You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Penelitian bahasa dan sastra merupakan penelitian yang dilakukan dengan
sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap objek sasaran yang berupa bahasa dan
sastra.1Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bahasa dan sastra harus dilakukan
secarasistematismaksudnyabahwapenelitianbahasadansastraharusdilaksanakansecarasist
emikdanterencana.Sebuahpenelitianbahasadansastradimulaidarimengidentifikasimasala
h yang terkaitdenganobjekkajianbahasadansastra,
menghubungkanmasalahtersebutdenganteori-teori linguistik dansastra, menyediakan
data, menganalisis data, hinggamenyajikanhasilpenelitian.
Penelitianbahasadansastrajugamerupakanpenelitian yang
terkontrol.Maksudnyabahwasetiapaktivitas yang
dilakukandalamsetiaptahapanpenelitianitudapatdikontrolbaikdalamhal proses
pelaksanaankegiatannyamaupunhasil yang dicapaidalampenelitian. Hal
inimemungkinkanpakar lain yang berminatmelakukanhal yang
samauntukmengujikembalihasil yang dicapaidaripenelitian yang pernahdilakukan.
Sifatterkontrolinijugatampakdalampenggunaanmetodedanteknikpenelitian.Penggunaan
metodedanteknikpenelitianmemilikidasarlogikapemilihan yang dikaitkandengansasaran
yang hendakdicapai.
Penelitianbahasadansastra yang bersifatempirisbermaknabahwafenomena lingual
yang menjadiobjekpenelitianbahasadan media dalamkaryasastramerupakanfenomena
yang benar-benarhidupdalampemakaianbahasa.Adapun yang
dimaksudkandenganpenelitianbahasadansastra yang
bersifatkritismaksudnyabahwakritisdalammengidentifikasimasalah yang
berhubungandenganbahasadansastrasertakritisterhadaphipotesis-hipotesis yang
munculdalampenelitianbahasadansastra.
Dalampenelitianbahasadansastrakhususnyapenelitianbahasadansastra Arab,
masalahmetodedanteknikpenelitianperlumendapatkanperhatian yang

1
Mahsun, MetodePenelitianBahasaTahapanStrategi, Metode, danTekniknya, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm.2.

1
serius.Penelitianbahasadansastra Arab merupakanwilayahgarap yang
unikdibandingkandenganbidanghumaniora yang lainsehinggamemerlukankejelian,
taktik, metode, danteknik yang spesifik pula.
Metodeadalahcarakerja yang
bersistemuntukmemudahkanpelaksanaansuatukegiatandalamrangkamencapaitujuan
yang ditentukan.2Dalampenelitianbahasadansastra,
metodepenelitianmerupakancaradanprosedur yang
dipilihpenelitidalammelaksanakanpenelitian.
Metodemenyangkutcaraoperasionaldalampenelitiandanmengandunglangkah-
langkahpenelitian yang akandijalankan.
Adapunteknikberhubungandengancarauntukmelaksanakanmetode. Dengandemikian,
cakupanmetodelebihluasdibandingkandenganteknik.Metodepenelitianbahasadansastram
emuatteknikanalisis yang akandigunakandalampenelitianbahasadansastra.
Metodedanteknikanalisispenelitianbahasadansastra Arab yang
tepatmerupakansalahsatu faktor penting agar
dapatmenghasilkanpenelitianbahasadansastra Arab yang berkualitas.Hal
inidisebabkankarenakejelasandankeilmiahansuatupenelitianbahasadansastra Arab
dapatdilihatdarimetodedanteknik yang
digunakandalampenelitiantersebutsehinggametodedanteknikmemegangperananpentingd
alamsebuahpenelitian.
Pembahasan tentang metode penelitian mencakup masalah data, proses
pengumpulan data, dan analisis data.Metode penelitian ditentukan oleh masalah
penelitian dan upaya untuk mendapatkan jawabannya.
Dalammakalahini, penulismembahasmengenaimetodedanteknik penelitian yang
dihubungkandengancontohkasus (permasalahan)
penelitiankarenapadahakikatnyatujuanpembelajaranmengenaimetodedanteknikanalisisp
enelitianadalah agar dapatdiaplikasikansebagaialatuntukmelakukanpenelitian.

2
Fatimah Djajasudarma, MetodeLinguistikRancanganMetodePenelitiandanKajian, Bandung: Refika Aditama, 2006,
hlm.1.

2
1.1. RumusanMasalah
Agar pembahasandalammakalahinilebihterarah,
makaperludiberikanrumusanmasalahsehinggatidakkeluardari topikpermasalahan yang
ingindibahas.
Adapunrumusanmasalahdalammakalahinisebagaiberikut:
1. Bagaimanakahmetodedanteknik yang digunakandalampenelitianbahasa Arab?
2. Bagaimanakahmetodedanteknik yang digunakandalampenelitiansastra Arab?

1.2. TujuanPenulisan
Adapuntujuan yang ingindicapaidalampenulisanmakalahinisebagaiberikut:
1. Untukmendeskripsikanmetodedanteknik yang
digunakandalampenelitianbahasa Arab.
2. Untukmendeskripsikanmetodedanteknik yang
digunakandalampenelitiansastra Arab.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PengertianMetodedanTeknikPenelitian
Kata metodeberasaldaribahasa Latin yaituberasaldari kata methodos. Kata
methodositusendiriberasaldariakar kata metadanhodos. Metaberarti ‘menuju, melalui,
mengikuti, sesudah’, sedangkanhodosberarti ‘jalan, cara, danarah’.Dalampengertian
yang lebihluas, metodedianggapsebagaicara-
caradanstrategiuntukmemahamirealitasdanlangkah-
langkahsistematisuntukmemecahkanrangkaiansebabakibatberikutnya.3
Dalampengertian yang lain dijelaskanbahwametodeadalahcarakerja yang
bersistemuntukmemudahkanpelaksanaansuatukegiatandalamrangkamencapaitujuan
yang ditentukan. Adapunmetodepenelitianmerupakanalat, prosedur, danteknik yang
dipilihdalammelaksanakanpenelitian.4Metodepenelitianbahasadansastra Arab
berhubunganeratdengantujuanpenelitianbahasadansastra.Penelitianbahasadansastra Arab
bertujuanuntukmengumpulkandanmengkaji data sertamempelajarifenomena-
fenomenakebahasaandankesusastraan Arab.
Adapun kata teknik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ‘tekhnikos’ yang
berarti ‘alat atau seni mnggunakan alat’. Ada tiga cara untuk membedakan metode
dengan teknik yaitu dengan cara membedakan tingkat abstraksinya, memperhatikan
faktor mana yang lebih luas ruang lingkup pemakaiannya, dan memperhatikan
hubungannya dengan objek. Apabila tingkat abstraknya lebih tinggi, ruang lingkupnya
lebih luas, dan hubungannya dengan objek lebih jauh maka ia lebih tepat disebut
sebagai metode.

3
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, danTeknikPenelitianSastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hlm. 37.
4
Fatimah Djajasudarma, MetodeLinguistikRancanganMetodePenelitiandanKajian, op.cit.,hlm.1-2.

4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metodepenelitianmenyangkutcara yang
operasionaldalampenelitiandanmemuatlangkah-langkahpenelitian yang akandijalankan
sedangkanteknikberhubungandengancaramelaksanakanmetodetersebut.

2.2. MetodedanTeknikPenelitianBahasa Arab


Bahasasebagaisuatu sistem lambang bunyi yang bersifatarbitrer, unik, produktif,
dinamis, danbervariasidapatdikajidariberbagaiaspek.Secaragarisbesar, objekkajian
linguistikdapatdibagimenjaditigayaitusebagaiberikut.
Pertama, kajianterhadapstruktur internal
bahasamencakupkajianmengenaitatabunyibahasa (fonologi), tatabentuk kata
(morfologi), tatabentukkalimat (sintaksis), dantatabentukwacana.Di sampingitu,
termasukjugakajianmengenaimaknabahasa (semantik), kosakata (leksikologi),
danperbandinganbentuk (dalamhistoriskomparatif).
Kedua, kajianterhadappemakaianbahasa yang mencakupkajiansosiolinguistik
(pemakaianbahasasebagaialatinteraksisosial, kajianpsikolinguistik
(bahasasebagaigejalapsikologi), dankajianantropolinguistik
(bahasasebagaiwadahdanprodukbudaya).Kajianterhadappemakaianbahasa yang
banyakdilakukanadalahkajiandalambidangsosiolinguistik.
Ketiga,
kajianterhadappengajaranbahasa.Intitujuankajianiniadalahmencarisolusiuntukmeningkat
kanhasilpengajaranbahasa.Kajiandalambidanginimencakupkajianeksperimental yang
mencobametodeatauteknikpembelajaran., mengkaji variabel yang
mempengaruhihasilpengajaranbahasa, mengkajikorelasiantaradua
variabeldalampengajaranbahasa, ataumengkajibutir-butirmateridalampengajaranbahasa.
Masalahpengajaranbahasainiumumnyamerupakanobjekkajian
linguistikbagiparapengajarbahasaataumahasiswa program
studipendidikanbahasasalahsatunya program studiPendidikanBahasa Arab.

2.2.1. MetodedanTeknikPenelitianDialektologi

5
Dialektologi merupakan salah satu ilmu bahasa yang memperhatikan varian-
varian bahasa (dialek).Dialek (lahjah) adalahragamatauvariasibahasadarisekelompok
orang padatempatatauwilayahtertentu.Dialekdalambahasa Arab meliputidialekMesir,
dialekMaghribi, dialekTeluk, dialek Sudan, dialek Yamani, dansebagainya.
Berbagaidialekbahasa Arab tersebutmerupakansalahsatutopik penelitian yang
menarikuntukditelitikarenasetiapdialekmemilikikeunikandan ciri khastersendiri.

A. Tahap Penyediaan Data


Dalam tahap penyediaan data, langkah pertama adalah menentukan daerah
pengamatan yang akan diambil sebagai tempat dilakukannya penelitian. Langkah
selanjutnya adalah tahap penyediaan data dengan menggunakan metode cakap yaitu
pengumpulan data lingual dengan melakukan percakapan antara peneliti dengan penutur
sebagai informan.Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing.Dikatakan
teknik dasar karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode cakap itu
hanya dimungkinkan muncul apabila peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada
informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan peneliti.Pancingan
atau stimulasi itu berupa makna-makna yang biasanya tersusun dalam daftar pertanyaan.
Selanjutnya teknik dasar tersebut dijabarkan dalam empat teknik lanjutan yaitu
teknik cakap semuka, teknik cakap tansemuka, teknik catat, dan teknik rekam.Pada
pelaksanaan teknik cakap semuka, peneliti langsung mendatangi setiap daerah
pengamatan dan melakukan percakapan dengan informan.Teknik cakap semuka ini
sangat dianjurkan dalam penelitian dialektologis.Hal ini dimaksudkan agar peneliti
dapat langsung mendengar pengucapan dialek yang ingin diteliti.Sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam menginterpretasi fonem tertentu. Sedangkan dalam teknik
cakap tansemuka, peneliti tidak langsung melakukan percakapan dengan informan pada
setiap daerah pengamatan melainkan dilakukan melalui surat menyurat. Kekurangan
teknik ini adalah sulit diperoleh kejelasan tentang perbedaan fonetis karena
kemungkinan jawaban yang ditulis informan tidak bersifat fonetis dan peluang
terjadinya kesalahan interpretasi bunyi tertentu untuk ditulis dengan abjad fonetis sangat
besar.Selain itu, penyediaan data dengan teknik ini belum dapat memberikan gambaran
yang menyeluruh mengenai keadaan alam, budaya, masyarakat, sejarah, dan adat

6
istiadat daerah yang diteliti yang sebenarnya ikut berperan dalam menentukan
perkembangan dialek setempat.
Kemudian teknik lanjutan yang lainnya adalah teknik catat.Teknik catat ini
dimaksudkan untuk mengetahui bahwa realisasi fonem-fonem tertentu tidak hanya
cukup dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh informan tetapi juga
harus melihat bagaimana bunyi itu dihasilkan. Jadi, peneliti harus melihat organ bicara
dan cara organ tersebut bekerja pada saat bunyi itu dihasilkan seperti untuk

membedakan fonem ‫ ق‬dan‫ ك‬.


Adapun teknik rekam hanya dapat digunakan pada saat penerapan teknik cakap
semuka.Status teknik ini bersifat melengkapi kegiatan penyediaan data dengan teknik
catat. Maksudnya yang dicatat dapat dicek kembali dengan rekaman yang dihasilkan.
Metode lainnya yang digunakan dalam tahap penyediaan data ini adalah metode
simak. Melalui metode ini, peneliti memperoleh data dengan cara menyimak
penggunaan bahasa. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap.
Peneliti mendapatkan data dengan cara menyadap penggunaan bahasa seseorang atau
beberapa orang yang menjadi informan. Teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan
yang berupa teknik catat dan rekam.Dalam penelitian dialektologi, metode simak
memegang peran yang cukup penting untuk mengecek kembali penggunaan bahasa
yang diperoleh dengan metode cakap.

B. Tahap Analisis Data


Dalam meneliti dialek bahasa Arab, peneliti dapat menggunakan metode padan
intralingual dengan teknik dasar hubung banding intralingual dan teknik lanjutan
hubung banding membedakan.Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan
cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual. Penerapan metode ini
dalam tahap analisis data hanya dimungkinkan apabila data yang akan
dihubungbandingkan telah tersedia. Oleh karena itu, tahapan penyediaan data dalam
penelitian bahasa memainkan peran yang sangat penting.Dalam arti kelengkapan data
yang menggambarkan semua kemungkinan keberadaan objek penelitian harus telah
tersedia.Realisasinya dilakukan dengan mengidentifikasi dan membandingkan bentuk-
bentuk yang menjadi realisasi dari suatu makna tertentu pada setiap daerah
pengamatan.Bentuk realisasi yang berbeda dari satu daerah pengamatan didaftarkan

7
dalam sebuah tabel tabulasi data sedangkan bentuk realisasi makna tertentu yang tidak
memperlihatkan perbedaan dapat diabaikan atau tidak didaftarkan.5

2.2.2. Metode dan Teknik Penelitian Pemakaian Bahasa (Sosiolinguistik)

Penelitian sosiolinguistik merupakan penelitian yang mengkaji pemakaian


bahasa menurut konteks sosial penggunaannya.Sosiolinguistik sendiri merupakan
bidang garapan antar dua disiplin ilmu yaitu linguistik yang berkutat dengan masalah
kebahasaan dan sosiologi yang menaruh perhatian pada masalah sosial atau masyarakat.
Penelitian sosiolinguistik mencoba mengaitkan masalah kebahasaan dengan
kemasyarakatan. Kajian ini merupakan bentuk lain dari kajian bahasa yang sebelumnya
hanya mempersoalkan bahasa sebagai suatu sistem yang lepas dari konteks sosial
(eksternalnya). Dalam penelitian sosiolinguistik, hal yang menjadi titik tekannya adalah
pada masalah kebahasaan dalam konteks sosial.Hal yang diamati dalam penelitian ini
adalah perilaku kelompok bukan perilaku individu atau perorangan.
Pemakaian bahasa (sosiolinguistik) berhubungan dengan ragam-ragam atau
varietas bahasa.Halliday membedakan varietas bahasa berdasarkan pemakaiannya dan
pemakainya (orang yang menggunakan bahasa). Berdasarkan pemakaiannya, Halliday
membedakan varietas bahasa atas tiga subdimensi yaitu subdimensi bidang (field) yaitu
subdimensi yang berhubungan dengan bidang bahasa itu dipakai seperti ragam bahasa
politik dan ragam bahasa hukum; subdimensi cara (mode) yaitu subdimensi yang
berhubungan dengan medium yang digunakan dalam peristiwa berbahasa tersebut
seperti ragam bahasa lisan dan tulisan; serta subdimensi tenor yaitu subdimensi yang
mengacu pada hubungan peran para partisipan yang terlibat dalam peristiwa berbahasa
seperti ragam bahasa resmi dan santai.6
Adapun topik-topik yang dikaji dalam penelitian sosiolinguistik ini sebagai
berikut:
1. Bahasa dan kelas sosial,
2. Bahasa dan etnisitas,
5
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Op.cit., hlm.150.
6
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,op.cit., hlm. 230.

8
3. Bahasa dan strategi berbahasa,
4. Kesantunan berbahasa,
5. Penggunaan bahasa dan profesi (politisi, guru, akademisi, ulama, wartawan, dan
lainnya)
6. Penggunaan bahasa dalam media massa baik media cetak maupun elektronik,
7. Penggunaan bahasa dalam dunia pendidikan,
8. Penggunaan bahasa dalam wawancara televisi,
9. Penggunaan bahasa dalam karangan ilmiah,
10. Penggunaan bahasa dalam bidang-bidang tertentu (bidang hukum, agama,
perdagangan, dan lainnya),

Topik-topik penelitian yang disebutkan di atas masih bersifat umum sehingga


dapat dispesifikasikan di antaranya menjadi ‘bagaimana struktur sintaksis dan diksi
yang digunakan dalam salah satu surat kabar di Arab Saudi’.

A. Tahap Penyediaan Data


Metode yang dapat digunakan dalam tahap penyediaan data untuk penelitian
sosiolinguistik meliputi metode simak (pengamatan/observasi), survei, dan wawancara.

a. Metode Simak (Pengamatan/Observasi)


Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data
dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Dalam ilmu sosial,
metode ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi.Metode ini
memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap.Dikatakan demikian karena dalam praktik
penelitian, sesungguhnya penyimakan itu dilakukan dengan menyadap pemakaian
bahasa dari informan.
Adapun teknik lanjutannya yaitu teknik simak bebas libat cakap, teknik simak
libat cakap, teknik catat, dan teknik rekam.Metode simak dengan teknik simak bebas
libat cakap maksudnya bahwa si peneliti menyadap perilaku berbahasa dalam suatu
peristiwa tutur dengan tanpa terlibat dalam peristiwa tutur tersebut.Jadi, peneliti hanya
berperan sebagai pengamat. Dalam menyadap perilaku orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa tutur tersebut, peneliti tidak hanya sekedar menyadap dan menyaksikan, akan

9
tetapi peneliti juga harus mencatat hal-hal yang relevan terutama bentuk perilaku setiap
partisipan dalam peristiwa tutur. Bahkan, peneliti juga dapat melakukan perekaman
terhadap peristiwa itu.
Adapun teknik simak libat cakap atau yang disebut metode pengamatan
berpartisipasi dimaksudkan sebagai upaya penyadapan peristiwa tutur oleh peneliti
dengan cara peneliti terlibat langsung dalam peristiwa tersebut. Dalam hal ini, peneliti
manunggal atau menyatu dengan partisipan yang hendak disimak perilaku tuturnya.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penerapan teknik simak libat
cakap ini pada dasarnya sama dengan langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan
teknik simak bebas libat cakap yaitu disertai dengan teknik catat dan teknik rekam.7

b. Metode Survei
Metode survei adalah metode penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisis
data melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang berstruktur dan terinci. Survei dapat
bersifat deskriptif maupun eksplanatoris.Survei yang bersifat deskriptif bertujuan untuk
memeriksa populasi yang dikaji. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaannya mencakup
pertanyaan tentang gender, usia, etnis, pendidikan, bahasa, pekerjaan, pendapatan, dan
hal-hal lain yang relevan. Sedangkan survei yang bersifat eksplanatoris bertujuan
menerangkan hubungan-hubungan yang ada yang telah dijumpai dalam survei
deskriptif.
Metode survei mengharuskan peneliti menjangkau responden dalam jumlah
yang besar.Oleh karena itu, instrument penelitian yang lazim digunakan untuk
menjaring data adalah kuesioner tertulis.8

c. Metode Cakap (Wawancara)


Metode cakap atau dalam penelitian ilmu sosial dikenal dengan nama metode
wawancara (interview) merupakan salah satu metode yang dilakukan dengan cara
peneliti melakukan percakapan atau kontak dengan penutur selaku narasumber. Metode
ini memiliki teknik dasar berupa teknik pancing.

7
Ibid., hlm 242-246.
8
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian, dan Pemelajaran. Jakarta:Rineka Cipta, 2007, hlm. 138-
140.

10
B. Tahap Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi dan
mengelompokkan data .Data dalam penelitian sosiolinguistik dapat berwujud angka dan
bukan angka. Data yang berupa angka misalnya jumlah penduduk suatu kota, usia,
jumlah keluarga suatu rumah tangga, dan sebagainya. Sedangkan data yang bukan
angka misalnya jenis kelamin, bahasa yang digunakan oleh suatu komunitas, dan
lainnya.Data jenis pertama dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis
kuantitatif sedangkan data yang bukan angka dapat dianalisis dengan metode analisis
kualitatif.

a. Metode Penelitian Analisis Kualitatif


Metode yang digunakan dalam penelitian analisis kualitatif yang mengkaji
mengenai sosiolinguistik adalah metode analisis komparatif konstan (constant
comparative analysis). Kegiatan analisis data dalam penelitian sosiolinguistik bertujuan
untuk membandingkan antardata yang satu dengan data yang lain yang telah dihimpun
pada tahap penyediaan data. Dalam penelitian linguistik, metode analisis komparatif
konstan (constant comparative analysis) disebut juga dengan metode padan.
Metode padan dilakukan dengan menghubungbandingkan antar unsur yang
bersifat lingual dan unsur yang bersifat ekstralingual.Istilah intralingual mengacu pada
makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa sedangkan ekstralingual mengacu pada
unsur-unsur yang berada di luar bahasa seperti konteks tuturan. Jadi, metode padan
intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur
yang bersifat lingual baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa
bahasa yang berbeda.
Metode padan intralingual memiliki beberapa teknik yaitu teknik hubung
banding menyamakan dan teknik hubung banding membedakan. Hal yang sama juga
terjadi pada metode padan ekstralingual. Hanya saja hal-hal yang dihubungbandingkan
itu adalah hal-hal yang di luar bahasa seperti konteks sosial pemakaian bahasa. Kedua
metode analisis data ini dapat digunakan secara serempak dan dapat saling mendukung
satu sama lain dalam pencapaian tujuan penelitian. Melalui penerapan teknik-teknik

11
inilah dimungkinkan untuk mengelompokkan fenomena kebahasaan yang diteliti
menurut kategori-kategori tertentu termasuk ciri-ciri yang menandainya.

b. Metode Penelitian Analisis Kuantitatif


Data kebahasaan merupakan salah satu data yang hadir dalam bentuk data
kualitatif.Tetapi data ini juga dapat dianalisis secara kuantitatif dengan terlebih dahulu
mengubahnya menjadi data dalam bentuk angka. Data dalam bentuk angka ini akan
dianalisis secara statistika.

2.3. Metode dan Teknik Penelitian Sastra Arab


Metode penelitian yang dapat diterapkan dalam penelitian sastra di antaranya
adalah metode penelitian kualitatif, intuitif, hermeneutika, analisis isi, formal, dan
deskriptif analisis.

1. Metode Kualitatif
Metode kualitatif ini paling banyak dipergunakan dalam penelitian sastra karena
sifat dari masalah yang diteliti adalah untuk mengungkap atau memahami sesuatu di
balik fenomena yang belum diketahui.Hal ini lebih disebabkan karena bahasa yang
digunakan dalam karya sastra adalah bahasa yang memiliki tanda-tanda yang harus
ditafsirkan.
Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data yang
sajikan secara apa adanya, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya,
atau data yang tidak diubah dalam bentuk lain supaya menemukan kebenaran data-data
tersebut.
Dalam penelitian dengan metode kualitatif, peneliti dapat menganalisis data
secara induktif.Metode ini dilakukan dengan studi dokumen, mempelajari,
menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah
dianalisis.

12
2. Metode Intuitif
Metode intuitif merupakan metode penelitian yang menggunakan intuisi sebagai
alat untuk menganalisis sastra.Intuitif adalah kemampuan dasar manusia untuk melihat
unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra dengan menggunakan pikiran dan
perasaan sebagai media utama untuk menafsirkan.

Ciri metode intuitif adalah adanya kontemplasi dan pemahaman terhadap gejala-
gejala kultural.Metode intuitif ini umumnya digunakan dalam penelitian filologi.Dalam
bahasa Arab, filologi adalah ilmu tahqiq an-nushush (penelitian untuk mengetahui
hakikat suatu tulisan).Dalam sejarah filologi, metode intuitif adalah metode yang
pertama kali digunakan ketika para peneliti mencoba menemukan naskah yang paling
mendekati otograf. Biasanya metode intuitif ini digunakan ketika naskah yang akan
diteliti berjumlah lebih dari satu. Melalui metode intuitif ini, peneliti menentukan
sebuah naskah yang dianggap sebagai yang paling otentik berdasarkan intuisi
peneliti.Yang dimaksud dengan intuisi disini adalah akal sehat, pengetahuan yang luas,
dan selera yang baik.Hal ini menyebabkan metode ini hanya dapat dilakukan oleh
peneliti yang sudah berpengalaman.

3. Metode Hermeneutika (Metode Ta’wil)


Secara bahasa.hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, hermeneia yang berarti
berekspresi atau mengatakan, menerangkan, dan menerjemahkan yang ketiganya
berkaitan erat dengan interpretasi. Hermeneutika adalah pembacaan ulang (retroaktif)
terhadap suatu teks seperti karya sastra sesudah pembacaan heuristik (berdasarkan
struktur bahasa atau makna tingkat pertama). Hermeneutika berarti proses penguraian
yang bertolak dari isi dan makna yang tampak menuju makna yang tersembunyi. Dalam
pembacaan hermeneutik, seorang pengkaji teks, termasuk di dalamnya teks sastra, harus
berusaha memahami secara kreatif makna sastra yang ada di balik struktur.Dalam hal
ini, hermeneutika mengacu pada makna (pesan) teks yang bersifat inner, transendental.
danlatent (tersembunyi), tidak pada makna yang manifest (nyata). Tujuannya adalah
untuk mendapatkan cakrawala yang dikehendaki sesungguhnya oleh teks, yang dalam
teks sastra umumnya bersifat simbolik dan metaforik.

13
Dalam bahasa simbolik, terdapat makna lapis pertama (makna referensial atau
denotatif) yang bisa ditangkap dengan pemahaman bersahaja dan makna konotatif yang
tersembunyi di balik makna pertama yang lebih dalam.Caranya adalah dengan
menggunakan penglihatan batin, mendayagunakan sepenuhnya akal kontemplatif serta
imajinasi kreatif dengan memperhatikan teks dan konteksnya.9
Dalam menemukan makna hakiki, peneliti yang menggunakan metode
hermeneutika harus memahami kode bahasa seperti gramatika; kode sastra sebagai
supralingual yang menggunakan stilistika; unsur intrinsik dalam prosa seperti plot,
setting, tokoh, tema; tanda-tanda nonverbal seperti latar kehidupan pengarang, pembaca,
bahkan penerbitnya.
Dalam tradisi Arab atau Islam, hermeneutika modern barat tersebut sebanding
dengan ta’wil.Secara bahasa, ta’wil berasal dari kata awwala yang berarti
mengembalikan makna pada makna yang sebenarnya atau hakikat terakhir.Secara
leksikal, ta’wil juga sering diartikan menafsirkan kata atau kalimat secara alegoris,
simbolik, atau rasional.Oleh karena itu, padanan ta’wil dalam bahasa Inggris adalah
esoteric exegesis (penafsiran kata atau kalimat yang hanya diketahui oleh orang tertentu
saja).Secara terminologis, ta’wil didefinisikan sebagai perjalanan jiwa dalam memahami
teks karya sastra dari makna zahirnya menuju makna batin atau majaz (kiasan), karena
ada argumen yang menyebabkan makna batin tersebut harus dipakai.10
Dalam literatur sastra Arab, di antara tokoh yang mementingkan ta’wil adalah
Abdul Qahir al-Jurjani (400-471 H).Menurutnya, keindahan utama sastra bukan terletak
pada bentuk pengucapan, tetapi pada makna yang dikandungnya.Makna (aspek batin)
baik pikiran, cita rasa, maupun imajinasi adalah asas bagi ekspresi bahasa.
Metode hermeneutika (metode ta’wil) ini dapat digunakan untuk meneliti karya
sastra sufistik yang simbolik seperti puisi Rabiah al-Adawiyah (713-801 M) dan Umar
Khayyam (1048-1131 M).
Dalam penelitian sastra Arab dengan menggunakan metode hermeneutika
(metode ta’wil) ini biasanya menggunakan teknik studi dokumen yang dijadikan objek
penelitian.

4. Metode Analisis Isi (Content Analysis)


9
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm.221-222.
10
Ibid., hlm. 232-233.

14
Penelitian sastra dengan menggunakan metode analisis isi ini digunakan apabila
peneliti hendak mengungkap, mamahami, dan menangkap pesan karya sastra.Pada
dasarnya metode analisis isi dalam bidang sastra tergolong upaya pemahaman karya
dari aspek ekstrinsik.Unsur ekstrinsik sastra yang menarik perhatian metode analisis isi
di antaranya pesan moral atau etika, nilai pendidikan, (didaktis), nilai filosofis, nilai
religious, dan nilai kesejarahan. Dengan kata lain, peneliti menggunakan metode
analisis isi ini apabila hendak mengungkap kandungan nilai tertentu dalam karya sastra.
Hal tersebut didasarkan pada pandangan bahwa karya sastra yang bermutu
adalah karya sastra yang mampu mencerminkan pesan positif bagi
pembacanya.Biasanya makna (pesan) dalam karya sastra itu bersifat simbolik.Jadi,
tugas peneliti adalah untuk mengungkap makna simbolik yang tersamar dalam karya
sastra. Oleh karena itu, karya sastra yang akan dibedah melalui metode analisis isi ini
harus memuat nilai-nilai dan pesan tertentu seperti pesan pendidikan budi pekerti.

5. Metode Formal
Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal
(aspek bentuk) yang membentuk sebuah karya sastra. Dalam penelitian yang
menggunakan metode formal, karya sastra merupakan karya otonom yang harus diteliti
dari karya itu sendiri (unsur intrinsik)nya bukan dari sisi luarnya (unsur ekstrinsik).
Dalam sejarah kritik sastra Arab, teori formalisme yang menjadikan keindahan
bahasa karya sastra sebagai sesuatu yang otonom dari hal-hal ekstrinsik lahir pada masa
klasik.Asumsi ini dapat dilihat dari lahirnya ilmu balaghah yang dikembangkan oleh
Abdullah bin al-Mu’taz (w.296 H), Al-Jahiz (w.255 H/868 M), dan Abdul Qahir al-
Jurjani (400-471H).
Metode formal tidak bisa dilepaskan dari teori strukturalisme. Dalam metode
formal dengan menggunakan teori strukturalisme, peneliti mengkaji aspek intrinsik
karya sastra. Aspek atau unsur intrinsik dari prosa meliputi tema (fikrah), alur (habkah),
latar (khalfiyah), tokoh (syakhsiyyah), dan gaya bahasa (uslub). Sedangkan unsur
intrinsik dalam puisi terdiri dari tema, gaya bahasa (uslub), ritme atau irama (bahr atau
wazan dalam puisi tradisional Arab), rima (qafiyah dalam puisi Arab tradisional), diksi
(pilihan kata), dan enjambemen (sambung menyambungnya baris atau larik seperti

15
qasidah yang barisnya dua sejajaratau ruba’iyyat yang barisnya empat tersusun ke
bawah). Semua unsur tersebut memiliki interrelasi dan saling ketergantungan.11

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan peneliti sebagai berikut:


1. Membangun teori struktur sastra sesuai genre yang diteliti. Unsur-unsur
karya sastra memang ada sedikit perbedaan pada setiap genre. Oleh karena
itu, peneliti harus menggunakan salah satu pendapat tentang unsur struktur
itu sebagai acuan awal. Misalnya dalam analisis unsur intrinsik karya sastra
Arab peneliti dapat menggunakan teori Ahmad Muzakki dalam bukunya
Pengantar Teori Sastra Arab.
2. Membaca secara cermat dan mencatat unsur-unsur struktur yang terkandung
dalam sebuah karya sastra yang diteliti.
3. Menentukan dan menganalisis unsur tema dalam karya sastra. Unsur tema
sebaiknya dibahas terlebih dahulu karena tema akan selalu terkait langsung
secara komprehensif dengan unsur lain.
4. Setelah analisis tema, kemudian menganalisis unsur intrinsik yang lainnya
seperti alur, konflik, sudut pandang, gaya bahasa, tokoh, setting, dan
sebagainya.
5. Menghubungkan setiap unsur intrinsik tersebut sehingga mewujudkan
keterpaduan makna struktur.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut maka teknik yang digunakan dalam
metode formal meliputi studi dokumen dan teknik catat.

6. Metode Deskripsi Analisis


Metode deskriptif analisis merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap suatu obyek penelitian yang diteliti melalui sampel
atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Metode
ini berupaya untuk mendeskripsikan fakta-fakta yang ditemukan dalam karya sastra dan

11
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, op.cit., hlm.184.

16
kemudian menganalisis data tersebut hingga terbentuk suatu kesatuan penelitian yang
komplit. Metode ini merupakan metode dasar dalam penelitian kesusastraan.
Penggunaan metode penelitian ini disesuaikan dengan teori kesusastraan yang akan
digunakan dalam penelitian.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah disampaikan pada bab-bab terdahulu,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode penelitian yang dapat digunakan pada penelitian bahasa Arab di
antaranya metode cakap, metode simak, metode padan intralingual, metode
padan ekstralingual, dan metode survey. Adapun teknik yang digunakan dalam
penelitian bahasa Arab meliputi teknik pancing, teknik cakap semuka, teknik
cakap tansemuka, teknik catat, teknik rekam, teknik sadap, teknik simak bebas
libat cakap, dan teknik simak libat cakap.
2. Metode penelitian dalam penelitian sastra Arab mencakup metode intuitif,
metode hermeneutika (ta’wil), metode kualitatif, metode analisis isi, metode
formal, dan metode deskriptif analisis. Adapun teknik yang digunakan di
antaranya teknik studi dokumen dan teknik catat.
3. Metode penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam suatu penelitian ditentukan
oleh masalah penelitian dan metode menentukan jalannya penelitian.

17
18

You might also like