Professional Documents
Culture Documents
net/publication/317816816
CITATIONS READS
0 1,278
1 author:
Paulus Bawole
Universitas Kristen Duta Wacana
11 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Paulus Bawole on 18 December 2017.
Paulus Bawole
Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5 – 25 Yogyakarta
paulus@staff.ukdw.ac.id
ABSTRACT
The most active volcanoes in Indonesia, Mount Merapi erupted with devastating in
October and November 2010. Besides some infrastructure facilities are damage, about
2,900 houses were destroyed. 350,000 people were evacuated and accommodated in
refugee camps. To accommodate the survivors of Merapi Volcano eruption whose
houses were destroyed by the heat clouds it necessary to find a strategy for integrated
housing development which is environmental friendly and sustainable.
The strategy which is choosen to implement relocation program for survivors of Merapi
eruption is the Community-Driven Resettlement. Community involvement from the beginning
of the planning process until the end shows that the power of community involvement in the
development process greatly affect the sense of belonging the residential area. By the
strategy of Community-Driven Resettlement the inhabitants can keep, maintain, and develop
their settlements very well. The development of sustainable resettlements was planned
holistically by considering aspects of disaster mitigation, eco-settlement and community
livelihood.
ABSTRAK
Gunung berapi paling aktif di Indonesia, Gunung Merapi meletus dengan dahsyat pada bulan
Oktober dan November 2010. Selain beberapa fasilitas infrastruktur yang rusak, sekitar
2.900 rumah hancur. Sebanyak 350.000 orang dievakuasi dan ditampung di kamp-kamp
pengungsi. Untuk mengakomodasi para korban letusan Gunung Merapi yang rumahnya
hancur oleh awan panas perlu ditemukan strategi untuk pembangunan perumahan terpadu
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Strategi yang dipilih untuk melaksanakan program relokasi bagi korban erupsi Merapi adalah
Pemukiman Berbasis Masyarakat. Keterlibatan masyarakat dari awal proses perencanaan
sampai akhir menunjukkan bahwa kekuatan keterlibatan masyarakat dalam proses
pembangunan sangat mempengaruhi rasa memiliki perumahan. Dengan strategi
Pemukiman Berbasis Masyarakat penduduk dapat menjaga, memelihara, dan
mengembangkan permukiman mereka dengan sangat baik. Pengembangan permukiman
berkelanjutan direncanakan secara holistik dengan mempertimbangkan aspek mitigasi
bencana, eco-pemukiman dan mata pencaharian masyarakat.
JURNAL TESA ARSITEKTUR, Volume 13, Nomor 2, Desember 2015, ISSN 1410-6094 115
ekonominya. Mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik kemampuan menghadapi ancaman
bencana (pasal 1 ayat 6 PP no. 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penang-
gulangan Bencana).
JURNAL TESA ARSITEKTUR, Volume 13, Nomor 2, Desember 2015, ISSN 1410-6094 117
Gambar 5. Klinik Kesehatan Darurat di camp
pengungsuan yang disiapkan oleh UK
Duta Wacana (Sumber: Dokumen
Penulis, 2010)
JURNAL TESA ARSITEKTUR, Volume 13, Nomor 2, Desember 2015, ISSN 1410-6094 119
merupakan bangunan yang berfungsi diperkenankan sebagai tempat bermukim.
sebagai tempat tinggal atau hunian dan Karena banyak keluarga yang kehilangan
sarana pembinaan keluarga. Dari kedua rumah dan lokasi rumah mereka sudah
pengertian tersebut dapat disimpulkan tidak boleh lagi untuk tempat tinggal, maka
bahwa pemahaman terhadap rumah, selain pihak pemerintah daerah wajib
berfungsi sebagai tempat tinggal atau melaksanakan program resettlement pada
hunian yang digunakan untuk berlindung lokasi-lokasi yang tidak jauh dari lereng
dari gangguan iklim dan makhluk hidup Merapi, tetapi berada pada daerah yang
lainnya, rumah merupakan tempat awal aman dari letusan Gunung Merapi.
pengembangan kehidupan sosial. Relokasi permukiman untuk
Permukiman berkembang baik di daerah pencegahan yang terletak di daerah
pedesaan dengan karakter fisik yang berisiko tinggi adalah ukuran korektif di
didominasi oleh banyaknya ruang terbuka, mana seluruh atau sebagian dari
maupun di perkotaan yang didominasi masyarakat yang direlokasi karena risiko
banyaknya daerah terbangun. Karena bencana tinggi. Ukuran seperti itu harus
kebutuhan akan rumah terus berkembang, dilihat sebagai upaya terakhir, ketika tidak
maka banyak rumah yang berkembang mungkin untuk mengurangi faktor risiko
pada daerah-daerah yang rawan terhadap yang terkait, misalnya, dengan tanah
bencana. longsor, kemungkinan letusan gunung
Pemukiman yang mempunyai resiko berapi, atau banjir yang tidak dapat
bencana tinggi biasanya ditemukan di dikontrol.
daerah yang paling sensitif lingkungannya, Relokasi penduduk yang tinggal di
seperti permukiman yang mengelilingi daerah berisiko tinggi dapat
sistem hidrolik suatu kawasan atau di menghilangkan biaya yang berkaitan
daerah lereng pegunungan yang dengan respon darurat dan rekonstruksi.
mempunyai peranan cukup penting dalam Tentu saja, hilangnya kehidupan,
dinamika ekosistem. Bagaimanapun juga, infrastruktur dan aset, serta kerusakan
tidak adanya perencanaan penggunaan lainnya, semua dapat berkurang baik
lahan (land use plan) sebagai pedoman secara moneter dan non-moneter. Seperti
dalam menentukan lokasi dimana manusia sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
dapat bermukim; kelemahan institusional proses relokasi ini juga dilaksanakan paska
dalam menegakkan undang-undang dan erupsi Gunung Merapi tahun 2010.
peraturan yang relevan, dan tidak adanya Perencanaan relokasi di lereng Merapi
program perumahan untuk masyarakat diharapkan dapat memberdayakan
berpenghasilan rendah cenderung masyarakat yang menjadi korban letusan
mengakibatkan pemukiman manusia di Gunung Merapi yang rumah dan ladangnya
daerah berisiko tinggi (Correa, 2011). hancur karena awan panas.
Pada kasus di lereng Gunung Program permukiman kembali
Merapi, banyak permukiman yang hancur (resettlement) harus dapat meningkatkan
berantakan karena terkena awan panas kesejahteraan masyarakat bukan
atau lahar dingin. Permukiman yang menambah masalah kemiskinan
dahulunya dibangun di lereng Merapi masyarakat di permukiman yang baru.
dengan radius sekitar 3 sampai 5 km dari Keadaan ini menjadi catatan penting
puncak Merapi merupakan permukiman sekaligus tantangan bagi Rekompak dalam
yang rawan terhadap bencana letusan melakukan program Permukiman Kembali.
Gunung Merapi. Seyogyanya pemikiran untuk
Pada letusan Gunung Merapi tahun meningkatkan taraf hidup masyarakat yang
2010, rumah-rumah yang ada terbakar oleh akan dipindahkan sudah dilakukan pada
awan panas + 600°C atau hanyut dibawa saat proses pembuatan site plan, sehingga
derasnya arus lava yang mengalir cepat beberapa antisipasi terjadinya proses
dari puncak. Karena kondisi di atas yang penurunan tingkat perekonomian
sangat rentan terhadap bencana letusan masyarakat dan kwalitas lingkungan dapat
Gunung Merapi, maka pihak pemerintahl dilakukan dengan baik. Dengan demikian
daerah menentukan kawasan di lereng setiap keluarga yang dipindahkan pada
Merapi menjadi kawasan yang tidak permukiman baru di lokasi Huntap sudah
JURNAL TESA ARSITEKTUR, Volume 13, Nomor 2, Desember 2015, ISSN 1410-6094 121
masyarakat secara total. Pada tahap awal Tahap berikutnya adalah tahap
masyarakat mulai diperkenalkan dengan pembuatan site plan sampai tahap
konsultan pendamping Rekompak yang mempersiapkan lahan untuk pembangunan
akan mendampingi membuat perencanaan permukiman beserta infrastrukturnya. Pada
sampai dengan implementasinya. Selain itu proses ini terjadi transfer of knowledge dari
secara intensif melalui pelatihan-pelatihan fasilitator dan tenaga ahli pada masyarakat
dan lokakarya masyarakat dipersiapkan terkait dengan bagaimana melakukan
untuk membuat perencanaan relokasi review terhadap perencanaan yang sudah
permukiman yang akan menjadi tempat ada, pemetaan swadaya yang akan
tinggal mereka sendiri. Pada proses ini mencari potensi dan permasalahan,
semua relawan dari masyarakat dan meninjau lahan yang akan dimanfaatkan
pemangku kepentingan seperti pemerintah untuk relokasi, membuat site plan untuk
daerah, swasta, akademisi, organisasi resettlement sampai dengan melakukan
keagamaan dan LSM dilibatkan dalam pematangan tanah (land clearing) di lokasi
proses. Bank Dunia dengan staf-stafnya site. Dari semua proses yang dijelaskan di
sebagai lembaga yang memberikan dana atas porses penentuan site plan dan
bantuan juga terlibat dalam proses perencanaan infrastruktur merupakan
melakukan pendampingan baik berupa proses yang paling intensif, karena hampir
pelatihan, workshop, diskusi formal dan semua masyarakat yang akan melakukan
informal dengan masyarakat maupun relokasi terlibat dalam proses penentuan
diskusi dengan pemerintah daerah untuk site plan termasuk fasilitas infrastruktur
memperlancar proses perencanaan sampai yang ada di dalamnya. Proses ini dilakukan
implementasi program. berulang kali sampai ada kesepakatan
Gambar 10. Proses Perencanaan Relokasi Permukiman Korban Merapi yang Melibatkan Masyarakat di
Kabupaten Sleman-DI Yogyakarta Secara Holistik (Sumber: Tim Rekompak tanggal 9
Maret 2012 pada Rapat Koodinasi Teknis di Yogyakarta).
JURNAL TESA ARSITEKTUR, Volume 13, Nomor 2, Desember 2015, ISSN 1410-6094 123
settlement yang berkelanjutan (sustainable hanya diberikan melalui proses belajar-
eco-settlement). Pada beberapa lokasi mengajar secara intensif dengan ceramah,
dibuat sumur-sumur resapan untuk melainkan dilakukan juga dengan cara
mengalirkan air hujan agar tidak semuanya praktek di lapangan atau dilakukan secara
mengalir pada permukaan tanah. Dengan simulasi.
penataan lingkungan permukiman yang Dalam memberikan penguatan pada
akrab terhadap lingkungan dan berbasis masyarakat tentang proses relokasi
pada komunitas, pembangunan Huntap permukiman diperkenalkan juga tentang
bagi masyarakat yang menjadi korban permukiman berwawasan ekologi yang
letusan Gunung Merapi dapat dilaksanakan berkelanjutan (sustainable eco-settlement).
dengan baik. Aspek-aspek yang berkaitan dengan
Bersamaan dengan itu proses-proses Koefisien Dasar Bangunan (Bulding
pembelajaran melakukan manajemen Coverage), Koefisien Luas Lantai
konstruksi juga diberikan pada masyarakat Bangunan (Floor area Ratio), pengelolaan
atau Kelompok Pemukim. Dengan Public Space, Drainage, IPAL Komunal,
demikian masyarakat dapat mengatur pemanfaatan kotoran ternak untuk biogas
proses pembangunan baik dari segi dan mitigasi bencana juga diperkenalkan
konstruksi maupun dari segi manajemen dan berusaha diendapkan dalam pemikiran
keuangan. Tentu saja proses pengelolaan masyarakat. Dengan pemahaman dan
keuangan ini tidak bisa dilepas langsung
melainkan harus dilakukan pendampingan
oleh para fasilitator dan tenaga ahli yang
dipersiapkan oleh tim Rekompak yang
sudah dikontrak oleh Cipta Karya untuk
mendampingi masyarakat dan pemerintah
daerah dalam melaksanakan program
relokasi korban Bencana Letusan Gunung
Merapi.
Untuk menjaga kelancaran proses
perencanaan sampai pelaksanaan relokasi,
maka monitoring dan evaluasi selalu
dilakukan baik oleh Bapenas, PU – Cipta
Karya maupun dari Bank Dunia. Hampir Gambar 12. Proses Pendampingan dan Transfer
setiap bulan ada kegiatan Rakornis (Rapat of Knowledge pada Masyarakat
Koordinasi Teknis) yang isinya adalah (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010)
memonitor dan mengevaluasi
perkembangan fisik di lapangan dan audit pengendapan pada pemikiran masyarakat
pengelolaan keuangan. tersebut diharapkan kualitas lingkungan
pada kawasan relokasi permukiman dapat
Pendampingan Masyarakat Dalam dijaga terus oleh masyarakat secara
Membangun Permukiman Berwawasan berkelanjutan.
Ekologi yang Berkelanjutan Proses pembelajaran ini penting
Dari proses perencanaan dan dilakukan untuk menyamakan
implementasi yang sudah dijelaskan di pengetahuan dan pemahaman terhadap
atas, pendampingan pada masyarakat proses pembangunan permukiman baik
mutlak dilakukan secara intensif oleh secara persiapan dan pelaksanaan
fasilitator dan tenaga ahli dari Rekompak konstruksi maupun secara manajemen
dengan supervisi dari PU-Cipta Karya dan keuangan. Tingkat pendidikan masyarakat
Bank Dunia. Karena proses relokasi yang bisa dikatakan tidak sama, sehingga
di lakukan untuk korban letusan Gunung proses pembelajaran ini sangat diperlukan
Merapi tahun 2010 dilakukan berbasis oleh masyarakat. Dengan proses
masyarakat (community driven program), pemberdayaan ini diharapkan seluruh
maka penguatan pada tingkat masyarakat masyarakat yang melakukan relokasi
harus dilakukan secara detail dan mampu membuat perencanaan,
terperinci. Proses pembelajaran tidak pelaksanaan dan mengontrol keuangan
JURNAL TESA ARSITEKTUR, Volume 13, Nomor 2, Desember 2015, ISSN 1410-6094 125
dengan jumlah keluarga yang banyaknya
lebih dari 300 keluarga. Apabila sapinya
beranak, mereka akan tidak mempunyai
kandang untuk anak sapi, sehingga anak
sapi tersebut tepaksa dijual. Jadi untuk
meningkatkan pendapatan dengan
memerlihara sapi masyarakat agak
menghadapi kesulitan. Pada akhir-akhir ini
sempat terekam beberapa keluarga yang
mencoba memelihara sapinya di lokasi
rumah lama di kawasan rawan bencana di
Gambar 14. Keadaan Huntap Pagerjurang saat lereng Merapi.
ini dengan ruang terbuka dengan
drainage dan pengolahan ruang
terbuka di depan rumah (Sumber:
KESIMPULAN
Dokumen Penulis, 2010) Sebagai hasil akhir dari diskusi yang
sudah dilakukan pada pembahasan di atas,
beberapa kesimpulan dapat ditarik sebagai
pedoman dalam melakukan penelitian,
perencanaan dan pelaksanaan program
relokasi permukiman berbasis masyarakat.
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik
antara lain :
Pembangunan permukiman pada
daerah relokasi Hunian Tetap menjadi
baik apabila keterlibatan masyarakat
dilaksanakan sejak dari proses awal.
Masyarakat jauh lebih tahu tentang
kebutuhan dan kapabilitas mereka untuk
mengembangkan permukiman dan
lingkungan sekitarnya.
Pemberdayaan masyarakat terkait
Gambar 15. Pendapatan Sebelum Erupsi
(Sumber: Dokumen Penulis, 2010)
dengan eco-settlement dan livelihood
dapat meningkatkan kesadaran mereka
terhadap lingkungan yang berkelanjutan
sekaligus dapat meningkatkan standard
hidup mereka.
Mitigasi bencana di wilayah Huntap
dapat memberikan rasa tentram pada
masyarakat yang tinggal di Hunian
Tetap.
Peningkatan kwalitas rumah secara
individu selalu mengikuti pengembangan
ruang terbuka umum yang dibangun
lebih awal.
Rencana pengembangan permukiman
Gambar 16. Pendapatan Paska Erupsi
berkelanjutan direview oleh masyarakat
(Sumber: Dokumen Penulis, 2015)
setiap tahun untuk mengaktualisasi
program-program pengembangan yang
Hal yang terlihat masih menjadi diakses baik dari peremintah daerah
masalah adalah penduduk yang maupun dari institusi swasta.
penghidupannya (livelihood) bergantung Relokasi bisa dikatakan cukup penting,
pada peternakan sapi perah/ Program tetapi harus selalu disepakati oleh
pemerintah member bantuan satu ekor anggota masyarakat secara mayoritas.
sapi untuk setiap keluarga dan fasilitas Tanpa persetujuan masyarakat
kandang komunal dengan kapasitas sesuai
JURNAL TESA ARSITEKTUR, Volume 13, Nomor 2, Desember 2015, ISSN 1410-6094 127