You are on page 1of 11

EFEKTIVITAS FORMAT PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN

MODEL PROBLEM ORIENTED RECORD (POR) TERHADAP


KEMUDAHAN PENGGUNAANNYA OLEH PERAWAT
DI RAWAT JALAN RSUD PETALA BUMI PEKANBARU

Ardenny1, Hirzal2
1,2
Poltekkes Kemenkes Pekanbaru
Email: ardenny_2010@yahoo.co.id

Abstract: The Effectiveness of Nursing Model of Problem Oriented Record (POR) with
Respect to The Ease of Its Use by Nurses in Outpatient Petala Bumi Hospital Pekanbaru.
Documentation of nursing is an activity that must be carried out by nurses. The phenomenon is
found in Petala Bumi Hospital Pekanbaru with nonavailabilities format documentation of nursing
especially in the outpatient based on standart. This research aims was to know the format of the
documentation of the effectiveness of nursing model of problem oriented record (POR) with
respect to the ease of its use by nurses in outpatient Petala Bumi Hospital Pekanbaru. This research
were used quasi experiment method with post test one only group design. The research sample was
the entire managing nurses in nine rooms of patient Petala Bumi Hospital, total sample were 35
nurses, minimally educated criteria diploma of nursing, not being willing to leave and the
respondent. The instruments used are the characteristics of respondents (gender, age, education,
work and training period that followed) and the instruments of the format of the documentation of
nursing model of problem oriented record (POR) researchers designed with the method of check
list was done four times the measurement of long charging charging format, completeness,
correctness of filling of the format and the perception of the nurse about the ease of its use. Results
showed that there were Repeated ANOVA testing with a significant increase of the length of the
charging complate charging, true, entries and nurses perceptions about the ease of the use of the
form model POR at each measurement (p-value=0,000; α=0,05). It was recommended for
institutional services to improve the system of evaluation and documentation of nursing with the
format model POR.

Keywords: Documentation, format POR, accessibility.

Abstrak: Efektivitas Format Pendokumentasian Keperawatan Model Problem Oriented


Record (POR) terhadap Kemudahan Penggunaannya oleh Perawat di Rawat Jalan RSUD
Petala Bumi Pekanbaru. Pendokumentasian keperawatan merupakan kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh perawat. Fenomena yang ditemukan di RSUD Petala Bumi Pekanbaru adalah
belum tersedianya format pendokumentasian keperawatan khususnya di rawat jalan yang baku dan
sesuai standar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas format pendokumentasian
keperawatan model problem oriented record (POR) terhadap kemudahan penggunaannya oleh
perawat di rawat jalan RSUD Petala Bumi Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode quasi
experiment dengan post test one only group design. Sampel penelitian adalah seluruh perawat
pelaksana di sembilan ruangan di rawat jalan RSUD Petala Bumi Pekanbaru berjumlah 35
perawat. Instrumen yang digunakan adalah karakteristik responden (jenis kelamin, umur,
pendidikan, masa kerja dan pelatihan yang diikuti) dan intrumen format pendokumentasian
keperawatan model problem oriented record (POR) yang dirancang peneliti dengan metode check
list yang dilakukan empat kali pengukuran terhadap lama pengisian format, kelengkapan
pengisian, kebenaran pengisian format dan persepsi perawat tentang kemudahan penggunaannya.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari lama pengisian format,
kelengkapan pengisian, kebenaran pengisisan dan persepsi perawat antar post test tentang
kemudahan penggunaan format model POR (p-value=0,000; α=0,05). Direkomendasikan bagi
institusi pelayanan agar berupaya meningkatkan dan evaluasi sistem pendokumentasian
keperawatan dengan format model POR yang sudah ada.

Kata kunci: Dokumentasi keperawatan, Problem Oriented Record, Kemudahan

Pendokumentasian merupakan kegiatan oleh perawat karena melalui pencatatan dan


pencatatan dan pelaporan yang penting dilakukan pelaporan semua kegiatan perawat akan

366
Ardenny, Efektivitas Format Pendokumentasian Keperawatan Model Problem Oriented Record 367

terdokumentasi dengan baik. Pendokumentasian Pelaksanaan dokumentasi memegang


adalah kegiatan menuliskan data kesehatan peranan penting dalam penilaian kinerja perawat
sehingga bisa dibaca yang merupakan proses di ruang rawat inap maupun rawat jalan. Menurut
keperawatan sebagai dasar dalam memberi Iyer dan Camp (2005) mengatakan bahwa
asuhan keperawatan. (Huston, 2008; Heartfield dokumentasi asuhan keperawatan merupakan
2008). Hal ini didukung oleh Kozier (2005), mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi
pendokumentasian merupakan bukti akuntabilitas asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada
tindakan keperawatan yang dilakukan perawat pasien, yang telah dilaksanakan oleh perawat
dalam pelayanan keperawatannya terhadap pelaksana. Hal ini didukung Potter dan Perry
pasien. Perawat juga dituntut untuk menerapkan (2010) dokumentasi sebagai segala sesuatu yang
dokumentasi keperawatan sebagai tanggung tertulis atau tercetak dapat digunakan sebagai
jawab profesi dan aspek legal. Kelengkapan catatan dan bukti bagi individu yang berwenang.
dokumentasi keperawatan merupakan salah satu Dokumentasi yang baik tidak hanya
indikator mutu asuhan keperawatan yang mencerminkan kualitas perawatan tetapi juga
diberikan. membuktikan pertanggunggugatan setiap perawat
Peningkatan mutu pelayanan di rumah dalam memberikan perawatan.
sakit harus melibatkan semua unsur, termasuk Ciri dokumentasi asuhan keperawatan
didalamnya adalah unsur manajer melalui fungsi yang baik menurut Potter dan Perry (2010)
manajemen yang terdiri dari lima fungsi berdasarkan atas: pertama; fakta (faktual basis),
manajemen menurut Fayol (1908, dalam Stoner, kedua; akurat (accuracy) ketiga; lengkap
Freeman dan Gilbert, 1996) yaitu planning, (completeness), keempat; ringkas (conciseness),
organizing, leading, coordinating, and kelima; terorganisir sedangkan keenam dan
controlling. Sedangkan Gullick (2008) ketujuh adalah waktu yang tepat (time liness) dan
mengemukakan konsep planning, organizing, bersifat mudah dibaca (legibility).
staffing, directing, coordinating, reporting, Model pemberian asuhan keperawatan
budgeting atau dikenal dengan akronim perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
POSDCORB (Schlosser, 2009). Fungsi pasien yang sampai saat ini terdiri dari enam
pencatatan dan pelaporan (reporting) merupakan model yang meliputi: SOR (Source-Oriented
salah satu fungsi yang berhubungan dengan Record), POR (Problem Oriented Record),
pelaksanaan pendokumentasian. Progress Notes, CBE (Charting By Exception),
Fungsi pencatatan dan pelaporan PIE (Problems Intervention and Evaluation),
berhubungan erat dengan fungsi koordinasi, Focus (Process Oriented System), (Marquis &
dimana dalam organisasi harus ada orang yang Huston, 2012; Blais, Hayes, Kozier, & Erb, 2007;
bertanggung jawab mencatat dan melaporkan Tomey, 2009). Masing-masing model pemberian
tentang apa yang sedang terjadi (Vsanthakumar asuhan keperawatan mempunyai keuntungan dan
& Waldron, 2010). Hal ini sesuai dengan kerugiannya. Pendokumentasian keperawatan
pendapat Fisbach (2011) yang menyatakan menggunakan model POR mempunyai
bahwa pelaksanaan dokumentasi asuhan keuntungan yang dikemukakan oleh Damayanti
keperawatan dipakai sebagai alat ukur untuk (2010), bahwa penggunaan model POR
mengetahui dan memantau kualitas pelayanan mempunyai metode logis untuk melakukan
asuhan keperawatan yang diselenggarakan di analisis dan pemecahan masalah, memungkinkan
rumah sakit. Semua kegiatan yang dilakukan komunikasi yang lebih efektif, terdiri atas
oleh perawat baik sebagai pelaksana ataupun pembahasan singkat tentang setiap masalah yang
sebagai manajer harus dicatat dan dilaporkan ada dalam daftar masalah dan bagaimana
sebagai laporan kinerja yang bisa dijadikan masalah tersebut berakhir, apakah berhasil atau
sebagai bahan evaluasi untuk pengambilan tidak berhasil diselesaikan.
keputusan. Model Pendokumentasian keperawatan
Pengaruh pendokumentasi keperawatan menggunakan model problem oriented record
bagi Rumah Sakit menurut Iyer (2005), (POR) lebih mudah diterapkan karena model ini
menunjukkan adanya pelaksanaan memusatkan data tentang klien dan
pendokumentasian yang dirumuskan dapat didokumentasikan dan disusun menurut masalah
mengatasi permasalahan pasien, menigkatkan klien. Sistem dokumentasi jenis ini
kepuasan pasien akan standar dokumentasi mengintegrasikan semua data mengenai masalah
keperawatan, meningkatkan outcome pasien, yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau
serta proporsi kesembuhan dan lama hari rawat tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
pasien lebih besar yang menerapkan standar pemberian layanan kepada klien.
pendokumentasian.
368 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 366-376

Sebagian perawat merasakan bahwa dalam dan dilengkapi poliklinik PTRM (Program Terapi
melaksanakan pendokumentasian proses Rumatan Metadon) dan TB-DOTS. Jenis
keperawatan bukanlah menjadi kewajiban profesi ketenagaan yang di miliki oleh Instalasi Rawat
melainkan sebagai suatu beban (Keliat, dkk, Jalan RSUD Petala Bumi memiliki ragam profesi
2009). Pernyataan ini didukung dengan hasil dan jenis, jumlah tenaga perawat sendiri di
evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan pada instalasi rawat jalan RSPB Pekanbaru sebanyak
beberapa rumah sakit umum di Indonesia yang 35 orang dengan kualifikasi pendidikan S1
menunjukkan bahwa, kemampuan perawat Kesehatan Masyarakat sebanyak 2 orang (5,7%),
mendokumentasikan asuhan keperawatan rata- SPK 5 orang (14,3%), DIII Keperawatan dan
rata kurang dari 60%, sedangkan hasil evaluasi Kebidanan 22 orang (62,9%), DI Kebidanan 4
dokumentasi keperawatan pada dua rumah sakit orang(11,4%) dan DIV Kebidanan 2 (5,7%).
jiwa rata-rata kurang dari 40% yang memenuhi Berdasarkan rata-rata jumlah kunjungan rawat
kriteria (Keliat, dkk., 2009). jalan dalam satu tahun terakhir ini yaitu 5.031
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan orang, dengan poliklinik kunjungan yang paling
selama ini di Indonesia masih belum sesuai tinggi adalah poliklinik umum yaitu 1.676 orang
dengan standar, sehingga sering muncul masalah (RSUD Petala Bumi, 2010). Beberapa informasi
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Masalah yang didapatkan dari hasil wawancara dengan
itu adalah tidak lengkapnya dokumentasi asuhan pihak manejer dan kepala ruangan rawat jalan,
keperawatan yang dilakukan baik di rumah sakit bahwa sistim pendokumentasian pasien rawat
maupun pelayanan keperawatan yang lainnya. jalan belum pernah direncanakan untuk direvisi
Menurut Widyantoro (2011), permasalahannya sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
adalah rumitnya sistem pendokumentasian Alasan ini diperkuat juga dengan lemahnya
asuhan keperawatan, penggunaan dokumentasi kebijakan pimpinan rumah sakit untuk
yang masih manual, dan pemahamam perawat memperbaiki masalah yang terjadi khususnya di
yang masih rendah tentang pentingnya pendokumentasian rawat jalan.
dokumentasi. Beberapa hal yang menjadi penyebab lain
Hambatan dalam pendokumentasian dari lemahnya kebijakan seorang pimpinan
asuhan keperawatan telah diteliti oleh Gugerty adalah adanya pergantian direktur rumah sakit
dan Maranda, 2010 di Maryland terhadap 933 sehingga program yang telah disusun tidak dapat
orang perawat dengan metoda kuantitatif dan direalisasikan dengan baik. Adanya pergantian
kualitatif. Hasil perhitungan secara kuantitatif direktur Rumah Sakit ini mengakibatkan fungsi
didapatkan data bahwa 81% pendokumentasian manajemen rumah sakit belum berjalan secara
asuhan keperawatan menyita waktu sehingga optimal. Salah satu fungsi manajemen Rumah
berdampak langsung terhadap pelayanan, 36% sakit yang tidak berjalan secara optimal adalah
menyelesaikan pendokumentasian setelah jam fungsi pengarahan, dimana seorang manajer
kerja selesai, 63% kelebihan jam kerja harus seharusnya memiliki kemampuan terhadap
dibayar oleh rumah sakit, 55% perawat masalah yang terjadi terutama di rawat jalan
melakukan pendokumentasian secara berlebihan, yakni tentang pendokumentasian.
64% pendokumentasian dilakukan secara manual. Perlu diketahui juga bahwa pada awal
Selain faktor sistem pendokumentasian berdirinya rumah sakit pada pertengahan tahun
asuhan yang manual menurut Champ & Iyer, 2008, pencatatan dan pelaporan
2005, hambatan dalam pendokumentasian pendokumentasian pasien dicatat di laporan
lainnya adalah belum diterapkannya keseragaman medis. Hingga saat ini belum ada format
dalam membuat diagnosis keperawatan, rencana dokumentasi yang baku yang disahkan oleh
tindakan dan pencapaian hasil yang diharapkan. direktur untuk dijadikan suatu pedoman
Dokumentasi proses keperawatan yang lengkap, pencatatan dan pelaporan khususnya Rawat
akurat dan sesuai standar, juga akan menjamin Jalan.
kesinambungan proses keperawatan yang Hasil survei tersebut diatas menunjukkan
diberikan kepada pasien dan sebaliknya apabila bahwa asuhan keperawatan belum terlaksana
tidak lengkap dan tidak sesuai dengan sesuai dengan standar. Tujuan penelitian untuk
permasalahan pasien akan membuat dokumentasi mengetahui efektivitas penggunaan format
menjadi tidak berarti dan menimbulkan pendokumentasian menggunakan model Problem
ketidaksinambungan proses keperawatan. Oriented Record (POR) terhadap kemudahan
Rumah Sakit Umum Petala Bumi penggunaannya oleh perawat di RSUD Petala
Pekanbaru adalah Rumah Sakit Umum Daerah Bumi Pekanbaru.
tipe C dengan pelayanan empat spesialis besar
yaitu Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Kandungan
Ardenny, Efektivitas Format Pendokumentasian Keperawatan Model Problem Oriented Record 369

METODE PENELITIAN a. Umur dan Lama Kerja Perawat Pelaksana


Karakteristik perawat pelaksana
Penelitian ini adalah penelitian quasi berdasarkan umur dan lama kerja merupakan
experiment dengan menggunakan desain post test variabel numerik, dilakukan analisis dengan
one group design (Sugiyono, 2008; Arikunto, menggunakan central tendency dan disajikan
2009). Pada model ini peneliti ingin mengetahui pada tabel 1 sebagai berikut:
efektivitas penggunaan format pendokumentasian
model POR (Problem Oriented Record) pada Tabel 1. Rerata Umur dan Lama Kerja
perawat setelah adanya rancangan format Perawat Pelaksana
pendokumentasian. Hal ini dilakukan, karena Variabel Mean SD Min-Max
sebelumnya format pendokumentasian model Umur (tahun) 31,40 4,23 25-39
POR belum tersedia di rawat jalan, penggunaan Lama kerja (tahun) 5,94 2,33 2-12
format pendokumentasian keperawatan POR di
observasi sebanyak empat kali post test. Lokasi Berdasarkan penyajian pada Tabel 1 rata-
penelitian ini dilakukan di Rawat Jalan RSUD rata umur perawat pelaksana di rawat jalan
Petala Bumi Pekanbaru. Populasi dalam RSUD Petala bumi Pekanbaru adalah umur 31,40
penelitian adalah seluruh perawat yang tersebar tahun, dengan standar deviasi ±4,23 tahun, umur
di 6 Ruang Rawat Jalan RSUD Petala Bumi termuda 25 tahun dan tertua 39 tahun. Sedangkan
Pekanbaru yang berjumlah 35 perawat. rata-rata lama kerja perawat pelaksana adalah
Pengambilan sampel dalam penelitian ini 5,94 tahun, dengan standar deviasi ±2,33 tahun.
adalah non probability sampling. Variabel bebas Lama kerja terendah adalah 2 tahun dan terlama
dalam penelitian ini adalah format model POR, adalah 12 tahun.
sedangkan variabel terikatnya adalah kemudahan
penggunaan format di ruang rawat jalan. b. Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pelatihan
Cara pengumpulan data menggunakan Dokumentasi yang Diikuti
kuesioner dengan adanya pengambilan data pre Karakteristik perawat pelaksana
test dan post test yang kemudian dilakukan berdasarkan jenis kelamin dan status perkawinan
analisa data secara Univariat yaitu dengan central merupakan data kategorik, dianalisis dengan
tendency meliputi mean, median, simpangan menggunakan proporsi dan disajikan pada tabel 2
baku, dan varians karakteristik umur, lama kerja, sebagai berikut:
pelatihan. Sedangkan untuk (jenis kelamin, status Berdasarkan Tabel 2 disajikan bahwa
pegawai, dan tingkat pendidikan dan perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat
pengetahuan) sebagai variabel confounding jalan RSUD Petala Bumi Pekanbaru umumnya
menjadi distribusi frekuensi; dan analisis Bivariat berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat
dengan tujuan mengetahui adanya hubungan pendidikan adalah D III Keperawatan, dan
antara dua variabel atau perbedaan yang belum pernah mengikuti pelatihan
signifikan antara dua atau lebih kelompok pendokumentasian keperawatan.
(sampel) (Hastono, 2007). Uji statistik yang
dipergunakan dengan uji Repeated Anova. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin,
Tingkat Pendidikan dan Pelatihan
Pendokumentasian
HASIL Karakteristik f %
Jenis kelamin
Laki-laki 5 14,3
1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Perempuan 30 85,7
Pendidikan
Karakteristik responden meliputi usia, DIII Keperawatan 29 82,9
jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, DIV Kebidanan 2 5,7
pelatihan pendokumentasian yang pernah S1 Keperawatan 4 11,4
diikuti. Pengolahan data karakteristik perawat Pelatihan
pelaksana ini menggunakan statistik deskriptif, pendokumentasian
dan disesuaikan dengan jenis data yang Belum 31 88,6
diperoleh, yaitu data numerik meliputi umur dan Sudah 4 11,4
lama kerja, data kategorik yang terdiri dari jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan pelatihan yang c. Rerata Skor Lama Pengisian Format POR
pernah diikuti. Uraian hasil analisis secara rinci Rerata lama pengisian format POR oleh
disajikan sebagai berikut: perawat di ruang rawat jalan dapat dilihat pada
tabel 3 di bawah ini:
370 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 366-376

Tabel 3. Rerata Skor Lama Pengisian Format, ketentuan yang berlaku (86,9%) dan terdapat tip-
Kelengkapan Format, Kebenaran ex atau menghitamkan kesalahan (67,4%) serta
Pengisian Format dan Persepsi 100% catatan perawat terdapat terdapat ruang
Perawat Kemudahan Penggunaan kosong yang tersisa. Rata-rata kelengkapan
Format Model POR pengisian format dokumentasi model POR di
Variabel Mean SD Min-Mak post test kesatu sebesar 75,54% dengan standar
deviasi ±6,81, sedangkan rata-rata kelengkapan
Lama waktu
pengisian format pengisisan format dokumentasi model POR di
 Post test 1 6,77 1,46 4-10 post test keempat sebesar 85,37% dengan standar
 Post test 2 5,63 1,06 4-9 deviasi ±4,63.
 Post test 3 4,91 0,98 4-8 Kelengkapan pengisian format model POR
 Post test 4 4,49 0,61 3-6 yang dilakukan perawat di rawat Jalan RSUD
 Gabungan 5,45 0,67 (4,25-7,50) Petala Bumi Pekanbaru sudah optimal di posttest
Kelengkapan keempat yakni 94,3% sudah lengkap dan hanya
Pengisian 5,7% tidak lengkap.
 Post test 1 74,94 6,85 56-87 Sedangkan kebenaran perawat pelaksana
 Post test 2 79,11 4,92 65-89
dalam pengisian format pendokumentasian
 Post test 3 82,83 4,08 70-90
 Post test 4 85,77 4,71 76-94
keperawatan model POR di setiap post tes hampir
 Gabungan 80,66 4,21 (67,25-89,75) merata, rerata kebenaran dalam pengisian format
Kebenaran model POR pada post test kesatu 10,66, standar
 Post test 1 10,66 2,83 4-15 deviasi ±2,83 namun kesalahan pengisian format
 Post test 2 12,60 2,23 8-15 di post test kempat mengalami penurunan dilihat
 Post test 3 13,29 2,05 8-15 nilai mean 14,06, standar deviasi ±1,25.
 Post test 4 14,06 1,25 10-15 Gambaran persepsi perawat pelaksana
 Gabungan 12,65 1,33 (9,50-15,00) yang disajikan tabel 3 tentang kemudahan
Persepsi penggunaan format dokumentasi keperawatan
 Post test 1 46,63 3,14 40-53 dengan skor rata-rata kemudahan post test 1
 Post test 2 48,89 2,39 45-54
46,63, standar deviasi ±3,14, sedangkan skor
 Post test 3 49,71 3,80 41-58
 Post test 4 56,17 2,65 51-60 kemudahan penggunaan format POR di posttest
 Gabungan 50,35 1,80 (45,75-54,25) keempat terjadi peningkatan kemudahan
penggunaannya dengan skor rata-rata 56,17,
Berdasarkan Tabel 3 dapat disajikan standar deviasi ±2,65. Kron (2009)
bahwa dari lama pengisian format yang mengemukakan bahwa perolehan skor ≥60%
dilakukan perawat pelaksana dari post test kesatu dikategorikan mudah dan tidak mudah bila
sampai post test ke empat, rata-rata lama perolehan skor <60%.
pengisian yang membutuhkan waktu lama
terdapat pada post test kesatu 6,77 menit, dengan 2. ANALISIS BIVARIAT
standar deviasi ±1,46 menit, sedangkan lama
waktu pengisian yang diperlukan perawat di post a. Perbedaan Kemudahan Penggunaan
test keempat lebih singkat dilakukan dengan Format Model POR Berdasarkan Lama
rerata 4,49 dengan standar deviasi ±0,61. Pengisian, Kelengkapan Pengisian,
Kelengkapan pengisian format Kebenaran Mengisi dan Persepsi Perawat
pendokumentasian keperawatan model POR oleh Pelaksana
perawat diukur dengan penilaian pada rata-rata Kemudahan penggunaan format model
format yang digunakan oleh masing-masing POR dilakukan dengan melihat total skor yang
responden berdasarkan total dokumen yang dilakukan empat kali post test, peneliti
dinilai sebanyak 35 buah format model POR. menggunakan uji Repeated ANOVA Measures,
Hasil observasi peneliti pada post test dilanjutkan dengan post-hoc paired wise
kesatu, post test kedua, post test ketiga dan post comparisons karena data diperoleh secara
test keempat dijumpai format yang telah diisi berulang dari subjek yang sama. Untuk
oleh perawat pelaksana sebagian besar telah mengetahui adanya perbedaan pengukuran yang
mengacu pada tujuan (64,3%) dan (59,5%) hasil berulang pada variabel dilakukan observasi
evaluasi dicatat. Catatan tertulis diformat yang berdasarkan lama waktu pengisian format,
berlaku (75,7%), catatan ditulis dengan jelas, kelengkapan pengisian format, kebenaran dalam
ringkas (79,5%), dokumentasi tidak mengisi format dan persepsi perawat pelaksana
mencantumkan paraf, tanggal serta jam dilakukan tentang penggunaan format pada masing-masing
tindakan (62,2%), berkas disimpan sesuai post test dengan melihat nilai mean difference.
Ardenny, Efektivitas Format Pendokumentasian Keperawatan Model Problem Oriented Record 371

b. Perbedaan Rerata Kemudahan Penggunaan Format Model POR.

Tabel 4. Analisis Rerata Perbedaan Lama Pengisian, Kelengkapan, Kebenaran dan Persepsi
Perawat dalam Pengsisan Format Dokumentasi Keperawatan Model POR
Variabel Mean Nilai p
Post test 1 Post test 2 Post test 3 Post test 4
Lama (waktu) pengisian 6,77 5,63 4,91 4,49 0,001
Kelengkapan 74,94 79,11 82,83 85,77 0,001
Kebenaran 10,66 12,60 13,29 14,06 0,001
Persepsi perawat 46,63 48,89 49,71 56,17 0,001

Hasil keseluruhan uji repeated ANOVA format model POR. Hasil uji statistik didapatkan
kemudahan pengggunaan format nilai p sebesar 0,001 <α=0,05, yang artinya
pendokumentasian keperawatan model POR yang bahwa terdapat pengukuran yang berbeda dari
terdiri dari lama pengisian format, kelengkapan masing-masing post test persepsi perawat tentang
pengisian format, kebenaran pengisian format kemudahan penggunaan format
dan persepsi perawat diuraikan sebagai berikut: pendokumentasian keperawatan model POR.
Berdasarkan lama waktu yang diperlukan
perawat pelaksana dalam pengisian format model c. Perbedaan Kemudahan Penggunaan
POR Rawat Jalan RSUD Petala bumi Pekanbaru, Format Model POR Menggunakan Uji
terlihat nilai rerata post test 1 (6,77 menit), post Post-Hoc Paired Wise Comparisons
test 2 (5.62 menit), post test 3 (4,91 menit) dan Analisis lebih lanjut perbandingan
post test 4 (4,48 menit), terlihat nilai rerata terjadi penggunaan format dokumentasi keperawatan
penurunan lama pengisiannya. Hasil uji statistik model POR oleh perawat disajikan menggunakan
didapatkan Nilai p sebesar 0,001 (<α=0,05), yang pengujian post-hoc paired wise comparisons,
artinya bahwa terdapat pengukuran yang berbeda berdasarkan pengukuran lama pengisian dan
dari lama pengisian format pendokumentasian kelengkapan disajikan pada diagram 1 berikut
keperawatan model POR oleh perawat. ini:
Analisis uji repeated ANOVA
kelengkapan pengisian format pendokumentasian Diagram 1. Analisis Post Hoc Paired Comparisons
keperawatan model POR oleh perawat di Rawat Lama Pengisian dan Kelengkapan
Jalan RSUD Petala bumi Pekanbaru terlihat nilai Pengisian Format POR
mean perbedaaan post test 1 (74,94), post test 2
(79,11), post test 3 (82,83) dan post test 4
(85,77). Hasil uji statistik didapatkan nilai p
sebesar 0,000 <α=0,05, yang artinya bahwa
terdapat pengukuran yang berbeda dari
kelengkapan pengisian format pendokumentasian
keperawatan model POR oleh perawat.
Sedangkan kebenaran pengisian format
model POR oleh perawat di Rawat Jalan RSUD
Petala bumi Pekanbaru menggunakan uji
repeated ANOVA, terlihat nilai mean perbedaaan Berdasarkan diagram 1 dapat disajikan
post test 1 (10.66), post test 2 (12.60), post test 3 bahwa perbandingan pengukuran lama waktu
(13.29) dan post test 4 (14.06), rerata dari nilai dalam pengisian format dokumentasi
kebenaran pengisian format ini merupakan 15 keperawatan model POR yang dilakukan perawat
item total kebenaran pengisian format. pelaksana didapatkan nilai mean difference post
Analisis dari uji repeated ANOVA, test kesatu sampai post test ke empat untuk setiap
persepsi perawat pelaksana tentang kemudahan perbandingan menggunakan uji pairwise
penggunaan format pendokumentasian comparisons didapatkan hasil yang signifikan
keperawatan model POR di Rawat Jalan RSUD nilai p=0,001; α=0.05. Berdasarkan hal tersebut
Petala bumi Pekanbaru, terlihat mean kemudahan diartikan bahwa terdapat perbedaan lama waktu
penggunaan post test kesatu 46,63, terlihat pengisian format pendokumentasian keperawatan
peningkatan yang signifikan di post test keempat model POR pada semua post test yang dilakukan.
mean 56,17. Nilai ini adalah 60% dari total skor
jawaban perawat tentang kemudahan penggunaan
372 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 366-376

Demikian pula analisis menggunakan uji Bumi Pekanbaru didapatkan nilai p=0,001<
post-hoc paired wise comparisons didapatkan (α=0,05).
mean difference kelengkapan pengisian format
dokumentasi keperawatan dari post test kesatu
hingga post test keempat menunjukkan terjadi PEMBAHASAN
peningkatan kelengkapan pengisian format
dokumentasi keperawatan oleh perawat dengan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian
hasil yang signifikan dengan nilai p=0,001.
a. Lama Penggunaan Format Model POR
Diagram 2. Analisis Post Hoc Paired Comparisons Lama penggunaan format
Kebenaran Pengisian dan Persepsi pendokumentasian keperawatan model POR
Perawat tentang Format POR dilihat dari efesiensi waktu pengisian oleh
perawat pelaksana di rawat jalan RSUD Petala
Bumi Pekanbaru, peneliti melakukan uji statistik
Repeated ANOVA dengan tingkat signifikan p˂
0,05. Berdasarkan uji statistik Repeated
ANOVA diketahui bahwa hasil signifikansi
post test kesatu, post test kedua, post test ketiga
dan post test keempat, ada perbedaan/signifikan
dengan lama waktu yang pengisian format yang
artinya pada post test kesatu sampai post test
keempat menunjukkan nilai signifikan p˂0.05,
maka H1 diterima artinya ada penurunan lama
waktu pengisian format pendokumentasian
Hasil uji repeated ANOVA yang
keperawatan model POR oleh perawat pelaksana
dilanjutkan dengan analisis post-hoc paired wise
di rawat jalan RSUD Petala Bumi Pekanbaru.
comparisons didapatkan mean difference
Lama pengisian format pendokumentasian
kebenaran pengisian format dokumentasi
model POR oleh perawat lebih efesien
keperawatan di post test ke satu dan keempat penggunaannya dilihat dari post test kesatu
perawat pelaksana banyak mengisi salah namun dengan rata-rata waktu yang diperlukan untuk
terjadi penurunan kesalahan dalam pengisian di pengisian format selama 4-10 menit namun
post test ketiga dan keempat, secara substansi
waktu yang lebih singkat dan efesien di post test
terjadi peningkatan yang cukup signifikan rerata
keempat yaitu 3-6 menit. Hal ini sesuai dengan
kebenaran pengisian format model POR. Hal ini
pengertian efesiensi menurut Fajri & Ratu Aprilia
didukung oleh hasil uji statistik yang Senja (2010), dalam Kamus Besar Bahasa
menunjukkan ada perbedaan rata-rata nilai Indonesia (KBBI) 2010 yaitu, “tepat atau sesuai
kebenaran perawat dalam pelaksanaan untuk menghasilkan (mendapatkan) sesuatu
dokumentasi asuhan keperawatan di Rawat Jalan
dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga
RSUD Petala Bumi Pekanbaru didapatkan Nilai
dan biaya, dengan arti kata mampu menjalankan
p=0,001; <α=0,05.
tugas dengan tepat, cepat, cermat berdaya guna
Hasil uji repeated ANOVA dilanjutkan
dan tepat guna”.
dengan post-hoc paired wise comparisons Penelitian ini sejalan dengan hasil
didapatkan mean difference persepsi perawat
penelitian Ehrenberg, dkk (2012) kemudahan
tentang kemudahan penggunaan format
pendokumentasian keperawatan (output) yang
dokumentasi keperawatan pada post test kesatu
berupa informasi yang dihasilkan oleh
dan keempat, artinya perawat pelaksana
pendokumentasian yang digunakan. Pengguna
mempersepsikan bahwa format tidak mudah
format dokumentasi akan merasa mudah
digunakan, namun di post test ketiga dan
apabila kemudahan penggunaan yang dihasilkan
keempat perawat mempersepsikan bahwa format
memenuhi kriteria akurat, tepat waktu,
model POR yang adalah mudah digunakan, relevan, mudah dipahami dan benar.
secara substansi terjadinya peningkatan yang
Kemudahan penggunaan format
cukup signifikan rata-rata perbedaan persepsi
dokumentasi keperawatan menurut Nahm (2010),
perawat tentang kemudahan format model POR. sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal
Hal ini didukung oleh hasil uji statistik yang pokok atau pilar informasi yaitu relevan
menunjukkan ada perbedaan rata-rata nilai
(relevancy), tepat waktu (timelinness) dan akurat
persepsi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi (accuracy). Sejalan pendapat dari Moen (2013)
asuhan keperawatan di Rawat Jalan RSUD Petala
yang mengatakan bahwa informasi yang
Ardenny, Efektivitas Format Pendokumentasian Keperawatan Model Problem Oriented Record 373

dihasilkan dari format dokumentasi keperawatan berisi hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
model POR lebih menjamin medis, hal ini dikarenakan pada instalasi rawat
ketelitiannya/accuracy dan dapat diperoleh dalam jalan ada beberapa pasien yang datang ke
waktu yang cepat serta tepat. rumah sakit untuk merencanakan operasi atau
Hasil penelitian Heartfield (2008), tentang juga melanjutkan pengobatan seperti
pengaruh penerapan format pendokumentasian kemoterapi sehingga tidak diperlukan adanya
secara manual di rawat inap yang menemukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
aspek kemudahan penggunaanya mengalami penunjang.
peningkatan dari sebelum pelatihan dan Hal ini didukung oleh penelitian yang
penerapannya. Aspek lain yang diteliti yaitu tepat dilakukan oleh Sastradijaya (2010), yang
waktu, relevansi, kecepatan, tidak duplikasi, menyatakan bahwa kinerja perawat dalam
mudah dan manfaat menunjukkan mengalami melakukan pendokumentasian didapatkan
peningkatan atau ada perbedaan dengan p<0,05. jumlah data yang hampir sama pula antara
Hal ini dikarenakan penerapan format perawat yang membuat dokumentasi lengkap
dokumentasi keperawatan model POR dan benar dengan perawat yang membuat
meminimalkan terjadinya kesalahan dalam dokumentasi kurang lengkap dan kurang
penulisan maupun dalam pembacaan oleh benar.
perawat. Dari hasil pengamatan yang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dilakukan oleh peneliti ditemukan adanya kelengkapan yang dipersepsikan oleh perawat
keinginan dan keseriusan perawat dalam maupun berdasarkan hasil observasi merupakan
penerapan format dokumentasi keperawatan proses yang dinamis dan senantiasa
model POR oleh perawat di Ruang rawat jalan berfluktuasi dengan cepat.
RSUD Petala Bumi Pekanbaru apabila waktu Analisis lebih lanjut, menurut peneliti
pengisiannya lebih efesien. terjadi variasi peningkatan kelengkapan
Format pendokumentasian model POR penerapan format dokumentasi keperawatan
menurut persepsi perawat cukup sistematis cukup dimasing-masing post test dilakukan sangat
efektif, dan cukup mudah untuk dikerjakan dipengaruhi oleh input, proses dan output. Faktor
sehingga dapat disimpulkan bahwa format model input meliputi faktor teknis, faktor perilaku dan
POR di rawat jalan RSUD Petala Bumi faktor organisasi dalam keperawatan. Proses
Pekanbaru setuju untuk digunakan. yang dianalisis adalah dalam hal pengumpulan
data, analisa data yang dilakukan oleh perawat,
b. Efektivitas Penggunaan Format POR kualitas pengecekan data dan umpan balik
terhadap Kelengkapan Pengisian Format yang dilakukan oleh perawat di rawat jalan.
Kelengkapan pengisian format Dilihat dari aspek kelengkapan format POR yang
pendokumentasian keperawatan model POR oleh diisi oleh perawat sudah efektif dan mudahan
perawat diukur dengan penilaian pada rata-rata penggunaanya.
nilai format yang dibuat oleh masing-masing
responden berdasarkan total dokumen yang c. Efektivitas Penggunaan Format POR
dinilai sebanyak 35 buah format. terhadap Kebenaran Pengisian Format
Berdasarkan hasil uji statistik Repeated oleh Perawat Pelaksana
ANOVA diketahui bahwa peningkatan skor Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
kelengkapan pengisian format pendokumentasian uji repeated ANOVA kebenaran pengisian
keperawatan Model POR pada post kesatu hanya format pendokumentasian keperawatan model
74,94, namun terjadi peningkatan di post test POR oleh perawat di Rawat Jalan RSUD Petala
keempat yaitu 85,77. Hasil pengukuran lebih bumi Pekanbaru terjadi peningkatan dilihat nilai
lanjut dilihat dari post-hoc paired wise mean post test 1 (10,66) dan post test 4 (14,06),
comparisons diketahui hampir semua tahap dari nilai total 15 kebenaran pengisian format.
kelengakapan pengisian format mengalami Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar
peningkatan yang bermakna dilihat dari post test 0.000<α: 0.05.
ketiga dan post test keempat perawat sudah Pada penelitian ini peneliti menemukan 13
optimal melakukan pengisian format sehingga item kesalahan dari 21 item skor observasi
nilai mean difference menjadi 2.94 dari total 60% penilaian kebenaran pengisian format model POR
kelengkapan pengisian format model POR yang yang diisi oleh perawat pelaksana. Hasi
dilakukan oleh perawat. pencatatan di format POR oleh perawat di post
Hasil observasi peneliti terhadap format test kesatu dijumpai isian checklist dicoret
yang diisi perawat pelaksana, ketidaklengkapan kemudian diperbaiki dan tidak diparaf perawat.
pengisian didapatkan adalah penulisan tidak Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kesalahan
374 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 366-376

pencatatan yang dilakukan oleh perawat belum sehingga persepsi mempengaruhi tingkah laku,
mengikuti aturan yang ada atau sesuai dengan percakapan, serta perasaan seseorang.
teori. Hasil observasi terhadap 35 format yang Sebagian besar perawat di unit rawat jalan
diisi perawat pelaksana karena kesalahan di tipe- RSUD Petala Bumi Pekanbaru setuju bahwa
ex sebanyak 10 item, melalui kegiatan format dokumentasi keperawatan model POR
pendampingan yang dilakukan peneliti selama merupakan format yang mudah dikerjakan dan
penelitian mengalami penurunan kesalahan sesuai dengan kebutuhan dan standar yang telah
dalam pengisian format POR di post test ditetapkan. Perawat pelaksana juga
keempat. mempersepsikan bahwa kegiatan pengisian
Dokumentasi keperawatan dikatakan format merupakan tugas dan tanggungjawab
berkualitas baik bila akurat, lengkap dan benar pekerjaan berkontribusi dalam melaksanakan
sesuai standar (Champ & Iyer, 2005; Potter & pendokumentasian asuhan keperawatan. Perawat
Perry, 2009). Akibat dari pendokumentasian yang sudah memiliki kesadaran akan tugas dan
tidak benar dalam pengisian format dokumentasi tanggungjawabnya sehingga perawat berusaha
keperawatan dapat menyebabkan kesinambungan semaksimal mungkin untuk meningkatkan
asuhan keperawatan terputus dan peningkatan pengetahuannya dalam pendokumentasian asuhan
mutu pelayanan keperawatan menjadi terhambat. keperawatan menggunakan model POR.
Efektivitas penggunaan format POR terhadap Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
persepsi perawat pelaksana dapat diuraikan pada tentang beberapa kelebihan penggunaan format
hasil penelitian ini, bahwa dari uji repeated dokumentasi secara manual yang disampaikan
ANOVA persepsi perawat tentang kemudahan oleh Ehnfors, (2009, dalam Potter & Perry,
format pendokumentasian keperawatan model 2009) adalah peningkatan waktu bersama
POR oleh perawat di rawat jalan RSUD Petala klien, akses informasi menjadi lebih baik,
bumi Pekanbaru terjadi peningkatan dilihat dari peningkatan kualitas dokumentasi dan
post test kesatu hingga post test keempat. peningkatan kepuasan kerja perawat.
Hasil pengukuran lebih lanjut dilihat dari Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat
post-hoc paired wise comparisons diketahui penting dilakukan, hal ini perlu mengingat
hampir semua persepsi perawat tentang catatan tersebut dapat digunakan sebagai alat
kemudahan penggunaan format model POR untuk mengevaluasi perawat dalam melakukan
mengalami peningkatan yang bermakna dilihat tindakannya terhadap pasien. Apabila di
dari post test kedua dan post test ketiga persepsi kemudian hari ada kasus hukum yang berkaitan
perawat tentang kemudahan pengisian format dengan pasien tertentu maka catatan asuhan
sehingga nilai mean difference menjadi 0,82 dari keperawatan dapat dijadikan bukti sah terhadap
total 60% jawaban responden tentang kemudahan tindakan yang dilakukan oleh perawat.
pengisian format model POR yang dilakukan
oleh perawat.
Menurut Allan dan Englebright (2010), SIMPULAN
dengan sistem pendokumentasian dengan
manual, efektifitas pendokumentasian bisa a. Karakteristik perawat pelaksana di Rawat
dipertahankan dimana perawat mampu Jalan RSUD Petala Bumi Pekanbaru rata-rata
melakukan analisa terhadap asuhan keperawatan berusia produktif dan lama kerja rata-rata
yang telah diberikan karena mereka dengan enam tahun. Perawat dengan jenis kelamin
mudah bisa menentukan status diagnosa atau perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah
masalah keperawatan pada pasien dengan cara perawat laki-laki, perawat yang mengikuti
ceklist. Selain itu, dengan menggunakan manual pelatihan pendokumentasian sedikit
seluruh asuhan keperawatan bisa tersimpan dibandingkan dengan perawat yang belum
dengan baik, maka perawat bisa melakukan mengikuti pelatihan.
pengukuran terhadap intervensi keperawatan b. Terdapat perbedaan lama pengisian format,
yang telah mereka berikan. kelengkapan pengisian format, kebenaran
Pengertian persepsi adalah akal manusia pengisian dan persepsi perawat antar post test
yang sadar meliputi proses fisik, fisiologis dan terhadap penggunaan format model POR oleh
psikologis yang mengolah bermacam macam perawat pelaksana secara statistik terdapat
input sebagai penggambaran lingkungan. Hal ini perbedaan bermakna didapatkan nilai
dikemukan oleh Koentjaraningrat (2007) bahwa p=0,001;<α=0.05.
Persepsi merupakan perlakuan melibatkan
penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa
yang dilihat, didengar, dialami, atau dibaca
Ardenny, Efektivitas Format Pendokumentasian Keperawatan Model Problem Oriented Record 375

SARAN memberikan pelayanan keperawatan dapat


meningkat dan sesuai dengan standar yang
a. Perlunya dibuat suatu kebijakan tentang ditetapkan. Pelatihan dapat diselenggarakan
sistem pendokumentasian keperawatan dengan mengundang konsultan keperawatan
dilengkapi sarana dan prasarana untuk yang berpengalaman untuk memberikan
meningkatkan pelayanan keperawatan. materi pelatihan.
b. Penting adanya upaya menyelenggarakan c. Penerapan sistem pendokumentasian
pelatihan asuhan keperawatan, agar keperawatan yang terintegrasi dengan sistem
kemampuan perawat pelaksana dalam informasi manajemen rumah sakit/SIMRS.

DAFTAR PUSTAKA

Allan, J & Engllebright, J. 2010. Patient- Iyer, P.W., & Camp, N.H. 2005. Nursing
Centered Documentation: An Effective and Documentation: a nursing process
Efficient Use of Clinical Manual approach (3rd ed.). St. Louis, MO: Mosby,
Information System. Journal of Nursing Inc.
Administration, 30, (2) 90-95. Iyer, Patricia W., & Camp, Nancy H. 2005.
Damayanti, E. 2010. Karakteristik perawat, Dokumentasi keperawatan: suatu
tingkat pemahaman terhadap proses pendekatan proses keperawatan. Edisi III.
keperawatan, dan dokumentasi penerapan Jakarta: Penerbit EGC.
proses keperawatan di instalasi rawat inap Keliat, B.A, dkk. 2009. Proses Keperawatan
rumah sakit umum Tangerang. Thesis Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mahasiswa Magister Kesehatan. Jakarta: Kozier, B. & Erb, G., Berman, A. 2005.
Penerbit Pusaka Universitas Indonesia. Fundamental of Nursing: Concepts
Ehnfors & Smedby. 2009. Effects of introducing Process and Practice. California: Upper
a nursing documentation model on content Saddle River.
and comprehensiveness of nursing records. Koentjaraningrat. 2007. Pengantar Antropologi I.
ACTA Universitatis Upsaliensis, Uppsala. Jakarta: Rineka Cipta.
Vol. 29:315–322. Marquis, B.L., & Huston, C.J. 2008. Leadership
Ehrenberg, A. and M. Ehnfors. 2012. Patient Roles and Management Functions
problems, needs, and nursing diagnoses in Nursing. Philadelphia: Lippincott.
Swedish nursing home records. Nursing Moen, A., S.B. Henry, and J.J. Warren. 2013.
Diagnosis, Vol. 10(2): p. 65-76. Representing nursing judgements in the
Fajri & Ratu Aprilia Senja. 2010. Kamus lengkap Problem Oriented Record. Journal of
bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher Advanced Nursing. Vol. 30(4): p. 990-997.
Fishbach. F.T. 2011. Documenting care: Nahm, R. and I. Poston. 2010. Measurements of
communication, the nursing process and the effects of an integrated, point-of-care
documentation standards. Philadelpia: manual system on quality of nursing
F.A. Davis Company. documentation and patient satisfaction.
Gugerty, B. Maranda,M.J., Beachley, M., & Documentation in Nursing, 18(5): p. 220-
Navaro, V.B., et al. 2010. Challenges and 229.
opportuniies in documantation of the Potter & Perry. 2010. Fundamental
nursing care patients, A Report of The Keperawatan. diterjemahkan oleh Ardina
Maryland Nursing Workforce Commision, Ferderika. Jakarta: Salemba Medika.
Baltimore Documentation Work Group. RSUD Petala Bumi. 2010. Laporan Tahunan
Retrieved from Rumah Sakit.
http://www.mbon.org/commission2/docum Sastradijaya. 2010. Hubungan Budaya
entation challenges.pdf Organisasi dengan Kinerja Perawat
Gullick & Taylorn. 2008. A comparison of two Pelaksana dalam Pendokumentasian
legendary change agent. New York: Keperawatan di RSUD. Sumedang. Tesis
Springer. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Heartfield, M. 2008. Nursing documentation and Indonesia (FIKUI).
nursing practice: a discourse analysis.
Schlosser & Rebecca. 2009. Concept of Change
Journal of Advanced Nursing. Vol. 34 (2):
Agent. New York: Springer.
15–20.
376 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 366-376

Stoner, J., A., F., Freeman,R.,E., & Gilbert, D., informasi bebasis komputer. Jakarta:
R. 1996. Manajemen. Jilid I-Edisi bahasa Prehallind.
Indonesia Alih Bahasa Sindoro. Jakarta: Widyantoro, W. 2005. Hubungan penggunaan
PT.Prenhallindo. sistem informasi keperawatan dengan
Sugiyono. 2008. Metode Penelitisan Kuantitatif kelengkapan dokumentasi keperawatan di
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan.
Vsanthakumar & Waldron. 2010. Sistem Tesis. Program Pascasarjana FIK UI.
informasi manajemen: studi sistem

You might also like