Professional Documents
Culture Documents
Kata kunci: Penanggulangan bencana, partisipasi Secara geologis dan hidrologis, Indonesia merupakan
masyarakat, kesehatan, Puskesmas, Gempa, Bantul wilayah rawan bencana alam. Salah satunya adalah
Abstract gempa bumi dan potensi tsunami. Hal ini dikarenakan
wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng
Most Indonesian population are living in prone areas tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian
Tabei 1. Data Sepuluh Besar Gempa Bumi di Indonesia Menurut Jumlah Korban Meninggal Terbanyak
Dampak terhadap Penduduk (Jiwa) Dam pak terhadap Bangunan, Lahan dan Fasilitas Umum
Rumah Rumah Fasilitas Fasilitas
Waktu Lokasi Luka- Rusak Rusak Kesehatan Pendidikan Jalan Lahan
Meninggal Hilang Menderita Mengungsi
luka Herat Ringan Rusak Rusak Rusak Rusak
(Buah) (Buah) (Buah) (Buah) (Km) (Ha)
27-05 Bantul
2006 (DJY) 4.143 12.026 0 0 802.804 78.622 69.818 94 917 0 0
Flores
12-12
Timur 2.500 2.103 0 0 0 0 18.000 0 0 0 0
1992
(NTT)
27-05 KJaten 1.045 18.127 0 0 713.788 32.277 63.615 111 298 0 0
2006 (Jateng)
02-12 Wonosobo 727 0 0 0 0 2.250 0 0 0 0 500
1924 (Jateng)
28-03 Nias 685 3.277 1 0 12.542 24.739 0 66 520 1.490 1.943
2005 (Sumut)
30-09
Tanah 666 25 0 0 0 57.771 30.108 246 375 191 0
2009
Datar (Sum bar)
12-09 Buleleng 442 362 0 0 0 77 0 0 226 0 0
1976 (Bali)
Kota
05-09 Padang
427 0 0 0 0 2.383 0 0 0 0 0
1926 Panjang
(Sumbar)
Kota
30-09
Padang 383 1.202 2 0 0 37.587 78.891 21 3.547 30 0
2009
(Sumbar)
22-01 Jayawijaya
306 0 1.000 2.682 0 0 0 0 0 0 0
1981 (Papua)
Sumber: Data dan Informasi Bencana Indonesia, BNPB fhttp://dibi.bnpb.go.id)
Tabel 3. Rapid Health Assessment Paskagempa di Salah satu permasalahan kesehatan akibat bencana adalah
Kabupaten Bantul, 2006 meningkatnya potensi kejadian penyakit menular maupun
penyakit tidak menular. Bahkan, tidak jarang kejadian luar biasa
Kelompok Permasalahan kesehatan (KLB) untuk beberapa penyakit menular tertentu, seperti KLB
rentan
Balita diare dan discntri yang dipengaruhi lingkungan dan sanitasi yang
63,55 persen keluarga responden memiliki balita dengan rata-rata usia mcmburuk akibat bencana seperti banjir. Diagram 1, misalnya,
28,9 bulan. memperlihatkan infeksi saluran pemafasan akut (ISPA)
Sebagian balita menderita gizi kurang (20,8 persen) dan gizi buruk merupakan keluhan yang yang paling banyak diderita pengungsi
(4,6 persen) yang perlu mendapat perliatian dan monitoring lebih
sepuluh jenis penyakit bencana letusan Gunung Merapi tahun
besar dari petugas kesehatan.
Ibu hamil 2010 di Kabupaten Sleman. Data EHA - WHO Indonesia (2010)
per 27 Oktober 2010 juga inencatat 91 korban bencana Merapi
• 29 persen keluarga responden memiliki ibu hamil. harus dirujuk ke RS Sardjito di Yogyakarta, sebagian besar
Rata-rata umur kehamilan 21,4 bulan. diantaranya karena mengalami gangguan pemafasan dan/atau
• 16 persen ibu hamil yang menderita status gizi kurang. luka bakar.
Ibu baru • 5,24 persen keluarga responden memiliki ibu bam mclahirkan,
metahirkan sebagian besar (72,73 persen) ditolong oleh dokter di rumah
sakit. Sumber: Forum PRB DIY, 2010
Orang
cedera
Diagram 1. Sepuluh Besar Penyakit Pengungsi Merapi
2010
40 persen responden memiliki anggota keluarga cedera akibat gempa. Gastritis Faringitis akut
di
Sebagian besar letak cedera korban bencana gempa bumi berada di Dermatitis kontak alergi
daerah kepala (15,7 persen), tangan (11,3 persen) dan kaki (11,1
persen). Dispepsi Penyakit/iritasi
Pada saat survei dilakukan 3,4 persen anggota keluarga yang cedera mata Nipertensi primer
mengalami infeksi dan tnemerlukan penanganan perawatan luka
lebih tan jut.
Orang
sakit
• 7,7 persen anggota keluarga responden sedang menjalani rawat inap di Flu dan sejenisnya
fasilitas kesehatan sebesar, scdangkan 13,8 persen lainnya Myalgia
menjalani rawat jalan.
Sumber: (http://bondankomunitas.blogspot.com) Cepalgia
ISPA
Kabupaten
Tidak hanya fasilitas kesehatan yang rusak, bencana alam tidak Sleman
jarang juga menimbulkan dampak langsung pada masyarakat di (Akuinulatif sampai
suatu wilayah yang menjadi korban. Pada kasus gempa Bantul dengan tanggal 15 November 2010)
2006, sebagian besar {81,8 persen) rumah penduduk hancur,
bahkan tidak ada rumah yang tidak rusak meskipun hanya rusak Permasalahan kesehatan lingkungan dan sanitasi juga sering
ringan (3,1 persen). Selain itu, 70,4 persen penduduk masih dijumpai pada kondisi bencana alam. Berbagai litcratur
mengandalkan sumber air bersih dari sumur, namun ada menunjukkan bahwa sanitasi merupakan salah satu kebutuhan
sebagian kecil (4,8 persen) penduduk dengan kualitas fisik vital pada tahap awa! setelah terjadinya bencana (The Sphere
sumur yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Masih banyak Project, 2011; Tekeli-Yesil, 2006). Kondisi lingkungan yang
masyarakat yang mengobati dirinya sendiri di rumah (30,2 tidak higienis, persediaan air yang terbatas dan jamban yang
persen) atau bahkan mendiamkan saja luka yang diderita (6,6 tidak memadai, misalnya, seringkali menjadi penyebab korban
persen). Ketersediaan cadangan bahan makanan pokok masih bencana lebih rentan untuk mengalami kesakitan bahkan
bisa mencukupi kebutuhan keluarga untuk 14 hari, scdangkan kematian akibat penyakit tertentu. Pengalaman bencana letusan
bahan makanan lain masih bisa mencukupi untuk kebutuhan Gunung Merapi pada tahun 2006 (USAID Indonesia - ESP,
selama satu minggu, kecuali buah-buahan (3 hari). Hampir dua 2006) dan 2010 (EHA - WHO Indonesia, 2010; Forum PRB
minggu paskagempa, sudah banyak lingkungan responden yang DIY, 2010; ACT Alliance, 2011; BNPB, 2010,
telah mendapatkan bantuan kesehatan dari berbagai instansi atau http://www.ciptakarya.pu.go.id), gempa bumi di
LSM, namun bantuan pengasapan (fogging) untuk mengurangi
populasi nyamuk baru 47,6 persen, penyemprotan (spraying)
Pakistan (Amin dan Han, 2009) dan Iran (Pinera, Reed penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
dan Njiru, 2005) pada tahun 2005, banjir di Bangladesh
pada tahun 2004 (Shimi, Parvin, Biswas dan Shaw, 1. Prabencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan
2010), serta gempa disertai tsunami di Indonesia perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan
(Widyastuti dkk, 2006) dan Srilanka (Fernando, risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam
Gunapala dan Jayantha, 2009) pada akhir 2004 perencanaan pembangunan, persyaratan analisis
menunjukkan beberapa masalah terkait kesehatan risiko bencana, penegakan rencana tata ruang,
lingkungan dan sanitasi. Permasalahan tersebut pendidikan dan peletahihan serta penentuan
termasuk terkait penilaian kebutuhan {assessment) yang persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
tidak mudah dan cepat, ketersediaan dan kecukupan (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi
sarana, distribusi dan akses yang tidak merata, privasi bencana).
dan kenyamanan korban bencana (khusunya kelompok
perempuan) serta kurangnya kesadaran dan perilaku 2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian
masyarakat terkait sanitasi pada kondisi darurat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya,
bencana. penentuan status keadan darurat, penyelamatan dan
evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar,
Kesehatan reproduksi merupakan salah satu pelayanan psikososial dan kesehatan.
permasalahan kesehatan yang perlu mendapatkan 3. Paskabencana, tahapan ini mencakup kegiatan
perhatian, khususnya pada bencana yang berdampak rehabilitasi (pemulihan daerah bencana, prasarana
kepada masyarakat dalam waktu relatif lama. Studi dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah, sosial,
Hapsari dkk (2009) mengidentifkasi temuan menarik psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan
berkaitan dengan kebutuhan pelayanan keluarga ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
berencana (KB) paskabencana gempa bumi di Bantul pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana,
(Yogyakarta) pada tahun 2006. Satu tahun paskagempa, termasuk fungsi pelayanan kesehatan).
mereka yang menggunakan alat KB suntik dan implant
cenderung menurun, sebaliknya mereka yang Penanggulangan masalah kesehatan merupakan
menggunakan pil KB dan metode pantang berkala kegiatan yang harus segera diberikan baik saat teijadi
cenderung meningkat. Studi ini juga menunjukkan dan paskabencana disertai pengungsian. Upaya
bahwa prevalensi kehamilan tidak direncanakan lebih penanggulangan bencana perlu dilaksanakan dengan
tinggi dijumpai pada mereka yang sulit mengakses memperhatikan hak-hak masyarakat, antara lain hak
pelayanan KB dibandingkan mereka yang tidak untuk mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
mengalami kendala. Oleh karena itu, peran penting dasar, perlindungan sosial, pendidikan dan keterampilan
petugas kesehatan diperlukan, tidak hanya untuk dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana serta
memberikan pelayanan KB pada situasi bencana, tetapi hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
juga untuk mengedukasi pasangan untuk mencegah Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU No 24
kejadian kehamilan yang tidak direncanakan. tahun 2007, pelayanan kesehatan merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada kondisi
PENANGGULANGAN MASALAH KESEHATAN bencana, di samping kebutuhan-kebutuhan dasar
DALAM KONDISI BENCANA lainnya: 1). air bersih dan sanitasi, 2). pangan, 3).
sandang, 4). pelayanan psikososial serta 5).
penampungan dan tempat human.
Bencana alam merupakan kejadian luar biasa yang
disebabkan oleh peristiwa/faktor alam atau perilaku Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi
manusia yang menyebabkan kerugian besar bagi bencana ditujukan untuk menjamin terselenggaranya
manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar pelayanan kesehatan bagi korban akibat bencana dan
kemampuan manusia untuk dapat mengendalikannya. pengungsi sesuai dengan standar minimal. Secara
Mengingat bencana alam yang cukup beragam dan khusus, upaya ini ditujukan untuk memastikan: 1).
semakin tinggi intensitasnya, Pemerintah Indonesia Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban
mengeluarkan Undang-Undang (UU) No 24 tahun 2007 bencana dan pengungsi sesuai standar minimal; 2).
tentang Penanggulangan Bencana. Dengan lahimya UU Terpenuhinya pemberantasan dan pencegahan penyakit
tersebut, teijadi perubahan paradigma penanganan menular bagi korban bencana dan pengungsi sesuai
bencana di Indonesia, yaitu penanganan bencana tidak standar minimal; 3). Terpenuhinya kebutuhan pangan
lagi menekankan pada aspek tanggap darurat, tetapi dan gizi bagi korban bencana dan pengungsi
lebih menekankan pada keseluruhan manajemen
penanggulangan bencana mulai dari mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat sampai dengan
rehabilitasi. Berdasarkan UU No 24 tersebut, tahapan
sesuai standar minimal; 4). Terpenuhinya kesehatan lingkungan Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan dikelompokkan pada fase
bagi korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal; Prabencana, Saat bencana dan Paskabeucana. Pada masing-
serta 5). Terpenuhinya kebutuhan papan dan sandang bagi masing fase tersebut, telah dikelompokkan kegiatan-kegiatan
korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal. yang perlu dilaksanakan oleh Tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Peran Puskesmas, misalnya,
Dalam upaya memaksimalkan peran jajaran kesehatan pada sangat beragam pada setiap fase bencana dan memerlukan
penanggulangan bencana, termasuk didalamnya Puskesmas, koordinasi kegiatan dengan instansi lain serta kelompok
Kcmenlerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) masyarakat (Tabel 4).
Menteri Kesehatan No. 145/Menkes/S K/1/2007 tentang
Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. Dokumen tersebut
mengatur berbagai hal, termasuk kebijakan, pengorganisasian
dan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh masing-
masing jajaran kesehatan. Dalam Kcpmenkes tersebut juga
disebutkan bahwa pada prinsipnya dalam penanggulangan
bencana bidang kesehatan tidak ada kebijakan untuk membentuk
sarana prasarana secara khusus. Upaya lebih difokuskan dengan
memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah ada, hanya saja
intensitas kerjanya ditingkatkan dengan memberdayakan semua
sumber daya pemerintah, masyarakat dan unsur swasta terkait
(Departemen Kesehatan, 2007).
Pengorganisasian sektor kesehatan dilakukan berjenjang mulai
dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan
lokasi kejadian. Di lokasi kejadian misalnya, penanggung jawab
pelayanan kesehatan penanggulangan bencana adalah Kepala
Tabel 4. Peran Puskesmas pada Tahap Prabencana, Saat Bencana dan Paskabencana
Prabencana Saat Bencana Paskabencana
• Membuat peta geomedik Puskesmas di lokasi bencana: • Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di
daerah rawan bencana tempat penampungan (Pos
• Menuju lokasi bencana dengan membavva
• Membuat jalur evakuasi Kesehatan Lapangan)
peralatan yang diperlukan untuk
• Mengadakan pelatihan • Memeriksa kualitas air bersih dan sanitasi
melaksanakan triase dan memberikan
• Inventarisasi sumber daya lingkungan
pertolongan pertama
sesuai dengan potensi • Melaksanakan surveilans penyakit menular dan
• Melaporkan kejadian bencana kepada Kepala
bahaya yang mungkin gizi buruk yang mungkin timbul
Dinas Kesehatan (Kadinkes)
teijadi • Segera melapor ke Dinkes Kabupaten/Kota bila
• Menerima dan Kabupaten/Kota terjadi KLB penyakit menular dan gizi buruk
menindaklanjuti informasi • Melakukan penilaian cepat masalah kesehatan • Memfasilitasi relawan, kader dan petugas
peringatan dini (iearly awal (initial rapid health assessment) pemerintah tingkat kecamatan dalam
warning system) untuk • Menyerahkan tanggung jawab kepada memberikan komunikasi, informasi dan
kesiapsiagaan bidang Kadinkes Kabupaten/ Kota bila telah tiba di edukasi (KIE) kepada masyarakat luas,
kesehatan lokasi bimbingan pada kelompok serta konseling pada
• Membentuk tim kesehatan individu yang berpotensi mengalami gangguan
Puskesmas di sekitar lokasi bencana:
lapangan yang tergabung stres paskatrauma
dalam Satgas • Mengirimkan tenaga dan perbekalan • Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani
• Mengadakan koordinasi kesehatan serta ambulans/transportasi lain dengan konseling awal dan membutuhkan
lintas sektor ke lokasi bencana dan tempat penampungan konseling lanjut, psikoterapi atau
pengungsi. penanggulangan lebih spesifik.
■ Membantu perawatan dan evakuasi korban
serta pelayanan kesehatan pengungsi.
• bak/lubang sampah memiliki kapasitas 100 liter Bencana alam yang menimpa suatu daerah, seringkali
per 10 keluarga, serta menimbulkan korban jiwa dan kerusakan, baik itu
korban meninggal, korban luka luka maupun kerusakan
• tidak ada genangan air, air hujan, luapan air fasilitas umum dan harta benda masyarakat. Selain itu,
atau banjir di sekitar pemukiman atau tempat teijadinya bencana alam sering mengakibatkan wilayah
pengungsian. terkena dampak menjadi terisolasi sehingga sulit
dijangkau oleh para relawan untuk memberikan
5. Hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar pertolongan dan bantuan. Selain jatuhnya korban jiwa
kesehatan, seperti penampungan keluarga, sandang dan korban luka, permasalahan lain yang terkait dengan
dan kebutuhan rumah tangga. Ruang tertutup yang kondisi kesehatan masyarakat adalah munculnya
tersedia, misalnya, setidaknya tersedia per orang berbagai penyakit setelah bencana. Sebagai contoh
rata-rata berukuran 3,5-4,5 m2. Kebutuhan sandang hingga satu bulan lebih setelah kejadian bencana gempa
juga perlu memperhatikan kelompok sasaran bumi di Bantul tahun 2006, para korban gempa masih
tertentu, seperti pakaian untuk balita dan anak-anak tinggal di tenda-tenda pengungsian dengan fasilitas air
serta pembalut untuk perempuan remaja dan bersih yang terbatas dan sanitasi lingkungan yang
dewasa. kurang baik. Kondisi tersebut ditambah dengan
Selain piranti-piranti legal di atas, Peraturan Kepala banyaknya debu dan nyamuk yang mengakibatkan para
BNPB Nomor 7 Tahun 2008 juga mengatur pemberian korban, terutama balita dan lansia, rentan terkena
bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyakit gatal-gatal, diare, flu, batuk dan demam.
tempat penampungan/hunian sementara, pangan, non-
pangan, sandang air bersih dan sanitasi serta pelayanan Selain rentan terhadap berbagai penyakit, sebagian
kesehatan. Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa korban juga mengalami trauma kejiwaan. Kondisi
bantuan pelayanan kesehatan diberikan dalam bentuk: traumatik tersebut sangat beragam bentuknya, namun
1). pelayanan kesehatan umum, meliputi pelayanan gejala umum yang diderita para korban menunjukkan
kesehatan dasar dan klinis; 2). pengendalian penyakit reaksi ketakutan. Berbagai isu dan informasi yang
menular, meliputi pencegahan umum, campak, berkembang di masyarakat tentang kemungkinan
diagnosis dan pengelolaan kasus, kesiapsiagaan teijadinya gempa susulan yang lebih besar
kejadian luar biasa (KLB), deteksi KLB, penyelidikan menimbulkan kepanikan luar biasa di kalangan
dan tanggap serta HIV/AIDS; serta 3). pengendalian masyarakat setempat. Beberapa dari mereka tidak
penyakit tidak menular, meliputi cedera, kesehatan mengetahui informasi yang benar mengenai
reproduksi, aspek kejiwaan dan sosial kesehatan serta kemungkinan-kemungkinan teijadinya gempa susulan.
penyakit kronis. Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan Pengalaman gempa Bantul 2006 memberikan
tersebut dilengkapi dengan standar minimal bantuan pembelajaran bahwa peran petugas kesehatan dalam
yang harus dipenuhi dalam situasi bencana alam penanganan bencana cukup penting dalam
(BNPB, 2008). menyelamatkan korban jiwa. Dalam masa tanggap
Terkait upaya pemenuhan kebutuhan dasar pada kondisi darurat petugas kesehatan dari Puskesmas mampu
bencana, di tingkat global sebenamya juga sudah berperan melaksanakan fungsinya melakukan
banyak pedoman-pedoman yang dapat menjadi rujukan. penanganan gawat darurat dan pelayanan kesehatan
lanjutan serta memfasilitasi kegiatan pelayanan
Tabel 4. Peran Puskesmas pada Tahap Prabencana, Saat Bencana dan Paskabencana
Prabencana Saat Bencana Paskabencana
• Membuat peta geomedik Puskesmas di lokasi bencana: • Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar
daerah rawan bencana di tempat penampungan (Pos
• Menuju lokasi bencana dengan membawa Kesehatan Lapangan)
• Membuat jalur evakuasi
peralatan yang diperlukan untuk • Memeriksa kualitas air bersih dan sanitasi
• Mengadakan pelatihan
melaksanakan triase dan memberikan lingkungan
• Inventarisasi sumber daya
pertolongan pertama • Melaksanakan surveilanspenyakitmenular dan
sesuai dengan potensi
• Melaporkan kejadian bencana kepada Kepala gizi buruk yang mungkin timbul
bahaya yang mungkin
Dinas Kesehatan (Kadinkes) • Segera melapor ke Dinkes Kabupaten/Kota bila
terjadi
Kabupaten/Kota terjadi KLB penyakit menular dan gizi buruk
• Menerima dan
• Melakukan penilaian ccpat masalab kesehatan • Memfasilitasi relawan, kader dan petugas
menindakianjuti informasi
awal (initial rapid health assessment) pemerintah tingkat kecamatan dalam
peringatan dini {early
• Menyerahkan tanggung jawab kepada memberikan komunikasi, informasi dan
warning system) untuk
Kadinkes Kabupaten/ Kota bila telah tiba di edukasi (KIE) kepada masyarakat luas,
kesiapsiagaan bidang
lokasi bimbingan pada kelompok serta konseling
kesehatan
• Membentuk tim kesehatan pada individu yang berpotensi mengalami
Puskesmas di sekitar lokasi bencana:
lapangan yang tergabung gangguan stres paskatrauma
dalam Satgas • Mengirimkan tenaga dan perbekalan • Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani
• Mengadakan koordinasi kesehatan serta ambulans/transportasi lain dengan konseling avva! dan membutuhkan
ke lokasi bencana dan tempat penampungan konseling lanjut, psikoterapi atau
lintas sektor
pengungsi. penanggulangan lebih spesifik.
• Membantu perawatan dan evakuasi korban
serta pelayanan kesehatan pengungsi.
• bak/lubang sampah memiliki kapasitas 100 liter Bencana alam yang menimpa suatu daerah, seringkali
per 10 keluarga, serta menimbulkan korban jiwa dan kerusakan, baik itu
korban meninggal, korban luka luka maupun kerusakan
• tidak ada genangan air, air hujan, luapan air fasilitas umum dan harta benda masyarakat. Selain itu,
atau banjir di sekitar pemukiman atau tempat teijadinya bencana alam sering mengakibatkan wilayah
pengungsian. terkena dampak menjadi terisolasi sehingga sulit
dijangkau oleh para relawan untuk memberikan
5. Hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar pertolongan dan bantuan. Selain jatuhnya korban jiwa
kesehatan, seperti penampungan keluarga, sandang dan korban luka, permasalahan lain yang terkait dengan
dan kebutuhan rumah tangga. Ruang tertutup yang kondisi kesehatan masyarakat adalah munculnya
tersedia, misalnya, setidaknya tersedia per orang berbagai penyakit setelah bencana. Sebagai contoh
rata-rata berukuran 3,5-4,5 m2. Kebutuhan sandang hingga satu bulan lebih setelah kejadian bencana gempa
juga perlu memperhatikan kelompok sasaran bumi di Bantul tahun 2006, para korban gempa masih
tertentu, seperti pakaian untuk balita dan anak-anak tinggal di tenda-tenda pengungsian dengan fasilitas air
serta pembalut untuk perempuan remaja dan bersih yang terbatas dan sanitasi lingkungan yang
dewasa. kurang baik. Kondisi tersebut ditambah dengan
Selain piranti-piranti legal di atas, Peraturan Kepala banyaknya debu dan nyamuk yang mengakibatkan para
BNPB Nomor 7 Tahun 2008 juga mengatur pemberian korban, terutama balita dan lansia, rentan terkena
bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyakit gatal-gatal, diare, flu, batuk dan demam.
tempat penampungan/hunian sementara, pangan, non-
pangan, sandang air bersih dan sanitasi serta pelayanan Selain rentan terhadap berbagai penyakit, sebagian
kesehatan. Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa korban juga mengalami trauma kejiwaan. Kondisi
bantuan pelayanan kesehatan diberikan dalam bentuk: traumatik tersebut sangat beragam bentuknya, namun
1). pelayanan kesehatan umum, meliputi pelayanan gejala umum yang diderita para korban menunjukkan
kesehatan dasar dan klinis; 2). pengendalian penyakit reaksi ketakutan. Berbagai isu dan informasi yang
menular, meliputi pencegahan umum, campak, berkembang di masyarakat tentang kemungkinan
diagnosis dan pengelolaan kasus, kesiapsiagaan teijadinya gempa susulan yang lebih besar
kejadian luar biasa (KLB), deteksi KLB, penyelidikan menimbulkan kepanikan luar biasa di kalangan
dan tanggap serta HIV/AIDS; serta 3). pengendalian masyarakat setempat. Beberapa dari mereka tidak
penyakit tidak menular, meliputi cedera, kesehatan
reproduksi, aspek kejiwaan dan sosial kesehatan serta
penyakit kronis. Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan
tersebut dilengkapi dengan standar minimal bantuan
yang harus dipenuhi dalam situasi bencana alam
(BNPB, 2008).
Naskah yang akan diterbitkan dalam Jumal Kependudukan hams i. Penulisan daftar Pustaka mengikuti ketentuan sebagi
memenuhi ketentuan sebagai berikut: berikut:
1. Naskah adalah karya asli yang belum pemah dipublikasikan di - Kutipan dalam teks: nama belakang pengarang, tahu
media cetak lain maupun elektronik. karangan dan nomor halaman yang dikutip
Contoh: (Jones, 2004:15), atau Seperti yan
2. Naskah dapat berupa hasil penelitian, gagasan konseptual, dikemukakan oleh Jones (2004:15).
tinjauan buku, dan jenis tulisan ilmiah lainnya. - Kutipan dari buku: nama belakang, nama depan
penuli: tahun penerbitan. Judul buku. kota penerbitan:
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris
penerbit Contoh: Horowitz, Donald. 1985. Ethnic
dengan menggunakan tata bahasa yang benar.
Groups L Conflict, Berkeley: University of California.
4. Naskah ditulis dengan menggunakan model huruf Times New - Kutipan dari artikel dalam buku bunga rampai: nam;
Roman, font 12, margin atas 4 cm, margin bawah, 3 cm, margin belakang, nama depan pengarang. tahun. “judul
kanan 3 cm, dan margin kiri 4 cm, pada kertas berukuran A4 artikel' dalam nama editor (Ed.), Judul Buku. nama
minimal 5000 kata, diketik 1,5 spasi dengan program Microsoft kota: nami penerbit. Halaman artikel.
Word. Setiap lembar tulisan diberi halaman. Contoh: Hugo, Graeme. 2004. “International Migratioi
in Southeast Asia since World War II”, dalam A
5. Isi naskah terdiri dari; Ananta dan E.N.Arifin (Eds.), International Migratiot in
a. Judul ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Southeast Asia, Singapore: Institute of Southeast Asian
Judul hams mencerminkan isi tulisan, bersifat spesifik dan Studies, hal: 28—70.
terdiri atas 10-15 kata. - Kutipan dari artikel dalam jumal: nama belakang,
nama depan penulis, tahun penerbitan. “Judul artikel”,
b. Identitas Penulis yang diletakkan di bawah judul, meliputi Nama Jumal, Vol (nomor Jumal): halaman.
nama dan alamat lembaga penulis serta alamat email Contoh: Hull, Terence H. 2003. “Demographic
c. Abstrak dan kata kunci dalam bahasa Indonesia dan Perspectives on the Future of Indonesian Family”,
bahasa Inggris. Abstrak ditulis dalam satu paragraf Journal of Population Research, 20 (1 ):51 —65.
dengan jumlah kata antara 100-150. Isi abstrak - Kutipan dari website: dituliskan lengkap alamat
website, tahun dan alamat URL dan html sesuai
menggambarkan esensi isi keselumhan tulisan.
alamatnya.Tanggal download.
d. Pendahuluan yang berisi tentang justifikasi pentingnya Contoh: World Bank. 1998. http://www.worldbank.org/
penulisan artikel, maksud/tujuan menulis artikel, sumber data/countrydara/countrydata.html.
data yang dipakai, dan pembabakan penulisan. Washington DC. Tanggal 25 Maret.
- Catatan kaki {footnote) hanya berisi penjelasan tentang
e. Tubuh/inti artikel berisi tentang isi tulisan, pada teks, dan diketik di bagian bawah dari lembaran teks
umumnya berisi tentang kupasan, analisis, argumentasi, yang dijelaskan dan diberi nomor.
komparasi, dan pendirian penulis. Bagian inti artikel
dapat dibagi menjadi beberapa subbagian yang jumlahnya 6. Naskah dikirim melalui email jki.ppklipi@vahoo.com dan ppk-
bergantung kepada isu/aspek yang dibahas. lipj@rad.net.id.
f. Kesimpulan berisi temuan penting dari apa yang telah 7. Kepastian pemuatan/penolakan naskah akan diinformasikan
dibahas pada bagian sebelumnya. melalui e-mail.
g. Tampilan tabel, gambar atau grafik hams bisa dibaca 8. Redaksi memiliki kewenangan untuk merubah format
dengan jelas dan judul tabel diletakkan diatas tabel, penulisan dan judul tulisan sesuai dengan petunjuk penulisan,
sedangkan judul gambar atau grafik diletakkan dibawah serta mengatur waktu penerbitan.
gambar atau grafik serta dilengkapi dengan penomoran
tabel/gambar/ grafik.
h. Acuan Pustaka diupayakan menggunakan acuan terkini
(lima tahun terakhir)