You are on page 1of 7

Premiere Educandum

Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran


Premiere Educandum 7(2) 173 – 179 | Desember 2017
PE
Copyright ©2017 Universitas PGRI Madiun
ISSN: 2088-5350 (Print) / 2528-5173 (Online)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE
DOI: 10.25273/pe.v7i2.1641

Pembelajaran Literasi di SDN Rejosari 1 Kecamatan Kawedanan


Kabupaten Magetan

Dewi Tryanasari1), Septi Aprilia2) & Winda Ayu Cahya3)


1,2,3
PGSD, Universitas PGRI Madiun
1
email: dewi@unipma.ac.id
2
email: septi@unipma.ac.id
3
email: winda@unipma.ac.id

Abstract
Literacy is the key to unlocking students' knowledge and insight. Good literacy skills in students will allow
students to develop themselves to the maximum so as to achieve something good as well. Unfortunately
students' literacy skills in Indonesia when viewed from various research data is still far from expectations. To
achieve a good literacy skill, literacy learning is essential to be done well especially at the basic level. For
that we need an in-depth study of learning literacy in elementary. The purpose of this study is to describe the
learning of literacy in elementary school. The subjects of the study were selected at SDN Rejosari 1
Kecamatan Kawedanan because the elementary school is a core element in Kawedanan sub-district and is a
pilot school but no research has been done on the literacy learning in SD. Based on the research objectives
above, this research uses qualitative research approach of phenomenology. The results showed that the
learning of literacy in SDN Rejosari has not run maximally when viewed from the aspect of planning,
process, and evaluation. The main obstacle of literacy learning lies in the teacher's understanding of the
literacy learning itself and the school policy factors that have not yet established the Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) team.

Keywords: Literacy Learning, GLS

Abstrak
Literasi adalah kunci untuk membuka pengetahuan dan wawasan siswa. Kemampuan literasi yang baik pada
siswa akan memungkinkan siswa mengembangkan diri secara maksimal sehingga tercapai sesuatu yang baik
pula. Sayangnya kemampuan literasi siswa di Indonesia jika dilihat dari berbagai data penelitian masih jauh
dari harapan. Untuk mencapai kemampuan literasi yang baik, pembelajaran literasi merupakan hal pokok
yang harus terlaksana dengan baik terutama di tingkat dasar. Untuk itu perlu penelitian mendalam tentang
pembelajaran literasi di SD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran literasi di SD.
Subjek penelitian dipilih di SDN Rejosari 1 Kecamamatan Kawedanan sebab SD yang bersangkutan
merupakan SD inti di Kecamatan Kawedanan dan merupakan SD percontohan namun belum pernah ada
penelitian yang meneliti tentang pembelajaran literasi di SD tersebut. Bertitik tolak dari tujuan penelitian di
atas, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif fenomenologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran literasi di SDN Rejosari belum berjalan dengan maksimal jika dilihat dari
aspek perencanaan, proses, dan evaluasinya. Kendala utama pembelajaran literasi terletak pada faktor
pemahaman guru terhadap pembelajaran literasi itu sendiri serta faktor kebijakan sekolah yang belum
membentuk tim Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Kata Kunci: Pembelajaran Literasi, GLS

A. PENDAHULUAN kurikulum. Kurikulum yang saat ini


Salah satu acuan dasar berlaku di Indonesia adalah kurikulum
pembelajaran dalam pendidikan adalah 2013. Implementasi kurikulum 2013

173
Dewi Tryanasari, Septi Aprilia & Winda Ayu Cahya/Premiere Educandum 7(2) 2017 174

diamanatkan melalui Peraturan Menteri berkomunikasi dengan berbagai media


Pendidikan dan Kebudayaan Republik dan keterampilan literasi. Literasi adalah
Indonesia Nomor 81 tahun 2013, yang keterampilan berbahasa dalam konteks
ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 komunikasi. Pada konteks pembelajaran,
Juni tahun 2013. Kemendikbud (2013) literasi memegang peranan penting untuk
menyatakan bahwa pada kurikulum 2013 mencapai tujuan pembelajaran baik pada
terjadi perubahan mindset pendidikan tingkat mikro maupun makro. Untuk itu,
yang ditandai dengan usaha penyelarasan literasi merupakan salah satu komponen
sikap, kemampuan, dan keterampilan penting yang menunjukkan kemajuan
untuk membangun softskills dan sistem pendidikan suatu bangsa.
hardskills siswa. Perubahan mindset ini Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
pada akhirnya membawa perubahan pada diidentifikasi bahwa kemampuan literasi
prinsip pelaksanaan pembelajaran yang menjadi pusat utama untuk
dilandaskan pada teori perkembangan mengembangkan pengetahuan sekaligus
psikologi anak. keterampilan pada bidang yang lain.
Mengacu pada perubahan mind set Kurangnyakecakapan literat pada siswa
tersebut, dirumuskan kebijakan bahwa berimbas pada ketidakmampuan siswa
pelaksanaan pembelajaran di tingkat dalam mengembangkan keterampilan
sekolah dasar dilakukan secara tematik pada bidang lain.
integratif. Selain itu kurikulum 2013 Secara sederhana, literasi dapat
menekankan pada scientific aproach yang diartikan sebagai sebuah kemampuan
pada dasarnya menitikberatkan pada membaca dan menulis. Kita
proses perolehan pengetahuan yang mengenalnya dengan melek aksara atau
berbasis inquiry serta internalisasi keberaksaraan. Data dari Association For
pengetahuan secara mendalam dan the Educational Achievement (AEA)
bermakna yang berlangsung bertahap. mencatat bahwa pada 1992 Finlandia dan
Oleh karena itu dalam kurikulum 2013, Jepang sudah termasuk negara dengan
aspek afektif, kognitif, dan psikomotor tingkat membaca tertinggi di dunia.
siswa dikembangkan secara holistik dan Sementara itu, dari 30 negara, Indonesia
seiring sejalan. Untuk mencapai tujuan masuk pada peringkat dua terbawah.
tersebut, harus ada sarana yang Perkembangan literasi di Indonesia pada
menjembatani setiap tema dalam saat ini masih dikatakan rendah. Hal
kurikulum serta memfasilitasi siswa tersebut tertulis dalam hasil kajian dari
untuk mengembangkan kemampuan Program for International Student
secara holistik. Kemampuan dasar yang Assessment (PISA) yang menunjukkan
harus dimiliki siswa untuk bahwa dalam kemampuan membaca,
mengembangkan kemampuan lain dalam bangsa Indonesia menempati urutan ke
hal ini adalah literasi. 57 dari 65 negara di dunia. Dalam
Literasi adalah salah satu perkembangannya, tradisi baca tulis yang
kemampuan dasar yang harus dikuasai tertanam dalam masyarakat Indonesia
individu untuk mampu survive pada era tidak dapat tumbuh subur seperti yang
global. Tidak adanya batasan ruang dan diharapkan.
waktu dalam interaksi global menuntut Purwanto (2007) mengemukakan
individu untuk mampu berinteraksi serta bahwa faktor penyebab rendahnya
Dewi Tryanasari, Septi Aprilia & Winda Ayu Cahya/Premiere Educandum 7(2) 2017 175

kemampuan membaca adalah tradisi pada tahun 2014, diketahui bahwa pola
kelisanan yang masih mengakar di pelaksanaan kurikulum 2013 di SD ini
masyarakat. Tradisi ini juga terlihat pada masih belum mencerminkan aktivitas
pelaksanaan pembelajaran di lembaga konstruktivistik yang baik melalui
pendidikan, khususnya di sekolah. Sistem budaya literasi. Untuk itu pemetaan
yang dibangun di sekolah kurang pelaksanaan pembelajaran literasi di
memberi peluang tradisi literasi kepada sekolah ini perlu dilakukan sehingga
peserta didik. Guru masih menggunakan bisa diperoleh gambaran awal tentang
metode ceramah sedangkan siswa sukar kondisi pembelajaran literasi di
menjadi pendengar yang baik, meskipun sekolah.
secara teori pelaksanaan pembelajaran
sudah mengacu pada kurikulum 2013 B. METODOLOGI PENELITIAN
yang notabene mengharuskan guru Penelitian ini menggunakan
sebagai fasilitator dan siswa sebagai rancangan penelitian deskriptif kualitatif
pembelajar yang aktif mengonstruksi fenomenologi, di mana fenomena yang
pengetahuan sendiri. diamati adalah pembelajaran literasi.
Sekolah dasar merupakan jenjang Data yang diambil meliputi data
sekolah formal yang sangat potensial pelaksanaan pembelajaran literasi di SDN
untuk membangun budaya literasi yang Rejosari 1 serta data tentang kendala
baik. secara umum jenjang pada sekolah pembelajaran literasi di lapangan.
dasar terbagi menjadi dua bagian utama Instrumen penelitian adalah peneliti
yaitu kelas tinggi dan kelas rendah. sendiri dengan dibantu lembar catatan
Pembelajaran di SD kelas rendah lapang, cekc dokumen, serta lembar
merupakan dasar untuk membangun wawancara.
kebiasaan baik pada jenjang selanjutnya.
Berdasarkan hal itu, pelaksanaan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran literasi pada siswa kelas Pembelajaran Literasi di SD Rejosari 1
rendah sekolah dasar harus mendapatkan Untuk data pelaksanaan pembelajaran
perhatian yang lebih serius untuk literasi di kelas rendah dilihat dari tiga
mengantisipasi terjadinya kesalahan bagian utama pembelajaran yaitu
pemahaman di tingkat implementasi. perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Dengan demikian penelitian yang Secara lengkap, masing-masing data
mengarah pada implementasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.
pembelajaran literasi pada kurikulum Data pelaksanaan ditinjau dari
2013 di kelas rendah sekolah dasar perencanaan pembelajaran yang dibuat
mutlak diperlukan. Perencanaan pembelajaran yang diambil
SDN Rejosari 1 merupakan salah sebagai sampel data dalam penelitian ini
satu SD pioner yang menjalankan meliputi perencanaan pembelajaran
kurikulum 2013 di wilayah UPTD tematik di kelas 1, 2, dan 3. Triangulasi
Kawedanan, Kabupaten Magetan. Pada data pada perencanaan pembelajaran
penelitian tentang keterlaksanaan dilakukan secara bertingkat dengan
implementasi kurikulum 2013 di triangulasi sumber 1 (dokumen RPP),
wilayah Kabupaten Magetan yang triangulasi sumber 2 (informan)
diadakan oleh Tryanasari dan Riyanto kemudian simpulan keduanya
Dewi Tryanasari, Septi Aprilia & Winda Ayu Cahya/Premiere Educandum 7(2) 2017 176

ditriangulasikan secara metode. Setelah Data pelaksanaan ditinjau dari proses


ditriangulasikan, diperoleh linieritas data pembelajaran di kelas
perencanaan pembelajaran sebagai Data pelaksanaan diambil dengan
berikut. instrumen peneliti sendiri dan instrumen
Tabel 1 Data Pelaksanaan Pembelajaran Literasi bantu berupa catatan lapang serta lembar
ditinjau dari Aspek Perencanaan
No Aspek Jabaran Hasil
ceck list kecocokan dengan data
Penelitian perencanaan. Data tersebut
1 Format Format yang ditriangulasikan secara bertingkat, dan
digunakan oleh guru
dalam membuat RPP didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
seragam, dalam hal ini Tabel 2 Data Pelaksanaan Pembelajaran ditinjau
mengacu pada contoh dari Proses Pembelajaran di Kelas
yang diberikan oleh No Aspek Hasil
UPTD kecamatan 1 Kegiatan awal Guru mengucapkan
Kawedanan. salam dan presensi
2 Kebahasaan Bahasa yang kemudian
digunakan untuk menyampaikan
menulis RPP bisa tujuan pembelajaran.
dipahami dengan Ada satu guru yatu
mudah, artinya jika guru di kelas 2 SDN
skenario pembelajaran Rejosari yang
yang ada di dalamnya langsung bertanya
digunakan oleh guru kepada siswa tentang
lain yang tidak materi yang telah
membuat RPP tersebut dipelajari (terjadi
kemungkinan besar setelah jam istirahat),
akan mampu dilihat dengan
diimplementasikan. kecocokan dengan
3 Isi Dilihat dari segi isi, RPP ada guru yang
RPP yang dibuat oleh mengajar dengan
guru mengacu pada tidak berpedoman
scientific approach pada RPP dan
pada langkah scientifich
pembelajarannya. approachnya tidak
Kegiatan literasi muncul.
terutama membaca 2 Kegiatan inti Kegiatan yang
yang merupakan dilakukan guru pada
bagian dari kegiatan kegiatan inti,
mengamati pada sayangnya masih
proses scientific terpusat pada guru,
approach telah siswa melaksanakan
nampak jelas apa yang
sedangkan kegiatan dikondisikan oleh
berbicara banyak guru dan
dilakukan pada proses pembelajaran kurang
menanya dan diskusi. mengeksplorasi
Untuk menulis muncul inisiati dari siswa.
pada kegiatan menyaji. Bahkan pada
Namun kekurangan kegiatan menanya,
dari aspek-aspek rata-rata kelas yang
tersebut kadang- diamati pasif. Dalam
kadang tidak hal ini jika guru tidak
dirancang sesuai menyuruh, siswa
kebutuhan tetapi tidak banyak
hanya memenuhi menanyakan apa
tuntutan langkah yang sudah dibaca
scientific aproach saja atau diamati.
Konsisten dengan
Dewi Tryanasari, Septi Aprilia & Winda Ayu Cahya/Premiere Educandum 7(2) 2017 177

No Aspek Hasil dengan KD yang


kegiatan awal, guru diajarkan
di kelas 2 SDN 4 Pembobotan Guru sudah melakukan
Rejosari tidak pemboboan pada soal
melaksanakan yang dibuat dengan
scientific approach mencantumkan kriteria
3 Penutup Pada kegiatan penilaian. Dalam hal
penutup, rata-rata ini setiap aspek yang
guru menggunakan diukur mempunyai
kegiatan bobot berbeda
menyimpulkan atau tergantung pada
meringkas atau kedalaman materi yang
menyaji dengan diujikan.
konteks lisan.
Sayangnya karya Kendala Pembelajaran Literasi di SD
siswa tidak dipajang
dengan baik untuk Rejosari 1
menggantikan Dari hasil wawancara diketahui ada tiga
pajangan di dalam kendala utama yang peneliti simpulkan
kelas ataupun yaitu:
majalah dinding. 1. Pemahaman guru terhadap
Tabel 3. Data pelaksanaan ditinjau dari proses
evaluasi
pembelajaran literasi belum begitu
No Aspek Jabaran Hasil baik, namun ada fase-fase literasi
Penelitian yang telah dilalui di kelas.
1 Format Guru menggunakan 2. Tidak ada tim khusus GLS pada
bentuk evaluasi sekolah yang bersangkutan sehingga
kognitif dengan teknik
arah kebijakan literasi tidak
tes. Tes yang
digunakan guru rata- terumuskan dengan baik
rata berbentuk paper 3. Sarana utama literasi baru
and pencil test perpustakaan dan lingkungan literat
meskipun ada belum tercipta di sekolah secara
keterampialn yang keseluruhan hal ini dapat dilihat dari
seharusnya diukur
dengan unjuk kerja. pajangan yang tidak pernah berganti
Dari segi format belum dan tidak adanya sudut baca yang
terdapat variasi bentuk memadai.
tes, tes tulis masih Jika dikaitkan dengan aspek
menjadi pilihan utama
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
guru.
2 Kebahasaan Bahasa yang literasi lintas kurikulum ketiganya
digunakan sudahsesuai mengindikasikan,
dengan tingkat 1. Perencanaan literasi sulit dilakukan
perkembangan siswa, sebab pemahaman guru kurang
dalam hal ini siswa 2. Pelaksanaan literasi tidak
dengan kemampuan
rata-rata akan mampu terkoordinir dengan baik serta sarana
memahami kalimat yang tersedia belum memadai
pada tes evaluasi 3. Evaluasi program belum pernah
dengan mudah dan dilakukan sebab tim khusus
tidak menimbulkan pengembang belum ada.
persepsi ganda.
3 Isi Karena tes tulis masih
menjadi pilihan utama D. Simpulan
guru, ada keterampilan Berdasarkan paparan di atas dapat
tertentu yang tidak diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
terfasilitasi. Dalam hal literasi di SDN Rejosari kecamatan
ini berimbas pada
ketidaksesuaian isi tes
Kawedanan belum terlaksana dengan
Dewi Tryanasari, Septi Aprilia & Winda Ayu Cahya/Premiere Educandum 7(2) 2017 178

maksimal hal ini bisa dilihat dari Standar Kompetensi Guru.


ketidaksinkronan antara RPP yang Bandung: Rosda.
disusun guru dengan pelaksanaan Mardapi, D. (2000). Evaluasi Pendidikan.
pembelajaran di kelas. Pada tataran Makalah disajikan dalam Konvensi
evaluasi belum digunakan bentuk
Pendidikan Nasional, Universitas
penilaian yang variatif. Kendala utama Negeri Jakarta,
dalam pembelajaran literasi di SDN
Rejosari adalah tingkat pemahaman guru Moleong, L.J. (2012). Metodologi
terhadap literasi secara holistik kurang, Penelitian Kualitatif, Bandung:
pelaksanaan literasi tidak terkoordinir Rosdakarya
dengan baik, serta tidak adanya tim Oliva, P.F. (2009). Developing the
pengembang khusus literasi di sekolah. Curriculum. New York: Pearson
Education, Inc.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,S. (2012). Prosedur Penelitian Oriondo, L.L., & Antonio E.M.D. (1998).
Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Evaluating Educational Outcomes
RinekaCipta. (Test, Measurment, and
Evaluation). Florentino St: Rex
Gafur,A. (2007). Bahan Diklat Profesi Printing Company.
Guru Sertifikasi Guru Rayon IIDIY
Jateng. BukuB2.4. Pengembangan Peraturan Pemerintah Republik
Rencana Pelaksanaan Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Pembelajaran (RPP). Yogyakarta: tentang Perubahan Atas Peraturan
LPMP. Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional
Griffin, P., & Nix, P. (1991). Educational Pendidikan (Online).
Assessment and Reporting.Sydney: (http://kemdikbud.go.id,diakses 12
HarcoutBraceJavanovichPublisher. September2013).
Hamalik, O. (2001). Perencanaan Peraturan Menteri Pendidikan
Pengajaran Berdasarkan Pendidikan dan Kebudayaan
Pendekatan Sistem. Bandung: Republik Indonesia Nomor 67
BumiAksara. Tahun 2013 tentang Kerangka
Hamalik,O. (2005). Kurikulum dan Dasar dan Struktur Kurikulum
Pembelajaran.Jakarta: Bumi Sekolah Dasar/ Madrasah
Aksara. Ibtidaiyah (Online).
(http://kemdikbud.go.id,diakses12
Hidayat, S. (2013). Pengembangan
September2013).
Kurikulum Baru. Bandung:Rosda.
Sa‟ud, S. (2008). Inovasi Pendidikan.
Kirkpatrick, D.L. (1998). Evaluating
Bandung: Alfabeta.
Training Programs: The Four
Levels. San Francisco:Berrett- Soetopo, H. (2007). Evaluasi Program
Koehler Publisher,Inc. Supervisi Pendidikan. Dalam
Imron, A., Burhanuddin, dan
Madaus, G.F., Scriven, M.S., &
Maisyaroh (Eds.),
Stuffebeam, D.L. (1993).
Supervisi Pendidikan
Evaluation Models, Viewpoints on
dan Pengajaran: Konsep,
Educational and Human Services
Pendekatan,danPenerapanPembina
Evaluation. Boston: Kluwer-
anProfesional(hlm. 136-149).
Nijhoff Publishing.
Malang: Fakultas Ilmu
Majid, A. (2008). Perencanaan Pendidikan Universitas Negeri
Pembelajaran Mengembangkan Malang.
Dewi Tryanasari, Septi Aprilia & Winda Ayu Cahya/Premiere Educandum 7(2) 2017 179

Stark, J. S., & Thomas, A. (1994).


Assessment and Program
Evaluation. Needham Heights:
Simon & Schuster Custom
Publishing.
Sudjana, N., & Ibrahim. (2004).
Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
tentangSistem Pendidikan
Nasional. (2006). Bandung:
FokusMedia.
Purwanto, W. E. (2007). “Menghidupi
Tradisi Literasi:Problematika bagi
Siswa, Guru, Sekolah,dan
Negara”,dalam
www.titikkoma.com/esai(diakses
padatanggal 3 April 2016).

You might also like