
analisis berdasarkan argumentasi yang regulasi yang mendukung investasi
dibangun berdasarkan norma, teori kepariwisataan dari Pemerintah Pusat
dan konsep yang relevan. maupun Pemerintah Daerah.
Sebagai salah satu contoh,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dikemukakan perkembangan
3.1 Faktor yang Mempengaruhi kepariwisataan di Desa Pakraman
Pelaksanaan Investasi Ubud. Perkembangan kepariwisataan
Kepariwisataan Di Wilayah di daerah ini secara historis telah di
Desa Pakraman awali sejak pemerintahan Raja Ubud
Secara umum konsep pariwisata pada tahun 1920-an. Ketertarikan
yang dikembangkan di Bali didasarkan wisatawan untuk datang dan ada
pada falsafah budaya dan adat istiadat beberapa diantaranya bermukim di
sebagai daya tarik kepariwisataan Ubud disebabkan karena alam fisik
Beberapa potensi yang dimiliki oleh Ubud yang indah dan asri didukung
Desa Pakraman dalam menunjang oleh karakter masyarakat yang ramah
pariwisata adalah adanya struktur tamah dengan budayanya yang unik
pola menetap di kawasan pariwisata dan bernilai tinggi. Seperti diketahui,
yang dilandasi oleh konsep Tri hita Ubud sejak dulu sampai sekarang
karana, Tri mandala, Tri angga, dikenal sebagai daerah seni yang
dan Hulu teben. Konsep-konsep ini sangat terkenal sampai manca negara.
menampilkan corak yang unik dan khas Perkembangan kepariwisataan Ubud
dalam tatanan kehidupan masyarakat semakin mantap dengan ditetapkannya
Bali. Ubud sebagai Daerah Kawasan
Dalam perkembangan pariwisata Wisata melalui SK Bupati Gianyar No
Bali, faktor yang mempengaruhi 29 Tahun 1988 tertanggal l0 Februari
pelaksanaan investasi dalam bidang 1988 dan SK Gubernur Bali No 20
pariwisata pada umumnya adalah Tahun 1993. Regulasi ini kemudian
karena daya tarik Bali sebagai menyebabkan semakin meningkatnya
destinasi pariwisata yang tersohor di pembangunan fasilitas kepariwisataan
seluruh dunia.Sebagaimana diketahui, di Ubud, seperti restoran, pondok
keterkenalan Bali sebagai salah satu wisata, sampai hotel berbintang,.
destinasi pariwisata dunia disebabkan Pembangunan fasilitas – fasilitas

358
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

kepariwisataan tersebut tentu saja berhak mengurus rumah tangganya


memerlukan investasi, baik dalam sendiri. Dengan diakuinya bahwa
skala kecil, sedang dan besar. Berikut desa pakraman “berhak mengurus
ini ditampilkan data perkembangan rumah tangganya sendiri”, maka hal
fasilitas kepariwisataan di Desa itu berarti bahwa desa pakraman
Pakraman Ubud. mempunyai otonomi mengurus dirinya
sendiri, termasuk dalam menentukan
Tabel 1
Perkembangan Sarana Kepariwisataan peruntukan wilayah (palemahan) desa
Desa PakramanUbud , 2005- 2014 pakraman.
No. Fasilitas Kepariwistaan 2005 2010 2014 Kewenangan desa pakraman
1 Hotel Berbintang 3 3 5 7 dalam mengurus wilayahnya kemudian
2 Hotel Berbintang 1 3 3 6
3 Pondok wisata 466 486 501 secara spesifik disinggung lagi dalam
4 Pondok Melati 211 221 241 Pasal 6 Perda Desa Pakraman yang
5 Restaurant/café 278 280 295
Sumber; Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Tahun
menentukan bahwa, “Desa pakraman
2014 mempunyai wewenang…turut serta
menentukan setiap keputusan dalam
Tabel 2
Sarana dan Prasarana Kepariwisataan pelaksanaan pembangunan yang ada
Pendukung di Desa PakramanUbud di wilayahnya terutama yang berkaitan
No
1
Nama Jenis Sarana
Seni Tari dan Tabuh
Jumlah Unit
78
dengan Tri Hita Karana”. Berdasarkan
2 Museum 3 ketentuan ini berarti bahwa desa
3 Gallery Sedang dan Kecil 21
4 Art shop / Kedai seni 163
pakraman dapat mempengaruhi
5 Travel agent sedang dan kecil 28 pelaksanaan investasi kepariwisataan
6 Transportasi privat 568
7 Rumah Therapy / massage 32 di wilayahnya. Lebih spesifik lagi,
8 Pasar Umum 1 desa pakraman dapat menolak ataupun
9 Istana 1
10 Pura 6 menerima pelaksanaan investasi
Sumber; Data diolah dari DIPARDA Kab. Gianyar dan kepariwisataan di wilayahnya. Hanya
Profill DeaaPakramanUbud, 2014
saja, Perda Desa Pakraman tidak
menjelaskan lebih lanjut bagaimana
Berkaitan dengan pelaksanaan
investasi kepariwisataan di wilayah cara pelaksanaan ketentuan Pasal 6
(palemahan) desa pakraman, secara tersebut.
normatif desa pakraman mempunyai Dilihat dari mekanisme yang
wewenang untuk menentukan lazim berlangsung di desa pakraman,
pelaksanaan investasi kepariwisataan di setiap keputusan desa pakraman selalu
wilayahnya. Sesuai dengan pengertian diambil berdasarkan musyawarah
desa pakraman yang dirumuskan mufakat seluruh anggota desa
dalam Pasal 1 angka (4) Perda Desa pakraman (kerama desa), musyawarah
Pakraman, maka desa pakraman mana dipimpin oleh Bendesa (Kepala
sebagai kesatuan masyarakat hukum Desa Pakraman). Acara musyawarah
adat yang mempunyai wilayah tertentu kerama desa pakraman tersebut

359
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

dilakukan secara melembaga dalam di wilayah desa pakraman tidak


suatu paruman desa atausangkepan mudah untuk dilakukan., bahkan akan
desa. Dalam paruman desa tersebut, mendapat penolakan dari masyarakat
setiap permasalahan dibicarakan/ desa pakraman. Sebaliknya, apabila
dimusyawarahkan secara demokratis awig-awig desa pakraman memberi
untuk kemudian dapat diambil peluang dilakukannya pembangunan
keputusan. Setiap keputusan paruman fasilitas kepariwisataan di wilayah desa
desa yang mempunyai kekuatan pakraman maka peluang pelaksanaan
mengikat semua kerama desa disebut investasi di wilayah itu sangat besar.
pararem, yang mempunyai kekuatan
sama dengan awig-awig. 3.2. Peran MDP Bali dalam
Setiap keputusan desa Pelaksanaan Investasi
pakraman, juga tidak bisa lepas dari Kepariwisataan Di Wilayah
awig-awig desa pakraman. Menurut Desa Pakraman
Tjok Istri Putra Astiti, awig-awig tidak Dari uraian di atas sudah jelas
lain dari patokan-patokan tingkah mengenai peranan desa pakraman
laku yang dibuat oleh masyarakat dalam pelaksanaan investasi
yang bersangkutan berdasarkan rasa kepariwisataan di wilayah desa
keadilan dan kepatutan yang hidup pakraman, yaitu dapat menolak atau
dalam masyarakat yang bersangkutan menerima pelaksanaan investasi
Berdasarkan Pasal 1 Perda Desa tersebut.Hal itu sesuai dengan otonomi
Pakraman, awig-awig adalah: “… desa pakraman yang berhak mengurus
aturan yang dibuat oleh krama desa wilayahnya (palemahan) sendiri.
pakraman dan atau krama banjar Sehubungan dengan adanya Majelis
pakraman yang dipakai sebagai Desa Pakraman sebagai wadah tunggal
pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita desa pakraman seluruh Bali, maka
Karana sesuai dengan desa mawacara penting dipahami peran MDP dalam
dan dharma agama di desa pakraman/ pelaksanaan investasi di wilayah desa
banjar pakraman masing-masing”. pakraman.
Dengan demikian, awig-awig desa Untuk melihat peran yang dapat
pakraman juga dapat mempengaruhi dimainkan oleh MDP Bali dalam
pelaksanaan investasi kepariwisataan pelaksanaan investasi kepariwisataan
di wilayah desa pakraman. Apabila di wilayah desa pakraman, maka
awig-awig desa pakraman melarang terlebih dahulu harus dipahami
dilakukannya pembangunan fasilitas mengenai tugas dan wewenang MDP.
kepariwisataan di wilayahnya, maka Setelah itu baru dapat dipahami
pelaksanaan investasi kepariwisataan mengenai peran MDP. Berdasarkan
Pasal 16 Perda Desa Pakraman, MDP


Tjok Istri Putra Astiti, 2005, Pemberdayaan
Awig-awig Menuju Ajeg Bali, Lembaga
mempunyai tugas: (a) mengayomi adat
Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum istiadat; (b) memberikan saran, usul
Universitas Udayana, hlm. 9.

360
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

dan pendapat kepada berbagai pihak, Dari rangkaian ketentuan


baik perorangan, kelompok/lembaga normatif di atas, jelas MDP tidak
termasuk pemerintah tentang masalah- dapat secara langsung berperan dalam
masalah adat; (c) melaksanakan setiap pelaksanaan investasi kepariwisataan di
keputusan-keputusan paruman dengan wilayah desa pakraman. Pelaksanaan
aturan-aturan yang ditetapkan; (d) investasi apapun di wilayah desa
membantu penyuratan awig-awig; dan pakraman sepenuhnya merupakan
melaksanakan penyuluhan adat istiadat kewenangan desa pakraman, sebab
secara menyeluruh. Untuk dapat keberadaan MDP tidak meniadakan
mengemban tugas-tugas berat tersebut, otonomi desa pakraman. Sesuai
Perda Desa Pakraman memberikan tugas MDP sebagaimana ditentukan
beberapa wewenang kepada MDP, dalam Pasal 16 ayat (1) Perda Desa
yaitu: (a) memusyawarahkan berbagai Pakraman, MDP Bali dapat berperan
hal yang menyangkut masalah-masalah dalam pelaksanaan investasi di wilayah
adat dan agama untuk kepentingan desa pakraman dengan memberi
desa pakraman; (b) sebagai penengah saran, usul dan pendapat kepada
dalam, kasus-kasus adat yang tidak pihak-pihak yang berkepentingan,
dapat diselesaikan pada tingkat desa; dalam hal ini desa pakraman, investor
dan (c) membantu penyelenggaraan ataupun kepada pemerintah tentang
upacara keagamaan di kecamatan, pelaksanaan investasi. Hal ini dapat
kabupaten/kota, dan provinsi. dilakukan sebab investasi di wilayah
Menurut Wayan P. Windia, desa pakraman juga menyentuh
MDP mempunyai peran yang strategis, masalah adat, yaitu menyangkut
yaitu: (1) memperkuat kelembagaan wilayah (palemahan) desa pakraman
desa pakraman yang dapat dilakukan sebagai benteng budaya Bali.
dengan bekerja sama dengan Di samping itu, sesuai dengan
Pemerintah dalam usaha melestarikan ketentuan pasal 16 ayat (2) Perda
“jiwa desa pakraman” sekaligus “jiwa Desa pakraman, MDP Bali juga dapat
Bali”; (2) sebagai media komunikasi berperan secara tidak langsung dalam
antar-kerama desa pakraman dan menghadapi masalah pelaksanaan
antar-desa pakraman yang ada di Bali; investasi di wilayah desa pakraman,
(3) menjadi filter terhadap pengaruh yaitu dengan memusyawarahkan
luar desa pakraman; (4) secara proaktif masalah tersebut untuk diambil sebuah
membangun komunikasi dan hubungan keputusan yang pada gilirannya dapat
baik dengan organisasi lain di luar menjadi pedoman bagi seluruh desa
desa pakraman dalam mewujudkan pakraman di Bali. Sesuai dengan
kedamaian Bali Pasal 21 Anggaran Dasar/Anggaran
 Wayan P. Windia, 2011, “Peran Strategis Rumah Tangga MDP, terdapat tiga
MDP Bali dalam Menjawab Tantangan Bali
Masa Depan”, dalam Himpunan Hasil-hasil
forum pertemuan MDP sebagai sarana
Pesamuan Agung III MDP Bali, Majelis utama untuk mengambil keputusan, yaitu (1)
Desa Pakraman (MDP) Bali, hlm. 15-16.

361
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Paruman (Paruman Agung, Paruman pakraman patut mendapat


madya, Paruman Alit), (2) Pesamuan rekomendasi desa pakraman,
dan (3) Pesangkepan (Pasal 21). selain persetujuan dari instansi
Dalam pasal 22 ayat (4) disebutkan terkait lainnya.
bahwa keputusan yang mengikat 2. rekomendasi diberikan oleh
seluruh desa pakraman di Bali diambil bendesa berdasarkan keputusan
dalam forum pertemuan pada level parumankrama desa pakraman10
Paruman Agung. Dalam praktek, Dalam Keputusan MDP
keputusan-keputusan strategis MDP Bali Nomor 050/Kep/Psm-1/MDP
yang menyangkut masalah-masalah Bali/III/2006 tidak secara spesifik
adat diambil dalam forum musyawarah disebutkan dasar pertimbangan
yang dinamai Pesamuan Agung, Hal dikeluarkannya keputusan tersebut,
itu dapat dilihat dalam buku Himpunan kecuali hanya secara umum disebutkan
Hasil-hasil Pesamuhan Agung MDP bahwa keputusan tersebut dipandang
Bali yang diterbitkan oleh Majelis perlu dibuat karena semakin
Utama Desa Pakraman (MDP) Bali kompleksnya permasalahan adat dan
tahun 2010 ataupun yang diterbitkan hukum adat Bali. Tetapi secara tersirat
tahun 2011 dapat dipahami bahwa keputusan
Berkaitan dengan pelaksanaan tersebut dilatarbelakangi oleh suatu
investasi di wilayah desa pakraman, kekhawatiran tidak terkendalinya
MDP Bali telah mengambil suatu pelaksanaan investasi di wilayah desa
keputusan yang strategis melalui pakraman, kekhawatiran mana dapat
Pesamuan Agung I MDP Bali yang diterjemahkan dari frasa ”semakin
diselenggarakan tanggal 3 Maret kompleksnya permasalahan adat..”
2006. Keputusan yang dituangkan sebagaimana dituangkan dalam
dalam Keputusan MDP Bali Nomor konsideran menimbang dari keputusan
050/Kep/Psm-1/MDP Bali/III/2006 tersebut.
menyatakan sebagai berikut: Mengenai tujuan dikeluarkannya
1. Setiap investasi di wewidangan/ keputusan tersebut, secara eklplisit
wawengkon (wilayah) desa disebutkan dalam konsideran maupun

Majelis Utama Desa Pakraman (MDP) Bali, dalam diktum, yaitu untuk dijadikan
2004, Anggaran Dasar Anggaran Rumah
Tangga Majelis Desa Pakraman, hlm. 12-13.
pedoman bagi segenap prajuru desa

Buku Himpunan hail-hasil Pesamuhan Agung ataupun jajaran MDP Bali dalam
MDP Bali yang terbit tahun 2010 berisi (1) menghadapi masalah-masalah adat11.
Keputusan MDP Bali Nomor 050/Kep/Psm-
1/MDP Bali/III/2006 tentang Hasil-hasil
Pesamuan Agung I MDP Bali; (2) Keputusan 10
Majelis Utama Desa Pakraman(MUDP) Bali,
MUDP Bali Nomor 01/Kep/Psm-2/MDP 2007, Himpunan Hasil-hasil Pesamuhan
Bali/X/2007 tentang Hasil-hasil Pasamuan Agung I dan II MDP Bali, hlm. 20.
Agung II MDP Bali; sedangkan buku terbitan 11
Konsideran point “menimbang Keputusan
2011 berisi Keputusan Majelis Utama Desa Majelis Utama Desa Pakraman (MDP) Bali
Pakraman Bali Nomor 01/Kep/Psm-3/MDP Nomor 050/Kep/Psm-1/MDP Bali/III/2006,
Bali/x/2010 tentang Hasil-hasil Pesamuan dalam Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP)
Agung III MDP Bali. Bali, ibid, hlm. 3

362
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Sifat yang lunak dari keputusan wilayah desa pakraman. Berbagai


ini, yaitu hanya sebagai pedoman, kepentingan tersebut dapat saja saling
dapat dipahami sebab MDP tidak berbenturan dan bereskalasi menjadi
boleh meniadakan otonomi desa konflik. Dengan mengutip Boulding,
pakraman. Agar putusan tersebut I Made Widnyana menyatakan
mengikat desa pakraman maka masih bahwa konflik adalah “...Suatu situasi
perlu dituangkan lebih lanjut dalam dari persaingan dimana para pihak
awig-awig desa pakraman. menyadari adanya ketidakcocokan
Sesungguhnya, tidak ada hal potensial dari posisi-posisi yang akan
baru dari keputusan ini. Keputusan datang, dan dimana setiap pihak
ini hanya menegaskan kembali menginginkan untuk menepati posisi
bahwa desa pakraman mempunyai yang tidak sesuai dengan keinginan-
otonomi terhadap wilayahnya, keinginan dari pihak lainnya”. 12
sehingga berhak mengurusnya Berkaitan dengan konflik
sendiri. Melalui keputusan ini MDP sebagai akibat pelaksanaan investasi
Bali mengingatkan desa pakraman di wilayah desa pakraman, konflik
di seluruh Bali bahwa berdasarkan dapat terjadi antara desa pakraman
otonomi yang dimiliki setiap desa di satu pihak melawan investor atau
pakraman dapat mengendalikan pemerintah dipihak lain. Di samping
pelaksanaan investasi di wilayahnya. itu, konflik juga dapat terjadi antara
Agar pelaksanaan investasi di wilayah desa pakraman yang satu dengan yang
desa pakraman dapat dikendalikan oleh lainnya atau antara banjar yang satu
desa pakraman itu sendiri sehingga dengan banjar lainnya dalam satu desa
tidak merugikan desa pakraman, pakraman. Dalam perspektif Comaroff
maka pelaksanaan investasi tersebut dan Roberts bentuk konflik ini disebut
haruslah mendapatkan persetujuan konflik intrahouse13. Akibat masuknya
dari desa pakraman. Persetujuan desa aktivitas-aktivitas kepariwisataan di
pakraman tersebut diwujudkan dalam suatu wilayah desa pakraman, dapat
bentuk rekomendasi desa pakraman juga menimbulkan konflik antara
yang ditandatangani oleh bendesa. individu dalam desa pakraman, bahkan
konflik antara individu anggota desa
3.3. Upaya Yang Dapat Dilakukan pakraman melawan kelompoknya
Majelis Desa Pakraman (banjar atau desa pakraman),
untuk Menyelesaikan
Konflik di Bidang Investasi
12 I Made Widnyana, 2009, Alternatif
Kepariwisataan Penyelesaian Sengketa (ADR),FikahatiAneska-
Dengan masuknya investasi BANI, Jakarta,hlm.52.
13 Valerine J.L Kriekhoff, 2001, “Meditasi
kepariwisataan di wilayah desa (Tinjauan dari Segi Amtropologi Hukum)”,
pakraman, tidak dapat dihindari dalam T.O Ihromi (Penyunting), Antropologi
hadirnya berbagai kepentingan di Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor
Indonesia,Jakarta,hlm.225.

363
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Penyebab konflik pun dapat pakraman idealnya dapat diselesaikan


beragam. Dalam hal konflik antara sendiri oleh desa pakraman melalui
desa pakraman melawan investor, mekanisme penyelesaian konflik
konflik antara lain dapat terjadi secara adat yang tersedia, misalnya
karena perbedaan pendapat dalam penyelesaian melalui paruman/sangkep
mempersepsikandan menyikapi di tingkat banjar atau desa pakraman.
pelaksanaan kesepakatan kerja sama Pada umumnya, penyelesaian konflik
antara desa pakraman dan investor; melalui mekanisme adat dapat secara
pelaksanaan investasi yang tidak sesuai efektif menyelesaikan konflik antar-
dengan peraturan adat, ketidakpuasan individu dalam kelompok banjar atau
terhadap realisasi dari komitmen yang desa pakraman, tetapi kurang efektif
sudah dicapai oleh desa pakraman dan menyelesaikan konflik yang terjadi
investor, serta kepentingan internal dimana kelompok (banjar atau desa
masyarakat di desa pakraman yang pakraman) yang terlibat dalam konflik.
tidak diakomodasi oleh pihak investor, Oleh karena itu, karena kompleksitas
dan lain-lain. Konflik yang terjadi konflik, bisa saja konflik-konflik yang
antara desa pakraman satu dengan menyangkut investasi kepariwisataan
lainnya dapat terjadi, misalnya, tidak dapat diselesaikan di tingkat
muncul kepermukaan sebagai konflik desa pakraman. Dalam situasi
batas wilayah. Konflik antar-individu demikian, MDP dapat berperan dalam
anggota desa pakraman ataupun menyelesaikan konflik sesuai dengan
individu anggota desa pakraman landasan normatif yang diatur dalam
melawan kelompoknya (banjar atau Perda Desa Pakraman. Berdasarkan
desa pakraman) potensial terjadi ketentuan pasal 16 ayat (2) Perda
sebagai akibat perbedaan persepsi Desa Pakraman, MDP mempunyai
terkait hak dan kewajiban kerama desa wewenang “sebagai penengah dalam
sebagai dampak masuknya kegiatan kasus-kasus adat yang tidak dapat
pariwisata di wilayah desa pakraman diselesaikan pada tingkat desa”.
yang bersangkutan. Misalnya, seorang Walaupun masalah sengketa investasi
anggota desa pakraman tidak mampu adalah persoalan perdata, tetapi
lagi menunaikan kewajibannya hadir sepanjang konflik tersebut menyangkut
untuk ngaturangayah secara fisik desa pakraman sebagai pihak yang
di banjar atau desa karena bekerja berkonflik, maka konflik tersebut
di hotel atau restoran sehingga dapat dikategorikan sebagai kasus
dikenakan sanksi oleh banjar atau adat, sehingga MDP dapat berperan
desa pakraman. sebagai penengah.
Berbagai macam konflik yang Dilihat dari perspektif
terjadi terkait dengan pelaksanaan model penyelesaian sengketa yang
investasi kepariwisataan di wilayah desa dikenal sebagai Alternative Dispute

364
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Resolution (ADR), peran yang dapat investasi kepariwisataan sema-


dilakukan oleh MDP berdasarkan kin menyebabkan maraknya
wewenangnya itu berada pada tataran pelaksanaan investasi kepariwi-
peran sebagai mediator. Bentuk sataan di wilayah desa pakraman.
penyelesaiannya disebut mediasi, yaitu Di sisi lain, desa pakraman
proses penyelesaian sengketa antara dengan awig-awig (peraturan
para pihak yang berkonflik dengan adat) yang dimiliki dapat menjadi
menggunakan bantuan pihak ketiga faktor pengendali pelaksanaan
yang netral sebagai penengah. Pihak investasi kepariwisataan di
ketiga yang menjadi penengah itu wilayah desa pakraman yang
hanya berkedudukan sebagai fasilitator bersangkutan.
untuk merundingkan kepentingan- 2. Majelis Desa Pakraman (MDP)
kepentingan para pihak, sedangkan Bali tidak dapat berperan secara
keputusan tetap diambil oleh para langsung dalam pelaksanaan
pihak14. Secara yuridis formal, model investasi kepariwisataan di
penyelesaian melalui mediasi diatur wilayah desa pakraman sebab
dalam Undang-undang Nomor 30 pelaksanaan investasi di
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan suatu wilayah desa pakraman
Alternatif Penyelesaian Sengketa. merupakan otonomi desa
pakramanyang bersangkutan.
IV. PENUTUP Melalui mekanisme yang ada
4.1 Simpulan (paruman desa), desa pakraman
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat saja menerima atau
akhirnya dapat disimpulkan sebagai menolak investasi yang masuk di
berikut: wilayahnya tanpa memerlukan
1. Terdapat beberapa faktor yang campur tangan MDP Bali. Tetapi
mempengaruhi pelaksanaan secara normatif, MDP dapat
investasi kepariwisataan di berperan memberikan saran, usul-
wilayah desa pakraman. Di satu usul dan pendapat kepada para
sisi, faktor keindahan alam dan pihak yang berkepentingan (desa
kondisi sosial budaya yang unik pakraman, investor, pemerintah)
dan bernilai tinggi dapat menjadi terhadap pelaksanaan investasi
faktor penarik pelaksanaan kepariwisataan di wilayah desa
investasi kepariwisataan di pakraman tetapi saran dan
suatu wilayah desa pakraman. usul tersebut tidak mengikat.
Di samping itu, faktor kebijakan Peran strategis yang sudah
dan regulasi pemerintah dilakukan oleh MDP Bali adalah
yang “wellcome” terhadap mengeluarkan keputusan yang
tujuannya mendorong desa

14
Ibid., hlm.111.

365
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

pakraman seluruh Bali untuk agar mengoptimalkan pember-


mengendalikan investasi di dayaan desa pakraman agar
wilayahnya masing-masing, aspirasi masyarakat dpat
yaitu dengan menentukan bahwa tersalur dengan baik terkait
setiap investasi di wilayah desa dengan pelaksanaan investasi
pakraman wajib mendapat kepariwisataan di wilayah
rekomendasi dari desa pakraman. desa pakraman. Dengan begitu
Dorongan tersebut tertuang diharapkan, konflik yang terjadi
dalam Keputusan MUDP Bali antara masyarakat dan investor
Nomor 050/Lep/Psm-1/MDP dapat dihindari.
Bali/III/2006. 3. Kepada Investor disarankan
3. Upaya yang dapat dilakukan oleh bahwa dalam melakukan
MDP Bali untuk menyelesaikan penanaman modal (investasi)
konflik di bidang investasi di wilayah desa pakraman
kepariwisataan, terutama hendaknya tidak saja berpatokan
investasi di wilayah desa pada hukum formal tetapi juga
pakraman adalah peran sebagai harus memperhatikan awig-awig
penengah (mediator) antara para desa pakraman sebagai aturan-
pihak yang berkonflik. Hal itu aturan lokal yang mengatur
sesuai wewenang yang diberikan hubungan antara desa pakraman
oleh Pasal 16 ayat (2) Perda Desa dan lingkungan wilayahnya.
Pakraman.
DAFTAR PUSTAKA
4.2 Saran AstitiTjok Istri Putra, 2005,
Sebagai penutup tulisan ini, Pemberdayaan Awig-awig
akhirnya dikemukakan beberapa saran Menuju Ajeg Bali, Lembaga
sebagai berikut. Dokumentasi dan Publikasi
1. Kepada Pemda Bali disarankan Fakultas Hukum Universitas
untuk membuat pengaturan Udayana.
secara eksplisit tentang hak- Majelis Utama Desa Pakraman (MDP)
hak dan kewajiban investor Bali, 2004, Anggaran Dasar
dan desa pakraman dalam Anggaran Rumah Tangga
pelaksanaan investasi di wilayah Majelis Desa Pakraman.
desa pakraman. Di samping itu, Majelis Utama Desa Pakraman (MDP)
Pemda Bali meningkatkan Bali. 2007. Himpunan Hasil-
pelatihan dan pendidikan hasil Pasamuhan Agung I dan II
sumber daya manusia di bidang MDP Bali.
kepariwisataan Marzuki Peter Mahmud, 2011,
2. Kepada MDP Bali disarankan Penelitian Hukum, Edisi Revisi,

366
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 353 - 367
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Kencana Prenada Group,


Jakarta.
N. Sutawan, 1997. Strategi
Pengembangan Subak sebagai
Lembaga Irigasi Tradisional
di Bali. Dalam Pitana (editor).
Subak Sistem Tradisional di Bali,
sebuah Canang Sari. Denpasar:
Upada Sastra
Timothy, D.J., dan Boyd, S. W. 2003.
Heritage Tourism. 1stEdition.
England: Pearson Education
Limited.
WidnyanaI Made, 2009, Alternatif
Penyelesaian Sengketa (ADR),
FikahatiAneska-BANI, Jakarta.
Windia Wayan P, 2011, “Peran
Strategis MDP Bali dalam
Menjawab Tantangan Bali
Masa Depan”, dalam Himpunan
Hasil-hasil Pesamuan Agung III
MDP Bali, Majelis Utama Desa
Pakraman (MDP) Bali.
Valerine J.L. Kriekhoff, 2001,
“Mediasi (Tinjauan dari Segi
Antropologi Hukum)”, dalam
T.O. Ihromi (Penyunting),
Antropologi Hukum Sebuah
Bunga Rampai, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.

367

You might also like