You are on page 1of 10

International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)

Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

SAFETY FACTOR ANOMALI OF NATURAL SLOPE AMONG RAINFALL


FLUCTUATION AROUND JATIGEDE DAM, WEST JAVA INDONESIA
a b
Diemas Purnama and Muhammad Firman Pratama
diemas.purnama123@gmail.com and firman.pratama63@gmail.com

ABSTRACT: The condition of Jatigede dam has infiltration influence towards the soil which is caused
by water debit. The water infiltration affects the area around it, such as Cisampih. Slope stability on
the the area around Jatigede Dam, especially Cisampih, has SF (Safety Factor) value, based on the
characteristic analysis of soil test variables. Other data which supports the observation is the rainfall
intensity of 3155 mm. The purpose of the observation is to find out the change of SF values which is
caused by water infiltration factors from Jatigede Dam and rainfall intensity. Two methods are used in
the observation, first are directshears & hydrometer, and the second is RTA (Soil Reaction towards
Water). The first method, which are directshears & hydrometer, are used to analyse soil characteristic
which results SF value. for this method, Two samples are taken from Cisampih, the first one results
SF value of 2.28, while the second one results SF value of 0.2196 . The second method, which is
RTA (Soil Reaction towards Water), is used to find out Reaction of rain water with soil characteristic.
For this method, Three samples are taken around Jatigede Dam. The second method of data
contained in the form of numbers and units, from the first to the third samples. For variable V [ ,
3
, (cm/minute)]. Variabel Ds [ , , (cm /minute)]. Variabel Dt [ , ,
3 3
(cm /minute)]. Variabel Dl [ , , (cm /minute) ]. Based on slide intensity, the
data has produced of SF value, from first of sample it could be categorized stable slope, meanwhile
the second sample it could be categorized unstable slope or it had been happening landslide.

Keywords: Safety Factor, Slope stability, Water seepage.

Subject Area: Science and Engineering

Acknowledgements: Padjadjaran University

INTRODUCTION masih berlangsung hingga kini. Waduk ini


dibangun dengan membendung aliran Sungai
Bendungan atau dam adalah Cimanuk di wilayah Kecamatan Jatigede,
konstruksi yang dibangun untuk menahan laju Kabupaten Sumedang. Pembangunan waduk
air menjadi waduk, danau, atau tempat ini telah direncanakan sejak zaman Hindia
rekreasi. Seringkali bendungan juga Belanda. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah merencanakan pembangunan tiga waduk di
Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan sepanjang aliran Sungai Cimanuk, dan waduk
waduk juga memiliki bagian yang disebut pintu Jatigede merupakan waduk utama dan yang
air untuk membuang air yang tidak diinginkan paling besar. Seperti waduk lainnya, Waduk
secara bertahap atau berkelanjutan. Jatigede pun memiliki fungsi. Goldsmith
Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia menyatakan bahwa fungsi utama dari sebuah
mendefinisikan bendungan sebagai waduk adalah untuk sarana irigasi dan
"bangunan yang berupa tanah, batu, beton, pembangkit listrik tenaga air. Di samping
atau pasangan batu yang dibangun selain kedua fungsi utama tadi, waduk pun berfungsi
untuk menahan dan menampung air, dapat sebagai sarana budidaya perikanan air tawar,
juga dibangun untuk menampung limbah sarana olahraga air, sarana rekreasi, dan lain
tambang atau lumpur. Waduk Jatigede sebagainya. Untuk Waduk Jatigede, fungsi
merupakan sebuah waduk yang sedang utamanya adalah sebagai sarana irigasi dan
dibangun di Kabupaten Sumedang. pembangkit listrik tenaga air. Masyarakat
Pembangunan waduk ini telah lama Dusun Ciawi Desa Cisampih Kecamatan
direncanakan dan proses pembangunannya Jatigede Kabupaten Sumedang mayoritas
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

bermata pencaharian sebagai petani dengan perpindahan massa batuan dari kedudukan
penghasilan yang tidak dapat ditentukan dan awal pada arah tegak datar atau miring. Jenis
terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pergerakan tanah diantaranya yaitu jatuhan
hidup sehari-hari saja. Berlokasi di wilayah (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide),
yang terjal yaitu di punggungan perbukitan dan nendatan (slump), aliran (flow), gerak
jauh dari pusat pemerintahan kota yaitu sekitar horisontal atau bentangan lateral (lateral
65 km, sehingga baik sarana prasarana desa spread), rayapan (creep), longsoran majemuk.
kurang diperhatikan. Kekurangan dan Dan longosoran merupakan bagian dari
kebutuhan masyarakat yang sampai saat ini gerakan tanah (Varnes, 1978). Peristiwa
belum dapat terpenuhi oleh pemerintah tersebut berhubungan dengan kemiringan
setempat secara optimal. lereng, sehingga langkah antisipasinya
Permasalahan masyarakat setempat diperlukan analisis kestabilan lereng. Faktor
berupa masalah bencana longsor yang masih yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil
sering terjadi dan belum diperhatikan, dan diantaranya terdapat faktor internal berupa
masalah perekonomian masyarakat yang peranan air yang terdapat dalam tubuh lereng
masih berada pada kalangan menengah sendiri. Jumlah air yang meningkat dicirikan
kebawah ditunjukkan dengan kondisi rumah oleh peningkatan kadar airtanah, derajat
warga yang mayoritas terbuat dari panggung kejenuhan atau muka air tanah. Yang berarti
bilik. Meskipun dengan keadaan demikian, dapat menurunkan sifat fisik mekanik tanah
masyarakat Dusun Ciawi, Desa Cisampih, dan meningkatkan tekanan pori () serta
Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang menurunkan atau memperkecil ketahanan
selalu bersemangat dan antusias apabila ada geser dari massa lereng. Selain faktor internal,
bantuan pemerintah atau pihak manapun yang terdapat faktor eksternal yaitu diantaranya
hendak membangun dan membantu mereka iklim, kelembaban tanah, adanya rembesan
untuk keluar dari permasalahan yang mereka dan aktifitas geologi yang lain seperti patahan
hadapi. (terutama yang masih aktif) rekahan dan liniasi
(Sukandar, 1991; Zakaria, 2009). Pada
penelitian ini, kajiannya mencangkup faktor
eksternal yaitu lebih terfokus terhadap curah
hujan dan rembasan air yang berpengaruh
terhadap tanah.
Daerah kajian penelitian ini terdapat di
Waduk Jatigede berada di Kabupaten
Sumedang Provinsi Jawa Barat yang memiliki
pengaruh terhadap rembesan air terhadap
tanah di daerah sekitarnya. Penelitian ini
berhubungan dengan perubahan nilai SF
(Safety Factor) terdapat pada suatu
kemiringan lereng diakibatkan oleh rembesan
air yang terjadi di Waduk Jatigede sehingga
Gambar 1. Longsor Daerah Cisampih dapat menurunkan kohesivitas tanah. Waduk
Tahun 2015 ini berada pada koordinat 108°04’00” BT -
108°08’30” BT dan 6°51’30” LS - 6°56’30” LS.
Bencana longsor merupakan permasalahan Sedangkan untuk daerah sekitarnya dalam
utama di Dusun Ciawi, Desa Cisampih, penelitian ini mengambil daerah Cisampih
Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, yaitu secara administratif, daerah penelitian
karena hal ini berhubungan dengan terletak pada Kecamatan Jatigede dan
keselamatan dan rasa tentram dan aman sebagian Kecamatan Wado, Kabupaten
masyarakat sekitar. Terbatasnya pengetahuan Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Secara
akan sikap antisipasi dan penanganan geografis daerah penelitian ini terletak pada
bencana longsor dan kurangnya penelitian 6°51’40,46” LS – 06°54’23,4” LS dan
potensi bencana longsor menjadi kendala 108°07’47,49” BT – 108°10’21,3” BT dengan
dalam menyelesaikan masalah bencana batas daerah sebagai berikut: sebelah Utara
longsor ini. Sosialisasi mitigasi bencana Kecamatan Tomo, sebelah Selatan
longsor ini diharapkan dapat menjadi salah Kecamatan Wado dan Jatinunggal, sebelah
satu solusi untuk dapat meminimalisir korban Timur Kabupaten Majalengka dan Sebelah
ataupun dapat mengantisipasi terjadinya Barat Kecamatan Cisitu dan Darmaraja
bencana longsor dan juga bagaimana cara (Bappeda Sumedang). Kecamatan Jatigede
menanggulanginya. memiliki ketinggian rata-rata 248,25 meter di
Gerakan tanah merupakan atas permukaan laut dengan luas wilayah
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

sebesar 11.197,01 ha. Daerah ini termasuk yang dimulai dari Serang (timur) hingga
dalam peta Rupa Bumi Indonesia Cirebon (barat). Zona ini disusun oleh
(Bakosurtanal) lembar (1309-112) Bantarujeg endapan sungai, hasil erupsi gunungapi muda,
dan lembar (1309-114) Majalengka. endapan pantai, endapan banjir, dan pantai.
Kepadatan penduduk per desa di Kecamatan 2. Zona Bogor Daerah ini terletak di selatan
Jatigede tahun 2012 berdasarkan hasil Pantai Utara (Dataran Rendah Pantai Jakarta),
proyeksi penduduk badan pusat statistik tahun memiliki lebar ± 40 km, yang dimulai dari
2012, Kecamatan Cadasngampar mempunyai Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta,
jumlah penduduk sebesar 23.749 jiwa dengan Subang, Sumedang, Kuningan, dan
2
kepadatan penduduk yaitu 213 orang/km . Majalengka. Berbeda dengan Dataran Pantai
Berdasarkan data statistik daerah Kecamatan Jakarta, Zona Bogor umumnya mempunyai
Jatigede 2013 diketahui bahwa pada daerah morfologi berbukit-bukit. Van Bemmelen (1949)
ini masalah pendidikan mengalami menamakan perbukitan ini sebagai
peningkatan dari tahun 2011. Sebagian besar antiklinorium yang terdiri dari perlipatan kuat
penduduk Kecamatan Jatigede ini memiliki lapisan yang berumur Neogen dan telah
mata pencaharian di bidang pertanian dan terkena gaya tektonik yang cukup kuat
perdagangan. Kabupaten Sumedang juga sehingga menghasilkan anticlinorium yang
memilki beberapa seni kebudayaan tradisional, cukup rumit. Kebanyakan aliran utama berarah
diantaranya Sipan, Tari Topeng, dan Kesenian dari selatan ke utara. Anak-anak sungai di
Tarawangsa. Untuk mencapai daerah daerah yang terlipat umumnya bersifat
pemetaan dari arah Jatinangor, dapat subsekwen terhadap jurus perlipatan Batas
menggunakan sepeda motor atau mobil antara zona Bogor dengan zona Bandung
dengan waktu sekitar 3-4 jam.Data yang adalah Gunung Ciremai (3.078 mdpl) di
didapat dari lokasi waduk Jatigede yaitu tiga Kuningan dan Gunung Tampomas (1.684
sampel untuk metode RTA (Reaksi Tanah mdpl) di Sumedang.
terhadap Air). Untuk daerah Cisampih 3. Zona Pegunungan Bayah Pegunungan
mengambil dua sampel untuk mencari nilai SF Bayah merupakan daerah yang paling kecil
(Safety Factor). Hubungan mencari nilai SF jika kita bandingkan dengan daerah yang ada
berpengaruh terhadap kemiringan lereng. di Jawa Barat sendiri, terletak di barat Zona
Ditinjau dari aspek morfometri daerah Bandung. Penyebaran daerah ini dimulai dari
Cisampih didominasi dari 15-30% dan 30- Ujung Kulon hingga Sukabumi dengan lebar
70%, hal ini dalam klasifikasi Van daerah ± 20 km.
Zuidam,1985 lereng tersebut dikategorikan 4. Zona Bandung yang merupakan daerah
Curam – Terjal. Selain itu, elevasi daerah gunung api, zona ini merupakan suatu depresi
tersebut berada pada 175-325 mdpl. Data jika dibandingkan dengan zona Bogor dan
curah hujan 3155 mm sebagai penguji zona pegunungan selatan yang mengapitnya
rembesan di daerah Waduk Jatigede yang yang terlipat pada zaman tersier. Zona
berpengaruh pada nilai SF pada kemiringan Bandung memiliki batas yang dimulai dari
lereng. Peristiwa tersebut dapat menyebabkan Sukabumi bagian barat, melalui Cianjur,
bencana seperti tanah longsor yang Bandung, Garut, Tasikmalaya, dan berakhir di
mengganggu aktivitas warga, baik dari tempat Segara Anakan, Pantai Selatan, Jawa Tengah.
tinggal atau merusak lahan pertanian dan Sebagian besar Zona Bandung terisi oleh
perkebunan. Begitupula dengan rata-rata endapan vulkanik muda produk dari gunung
kemiringan lereng di daerah sekitar adalah < api disekitarnya dan endapan-endapan alluvial,
32 % yang di anggap sebagai lahan kritis tetapi dibeberapa tempat merupakan
(Dessaunettes, 1977). campuran endapan tersier dan kwarter.
5. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
Pegunungan Selatan Jawa Barat terbentang
LITERATURE REVIEW mulai dari teluk Pelabuhan Ratu (sebelah
Barat) dan berakhir di Nusakambangan
1. Teori Dasar (sebelah timur), terletak di selatan daratan
A. Geologi Regional Jawa Barat. Zona ini mempunyai lebar ± 50
Geologi regional daerah penelitian ini yaitu km, tetapi menyempit dibagian timur dengan
termasuk ke fisiografi regional Jawa Barat, lebar hanya beberapa kilometer. Pegunungan
Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Selatan dapat dikatakan suatu plateu dengan
Jawa Barat menjadi lima bagian berdasarkan permukaan batuan endapan Miosen Atas,
sifat geomorfologi dan tekoniknya, yaitu tetapi pada beberapa tempat permukaannya
1. Zona dataran rendah Pantai Jakarta (Pantai tertoreh dengan kuat sehingga tidak
Utara). Daerah ini terletak di bagian utara merupakan plateu lagi.
daratan Jawa Barat, mempunyai lebar ± 40 km, Berdasarkan pembagian fisiografi van
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

Bemmelen (1949) tersebut, maka daerah yaitu UNIFIED dan AASHTO . Klasifikasi ini
penelitian termasuk ke dalam Zona Bogor dan bermaksud membagi tanah menjadi beberapa
merupakan puncak Antiklinorium Pulau Jawa, golongan tanah dengan kondisi dan sifat yang
berdasarkan pada pembagian geomorfologi mirip diberi simbol nama yang sama. Berikut
menurut Pannekoek (1946; dalam van klasifikasi tanah menurut UNIFIED, setiap
Bemmelen, 1949). tanah diberi dua simbol huruf, dari simbol
Stratigrafi regional daerah penelitian sudah di tersebut dapat diketahui jenis dan sifatnya.
jelaskan oleh Van Bemmelen (1949) yang Sebagai contoh :
telah mengurutkan stratigrafi Zona Bogor
bagian tengah dan timur dengan batuan tertua Huruf pertama menunjukkan jenis misalnya:
Anggota Pemali Bawah yang berumur
Oligosen sampai Miosen Bawah, dengan fosil G = kerikil (gravel)
penunjuk foraminifera besar Spiroclypeus sp. S = pasir (sand)
Ciri litologinya adalah perlapisan batulempung, M = lanau (silt)
napal, serpih dengan sisipan batupasir kuarsa C = lempung (clay)
dan batugamping. O = tanah organik
B. Pengertian Tanah dan Klasifikasi
Tanah Huruf kedua menunjukkan sifatnya misalnya :
Tanah pada awalnya terbentuk dari batuan,
baik dari batuan beku, sedimen atau metamorf W = bergradasi baik (well graded)
yang mengalami pelapukan secara fisika P = bergradasi jelek (poorly graded)
seperti mencair, membeku akibat dari iklim M = mengandung lanau
ataupun kimia seperti hidrasi dan oksidasi. C = mengandung lempung
Sehingga batuan tersebut hancur dan menjadi L = bersifat plastis rendah (low plasticity)
butiran-butiran tanah. Tetapi untuk perubahan H = bersifat plastis tinggi (high plasticity)
secara fisika, hanya mengubah bentuk fisiknya Sifat Index tanah yang digunakan untuk
saja seperti kerikil, pasir, lanau yang berasal mengklasifikasikan tanah yaitu sebagai
dari sifat asli dari batuannya. Sedangkan berikut :
pelapukan kimia dapat menyebabkan jenis 1. Perbandingan butir kasar dan halus,
tanah berbeda dengan sifat asli batuan banyaknya fraksi kerikil dan pasir.
asalnya. Tanah dikelompokan menjadi empat 2. Gradasi tanah (Cu dan Co).
macam berdasarkan jenis tanah yang 3. Batas konsistensi tanah butir halus (WL dan
mengacu pada ukuran butir diantaranya : IP).
1. Kerikil (gravel) > 2 mm 4. Sifat organik tanah.
2. Pasir (sand) 2.00 – 0.06 mm Tanah dibagi kedalam 3 kelompok besar yaitu :
3. Lanau (silt) 0.06 – 0.002 mm Tanah organik diberi simbol Pt (plat) yang
4. Lempung (clay) < 0.002 mm. tampak berupa humus dan gambut. Tanah
Ukuran partikel tanah tersebut dapat berbutir halus, tanah ini dibagi lagi menjadi
dijelaskan secara umumnya seperti kerikil dua berdasarkan plastisitasnya, untuk sifat
yaitu kepingan utama batuan yang terdapat plastisnya yang rendah (WL < 50%) untuk
mineral quartz dan feldspar sedangkan pasir yang plastisitasnya tinggi (WL > 50%) . Tanah
hanya sebagian bukan kepingan utamanya. berbutir kasar, tanah ini dibedakan juga
Lalu, lanau terdapat pecahan mika dan butiran dibedakan menjadi dua bagian yaitu kelompok
quartz yang sangat halus serta sebagian besar kerikil dengan butir fraksi kerikilnya lebih besar
fraksinya mikroskopis. Dan Lempung ukuran dari fraksi pasir (G). Dan kelompok pasir , jika
partikelnya mulai dari mikroskopis – fraksi pasirnya lebih besar dari fraksi kerikil (S).
submikroskopis atau lebih kecil dari 2 micron. C. Sifat Permeabilitas Tanah
Tetapi, terdapat pula jenis tanah yang kurang Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori,
dari 2 micron, tanah tersebut tidak bisa air dapat mengalir dan merembas (seepage)
disebutkan sebagai tanah dengan jenis kedalam tanah, tinggi rendahnya permeabilitas
lempung. Karena lempung selain dari ukuran ditentukan oleh ukuran pori. Sifat dari lempung
nya kurang dari 2 micron lempung memiliki dalam hal ini adalah impermeabel yang
kandungan jenis mineral tertentu yang menunujukkan impervius, rapat air dan kedap
menghasilkan plastis bila dicampur dengan air. air. Serta lanau dan tanah campuran pasir
Penentuan penamaan dan sifat tanah dilihat lempung permeabilitasnya antara pasir
dari gradasinya (untuk tanah yang berbutir lempung.
kasar) sedangkan untuk tanah berbutir halus
melalui batas-batas konsistensinya. Hal ini D. Analisis Kestabilan Lereng
disebut sifat indek tanah. Selain itu, terdapat Tanah
klasifikasi tanah yang secara umum ada dua Kestabilan lereng tanah, akan berhubungan
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

dengan sifat fisik tanah yang nantinya akan kedalam complex landslide. Berikut tabel
dibahas dibagian metode dalam penelitian ini. 1 klasifikasi laju kecepatan gerakan tanah oleh
Pembahasan yang pertama berupa definisi Zufialdi (dalam Hansen, 1984).
pergerakan tanah yaitu perpindahan atau
gerakan lereng dari bagian atas atau Kecepatan Keterangan
perpindahan massa tanah maupun batu pada
arah tegak, mendatar atau miring dari > 3 meter/detik Ekstrim sangat
kedudukan semula (Varnes, 1978). Longsoran cepat
merupakan bagian dari gerakan tanah,
jenisnya berupa jatuhan (fall), jungkiran 3 meter/detik s.d Sangat cepat
(topple), luncuran (slide), nendatan (slump), 0.3 meter/menit
aliran (flow), gerak horisontal atau bentangan
lateral (lateral spread), rayapan (creep) dan 0.3 meter/menit s.d Cepat
longsoran majemuk. 1.5 meter/hari
Jatuhan (fall) adalah massa batuan bergerak
melalui udara, termasuk gerak jatuh bebas, 1.5 meter/hari s.d Sedang
meloncat dan penggelindingan bongkah batu 1.5 meter/bulan
dan bahan rombakan tanpa banyak
1.5 meter/bulan s.d Lambat
bersinggungan satu dengan yang lain.
1.5 meter/tahun
Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan
(urug, lawina, avalanche) batu, bahan 0.06 meter/tahun Sangat lambat
rombakan maupun tanah (Zulfialdi, 2009). s.d 1.5 meter/tahun
Longsoran (slides) yaitu gerakan yang
disebabkan oleh keruntuhan melalui satu atau < 0.06 meter/tahun Ekstrim sangat
beberapa bidang yang dapat diamati. Gerakan lambat
ini ada dua macam yaitu, gerakan secara
translasional dan rotasional, dibedakan atas Tabel 1. Kategori kecepatan laju tanah
dasar susunan materialnya, jika gerakan
translasional materialnya banyak berubah Dalam penelitian ini, untuk
sedangkan rotasional materialnya banyak menentukan analisis kestabilan lereng
yang tidak berubah. diperlukan koefisien-koefisien untuk
mengetahui karakeristik tanah. Tentunya
koefisien karakteristik tanah akan menguji dan
Rayapan (creep) adalah gerakan yang menghitung beberapa variabel sehingga
dibedakan dalam hal kecepatan biasanya diketahuilah nilainya. Metode yang digunakan
rayapan lebih lambat gerakannya dalam penelitian ini terdapat dua macam yaitu,
dibandingkan dengan longsoran. Rayapan metode directshear, hidrometer dan RTA
dibagi menjadi tiga yaitu ada rayapan (Reaksi Tanah terhadap Air).
musiman yang dipengaruhi oleh iklim, rayapan E. Metode dan Pembahasan
bersinambungan dipengaruhi oleh kuat geser Metode Direct Shear dan Hidrometer untuk
dari material dan rayapan melaju yang menganalisis karakteristik tanah yang
berhubungan dengan keruntuhan lereng atau menghasilkan nilai SF (Bowles, 1980).
perpindahan massa lainnya. Penjelasan Direct Shear. Kekuatan geser
Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi tanah diperoleh dengan cara menggeser
oleh kandungan kadar air tanah, terjadi pada contoh tanah yang diberi beban normal (N).
material yang tidak terkonsolidasi. Terdapat Kekuatan tanah yang diperoleh dari percobaan
jenis dua aliran yaitu aliran kering contohnya, tersebut adalah dalam kondisi drained, karena
sandrun, fragmen batu. Dan aliran basah air di dalam pori tanah diijinkan keluar selama
contohnya, aliran pasir lanau, aliran tanah pembebanan. Oleh karena itu, percobaan
cepat, aliran tanah lambat, aliran lumpur, dan Direct shear pada umumnya digunakan untuk
aliran rombakan. tanah pasir (granular). Hubungan antara
Longsoran majemuk adalah gabungan dari besarnya gaya geser (T) dan beban normal (N)
dua atau tiga jenis gerakan , biasanya dipresentasikan dalam grafik, untuk
salahsatu lebih menonjol atau dominasi. menentukan parameter kohesi (c) dan sudut
Gerak horisontal atau lateral spread geser-dalam tanah (S). Agar diperoleh hasil
merupakan jenis longsoran yang dipengaruhi yang akurat, maka pengujian dilakukan
oleh pergerakan material atau batuan secara minimum 3 kali dengan beban normal yang
horisontal, biasanya berasosiasi dengan berbeda-beda. Selain itu, ada metode triaxial
jungkiran, jatuhan batuan, nendatan dan untuk menentukan parameter kekuatan geser
slump sehingga gerakan ini bisa dikategorikan
tanah (kohesi c, dan sudut geser dalam ).
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

2 2
Pengujian ini bertujuan untuk mensimulasikan · kohesi (c; kg/cm atau kN/m atau
2
kondisi yang sebenarnya di lapangan, yaitu ton/m )
bahwa suatu elemen tanah menerima beban · kadar air tanah (w; %)
tekan dari atas (vertikal) yang terdiri dari
beban tanah di atasnya atau overburden Rumus ini untuk lereng yang tidak dipengaruhi
pressure dan beban lainnya ( 1) serta tekanan dengan muka air tanah :
tanah dari arah radial yang mengekang (atau
menghimpit) elemen tanah tersebut ( 2 dan 3).
c L+ tan (W i cos i )
Penjelasan Hidrometer, Hidrometer adalah F=
alat yang digunakan untuk mengukur berat (W i sin i )
jenis (atau kepadatan relatif) dari cairan; yaitu,
rasio densitas cairan kepadatan air. Sebuah Penjelasan :
hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan c
2
= kohesi (kN/m ).
terdiri dari batang silinder dan bola
pembobotan dengan merkuri atau tembakan  = sudut geser dalam (derajat).
timah untuk membuatnya mengapung tegak.  = sudut bidang gelincir pada tiap
Cairan yang akan diuji dituangkan ke dalam sayatan (derajat).
wadah tinggi, seringkali sebuah silinder lulus, l = panjang bidang gelincir pada tiap
dan hidrometer yang lembut diturunkan ke sayatan (m).
dalam cairan sampai mengapung bebas. Titik L = jumlah panjang bidang gelincir.
di mana permukaan cairan menyentuh batang W = luas tiap bidang sayatan (M2) X
3
hidrometer yang dicatat. Hidrometer biasanya bobot satuan isi tanah (g, kN/m ). Nilai faktor
mengandung skala di dalam batang, sehingga safety diperoleh dengan cara uji lab dan
berat jenis dapat dibaca langsung. Berbagai menggunakan metode Direct shear dan
skala ada, dan digunakan tergantung pada Hidrometer, sample yang di lakukan uji lab
konteksnya. Tujuan test analisis hidrometer yaitu sebanyak dua sample, sample 1 pada
diperlukan kalau 90 % atau lebih dari contoh koordinat S : 06 53'06,7"/ E : 108 09'25,8" dan
yang ditest lolos ayakan no 200 atau untuk menghasilkan nilai SF = 2,280463778 dan
manentukan harga aktivitas tanah (apabila dari sample dua pada koordinat S : 06 57'18,9"/ E :
contoh tanah yang lolos ayakan no 200 kurang 108 09'29,2" dan menghasilkan nilai SF =
dari 90 %). Pada analisa hidrometer, contoh 0,2196.
tanah yang ditest dilarutkan dalam air; dalam
keadaan dispersed butir-butir tanah akan turun Metode RTA (Reaksi Tanah terhadap Air)
mengendap dengan bebas ke dasar bejana. untuk mengetahui reaksi antara
Kecepatan mengendap butir-butir tanah karakteristik tanah dengan air.
berbeda-beda tergantung dari ukuran-ukuran Pengambilan data berupa soil dilakukan di tiga
butir tanah tersebut. Butiran tanah yang titik, Pengolahan data menggunakan metode
terbesar akan mengendap lebih dahulu RTA (Reaksi Tanah terhadap Air) :
dengan kecepatan mengendap yang lebih Tahap 1
besar. Lalu, setelah diketahui nilai variabel
dengan uji lab untuk menghitung kemiringan Masukan air ke
lereng yang akan menghasilkan faktor wadah yang
keamanan lereng (SF atau F ) menggunakan
rumus yang pertama kali dikenalkan oleh berbeda sebanyak
400, 92 96 200, 96 cm
3
Fellenius. Dalam mengantisipasi lereng 3
cm
longsor, sebaiknya nilai F yang diambil adalah
nilai F yang terkecil, dengan demikian
antisipasi akan diupayakan maksimal. Data
yang diperlukan dalam suatu perhitungan Tahap 2
sederhana untuk mencari nilai F (faktor
keamanan lereng) adalah sebagai berikut :
a. Data lereng (terutama diperlukan Masukan sample ke
untuk membuat penampang lereng) meliputi: wadah sebanyak 200,
sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang 96 cm
3
lereng dari kaki lereng ke puncak lereng.
b. Data mekanika tanah
3
· sudut geser dalam (f; derajat) 200, 96 cm
· bobot satuan isi tanah basah (gwet;
3 3 3
g/cm atau kN/m atau ton/m )
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

Tahap 3
Tahap 5 (Tahap Analisis)

3 Posisikan wadah
400, 92 cm Volume air yang
yang berisi air
berada di atas tersisa di atas
wadah yang permukaan sample
berisi sample. merupakan nilai Dt
(Daya tahan).

3 Siapkan wadah Volume air yang


200, 96 cm
kosong di bawah 301, 44 cm3 bersatu dengan
wadah yang
200, 96 cm3 sample merupakan
berisi sample. nila Ds (Daya
serap).
Waktu yang
tercatat dimulai
Tahap 4 menyentuhnya air
ke permukaan
Alirkan air pada sample hingga
3 wadah ke wadah keluar ke wadah
400, 92 cm
yang berisi sample. kosong merupakan
nilai V (kecepatan).

Volume air yang


Tunggu selama 10 tertampung di
menit, hingga air wadah kosong
yang berada pada 100, 48 cm3 merupakan nilai Dl
3
200, 96 cm wadah sample (Daya lolos).
mengalir ke wadah
kosong yang Perhitungan dan Analisis Data
berada di
bawahnya. V Ds Dt Dl
3 3 3
(cm/s) (cm /s) (cm /s) (cm /s)
Sample
0,0025 0,126 0,127 0,0005
1
Sample
0,068 6,859 0,468 0,134
2
Sample
0,0028 0,142 0,142 0,0006
3
Tabel 2. Perhitungan sample data hasil uji
lab

( ) ( )
RTA = ( ) ( )

Penjelasan :

RTA = nilai reaksi tanah terhadap


air (RTA)
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

V = cepat rambat air terhadap


tanah (cm/s) o Sample 2
-V = x = 0, 9804 menit = 58,
Dl = daya lolos tanah terhadap
3
air (cm /s) 824 secon
- Ds = x = 0,488 menit = 29, 299
Dt = daya tahan tanah terhadap air secon
3
(cm /s)
- Dt = x = 14, 313 menit
Ds = daya serap tanah - Dl = x = 49, 99 menit
3
terhadap air (cm /s)

Nα1 = nilai interaksi sudut untuk


V, Dl, Ds. o Sample 3
-V = x = 23, 81 menit
Nα2 = nilai interaksi sudut untuk
Dt. - Ds = x = 23, 587 menit
o Sample 1 - Dt = x = 47, 174 menit
-V = x = 26, 667 menit
- Ds = x = 26, 582 menit - Dl = x = 11164, 444 menit = 1,
107 minggu.
- Dt = x = 52,745 menit
- Dl = x = 13397, 333 menit = 1, Terdapat tiga sample yang di uji dengan
mempertimbangkan empat variabel setiap
329 minggu sampel. Sampel yang pertama nilai dari
3 3
variabel V = (cm/menit), Ds = (cm /menit), Dl = (cm /menit).
3 3 Dengan masing-masing nilai RTA adalah
(cm /menit), Dt = (cm /menit), Dl =
3
sample 1 = 0,636 RTA dengan klasifikasi
(cm /menit). Sampel yang kedua, V = adalah tanah baik, sample 2 = 0,2 RTA
(cm/menit), Ds =
3
(cm /menit), Dt = dengan klasifikasi adalah tanah baik, sample 3
3 3
= 0,5 RTA dengan klasifikasi adalah tanah
(cm /menit), Dl = (cm /menit). baik. Tabel 3 Klasifikasi Reaksi Tanah
Dan sampel yang terakhir V = terhadap Air (RTA) :
3
(cm/menit), Ds = (cm /menit), Dt =

RTA Karakteristik Tanah untuk melewati sample 2 + Waktu air untuk


melewati sample 3.

0,016 – 0,147 Sangat baik =( x 26,667) + ( x 0,9804 ) + ( x


23,81)
0,148 – 0,9 Baik
= 2,748 bulan + 1,616 minggu + 1,022 tahun
1 – 6,75 Sedang = 1 tahun 3 bulan 2 minggu 3 jam 34 menit 6,8
detik.
6,76 – 63 Buruk
E.Menentukan nilai curah hujan

64 Sangat Buruk Data curah hujan yang diperoleh dari


pemerintah provinsi Jawa Barat untuk daerah
penelitian adalah 3155 mm. Data curah hujan
Tabel 3. Klasifikasi Reaksi Tanah terhadap
ini sebagai data yang diperlukan untuk
Air (RTA).
menganalisis interaksi antara air hujan dengan
Dengan kondisi tanah seperti itu dapat di kondisi tanah.
analisis bahwa air rembasan dam Jatigede 2. Hipotesis Sementara
akan mencapai daerah objek penelitian dalam
Awal air Waduk Jatigede penuh atau
waktu air untuk melewati sample 1 + Waktu air
dalam keadaan maksimal adalah pada bulan
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

Juni 2016 dan di interpretasikan rembasan air Gambar 3. Daerah penelitian yang
dam akan mencapai daerah objek penelitian diasumsikan akan mengalami bencana
adalah pada minggu ke dua bulan September longsor
2017, pada saat itu diasumsikan akan ada
interaksi antara air rembasan Waduk Jatigede TOPICS
dengan air hujan yang mana pada saat itu Bahasan mengenai penelitian ini
daerah objek penelitian sedang berada pada mencangkup kajian Geologi Teknik yang
curah hujan rata-rata 3155 mm. Hal ini dapat menerangkan bahwa rekayasa untuk
menyebabkan daerah penelitian dengan nilai menanggulangi kebencanaan seperti tanah
kemiringan lereng rata-rata 30 % - 70 % atau longsor, dengan menganalisis jenis gerakan
13,5 – 31,5 dengan nilai SF sample 1 adalah partikel tanah, baik secara transasional
2,280463778 dan sample 2 adalah 0,2196 ataupun rotasional. Dari analisis gerakan
akan mengalami bencana longsor. tersebut bisa diketahui mengenai kecepatan
perpindahan atau pergerakan partikel tanah
tersebut sehingga, dapat diklasifikasikan dari
pergerakan ekstrim sangat cepat hingga
sangat lambat. Selain itu, bahasan yang terkait
yaitu mengenai analisis kestabilan lereng.
Dengan mengetahui sifat dan karakteristik
tanah, maka nilai kestabilan lereng bisa
diketahui dengan perhitungan rumus seperti
yang telah diutarakan diatas. Nilai kestabilan
lereng yang disimbolkan dengan huruf F
memiliki hubungan dengan intensitas longsor.
Apabila F kurang dari 1,07, lereng dapat
dikategorikan lereng labil atau biasa terjadi
longsor, apabila F diantara 1,07 – 1,25 lereng
dikategorikan sebagai lereng kritis atau
longsor pernah terjadi, dan apabila F diatas
1,25 lereng relatif stabil atau longsor jarang
terjadi (Bowles, 1989).

SUBTOPICS
Faktor keamanan lereng atau disebut
juga dengan safety factor adalah suatu cara
dibidang geotek untuk mengetahui tingkat
kestabilan lereng. Berbagai cara dilakukan
untuk menganilisis kestabilan lereng yang
secara umum dibagi dalam tiga kelompok
yaitu : Cara pengamatan visual, cara
Gambar 2. Peta Waduk Jatigede Tanpa komputasi dan cara grafik (Zakaria:
Skala dan Penampang vertikal daerah Pangular,1985). Cara Pengamatan yaitu
objek penelitian dengan mengamati kondisi dilapangan dan
membandingkan lereng yang akan bergerak
atau tidak, cara seperti ini memanfaatkan
pengalaman yang sudah dilakukan dilapangan.
Sehingga, cara ini kurang teliti karena
bergantung pada seseorang yang telah
melakukan pengalaman tersebut. Lalu, cara
komputasi dengan menggunakan rumus yang
diperkenalkan oleh Fellenius, Bishop, Janbu,
Sarma dan lain-lain. Perhitungan yang
dijelaskan dalam metode ini berdasarkan
Fellenius dengan rumusnya yang
menganalisis kekuatannya, telah diuraikan
dalam metode penelitian ini. Menurut Bowles
(1989), kunci utama gerakan tanah kuat geser
tanah yang dapat terjadi yaitu : tak terdrainase,
efektif untuk kasus pembebanan, meningkat
sejalan dengan peningkatan waktu dan
International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR 2016)
Universitas Hasanuddin,, 6-8th September, 2016

kedalaman, serta terbentuknya tekanan pori memiliki nilai SF sample 1 = 2,280463778 dan
yang berlebih atau terjadi peningkatan air SF sample 2 = 0,2196.
tanah dan berkurang dengan meningkatnya
kejenuhan air sejalan dengan waktu. Dan yang • Analisis karakteristik tanah dengan
terakhir yaitu cara grafik dengan metode RTA (Reaksi Tanah terhadap Air)
menggunakan grafik yang sudah standar. menghasilkan bahwa air Waduk Jatigede
Cara ini dilakukan untuk material homogen dapat merembas hingga mencapai daerah
dengan struktur sederhana. Material yang objek penelitian yaitu dalam waktu 1 tahun 3
heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat bulan 2 minggu 3 jam 34 menit 6,8 detik.
didekati dengan penggunaan rumus (cara Terhitung dari bulan Juni tahun 2016 air dam
komputasi). Stereonet, misalnya diagram dalam keadaan maksimal dan diasumsikan
jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat rembasan mencapai daerah objek penelitian
menjelaskan arah longsoran atau runtuhan pada minggu kedua bulan September tahun
batuan dengan cara mengukur strike/dip 2017.
kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan
batuan. • Dari analasis ke 4 faktor tersebut
Rembasan air terhadap tanah disimpulkan bahwa daerah objek penelitian
dipengaruhi oleh jenis tanah yang akan mengalami bencana longsor pada bulan
mengandung permeabilitas tinggi. September-Desember tahun 2017.
Permeabilitas yaitu sifat zat cair yang dapat
mengalir lewat bahan berpori. Tanah memiliki REFERENCES
sifat permeabel yang derajat permeabilitasnya
ditentukan oleh : Ukuran pori, jenis tanah,  Djuri.(1995).Peta Geologi Lembar
kepadatan tanah yang dinyatakan dalam suatu Arjawinangun, Jawa. Direktorat
k (satuan kecepatan cm/s atau m/s). Geologi dan Pengembangan Geologi.
Penjelasan tersebut dalam ilmu teknik sipil Departemen Pertambangan dan
khususnya membahas mekanika tanah bagian Energi Republik Indonesia.
rembasan air dalam suatu tanah. Namun,  Tisnasomantri, A.(1998). Dasar-Dasar
dalam penelitian ini membahas rembasan air Geomorfologi Umum.IKIP Bandung
Waduk Jatigede dengan menggabungkan data Press : Bandung.
curah hujan yang terjadi di sekitar tempat  Van Bemmelen, R.W.(1949). The
tersebut. Hubungannya dengan Waduk Geology of Indonesia Vol I A General
Jatigede mengenai keberpengaruhan daya Geology. Netherland.
rembasan tersebut terhadap kestabilan lereng  Van Zuidam, R.A.(1985
di daerah sekitarnya seperti Cisampih. Daerah ).Aerial Photo-Interpretation In terrain
ini sebelumnya pernah mengalami bencana Analysis and Geomorphology Mapping.
tanah longsor. Dengan adanya data yang Smith Publisher The Hague : ITC.
didapatkan dalam penelitian ini, diprediksi  http://peta-jalan.com/kelurahan-desa-
bahwa daerah tersebut akan mengalami cisampih-jatigede-kab-sumedang/
longsor kembali dikarenakan rembasan air  https://id.wikipedia.org/wiki/Bendunga
Waduk Jatigede akan menurunkan nilai dari n
safety factor.  https://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Jat
igede
Kesimpulan
 Billings, M.P.(1972). Structural
• Terdapat 4 faktor dalam analisis Geology. Prentice Hall, Inc.Englewood
bencana longsor ini yaitu kemiringan lereng, Cliffs : New Jersey.
karakteristik tanah dengan metode  Boggs, S.(2009). Petrology of
directshears dan hydrometer, karakteristik Sedimentary Rocks. Cambridge
tanah dengan metode RTA (Reaksi Tanah University Press : Cambridge.
terhadap Air), data curah hujan.  Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia.
(1996). Sandi Stratigrafi Indonesia.
• Analisis kemiringan lereng Ikatan Ahli Geologi Indonesia :
menghasilkan bahwa daerah objek penelitian Bandung.
memiliki nilai kemiringan lereng rata-rata 30 %  Martodjojo, S.(1984). Evolusi
- 70 % atau 13,5 – 31,5 Cekungan Bogor. Jawa Barat.
Disertasi Doktor ITB : Bandung, tidak
• Analisis karakteristik tanah dengan diterbitkan.
metode direct shear dan hidrometer  Zakaria, Z. (2009). Diktat Analisis
menghasilkan bahwa daerah objek penelitian Kestabilan Lereng. Bandung :
Universitas Padjadjaran.

You might also like