Professional Documents
Culture Documents
Analisis Keunggulan Kompetitif Ubi Kayu Terhadap J
Analisis Keunggulan Kompetitif Ubi Kayu Terhadap J
Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.1A, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Jalan Merdeka 147, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
*
E-mail: robetasnawi@yahoo.com
Naskah diterima 27 Januari 2015, direvisi 30 November 2016, disetujui 15 Desember 2016
209
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 35 NO. 3 2016
210
ASNAWI DAN MEJAYA: KEUNGGULAN KOMPETITIF UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH
1. Sarana produksi
• Stek ubi kayu 11.200 batang 100 1.120.000
• Pupuk urea 150 kg 1.900 285.000
• Pupuk NPK Phonska 200 kg 2.700 540.000
• Pupuk kandang 5.000 kg 260 1.300.000
• Herbisida 5 lt 65.000 325.000
Total biaya material 3.570.000
2. Upah Tenaga Kerja
• Pengolahan tanah 17 HOK 45.000 765.000
• Penanaman 10 HOK 45.000 450.000
• Pemupukan 8 HOK 45.000 360.000
• Penyiangan I (manual) 22 HOK 45.000 990.000
• Penyiangan II (herbisida) 8 HOK 45.000 360.000
• Upah cabut (panen) 41.200 kg 50 2.060.000
• Transportasi hasil panen 41.200 kg 60 2.472.000
Total biaya tenaga kerja 7.457.000
3. Total biaya produksi (1+2) 11.027.000
4. Penerimaan 41.200 kg 780 32.136.000
5. Pendapatan (4-3) 21.109.000
6. R/C ratio 2,91
211
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 35 NO. 3 2016
1. Sarana produksi
• Benih 825.000 825.000 1.650.000
• Pupuk Urea 475.000 475.000 950.000
• Pupuk NPK Phonska 945.000 945.000 1.890.000
• Pupuk kandang 910.000 910.000 1.820.000
• Pestisida 220.000 275.000 495.000
Total bahan material 3.375.000 3.430.000 6.805.000
2. Upah tenaga kerja
• Pengolahan tanah 765.000 765.000 1.530.000
• Penanaman 540.000 540.000 1.080.000
• Pemupukan 360.000 360.000 720.000
• Penyiangan (manual dan kimia) 900.000 900.000 1.800.000
• Pengendalian H/P 225.000 225.000 450.000
• Panen 900.000 990.000 1.890.000
• Prosesing 495.000 540.000 1.035.000
• Transportasi hasil panen 225.000 270.000 495.000
Total biaya tenaga kerja 4.410.000 4.590.000 9.000.000
3. Total biaya produksi (1+2) 7.785.000 8.020.000 15.805.000
4. Penerimaan 15.750.000 15.990.000 31.740.000
5. Pendapatan (4-3) 7.965.000 7.970.000 15.935.000
6. R/C ratio 2,01
1. Sarana produksi
• Benih kedelai 400.000 400.000 800.000
• Pupuk urea 95.000 95.000 190.000
• Pupuk NPK Phonska 270.000 270.000 540.000
• Pupuk kandang 520.000 520.000 1.040.000
• Pestisida Decis 140.000 140.000 280.000
• Pestisida Curacron 95.000 95.000 190.000
• Pestisida Antracol 15.600 15.600 31.200
• Pestisida Matador 120.000 120.000 240.000
• Fungisida Dithane M-45 36.000 36.000 72.000
• Nematisida Furadan 12.000 12.000 24.000
Total bahan material 1.703.600 1.703.600 3.407.200
2. Upah tenaga kerja
• Pengolahan tanah 765.000 765.000 1.530.000
• Meratakan tanah 180.000 180.000 360.000
• Penanaman 450.000 450.000 900.000
• Pemupukan 270.000 270.000 540.000
• Penyiangan & pembumbunan 585.000 675.000 1.260.000
• Penyemprotan H/P 225.000 225.000 450.000
• Pengairan 450.000 270.000 720.000
• Panen dan prosesing 810.000 810.000 1.620.000
• Transportasi hasil panen 180.000 225.000 405.000
Total upah tenaga kerja 3.915.000 3.870.000 7.785.000
3. Total biaya produksi (1+2) 5.618.600 5.573.600 11.192.200
4. Penerimaan 7.800.000 8.820.000 16.620.000
5. Pendapatan (4-3) 2.181.400 3.246.400 5.187.800
6. R/C ratio 1,48
212
ASNAWI DAN MEJAYA: KEUNGGULAN KOMPETITIF UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH
(2008) menunjukkan usahatani kedelai varietas Usahatani ubi kayu akan kompetitif dan mampu
Anjasmoro pada lahan sawah menghasilkan R/C 3,23 bersaing dengan usahatani jagung dan kedelai pada
sedangkan di lahan kering masam hanya dengan R/C tingkat harga ubi kayu minimal Rp 654/kg dan Rp 394/kg
1,78. (Tabel 5). Jika dilihat dari perkembangan harga ubi kayu
dalam 5 tahun terakhir dengan kisaran Rp 700- 950/kg,
Analisis Keuntungan Kompetitif maka usahatani ubi kayu cenderung lebih kompetitif
dan bersaing dengan usahatani jagung dan kedelai.
Analisis keuntungan kompetitif diperlukan untuk melihat Usahatani jagung mampu bersaing dengan
gambaran tentang keuntungan memilih komoditas, usahatani ubi kayu dan kedelai pada tingkat
khususnya jika petani akan berusahatani dengan pilihan produktivitas minimal dalam dua musim tanam (MT-1
beberapa komoditas. Keunggulan kompetititf lebih dan MT-2) masing-masing 18.256 kg/ha (9.128 kg/ha/
menitikberatkan pada pertimbangan aspek ekonomi MT) dan 10.382 kg/ha (5.191 kg/ha/MT). Berarti usahatani
dibandingkan dengan faktor eksternal. Rasio biaya dan jagung menggungguli usahatani ubi kayu jika
penerimaan digunakan untuk melihat tingkat produktivitas minimalnya 18.256 kg/ha (9.128 kg/ha/MT).
keuntungan kompetitif sebagai akibat dari hukum Jika ingin mengungguli usahatani kedelai, produktivitas
penawaran dan permintaan terhadap harga yang jagung minimal 10.382 kg/ha (5.191 kg/ha/MT). Rata-rata
bervariasi antarlokasi dan musim tanam. produktivitas jagung di Lampung tergolong rendah yakni
Tabel 5 menunjukkan usahatani ubi kayu di 4,89 kg/ha (BPS Provinsi Lampung, 2013). Hal ini antara
Kabupaten Lampung Tengah lebih kompetitif dan lain disebabkan oleh sebagian besar pertanaman jagung
mampu bersaing dengan usahatani jagung pada diusahakan pada lahan kering dengan tingkat
produktivitas minimal 34.567 umbi kg/ha dan usahatani kesuburan yang relatif rendah, bereaksi masam,
kedelai pada produktivitas minimal 20.788 kg umbi/ha. pengelolaan tanam dan lingkungan belum sesuai
Artinya, untuk bersaing dengan usahatani jagung, maka dengan konsep keberlanjutan sistem usahatani, dan
produktivitas minimal ubi kayu adalah 34.567 kg umbi/ benih yang digunakan adalah turunan F1 yang bukan
ha dan untuk bersaing dengan usahatani kedelai cukup lagi jagung hibrida (Subandi et al. 1988 dalam Akil 2008).
menghasilkan 20.788 kg umbi/ha. Produktivitas ubi kayu Secara umum, produktivitas jagung berpeluang
di Lampung rata-rata 25.830 kg/ha (BPS Provinsi ditingkatkan melalui penggunaan benih hibrida. Hasil
Lampung 2013), sehingga untuk dapat bersaing dengan penelitian di tingkat petani menunjukkan penggunaan
usahatani jagung diperlukan sentuhan teknologi agar benih jagung hibrida mampu memberi hasil 9.500 kg/
mampu memberi hasil minimal 34.567 kg umbi/ha. ha (Murni dan Arief 2009). Salah satu upaya untuk
Usahatani ubi kayu lebih kompetitif dibandingkan meningkatkan produktivitas jagung adalah
usahatani kedelai terlihat usahatani. mengembangkan varietas unggul berdaya hasil tinggi
Tabel 5. Analisis keuntungan kompetitif usahatani ubi kayu terhadap usahatani jagung dan kedelai di Kabupaten Lampung Tengah, 2012/
2013.
213
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 35 NO. 3 2016
dan adaptif pada lingkungan tertentu (Hipi et al. 2013). perorangan dan berkelompok, baik pada lahan sempit
Menurut Lubis et al. (2014), perluasan pengembangan (<0,25 ha) maupun lahan luas (>1 ha), untuk
jagung ke lahan suboptimal merupakan salah satu mengembangkan ubi kayu dengan alasan komoditas
strategi peningkatan produksi nasional. ini mudah diusahakan, adanya jaminan harga, dan
Usahatani jagung akan kompetitif dan mampu mampu menambah pendapatan.
bersaing dengan usahatani ubi kayu pada tingkat harga Usahatani ubi kayu memiliki risiko kegagalan lebih
jagung minimal kg Rp 2.351/kg dan bersaing dengan kecil dibandingkan dengan usahatani jagung dan
usahatani kedelai pada tingkat harga jagung Rp 1.337/ kedelai, dengan keunggulan relatif toleran kekeringan
kg. Jika dilihat dari fluktuasi harga jagung dalam 5 tahun dan belum ditemukan serangan hama dan penyakit
terakhir dengan kisaran Rp 1.600-3.000/kg maka yang menyebabkan kegagalan usahatani ubi kayu
usahatani jagung berpeluang lebih kompetitif dan (Asnawi 2007). Di lain pihak, risiko usahatani jagung
mengungguli ubi kayu. antara lain serangan penyakit bulai, kekeringan, dan
Usahatani kedelai akan kompetitif dan mampu fluktuasi harga yang cukup tinggi terutama pada saat
bersaing dengan usahatani ubi kayu dan jagung pada panen raya. Harga jagung seringkali di bawah harga yang
tingkat produktivitas minimal dalam dua musim tanam telah ditetapkan pemerintah Provinsi Lampung Rp 1.800/
4.235 kg/ha (2.117,5 kg/ha/MT) dan 2.150 kg/ha (1.075 kg.
kg/ha/MT). Usahatani kedelai sulit menyaingi usahatani Risiko kegagalan usahatani kedelai cukup besar
ubi kayu dan jagung. Usahatani kedelai akan mampu karena serangan hama ulat grayak dan harga jual yang
mengungguli usahatani ubi kayu jika produktivitas rendah (kurang dari Rp 5.500/kg) pada saat panen,
kedelai minimal 4.235 kg/ha (2.117,5 kg/ha/MT) dan sehingga menurunkan minat petani.
mampu mengungguli usahatani jagung jika produktivitas Kelemahan usahatani ubi kayu adalah menurunkan
kedelai 2.150 kg/ha (1.075 kg/ha/MT). Produktivitas tingkat kesuburan tanah karena komoditas ini menyerap
kedelai di Lampung rata-rata 1.12 kg/ha (BPS Provinsi hara yang lebih banyak dari dalam tanah untuk
Lampung 2013), sehingga usahatani kedelai hanya pertumbuhannya. Menurut Nasir (2009), dari setiap ton
berpeluang lebih kompetitif dan bersaing dengan ubi kayu yang dipanen menyerap unsur hara dari dalam
usahatani jagung. Untuk dapat bersaing dengan tanah sebesar 6,5 kg N; 2,4 kg P2O5; dan 4,3 kg K2O. Secara
usahatani ubi kayu, pengembangan kedelai ekonomi, nilai penyerapan hara oleh tanaman ubi kayu
memerlukan sentuhan teknologi agar mampu mencapai Rp 4.397.250 untuk setiap kali panen dengan
berproduksi minimal 2.117 kg/ha. Dijelaskan oleh produktivitas rata-rata 41 t/ha.
Masturi (2012), produksi kedelai di Indonesia relatif
rendah dan belum dapat memenuhi kebutuhan
konsumen yang terus meningkat. Rendahnya produksi KESIMPULAN
kedelai berimplikasi pula terhadap pendapatan petani.
Usahatani ubi kayu memberikan pendapatan Rp
Usahatani kedelai akan kompetitif dan mampu
21.109.000/ha dan R/C 2,91, lebih menguntungkan
bersaing dengan usahatani ubi kayu pada tingkat harga
dibandingkan dengan usahatani jagung dengan
kedelai minimal Rp 12.424/kg dan akan kompetitif
pendapatan Rp 15.935.000 dan R/C 2,01 dan usahatani
dengan usahatani jagung dengan harga kedelai Rp
kedelai dengan pendapatan Rp 5.187.800/ha dan R/C
10.434/ha. Jika dilihat dari perkembangan harga kedelai
1,48. Usahatani ubi kayu akan kompetitif terhadap
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang berkisar antara
usahatani jagung dan kedelai pada tingkat produktivitas
Rp 4.500-7.500/kg, maka usahatani kedelai sulit
minimal 34.567 kg/ha dan 20.788 kg/ha dengan harga
menggungguli usahatani ubi kayu dan jagung.
ubi kayu minimal Rp 654/kg dan Rp 394/kg.
Petani di Lampung Tengah mengusahakan ubi kayu
Aspek Sosial, Risiko Usahatani, dan
dengan alasan harga jual tinggi, mudah diusahakan,
Kesuburan Tanah
produksi tinggi, mudah dalam penjualan, dan memiliki
Harga ubi kayu dalam 5 tahun terakhir, berkisar antara risiko kegagalan panen lebih rendah dibandingkan
Rp 700-950/kg. Hal ini membuat petani lebih tertarik dengan usahatani jagung dan kedelai.
menanam ubi kayu dibandingkan dengan jagung dan
kedelai. Berdasarkan kondisi riil di lapangan, hampir
UCAPAN TERIMA KASIH
semua lahan kering dan lahan tidur di Provinsi Lampung
tidak ada lagi yang terlantar dan lebih dari 84% dari Terima kasih disampaikan kepada Ratna Wylis Arief dan
luasan tersebut ditanami ubi kayu. Secara social, yang Dede Rohayana yang telah membantu pengumpulan
dampak timbul adalah keinginan petani secara data primer dari petani.
214
ASNAWI DAN MEJAYA: KEUNGGULAN KOMPETITIF UBI KAYU DI LAMPUNG TENGAH
215
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 35 NO. 3 2016
216