You are on page 1of 12

ANALISA KINERJA BUNDARAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (Weka-Hanif)

ANALISA KINERJA BUNDARAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL KAPASITAS


JALAN INDONESIA (MKJI)
(SUDI KASUS : BUNDARAN RADIN INTEN BANDAR LAMPUNG)

oleh:
Weka Indra Dharmawan
Teknik Sipil Universitas Malahayati
Email : wekadharmawan@gmail.com

Hanif Syahroni
Teknik Sipil Universitas Malahayati
Email : hanifsyahroni@yahoo.com

ABSTRACT : Radin Inten roundabout is one of the important roundabout in the city of Bandar Lampung ,
which serves traffic from different directions , namely the traffic flow coming from Soekarno Hatta street and
Jl . Z.A Pagar Alam . The high volume of traffic that passes through the roundabout causing congestion or
meeting a pretty solid vehicles from different directions, either from the direction of Jl . Soekarno Hatta and
Jl . ZA Pagar Alam. When rush hour ( Peak hour ) congestion often occurs as a result of the convergence of
traffic coming from Jl . Soekarno - Hatta towards Jl . Z.A Pagar Alam and vice versa . This is due to the large
flow of traffic as a primary arterial road . Roundabouts generally have a better survival rate than other types
of intersection control . The purpose of this study was to determine the Level of Service ( LoS ) , to evaluate
the performance and the capacity to determine the feasibility of a roundabout. This type of research used in
this study is a survey method . Because this study is an activity probe to obtain the facts - the facts of the
symptoms that are known , seeking factual information and collect data to be evaluated by comparison. From
the research value of the service level ( level of service ) tangle AB ( from Bakauheni to Tanjung Karang vice
versa)is A, tangle BC (from Tanjung Karang to Kotabumi vice versa) is B , while the fabric of CA (from
Kotabumi to Bakauheni vice versa) is E. greatest congestion on the fabric of CA ( from North to East and vice
versa ) due to the tangle of capacity can not serve existing traffic volumes . Radin Inten countless roundabouts
conditions worse because at the fabric of the value CA LOS ( level of service ) is E with a value of 0.9471 ratio
( 0.80 < V / C < 0.90 )
Keywords : levels of service , capacity of the roundabout , degree of saturation

Pendahuluan 1. Jenis kendaraan yang melewati


bundaran Radin Inten ini bervariasi
Bundaran Radin Inten merupakan salah satu
terdiri dari kendaraan berat (Hight
bundaran penting di kota Bandar Lampung
Vehicle/HV), kendaraan ringan (Low
yang melayani arus lalu lintas dari berbagai
Vehicle/LV), sepeda motor (
arah yaitu arus lalu lintas yang berasal dari
Motorcycle/MC).
Jl Soekarno Hatta, dan Jl. Z.A Pagar Alam.
2. Volume kendaraan yang melewati
Tingginya volume lalu lintas yang melewati
bundaran ini sangat tinggi karna pada
bundaran ini menyebabkan terjadinya
jam-jam sibuk (peak hour) sering terjadi
kemacetan atau pertemuan kendaraan yang
kemacetan.
cukup padat dari berbagai arah jalan, baik
3. Aksesibilitas lokasi penelitian yang
dari arah Jl. Soekarno Hatta dan Jl. Z.A Pagar
mudah dicapai.
Alam. Tingginya volume lalu lintas ini
Pada saat jam-jam sibuk ( peak hour ) sering
menyebabkan terjadinya kemacetan.
terjadi kemacetan akibat bertemunya arus
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian
lalu lintas yang berasal dari Jl Soekarno
ini adalah :

21 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 2 | April 2016

Hatta menuju Jl. Z.A Pagar Alam dan bersinyal dengan pengaturan hak jalan
sebaliknya. Hal tersebut disebabkan oleh (prioritas dari sebelah kiri) digunakan
besarnya arus lalu lintas karena merupakan daerah pemukiman perkotaan dan daerah
jalan arteri primer. Bundaran umumnya pedalaman untuk persimpangan antara
mempunyai tingkat keselamatan yang lebih jalan lokal dengan arus lalu lintas
baik dibanding jenis pengendalian pedalaman untuk persimpangan antara
persimpangan yang lain. Tingkat kecelakaan jalan lokal dengan arus lalu lintas rendah.
lalulintas bundaran sekitar 0,3 kejadian per Untuk persimpangan dengan kelas dan atau
1 juta kendaraan ( tingkat kecelakaan pada fungsi jalan yang berbeda, lalu lintas pada
persimpangan bersinyal 0,43 kejadian per 1 minor harus diatur dengan tanda "Yield"
juta kendaraan dan simpang tak bersignal atau "Stop". Simpang tak bersinyal paling
0,6 kejadian per 1 juta kendaraan) karena efektif apabila ukurannya kecil dan daerah
rendahnya kecepatan lalulintas (maksimum konflik lalu lintasnya ditentukan dengan
50km/jam) dan kecilnya sudut pertemuan baik. Simpang ini sangat sesuai untuk
titik konflik dan pada saat melewati persimpangan antara jalan dua lajur tak
bundaran kendaraan tidak harus berhenti berbagi.
saat volume lalulintas rendah. (Manual
Kapasitas Jalan Indonesia/MKJI 1997,Khisty Pengendali Lalu Lintas Simpang
2002, dan Pedoman Bundaran Pd T-20-
Pengendali lalu lintas simpang meliputi ;
2004-B)
rambu, marka, penghalang yang dapat
dipindahkan, dan lampu lalu lintas. Seluruh
Tinjauan Pustaka
peralatan pengendali lalu lintas pada
Simpang Dilihat dari Segi Pengaturan simpang dapat digunakan secara terpisah
atau digabungkan bila perlu. Kesemuaanya
a) Simpang bersinyal
merupakan sarana utama pengaturan,
Pada simpang jenis ini arus kendaraan
peringatan, atau pemandu lalu lintas. Fungsi
memasuki simpangsecara bergantian untuk
peralatan pengendali lalu lintas adalah
mendapatkan prioritas dengan berjalan
untuk menjamin keamanan dan efisien
terlebih dahulu dengan
simpang dengan cara memisahkan aliran
menggunakan pengendali lampu lalu lintas.
lalu lintas kendaraan yang saling
b) Simpang tak bersinyal
bersinggungan. Dengan kata lain, hak
Pada simpang jenis ini hak utama di
prioritas untuk memasuki dan melalui suatu
persimpangan diperoleh berdasarkan
simpang selama periode waktu tertentu
aturan General Priority Rute, dimana
diberikan satu atau beberapa aliran lalu
kendaraan yang terlebih dahulu berada di
lintas.
persimpangan mempunyai hak berjalan
Untuk pengandalian lalu lintas di simpang,
terlebih dahulu berada di persimpangan
terdapat beberapa cara utama yaitu :
mempunyai hak berjalan terlebih dahulu
1. Rambu STOP (berhenti) atau Rambu
daripada kendaraan yang akan memasuki
YIELD (beri jalan/Give Way),
persimpangan.
2. Rambu Pengendalian Kecepatan,
3. Kanalisasi di simpang (Channelization),
Simpang Tak Bersinyal
4. Bundaran (Roundabout),
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 5. Lampu Pengatur Lalu Lintas.
(MKJI, 1997) pada umumnya simpangtak

22 | K o n s t r u k s i a
ANALISA KINERJA BUNDARAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (Weka-Hanif)

Daerah Konflik di Simpang Bundaran

Daerah konflik dapat digambarkan Bundaran adalah bagian jalinan


sebagai diagram yang memperlihatkan dikendalikan dengan aturan lalu lintas
suatu aliran kendaraan dan manuver Indonesia yaitu memberi jalan pada arus
bergabung, menyebar, dan persilangan di lalu lintas yang kiri. Bagian jalinan dibagi
simpang dan menunjukkan jenis konflik dan dua tipe utama yaitu bagian jalinan tunggal
potensi kecelakaan di simpang. dan bagian jalinan bundaran. Bundaran
a. Simpang tiga lengan pertama kali di kembangkan di
Simpang dengan tiga lengan mempunyai Inggris,Amerika,termasuk banyak
titik-titik konflik sebagai berikut : digunakan di Indonesia. Bundaran dianggap
sebagai jalinan yang berurutan. Bundaran
paling efektif jika digunakan persimpangan
antara jalan dengan ukuran dan tingkat arus
yang sama. Karena itu bundaran sangat
sesuai untuk persimpangan antara jalan
dua-lajur atau empat-lajur. Untuk
persimpangan antara jalan yang lebih besar,
Gambar 1. Aliran Kendaraan di Simpang penutupan daerah jalinan mudah terjadi dan
Tiga Lengan/Pendekat keselamatan bundaran menurun.
(Sumber: Selter, 1974 dalam MKJI). Pada umumnya bundaran dengan
Keterangan : pengaturan hak jalan (prioritas arus lalu
Titik konflik persilangan (3 titik) lintas dari kiri) digunakan di daerah
Titik konflik penggabungan (3 titik) perkotaan dan pedalaman bagi
Titik konflik penyebaran (3 titik) persimpangan antara jalan dengan arus lalu-
lintas sedang. Pada arus lalu-lintas yang
b. Simpang empat lengan tinggi dan kemacetan pada daerah keluar
Simpang dengan 4 (empat) lengan simpang, bundaran tersebut mudah
mempunyai titik-titik konflik sebagai terhalang, yang mungkin menyebabkan
berikut: : kapasitas terganggu pada semua arah. Di
daerah perkotaan dengan arus pejalan kaki
yang tinggi menyeberang bundaran jalan
yang tidak sebidang (jembatan atau
terowongan), disarankan untuk
memberikan keselamatan bagi pejalan kaki.
Meskipun dampak lalu-lintas bundaran
berupa tundaan selalu lebih baik dari tipe
Gambar2. Aliran Kendaraan di Simpang simpang yang lain misalnya simpang
Empat Lengan/Pendekat bersinyal, pemasangan sinyal masih lebih
(Sumber: Selter, 1974 dalam MKJI). disukai untuk menjamin kapasitas tertentu
Keterangan : dapat dipertahankan,bahkan dalam keadaan
Titik konflik persilangan (16 titik) arus jam puncak.
Titik konflik penggabungan (8 titik) Perubahan dari simpang bersinyal atau tak
Titik konflik penyebaran (8 titik) bersinyal menjadi bundaran dapat juga
didasari oleh keselamatan lalu-lintas, untuk

23 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 2 | April 2016

mengurangi jumlah kecelakaan lalu-lintas rumah atau pepohonan yang dekat dengan
antara kendaraan yang berpotongan. sudut persimpangan.
Bundaran mempunyai keuntungan yaitu Untuk bagian jalinan bundaran, metode dan
mengurangi kecepatan semua kendaraan prosedur yang diuraikan dalam(MKJI, 1997)
yang berpotongan, dan membuat mereka mempunyai dasar empiris. Alasan dalam hal
hati-hati terhadap risiko konflik dengan aturan memberi jalan, disiplin lajur, dan
kendaran lain. Hal ini mungkin terjadi bila antri tidak mungkin digunakannya model
kecepatan pendekat ke simpang tinggi yang besar pada pengambilan celah.Nilai
dan/atau jarak pandang untuk gerakan lalu- variasi untuk variabel data empiris yang
lintas yang berpotongan tidak cukup akibat menganggap bahwa medan datar dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Rentang Variasi Data Empiris Untuk Variabel Masukan


Bundaran
Variabel
Minimun Rata – Rata Maksimun
Lebar jalinan (Lw) 8 9.7 11
Rasio lebar/panjang 8 11.6 20
(Ww/Lw) 50 84 121
Rasio jalinan (Pw) 0.07 0.14 0,20
pendekat (W1) 0.69 0.80 0.95
Lebar jalinan (Ww) Panjang
(Sumber: MKJI, 1997)

Contoh bagian jalinan bundaran antara dua Metode MKJI menerangkan pengaruh rata-
gerakan lalu lintas yang menyatu dan rata dari kondisi masukan yang di
memencar dengan 4 kaki dapat dilihat pada asumsikan. Penerapan rentang keadaan
Gambar 1 berikut : dimana metode diturunkan kesalahan
perkiraan kapasitas biasanya kurang ± 15%,
untuk derajat kejenuhan lebih kecil dari 0.8
– 0.9. Pada arus lalu lintas yang lebih tinggi
perilaku lalu lintas menjadi lebih agresif dan
ada resiko besar bahwa bagian jalinan
tersebut masuk ruang terbatas pada area
konflik.
Kondisi geometri digambarkan dalam
bentuk gambar sketsa yang memberikan
informasi lebar jalan, batas sisi jalan, dan
lebar median serta petunjuk arah untuk tiap
Gambar 3. Bagian Jalinan Bundaran
lengan persimpangan.
(Sumber: MKJI, 1997)

Keterangan:
Ww = lebar jalinan
Lw = panjang jalinan
W1 = lebar pendekat
W2 = lebar pendekat

24 | K o n s t r u k s i a
ANALISA KINERJA BUNDARAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (Weka-Hanif)

menggunakan ekuivalen mobil penumpang


(smp) yang dapat dilihat pada tabel 2 di
bawah ini :

Tabel 2. Faktor Ekuivalensi Mobil


Penumpang
Jenis
No Kelas (emp)
kendaraan
Kendaraan
1 LV 1.0
Ringan
Kendaraan
2 HV 1.3
Berat
Gambar 4. Sketsa Masukan Geometri 3 Sepeda Motor NC 0.5
(Sumber: MKJI, 1997) (Sumber: MKJI, 1997)

Kondisi lalu lintas dapat ditentukan


Data lalu lintas dibagi dalam beberapa tipe
menurut Lalu Lintas Harian Rata-Rata
kendaraan yaitu kendaraan ringan (LV),
Tahunan (LHRT) dengan faktor k yang
kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC)
sesuai untuk konversi dari LHRT menjadi
dan kendaraan tak bermotor (UM). Arus lalu
arus per jam. Nilai normal variabel umum
lintas tiap pendekat dibagi dalam tipe
lalu lintas yang dapat digunakan untuk
pergerakan, antara lain: gerakan belok
keperluan perencanaan adalah nilai normal
kanan (RT), belok kiri (LT), dan lurus (ST).
faktor k, nilai normal komposisi lalu lintas,
Arus lalu lintas ini kemudian dikonversi dari
dan nilai normal lalu lintas umum, dapat
kendaraan per jam menjadi satuan mobil
dilihat pada Tabel 3 dan 4 berikut:
penumpang (smp) per jam dengan

Tabel 3. Nilai Normal Faktor k

Lingkungan Jalan Faktor K


>1 jt penduduk <1 jt penduduk
Jalan di daerah komersial dan jalan 0.07 – 0.08 0.08 – 0.10
arteri 0.08 – 0.09 0.09 – 0.12
Jalan di daerah pemukiman
(Sumber: MKJI, 1997)

Tabel 4. Nilai Normal Komposisi Lalu Lintas


Ukuran Komposisi Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Rasio
Kota (%) Kendaraan
(Juta Kend. Kend. Berat Sepeda Tak
Penduduk) Ringan (HV) (HV) Motor Bermotor
(MC) (UM / MV)
> 3 Juta 60 4.5 35.5 0.01
1 – 3 Juta 55.5 3.5 41 0.05
0.5 – 1 Juta 40 3.0 57 0.14
0.1 – 0.5 Juta 63 2.5 34.5 0.05
< 0.1 Juta 63 2.5 34.5 0.05
(Sumber: MKJI, 1997)

25 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 2 | April 2016

Kapasitas
Tundaan Pada Bagian Jalinan Bundaran
Kapasitas total bagian jalinan bundaran
(Delay)
adalah hasil perkalian antara kapasitas
dasar (Co) yaitu kapasitas pada kondisi Tundaan yaitu waktu tambahan yang
tertentu (Ideal) dan faktor penyesuaian (F), diperlukan untuk melewati bundaran di
dengan memperhitungkan pengaruh kondisi bandingkan dengan lintasan tanpa melalui
lapangan sesungguhnnya terhadap bundaran. Tundaan pada bagian jalinan
kapasitas. Kapasitas dasar (Co) tergantung dapat terjadi karena dua sebab :
dari lebar jalinan (Ww), rasio rata- 1. Tundaan Lalu Lintas (DT) akibat
rata/lebar jalinan (𝑊𝐹 / Ww), rasio menjalin interaksi lalu lintas dengan gerakan
(Pw) dan rasio lebar/panjang jalinan (Ww / yang lain dalam persimpangan
Lw), yang dapat dihitung dengan 2. Tundaan Geometrik (DG) akibat
menggunakan rumus atau dengan diangram perlambatan dan percepatan lalu
gambar. lintas.
Co= 135 x 𝑊𝑤 1,3 x(1 + 𝑊𝐸 /𝑊𝑤 )1,5 x (1 − Tundaan rata-rata pada bagian
𝑃𝑤/3)0,5 x(1 + 𝑊𝑤/𝐿𝑤)1,8...................( Pers 1) jalinan dapat terjadi karena dua
Co = Faktor Ww x faktor We/Ww x faktor Pw sebab yaitu:
x faktor Ww/Lw........................................( Pers 2) D = DT + DG ................................................( Pers 5)
Dengan Co: Kapasitas Dasar (smp/jam) Dimana : D = Tundaan rata – rata bagian
Faktor Ww: Rasio lebar jalinan jalinan (det/smp)
Fakor 𝑊𝐸 /𝑊𝑤 Rasio rata-rata lebar jalinan DT = Tundaan lalu lintas rata – rata
Faktor Pw: Rasio menjalin bagian jalinan (det/smp)
Faktor Ww/Lw : Rasio panjang jalinan DG = Tundaan geometrik rata – rata
bagian jalinan (det/smp)
Derajat Kejenuhan Tundaan Geometrik pada bagian jalinan di
tentukan sebagai berikut :
Derajat kejenuhan yaitu rasio arus terhadap
DG = (1-DS) x 4 +DS x 4 = 4 ...............( Pers 6)
kapasitas, digunakan sebagai faktor utama
DT = 2+2.68982 x DS – (1-DS) x 2 ,untuk DS
dalam menentukan tingkat kinerja simpang
< =0.6
dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan
DT = 1/(0.59186-0.52525 x DS - (1-DS) x 2,
menunjukkan apakah segmen jalan tersebut
untuk DS >0.6
mempunyai masalah kapasitas atau tidak
Tundaan rata-rata bundaran dihitung
(MKJI, 1997).
sebagai berikut:
Dengan rumus:
𝑄𝑠𝑚𝑝 𝐷𝑅 = ∑(𝑄𝑖 𝑥𝐷𝑇𝑖 )/𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 + DG ; i = 1....n
DS = .......................................................( Pers 4)
𝐶 (Pers 7)
Dengan :
Qsmp = Arus total (smp/jam), dihitung Dimana:
sebagai berikut: Dr = Tundaan bundaran rata – rata
Qsmp = Qkend x Fsmp (det/smp)
Fsmp = Faktor smp, dihitung sebagai I = Bagian jalinan i dalam bundaran
berikut: N = Jumlah bagian jalinan dalam
Fsmp = (LV% + HV% empHV + bundaran
MC%empMC) Qi = Arus total lapangan pada bagian
C = kapasitas (smp/jam) jalinan i (smp/jam)

26 | K o n s t r u k s i a
ANALISA KINERJA BUNDARAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (Weka-Hanif)

DTi = Tundaan lalu lintas rata- rata Metode Penelitian


pada bagian jalinan i (det/smp)
Jenis Penelitian
Qmasuk = Jumlah arus tatal yang masuk
bundaran (smp/jam) Jenis penelitian ini adalah menggunakan
DG = Tundaan rata – rata geometrik metode survey. Karena penelitian ini
pada bagian jalinan (det/smp) merupakan kegiatan penyelidikan untuk
memperoleh fakta – fakta dari gejala–gejala
Peluang Antrian Pada Bagian Jalinan yang diketahui, mencari informasi secara
Bundaran (QP %) faktual, mengumpulkan data untuk
dievaluasi dengan melakukan
Tundaan antrian (QP %) pada bagian jalinan
perbandingan-perbandingan.
ditentukan berdasarkan kurva antrian
empiris, dengan derajad kejenuhan sebagai
Pengumpulan Data
variabel masukan.
Pengumpulan Data Primer
Tingkat Pelayanan (Level Of Service) Untuk penelitian ini data yang dibutuhkan
Tingkat pelayanan ( level of service) adalah didapat dari observasi atau pengamatan
ukuran kinerja ruas jalan atau simpang jalan langsung dilokasi penelitian. Adapun jenis
yang dihitung berdasarkan tingkat data yang dibutuhkan adalah:
penggunaan jalan, kecepatan, kepadatan dan a. Data volume lalu lintas
hambatan yang terjadi. Tingkat pelayanan b. Data geometrik
dikategorikan dari yang terbaik (A) sampai
yang terburuk (tingkat pelayanan F). Pada Pengumpulan Data Sekunder
gambar berikut ditunjukkan visualisasi yang Pengumpulan data sekunder diambil dari
diambil dari Highway Capacity Manual tahun instansi terkait yaitu data mengenai:
1994 dari tingkat pelayanan. Dalam US HCM 1. Literatur yang dapat menunjang
( Highway Capacity Manual ) tahun 1994 penelitian
perilaku lalu-lintas diwakili oleh tingkat 2. Data peta lokasi dan ruas jalan
pelayanan (LOS) yaitu ukuran kualitatif yang
mencerminkan persepsi pengemudi tentang
kualitas mengendarai kendaraan. LOS Pelaksanaan Penelitian
berhubungan dengan ukuran kuantitatif, Setelah diadakan persiapan dan penentuan
seperti kerapatan atau persen waktu waktu penelitian. Langkah
tundaan. Konsep tingkat pelayanan selanjutnyaadalah melaksanakan penelitian
dikembangkan untuk penggunaan di antara lain:
Amerika Serikat dan definisi LOS tidak a. Pencacahan volume kendaraan tiap
berlaku secara langsung di Indonesia. Dalam arah pada semua lengan persimpangan
Manual ini kecepatan dan derajat kejenuhan sesuai dengan jadwal penelitian.
digunakan sebagai indikator perilaku lalu- b. Pengukuran lebar tiap lengan
lintas dan parameter yang sama telah persimpangan.
digunakan dalam pengembangan panduan c. Pengamatan kondisi lingkungan
rekayasa lalu-lintas. setempat oleh peneliti, dengan
memperkirakan faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan.

27 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 2 | April 2016

Hasil Dan Pembahasan dan daerah sekitarnya yang diukur dalam m


(meter) dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai
Geometri Simpang
berikut :
Data mengenai ukuran (lebar dan panjang)
jalinan pada lokasi Bundaran Radin Inten
Tabel 5. Geometri Simpang

Jalinan
No Keterangan
AB BC CA
1 Lebar Pendekat (W₁) 9 13 12.5
2 Lebar Pendekat (W₂) 10 17 12
3 Lebar Masuk Rata - rata (We) 9.5 15 12.25
4 Lebar Jalinan (Ww) 13.5 16 13.5
5 Panjang Jalinan (Lw) 19.76 30.21 19.76
Lebar Masuk Rata – rata/ Lebar
6 0.67 0.91 0.89
Jalinan (We/Ww)
7 Rasio Lebar/Panjang (Ww/Lw) 0.683 0.530 0.683
(Sumber: Hasil Survey Tahun 2013)

Tabel 6. Nilai Faktor Lebar jalinan (Ww),Lebar Masuk Rata-Rata/Lebar Jalinan


(We/Ww) dan Rasio Lebar / Panjang (Ww/Lw).

Faktor Faktor Faktor Faktor


Bagian Jalinan
Ww 𝑊𝐸 /Ww Pw Ww/Lw

AB ( Timur ke Selatan
3978.94 2.152 0.8397 0.3917
dan sebaliknya)
BC (Selatan ke Utara
4962.38 2.632 0.8335 0.4653
dan sebaliknya)
CA (Utara ke Timur
3978.94 2.596 0.8667 0.3917
dan sebaliknya)
(Sumber: Hasil Analisis Data)

Kapasitas Dasar

Tabel 7. Nilai Kapasitas Dasar Bundaran


Kapasitas Dasar
Bagian Faktor Faktor Faktor Faktor
Jalinan (Co)
Ww We/Ww Pw Ww/Lw
smp/jam
AB 3978.94 2.152 0.8397 0.3917 2815.9
BC 4962.38 2.632 0.8335 0.4653 5065.2
CA 3978.94 2.596 0.8667 0.3917 3506.8
(Sumber: Hasil data)

Nilai kapasitas dasar diperoleh dengan paling besar pada Bundaran Radin Inten
mengalikan keempat faktor konversi. Dari adalah bagian jalinan BC ( dari Selatan ke
hasil perhitungan nilai kapasitas dasar Utara dan sebaliknya), ini karena panjang
diperoleh hasil bahwa kapasitas dasar yang dan lebar jalinan setelah dikalikan dengan

28 | K o n s t r u k s i a
ANALISA KINERJA BUNDARAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (Weka-Hanif)

faktor konversi hasilnya besar, sehingga C = Co x Fcs X Frsu


nilai kapasitas dasarnya-pun besar. .........................................................................................
(Pers 3)
Kapasitas Bundaran 1. Faktor ukuran kota Fcs = 0.94 ( jumlah
penduduk 0.5- 1 juta jiwa )
Bardasarkan kondisi jumlah penduduk
2. Faktor Lingkungan Jalan = 0.88 ( kelas
Bandar Lampung adalah 902.885 jiwa ( Http
hambatan samping tinggi dan jumlah
: Bandar Lampung kota.BPS.go.id ) maka :
penduduk 0.5- 1 juta jiwa )

Tabel 8. Kapasitas Bundaran


Faktor Penyesuaian Kapasitas
Bagian Kapasitas Ukuran Kota Lingk.Jalan (C)
Jalinan Dasar (Co) (Fcs) (Frsu) smp/jam
AB 2815.9 0.94 0.88 2329.311
BC 5065.2 0.94 0.88 4189.936
CA 3506.8 0.94 0.88 2900.811
(Sumber:Analisis data)

Derajad Kejenuhan Tundaan Pada Bagian Jalinan Bundaran


(Delay)
Arus total (Q) merupakan Arus total
kendaraan bermotor pada bagian jalinan Tundaan yaitu waktu tambahan yang
dinyatakan dalam kend/jam, smp/jam atau diperlukan untuk melewati bundaran di
LHRT. bandingkan dengan lintasan tanpa melalui
bundaran.
Tabel 9. Jumlah Arus Masuk Bagian D = DT + DG
Jalinan
Arus Masuk Bagian Tabel 11. Nilai Tundaan Bagian Jalinan
Bagian Jumlah
Jalinan Tunda
Jalinan (smp/jam)
(Q) Derajad Tundaan an
Bagian Tundaan
AB A =Alt +Art +Aut 1014.9 Kejenuhan lalu Geom
Jalinan (D)
(DS) lintas etrik
BC B =Brt +Bst +But 2780.5 (DT) (DG)
CA C =Clt +Cst +Cut 2747.5 AB 0.4357 2.0434 4 6.043
(Sumber: Hasil data) BC 0.6636 3.1122 4 7.112
CA 0.9471 10.4909 4 14.4909
Tabel 10. Nilai Derajad Kejenuhan
(Sumber:Analisis data)
Arus Masuk Derajad Peluang Antrian Pada Bagian Jalinan
Bagian Kapasitas
Bagian Kejenuhan Bundaran (QP %)
Jalinan C
Jalinan(Q) (DS)
Peluang antrian bundaran ditentukan
AB 2329.311 1014.9 0.4357 sebagai berikut :
BC 4189.936 2780.5 0.6636 QPR% = maks. Dari (Qpi%) ; i = 1...n( Pers 8)
CA 2900.811 2747.5 0.9471
(Sumber: Hasil data)

29 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 2 | April 2016

Tabel 12. Nilai Peluang Antrian Pada Bakauheni ke arah Tanjung Karang
Bagian Jalinan Bundaran (QP %) dan sebaliknya ) adalah A , BC ( dari
arah Tanjung Karang ke arah
Peluang Antrian Kotabumi dan sebaliknya) adalah B
(Qp%) sedangkan bagian jalinan CA (dari
Bagian Batas Batas arah Kotabumi ke arah Bakauheni
Jalinan Atas Bawah dan sebaliknya ) adalah E.
10.046 4.746 2) Nilai tundaan ketiga bagian jalinan
AB ini terhitung kurang baik karena
BC 24.951 10.754 melebihi tundaan geometrik
kendaraan yang tidak terhambat
CA 67.658 32.232 yaitu 4 detik.
(Sumber:Analisis data) 3) Peluang antrian terbesar ada pada
ruas jalan CA (dari arah Kotabumi ke
arah Bakauheni dan sebaliknya )
Tingkat Pelayanan (Level Of Service) yaitu batas atas sebesar 67.658%
Tingkat Pelayanan Bundaran Radin Inten dan batas bawah sebesar 32.232%.
pada tiap jalinan jalan dapat dilihat pada 4) Kemacetan terbesar pada jalinan CA
tabel dibawah ini : (dari arah Kotabumi ke arah
Bakauheni dan sebaliknya) akibat
Tabel 13. Tingkat Pelayanan Jalan kapasitas jalinan tidak dapat
Tingkat melayani volume lalu lintas yang ada.
Derajad 5) Kondisi bundaran Raden Intan
Bagian Pelayanan
Kejenuhan terhitung buruk karena di bagian
Jalinan (Level Of
(DS) jalinan CA nilai LOS ( Level of servis )
Servis)
adalah E.
AB 0.4357 A

BC 0.6636 B Daftar Pustaka

CA 0.9471 E Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997.


Manual Kapasitas Jalan
(Sumber : Hasil Analisis Data) Indonesia(MKJI) Departemen
Pekerjaan Umum.
Dengan jumlah nilai LoS pada bagian jalinan Alamsyah, A.A. 2008. Rekayasa Lalu lintas.
AB ( dari Timur ke Selatan dan sebaliknya) UMM Press. Malang.
sebesar 0.4357, bagian jalinan BC ( dari Direktorat Bina Sistem Lalulintas Dan
Selatan ke Utara dan sebaliknya) sebesar Angkutan Kota. 1999. Rekayasa
0.6636 dan Bagian Jalinan CA (dari Utara ke Lalulintas.
Timur dan sebaliknya) sebesar 0.9471, jadi Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan Dan Teknik
bagian jalinan AB dan BC mempunyai Lalu Lintas.penerbit Universitas
tingkat pelayanan A dan B sedangkan bagian press. Yogyakarta
jalinan CA mempunyai tingkat pelayanan E. Khisty dan Lall. 2005. Dasar-Dasar Rekayasa
Transportasi. Jilid I. Penerbit
Kesimpulan Erlangga. Jakarta.
Morlok, K. Edward, 1995. Pengantar Teknik
Berdasarkan uraian yang telah dituliskan dan Perencanaan Transportasi.
dalam skripsi ini, penulis dapat mengambil penerbit Erlangga. Jakarta
beberapa kesimpulan, yaitu : Marsyad, Hardoyo. dkk. (2008). Panduan
Penulisan Tugas Akhir, Skripsi,
1) Tingkat Pelayanan/LOS ( Level of Proposal, dan Laporan Kerja Praktek.
servis ) jalinan AB (dari arah

30 | K o n s t r u k s i a
ANALISA KINERJA BUNDARAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (Weka-Hanif)

Bandar Lampung : Universitas


Malahayati.
Sukirman, S. 1999. Dasar-Dasar
Perencanaan Geomentrik Jalan Raya.
penerbit Nova. Bandung.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Bundaran_lal
u_lintas.
Http
://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Li
ntas/Kapasitas_jalan.
Http ://id.Bandar_Lampung_kota.Bps.go.id

31 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 7 Nomer 2 | April 2016

32 | K o n s t r u k s i a

You might also like