You are on page 1of 13

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No.

2 Juli 2019

THE EFFECTIVENESS OF FAMILY KNOWLEDGE ABOUT SCHIZOPHRENIA


TOWARD FREQUENCY OF RECURRENCE OF SCHIZOPHRENIC FAMILY
MEMBERS AT POLY MENTAL GRHASIA MENTAL HOSPITAL
D. I. YOGYAKARTA
Istichomah 1, Fatihatur R2

ABSTRACT

Background: Schizophrenia is a persistent and serious brain disease, which results in psychotic behavior,
concrete thinking and difficulties in processing information, interpersonal relationships, and solving
problems. The success of mental illness services is influenced by several factors, one of which is the lack
of family knowledge about mental disorders. Increasing family knowledge about schizophrenia is important
to enable early intervention efforts, because if it is unchecked it will have a bad impact and often
experience recurrence.
Objective: To find out the relationship between family knowledge level about schizophrenia and frequency
of recurrence of schizophrenic family members at Poly Mental Grhasia Mental Hospital D. I. Yogyakarta.
Research Methods:This study was an inductive study with quantitative types using cross sectional survey
approach method. The population in this study is 310 schizophrenic family members. The sampling
technique usedwas accidental sampling with 175 respondents in total. The measuring instrument used a
questionnaire regarding family knowledge about schizophrenia. Data analysis was used a Pearson
Product Moment correlation with a significance level of 5%.
Results: The level of family knowledge about schizophrenia has a Effectiveness toward the recurrence
frequency of schizophrenia family members. Analysis test using Pearson Product Moment correlation with
the result of Rresult (0.861)> Rtable (0.148), which has a significance level of p<0.05 and the result of
p=0.000.
Conclusion: There is effectiveness family knowledge about schizophrenia toward the frequency of
recurrence of schizophrenic family members at the Poly Mental Grhasia Mental Hospital D. I. Yogyakarta.
Suggestion :The schizophrenic family members are expected to improve their knowledge regarding
schizophrenia to allow early intervention efforts, so that the recurrence frequency of schizophrenic family
members can be minimalized.
Keywords: level of knowledge, family, schizophrenia, frequency of recurrence.

A. PENDAHULUAN mil. Gangguan jiwa berat terbanyak


Gangguan jiwa merupakan menurut provinsi di Indonesia yaitu
suatu penyakit yang disebabkan DIY dan Aceh. Provinsi DIY
karena adanya kekacauan pikiran, menempati urutan pertama diantara
persepsi dan tingkah laku dimana provinsi lainnya di Indonesia yaitu
individu tidak mampu menyesuaikan 2,7%. Berdasarkan data Rumah
diri dengan diri sendiri, orang lain, Sakit Jiwa Grhasia di DIY pada
masyarakat dan lingkungan (1). tahun 2016 sampai dengan tahun
Menurut data World Health 2017 mengalami peningkatan jumlah
Organization (WHO) (2017), penderita gangguan jiwa di Rawat
prevalensi gangguan jiwa di dunia Jalan Poli Jiwa RSJ Grhasia. Tahun
pada tahun 2016 mencapai 516 juta 2016 sebanyak 17.583 orang
jiwa. Menurut Michard dan Chaterina kemudian meningkat di tahun 2017
tentang masalah kehatan jiwa akan sebanyak 21.189 orang.
menjadi The Global Burden of Gangguan jiwa terbagi menjadi
Disease (2). dua yaitu gangguan jiwa berat dan
Laporan nasional hasil Riset gangguan jiwa ringan. Salah satu
Kesehatan Dasar (Riskesdas) gangguan jiwa berat yaitu
(2013) (3), menunjukkan prevalensi skizofrenia. Skizofrenia merupakan
gangguan jiwa berat gangguan jiwa yang paling banyak
(psikosis/skizofrenia) pada ditemukan di Indonesia. Skizofrenia
penduduk Indonesia mencapai 1,7 adalah suatu penyakit otak persisten
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

dan serius yang mengakibatkan kekambuhan penderita skizofrenia.


perilaku psikotik, pemikiran konkret Hal ini dibuktikan dengan penelitian
dan kesulitan dalam memproses Maharani (7) et al (2017), bahwa
informasi, hubungan interpersonal, dari 65 orang sebagai responden
serta memecahkan masalah (4). dengan pengetahuan keluarga yang
Keberhasilan pelayanan penderita rendah terdapat 45 orang (69,2%)
gangguan jiwa dipengaruhi banyak yang pernah mengalami
faktor, antara lain kurangnya kekambuhan bagi penderita
informasi dan pengetahuan keluarga skizofrenia. Sedangkan responden
tentang gangguan jiwa, adanya dengan pengetahuan tinggi
stigma di masyarakat, religi dan sebanyak 35 orang terdapat 16
kurangnya akses ke pelayanan orang (45,7%) yang pernah
kesehatan(1). Meningkatkan mengalami kekambuhan bagi
pengetahuan keluarga dan penderita skizofrenia. Seseorang
masyarakat atas penyakit ini penting dengan pengetahuan yang baik
untuk memungkinkan upaya cenderung akan melakukan tindakan
intervensi dini sesegera mungkin. kesehatan yang baik, karena
Keterlambatan penanganan semakin tinggi pengetahuan,
skizofrenia ini akan berdampak pemahaman dan pengalaman yang
buruk, penderita akan semakin sukar dimiliki tentang suatu hal maka
disembuhkan dan sering kambuh semakin tinggi pula untuk
sehingga membuat penderita jatuh meningkatkan keinginan dalam
pada keadaan kronis bertindak yang baik.
berkepanjangan. Selain itu, gejala- Hasil studi pendahuluan yang
gejala skizofrenia yang muncul bila dilakukan di Poli Jiwa Rumah Sakit
didiamkan akan berdampak buruk Jiwa Grhasia DIY pada bulan
pada perkembangan otak dan Januari 2018 sampai bulan Maret
akhirnya penderita mengalami 2018 penderita gangguan jiwa yang
penurunan fungsi sosial yang berat melakukan rawat jalan sebanyak
(deteorisasi) dan menjadi kronis 5.289 orang yang terdiri dari 850
serta sering sekali mengalami orang dari Kota Yogyakarta, 1.012
kekambuhan (5). orang dari Kabupaten Bantul, 273
Selain itu kambuh dapat orang dari Kabupaten Kulon Progo,
mengakibatkan rawat inap, 183 orang dari Gunung Kidul, 2.751
resistensi pengobatan, gangguan orang dari Sleman dan 220 orang
kognitif akibat progresif struktural dari luar DIY. Penderita skizofrenia
kerusakan otak penahanan distres dari bulan April 2018 sampai bulan
dan gangguan upaya rehabilitasi. Juni 2018 dengan tipe F20,0 atau
Kekambuhan pada skizofrenia penderita skizofrenia tipe paranoid
membawa dampak prognosis yang yaitu sebanyak 927 orang, untuk
buruk serta penurunan fungsi sosial, bulan Juni 2018 itu sendiri sebanyak
pekerjaan dan status ekonomi 310 penderita skizofrenia tipe F20,0
sehingga menambah beban atau penderita skizofrenia tipe
perawatan bagi keluarga (6). paranoid. Menurut PPDGJ
Dengan demikian meningkatkan skizofrenia tipe ini memiliki kriteria
pengetahuan dapat mengurangi halusinasi yang mengancam pasien
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

atau bahkan memberi perintah, Pengetahuan baik yang dimiliki


memiliki keyakinan dikejar-kejar seseorang dipengaruhi oleh
yang beraneka ragam hingga beberapa faktor diantaranya
menyebabkan pasien bunuh diri(8). faktor internal dan faktor eksternal
Hasil wawancara dengan yaitu (10) :
sebelas anggota keluarga penderita 1) Faktor Internal
skizofrenia didapatkan bahwa a) Umur
sebanyak empat anggota keluarga Umur seseorang yang
penderita skizofrenia memiliki cukup maka akan memiliki
pengetahuan tentang skizofrenia, pola pikir dan pengalaman
sehingga tujuh anggota keluarga yang matang pula. Umur
kurang mengetahui tentang akan sangat berpengaruh
skizofrenia yang meliputi pengertian terhadap daya tangkap
skizofrenia, definisi skizofrenia, sehingga pengetahuan
penyebab skizofrenia, tanda dan diperoleh akan semakin
gejala skizofrenia, dan tugas baik.
keluarga kepada penderita b) Jenis Kelamin
skizofrenia. Dari kurangnya Perbedaan tingkat
pengetahuan anggota keluarga kesadaran antara laki-laki
tentang skizofrenia sehingga dan perempuan. Pada
mengakibatkan kekambuhan umumnya perempuan
penderita skizofrenia meningkat memiliki kesadaran yang
yaitu sekitar lebih dari 1-2 kali dalam baik dalam mencari tahu
setahun. informasi daripada laki-laki
Tujuan dari peneletian ini adalah baik itu secara formal
mengetahui efektifitas pengetahuan maupun informal.
keluarga tentang skizofrenia c) Pendidikan
terhadap frekuensi kekambuhan Pendidikan merupakan
anggota keluarga penderita seluruh proses kehidupan
skizofrenia di Poli Jiwa Rumah Sakit yang dimiliki oleh sikap
Jiwa Grhasia D. I. Yogyakarta. individu. Pendidikan berupa
B. TINJAUAN TEORI interaksi individu dengan
1. Pengetahuan lingkungannya, baik secara
Pengetahuan adalah hasil tahu formal maupun informal
dari manusia, yang sekedar yang melibatkan perilaku
menjawab pertanyaan “what” dan individu maupun kelompok.
sebagainya. Pengetahuan pada 2) Faktor Eksternal
dasarnya terdiri dari sejumlah a) Status ekonomi
fakta dan teori yang Status ekonomi juga akan
memungkinkan seseorang untuk menentukan tersedianya
dapat memecahkan masalah suatu fasilitas yang
yang dihadapinya, pengetahuan diperlukan untuk kegiatan
tersebut dapat diperoleh baik dari tertentu, sehingga status
pengalaman langsung maupun sosial ekonomi ini akan
melalui pengalaman orang lain mempengaruhi
(9). pengetahuan seseorang.
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

Tingkat status ekonomi 2) Fungsi sosialisasi


diukur dengan cara melihat Anggota keluarga belajar
jumlah penghasilan seluruh disiplin, norma-norma, budaya
anggota keluarga dengan dan perilaku melalui hubungan
besarnya jumlah keluarga. dan interaksi dalam lingkup
Besar keluarga disini ialah keluarganya sendiri.
semua penghuni rumah 3) Fungsi ekonomi
tinggal yang menjadi Mencari sumber penghasilan
tanggungan. untuk memenuhi kebutuhan
b) Sumber informasi keluarga, mengatur
Seseorang yang memiliki penggunaan penghasilan
sumber informasi yang lebih keluarga untuk memenuhi
banyak akan memiliki kebutuhan di masa yang akan
pengetahuan yang lebih datang seperti pendidikan
luas pula, seperti : anak dan jaminan hari tua.
1) Media cetak 4) Fungsi reproduksi
2) Media elektronik Komponen yang dilaksanakan
3) Media papan (billboard) keluarga dalam melaksanakan
4) Keluarga fungsinya adalah meneruskan
5) Teman keturunan, memelihara dan
6) Penyuluhan membesarkan anak,
7) Tenaga kesehatan memenuhi gizi keluarga,
2. Keluarga memelihara dan merawat
Menurut Peraturan Pemerintah anggota keluarga.
Republik Indonesia nomor 87 5) Fungsi perawatan keluarga
tahun 2014 pasar 1, yang Keluarga juga berfungsi untuk
dimaksud keluarga adalah unit melaksanakan praktek asuhan
terkecil dalam masyarakat. kesehatan, yaitu untuk
Keluarga terdiri dari suami istri, mencegah terjadinya
atau suami, istri dan anaknya, gangguan kesehatan dan atau
atau ayah dan anaknya, atau ibu merawat anggota keluarga
dan anaknya. Menurut Friedman yang sakit. Kemampuan
et al(11)(2010) diadopsi oleh keluarga dalam memberikan
Harmoko (2012) terdapat asuhan kesehatan
beberapa fungsi keluarga sebagai mempengaruhi status
berikut. kesehatan keluarga.
1) Fungsi afektif 3. Kekambuhan
Komponen yang diperlukan Kekambuhan atau relapse
dalam melaksanakan fungsi adalah kembalinya penyakit
afektif adalah adanya saling setelah tampaknya mereda (12).
asuh, menerima, menghormati, Menurut Schennach (2012),
dan mendukung antar anggota kekambuhan didefinisikan
keluarga, menaruh perhatian, sebagai memburuknya tanda dan
cinta dan kehangatan, gejala psikopatologis atau rawat
membina pendewasaan inap kembali setelah keluar dari
kepribadian anggota keluarga. rumah sakit (Subando, 2017).
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

Menurut Mohr et al (2011), faktor Menurut Cordosa et al (2008)


yang mempengaruhi kekambuhan dalam Erlina et al (2010),
adalah (13). orang yang tidak bekerja akan
1) Pengetahuan keluarga lebih mudah menjadi stres
Kurang pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan
tentang skizofrenia akan tingginya kadar hormon (kadar
menganggap bahwa gangguan cetheclolamine) dan membuat
jiwa berat seperti skizofrenia ketidakberdayaan hingga
bukanlah persoalan medik, gangguan jiwa berat
namun sebagai penyakit akibat (skizofrenia) yang sering
kerasukan setan atau kutukan mengalami kekambuhan
(14). Menurut Keliat (15) hingga sukar disembuhkan.
kekambuhan pada skizofrenia 4. Skizofrenia
yang diciptakan oleh Schizophrenia adalah
pengetahuan keluarga yang gangguan mental atau
semakin tinggi maka semakin sekelompok gangguan yang
tinggi pula tindakan kepada ditandai dengan kekacauan
penderita skizofrenia karena dalam bentuk dan isi pikiran
tindakan anggota keluarga (delusi dan halusinasi), dalam
skizofrenia akan mood (afek yang tidak sesuai),
mempengaruhi kondisi dalam perasaan dirinya dan
psikologis penderita hubungannya dengan dunia luar
skizofrenia (2). (kehilangan batas-batas ego)
2) Jenis kelamin (12). Pembagian tipe skizofrenia
Beberapa penelitian telah yaitu :
menyatakan bahwa laki-laki 1) Skizofrenia tipe paranoid
adalah lebih mungkin daripada (F20,0)
wanit karena wanita memiliki Merupakan subtipe yang
fungsi sosial yang lebih baik paling utama dimana waham
daripada laki-laki. dan halusinasi auditorik jelas
3) Usia terlihat. Gejala utamanya
Onset usia skizofrenia yang adalah waham kejar atau
mengalami kekambuhan waham kebesarannya dimana
kurang lebih 90%. Penderita individu dikejar-kejar oleh
skizofrenia yang melakukan pihak tertentu yang ingin
rawat jalan adalah antara usia mencelakainya (8).
15 dan 55 tahun (16). 2) Skizofrenia tipe disorganisasi
4) Status perkawinan (hebefrenik) (F20,1)
Status perkawinan berkaitan Tidak bertanggungjawab dan
dengan aspek dari skizofrenia, tidak dapat diramalkan,
hasilnya pasien yang tidak kecenderungan untuk selalu
memiliki pasangan baik pria menyendiri, perilaku hampa
maupun wanita mempunyai tujuan dan perasaan, afek
prognosis buruk dibandingkan tidak wajar, senyum dan
pasien yang menikah. ketawa sendiri, proses berpikir
5) Pekerjaan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

disorganisasi dan pembicaraan kemunduran kemauan. Kurang


inkoheren (8). memperhatikan keluarga atau
3) Skizofrenia tipe katatonik menarik diri, waham dan
(F20,2) halusinasi jarang terjadi serta
Gambaran perilakunya yaitu timbulnya perlahan-lahan
stupor (kehilangan semangat),
gaduh, gelisah, menampilkan
posisi tubuh tidak wajar, C. METODE PENELITIAN
negativisme (perlawanan), Penelitian ini termasuk dalam
rigiditas (posisi tubuh kaku), penelitian induktif dengan jenis
fleksibilitas area, mematuhi kuantitatif yang menggunakan
perintah otomatis dan metode pendekatan survey cross
pengulangan kalimat tidak sectional. Populasi dalam penelitian
jelas (8). ini adalah 310 keluarga yang
4) Skizofrenia tipe tak terinci merawat anggota keluarga penderita
(F20,3) skizofrenia. Teknik sampling yang
Mempunyai halusinasi, waham digunakan adalah accidental
dan gejala psikosis aktif yang sampling dengan jumlah sampel
menonjol (misal kebingungan, sebanyak 175 responden. Kriteria
inkoheren) atau memenuhi responden yang digunakan yaitu
kriteria skizofrenia tetapi tidak memiliki tingkat pendidikan terakhir
dapat digolongkan pada tipe SMA, mempunyai tingkat sosial
paranoid, katatonik, ekonomi dengan skor 1 dan dan
hebefrenik, residual dan setiap penderita skizofrenia hanya 1
depresi pasca skizofrenia keluarga saja yang bisa dijadikan
(Amir, 2010). responden. Alat ukur yang
5) Depresi pasca skizofrenia digunakan yaitu kuesioner mengenai
(F20,4) pengetahuan keluarga tentang
Gejala-gejala depresif skizofrenia. Analisis data
menonjol dan mengganggu, menggunakan korelasi Pearson
memenuhi sedikitnya kriteria Product Moment dengan tingkat
untuk suatu episode depresif kemaknaan 5%
dan telah ada paling sedikit 2
minggu D. HASIL DAN PEMBAHASAN
6) Skizofrenia tipe residual 1. Hasil
(F20,5) a. Analisis Univariat
Gejala negatif menonjol 1) Distribusi Responden
(psikomotorik lambat, aktivitas Berdasarkan Variabel
turun, berbicara kacau), Independent
riwayat psikotik (halusinasi dan Tabel 4.1 Distribusi
waham) dan tidak terdapat Responden Berdasarkan
gangguan mental organik (8). Tingkat Pengetahuan
7) Skizofrenia tipe simpleks Keluarga tentang Skizofrenia
(F20,6) Bulan Juli 2018 (N =175)
Gejala utama adalah Variabel Mean Median SD Min Maks
Tingkat pengetahuan 18,44 18,00 4,093 10 27
kedangkalan emosi dan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

keluarga tentang skizofrenia dengan


skizofrenia
Sumber : Data Primer (2018)
menggunakan Uji Kolmogorov
Berdasarkan tabel 4.1 keluarga yang Smirnov mempunyai P value =
merawat anggota keluarga penderita 0,123 > 0,05. Frekuensi
skizofrenia mempunyai pengetahuan kekambuhan anggota keluarga
keluarga tentang skizofrenia minimal penderita skizofrenia
10 dan maksimal 27. mempunyai P value = 0,195 >
2) Distribusi Responden 0,05 maka dapat disimpulkan
Berdasarkan Variabel bahwa variabel tersebut
Dependen Tabel 4.2 mempunyai distribusi yang
Distribusi Responden normal dikarenakan P value>
Berdasarkan Frekuensi 0,05.
Kekambuhan Anggota 2) Hasil Analisis Pembuktian
Keluarga Penderita Hipotesis
Tabel 4.4 Analisis Pearson
Skizofrenia Bulan Juli
Product Moment Tingkat
2018 (N=175)
Pengetahuan Keluarga
Variabel Mean Median SD Minimal Maksimal
tentang Skizofrenia dengan
Frekuensi
Kekambuhan Anggota Frekuensi Kekambuhan
1,50 1,00 1,304 0
Anggota Keluarga 4
Penderita
Keluarga Penderita
Skizofrenia Skizofrenia Bulan Juli 2018
Sumber : Data Primer (2018) (N=175)
Berdasarkan tabel 4.2 P
Variabel R N
value
frekuensi kekambuhan
Tingkat
anggota keluarga Pengetahuan
penderita skizofrenia Keluarga tentang
minimal 0 dan maksimal 4 Skizofrenia
Frekuensi -0,861 0,000 175
kali dalam setahun.
Kekambuhan
Anggota Keluarga
b. Analisis Bivariat Penderita
1) Hasil Normalitas Skizofrenia
Tabel 4.3 Analisis Uji Sumber: Data Primer (2018)
Normalitas antara Tingkat Berdasarkan tabel 4.4
Pengetahuan Keluarga analisis Pearson Product
tentang Skizofrenia dengan Moment dengan taraf
Frekuensi Kekambuhan signifikan p <0,05 dengan
Anggota Keluarga Penderita Rhitung = 0,861 dengan tingkat
Skizofrenia Bulan Juli 2018 kemaknaan 5%. Nilai Rtabel =
Variabel P value N 0,148 dengan tingkat
Tingkat Pengetahuan kemaknaan 5%. Hasil Rhitung >
Keluarga tentang 0,123 175 Rtabel dengan taraf signifikan p
Skizofrenia
= 0,000 (<0,05), maka ada
Frekuensi Kekambuhan
Anggota Keluarga 0,195 175 keefektifan dalam variabel
Penderita Skizofrenia tingkat pengetahuan keluarga
Sumber : Data Primer (2018) tentang skizofrenia dengan
Berdasarkan tabel 4.3 tingkat frekuensi kekambuhan
pengetahuan keluarga tentang anggota keluarga penderita
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

skizofrenia di Poli Jiwa Rumah mengalami kekambuhan


Sakit Jiwa Grhasia D. I. dibandingkan dengan
Yogyakarta menunjukkan pengetahuan dengan
hubungan yang sangat kuat. pengetahuan responden tinggi
2. Pembahasan b. Frekuensi Kekambuhan
a. Tingkat Pengetahuan Anggota Keluarga Penderita
Keluarga tentang Skizofrenia Skizofrenia
Berdasarkan tabel 4.1 Berdasarkan tabel 4.2
diketahui keluarga yang diketahui frekuensi
merawat anggota keluarga kekambuhan anggota keluarga
penderita skizofrenia penderita skizofrenia
mempunyai mean 18,44 mempunyai mean 1,50 dengan
dengan median 18,00 dan median 1,00 dan standar
standar deviasi 4,093. deviasi 1,304. Frekuensi
Pengetahuan keluarga tentang kekambuhan anggota keluarga
skizofrenia minimal 10 dan penderita skizofrenia minimal 0
maksimal 27. Rogers (2009) dan maksimal 4. Skizofrenia
yang dikutip oleh Notoatmodjo bagi keluarganya merupakan
menyimpulkan bahwa beban yang sangat berat,
pengabdosian tindakan yang namun pada umumnya
melalui proses dan didasari keluarga tetap menunjukkan
oleh pengetahuan, kesadaran rasa tanggungjawab dan kasih
positif, maka tindakan tersebut sayang yang besar kepada
akan bersifat langgeng (long penderita tersebut.
lasting) namun sebaliknya jika Kekambuhan adalah suatu
tindakan didasari oleh keadaan dimana timbulnya
pengetahuan dan kesadaran, kembali suatu penyakit yang
maka tindakan tersebut sudah sembuh dan
bersifat sementara atau tidak disebabkan oleh berbagai
akan berlangsung lama. macam faktor penyebab
Salah satu faktor yang seperti kurangnya
mempengaruhi kekambuhan pengetahuan keluarga(17).
penderita skizofrenia adalah Menurut Simanjuntak et al
pengetahuan keluarga yang (2015), kekambuhan pada
dapat digunakan untuk penderita skizofrenia akan
melakukan perawatan yang menyebabkan beberapa
baik dan benar (Fadli et al, permasalahan di antaranya
2013). Hal ini sejalan dengan stres, kecemasan pada
penelitian Maharani et keluarga, sesama keluarga
al(7)(2017), menyebutkan saling menyalahkan dan
bahwa responden dengan kesulitan pemahaman dalam
salah satu faktor yang menerima sakit yang diderita
mempengaruhi kekambuhan oleh anggota keluarga yang
penderita skizofrenia adalah mengalami skizofrenia karena
pengetahuan keluarga yang kurangnya pengetahuan
rendah beresiko 2,6 kali
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

keluarga tentang skizofrenia Dapat disimpulkan dalam


(17). penelitian ini adalah setiap
Hal ini sejalan dengan peningkatan pengetahuan
penelitian Sari (2017), keluarga tentang skizofrenia
menyebutkan bahwa hasil dari maka akan adanya penurunan
70 responden sebanyak 34 frekuensi kekambuhan
responden (48,6%) penderita anggota keluarga penderita
skizofrenia jarang mengalami skizofrenia di Poli Jiwa Rumah
kekambuhan karena adanya Sakit Jiwa Grhasia. Pada
pengetahuan yang tinggi penelitian ini sumber informasi
sehingga menyebabkan anggota keluarga penderita
penderita mempunyai skizofrenia terbanyak melalui
keyakinan untuk kesembuhan penyuluhan (tenaga
pada dirinya karena adanya kesehatan) yaitu 87.
peran keluarga yang Hal ini sejalan dengan
mendukung. penelitian Fadli et al (2013)
c. Efektifitas Pengetahuan (18), menyebutkan bahwa
Keluarga tentang Skizofrenia penelitian ini menggunakan
terhadap Frekuensi desain cross sectional dengan
Kekambuhan Anggota sampel 50 responden dari
Keluarga Penderita keluarga penderita yang
Skizofrenia berkunjung ke poliklinik rawat
Berdasarkan tabel 4.4 jalan Rumah Sakit Jiwa
diketahui bahwa analisis Tampan. Analisis data yang
Pearson Product Moment dilakukan secara univariat,
dengan taraf signifikan p <0,05 bivariat dengan korelasi,
dengan Rhitung = 0,861 dengan regresi linear sederhana dan
tingkat kemaknaan 5%. Nilai uji t independen, multivariat
Rtabel = 0,148 dengan tingkat dengan uji regresi linear
kemaknaan 5%. Hasil Rhitung > ganda. Dalam penelitian ini
Rtabel dengan taraf signifikan p pengetahuan keluarga
= 0,000 (<0,05), maka ada berpengaruh paling besar
hubungan antar kedua variabel dengan koefisien -0,461
yang berarti efektif . Ada dengan nilai R2 diketahui
keefektifan tingkat sekitar 68,7%. Oleh karena itu
pengetahuan keluarga tentang keluarga diharapkan dapat
skizofrenia terhadap frekuensi meningkatkan pengetahuan
kekambuhan anggota keluarga dengan mengikuti penyuluhan
penderita skizofrenia di Poli dan mengikuti proses
Jiwa Rumah Sakit Jiwa keperawatan ketika penderita
Grhasia D. I. Yogyakarta di rumah sakit jiwa sehingga
menunjukkan hubungan yang keluarga memperoleh
sangat kuat. informasi dalam menangani
Hasil penelitian ini penderita skizofrenia.
menunjukkan hubungan 3. Kekuatan dan Kelemahan
koefisien yang sangat kuat. a. Kekuatan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

Kekuatan dalam penelitian ini Frekuensi kekambuhan


adalah peneliti langsung anggota keluarga penderita
mengetahui responden yang skizofrenia minimal 0 dan
akan dituju untuk penelitian maksimal 4.
yaitu keluarga yang merawat c) Ada keefektifanantara tingkat
penderita skizofrenia F20,0. pengetahuan keluarga tentang
b. Kelemahan skiozfrenia terhadap frekuensi
Kelemahan dalam penelitian kekambuhan anggota keluarga
ini adalah adanya penderita skizofrenia di Poli
kemungkinan jawaban faking Jiwa Rumah Sakit Jiwa
(jawaban tidak sesuai dengan Grhasia karena berdasarkan
kejadian sebenarnya) dari hasil analisis uji Pearson
responden tentang frekuensi Product Moment denganRhitung
kekambuhan anggota keluarga (0,861) > Rtabel (0,148) dengan
penderita skizofrenia per tahun P = 0,000 (<0,05)
jika tidak dibarengi dengan menunjukkan hubungan
observasi rekam medis. sangat kuat dan berpola
c. Kesulitan negatif yang artinya semakin
Kesulitan dalam penelitian ini bertambah pengetahuan
adalah dalam penelitian di Poli keluarga tentang skizofrenia
Jiwa Rumah Sakit Jiwa maka semakin berkurang
Grhasia responden keluarga frekuensi kekambuhan
yang merawat penderita anggota keluarga penderita
skizofrenia tipe F20,0 saat skizofrenia.
diberikan kuesioner responden 2. Saran
tergesa-gesa untuk periksa a) Anggota Keluarga Penderita
dan pulang. Skizofrenia
Diharapkan penelitian ini dapat
E. KESIMPULAN DAN SARAN menambah pengetahuan
1. Kesimpulan kepada anggota keluarga
a) Tingkat pengetahuan keluarga penderita skizofrenia
tentang skizofrenia di Poli Jiwa mengenai faktor yang
Rumah Sakit Jiwa Grhasia mempengaruhi frekuensi
keluarga yang merawat kekambuhan anggota keluarga
anggota keluarga penderita penderita skizofrenia di Poli
skizofrenia mempunyai mean Jiwa Rumah Sakit Jiwa
18,44 dengan median 18,00 Grhasia.
dan standar deviasi 4,093. b) Peneliti Selanjutnya
Pengetahuan keluarga tentang 1) Diharapkan penelitian ini
skizofrenia minimal 10 dan akan menambah wawasan,
maksimal 27. literatur dan referensi untuk
b) Frekuensi kekambuhan mahasiswa yang akan
anggota keluarga penderita melakukan penelitian
skizofrenia mempunyai mean mengenai faktor
1,50 dengan median 1,00 dan kekambuhan anggota
standar deviasi 1,304. keluarga penderita
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

skizofrenia di Poli Jiwa 5. Junaidi, Iskandar. (2012)


Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Anomali Jiwa. CV Andi Offset.
2) Diharapkan peneliti Yogyakarta
6. Setiati, Eti. (2017) Hubungan
selanjutnya mempunyai
Dukungan Sosial dan Ketaatan
asisten peneliti untuk Pengobatan dengan
menemani penderita Kekambuhan Pasienn
skizofrenia saat keluarga Skizofrenia Pasca Rawat Inap.
yang merawat anggota Thesis. Universitas Gajah Mada.
keluarga penderita Yogyakarta.
skizofrenia diberikan 7. Maharani, Riri dan Hardisal.
(2017) Faktor yang Berhubungan
kuesioner dan wawancara
dengan Kekambuhan Penderita
oleh peneliti supaya Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
suasana penelitian tetap Tampan Provinsi Riau. Jurnal
kondusif. Kesehatan Mayarakat. Volume
3) Diharapkan peneliti XI, Jilid 2, Nomor 77, Oktober
selanjutnya meneliti tentang 2017. STIKes Hang Tuah
jumlah keluarga, tingkat Pekanbaru. Riau.
8. Sutejo. (2018) Keperawatan
pendidikan keluarga dan Kesehatan Jiwa. Prinsip dan
tingkat sosial ekonomi Praktik Asuhan Keperawatan
keluarga yang merawat Jiwa. PT Pustaka Baru.
anggota keluarga penderita Yogyakarta.
skizofrenia 9. Notoatmodjo, Soekidjo. (2014)
Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan. PT Rineka Cipta.
1. Simon, Dein. (2013) Religion and Jakarta.
Mental Health : Current Findings. 10. Ariani, Ayu Putri. (2014) Aplikasi
Edisi Bahasa Indonesia. Metodologi Penelitian Kebidanan
University College London. dan Kesehata Reproduksi. Nuha
Charles Bell House. London. Medika. Yogyakarta.
2. Prami, Anak Agung Istri Ngurah 11. Friedman, Marilyn, et al. (2010)
Rai. (2017) Relasi Rumah Sakit Buku Ajar Keperawatan
Jiwa, Keluarga dan Lingkungan Keluarga. Riset, Teori & Praktik.
Sosial dalam Mencegah Edisi Bahasa Indonesia. Buku
Terjadinya Kekambuhan pada Kedokteran EGC. Jakarta.
Penderita Skizofrenia di 12. Riyanto, Agus. (2011)
Kecamatan Susut Kabupaten Pengolahan dan Analisis Data
Bangli Provinsi Bali. Thesis. Kesehatan. Nuha Medika.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Yogyakarta. 13. Subando, Joko. (2017)
3. Riset Kesehatan Dasar Hubungan Dukungan Keluarga
(Riskesdas). (2013). dengan Frekuensi Kekambuhan
4. Margahayu, Cendera. (2014) Penderita Skizofrenia di
Hubungan antara Pengetahuan Puskesmas Rongkop Kabupaten
Keluarga tentang Skizofrenia Gunung Kidul Yogyakarta.
dengan Penderita Gangguan Thesis. Universitas Gajah Mada.
Psikotik Fase Awal di Yogyakarta.
Yogyakarta. Thesis. Universitas 14. Amelia, D.R dan Anwar, Z.
Gajah Mada. Yogyakarta. (2013) Relaps pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

Psikologi Terapan. Volume 17,


Nomor 1, Maret 2013. Aceh.
15. Keliat, Budi Anna, et al. (2011)
Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas. CMHN (Basic
Course). Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
16. Kaplan, H.I dan Sadock, B.J.
(2010) Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Edisi 2. Alih bahasa Profitasari
dan Tiara Mahatni Nisa. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
17. Arianti, Diana, et al. (2017)
Hubungan Pola Asuh Keluarga
Dengan Kekambuhan Paisen
Skizofrenia di RSJ HB Sa’anin
Padang Tahun 2017. Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan.
Volume 1, Nomor 1, Oktober
2017. STIKes Alifah Padang.
Sumatra Barat
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

You might also like