You are on page 1of 9

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.

1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

PELAKSANAAN CASE MANAGEMENT OLEH KEPALA RUANG DI RSUD


BANJARMASIN
(Implementation of Case Management By Head of Space in Banjarmasin District)

Bayu Purnama Atmaja, Yati Afiyanti, Yuliani Budiyarti


Email : bayupurnama.bp@gmail.com
Abstract
This study used a qualitative method with phenomenological approach. Retrieving
data using in-depth interview on the four participants who become case managers in
Banjarmasin hospital. There are five themes found in this research that the implementation of
the assessment in case management.
The first theme, the implementation of the assessment in the Case Management
consists of two sub-themes, namely: (1) Step Assessment (2) Method of Assessment
(3)Manner assesment. The second theme, the realization of the case management consists of
three sub-themes, namely: (1) Implementation case management (2) coordination case
management (3)Evaluation case management. The third theme, obstacle of case management
consists of three Sub-themes, namely: (1) problemof communication(2) Facilities (3) Human
Resources. The fourth theme is support of case management barriers consist of three sub-
themes, namely (1) hospital policy (2)Financial (4) Environtment support.
The results of this study showed a picture implementation of Case Management by
head space. Based on the findings of researchers, the head space that performed the role of
Case Management of four participants, mostly in performing the role of head space with five
management functions already run up to, but in the role as a Case Manager Case
Management is not based on the principle intact.

Keywords : Case Management, Nursing Chief

PENDAHULUAN

Era Globalisasi menuntut perubahan Pelaksanaan Standart Akreditasi Rumah


pelayanan Rumah Sakit yang Sakit versi Komisi Akreditasi Rumah
berkelanjutan sesuai dengan standart atau Sakit (KARS) tahun 2012 menuntut
kebijakan yang berlaku demi Institusi Rumah Sakit memberikan
meningkatkan mutu pelayanan. pelayanan yang Continuity Of Care. Hal
(Keputusan Dirjen Bina Upaya Kesehatan tersebut sesuai dengan kebijakan yang
No. HK. 02.04/I/2790/11 tentang Standart berlaku bahwa, Rumah Sakit merupakan
Akreditasi Rumah Sakit). Pemberian institusi pemberi pelayanan kesehatan
pelayanan di Rumah Sakit merupakan secara holistic mulai dari pelayanan rawat
unsur strategis dalam meningkatkan mutu inap, rawat jalan dan gawat darurat
atau derajat kesehatan masyarakat. Petugas (Undang-Undang No.44 tahun 2009
kesehatan dalam pelayanan si Rumah Sakit tentang Rumah Sakit).
harus memegang prinsip dalam
memberikan pelayanan. Prinsip METODE PENELITIAN
peningkatan mutu pelayanan adalah Desain penelitian ini menggunakan metode
memenuhi kebutuhan pasien, mengukur kualitatif dengan pendekatan
dan menilai pelayanan yang diberikan, fenomenologi. Penelitian kualitatif
memperbaiki proses pelayanan dan bermaksud memahami fenomena tentang
meningkatkan mutu pemberi pelayanan. apa yang dialami oleh subjek penelitian

8
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, 1. Pelaksanaan Assesment Case


tindakan secara holistik dan dengan cara Management.
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan 2. PelaksanaanCase Management.
bahasa, pada suatu konteks khusus yang 3. Hambatan dalamCase Management
alamiah dengan memanfaatkan berbagai 4. Dukungan dalam Case Management
sumber alamiah (Moleong, 2014).
Penelitian ini dilakukan untuk 3. Pembahasan
mengekplorasi pengalaman Kepala Ruang Kepala ruangan yang
dalam menjalankan peran sebagai Case menjalankan case management
Manager. Menurut Bullock (2005, dalam mempunyai peran ganda selamin
Afrizal, 2014) metode kualitatif dipilih melaksanakan fungsi manajemen.
karena banyak hal yang tidak dapat Kepala Ruang merupakan manajer
ditelaah dengan menggunakan metode tingkat bawah ini yang memegang
penelitian kuantitatif. Metode ini berguna peranan cukup penting dan strategi
untuk pemahaman yang lebih mendalam dalam manajemen di unit perawatan
tentang makna (arti subjektif dan rawat inap, karena secara manajerial
penafsiran) dan konteks tingkah laku serta dituntut mampu menentukan
proses yang terjadi pada faktor-faktor yang keberhasilan pelayanan keperawatan
berkaitan dengan tingkah laku tersebut. melalui fungsi manajemen operatif
seperti pengarahan, memotivasi,
pengawasan dan supervisi (Cartney
HASIL DAN PEMBAHASAN 2009; Potter 2010; Tappen 1998 dalam
1. Karakteristik responden Putra 2010).
Lima kepala ruangan diwawancarai Kepala ruangan banyak
dari bulan November 2016 sampai menjalankan fungsi manajemen di
dengan bulan Desember 2016. Lima ruangan rawat sehingga pelaksanan
orang di data untuk terlibat dalam case management belum dijalankan
penelitian ini, namun satu partisipan secara optimal. Hal tersebut sesuai
dieksekusi karena susah ditemui pada dengan yang dikemukan oleh Monteiro
saat akan melakukan wawancara. & Simbolon (2014). Secara spesifik
Pengecekan dan validasi hasil keduanya menyatakan bahwa ternyata
wawancara dilakukan pada akhir waktu tertinggi yang dihabiskan oleh
Desember 2016. kepala ruangan dalam menjalankan
Adapun jenis kelamin dari fungsi dan kerjanya adalah fungsi
partisipan terdiri dari satu laki-laki dan manajemen keperawatan. Mengingat
tiga perempuan yang mana untuk usia hal itu, kepala ruangan dituntut agar
partisipan bervariasi antara 30 tahun memiliki kemampuan yang lebih dalam
sampai dengan 55 tahun. Semua mencapai tujuan melalui orang lain.
partisipan memiliki pengalaman Dimana Depkes (1999) juga
menjabat sebagai kepala ruangan lebih mensyaratkan bahwa untuk menjadi
dari 3 tahun dan menjadi perawatantara kepala ruangan yaitu pendidikan
5 tahun sampai dengan 15 tahun. minimal ahlimadya
Dalam menjalankan tugasnya keperawatan/kebidanan, pernah
sebagai Case Manager sebagian besar mngikuti kursus/ pelatihan manajemen
partisipan memiliki latar belakang pelayanan keperawatan ruang/ bangsal,
pendidikan Sarjana Keperawatan-Ners, memiliki pengalaman kerja sebagai
hanya satu orang yang berpendidikan perawat pelaksana 3-5 tahun serta sehat
Diploma III Keperawatan. jasmani dan rohani.
2. Analisis Tematik

9
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

Pendidikan merupakan suatu Ketika penyampaian delegasi,


indikator yang mencerminkan dapat dilakukan secara lisan maupun
kemampuan seseorang untuk dapat tertulis. Penyampaian pesan secara lisan
menyelesaikan suatu pekerjaan, dengan ini dilakukan ketika pada saat bisa
latar belakang pendidikan seseorang berhadapan/ berkomunikasi langsung
dianggap mampu menduduki suatu atau dengan menggunakan telepon.
jabatan tertentu (Hasibuanm, 2005). Ketika melakukan komuniksi lisan
Pada penelitian inimenggambarkan perlu diperhatikan prinsip komunikasi
karakteristik partisipan yang menjadi lisan agar komunikasi berjalan dengan
kepala ruangan memiliki pendidikan baik dan benar sehingga tidak terjadi
minimal diploma tiga keperawatan dan kesalahan dalam berkomunikasi.
bahkan ada yang mencapai pendidikan Komunikasi yang baik kepada
magister keperawatan. bawahannya seorang manajer dapat
Kondisi beban kerja yang berat mengarahkan bawahannya tersebut
dari kepala ruangan membuat untuk melakukan tugas dan
ppelaksanaan case management dibantu wewenangnya sesuai dengan tujuan
oleh katim. Dengan demikian kepala yang ingin dicapai (Firman,2015).
ruang memberikan delegasi pada katim. Pernyataan ini juga sesuai dengan
Hal yang diperhatikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sayhrial
pendelegasian efektif, Louis Alen 1958 (2009) diperoleh hasil kemampuan
dalam Kesumajaya (2010) mengatakan komunikasi kepala ruangan
bahwa ada beberapa teknik khusus berpengaruh positif terhadap
untuk membantu kepala ruangan yaitu pendokumentasian.
tetapkan tujuan, tegaskan tanggung Pendelegasian wewenang adalah
jawab dan wewenang berikan motivasi pelimpahan wewenang formal dan
kepada bawahan, melalui perhatian tanggung jawab kepada seorang
pada kebutuhan dan tujuan mereka yang bawahan untuk menyelesaikan aktivitas
sensitif, meminta penyelesaian kerja, tertentu sesuai dengan yang
berikan pelatihan dan dilakukan diungkapkan Sujak (1999) bahwa
pengawasan yang memadai. pendelegasian merupakan proses
Membahas tentang teknik penugasan wewenang dan tanggung
pendelgasian tersebut dimana kepala jawab kepada bawahan. Dalam hal
ruangan harus menentukan kepada pendelegasian wewenang, penerima
siapa delegasi tersebut diberikan, kepala delegasi akan sangat terbantu untuk
ruangan dapat melihat kriteria tertentu menyelesaikan tugas-tugas maupun
pada individu yang akan menerima permasalahan yang ada ketika
delegasi seperti yang di ungkapkan oleh melaksanakan delegasi yang
partisipan ke satu yang mengatakan diterimanya, dimana penerima delegasi
kriteria untuk menentukan delegasi diberikan kepercayaan untuk
adalah latar belakang pendidikan, masa mengambil keputusan. Hal ini sesuai
kerjanya, sikapnya, yang paham akan dengan ungkapan Hasibuan, 2007
kerjaan, pangkat. Hal ini sependapat mengatakan bahwa pendelegasian
dengan yang diungkapkan oleh wewenang dalam sebuah perusahaan
Hasibuan,2005 dan Sukoco, 2007 harus dilandasi dengan kekuasaan
dimana dengan latar belakang karena kekuasaan seseorang karyawan
pendidikan seseorang dianggap mampu memiliki hak dalam mengambil
menduduki suatu jabatan tertentu, keputusan.
lamanya masa kerja seseorang akan Pendelegasian sangat
berpengaruh terhadap kualitas masa menguntungkan bagi pemberi delegasi
kerjanya. dimana ketika melakukan

10
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

pendelegasian kepada orang yang tepat setingkat demi setingkat dari tingkat
akan sangat membantu, dimana organisasi paling atas ke tingkat paling
semakin banyak tugas manajer yang bawah, garis wewenang yang jelas akan
dapat didelegasikan akan semakin besar memudahkan bagi setiap anggota
peluang mereka untuk mencari dan (Marques & Huston, 2000).
menerima lebih banyak tanggung jawab Semua tentang pendegasian dapat
dari manajer tingkat lebih tinggi. berjalan dengan baik bila mendapat
Namun tidak hanya keuntungan untuk dukungan dari pihak manajemen yaitu
dirinya sendiri, tetapi ada pula berupa aturan dan kebijakan yang ada
keuntungan untuk yang menerima dirumah sakit, karena dengan adanya
delegasi keputusan dapat lebih cepat aturan dan kebijakan maka kedua belah
diambil karena tidak harus meminta pihak akan terlindungi secara hukum,
persetujuan dari atasan, keuntungan lain disedikannya form untuk melakukan
yang didapat oleh penerima delegasi delegasi.
dalam pendelegasian wewenang akan Kepala ruangan dalam
lebih meningkatkan rasa tanggung menjalankan fungsi pengarahan
jawab dan inisiatif terhadap organisasi diharapkan dapat mengayomi dari
menjadi lebih besar, merupakan seluruh staf yang ada dibawahnya, salah
kesempatan untuk latihan bagi para satu cara yang dapat membuat staf
anggota apabila kelak ia menduduki dapat bekerja dengan baik yaitu dengan
jabatan yang lebih tinggi (Marques & pemberian motivasi, dimana motivasi
Huston, 2000). disini bisa berupa reward maupun
Jika ingin delegasi itu berhasil, punishment.
maka tetap diperlukan kontrol selama Ketika staf melakukan hal yang
delegasi berjalan. Kepala ruangan tetap positif sudah selayaknya kepala
memiliki tugas untuk melaksanakan ruangan sebagai pimpinan disitu
kontrol terhadap orang yang menerima memberikan reinforcement positif yang
delegasi baik hanya sekedar sifatnya dapat membangun motivasi
menanyakan ada kendala atau masalah lebih baik. Seperti teori proses motivasi
ketika melakukan tugas yang diberikan yang diungkapkan oleh Swanburg,
sampai dengan apa hasil yang diperoleh 2000, Siagian dalam Prasojo, 2005
ketika melakukan delegasi. Pernyataan terkait dengan teori penguatan
ini didukung oleh Tappen dalam (reinforcement), dalam organisasi
Kuswantoro, 2010 dimana kepala seorang manajer tidak perlu
ruangan sebagai manajer level pertama memikirkan permasalahn internal yang
dalam manajemen di unit perawatan bersifat kognitif sebab faktor-faktor
rawat inap yang memiliki tugas penguat yang mengendalikan perilaku
mengontrol kinerja perawat secara para bawahan.
langsung. Fungsi penguatan adalah dimana
Partisipan mengatakan bahwa setiap tindakan yang dilakukan dan
pendelegasian juga dapat dilakukan mendapatkan respon yang baik,
secara berjenjang, dari kabid ke kasie, memperbesar kemungkinan bahwa
kasie ke ka irna dan kairna baru ke tindakan itu akan diulang dan
kepala ruangan, dan kepala ruangan ke sebaliknya menegur/ menghukum
katim, dimana jika yang didelegasikan perawat pelaksana karena melakukan
tidak dapat menjalankan tugas maka ia sesuatu yang seharusnya tidak
pun dapat mendegasikan kepada orang dilakukan, perawat tersebut cenderung
lain lagi sesuai dengan kriteria yang tidak mengulangi lagi (Prasojo,2005).
ada. Proses pendelegasian harus ada Perilaku baik atau diinginkan harus
garis wewenang yang jelas mengalir dihargai. Contoh reinforcement yang

11
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

dapat diberikan berupa ucapan usaha bawahannya, tugas kedua adalah


terimakasih, pujian atas apa yang sudah memberi kesejahteraan fisik, emosional
dilakukan. dan jabatan bagi ruangan yang
Tidak hanya pemberian dipimpinnya.
reinforcement saja, memotivasi staf Dukungan kepala ruangan dalam
agar lebih berprestasi juga bisa memberikan motivasi kepada stafnya
dilakukan dengan cara pemberian upah didukung pula oleh pihak manajemen
yang sesuai. Hal ini sesuai dengan hasil yang juga memberikan reward berupa
penelitian Ioana Gadakan, dkk (2013) adanya pemilihan perawat teladan
dimana hasil penelitian nya bahwa namun disayangkan bahwa dalam
aspek yang dapat menurunkan motivasi melakukan pemilihan perawat teladan
kinerja adalah tidak ada imbalan dari tersebut masih belum diketahui kepala
pekerjaan yang mereka lakukan sebesar ruangan terkait dengan metode dan cara
51% dan gaji sebesar 41%. rekrutmen nya. Kejelasan dari metode
Ketika kebutuhan dasar sesuai dan rekrutmen akan membuat seluruh
dengan teori maslow sudah terpenuhi, staff yang bekerja di rumah sakit akan
maka kepala ruangan dapat memotivasi membenahi diri sendiri untuk dapat
stafnya dengan memberikan motivasi termotivasi untuk pencapaian perawat
dengan cara lain yaitu yang bersifat teladan tersebut. Dukungan pihak
pencapaian “achievement” dimana manajerial di kelompokkan Gibson
pencapaian disini bisa berupa kenaikan 1999 dalam simanjuntak 2011 kedalam
pangkat ke jenjang berikutnya, atau variabel organisasi dimana dukungan
dengan mengaktifkan lelang katim agar manajerial berefek tidak langsung
ketua tim semakin tertantang dan namun dukungan organisasi dan
menghargai jabatan yang sedang pelaksanan fungsi manajemen berutjuan
diberikan. Jadi disini siapapun berhak untuk memberikan kemudahan,
menjabat sebagai katim dimana dengan memfasilitasi dan mendorong smua
teknik seperti itu personil/ staff akan pekerjaan agar menaikkan kinerjansvya
termotivasi tinggi apabila usaha mereka secara optimal.
menghasilkan sesuatu yang diharapkan Pemberian motivasi yang
dan bernilai serta dihargai (Ilyas dalam dilakukan oleh kepala ruangan selain
Prasojo 2005). Hal ini juga didukung dengan cara memberikan
oleh West dalam Prasojo 2005 yang reinforcement, upah, achievement dan
mengatakan bahwa personel jika tidak juga kesempatan menjadi katim kepala
ditantang dan tidak dihargai dalam ruangan juga memberikan motivasi
pekerjaannya maka tidak akan secara religi. Manusia membutuhkan
mendayagunakan kemampuannya goal portofolio tiga dimensi untuk
secara maksimal. mengukur dirinya sendiri dalam tiga
Terkait dengan achievement, Mc lapisan yaitu materi, intelektual dan
Clleland memberikan perhatian pada spiritual (Heri,2010). Hal ini sesuai
tiga kebutuhan manusia yaitu prestasi, dengan pernyataan Fasochsh, dimana
aplikasi dan kekuasaan. Tiga hal ini aspek jasmani dan rohani individu
telah terbukti merupakan unsur penting karena berati individu memiliki
yang ikut menentukan prestasi pribasi motivasi ibadah yang baik sehingga
dalam berbagai situasi kerja dan cara diharapkan kinerja akan meningkat. Hal
hidup. Hal senada diungkapkan oleh senada juga diungkapkan oleh Kahmat
Gillies (1995) kepala ruangan sebagai (2009) dimana keyakinan teologis yang
manajer lini pertama mempunyai dua berakar pada agama tersebut
tugas. Tuags pertama adalah pemberian berimplikasi positif terhadap etos kerja.
kepaerawatan yang efektif melalui .

12
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

IMPLIKASI Relationships, Teamwork, Role


Pelaksanan Case Management yang Ambiguity and Wellbeing: Public
dijalankan oleh kepala ruang di RSUD Versus Private Sector Nurses. Asia
Banjarmasin, sebagian besar dalam Pacific Journal of Human
menjalankan peran kepala ruangnya Resources (Internet), 49 (2)
dengan lima fungsi manajemen sudah pp.143-164.Available
berjalan maksimal, namun dalam from:<http://dx.doi.org/10.1177/
menjalankan peran sebagai Case 1038411111400161> (Accessed 3rd
Manager belum dilandasi prinsip Case August 2016)
Management secara utuh. Case Management Insider. 2011. Role and
Functions Of ED Case Manager
SARAN (online), http://search.
Pelaksanaan Case Management di Proquest.com/database).
Rumah Sakit seharusnya dijalankan Creswell, J.W. (2014). Penelitian
oleh orang yang benar-benar Kualitatif dan Desain Riset:
memahami case management. Untuk Memilih di antara Lima
peran kepala ruang yang menjadi case Pendekatan. Edisi 3. Yogyakarta:
manager seharusnya memang benar- Pustaka Pelajar.
benar orang yang tepat, secara Comission for Case Manger Certification.
kemampuan, pengalaman, maupun 2009. Care Coordination Case
tingkat pendidikan dan pelatihan. Pihak Manager (online),
manajemen harus selalu melakukan http;//www.comcertification.org).
monitor dan evaluasi perbaikan case Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementrian
management yang dijalankan oleh Kesehatan RI & Komisi Akreditasi
kepala ruang sehingga mutu pelayanan Rumah Sakit (KARS). 2011
dapat ditingkatkan. Standart Akreditasi Rumah Sakit.
Kementerian Kes. RI; Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Feather, R.A. & Ebright, P.R. (2013). How
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I.N. Staff RNs Perceive Nurse Manager
(2014). Metodologi Penelitian Roles. Open Journal of Leadership
Kualitatif dalam Riset (Internet), 2 (3) pp.63-67.
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Available from:
Rajawali Pers. <http://dx.doi.org/10.4236/ojl.2013
Afrizal. (2014). Metode Penelitian .23008> (Accessed 3rd August
Kualitatif: Sebuah Upaya 2016)
Mendukung Penggunaan Gillies, D.A. (1994). Nursing
Penelitian Kualitatif dalam Management: A System Approach.
Berbagai Disiplin Ilmu. Edisi 1. Philadelphia: W. B. Saunders.
Jakarta: Rajawali Pers. Quated in: Kuntoro, A. 2010. Buku
Anderson, L. (2015). Understanding Ajar Manajemen
Hospital-Based Nurses’ Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Experiences Of Structurational Medika, p.25.
Divergence. The Qualitative Report Guerra, S.T., Prochnow, A.G., Trevizan,
(Internet). 20 (3) pp.172-185. M.A., & Guido, L.A. (2011).
Available from: Conflict in Nursing Management tn
<http://www.nova.edu/ssss/QR/QR the Hospital Context. Revista
20/3/ anderson2.pdf>(Accessed 3rd Latino-Americana de Enfermagem
August 2016) (Internet), 19 (2) pp. 362-369.
Brunetto, Y., Wharton, R.F. & Shacklock, Available from:
K. (2011). Supervisor-Nurse

13
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

<http://www.eerp.usp.br/rlae>(Acc &vid=0&hid=4207>(Accessed 15th


essed 3rd August 2016) August 2016)
Haryanti, T., Pujianto, T.I. & Adinatha, Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen
N.N. (2013). Analisis Pengaruh Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Persepsi Perawat Pelaksana tentang Medika.
Fungsi Manajerial Kepala Ruang Kusumaningrum, A., Sukesi, N. &
terhadap Pendokumentasian Kusuma, M.A. (2013). Efektifitas
Asuhan Keperawatan di Ruang Fungsi Manajerial Kepala Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Swasta di Terhadap Kinerja Perawat
Semarang. Jurnal Manajemen Pelaksana dalam Melaksanakan
Keperawatan (Internet), 1 (2). Asuhan Keperawatan di Ruang
Available from: Rawat Inap RSUD Ungaran. Jurnal
<http://jurnal.unimus.ac.id/index.p Ilmu Keperawatan dan
hp/JMK/article/ Kebidanan(Internet),1 (4).
view/1009>(Accessed 13th August Available from:
2016) <http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e
Herdiansyah, H. (2015). Wawancara, -journal/index.php/
Observasi, dam Focus Groups: ilmukeperawatan/article/view/162>
Sebagai Instrumen Penggalian (Accessed 13th August 2016)
Data Kualitatif. Edisi 1. Jakarta: Marquis, B.L. & Huston, C.J.
Rajawali Pers. (2010). Kepemimpinan dan
Huber, D.L. (2010). Leadership and Manajemen Keperawatan: Teori &
Nursing Care Management. 4th Aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Edition. Missouri: Elsevier Health Marquis, B.L. & Huston, C.J.
Sciences. (2015). Leadership Roles and
Julianto, M. (2016). Peran dan Fungsi Management Functions in Nursing:
Manajemen Keperawatan dalam Theory and Application. 8th
Manajemen Konflik. Jurnal Rumah Edition. Philadelphia: Wolters
Sakit Fatmawati (Internet), April, 1 Kluwer Health.
(5). Available from: Miles, M.B & Huberman, A.M, (1992).
<http://202.137.25.13/ejurnal/> Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
(Accessed 1st August 2016) UI-Press.
KARS, 2015. Panduan Penatlaksanaan Moleong, L.J. (2014). Metodologi
Dokter Penanggung Jawab Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Pelayanan (DPJP) dan Case Ramaja Rosdakarya.
Manager. (Edisi 1) Monteiro, E. & Simbolon, S. (2014).Pola
Keliat, B.A. & Akemat. (2009). Model Penggunaan Waktu Kepala Ruang
Praktik Keperawatan Profesional Untuk Menjalankan Fungsi
Jiwa. Jakarta: EGC. Manajemen di Ruang Rawat Inap
Kilpatrick, K. (2013). How do nurse Rumah Sakit Sumber Waras
practitioners in acute care affect Jakarta Barat. Nursing Current
perceptions of team effectiveness?. Journal (Internet), January, 2 (1)
Journal of Clinical Nursing pp.1-10. Available
(Internet), 22 pp.2636–2647. from:<http://dspace.library.uph.edu
Available from: // 123456789/2675>(Accessed 13th
<http://web.a.ebscohost.com/ehost/ August 2016)
pdfviewer/pdf Nursalam. (2012). Manajemen
viewer?sid=9824c5d0-e17d-4c1c- Keperawatan.Aplikasi dalam
ba59- Praktik Keperawatan Profesional.
50a75f1e3812%40sessionmgr4010 Edisi 5.Jakarta:Salemba Medika.

14
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

Rashed, S.A.E., Al Torky, M.A.M. & Spradley, J.P. (1997). Metode Etnografi.
Morsey, S.M. (2015). Performance Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
of Head Nurses Management Yogya. Quated in: Afrizal. 2014.
Functions and It’s Effect on Metode Penelitian Kualitatif:
Nurses' Productivity at Assiut Sebuah Upaya Mendukung
University Hospital.IOSR Journal Penggunaan Penelitian Kualitatif
of Nursing and Health dalam Berbagai Disiplin Ilmu.
Science(IOSR-JNHS) (Internet), Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers,
September-October, 4 (5) pp.38-49. p.135.
Available from: Sudarta, I.W.
<http://www.iosrjournals.org/iosr- (2015).Manajemen Keperawatan:
jnhs/papers/vol4-issue5/Version- Penerapan Teori Model
2/G04523849.pdf>(Accessed 13th dalam Pelayanan Keperawatan.
August 2016) Sleman: Gosyen Publishing.
Robins, S.P. & Judge, T.A. (2015). Sugiharto, A.S., Keliat, B.A. & Hariyati,
Perilaku Organisasi. Jakarta: R.T.S. (2012). Manajemen
Salemba Empat. Keperawatan: Aplikasi MPKP di
Rosyidi, K. (2013). Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Kepemimpinan dalam Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Kualitatif. Badung: Alfabeta.
Media. Susilo, W.H., Kusumaningsih, C.I., Aima,
Safitri, N., Widiyanto, P. & Mareta, R. M.H. & Hutajulu, J. (2015). Riset
(2013). Hubungan Fungsi Kualitatif dan Aplikasi Penelitian
Manajemen Kepala Ruang dengan Ilmu Keperawatan: Analisis Data
Kualitas Tindakan Pemasangan dengan Pendekatan Fenomenologi,
Infus di Rumah Sakit “X” Colaizzi dan Perangkat Lunak N
Muntilan. Jurnal Fakultas Ilmu Vivo. Jakarta: TIM.
Kesehatan (Internet). Available Swansburg, R.C. (2000). Pengantar
from:<http://id.portalgaruda.org/in Kepemimpinan dan Manajemen
dex.php?ref=browse&mod=viewart Keperawatan. Jakarta: EGC.
icle &article=114668>(Accessed Quated in: Keliat, B.A. & Akemat.
1st August 2016) 2009. Model Praktik Keperawatan
Sigit S, A., Keliat, B.A. & Hariyati, R.T.S. Profesional Jiwa. Jakarta: EGC,
(2011). Pengaruh Fungsi p.6.
Pengarahan Kepala Ruang dan Vivar, C.G. (2006). Putting conflict
Ketua Tim Terhadap Kepuasan management into practice: a
Kerja Perawat Pelaksana di RSUD nursing case study. Journal of
Blambangan Banyuwangi. Jurnal Nursing Management (Internet),
Keperawatan Indonesia (Internet), April, 14 (3) pp.201–206.
14 (2). Available Available from:
from:<http://ejournal.narotama. <http://onlinelibrary.wiley.com/doi
ac.id/> (Accessed 3rd August 2016) /10.1111/j.1365-
Simamora, R.H. (2012). Buku Ajar 2934.2006.00554.x/abstract>(Acce
Manajemen Keperawatan. Jakarta: ssed 3rd August 2016)
EGC. Warsito, B.E. & Mawarni, A. (2007).
Sitorus, R & Panjaitan, R. (2011). Pengaruh Persepsi Perawat
Manajemen Keperawatan: Pelaksana Tentang Fungsi
Manajemen di Ruang Rawat. Manajerial Kepala Ruang Terhadap
Jakarta: Sagung Seto. Pelaksanaan Manajemen Asuhan

15
Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018 : 8 - 16

Keperawatan di Ruang Rawat Inap Temanggung. Naskah dipresentasikan


RSJD Dr. Amino Gondohutomo dalam Prosiding Konferensi
Semarang. Nurse Media Journal of Nasional PPNI Jawa Tengah
Nursing (Internet), 1 (1). Available (Internet), pp.44-50.
from:<http://id.portalgaruda.org/in Availablefrom:<http://download.po
dex.php?ref=browse& rtalgaruda.org/article.php?article=9
mod=viewarticle&article=195214> 8508&val= 426>(Accessed 14th
(Accessed 1st August 2016) August 2016)
Widiasih S., Madya Sulisno. (2015).
Strategi Case Manager Dalam
Mengelola Kasus Pasien Rawat
Inap di RSB Kediri. The
Indonesian Jurnal Of Health
Science.(1) Available from :
Widiyanto, P., Hariyati, R.T.S. &
Handayani, H. (2013). Pengaruh
Pelatihan Supervisi Terhadap
Penerapan Supervisi Klinik Kepala
Ruang dan Peningkatan Kualitas
Tindakan Perawatan Luka di RS
PKU Muhammadiyah

16

You might also like