You are on page 1of 148

PENINGKATAN PRESTASI KULIAH PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MAHASISWA PRODI PAP FKIP UNS SURAKARTA MELALUI PENERAPAN


METODE CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBASIS ICT

Jumiyanto Widodo
FKIP UNS

Abstrak

Artikel ini adalah hasil Penelitian Tindakan Kelas Perdagangan Luar Negeri’ Tujuan Penelitian adalah
untuk meningkatkan prestasi mahasiswa melalui penerapan metode Creative Problem Solving (CPS)
dengan berbasis Information Communication Technology (ICT). Teknik Validasi data dilakukan
dengan trianggulasi sumber/data dan metode meliputi: (a) wawancara, (b) observasi, (c) tes, dan (d)
dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan,
(c) observasi, dan (d) analisis dan refleksi.
Indikator kinerja (target 75% jumlah mahasiswa > 70) telah tercapai pada siklus I dimana terjadi
peningkatan dari pra siklus 69,23 % menjadi 80,77% jumlah mahasiswa telah tuntas. Pada siklus II
meningkat lagi sebanyak 100% jumlah mahasiswa telah mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata
kelas pada siklus I yaitu 75 mengalami kenaikan di siklus II menjadi 85. Prestasi keaktifan telah
melampui (target 50% jumlah mahasiswa) yaitu di siklus I meningkat dari 69,23% menjadi 88,46% di
siklus II.

Kata Kunci: Peningkatan prestasi, CPS, ICT

Abstract

This article is a result of foreign trade classroom action research. The aims is to improve student
achievement through the application of methods of Creative Problem Solving (CPS)-based
Information Communication Technology (ICT). Data validation techniques are performed by
triangulation source / data and methods which include: (a) interviews, (b) observation, (c) test, and
(d) documentation. Research procedure includes the step of: (a) planning, (b) action, (c) observation,
and (d) analysis and reflection.
The performance indicators (75% target of the number of students has a an achievement > 70) has
been achieved in the first cycle in which there was an increase from pre cycle of 69.23% to 80.77%
of the students have mastered their study. In the second cycle the student achievement increased
again by 100% of he students have reached the learning mastery. The average mark/achievement of
the class in the first cycle of 75 has increased to 85 in the second cycle. The achievement of
participation has exceeded the target which has been established that the achievement participation in
the 1 st circle of 69,23% increases to be 88,46% in the second cycle.

Keyword : Learning Achievement, CPS, ICT

1
PENDAHULUAN atau cara imajinatif dan menghasilkan tindakan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang efektif ( Mitchell and Kowalik, 1999 : 4). Ini
berkualitas diyakini dapat membawa perubahan berarti metode CPS menuntut mahasiswa untuk
bagi kemajuan suatu bangsa. Salah satu upaya aktif, berfikir logis serta kreatif dalam pemecahan
untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui masalah. Pengembangan Creative Problem
proses pembelajaran di perguruan tinggi. Solving dapat dipandang sebagai sebuah proses
Keberhasilan program belajar mengajar pengembangan aktivitas kreatif. Eksistensinya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : bukanlah hal yang sederhana, kompleks dan
guru/dosen, siswa/mahasiswa, kurikulum, media memiliki ketergantungan dari berbagai sisi yang
tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana saling mempengaruhi. Sebagaimana disampaikan
serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor oleh Aleksandra et al (2007 : 149) berikut ini ;
tersebut terpenuhi, maka proses belajar mengajar “The development of creative activity is a very
akan berjalan lancar, sehingga menunjang complicated process that takes place over whole
pencapaian tujuan pebelajaran secara optimal. period of life and depends on social, material
Perdagangan Luar Negeri, sebagai mata and mental factors. Each personality goes
kuliah wajib yang diberikan di semester VI Prodi through this process in an individual pace and
Pendidikan Ekonomi FKIP UNS dalam observasi manner. Further, investigations will be carried
di saat penyelenggaraannya diketahui bahwa into a more profound analysis of the suggested
prestasi belajar mahasiswa cenderung lemah. system, the determinations of its development
Dalam investigasi disampaikan berbagai alasan dynamics in connection with all mentioned above
antara lain karena istilah perdagangan yang rumit components in the context of sustainable
dan prosedurnya yang asing sementara di sisi development”.
perkuliahan yang berlangsung masih konvensional Menurut Mitchell and. Kowalik (1999:4)
meskipun sudah memanfaatkan media LCD Creative Problem Solving terdiri dari 3 suku kata
menjadikan perkuliahan menjadi kurang :1). Creative, berarti suatu gagasan yang
menyenangkan. Untuk itu pembelajaran yang mempunyai suatu unsur corak baru atau
menggunakan metode yang konvensional harus keunikan, menciptakan solusi, dan juga
dikembangkan dengan pendekatan yang tepat. mempunyai kaitan dan nilai ; 2). Problem yaitu
Jika hal tersebut tidak dilakukan maka akan dapat situasi dimana dihadapkan pada tantangan,
menghambat ketercapaian ketuntasan kesempatan dan perhatian ; 3). Solving, yaitu
pembelajaran jalan pemikiran untuk menjawab, menemukan
Nilai tuntas (KKM 70) dari mahasiswa dan memecahkan masalah.
yang menempuh Mata Kuliah Perdagangan Luar Proses kreatif dalam tataran kognitif
Negeri pada Uji Kompetensi 1 diketahui baru hingga aplikatif merupakan sebuah keadaan yang
mencapai 53,84% dan Uji Kompetensi 2 baru perlu difasilitasi melalui kegiatan kebersamaan.
69,23%. Berdasarkan realitas tersebut dilakukan Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh
wawancara dengan beberapa mahasiswa peserta Roni-Palmon et al (2008 : 207) berikut : “This
kuliah tersebut, dinyatakan bahwa pada Mata chapter provides an in-depth understanding of
Kuliah Perdagangan Luar Negeri yang menjadi the cognitive processes that facilitate creativity
masalah utama adalah semangat belajar from a multi-level perspective. Because cognitive
mahasiswa dalam proses belajar memahami processes are viewed as residing within the
prinsip-prinsip perdagangan luar negeri. Jika individual and as an individual-level
semangat lemah otomatis berpengaruh pada phenomenon, it is not surprising that a plethora
kemampuan memahami. Terlebih untuk materi of research has focused on various cognitive
perdagangan luar negeri membutuhkan processes involved in creative production at the
pembelajaran yang membuat suasana tidak individual level and the factors that may
membosankan dan menarik karena materi yang facilitate or hinder the successful application of
bersifat update dan cukup kompleks. Untuk itu these processes. Of course, individuals do not
metode Creative Problem Solving (CPS) menjadi exist in a vacuum, and many organizations are
alternatif penyelesaian masalah di atas. utilizing teams and groups to facilitate creative
CPS adalah suatu model pembelajaran problem solving”.
yang berpusat pada ketrampilan pemecahan Creative Problem Solving memiliki
masalah, yang diikuti dengan penguatan keunggulan antara lain: melatih mahasiswa untuk
kreatifitas/ suatu proses, metode, atau sistem untuk mendesain suatu penemuan; berpikir dan
mendekati suatu masalah di (dalam) suatu jalan bertindak kreatif; memecahkan masalah yang
2
dihadapi secara realistis; mengidentifikasi dan memahami persoalan yang dihadapinya; 4)
melakukan penyelidikan; menafsirkan dan Berusaha mencari berbagai informasi yang
mengevaluasi hasil pengamatan; merangsang diperlukan untuk pemecahan masalah ; 5)
perkembangan kemajuan berfikir mahasiswa Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi petunjuk guru; 6) Menilai kemampuan dirinya
dengan tepat. Adapun kelemahannya adalah dan hasil-hasil yang diperolehnya; 7) Melatih diri
memerlukan alokasi waktu lebih panjang dalam memecahkan soal atau masalah sejenis; 8)
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa
lain dan beberapa pokok bahasan sangat sulit yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan
untuk menerapkan metode ini, misalnya tugas atau persoalan yang dihadapinya.
terbatasnya alat laboratorium menyulitkan Dalam penelitian ini untuk melihat sisi
mahasiswa untuk melihat langsung dan keaktifan peserta didik akan diobservasi oleh 4
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan orang pengamat (pembantu peneliti dari
kejadian atau konsep tersebut. mahasiswa senior) yang melakukan penilaian
Dalam kegiatan classrom action research terhadap peran mahasiswa selama kegiatan
di perkuliahan perdagangan luar negeri ini maka pembelajaran, yang meliputi kerja sama dalam
untuk mengantisipasi perkembangan dunia diskusi kelompok, kemampuan bertanya/
perdagangan dan mengeksplorasi pendalaman mengeluarkan pendapat, kemampuan
materi maka metode di atas dilengkapi teknologi menjelaskan/ presentasi.
informasi atau dengan kata lain berbasis media Menurut Muhibbin Syah (2008), faktor-
pembelajaran Information Communication faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
Technology (ICT). Eksistensi ICT sebagai media belajar peserta didik di sekolah, secara garis
pembelajaran dalam PTK kali ini mengacu pada besar dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu: 1)
pendapat Hujair AH. Sanaky (2009), bahwa Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta
media pembelajaran mengandung 3 tujuan yaitu didik), yakni keadaan/ kondisi jasmani atau
adalah sebagai berikut: 1) Mempermudah proses rohani peserta didik; 2) Faktor eksternal (faktor
pembelajaran di kelas; 2) Meningkatkan efisiensi dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan
proses pembelajaran; 3) Menjaga relevansi antara sekitar peserta didik; 3) Faktor pendekatan
materi pembelajaran dengan tujuan belajar; 4) belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses belajar peserta didik yang meliputi strategi dan
pembelajaran. metode yang digunakan peserta didik dalam
Dengan demikian diharapkan jika metode mengikuti kegiatan pembelajaran.
dan media di atas dipakai maka di duga akan Indikator prestasi belajar mahasiswa
dapat membantu peserta didik dalam kelas PLN dari sisi proses adalah minimal 50%
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. peserta aktif dalam PBM, sementara dari sisi
Kata “Prestasi” berasal dari bahasa hasil belajar indikatornya adalah 75% peserta
Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa mencapai batas ketuntasan belajar mahasiswa
Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil yaitu 70. Pengukuran prestasi belajar ini
usaha”. Menurut Zainal Arifin (1990:3), Prestasi dilakukan menggunakan tes. Tes dilakukan
belajar adalah “Kemampuan, keterampilan, dan secara sistematis, pada setiap pertemuan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. selanjutnya dilakukan evaluasi dan refleksi.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah Langkah-langkah dalam metode
tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu Creative Problem Solving berbasis ICT antara
kegiatan atau usaha yang dapat memberikan lain mengklasifikasikan masalah,
kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan menggungkapkan pendapat, evaluasi dan
alat atau tes tertentu. Prestasi belajar pada pemilihan, dan implementasi. Dengan metode
dasarnya adalah proses kerja dan hasil akhir yang Creative Problem Solving berbasis ICT
diharapkan dapat dicapai setelah seseorang diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar. mahasiswa dengan target minimal yang sudah
Menurut Nana Sudjana (1991:61) ditetapkan.
keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar
dapat dilihat dalam hal: 1) Turut serta dalam METODE PENELITIAN
melaksanakan tugas belajarnya; 2) Terlibat dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
pemecahan permasalahan; 3) Bertanya kepada dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
siswa lain atau kepada guru apabila tidak dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1)
3
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, Luar Negeri dan RPP) dan perlengkapan
(3) observasi dan evaluasi, dan (4) analisis dan perangkat penyelenggaraan PTK (learning kit,
refleksi tindakan. Deskripsi hasil penelitian dari laptop, media ICT berupa modem dan pulsanya
siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan yang diberikan seminggu sebelum mulai
sebagaimana berikut ini. pertemuan). Jumlah mahasiswa kelas PLN 26
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti orang, dibentuk menjadi 6 kelompok, dengan
melakukan survei awal untuk mengetahui komposisi kelompok 1 sampai 4 beranggotakan
kondisi / keadaan yang ada di kelas Mata Kuliah 4 orang kemudian kelompok 5 dan 6
Perdagangan Luar Negeri. Survei awal telah beranggotakan 5 orang. Pelaksanaan
dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran pembelajaran siklus I ada 3 kali pertemuan, tiap
sebelumnya (2011). Dari hasil survei tersebut, pertemuan 100 menit untuk setiap pertemuan
peneliti melakukan klasifikasi masalah dalam ada 2 penyajian presentasi. Adapun alur
langkah menerapkan metode pembelajaran kegiatan secara sistematis diatur dalam durasi
Creative Problem Solving dengan media standar setiap kegiatan.
berbasis ICT. Selanjutnya mengadakan diskusi Pada tahap pelaksanaan kegiatan
dengan dosen yang lain yang dalam hal ini pembelajaran dibagi dalam tiga fase:
menjadi tim penelitian, menyusun perangkat pendahuluan, penyajian dan penutup. Pada fase
pembelajaran seperti silabi dan RPP tindakan. pendahuluan dilakukan aktivitas antara lain:
Langkah selanjutnya dosen menyampaikan pembukaan dan penyampaian kompetensi,
materi dalam dua siklus. preview dan review serta pengamatan oleh
Untuk mengetahui dan mengecek petugas dari kolega dosen. Pada fase penyajian
kredibilitas data maka digunakan teknik aktivitasnya meliputi: diskusi internal kelompok,
Triangulasi yaitu dilakukan presentasi dan diskusi umum. Terakhir pada
pemeriksaan/pengecekan derajat dapat dipercaya fase penutupan aktivitasnya meliputi: klarifikasi,
(valid) data dengan menggunakan pembanding evaluasi, penugasan dan test uji tulis tertutup.
dan penguat data dari luar asal data itu diperoleh Tahap observasi dan evaluasi
(Moleong, 2007:128). Penguat data tersebut di pengamatan kegiatan pembelajaran dilakukan
identifikasi oleh patton (1984) dalam Sutopo oleh 4 pembantu pelaksana yang dibekali dengan
(2002: 92-98) terdiri dari: triangulasi data atau handycam dan kamera dan juga 2 dosen yang
triangulasi sumber, triangulasi peneliti, mengamati peranan dosen pengampu kuliah.
triangulasi metodologis, dan triangulasi teori. Untuk melihat efektifitas ketuntasan minimal 70
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan maka dosen melakukan penilaian mahasiswa
triangulasi sumber dan metodologis. melalui test tertulis dan tertutup pada setiap
Dalam triangulasi sumber, peneliti akhir pertemuan. Uji test tersebut dimaksudkan
membandingkan atau mengecek hasil penelitian agar dapat merefleksi setiap selesai pertemuan
berupa informasi sejenis dari berbagai sumber sekaligus mengukur peningkatan atau penurunan
data yang berbeda yaitu para dosen dan para nilai dari setiap tahap pelaksanaan. Untuk
mahasiswa. Dalam triangulasi metode, peneliti menilai keaktifan mahasiswa dilakukan
menggali data sejenis dengan menggunakan observasi menggunakan instrumen lembar
teknik pengumpulan yang berbeda yaitu melalui observasi oleh pembantu pelaksana (4 orang)
wawancara, observasi, pengamatan dan tes. meliputi kerja sama dalam diskusi kelompok,
kemampuan bertanya/ mengeluarkan pendapat,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan kemampuan menjelaskan/ presentasi dari
Tahap-tahap pelaksanaan tindakan para mahasiswa.
kelas siklus I ini dapat digambarkan sebagai Berdasarkan hasil observasi proses
berikut. Pada tahap perencanaan tindakan belajar mahasiswa Siklus I, diperoleh gambaran
dilaksanakan rapat koordinasi dengan kolega tentang keaktifan mahasiswa selama KBM
dosen bersama pembantu peneliti mendiskusikan (indikator minimal = 50% memenuhi Sangat
rancangan tindakan yang akan dilakukan. Hasil Baik dan Baik) berikut: 1) Kemampuan
pelaksanaan koordinasi tersebut antara lain bertanya/mengeluarkan pendapat sebesar 73,08
pembagian tugas dan peran tim peneliti, sharing %, 2) Kemampuan menjelaskan/presentasi
pelaksanaan, teknis dan evaluasinya. sebesar 61,54 % dan, 3) Kemampuan Kerjasama
Selanjutnya dilakukan penyiapan perangkat dalam diskusi kelompok/tolerasi & empati
pembelajaran (silabus mata kuliah memahami sebesar 73,08 %. Dari data observasi
prinsip-prinsip penyelenggaraan Perdagangan penyelenggaraan Siklus I diketahui setiap aspek
4
keaktifan mahasiswa sudah tercapai di atas kelompok maka membantu mahasiswa lebih
target dulu menyiapkan materi sebelum pertemuan dan
Berdasarkan data hasil tes yang memaksimalkan pembahasan, sehingga pada
dilakukan pada akhir setiap pertemuan di siklus akhirnya mahasiswa dapat mencapai
I, ketuntasan hasil belajar pada siklus I pemahaman yang lebih baik. Selain itu, dosen
diperoleh nilai akumulasi, sebanyak 20 juga melaksanakan analisis aspek-aspek
mahasiswa dengan persentase sebesar 77% pembelajaran Creative Problem Solving yaitu
dinyatakan telah tuntas (Kriteria Ketuntasan mengkondisikan iklim kerja sama dalam diskusi
Nilai Minimal 70 untuk sejumlah 75% kelompok, kemampuan bertanya/ mengeluarkan
mahasiswa). Dari 20 mahasiswa tersebut, pendapat saat diskusi maupun presentasi, serta
sebanyak 17 mahasiswa (65% peserta) kemampuan dalam presentasi.
menunjukkan kenaikan nilai tes secara terus Berdasarkan observasi dan analisis di
menerus pada pertemuan 1 ke pertemuan 2 dan atas, maka tindakan refleksi yang dapat
berlanjut ke pertemuan 3. Pada evaluasi siklus I dilakukan adalah: 1) Mahasiswa perlu
ini telah diketahui bahwa kompetensi yang dimotivasi agar lebih bersungguh-sungguh
diharapkan dapat miningkat melalui dalam proses belajar dan menyadari
ketercapaian keaktifan kelas dan juga ketuntasan konsekwensinya. 2) Dosen agar lebih
kompetensi. memberdayakan assisten pelaksana sehingga
Berdasarkan hasil observasi dan pembelajaran terfokus dan efektif. 3) Pada
interpretasi tindakan dari dosen kolega dan juga waktu ujian maka dosen bersama assisten
pembantu pelaksana pada siklus I, peneliti pelaksana lebih intensif menjaga kelancaran
melakukan analisis kelemahan dan kekurangan. ujian. 4) Refleksi dan evaluasi setiap pertemuan
Contoh kelemahan antara lain dosen ketika diberikan waktu yang lebih panjang untuk
sosialisasi siklus belum sepenuhnya memberikan memantau tingkat penguasaan materi oleh
gambaran pelaksanaan PTK sehingga mahasiswa.
berdampak pada ketidaksungguhan mahasiswa Dikarenakan pada penyelenggaraan
dalam mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan Siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan
pertama siklus I, kesiapan ruang, alat dan media dalam pelaksanaan dan juga ketuntasan yang
pembelajaran belum maksimal dilakukan. Pada masih bisa ditingkatkan lagi, maka akan
akhir kegiatan setiap pertemuan yaitu dilakukan langkah-langkah penyempurnaan
merefleksikan dan membuat kesimpulan melalui pelaksanaan Siklus II. Langkah
bersama belum tercipta suasana yang kondusif. penyempurnaan penerapan metode pembelajaran
Kelemahan tersebut pada kelanjutannya dapat Creative Problem Solving dengan media
diantisipasi pada pertemuan kedua dan ketiga. berbasis ICT tersebut dapat digambarkan
Dari sisi mahasiswa ditemukan sebagai berikut ini.
beberapa kekurangan, yaitu antara lain : 1) Kegiatan perencanaan tindakan
Mahasiswa belum fokus pada saat dosen dilakukan oleh tim peneliti. Berkaca dari
menjelaskan materi, khususnya bagi yang duduk penyelenggaraan siklus I, dalam siklus 2 ini
di belakang ; 2) Mahasiswa dalam menggunakan target sasarannya adalah membuktikan
waktu diskusi secara efektif, antara lain efektifitas metode CPS berbasis ICT, dengan
ditunjukkan dari beberapa mahasiswa yang meningkatkan hasil penyelenggaraan Siklus I.
berbincang dengan teman didekatnya dan tidak Dengan kata lain Siklus II ini sebagai sebuah
memperhatikan suasana diskusi; 3) Beberapa upaya pengembangan strategi agar pembelajaran
mahasiswa melakukan kecurangan saat test yang lebih berhasil. Siklus II ini direncanakan 3 kali
kemudian dapat dicegah melalui pengawasan pertemuan, dengan pengembangan rancangan
yang melekat dan dosen dan pembantu strategi sebagai berikut: 1) Menyiapkan
pelaksana. perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus
Tahap analisis dan refleksi dilakukan dan RPP. 2) Membuat skenario penerapan
secara interaktif bersama mahasiswa di akhir pembelajaran Creative Problem Solving berbasis
pertemuan siklus I. Dari hasil refleksi didapat ICT yang lebih baik.
informasi bahwa adanya alur tindakan yang Skenario penerapan yang lebih baik
terprogram secara sinergis berhasil menguatkan yang dimaksud diantaranya perubahan waktu
gambaran materi yang dibahas secara lebih jelas. pertemuan yang sebelumnya di hari senin
Dengan fasilitas modem sebagai representasi selanjutnya dilaksanakan di hari sabtu.
pemanfaatan ICT yang diberikan pada setiap Penyelenggaraan di hari sabtu memiliki
5
beberapa kelebihan antara lain: 1) Merupakan berikutnya yang merupakan pertemuan pertama
hari libur, sehingga diharapkan tenaga dan siklus II.
pikiran mahasiswa bisa lebih optimal, 2) Waktu Dalam kegiatan observasi dan evaluasi
pertemuan dalam durasi yang lebih lama yaitu pelaksanaan, peneliti mengamati proses KBM
180 menit dari jam 09.00 - 12.00 wib, 3) berjalan lancar. Dosen dibantu 4 asisten
Mahasiswa diberikan waktu istirahat (jeda pelaksana mampu mengantisipasi kekurangan
materi) dengan fasilitas snack agar yang terdapat di siklus pertama seperti
mumunculkan suasana yang menyenangkan, contohnya dalam menguasai kelas dan menjaga
sekaligus media untuk mengakrabkan situasi yang kondusif. Sikap beberapa
mahasiswa dengan tim peneliti mahasiswa yang tidak aktif dapat dihilangkan
Strategi yang berikutnya adalah atau diminimalisir. Selama 3 pertemuan di
merubah teknis diskusi/presentasi yaitu 2 siklus II seluruh mahasiswa selalu hadir. Pada
kelompok maju bersama. Topik presentasi yang pertemuan kedua situasi yang semakin solid
sama disajikan secara berurutan, setelah terlihat sementara di sisi mahasiswa terlihat
kelompok ke-2 selesai presentasi baru dibuka sangat menikmati proses belajar. Hal tersebut
forum diskusi. Pertanyaan dari audience diperkuat dengan pengakuan wawancara dari
ditanggapi dan dianalisa oleh kedua kelompok mahasasiswa yang bersangkutan. Hasil
tersebut. Diharapkan dengan demikian observasi terhadap proses belajar selama siklus
pembahasan masalah diskusi akan lebih II ini menunjukkan bahwa indikator aktif
komprehensif dan mendalam. meningkat dari siklus I yaitu ; 1) Keaktifan
Siklus II terlaksana sesuai rencana, mahasiswa dalam kemampuan bertanya/
yang disepakati dalam koordinasi awal tim mengeluarkan pendapat, pada siklus I jumlah
peneliti, kemudian dilaksanakan dengan mahasiswa yang mengindikasikan keaktifan
gambaran sebagi berikut. Pertemuan kelas dalam kelas telah melebihi indikator minimal
dilakukan 3 kali, setiap hari sabtu dengan durasi 50% yaitu sebanyak 19 mahasiswa (73,08%)
waktu 3 jam (3 x 60 menit) atau 180 menit. yang berasal dari kelompok sangat baik
Setelah kelompok 1 presentasi dilanjutkan ditambah kelompok baik dengan persentase.
kelompok 2 kemudian dibuka forum diskusi, Pada siklus II meningkat menjadi 23 mahasiswa
istirahat, kemudian dilanjutkan diskusi intensif. dengan persentase 88,46%. 2) Kemampuan
Setiap pertemuan dilaksanakan sesuai dengan menjelaskan / presentasi materi, pada siklus I
skenario pembelajaran dalam RPP. mahasiswa yang sangat aktif ditambah
Penyelenggaraan perkuliahan di hari sabtu mahasiswa aktif sebanyak 16 mahasiswa dengan
sebagai hari libur merupakan hasil kesepakatan persentase 61,54%. Pada siklus II meningkat
dengan mahasiswa sehingga mahasiswa tidak menjadi 21 mahasiswa dengan persentase
terbebani karena mahasiswa masih memiliki hari 80,77%. 3) Kerja sama dalam diskusi kelompok,
libur lagi yaitu minggu. Prosedur presentasi pada siklus I mahasiswa yang sangat aktif
yang baru menjadikan diskusi kelompok dan ditambah mahasiswa aktif sebanyak 19
analisis masalah dapat dilakukan secara lebih mahasiswa dengan persentase 73,08 %. Pada
mendalam dan komprehensif. siklus II meningkat menjadi 25 mahasiswa
Dosen pada pertemuan sosialisasi siklus dengan persentase 96,15%.
II menyajikan perubahan-perubahan strategi dan Berdasarkan nilai test tertulis dan
juga materi pengantar dalam bentuk slide, tertutup di siklus II, ketuntasan hasil belajar
kemudian membagi mahasiswa dalam mahasiswa telah tercapai dengan lebih baik.
kelompok-kelompok diskusi. Dosen bersama Pada siklus I sudah tercapai dan pada siklus II
asisten pelaksana membagikan kertas HVS ini semakin membuktikan pendekatan PTK
untuk memfasilitasi pengorganiasian pertanyaan dengan metode CPS berbasis ICT ini berhasil
serta resume materi yang akan didiskusikan oleh meningkatkan ketuntasan belajar mahasiswa.
masing-masing kelompok. Hasil berupa catatan Seluruh mahasiswa telah mencapai ketuntasan
tangan dari masing-masing mahasiswa tersebut (100%) dengan nilai rata-rata kelas = 82.
kemudian dikompilasi, diintegrasikan dalam Sejumlah 85% mahasiswa mengalami
kelompoknya masing-masing menjadi bahan- peningkatan nilai yang stabil dari setiap test di
bahan diskusi berupa dokumen word dan file akhir pertemuan selama 3 kali pertemuan.
presentasi /slide. Hasil akhir berupa file soft Refleksi pelaksanaan siklus II dapat
copy dikumpulkan pada pertemuan minggu dilihat dalam gambaran berikut ini: a) Situasi
kondusif dalam pembelajaran membangkitkan
6
minat mahasiswa dalam mengkaji materi secara dari 12 mahasiswa di pra siklus, menurun
lebih lanjut. Peserta diskusi yang aktif lebih menjadi 6 mahasiswa di siklus I dan 0 mahasiswa
banyak dibandingkan waktu siklus sebelumnya; di siklus II. Selanjutnya jika dilihat dari status
b) Dosen lebih mampu menguasai kelas peningkatan hasil test tiap pertemuan terjadi
(memfasilitasi efektifitas KBM) meliputi peningkatan untuk nilai yang terus naik selama 3
aktifitas pra pembelajaran, membuka pelajaran, kali test di siklus I ada 17 mahasiswa meningkat
kegiatan inti pembelajaran dan kegiatan akhir. di siklus II menjadi 22 mahasiswa. Secara lebih
Pada saat dosen menjelaskan materi para detil terlihat di tabel berikut:
mahasiswa sangat antusias, begitu juga saat
diskusi kelompok; c) Dosen selalu berusaha Tabel 3. Status peningkatan nilai test tiap PTM
memotivasi mahasiswa agar lebih aktif dalam mahasiswa siklus I dan siklus II
kegiatan belajar mengajar (KBM). Siklus I Siklus I I
Terhadap hasil siklus II peneliti Status Nilai (ptm 1-3) (ptm 1-3)
melakukan analisis yang antara lain ; 1) Naik 65,38% 84,62%
Keaktifan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan Turun 7,69% 3,85%
belajar mengajar mengalami peningkatan turun-naik 3,85% 7,69%
signifikan. Mahasiswa menampilkan naik-turun 23,08% 3,85%
performance lebih aktif dan bersemangat. Jumlah 100% 100%
Sebagian besar mahasiswa aktif berperan serta Sumber : Data hasil penelitian
dalam diskusi kelompok ataupun waktu diskusi
presentasi sehingga kelas nampak hidup, proses KESIMPULAN
belajar berjalan efektif dan pada akhirnya hasil Penerapan Metode pembelajaran
belajar meningkat. 2) Dosen dapat lebih mudah Creative Problem Solving dengan media berbasis
memposisikan diri saat melakukan kontrol kelas, Information Communication Technology (ICT)
untuk penyelenggaraan test tertutup memang telah dapat meningkatkan prestasi belajar
perlu mendapat perhatian lebih untuk mahasiswa dari sisi proses dan hasil. Dari sisi
mengantisipasi perilaku negatif mahasiswa proses dilihat keaktifan mahasiswa dalam
waktu mengerjakan test. mengikuti KBM melebihi target minimal
Berdasarkan analisis tersebut, peneliti pencapaian penelitian ini, demikian juga
dan tim melakukan refleksi tindakan selanjutnya pencapaian ketuntasan prestasi peserta didik,
sebagai berikut: 1) Dosen perlu melakukan keduanya menunjukkan pencapaian yang sangat
pendekatan dan memotivasi mahasiswa, signifikan.
terutama mahasiswa yang mengalami kesulitan Pencapaian prestasi mahasiswa dari sisi
atau penurunan nilai test antar pertemuan agar keaktifan belajar: 1) Kemampuan
tetap bersemangat dan tidak bersedih hati karena bertanya/mengeluarkan pendapat sudah cukup
sudah memenuhi target KKM. 2) Mahasiswa tinggi dan meningkat tajam pada penerapan
perlu mengoptimalkan proses belajar, dimulai siklus kedua; 2).Kemampuan
dari penyiapan materi dari rumah memanfaatkan menjelaskan/presentasi materi juga mengalami
media ICT dan juga pada saat presentasi. trend yang sama; 3).Kerja sama dalam diskusi
Kemudian evaluasi hasil belajar kelompok yang paling tinggi dan hanya satu
mahasiswa untuk ketuntasan tiap kompetensi mahasiswa yang kurang aktif
(Kriteria Ketuntasan: 70) mahasiswa yang tuntas Untuk pencapaian prestasi mahasiswa
dari pra siklus, siklus I hingga siklus II adalah dari sisi hasil belajar/ ketuntasan pada pra siklus
sebagai berikut: tidak ada setengahnya, maka pada akhir siklus II
Dari data yang ada menunjukkan bahwa meningkat sangat signifikan yaitu semua
ketuntasan hasil belajar mahasiswa pada pra mahasiswa telah mencapai ketuntasan. Begitu
siklus jumlah mahasiswa yang tuntas sebanyak juga trend peningkatan capaian nilai tiap uji tulis,
14 mahasiswa dengan persentase sebesar 53,85% mahasiswa cenderung meningkat prestasi nilai uji
kemudian menjadi 18 mahasiswa (69,23%). tulis tertutupnya dari setiap pertemuan ke
Terjadi peningkatan yang signifikan sehingga pertemuan berikutnya. Sejak siklus I sudah lebih
jumlah mahasiswa yang tuntas pada siklus I dari setengah jumlah mahasiswa yang meningkat
menjadi 20 mahasiswa (77%). Kemudian ketika terus-menerus, pada akhir siklus II sejumlah 22
dilakukan tindakan siklus II maka berhasil mahasiswa memiliki trend meningkat terus
meningkat hingga 100% mahasiswa. Di sisi lain sedangkan sisanya terbagi : 2 mahasiswa setelah
secara berturut-turut mahasiswa yang tidak tuntas nilainya turun kemudian pada uji tulis ketiga
7
berhasil meningkat, 1 mahasiswa setelah naik
kemudian turun di uji tulis ketiga dan 1 Hujair, A.H.Sanaky. 2009. Media Pembelajaran.
mahasiswa cenderung turun.. Yogyakarta: Safira Insania Press
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian
SARAN Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya
Diperlukan sinergi dari segenap pihak Mitchell, William E.Kowalik dan Thomas F.
yang terlibat dalam proses pendidikan meliputi ; 1999. Creative Problem Solving:
1). bagi jajaran pimpinan Universitas/Fakultas Genigraphics
dalam hal memberikan fasilitas dosen-dosen Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan
melakukan serangkaian usaha kreatif dan inovatif dengan Pendekatan Baru. Bandung:
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ; 2). Rosda Karya
bagi dosen untuk senantiasa mengidentifikasikan Nana Sudjana. 2000. Pengertian aktivitas
permasalahan di perkuliahan dan mencari model, belajar.http://andrianifadly.
metode serta pemecahan yang sesuai untuk wordpress.com/2012/01/13/keaktifan-
permasalahan yang ditemui baik mendapatkan belajar-matematika/#comment-8 Diakses
pendanaan maupun mandiri selain juga dapat tanggal 23 Oktober 2012 Jam 06.30 WIB
berinteraksi dengan mahasiswa lebih erat terkait Roni Reiter-Palmon, Anne E. Herman, Francis J.
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran Yammarino. 2008. Creativity and
menjadi lebih kondusif dan produktif ; 3). bagi cognitive processes: Multi-level linkages
mahasiswa FKIP agar mengembangkan kapasitas between individual and team cognition,
diri dalam proses belajar mengajar, in Michael D. Mumford, Samuel T.
meningkatkan ketrampilan dalam rangka Hunter, Katrina E. Bedell-Avers
mengasah kemampuan mendidik dan profesional (ed.) Multi-Level Issues in Creativity and
diri, dengan membuka cakrawala pembelajaran, Innovation (Research in Multi Level
melalui berbagai dimensi, misalnya: teman, buku, Issues, Volume 7 , ISBN: 978-0-7623-
televisi maupun internet. 1476-8), Emerald Group Publishing
Limited, pp.203-267
DAFTAR PUSTAKA Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.
Aleksandra Slahova, Jolanta Savvina, Maris Surakarta: UNS Press
Cacka, Ilze volonte. 2007. Creative Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional:
activity in conception of sustainable Prinsip, Teknik, Prosedural. Bandung: PT
development education . International Remaja Rosda Karya
Journal of Sustainability in Higher
Education, ISSN: 1467-6370 ,Vol. 8 Iss:
2, pp.142 - 154

8
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
MAKE A MATCH DI KELAS V SD NEGERI JARIT 04 KECAMATAN CANDIPURO
KABUPATEN LUMAJANG

Ngatikah
Guru SDN Jarit 04 Kabupaten Lumajang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan efektivitas model pembelajaran Make a Match
dalam meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri Jarit 04 kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang semester I tahun pelajaran 2014/2015 , tepatnya pada bulan Juli-Desember 2014.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan dua
siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 21 siswa, terdiri dari 6 siswa putra dan 15
siswa putri. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi. Analisis data menggunakan
statistik deskriptif.
Temuan penelitian pada siklus I adanya peningkatan hasil belajar siswa dari rata-rata awal (prasiklus)
59,52 meningkat menjadi 71,43 pada siklus I sehingga terjadi peningkatan 11,91. 2. Temuan
siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 71,43 meningkat menjadi 86,19
pada siklus II, sehingga terjadi peningkatan 14,76. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Make a Match efektif dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V SDN Jarit 04
semester I tahun pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Make a Match

Abstract

This study aims to determine the effectiveness of the improvement of the learning model Make a Match
in improving learning outcomes IPA in class V SD Negeri jarit 04 districts Candipuro Lumajang first
semester of 2014/2015 academic year, precisely in July-December, 2014.
The study uses a quantitative approach to the type of classroom action research with two cycles. The
subjects were students of class V were 21 students, comprised of 6 boys and 15 female student. Data
collection technique used participatory observation. Data analysis using descriptive statistics.
The findings of the study in the first cycle an increase in student learning outcomes from initial
average (prasiklus) 59.52 increased to 71.43 in the first cycle so that an increase 11.91. 2. The
findings of the second cycle occurs improving student learning outcomes of the first cycle of 71.43
increased to 86.19 in the second cycle, resulting in increased 14.76. It can be concluded that the
learning model Make a Match can effectively improve science learning outcomes in class V SDN jarit
04 the first semester of the school year 2014/2015.

Keywords: learning outcomes, learning model Make a Match

9
PENDAHULUAN mengajarnya dengan mencari pasangan melalui
Di tingkat sekolah dasar bidang studi IPA kartu pertanyaan dan jawaban yang harus
mempunyai tujuan agar murid memahami ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa
konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya tersebut.
serta agar murid mampu menerapkan metode Model pembelajaran Make a Match atau
ilmiah yang sederhana dan bersikap ilmiah di mencari pasangan merupakan salah satu alternatif
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil
dan menyadari kebesaran penciptanya. belajar siswa. Model pembelajaran Make a Match
Menurut Subiyanto (1988) fungsi bidang adalah pembelajaran menggunakan kartu-kartu.
studi IPA adalah untuk: 1) mengembangkan Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi
keterampilan-ketram-pilan yang berhubungan soal dan kartu yang lainnya berisi jawaban dari
dengan keterampilan proses, 2) mengenal dan soal-soal tersebut.
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar Model Make a Match ini sangat efektif
sehingga menimbulkan rasa cinta dan kagum membantu siswa dalam memahami materi
terhadap penciptanya, 3) mengembangkan sikap melalui permainan mencari kartu jawaban dan
dan nilai, 4) mengembangkan minat murid pertanyaan, sehingga dapat menciptakan proses
terhadap IPA, dan 4) mengembangkan konsep- pembelajaran yang menyenangkan. Setiap model
konsep IPA sederhana yang berhubungan dengan pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan
kehidupan sehari-hari. dibandingkan dengan model pembelajaran yang
Sedangkan tujuan kurikuler IPA SD itu lainnya. Begitu juga model pembelajaran Make a
terumus dengan singkat sebagai berikut: Murid match, adapun kelebihannya adalah sebagai
memahami konsep-konsep IPA dan saling berikut: 1) Siswa dapat belajar dengan aktif
keterkaitannya serta mampu menerapkan metode karena guru hanya berperan sebagai pembimbing,
ilmiah dalam memecahkan masalah yang sehingga siswa yang mendominasi dalam
dihadapinya dengan menyadari kebesaran aktifitas pembelajaran, 2) Siswa dapat
penciptanya. mengidentifikasi permasalahan yang terdapat
Berdasarkan penelusuran data dalam kartu yang ditemukannya,3)Dapat
dokumentasi diketahui nilai IPA di kelas V SDN meningkat-kan antusiasme siswa dalam
Jarit 04 pada materi penyesuaian diri makhluk mengikuti proses pembelajaran, 4)Dengan penye-
hidup dengan lingkungannya belum mencapai lesaian soal (masalah), maka otak siswa akan
ketuntasan belajar. Secara klasikal dari 21 siswa bekerja lebih baik, sehingga proses belajarpun
terdapat 81,25 % (26 siswa) rata-rata hasil belajar akan menjadi lebih baik, 5) Siswa dapat
belum mencapai ketuntasan (≤70) yaitu dengan mengenal siswa lainnya, karena dalam proses
rata-rata klasikal sebesar 53,75. pembelajaran terjadi interaksi antar kelompok
Hal ini disebabkan pelaksanaan kegiatan dan interaksi antar siswa untuk membahas soal
pembelajaran IPA kelas V di SDN Jarit 04 dan jawaban yang dihadapi.
kurang efektif. Dari segi proses pembelajaran Berdasarkan latar belakang masalah
lebih tampak sebagai proses pengalihan dan tersebut, maka peneliti mengambil judul:
transfer informasi berupa bahan pelajaran secara Peningkatan hasil belajar IPA pada materi
klasikal, guru lebih dominan menggunakan penyesuaian diri makhluk hidup dengan
metode ceramah, sehingga siswa cenderung lebih lingkungannya melalui penerapan model Make a
pasif dan banyak diam. Suasana belajar kaku dan match di kelas V SD Negeri Jarit 04 Kecamatan
terpusat pada satu arah, sehingga kurang Candipuro Kabupaten Lumajang semester I tahun
memberikan kesempatan bagi peserta didik lebih pelajaran 2014/2015.
aktif dalam belajar. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut solusi ini antara lain: Bagaimanakah meningkatkan
yang diharapkan dapat mengatasi masalah belajar IPA pada materi penyesuaian diri
tersebut yaitu dengan menggunakan model Make makhluk hidup dengan lingkungannya melalui
a Match. Model pembelajaran Make a Match penerapan model Make a match di kelas V SD
adalah teknik mengajar dengan mencari Negeri Jarit 04 Kecamatan Candipuro Kabupaten
pasangan. Salah satu keunggulannya adalah Lumajang semester I tahun pelajaran 2014/2015
siswa belajar sambil menguasai konsep atau topik Tujuan penelitian ini adalah sebagai
dalam suasana yang menyenangkan. berikut: Untuk meningkatkan belajar IPA pada
Pembelajaran model pembelajaran Make a materi penyesuaian diri makhluk hidup dengan
Match yaitu pembelajaran yang teknik lingkungannya melalui penerapan model Make a
10
match di kelas V SD Negeri Jarit 04 Kecamatan jumlah siswa dan efektifitas ruangan (3) alokasi
Candipuro Kabupaten Lumajang semester I tahun waktu yang akan digunakan dan waktu persiapan.
pelajaran 2014/2015. Pertimbangan diatas sangat diperlukan karena
modelmake and match tidak efektif apabila
Model Pembelajaran Make a match digunakan pada kelas yang jumlah siswanya
diatas 40 dengan kondisi ruang kelas yang
1. Memahami Model Pembelajaran Make a sempit. Sebab dalam pelaksanaan pembelajaran,
match make and match, kelas akan menjadi gaduh dan
Pembelajaran model pembelaja-ran make ramai. Hal ini wajar asalkan guru dapat
a match yaitu pembelajaran yang teknik mengendalikannya.
mengajarnya dengan mencari pasangan melalui
kartu pertanyaan dan jawaban yang harus 2. Langkah-langkah penerapan Model
ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa Pembelajaran make and match
tersebut. Model pembelajaran make a Match atau
mencari pasangan merupakan salah satu alternatif Langkah-langkah penerapan model make and
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil match adalah sebagai berikut
belajar siswa. Model pembelajaran Make a Match a)Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
adalah pembelajaran menggunakan kartu-kartu. beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian
soal dan kartu yang lainnya berisi jawaban dari lainnya kartu jawaban. b)Setiap siswa
soal-soal tersebut. mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan
Suyatno (2009) mengungkapkan bahwa soal/jawaban.c) Tiap siswa memikirkan
model make and match adalah model jawaban/soal dari kartu yang dipegang.d) Setiap
pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
yang berisi soal atau permasalahan dan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang
menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa
mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran Indonesia akan berpasangan dengan nama
make and match merupakan bagian dari tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah). e)
pembelajaran kooperatif. Model pembe-lajaran Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini kartunya sebelum batas waktu diberi poin. f) Jika
socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan
adalah mahluk sosial (Lie, 2003). Model make kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu
and match melatih siswa untuk memiliki sikap soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan
sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa hukuman, yang telah disepakati bersama. g)
dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap
berfikir siswa. siswa mendapat kartu yang berbeda dari
Model pembelajaran make and match sebelumnya, demikian seterusnya. h) Siswa
adalah salah satu model pembelajaran yang juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa
berorientasi pada permainan. Menurut Suyatno lainnya yang memegang kartu yang cocok.
(2009) Prinsip-prinsip model make and match I)Guru bersama-sama dengan siswa membuat
antara lain : a.Anak belajar melalui berbuat. kesimpulan terhadap materi pelajaran.
b.Anak belajar melalui panca indera. c.Anak Kelebihan Model Make a Match antara lain:
belajar melalui bahas.d.Anak belajar melalui 1) Siswa dapat belajar dengan aktif karena guru
bergerak. hanya berperan sebagai pembimbing, sehingga
Tujuan dari pembelajaran dengan model siswa yang mendominasi dalam aktifitas
make and match adalah untuk melatih peserta pembelajaran. 2)Siswa dapat mengiden-tifikasi
didik agar lebih cermat dan lebih kuat permasalahan yang terdapat dalam kartu yang
pemahamannya terhadap suatu materi pokok ditemukannya.3)Dapat meningkatkan antusiasme
(Fachrudin, 2009). Siswa dilatih berpikir cepat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.4)
dan menghafal cepat sambil menganalisis dan Dengan penyelesaian soal (masalah), maka otak
berinteraksi sosial. siswa akan bekerja lebih baik, sehingga proses
Menurut Benny (2009), sebelum guru belajarpun akan menjadi lebih baik. 5)Siswa
menggunakanan model make and match guru dapat mengenal siswa lainnya, karena dalam
harus mempertimbangkan : (1) indicator yang proses pembelajaran terjadi interaksi antar
ingin dicapai (2)kondisi kelas yang meliputi
11
kelompok dan interaksi antar siswa untuk adalah hasil belajar hanya pada ranah kognitif
membahas soal dan jawaban yang dihadapi. menurut klasifikasi Bloom. Hasil belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
3. Peningkatan Hasil Belajar belajar yang berupa nilai hasil test dari suatu
Belajar dalam pengertian luas dapat proses pembelajaran yang di rancang terlebih
diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke dahulu berdasarkan pada tujuan khusus
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian pembelajaran yang terlah ditetapkan. Hasil test
dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai yang berupa nilai prestasi belajar merupakan
usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan yang dampak langsung dari pembelajaran.
merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, METODE PENELITIAN
2011). Penelitian menggunakan pendekatan
Pengertian hasil belajar menurut kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan
Winkel dalam Sunarto (2009) yang menyatakan Kelas (PTK) dengan dua siklus terdiri dari empat
bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti komponen yaitu: Planning, Implementing,
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang Observing, dan Reflecting.
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya Teknik pengumpulan data menggunakan
sesuai dengan bobot yang dicapainya. observasi partisipasi. Analisis data menggunakan
Pengertian hasil belajar menurut statistik deskriptif.
Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku Penelitian dilaksanakan pada semester
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami ganjil tahun pelajaran 2014/2015 pada bulan Juli
aktivitas belajar. 2014 sampai dengan Desember 2014. Sebagai
Pengertian hasil belajar menurut tempat penelitian, penulis mengambil sasaran
Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil belajar SDN Jarit 04 Kecamatan Candipuro Kabupaten
(achievement) merupakan realisasi dari Lumajang.
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas Sebagai subyek penelitian adalah semua
yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar siswa kelas V SDN Jarit 04 Kecamatan
dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku Candipuro Kabupaten Lumajang yang berjumlah
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, 21 siswa, yang terdiri dari siswa perempuan 15
keterampilan berpikir maupun keterampilan orang dan siswa laki-laki berjumlah 6 orang.
motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi Teknik Pengumpulan Data dalam riset ini
belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa antara lain: 1) Observasi, dilakukan untuk
akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya. mengamati langsung jalannya proses
Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar pembelajaran IPA pada materi penyesuaian diri
disebut tes prestasi belajar atau achievement test makhluk hidup dengan lingkungannya, yang
yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar dilakukan oleh guru dan teman sejawat untuk
mata kuliah yang bersangkutan. memperoleh catatan lapangan. 2) Tes tulis,
Berdasarkan pengertian di atas, penulis bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil
menarik kesimpulan bahwa pengertian hasil belajar terutama aspek kognitif dan merupakan
belajar adalah hasil dari proses perubahan rangkaian kegiatan dalam pembelajaran
tingkah laku yang dicapai dalam belajar. kooperatif. Tes dalam penelitian ini meliputi tes
Gagne mengungkapkan bahwa hasil akhir pada Tindakan I dan Tindakan II.
belajar merupakan kapabilitas orang yang Selanjutnya skor hasil tes pada Tindakan I dan II
memungkinkan beragam penampilan yang dapat akan dianalisis dengan menentukan rata-ratanya
di lihat sebagai bukti program pendidikan banyak untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
jumlah dan ragamnya. Ragam penampilan itu siswa.
terjadi dalam semua mata pelajaran kurikulum Dalam riset ini instrument yang digunakan
sekolah. Jenis hasil belajar tertentu bisa antara lain: 1) Lembar Observasi, instrument ini
mempengaruhi satu sama lain walaupun terjadi ditujukan untuk mengamati kegiatan proses
pada mata pelajaran yang berbeda. belajar mengajar IPA dengan menggunakan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas model make and match di SDN Jarit 04
dapat di simpulkan karena kondisi di lapangan Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. 2)
berbeda satu sama lain dan keterbatasan waktu, Lembar soal IPA, dalam tes ini penulis membagi
maka dalam penelitian ini hasil belajar yang akan menjadi 2 bagian yaitu tes akhir siklus I dan tes
di ukur sebagai indikator dalam penelitian ini
12
akhir siklus II.Tes tersebut dilakukan untuk siswa membuat kesimpulan terhadap materi
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. pelajaran.
Pada kegiatan akhir guru memberi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
Siklus I hambatan/esulitan yang dialami selama proses
Sebelum pelaksanaan tindakan disusun pembelajaran.
rencana pelaksanaan pembe-lajaran, menyusun Guru memberikan kesimpulan. Siswa
instrumen penelitian, guru membuat rencana membuat laporan hasil. Guru memberikan
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru evaluasi.
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa Observasi yang dilakukan pada
konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, pembelajaran siklus I menyangkut pelaksa-naan
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu kegiatan pembelajaran yaitu apakah telah sesuai
jawaban. dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pada pelaksanaan ini pembe-lajaran IPA Semua proses pembelajaran berlangsung peneliti
dengan materi penyesuaian diri makhluk hidup dan teman sejawat melakukan pengamatan dan
dengan lingkungannya di kelas V SDN Jarit 04 penilaian terhadap aktivitas yang dilakukan
kabupaten Lumajang, untuk siklus I dilaksanakan siswa. Adapun hasil pengamatan tersebut antara
satu kali pertemuan pada hari selasa, 16 lain: (1) Kemampuan siswa dalam menjawab
September 2014, jam ke 1-3, pukul 07.00-08.45 pertanyaan masih belum lancar, (2) kemampuan
WIB, dihadiri oleh 21 siswa. Proses dalam mencari pasangan kartu yang cocok
pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan dengan kartunya masih bingung, dan (3) rata-rata
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan hasil belajar siswa 71,43 termasuk kategori baik.
akhir. Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan
Pada kegiatan awal guru mengawali yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan
dengan membuka pelajaran dengan memberi pada siklus I diperoleh beberapa catatan penting
salam kepada siswa, sementara ada kolaborator sebagai berikut: 1) Kemampuan siswa dalam
yang membantu mengamati jalannya menjawab pertanyaan masih belum lancar, (2)
pembelajaran dan duduk di tempat yang tersedia. kemampuan dalam mencari pasangan kartu yang
Setelah itu guru mengisi presensi dan jurnal cocok dengan kartunya masih bingung, dan (3)
kelas. Kemudian guru memberikan apersepsi dan Hasil belajar siswa termasuk kategori cukup.
motivasi tentang materi pelajaran yang dibahas Berdasarkan hasil catatan lapangan perlu adanya
agar siswa termotivasi dalam mengikuti perbaikan perlakuan pada siklus berikutnya yaitu
pembelajaran, Selain itu juga guru menuliskan memperbaiki kartu agar siswa mudah mencari
tujuan pembelajaran dipapan tulis agar siswa pasangan kartu soal dengan kartu jawaban.
tahu tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran saat itu. Siklus II
Pada kegiatan inti guru menyiap-kan Berdasarkan hasil refleksi maka
beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau perencanaan pada siklus II yang disiapkan oleh
topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian guru antara lain: Guru membuat RPP sebelum
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. melakukan proses pembelajaran. disusun rencana
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang pelaksanaan pembelajaran, menyusun instrumen
bertuliskan soal/jawaban.Tiap siswa memikirkan penelitian, guru membuat rencana pelaksanaan
jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap pembelajaran (RPP). Guru menyiapkan beberapa
siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu
kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan Pada pelaksanaan ini pembelajaran IPA
kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu dengan materi penyesuaian diri makhluk hidup
soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan dengan lingkungannya di kelas V SDN Jarit 04
hukuman, yang telah disepakati bersama. Setelah kabupaten Lumajang, untuk siklus II
satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa dilaksanakan satu kali pertemuan pada hari
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, Selasa, 23 September 2014, jam ke 1-3, pukul
demikian seterusnya.Siswa juga bisa bergabung 07.00-08.45 WIB, dihadiri oleh 21 siswa. Proses
dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan
kartu yang cocok.Guru bersama-sama dengan
13
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan pertanyaan sudah lancar, (2) kemampuan dalam
akhir. mencari pasangan kartu yang cocok dengan
Pada kegiatan awal guru mengawali kartunya sudah lancar, dan (3) Hasil belajar siswa
dengan membuka pelajaran dengan memberi 86,19 termasuk kategori sangat baik.
salam kepada siswa, sementara ada kolaborator Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan
yang mengamati jalannya pembelajaran dan yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan
duduk di tempat yang tersedia. Setelah itu guru pada siklus II diperoleh beberapa catatan penting
mengisi presensi dan jurnal kelas. Kemudian sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa dalam
guru memberikan apersepsi dan motivasi tentang menjawab pertanyaan sudah lancar, (2)
materi pelajaran yang dibahas agar siswa kemampuan dalam mencari pasangan kartu yang
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, cocok dengan kartunya sudah lancar, dan (3)
Selain itu juga guru menuliskan tujuan Hasil belajar siswa termasuk kategori baik.
pembelajaran dipapan tulis agar siswa tahu Rata-rata nilai awal siswa diketahui
tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran sebesar 59,52 dengan rincian ada 6 siswa
saat itu. (18,75%) yang memperoleh nilai di atas KKM
Pada kegiatan inti guru menyiapkan (≥70). Sedangkan 15 siswa (81,25%)
beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau memperoleh nilai di bawah KKM. Rendahnya
topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian hasil belajar tersebut disebabkan Hal ini
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. disebabkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang IPA kelas V di SDN Jarit 04 kurang efektif. Dari
bertuliskan soal/jawaban.Tiap siswa memikirkan segi proses pembelajaran lebih tampak sebagai
jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap proses pengalihan dan transfer informasi berupa
siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan bahan pelajaran secara klasikal, guru lebih
kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan dominan menggunakan metode ceramah,
kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika sehingga siswa cenderung lebih pasif dan banyak
siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan diam. Suasana belajar kaku dan terpusat pada
kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu satu arah, sehingga kurang memberikan
soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan kesempatan bagi peserta didik lebih aktif dalam
hukuman, yang telah disepakati bersama. Setelah belajar.
satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, Hasil Belajar Silkus I
demikian seterusnya.Siswa juga bisa bergabung Data hasil belajar siswa diperoleh dari
dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang siklus I yang dilaksanakan pada akhir tindakan
kartu yang cocok. Guru bersama-sama dengan siklus I diketahui sebesar 71,43 Peningkatan
siswa membuat kesimpulan terhadap materi rata-rata hasil belajar ini disebabkan guru telah
pelajaran. menerapkan model pembelajaran make a matcht
Pada kegiatan akhir guru memberi pembelajaran IPA.
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan Hasil belajar siswa pada siklus I
hambatan/kesulitan yang dialami selama proses termasuk kategori baik hal ini disebabkan karena
pembelajaran. Guru memberikan kesimpulan. :1) Kemampuan siswa dalam menjawab
Siswa membuat laporan hasil. Guru memberikan pertanyaan sudah lancar, 2) kemampuan dalam
evaluasi. Sebagai akhir pelajaran guru mencari pasangan kartu yang cocok dengan
memberikan postes dengan membagi lembar soal kartunya.
untuk dikerjakan siswa. Tujuan pemberian tes ini
adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa Hasil Belajar Siklus II
setelah mengikuti pelajaran tadi. Data hasil belajar siswa diperoleh dari
Observasi yang dilakukan pada siklus II yang dilaksanakan pada akhir tindakan
pembelajaran siklus II menyangkut pelaksanaan siklus II diketahui yaitu 86,19 Ini berarti terjadi
kegiatan pembelajaran yaitu apakah telah sesuai peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. siklus II. Hal ini terjadi karena siswa menerima
Semua proses pembelajaran berlang-sung peneliti pembelajaran IPA dengan model pembelajaran
dan teman sejawat melakukan pengamatan dan make a Match. Hasil belajar pada siklus II ini
penilaian terhadap aktivitas yang dilakukan termasuk kategori sangat baik hal ini disebabkan
siswa. Adapun hasil pengamatan tersebut antara : 1) Kemampuan siswa dalam menjawab
lain: (1) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan sudah lancar, dan 2) kemampuan
14
dalam mencari pasangan kartu yang cocok Berdasarkan Tabel 2 tersebut jika
dengan kartunya sudah lancar. digambarkan dalam bentuk diagram adalah
Untuk mengetahui rekapitulasi hasil sebagai berikut:
belajar pada siklus I dan II dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
100

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Siklus I 80

dan II 60

Siklus I Siklus II 40
71,43
86,19 Rata-rata Nilai
No Nilai Kategori
f % f % 20

85- SB 12 57 0
Siklus I Siklus II
100 B 9 43
1. 70- C 4 19 - -
2. 84 K 9 43 - - Gambar 1
3. 55- SK 6 29 - - Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar
4. 69 2 9 Siklus I dan II
5. 50- - -
54 Berdasarkan paparan data di atas, berikut
0-39 ini dikemukakan temuan penelitian pada setiap
tindakan siklus I dan II: 1) Temuan penelitian
pada siklus I adalah adanya peningkatan hasil
Jumlah 21 100 21 100 belajar siswa dari rata-rata awal (prasiklus)
Ket: SB (Sangat Baik, B (Baik), C (Cukup), K 59,52 meningkat menjadi 71,43 pada siklus I
(Kurang), SK (Sangat Kurang) sehingga terjadi peningkatan 11,91. Hal ini dapat
diketahui dari kemampuan siswa dalam
Berdasarkan Tabel 1. tersebut dapat berbicara. 2) Temuan penelitian pada siklus II
diketahui telah terjadi peningkatan prosentase adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa
nilai pada kategori sangat baik dari siklus I dari siklus I sebesar 71,43 meningkat menjadi
sebesar 19% meningkat menjadi 57% pada siklus 86,19 pada siklus II, sehingga terjadi
II, sehingga terjadi peningkatan 38%. Hal ini peningkatan 14,76. Adapun hasil pengamatan
terjadi karena siswa sangat senang jika pelajaran tersebut antara lain: (1) Kemampuan siswa dalam
IPA khususnya materi penyesuaian diri makhluk menjawab pertanyaan sudah lancar, (2)
hidup dengan lingkungannya diajarkan dengan kemampuan dalam mencari pasangan kartu yang
menggunakan model make a match, karena cocok dengan kartunya sudah lancar, dan (3)
menurut mereka dengan menggunakan model Hasil belajar siswa termasuk kategori sangat
make a match ini membuat mereka lebih mudah baik.
memahami materi dan pelajaran IPA yang Dengan demikian dapat disimpul-kan
semula banyak hafalan dan membosankan bahwa model make a match efektif dapat
menjadi lebih asyik, mudah dan menyenangkan. meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada
Rata-rata hasil belajar siswa kelas V SDN materi penyesuaian diri makhluk hidup dengan
Jarit 04 pada siklus I dan Siklus II dapat dilihat lingkungannya di kelas V SDN Jarit 04.
pada Tabel 2 berikut.
KESIMPULAN
Tabel 2 Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan pembahasan yang telah
SIKLUS SIKLUS dilakukan di depan, maka dapat diambil
Peningkatan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada siklus I
I II
Rata- adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa
rata dari rata-rata awal (prasiklus) 59,52 meningkat
71,43 86,19 14,76 menjadi 71,43 pada siklus I sehingga terjadi
Hasil
Belajar peningkatan 11,91. 2.Terjadi peningkatan hasil
belajar siswa dari siklus I sebesar 71,43
meningkat menjadi 86,19 pada siklus II,
sehingga terjadi peningkatan 14,76.

15
Dengan demikian dapat disimpul-kan http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/d
bahwa model make a match efektif dapat efinisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/
meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta:
materi daur penyesuaian diri makhluk hidup PT. Gramedia Widiasarana.
dengan lingkungannya di kelas V SDN Jarit 04. Indonesia. Jakarta.Rusman.2011. Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA Profesionalisme Guru. Jakarta: PT
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Rajagrafindo Persada
Semarang: UPT UNNES Press. A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Press.
A. Pribadi, Benny. (2009). Model Desain Sistem Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang
Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Imam Fachruddin. (2009). Desain Penelitian. Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inofatíf.
Malang.. (Sidoarjo :Masmedia Buana Pusaka).
http://wbungs.blogspot.com/2012/07/model- Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar.
pembelajaran-make-and-match.html Jurnal. Diakses 3 April 2010. http://
http://pendidikanmerahputih.blogspot.com/2014/ sunartombs.wordpress.com
03/pengertian-model-pembelajaran- /2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/.
make-match.htm

16
PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD)UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn DI KELAS VI SDN
JARIT 04 KABUPATEN LUMAJANG

Uminarsih
Guru SDN Jarit 04 Kabupaten Lumajang

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada materi sistem
pemerintahan RI melalui penerapan model STAD di kelas VI SDN Jarit 04 Kabupaten Lumajang
semester I tahun pelajaran 2014/2015. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran STAD dengan harapan agar hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan
model Kemiis & Taggart. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi patisipasi. Analisis data
menggunakan statistik deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015 pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. Sebagai tempat penelitian, penulis
mengambil sasaran SDN Jarit 04 Kecamatan Candipuro kabupaten Lumajang. Sebagai subyek
penelitian adalah semua siswa kelas VI SDN Jarit 04, Kabupaten Lumajang yang berjumlah 26 siswa,
yang terdiri dari siswa perempuan 7 orang dan siswa laki-laki berjumlah 19 orang.Temuan penelitian
pada siklus I hasil belajar PKn pada materi sistem pemerintahan RI diketahui sebesar 72,31. Temuan
siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar PKn sebesar 84,23. Peningkatan hasil belajar siklus
I dari 72,31 menjadi 84,23 pada siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,92. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model STAD efektif dapat meningkatkan hasil belajar PKn di
kelas VI SDN Jarit 04

Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran STAD

Abstract

The purpose of this research is to improve learning outcomes Civics on the material RI governance
system through the implementation of STAD model in class VI SDN jarit 04 Lumajang first semester of
academic year 2014/2015. The solution to overcome these problems by implementing STAD learning
model with the expectation that student learning outcomes can be improved.
This study uses a quantitative approach to the type of classroom action research model Kemiis &
Taggart. Data collection technique used observation Participation. Data analysis using descriptive
statistics. The research was conducted in the first semester of 2014/2015 academic year in July to
December 2014. In a study, the authors take the District 04 jarit SDN target Candipuro Lumajang. As
research subjects were all students of class VI SDN jarit 04, Lumajang totaling 26 students, consisting
of 7 female students and male students represent 19 orang.Temuan study in the first cycle of learning
outcomes Civics on the material system of government known for RI 72.31. The findings of the second
cycle happens an average increase of 84.23 civics learning outcomes. Learning outcome first cycle of
72.31 into 84.23 in the second cycle so that an increase of 11.92. It can be concluded that the STAD
model can effectively improve learning outcomes in the sixth grade Civics SDN jarit 04

Keywords: learning outcomes, learning model STAD

17
PENDAHULUAN Menurut Slavin dalam Chotimah (2007)
Berdasar Pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang- kehebatan model pembelajaran student team
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun achievement divisions (STAD) antara lain: 1)
2003 tentang Sisdiknas, dijelaskan bahwasannya dapat memusatkan perhatian siswa, 2) aktivitas
Pendidikan Kewarganegaraan ini merupakan siswa meningkat karena mereka bekerja sama
salah satu pelajaran wajib yang diajarkan di dalam mengerjakan tugas atau soal, dan 3) siswa
berbagai tingkat pendidikan, seperti pendidikan lebih mudah memahami materi. Siswa bersama
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan kelompoknya mengerjakan tugas yang diberikan
tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan tentu dapat oleh guru. Siswa yang dapat mengerjakan
memupuk jiwa patriotisme, rasa cinta tanah air, tugas/soal harus menjelaskan kepada anggota
semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam
kesadaran akan sejarah perjuangan Bangsa kelompok itu mengerti. Dengan kegiatan tersebut
Indonesia dan menghargai jasa para pahlawan. siswa merasa senang belajar, seperti dapat
Pendidikan Kewarganegaraan dapat dijamin jika seluruh siswa dapat berpartisipasi
memberikan pemahaman, analisis dan menjawab dan mempunyai kesem-patan untuk menunjukkan
masalah yang tengah dihadapi oleh berbagai kemam-puannya dalam bekerja sama hingga
kalangan masyarakat, bangsa dan negara secara berhasil, dan kegiatan tersebut merupakan
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita pengalaman belajar yang menyenangkan bagi
dan sejarah Nasional anak. Dan guru memberi penghargaan (reward)
Fungsi dari mata pelajaran PKn adalah kepada kelompok yang memili nilai/poin
sebagai wahana untuk membentuk warga negara tertinggi.
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia Secara rinci kelebihan model STAD antara
kepada bangsa dan negara Indonesia dengan lain:1) Setiap siswa memiliki kesempatan untuk
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir memberikan kontribusi yang substansial kepada
dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila kelompoknya, dan posisi anggota kelompok
dan UUD 1945. adalah setara Allport, 2) Menggalakkan interaksi
Kondisi pembelajaran Pkn di SDN Jarit 04 secara aktif dan positif dan kerjasama anggota
Kabupaten Lumajang kurang memuaskan hal ini kelompok menjadi lebih baik dan, 3) Membantu
antara lain dimungkinkan karena penyajian siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan
materi menggunakan model pembelajaran yang lintas rasial yang lebih banyak, 4) Melatih siswa
kurang menarik, proses pembelajarannya masih dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial
konvensional transfer pengetahuan dari guru di samping kecakapan kognitif, 5) Peran guru
kepada siswa sehingga tidak membangkitkan rasa juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus
ingin tahu siswa, kreativitas siswa, siswa sangat sebagai fasilitator, mediator, motivator dan
pasif dan hanya tergantung pada guru, siswa evaluator, 6) Dalam model ini, siswa memiliki
merasa bosan, sarana dan prasarana yang kurang dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar
memadai. Hasil belajar siswa yang menurun untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
dapat dibuktikan dari hasil tes ulangan harian anggota kelompok untuk belajar .
materi materi sistem pemerintahan RI yang Sedangkan menurut Rusman (2011),
dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN Jarit 04. kehebatan model STAD antara lain: 1) Dalam
Berdasarkan penelusuran data dokumentasi model ini, siswa saling membelajarkan sesama
diperoleh bahwa dari 26 siswa 76,92 % (20 siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan
siswa) kelas VI SDN Jarit 04 hasil belajar PKn sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada
pada materi sistem pemerintahan RI masih pembelajaran oleh guru, 2) Pengelompokan
rendah (di bawah KKM ≤75 ). siswa secara heterogen membuat kompetisi yang
Berdasarkan indetifikasi masalah tersebut terjadi di kelas menjadi lebih hidup, 3)
melalui riset ini berusaha mencari solusi yang Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa
tepat bagaimana caranya agar pembelajaran PKn didapatkan oleh semua anggota kelompok, 4)
itu bisa menyenangkan siswa, sehingga dapat Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian membuat siswa lebih termotivasi, 5) Kuis
ini peneliti mencari solusi dengan menerapkan tersebut juga meningkatkan tanggung jawab
model pembelajaran student team achievement individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi
divisions (STAD) atau tim siswa kelompok nilai kuis yang dikerjakan secara individu, 6)
prestasi dalam pembelajaran PKn dengan harapan Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa
hasil belajar siswa dapat meningkat. lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran,
18
7) Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil secara heterogen, 2) guru menyajikan pelajaran,
belajar rendah memiliki tanggung jawab besar 3) guru memberi tugas pada kelompok untuk
agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok, 4)
nilai kelompok baik, 8) siswa memiliki dua siswa yang bisa mengerjakan tugas/soal
bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya
untuk dirinya sendiri dan membantu sesama sehingga semua anggota dalam kelompok itu
anggota kelompok untuk belajar, 9) Siswa dapat mengerti, 5) guru memberi kuis/pertanyaan
saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) kuis/pertanyaan siswa tidak boleh saling
yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh membantu, dan 6) guru memberi penghargaan
guru, dan 10) Model ini dapat mengurangi sifat (reward) kepada kelompok yang memiliki
individualistis siswa. Belakangan ini, siswa nilai/poin tertinggi, 7) guru memberikan evaluasi.
cenderung berkompetisi secara individual,
bersikap tertutup terhadap teman, kurang 2. Penerapan Pembelajaran Model STAD
memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul a. Pembelajaran
hanya dengan orang tertentu, ingin menang Tujuan utama dari pembelajaran ini adalah
sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan
dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga yang direncanakan. Setiap awal dalam
negara yang egois, introfert (pendiam dan pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu
tertutup), kurang bergaul dalam masyarakat, acuh dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian
tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang tersebut mencakup pembukaan, pengembangan
menghargai orang lain, serta tidak mau menerima dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran
kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala dengan penekanan dalam penyajian materi
seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat pelajaran.
kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main b. Pembukaan
keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi. Guru menyampaikan pada siswa apa yang
Adapun rumusan masalah dalam penelitian hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu
ini antara lain: Bagaimanakah meningkatkan penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan
hasil belajar PKn pada materi sistem demonstrasi yang menimbulkan teka-teki,
pemerintahan RI melalui penerapan model STAD masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
di kelas VI SDN Jarit 04 Kabupaten Lumajang Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam
semester I tahun pelajaran 2014/2015. kelompok untuk menemukan konsep atau
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merangsang keinginan mereka pada pelajaran
meningkatkan hasil belajar PKn pada materi tersebut.
sistem pemerintahan RI melalui penerapan model Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi
STAD di kelas VI SDN Jarit 04 Kabupaten yang merupakan syarat mutlak.
Lumajang semester I tahun pelajaran 2014/2015. c. Pengembangan
Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan
Model Pembelajaran Student Team apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa
belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
1. Memahami Model Pembelajaran STAD Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin
Tujuan utama dari pembelajaran ini adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan Memberi penjelasan mengapa jawaban
yang direncanakan. Setiap awal dalam pertanyaan tersebut benar atau salah.
pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah
dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian memahami pokok masalahnya.
tersebut mencakup pembukaan, pengembangan d. Latihan Terbimbing
dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran Menyuruh semua siswa mengerjakan soal
dengan penekanan dalam penyajian materi atas pertanyaan yang diberikan. Memanggil
pelajaran siswa secara acak untuk menjawab atau
Menurut Slavin dalam Chotimah (2007) menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya
langkah-langkah model pembelajaran student semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik
team achievement divisions antara lain: 1) guru mungkin. Pemberian tugas kelas tidak boleh
membagi kelompok yang anggotanya 4 orang menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya
19
siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal
dan langsung diberikan umpan balik. ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang
e. Belajar Kelompok telah diperoleh siswa selama belajar dalam
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai
kelompok adalah menguasai materi yang perkembangan individu dan disumbangkan dalam
diberikan guru dan membantu teman satu nilai perkembangan kelompok.
kelompok untuk menguasai materi tersebut. g. Penghargaan Kelompok
Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat Langkah pertama yang harus dilakukan
digunakan untuk melatih ketrampilan yang pada kegiatan ini adalah menghitung nilai
sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka kelompok dan nilai perkembangan individu dan
dan teman satu kelompok. memberi sertifikat atau penghargaan kelompok
Pada saat pertama kali guru menggunakan yang lain. Pemberian penghargaan kelompok
pembelajaran kooperatif, guru juga perlu berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan
memberikan bantuan dengan cara menjelaskan individu dalam kelompoknya.
perintah, mereview konsep atau menjawab Berdasarkan langkah-langkah tersebut
pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang jelas bahwa model pembelajaran student team
dilakukan guru sebagai berikut : Mintalah achievement divisions (STAD) jika diterapkan
anggota kelompok memindahkan meja / bangku dalam mata pelajaran PKn sangat relevan. Di
mereka bersama-sama dan pindah kemeja mana jika model tersebut diterapkan pada materi
kelompok. Berilah waktu lebih kurang 10 menit sistem pemerintahan RI, maka siswa akan lebih
untuk memilih nama kelompok. Bagikan lembar mudah dalam menyampaikan ide-ide pokok yang
kegiatan siswa. Serahkan pada siswa untuk berkaitan dengan materi tersebut.
bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang 3. Hasil Belajar
sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, Dalam proses pendidikan hasil belajar
masing-masing siswa harus mengerjakan soal dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar
sendiri dan kemudian dicocokkan dengan mengajar yakni, penguasaan, perubahan
temannya. Jika salah satu tidak dapat emosional, atau perubahan tingkah laku yang
mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah,
kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. 2008). hasil belajar adalah hasil maksimum yang
Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, dicapai oleh seseorang setelah melakukan
maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas
antara teman saling bergantian memegang lembar pengukuran tertentu. Jadi hasil belajar adalah
kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu. hasil setelah mengikuti program pembelajaran
Tekankan pada siswa bahwa mereka belum yang dinyatakan dengan skor atau nilai.
selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman Pengukuran akan pencapaian prestasi belajar
satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 mahasiswa dalam pendidikan formal telah
pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar ditetapkan dalam jangka waktu yang bersifat
kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk caturwulan dan sering disebut dengan istilah mid
diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa semester dan ujian akhir semester, tetapi dalam
mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri prestasi belajar diharapkan adalah peningkatan
mereka dan teman-teman sekelompok mereka yang dilakukan dalam materi yang diajarkan.
pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika Untuk mengetahui hasil belajar siswa perlu
mereka mempunyai pertanyaan, mereka diadakan suatu evaluasi yang bertujuan untuk
seharusnya menanyakan teman sekelompoknya mengetahui sejauh manakah proses belajar dan
sebelum bertanya guru. pembelajaran itu berlangsung secara efektif.
Sementara siswa bekerja dalam kelompok, Efektifitas proses belajar tersebut akan tampak
guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya pada kemampuan siswa menguasai materi
memuji kelompok yang semua anggotanya pelajaran.
bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk
dalam kelompoknya untuk mendengarkan 4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
bagaimana anggota yang lain bekerja dan Menurut Slameto (2008) secara garis
sebagainya. besarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
f. Kuis hasil belajar dapat dikelompokkan atas:

20
a. Faktor Internal Pada pelaksanaan ini pembelajaran PKn
Faktor yang menyangkut seluruh pribadi pada materi Pemilu di kelas VI SDN Jarit 04
termasuk kondisi fisik maupun mental atau kabupaten Lumajang untuk siklus I dilaksanakan
psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor satu kali pertemuan pada hari Selasa, tanggal 14
instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan Oktober 2014 jam ke 4-5, pukul 09.15-10.45
kondisi psikologis yang mencakup minat, WIB, dihadiri oleh 26 siswa. Proses
kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan
b. Faktor Eksternal yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
Faktor yang bersumber dari luar diri akhir.
individu yang bersangkutan. Faktor ini sering Kegiatan pendahuluan guru memotivasi
disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi siswa dengan pertanyaan Apa yang dimaksud
segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu dengan demokrasi? Apa maksud dari kedaulatan
yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya tertinggi berada di tangan rakyat. Guru
baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu “
lain. Pemilihan Umum”. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran saat itu. Guru mengeksplorasi
METODE PENELITIAN pengeta-huan awal siswa melalui pertanyaan
Penelitian ini menggunakan pendekatan Apakah yang dimaksud dengan Pemilu?
kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kegiatan inti guru membagi peserta didik
Kelas (PTK) dua siklus dengan model Kemms & menjadi 5 kelompok secara homogen, masing-
Taggart (1998) yang terdiri dari empat masing kelompok beranggotakan 5 orang. Guru
komponen yaitu: planning, Implementing, menyajikan pelajaran/topic tentang Pemilihan
Observing, dan Reflecting. Umum (materi yang disampaikan berupa konsep-
Teknik pengumpulan data menggunakan konsep penting). Guru membagikan lembar kerja
observasi. Analisis data menggunakan statistik kepada tiap kelompok yang berisi tentang
deskriptif. Anailis data menggunakan statistic tugas/soal yang dikerjakan bersama kelompoknya
deskriptif. dan siswa yang tahu jawaban menjelaskan
Penelitian ini dilaksanakan pada semester kepada anggotanya. Guru membagikan kuis/
ganjil tahun pelajaran 2014/2015 pada bulan Juli pertanyaan kepada seluruh siswa dan siswa
sampai dengan Desember 2014. Sebagai tempat menjawab kuis/pertanyaan tersebut secara
penelitian, penulis mengambil sasaran SDN Jarit individu. Guru mem-bagikan lembar kerja
04 Kecamatan Candipuro kabupaten Lumajang. kepada tiap kelompok yang berisi tentang
Sebagai subyek penelitian adalah semua tugas/soal yang dikerjakan bersama kelompoknya
siswa kelas VI SDN Jarit 04, Kabupaten dan siswa yang tahu jawaban menjelaskan
Lumajang yang berjumlah 26 siswa, yang terdiri kepada anggotanya. Guru membagikan
dari siswa perempuan 7 orang dan siswa laki-laki kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa dan siswa
berjumlah 19 orang. menjawab kuis/pertanyaan tersebut secara
Dalam penelitian ini instrument yang individu. Guru memberikan penghargaan
digunakan antara lain: Lembar observasi dan (reward) kepada siswa yang bias menjawab
lembar soal PKn. Instrumen lembar observasi ini pertanyaan tersebut
ditujukan untuk mengamati kegiatan proses Kegiatan penutup, guru mem-berikan
belajar mengajar Pkn dengan menggunakan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa, dan
model STAD di SDN Jarit 04 Kabupaten setelah itu guru memberikan penugasan pada
Lumajang. Sedangkan instrumen lembar soal siswa
Pkn dibagi menjadi 2 bagian yaitu tes akhir Guru melakukan pengamatan/ observasi
siklus I dan tes akhir siklus II Tes tersebut proses pembelajaran pada siklus I dengan menitik
dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil beratkan pada kegiatan siswa khususnya dalam
belajar siswa, melaksanakan tugasnya bersama kelompok dan
dalam menjawab kuis/pertanyaan secara individu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN tanpa bantuan temannya Adapun hasil
Siklus I pengamatan tersebut antara lain: (1) Masih ada
Sebelum pelaksanaan tindakan guru perlu siswa yang kesulitan dalam menyampaikan
menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran jawaban (2) siswa masih takut salah dalam
yang menyusun instrumen penelitian , lembar menjawab pertanyaan (3) waktu yang disediakan
soal ulangan.
21
kurang sehingga perlu menambah jam lagi, (4) Kegiatan penutup guru memberikan
rata-rata hasil belajar 72,31 (baik). evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan setelah mengikuti pelajaran tersebut. Guru
yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan memberikan penugasan pada siswa
perlu ada perubahan treatment pada siklus II Guru melakukan pengamatan/ observasi
yaitu dengan memberikan bacaan tentang materi proses pembelajaran pada siklus II dengan
cara mengubah satuan panjang yang akan menitik beratkan pada kegiatan kerjasama siswa
dibahas, pembagian kelompok dibuat heterogen dalam satu kelompok, dan kemampuan siswa
dengan memperhitungkan tingkat kemampuan dalam menjawab kuis/pertanyaan yang diberikan
masing-masing siswa, dan menambah waktu guru secara individu.
pelaksanaan kegiatan Adapun hasil pengamatan tersebut antara
lain: (1) siswa tampak saling bekerja sama dan
Siklus II saling bertukar pikiran, (2) siswa mulai ada
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, keberanian dalam menjawab pertanyaan secara
maka perlu perbaikan tahap perencanaan siklus II individu (3) waktu yang disediakan dapat
yaitu guru membuat rencana pelaksanaan dimanfaatkan dengan baik, (4) rata-rata hasil
pembelajaran yang sudah direvisi, menyusun belajar meningkat menjadi 84,23 (Baik).
instrumen penelitian ,menyiapkan bacaan/wacana Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan
yang lebih detil, menentukan kelompok debat yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan
secara heterogen dan menyiapkan lembar soal perlu ada perubahan treatment pada siklus II
ulangan. yaitu dengan membagi kelompok secara
Pada pelaksanaan ini pembe-lajaran Pkn heterogen, dengan memperhitungkan tingkat
pada materi Pilkada di kelas VI SDN Jarit 04 kemampuan masing-masing siswa, dan
kabupaten Lumajang, untuk siklus II menambah waktu pelaksanaan kegiatan, maka
dilaksanakan satu kali pertemuan pada hari hasil belajar siswa dapat meningkat.
Selasa, tanggal 21 Oktober 2014, jam ke 4-5, Berdasarkan hasil pengamatan bersama
pukul 09.00-10.15 WIB, dihadiri oleh 26 siswa. kolaborator maka dihasilkan data rata-rata hasil
Proses pembelajaran tersebut terdiri dari tiga belajar siswa siklus I yang dilaksanakan pada
kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan akhir pada siklus I yaitu 72,31. Peningkatan
kegiatan akhir. rata-rata hasil belajar ini disebabkan guru telah
Kegiatan pendahuluan, guru memotivasi menerapkan model pembelajaran STAD dalam
siswa dengan menunjukkan gambar dan spanduk pembelajaran PKn.
yang dipasang merupakan bagian dari kampanye Hasil belajar siswa pada siklus II
pilkada. diketahui sebesar 84,23 ini berarti terjadi
Guru menuliskan topik yang akan peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke
dipelajari yaitu “Pilkada”.Guru menjelaskan siklus II. Hal ini terjadi karena hasil refleksi dari
tujuan pembelajaran saat itu. Guru siklus I dengan merubah treatment pada siklus II.
mengeksplorasi pengeta-huan awal siswa melalui Berdasarkan hasil dokumentasi diketahui
pertanyaan ” perbedaan pilpres dengan pilkada? rekapitulasi hasil belajar pada siklus I yang dapat
Kegiatan inti, membagi peserta didik dilihat pada Tabel 1 berikut.
menjadi 5 kelompok secara heterogen, masing-
masing kelompok beranggotakan 5 orang secara Tabel 1. Rekapitulasi Nilai PKn Siklus I
hete-rogen. Guru menyajikan pelajaran/topic Kriteria Siklus I
No Nilai
tentang Pilkada materi yang disampaikan berupa Nilai f %
konsep-konsep penting) (materi yang 85-100 SB - -
disampaikan berupa konsep-konsep penting). 1.
70-84 B 22 84
Guru membagikan lembar kerja kepada tiap 2.
55-69 C 2 8
kelompok yang berisi tentang tugas/soal yang 3.
50-54 K 2 8
dikerjakan bersama kelompoknya dan siswa yang 4.
0-49 SK - -
tahu jawaban menjelaskan kepada anggotanya. 5.
Guru membagikan kuis/pertanyaan kepada Jumlah 26 100
seluruh siswa dan siswa menjawab Ket: SB (Sangat Baik, B (Baik), C (Cukup), K
kuis/pertanyaan tersebut secara individu. Guru (Kurang), SK (Sangat Kurang
memberikan penghar-gaan (reward) kepada
siswa yang biasa menjawab pertanyaan tersebut
22
Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat 90
diketahui hasil belajar dari siklus I di mana pada 85

kriteria nilai baik (70-84) terdapat 22 siswa 80


75
(84%), pada rentang nilai (55-69) terdapat 2 70

siswa (8%) dan padang rentang nilai 50-54 65


SIKLUS I SIKLUS II
rata-rata nilai 72,31 84,23
terdapat 2 siswa (8%). Dengan demikian dapat
disimpulkan hasil belajar pada siklus I termasuk rata-rata nilai

kategori baik.
Adapun rekapitulasi nilai PKn pada Gambar 1.
siklus II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Diagram Rata-rata Hasil Belajar Siklus I dan II

Tabel 2. Rekapitulasi Nilai PKn Siklus II Berdasarkan Gambar 1 tersebut dapat


disimpulkan rata-rata hasil belajar siswa
Kriteria Siklus II meningkat dari 72,31 pada siklus I naik menjadi
No Nilai
Nilai f % 84,23 pada siklus II.
1. 85-100 SB 13 50 Berdasarkan paparan data di atas, berikut
2. 70-84 B 11 42 ini dikemukakan temuan penelitian pada setiap
3. 55-69 C 2 8 tindakan siklus I dan II: 1) Temuan penelitian
4. 50-54 K - - pada siklus I adalah adanya peningkatan hasil
5. 0-49 SK - - belajar siswa sebesar 72,31. Peningkatan hasil
Jumlah 26 100 belajar siswa ini terjadi karena siswa dapat
Ket: SB (Sangat Baik, B (Baik), C (Cukup), bertukar pikiran dengan kelompoknya dan dapat
K (Kurang), SK (Sangat Kurang menjawab kuis yang berikan guru. 2) Pada siklus
II terjadi peningkatan hasil belajar siswa
Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat meningkat menjadi 84,23 sehingga terjadi
diketahui hasil belajar siklus II, yaitu terdapat 13 peningkatan 11,92.
siswa (50%), pada rentang nilai (85-100) terdapat Pada siklus II peningkatan hasil belajar
11 siswa (42%) pada rentang nilai (70-84) dan PKn khususnya pada materi Sistem pemerintahan
pada rentang nilai (55-69) terdapat 2 siswa (8%). RI dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa
Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar menjawab pertanyaan/kuis secara individu Dan
pada siklus I termasuk kategori sangat baik. mereka senang jika pembelajaran PKn
Hal ini terjadi karena siswa sangat senang menggunakan model student team achievement
jika pelajaran PKn diajarkan dengan model divisions (STAD) . Apalagi siswa tampak
student team achievement divisions (STAD) antusias dalam menjawab kuis yang diberikan
membuat mereka lebih mudah memahami materi guru karena jika berhasil menjawab benar guru
dan membuat pelajaran PKn yang semula memberikan reward.
sifatnya hafalan/verbalistik berubah menjadi
lebih asyik, mudah, dan menyenangkan. KESIMPULAN
Untuk mengetahui peningkatan rata-rata Berdasarkan pembahasan yang telah
hasil belajar siswa kelas VI SDN Jarit 04 pada dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut : 1. Bahwa dengan
berikut. menerapkan model student team achievement
Tabel 3 Rata-rata Hasil Belajar divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil
Siklus Siklus Peningkatan belajar PKn pada materi sistem pemerintahan RI.
I II Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
Rata2 72,31 84,23 11,92 hasil belajar yang dihasilkan selama
mengerjakan soal ulangan pada siklus I sebesar
Berdasarkan Tabel 3 tersebut 72,31.2.Siklus II terjadi peningkatan rata-rata
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II hasil belajar PKn sebesar 84,23. Peningkatan
dapat digambarkan dalam diagram berikut. hasil belajar siklus I dari 72,31 menjadi 84,23
pada siklus II sehingga terjadi peningkatan
sebesar 11,92. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model STAD efektif dapat
meningkatkan hasil belajar PKn di kelas VI SDN
Jarit 04.
23
DAFTAR PUSTAKA Rusman. 2011. Model-Model Pembe-lajaran
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Mengembangkan Profesi-onalisme Guru.
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Chotimah, Husnul. 2007. Model-model Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Pembelajaran PTK. Malang: Yayasan Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Pendidikan UM. http://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02
Kemmis dan Taggart, 1998. The Action Research /10/model-pembelajaran-tipe-stad/
Planner, 3rd ed. Victoria : Deaklin
University.

24
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI BAHASA JAWA DI
KELAS VI SD NEGERI PENANGGAL 01 KABUPATEN LUMAJANG

Lilik Endang Pertiwi


Guru SDN Penanggal 05 Kabupaten Lumajang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Mind Mapping dalam
meningkatkan kemampuan menulis narasi bahasa Jawa di kelas VI SD Negeri Penanggal 05
kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang semester genap tahun pelajaran 2014/2015 bulan Januari-
Juni 2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas dua siklus
terdiri dari empat komponen yaitu: planning, Implementing, Observing, dan Reflecting. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Penanggal 05 Kabupaten Lumajang. Jumlah siswa
dalam kelas sebanyak 31 siswa, terdiri dari 15 siswa putra dan 16 siswa putri. Temuan awal
penelitian adalah Kemampuan menulis narasi bahasa Jawa siswa kelas VI SDN Penanggal 05
Lumajang kurang maksimal. Pernyataan tersebut didukung dengan data kemampuan awal menulis
narasi bahasa Jawa yang masih rendah. Sebanyak 26 dari 31 siswa (83,87%) mendapatkan nilai
kategori kurang (5,00). Temuan penelitian pada siklus I adalah kemmpuan menulis narasi bahasa
Jawa siswa dalam pembelajaran mendapatkan rata-rata skor 9,90 yang termasuk dalam kategori cukup
dengan nilai C.Temuan Penelitian Tindakan Siklus II, siklus II keterampilan menulis narasi bahasa
Jawa siswa dalam pembelajaran mendapatkan rata-rata skor 10,81 yang termasuk dalam kategori baik
dengan nilai B.

Kata kunci: kemampuan menulis narasi, model pembelajaran Mind Mapping

Abstract

This study aims to determine the effectiveness of Mind Mapping learning model to improve the ability
to write narrative Java language in sixth grade elementary school districts Candipuro Penanggal 05
Lumajang second semester of 2014/2015 academic year in January-June, 2015.
This study uses a quantitative approach to the two types of classroom action research cycle consists of
four components, namely: Planning, Implementing, Observing and Reflecting. Data collection
technique used participatory observation. Data were analyzed with descriptive statistics. The subjects
were students of class VI SDN Penanggal 05 Lumajang. The number of students in a class by 31
students, consisting of 15 boys and 16 female student. The preliminary findings of research is the
ability to write narrative Java language sixth grade students of SDN 05 Lumajang Penanggal less
than the maximum. The statement was supported by the data early ability to write narrative Java
language is still low. A total of 26 of the 31 students (83.87%) scored less category (5.00). The
findings of the study in the first cycle is kemmpuan narrative writing Java language students in
learning gain an average score of 9.90 that is included in the category enough value C.Temuan Action
Research Cycle II, the second cycle of Java language narrative writing skills of students in getting the
mean average score of 10.81 were included in both categories with a value B

Keywords: narrative writing skills, learning models Mind Mapping

25
PENDAHULUAN untuk menilai kualitas tulisannya. Selain itu
Muatan lokal memiliki peranan penting penulis perlu membaca tulisan lain untuk
dalam peningkatan mutu pendidikan karena mendapatkan ide, memperluas wawasan serta
sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah. memperbanyak perbendaharaan kata. Penulis
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan juga dapat memperoleh informasi untuk
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar tulisannya dari proses menyimak, seperti
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menyimak radio, televisi, diskusi, dan
Menengah menyatakan bahwa muatan lokal wawancara. Seorang penulis akan menjadi
merupakan kegiatan kurikuler untuk pembicara yang 3 baik, karena penulis
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan mengetahui bahasa yang baik dan benar untuk
dengan ciri khas dan potensi daerah, yang berbicara dengan orang lain.
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam Menulis merupakan suatu keterampilan
mata pelajaran yang ada. (Wibawa dalam berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi
Rohmadi dan Hartono 2011). Salah satu mata secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan
pelajaran muatan lokal yang ada di Jawa Timur orang lain. Menurut Nurudin (2010:4) menulis
adalah bahasa Jawa. adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan dalam rangka mengungkapkan gagasan dan
Pendidikan (KTSP) (2006) ruang lingkup mata menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pelajaran bahasa Jawa adalah: (a) kemampuan orang lain agar mudah dipahami. Menurut
berkomunikasi yang meliputi mendengarkan, Suparno dan Yunus (2010:1.4), seseorang tidak
berbicara, membaca, dan menulis; (b) suka menulis karena tidak tahu untuk apa dia
kemampuan menulis huruf Jawa; (c) menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan
meningkatkan kepekaan dan penghayatan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis.
terhadap karya 2 sastra Jawa; dan (d) memupuk Ketidaksukaan tersebut terjadi sebagai akibat dari
tanggung jawab untuk melestarikan hasil kreasi pengaruh lingkungan keluarga dan
budaya sebagai salah satu unsur kebudayaan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran
nasional (Depdiknas 2006:3). menulis atau mengarang di sekolah yang kurang
Tujuan pembelajaran bahasa Jawa adalah: memotivasi dan merangsang minat.
(a) mengenal dan menjadi lebih akrab dengan Menulis merupakan suatu bentuk latihan,
lingkungan alam, sosial, dan budayanya; (b) karena siswa tidak otomatis memiliki
memiliki bekal kemampuan dan keterampilan kemampuan menulis sejak lahir melainkan dari
serta pengetahuan mengenai daerahnya yang proses pembelajaran. Menulis perlu dilatih sejak
berguna bagi dirinya maupun masyarakat dalam dini karena menulis merupakan proses
umumnya; dan (c) memiliki sikap dan perilaku kebahasaan yang rumit. Menulis bukan hanya
yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan menyalin kata-kata, melainkan menuangkan
yang berlaku di daerahnya serta melestarikan dan pikiran dalam bentuk yang terstruktur. Oleh
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya sebab itu, dalam pendidikan dasar kemampuan
setempat dalam rangka menujang pembangunan menulis siswa harus diasah agar siswa mampu
nasional (Aqib 2009:107). menulis dengan baik.
Ada empat komponen dalam keterampilan Menurut Semi (2007) narasi adalah tulisan
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, yang tujuannya menceritakan kronologis
dan menulis. Komponen-komponen tersebut peristiwa kehidupan manusia. Dengan menulis
harus men-dapatkan perhatian yang sama dalam narasi, siswa akan mengembangkan imajinasinya,
pembelajaran bahasa karena keempat aspek menuang-kan gagasannya melalui kata dan
tersebut saling terkait dan saling berpengaruh kalimat. Keterampilan siswa dalam menulis
(Tarigan 2008:1). Keempat keterampilan tersebut narasi bahasa Jawa akan berpengaruh terhadap
diperoleh melalui proses berlatih. kemampuannya berbicara bahasa Jawa, minat
Keterampilan berbicara dan menulis membaca, serta kemampuan menyimak. Dalam
sebagai keterampilan yang produktif, didukung pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa, siswa
oleh keterampilan menyimak dan membaca menuliskan karangan berbahasa Jawa, hal
sebagai keterampilan yang reseptif (Doyin dan tersebut membutuhkan banyak perbendaharaan
Wagiran 2009:11). Ketika aktivitas menulis kosakata bahasa Jawa, sehingga kosakata yang
berlangsung, penulis dapat bertindak sebagai digunakan dalam karangan beranekaragam dan
pembaca. Saat membaca karangannya, penulis tidak diulang-ulang. Selain itu aspek ejaan dan
akan membayangkan dirinya sebagai pembaca tanda baca, struktur kalimat seperti jejer, wasesa,
26
dan lesan, serta kerapian juga harus diperhatikan. Metode Mind Mapping (peta pikiran) ini berupa
Dengan menguasai kemampuan menulis narasi, urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak
siswa akan lebih mudah untuk menuliskan ide, mengingat informasi dalam bentuk gambar,
pengetahuan dan gagasannya sehingga akan simbol, dan perasaan. Otak menyimpan informasi
memberikan hasil optimal pada setiap dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan
pembelajaran yang dilakukan. cabang dan rantingnya.
Permasalahan mengenai kurangnya Penerapan metode Mind Mapping akan
kemampuan menulis narasi bahasa Jawa juga meningkatkan pembelajaran bahasa Jawa di SDN
terjadi pada siswa kelas VI SDN Penanggal 05 Penanggal 05 Lumajang. Siswa akan lebih aktif,
Lumajang. Berdasarkan hasil refleksi awal yang kreatif, dan dapat bekerjasama dalam kelompok.
dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator yaitu Perbendaharaan kosakata bahasa Jawa siswa akan
guru kelas VI SDN Penanggal 05 Lumajang, bertambah melalui interaksi dalam kelompok.
peneliti menemukan bahwa keterampilan menulis Melalui Mind Mapping, siswa dapat berkreasi
narasi bahasa Jawa kurang maksimal. Guru menggunakan gambar, warna dan penanda visual
kurang terampil dalam mengorganisasikan yang memudahkan siswa untuk berkonsentrasi.
strategi pembelajaran, sehingga siswa kurang metode Mind Mapping membebaskan siswa
dapat berimajinasi dan menuliskan gagasannya untuk mengembangkan ide dan gagasan mereka
dalam bentuk tulisan. Ketika guru menugaskan sesuai dengan karakter masing-masing/
siswa untuk membuat karangan narasi, sebagian Menurut Buzan (2004) kelebihan mind
besar siswa merasa bingung tentang bagaimana mapping adalah dapat membantu siswa untuk
memulai cerita, apa yang akan ditulis belajar, mengatur dan menyimpan sebanyak
selanjutnya, dan bagaimanakah mengakhiri mungkin informasi yang diinginkan, serta dapat
cerita. menggolongkan informasi tersebut secara wajar
Kemampuan menulis narasi bahasa Jawa sehingga memungkinkan siswa untuk mendapat
siswa kelas VI SDN Penanggal 05 Lumajang akses seketika (daya ingat sempurna) atas segala
kurang maksimal. Pernyataan tersebut didukung yang diinginkan. Dengan mind mapping setiap
dengan data kemam-puan awal menulis narasi informasi baru yang masuk ke dalam
bahasa jawa yang masih rendah. Sebanyak 26 perpustakaan siswa akan secara otomatis
dari 31 siswa (83,87%) mendapatkan nilai mengaitkan diri pada segala informasi yang
kategori kurang (5,00). Berdasarkan data awal sudah berada di dalamnya. Dengan terdapat
tersebut maka proses pembelajaran perlu semakin banyak kail-kail memori yang melekat
ditingkatkan kualitasnya supaya siswa lebih pada setiap untai informasi di dalam kepala,
terampil menulis narasi bahasa Jawa. semakin mudah bagi siswa untuk memancing
Hal tersebut terjadi sebagai akibat guru keluar informasi apa saja yang siswa perlukan.
salah dalam memilih metode pembelajaran. Dengan mind mapping , semakin banyak yang
Selama ini pembelajaran hanya terfokus pada siswa ketahui dan belajar, akan menjadi semakin
guru, siswa tidak dilibatkan dalam pembelajaran. mudah untuk belajar dan mengetahui lebih
Pembela-jaran cenderung verbalistik/ hafalan banyak lagi.
karena guru menerapkan metode yang tidak Langkah-langkah aplikasi mind mapping
variatif. Termasuk guru belum optimal dalam dalam pembelajaran antara lain:1) Mulai dari
memanfaatkan media pelajaran yang ada. bagian tengah permukaan kertas kosong, untuk
Berdasarkan permasalahan terse-but solusi memberi keleluasaan bagi cara kerja otak untuk
yang diharapkan dapat mengatasi masalah memencar kesegala arah, 2) Gunakan sebuah
tersebut yaitu dengan menggunakan model mind gambar untuk gagasan sentral, karena suatu
mapping. Pemanfaatan mind mapping merupakan gambar bernilai seribu kata dan membantu siswa
salah satu alternative yang diharapkan dapat untuk menggunakan imajinasi, 3) Gunakan warna
meningkatkan kreativitas siswa dan hasil belajar pada seluruh mind mapping, 4) Hubungkan
siswa. Menurut Porter Mind mapping adalah cabang-cabang utama ke gambar sentral dan
metode mencatat kreatif yang memanfaatkan hubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan
keseluruhan otak dengan menggunakan citra ketiga pada tingkat pertama dan kedua dan
visual dan prasarana grafis lainnya untuk seterusnya. 5) Buatlah cabang-cabang mind
membentuk kesan. mapping berbentuk melengkung bukan garis
Metode Mind Mapping adalah cara lurus, 6)Gunakan satu kata kunci per baris, 7)
mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah Gunakan gambar di seluruh mind
akan memetakan pikiran (Buzan 2012: 4). mapping.(setiap gambar bernilai seribu kata).
27
Sedangkan yang diperlukan untuk membuat mind untuk menggunakan imajinasi, 3) Gunakan warna
mapping antara lain: 1)Kertas kosong, 2) Pena pada seluruh mind mapping, 4) Hubungkan
dan pensil warna, 3) Otak, dan 4) Imajinasi. cabang-cabang utama ke gambar sentral dan
Berdasarkan latar belakang di atas hubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan
rumusan masalah dalam riset ini adalah: ketiga pada tingkat pertama dan kedua dan
Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis seterusnya. 5) Buatlah cabang-cabang mind
narasi dalam bahasa Jawa di kelas VI SDN mapping berbentuk melengkung bukan garis
Penanggal 05 melalui penerapan model lurus, 6)Gunakan satu kata kunci per baris, 7)
pembelajaran mind mapping semester genap Gunakan gambar di seluruh mind
tahun pelajaran 2014/2015. mapping.(setiap gambar bernilai seribu kata).
Adapun tujuan penelitian dalam riset ini Sedangkan yang diperlukan untuk membuat mind
adalah: Untuk mengetahui peningkatan mapping antara lain: 1)Kertas kosong, 2) Pena
kemampuan menulis narasi dalam bahasa Jawa di dan pensil warna, 3) Otak, dan 4) Imajinasi.
kelas VI SDN Penanggal 05 melalui penerapan Penerapan model Mind Mapping dalam
model pembelajaran mind mapping semester pembelajaran Bahasa Jawa Salah satu materi
genap tahun pelajaran 2014/2015. pembelajaran bahasa Jawa kelas VI adalah
menulis karangan narasi. Penggunaan metode
Model Pembelajaran Mind Mapping Mind Mapping akan menarik perhatian siswa dan
memperjelas pembelajaran sehingga mudah
1. Memahami Model Pembelajaran Mind dipahami dan diingat oleh siswa. Prosedur
Mapping pembelajaran menggunakan model Mind
De Porter (1999) mengemukakan mind Mapping yaitu: a. Siswa bersama guru memilih
mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan ide/ gagasan cerita kemudian menuliskannya di
otak dengan menggunakan citra visual dan tengah selembar kertas kosong. b. Guru
prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. membantu siswa untuk mengembangkan gagasan
Mind mapping berupa pola gagasan yang saling pokok tersebut
berkaitan dengan topik utama berada di tengah- dengan menuliskan kata tanya kapan, dimana,
tengah sedangkan sub topik dan perincian siapa, mengapa, dan bagaimana. c. Siswa
menjadi cabang-cabangnya. Mind mapping mengembangkan Mind Mapping kerangka
terbaik adalah peta pikiran yang warna warni dan karangannya dengan menambahkan keterangan
menggunakan banyak gambar dan simbol, di setiap cabang. d. Siswa memberikan warna,
sehingga tampak seperti karya seni. simbol dan gambar yang menarik pada Mind
Buzan (2012), mind mapping merupakan Mapping kerangka karangannya. e. Setelah siswa
cara paling mudah untuk mema-sukkan informasi selesai membuat Mind Mapping kerangka
ke dalam otak, dan untuk mengambil informasi karangannya, baru diberikan tugas untuk
dari otak. membuat cerita berdasarkan Mind Mapping
Kehebatan mind mapping antara lain: kerangka karangan yang telah dibuat. f. Ide yang
1)sebagai sistem akses dan pengambilan kembali muncul di tengah aktivitas menulis dapat
data yang sungguh hebat bagi perpustakaan dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting
raksasa yang ada di otak kita yang menakjubkan, mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya
2) Membantu siswa belajar, mengatur, dan ditambahkan dalam karangan cerita.
menyimpan sebanyak mungkin informasi yang 3. Kemampuan Menulis.
diinginkan. (siswa dapat akses seketika/daya Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa
ingat yang sempurna), 3) semakin banyak yang Menulis adalah proses kreatif memindahkan
siswa ketahui dan belajar akan semakin mudah gagasan ke dalam lambang tulisan untuk
untuk belajar dan mengetahui lebih banyak lagi. menyampaikan pesan. Pendapat peneliti tersebut
2. Langkah-langkah Penerapan Model didukung oleh Suparno dan Yunus (2009) yang
Pembelajaran Mind Mapping menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan
Langkah-langkah aplikasi mind mapping penyampaian pesan (komunikasi) dengan
dalam pembelajaran antara lain:1) Mulai dari menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
bagian tengah permukaan kertas kosong, untuk medianya. Menurut Semi (2007) menulis
memberi keleluasaan bagi cara kerja otak untuk merupakan suatu proses kreatif memindahkan
memencar kesegala arah, 2) Gunakan sebuah gagasan dalam lambang-lambang tulisan.
gambar untuk gagasan sentral, karena suatu Sedangkan menurut Doyin dan Wagiran (2009)
gambar bernilai seribu kata dan membantu siswa menulis merupakan salah satu keterampilan
28
berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi data menggunakan observasi partisipasi. Data
secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu dianalisis dengan statistic deskriptif. Riset ini
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Penulis dilaksanakan di SDN Penanggal 05 04
harus terampil memanfaatkan grafologi, Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang,
kosakata, struktur kalimat, pengembangan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015
paragraf, dan logika berbahasa. sampai dengan Juni 2015.
Menulis merupakan suatu bentuk latihan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI
karena siswa tidak otomatis memiliki SDN Penanggal 05 Kabupaten Lumajang,
kemampuan menulis sejak lahir melainkan dari semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
proses pembelajaran. Jumlah siswa dalam kelas sebanyak 31 siswa,
Menulis perlu dilatih sejak dini karena terdiri dari 15 siswa putra dan 16 siswa putri.
menulis merupakan proses kebahasaan yang Instrumen yang dikembangkan dalam PTK
rumit. Menulis bukan hanya menyalin kata-kata, ini adalah: Lembar observasi/pengamatan
melainkan menuangkan pikiran dalam bentuk kemampuan menulis narasi yang disusun peneliti
yang terstruktur. Oleh sebab itu dalam dengan memperhatikan aspek atau indikator pada
pendidikan dasar kemampuan menulis siswa variabel aktivitas belajar dalam pembelajaran
harus diasah agar siswa mampu menulis dengan pendidikan agama islam dengan menggunakan
baik. model mind mapping.
4. Kemampuan Menulis Narasi Pada penelitian ini pengumpulan data
Karangan narasi merupakan suatu karangan dilakukan dengan cara: Observasi, yang
yang menceritakan suatu kejadian dengan urutan dilakukan oleh peneliti dan guru. Observasi
waktu. Pendapat peneliti tersebut didukung oleh tersebut dilakukan untuk merekam kemampuan
Nurudin (2010) yang menyatakan bahwa menulis narasi bahasa jawa siswa selama
karangan narasi adalah bentuk tulisan yang pembelajaran.
berusaha menciptakan, mengisahkan,
merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau Siklus I
yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Sebelum pelaksanaan tindakan guru
Sedangkan menurut Semi (2007) narasi adalah menelaah materi pelajaran menulis narasi bahasa
tulisan yang tujuannya menceritakan kronologis Jawa yang akan dilakukan. Menyusun RPP
peristiwa kehidupan manusia. dengan materi menulis narasi bahasa Jawa
Berdasarkan definisi tersebut, ciri-ciri tulisan bertema kesenangan dan skenario pembelajaran
narasi adalah: 1) tulisan berisi cerita tentang melalui metode Mind Mapping. Mempersiapkan
kehidupan manusia; 2) peristiwa kehidupan sumber dan media pembelajaran. Mempersiapkan
manusia yang diceritakan boleh merupakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas
kehidupan nyata, imajinasi atau gabungan siswa. Memper-siapkan alat penilaian
keduanya; 3) cerita memiliki nilai keindahan, kemampuan menulis narasi. Mempersiapkan
baik isinya maupun penyajiannya; 4) terdapat lembar catatan lapangan
konflik dalam peristiwa, yaitu pertentangan Pada pelaksanaan ini pembelaja-ran
kepentingan, kemelut, atau kesenjangan antara bahasa Jawa dengan materi cara menulis
harapan dan kenyataan. Karangan narasi meliputi karangan narasi dengan tema kesenangan (hobby)
apa peristiwa yang terjadi, di mana dan kapan di kelas VI SDN Penanggal 05 kabupaten
peristiwa berlangsung, siapa pelakunya, mengapa Lumajang, untuk siklus I dilaksanakan satu kali
terjadi dan bagaimana kejadiannya. Oleh sebab pertemuan pada hari Senin, 9 Maret 2015, jam ke
itu perlunya karangan narasi dipelajari oleh siswa 4-5, pukul 09.15-10.35 WIB, dihadiri oleh 31
agar siswa dapat menceritakan kejadian yang siswa. Proses pembelajaran tersebut terdiri dari
pernah dialaminya, menyampaikan pesan yang tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
ingin disampaikan serta membentuk imajinasi dan kegiatan akhir.
siswa. Pada kegiatan awal Guru melakukan
apersepsi dan menyampaikan tema pembelajaran.
METODE PENELITIAN Apersepsi dilakukan dengan memberikan
Penelitian ini tergolong penelitian pertanyaan tentang hobi apa yang dimiliki siswa
tindakan kelas (PTK) dua siklus terdiri dari dan alasan mengapa menyukai hobi tersebut.
empat komponen yaitu: planning, Implementing, Siswa sudah berani mengacungkan tangan dan
Observing, dan Reflecting. Teknik pengumpulan menjawab pertanyaan guru. Guru menanyakan
29
kembali materi yang telah dipelajari pada mengumpulkan hasil mind mapping yang telah
pertemuan sebelumnya. Saat guru bertanya dibuat. Setelah itu guru dan siswa menyimpulkan
tentang pengertian karangan narasi, hanya ada secara bersama-sama hasil kegiatan yang telah
satu siswa yang berani menjawab, itu pun dengan dikerjakan tadi. Sebagai akhir pelajaran guru
ragu-ragu. Saat guru menanyakan kalimat tanya memberikan post tes dengan membagi lembar
apakah yang biasa digunakan dalam membuat soal pilihan ganda untuk dikerjakan siswa.
pertanyaan, sebagian besar siswa menjawab Tujuan pemberian tes ini adalah untuk
secara bersama-sama. mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
Pada kegiatan inti Siswa mengamati pelajaran tadi.
gambar Mind Mapping yang ditunjukkan guru, Peta pikiran pada siklus I dibuat secara
kemudian siswa dan guru melakukan tanya jawab individu. Seluruh siswa membuat peta pikiran
mengenai Mind Mapping tersebut. Siswa dan dengan warna hitam karena guru tidak
guru bersama-sama membuat Mind Mapping menyediakan pensil warna untuk semua siswa.
dengan tema hobi yang digemari siswa. Guru Revisi yang dilakukan untuk pelaksanaan
menuliskan ide-ide yang dibuat bersama siswa ke tindakan siklus II adalah sebagai berikut. a. Guru
dalam Mind Mapping. jangan terburu-buru dalam melaksanakan
Siswa dikelompokkan menjadi enam pembelajaran di kelas, lebih mengatur volume
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari suara dan kecepatan berbicara serta penekanan
5-6 siswa, kemudian siswa mendiskusikan pada materi yang penting. b. Guru lebih
lembar kerja siswa untuk membuat karangan mempersiapkan dalam memberikan penguatan
narasi bahasa Jawa berdasarkan Mind Mapping kepada siswa agar aktivitas siswa dalam
yang telah dibuat bersama. Guru membimbing pembelajaran semakin meningkat.c.Guru
siswa dalam penyusunan karangan narasi. mengadakan pendeka-tan secara pribadi kepada
Beberapa kelompok membuat cerita sendiri tidak siswa yang hasil belajar dan aktivitasnya kurang,
sesuai dengan Mind Mapping yang telah dibuat guru perlu memberikan nasihat, memberita-
bersama-sama, namun guru menghargai dan hukan kesalahan dan bagaimana cara
memancing siswa untuk menggali ide kreatif memperbaikinya.
untuk dituliskan dalam karangan narasi bahasa
Jawa mereka Perwakilan siswa dari setiap Siklus II
kelompok membacakan hasil karangannya di Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pada
depan kelas, siswa lain memperhatikan dan siklus II ada perbaikan antara lain: menyusun
menanggapi. Suasana kelas yang ramai dan suara instrumen penelitian, memberi contoh model
siswa saat membaca karangan yang pelan mind mapping yang telah jadi yang ada unsur
membuat tidak semua siswa dapat mendengarkan gambar, kata kunci dan warnanya digunakan
hasil karya temannya, oleh karena itu guru sebagai bahan informasi kepada siswa. Guru juga
mengulang membacakan karangan siswa agar menyiapkan bacaan. Pada siklus II ini
seluruh siswa dalam kelas dapat mendengar. pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
Guru memberikan penguatan verbal dan gestural model mind mapping yang diperlukan antara
kapada siswa yang berani mempresentasikan lain: kertas kosong/kertas manila, pena/pensil,
hasil diskusinya dan berani menanggapi hasil pensil warna, otak, dan imajinasi siswa dan
diskusi kelompok lain. Setelah itu guru menambah waktu untuk pembuatan mind
mengkonfirmasikan presentasi hasil diskusi mapping.
kelompok. Siswa diberikan kesempatan bertanya Pada siklus II, siswa membuat karangan
tentang materi yang belum dipahami narasi secara berkelompok dan secara individu
Pada kegiatan akhir siswa dan guru pada saat evaluasi.
bersama-sama menyimpulkan materi dilanjutkan Pada pelaksanaan ini pembelajaran bahasa
dengan kegiatan evaluasi. Setelah itu guru Jawa dengan materi menulis narasi dengan tema
memberikan umpan balik tentang gambaran hasil pariwisata di kelas VI SDN Penanggal 05
belajar siswa pada hari ini dan memberikan pesan kabupaten Lumajang, untuk siklus II
kepada siswa agar belajar lagi di rumah dan tidak dilaksanakan satu kali pertemuan pada hari
takut dalam menulis karangan narasi bahasa Senin, tanggal 16 Maret 2015, jam ke 4-5, pukul
Jawa. 09.15-10.35 WIB, dihadiri oleh 31 siswa. Proses
Guru memberi kesempatan kepada siswa pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan
untuk menyampaikan hambatan/ kesulitan yang yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
dialami selama proses pembelajaran. Siswa akhir.
30
Pada kegiatan awal guru mengawali (2) Masih ada gambar/simbol yang kurang sesuai
dengan membuka pelajaran dengan memberi dengan kata kunci, (3) penulisan kata kunci pada
salam kepada siswa, sementara ada kolaborator cabang dan ranting mind mapping yang sudah
yang membantu mengamati jalannya tepat, (4) penggunaan warna mulai bervariasi, (4)
pembelajaran dan duduk di tempat yang tersedia. Keterbacaan mind mapping cukup, dan (5) Hasil
Setelah itu guru mengisi presensi dan jurnal belajar siswa termasuk kategori baik
kelas. Kemudian guru memberikan apersepsi dan Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan
motivasi tentang materi pelajaran yang dibahas yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan
agar siswa termotivasi dalam mengikuti diperoleh beberapa catatan penting sebagai
pembelajaran, Selain itu juga guru menuliskan berikut: (1) Dalam membuat mind mapping siswa
tujuan pembelajaran dipapan tulis agar siswa sudah cabang dan ranting harus ada satu gambar
tahu tujuan yang hendak dicapai dalam dan satu kata kunci, (2) mind mapping yang
pembelajaran saat itu. dibuat sudah banyak menggunakan unsur warna
Pada kegiatan inti guru menjelaskan karena siswa membawa pensil warna, (3) Hasil
langkah-langkah yang akan dilakukan, belajar ada peningkatan, (4) Siswa sudah
sementara siswa berkumpul bersama memahami langkah-langkah dalam membuat
kelompoknya masing-masing. Guru memberi mind mapping yang benar dan (5) Keterbacaan
petunjuk tentang kegiatan yang akan dilakukan, mind mapping yang dibuat siswa sudah baik.
Guru menjelaskan langkah-langkah mind Data tentang kemampuan menulis narasi
mapping, Guru menyuruh siswa bersama bahasa Jawa dengan menggunakan model
kelompok untuk menyiapkan pena, pensil warna, pembelajaran mind mapping diperoleh melalui
dan kertas kosong, Guru mengkoordinasi siswa observasi. Pada penelitian ini observasi dilakukan
bersama kelompok tentang tugas-tugas yang sebanyak dua kali, yaitu proses pembelajaran
harus dilakukan dalam menyusun mind mapping. siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui besarnya
Pada saat siswa menggambar guru dibantu guru peningkatan kemampuan menulis narasi bahasa
lain untuk melakukan pengamatan kreativitas Jawa pada siklus I dengan siklus II, maka nilai
siswa dengan menggunakan lembar instrumen kemampuan menulis narasi pada siklus I akan
observasi, Guru menyuruh salah satu kelompok dibandingkan dengan nilai kemampuan menulis
maju ke depan untuk menempelkan mind narasi bahasa jawa pada siklus II dengan melihat
mapping di papan tulis dan mempresentasikan di rata-rata dari keseluruhan kemampuan menulis
depan kelas sesuai dengan gambar dan kata kunci narasi pada siklus I dan siklus II.
yang tertera pada mind mappingnya. Siswa yang Data nilai kemampuan menulis narasi
lain memperhatikan dan menanggapi. siklus I dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Pada kegiatan akhir guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan Tabel 1. Skor Kemampuan Menulis Narasi
hambatan/kesulitan yang dialami selama proses Bahasa Jawa Siklus II
pembelajaran. Siswa mengumpulkan hasil mind
mapping yang telah dibuat. Setelah itu guru dan Frekwensi
siswa menyimpulkan secara bersama-sama hasil No Indikator Skor Jml Rata2
kegiatan yang telah dikerjakan tadi. Sebagai akhir 1 2 3
pelajaran guru memberikan post tes dengan 1 Ejaan dan 15 10 6 51 1,65
membagi lembar soal pilihan ganda untuk tanda
dikerjakan siswa. Tujuan pemberian tes ini baca
adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa 2 Kosakata 15 16 - 49 1,58
setelah mengikuti pelajaran tadi. 3 Struktur 7 20 4 62 2,00
Observasi yang dilakukan pada kalimat
pembelajaran siklus II menyangkut pelaksanaan 4 Hubungan 1 21 9 73 2,35
kegiatan pembelajaran yaitu apakah telah sesuai tema dan
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. isi
Semua proses pembelajaran berlangsung peneliti 5 Kerapian 5 11 15 72 2,32
dan teman sejawat melakukan pengamatan dan 307 9,90
penilaian terhadap kemampuan menulis narasi Kategori Cukup
bahasa Jawa. Adapun hasil pengamatan tersebut
antara lain: (1) Kemampuan menciptakan
ilustrasi gambar sudah sesuai dengan kata kunci,
31
Berdasarkan Tabel 1 di atas perolehan siswa yang memperoleh skor 1, 11 siswa
skor setiap indikator di atas dipaparkan secara mendapat skor 2, dan 15 siswa mendapat skor 3.
lebih rinci sebagai berikut. Rata-rata skor untuk indikator ini yaitu 2,32.
a. Ejaan dan tanda baca Berdasarkan uraian tersebut, siklus I
Aspek dalam indikator ejaan dan tanda kemmpuan menulis narasi bahasa Jawa siswa
baca yaitu ketepatan penulisan ejaan dan tanda dalam pembelajaran mendapatkan rata-rata skor
baca. Sebagian besar siswa sudah tepat dalam 9,90 yang termasuk dalam kategori cukup dengan
menggunakan huruf kapital, namun mereka nilai C.
sering melupakan tanda baca seperi tanda titik Sedangkan data nilai kemampuan
dan tanda koma. Hal inilah yang menyebabkan menulis narasi siklus II dapat dilihat pada tabel 2
siswa banyak melakukan kesalahan dalam di bawah ini.
menuliskan ejaan dan tanda baca. Perolehan skor Tabel 2. Skor Kemampuan Menulis Narasi
untuk indikator ini terdapat 15 siswa yang Bahasa Jawa Siklus II
memperoleh skor 1, 10 siswa mendapat skor 2,
dan 6 siswa mendapat skor 3. Rata-rata skor Frekwensi
untuk indikator ini yaitu 1,65. No Indikator Skor Jml Rata2
b. Kosakata 1 2 3
Aspek dalam indikator kosakata yaitu 1 Ejaan dan 9 7 15 60 1,94
ketepatan dalam penggunaan ragam Jawa. Masih tanda
banyak siswa yang menggunakan kata dalam baca
bahasa Indonesia maupun bahasa dialek yang 2 Kosakata 7 23 1 56 1,81
biasa diucapkan sehari-hari. Perolehan skor untuk 3 Struktur 5 20 6 63 2,03
indikator ini terdapat 15 siswa yang memperoleh kalimat
skor 1, 16 siswa mendapat skor 2 . Rata-rata skor 4 Hubungan - 9 22 84 2,71
untuk indikator ini yaitu 1,58. tema dan
c. Struktur kalimat isi
Aspek dalam indikator struktur kalimat 5 Kerapian 4 13 14 72 2,32
yaitu ketepatan dalam penggunaan jejer, wasesa, 335 10,81
dan lesan. Banyak siswa yang menulis kalimat Kategori Baik
terpotong-potong maupun menulis kalimat yang Berdasarkan tabel 4.5. Perolehan skor
sangat panjang sehingga sulit dipahami. Sebagian setiap indikator di atas dipaparkan secara lebih
besar siswa menulis karangan hanya satu rinci sebagai berikut.
paragraf. Perolehan skor untuk indikator ini a. Ejaan dan tanda baca
terdapat 7 siswa yang memperoleh skor 1, 20 Sebagian besar siswa sudah tepat dalam
siswa mendapat skor 2, dan 4 siswa mendapat menggunakan huruf kapital, namun mereka
skor 3. Rata-rata skor untuk indikator ini yaitu sering melupakan tanda baca seperi tanda titik
2,00. dan tanda koma. Hal inilah yang menyebabkan
d. Hubungan tema dan isi siswa banyak melakukan kesalahan dalam
Deskriptor untuk indikator ini yaitu menuliskan ejaan dan tanda baca. Perolehan skor
kesesuaian antara tema, isi, dan judul. Siswa untuk indikator ini terdapat 9 siswa yang
sudah mampu membuat karangan narasi yang memperoleh skor 1, 7 siswa mendapat skor 2,
sesuai dengan tema, namun sebagian besar siswa dan 15 siswa mendapat skor 3. Rata-rata skor
lupa menuliskan judul pada karangannya. untuk indikator ini yaitu 1,94.
Perolehan skor untuk indikator ini terdapat 1 b. Kosakata
siswa yang memperoleh skor 1, 21 siswa Masih banyak siswa yang menggunakan
memperoleh skor 2, dan 9 siswa mendapat skor kata dalam bahasa Indonesia maupun bahasa
3. Rata-rata skor untuk indikator ini yaitu 2,35. dialek yang biasa diucapkan sehari-hari.
e. Kerapian Perolehan skor untuk indikator ini terdapat 7
Deskriptor untuk indikator kerapian yaitu siswa yang memperoleh skor 1, 23 siswa
ketepatan dalam penulisan paragraf dan penulisan mendapat skor 2, dan 1 siswa mendapat skor 3.
ukuran huruf. Banyak siswa tidak menulis awal Rata-rata skor untuk indikator ini yaitu 1,81.
paragraf dengan menjorok ke dalam. Ukuran c. Struktur kalimat
huruf kapital dan huruf kecil pun terkadang Aspek dalam indikator struktur kalimat yaitu
dituliskan sama besar, sehingga sulit dibedakan. ketepatan dalam penggunaan jejer, wasesa, dan
Perolehan skor untuk indikator ini terdapat 5
32
lesan. Banyak siswa yang menulis kalimat menulis narasi siswa 10,81 (baik) sehingga dapat
terpotong-potong maupun menulis kalimat yang disimpulkan dengan menggunakan model mind
sangat panjang sehingga sulit dipahami. Sebagian mapping dapat meningkatkan kemampuan
besar siswa menulis karangan hanya satu menulis narasi bahasa jawa yaitu siklus I ke
paragraf. Perolehan skor untuk indikator ini siklus II sebesar 1,13
terdapat 5 siswa yang memperoleh skor 1, 20
siswa mendapat skor 2, dan 6 siswa mendapat KESIMPULAN
skor 3. Rata-rata skor untuk indikator ini yaitu Berdasarkan pemaparan hasil penelitian
2,03. di atas dapat disimpulkan bahwa: Model Mind
d. Hubungan tema dan isi Mapping dapat meningkatkan kemampuan siswa
Siswa sudah mampu membuat karangan dalam menulis narasi bahasa Jawa siswa di kelas
narasi yang sesuai dengan tema, namun sebagian VI SDN Penanggal 05 Kabupaten Lumajang.
besar siswa lupa menuliskan judul pada Hal tersebut terbukti dari hasil observasi pada
karangannya. Perolehan skor untuk indikator ini siklus I diketahui rata-rata kemampuan menulis
terdapat 9 siswa memperoleh skor 2, dan 22 narasi bahasa Jawa termasuk kategori cukup dan
siswa mendapat skor 3. Rata-rata skor untuk terjadi peningkatan pada siklus II dengan
indikator ini yaitu 2,71. kategori baik
e. Kerapian
Banyak siswa tidak menulis awal paragraf DAFTAR PUSTAKA
dengan menjorok ke dalam. Ukuran huruf kapital Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
dan huruf kecil pun terkadang dituliskan sama Bandung: CV. Yrama Widya.
besar, sehingga sulit dibedakan. Perolehan skor Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Mapping.
untuk indikator ini terdapat 4 siswa yang Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
memperoleh skor 1, 13 siswa mendapat skor 2, DePorter, Bobbi. 2002. Quantum Teaching.
dan 14 siswa mendapat skor 3. Rata-rata skor Boston: Allyn Bacon.
untuk indikator ini yaitu 2,32. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan
Berdasarkan uraian tersebut, siklus II Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Tentang
keterampilan menulis narasi bahasa Jawa siswa Standar Isi.
dalam pembelajaran mendapatkan rata-rata skor Doyin, Mukh dan Wagiran.2009. Bahasa
10,81 yang termasuk dalam kategori baik dengan Indonesia Pengantar Penulisan Karya
nilai B. Ilmiah. Semarang:Universitas Negeri
Semarang Press
100
80
Nurudin. 2010. Dasar-dasar Penulisan. Malang:
60
UMM Press
40 Rohmadi, Muhammad dan Hartono, Lili. 2011.
20 Kajian Bahasa, Sastra dan Budaya
0
SIKLUS I SIKLUS II
Jawa: Teori dan
Rata2 Pembelajarannya.Surakarta: Pelangi
Kemampuan 9,9 87,5
Menulis Narasi Press
Semi, Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan
Rata2 Kemampuan Menulis Narasi
Menulis. Bandung: Angkasa
Gambar 1 Suparno dan Mohamad Yunus. 2009.
Grafik peningkatan rata-rata kemampuan menulis Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
narasi Bahasa Jawa Siklus I dan II Universitas Terbuka
Tarigan. H.G. (2008). Menulis sebagai suatu
Berdasarkan paparan data di atas, berikut keterampilan berbahasa. Bandung:
ini dikemukakan temuan penelitian Data Angkasa Bandung.
kemampuan menulis narasi bahasa Jawa yang Abidin, Yunus. 2010. Strategi Membaca Teori
dikumpulkan melalui pengamatan yang dan Pembelajaranya. Bandung: Risqi Press.
dilakukan sebanyak dua kali , yaitu akhir siklus I,
dan siklus II. Hasil analisis rata-rata kemampuan
menulis narasi bahasa Jawa siswa secara
keseluruhan dapat dikemukakan sebagai berikut:
(1) pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa 9,68
(cukup), (2) pada siklus II rata-rata kemampuan
33
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn DI KELAS VI SD NEGERI
PENANGGAL 01 KABUPATEN LUMAJANG

Bambang Hariyanto
Guru SDN Penanggal 01 Kabupaten Lumajang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan efektifitas model pembelajaran Cooperative
Script dalam meningkatkan hasil belajar PKn pada materi pemerintahan pusat dan daerah di kelas VI
SD Negeri Penanggal 01 kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang semester I tahun pelajaran
2015/2016, tepatnya pada bulan Juli-Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI
sebanyak 33 siswa, terdiri dari 16 siswa putra dan 17 siswa putri.Temuan penelitian pada siklus I
adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dimana rata-rata pada hasil belajar awal sebesar 57,88
meningkat menjadi 76,36 pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa dimana
rata-rata pada siklus I sebesar 76,36 meningkat menjadi 89,70 pada siklus II sehingga terjadi
peningkatan 13,34. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative
Script efektif dapat meningkatkan hasil belajar PKn khususnya pada materi pemerintahan pusat dan
daerah di kelas VI SDN Penanggal 01 semester I tahun pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: hasil belajar, model Cooperative Script

Abstract
This study aims to determine the effectiveness of an increase learning model Cooperative Script in
improving learning outcomes Civics on the material central and local governments in the sixth grade
elementary school districts Penanggal 01 Candipuro Lumajang first semester of 2015/2016 academic
year, precisely in July-December 2015. Subject this research was grade VI as many as 33 students,
consisting of 16 boys and 17 students putri.Temuan study in the first cycle is an increase in student
learning outcomes in which the average on the results of the initial learning of 57.88 increased to
76.36 in cycle I. in the second cycle occurs improving student learning outcomes in which the average
on the first cycle of rising 76.36 to 89.70 in the second cycle so that an increase of 13.34. It can be
concluded that the model effective Cooperative Script learning can improve learning outcomes Civics
especially in central and local government matter in the sixth grade SDN 01 Penanggal first semester
of the school year 2015/2016.

Keywords: learning outcomes, the model Cooperative Script

34
PENDAHULUAN kewarganegaraan adalah untuk memberikan
Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang kompetensi – kompetensi sebagai berikut : (a)
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 37 berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menanggapi isu kewarganegaraan, (b)
(PKn) adalah mata pelajaran wajib untuk jenjang berpartisipasi secara berutu dan bertanggung
sekolah dasar. Dengan pernyataan ini PKn jawab dan bertindak secara cerdas dalam
memiliki dasar hukum yang sangat kuat dan kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
wajib tidak saja untuk diselenggarakan tetapi bernegara, (c) berkembang secara positif dan
juga dikembangkan sesuai dengan tuntutan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
perubahan zaman. Pendidikan kewarganegaraan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
sebagai suatu wahana mencerdaskan bangsa dapat hidup dengan bangsa-bangsa lainya, (d)
sebagaimana menjadi tujuan nasional di dalam berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
pembukaan UUD 1945 harus mampu menbentuk percaturan dunia secara langsung atau tidak
warganegara yang kritis dan reflektif yang langsung dengan memanfaatkan teknologi
merupakan warga negara yang cerdas, informasi dan komunikasi.ar belum sesuai
bertanggung jawab, memiliki komitmen yang dengan tuntutan kurikulum yaitu pembelajaran
tinggi, dan memiliki kompetensi untuk terus yang terpusat pada siswa
berpartisipasi aktif memajukan kehidupan Berdasarkan hasil dokumentasi pada
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. mata pelajaran PKn, rata-rata hasil belajar awal
Menurut kurikulum SD/ MI yang siswa kelas VI SDN Penanggal 01 sebesar 57,88
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional kurang dari KKM yang ditentukan sekolah yaitu
pendidikan (2011) menjelaskan sebagai berikut. 75. Dengan perincian dari 33 siswa terdapat 5
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa (15,15 %) mendapat nilai ≥ 80 dan 28
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan siswa (84,85%) mendapat nilai ≤ 80. Rendahnya
pada pembentukan warganegara yang memahami hasil belajar tersebut disebabkan dari faktor siswa
dan mampu melaksanakan hak-hak dan dan faktor guru. Dari faktor siswa antara lain:
kewajibannya untuk menjadi warganegara siswa tidak konsentrasi, minat baca buku
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter reverensi rendah, siswa tidak memahami materi,
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD sering tidak mengerjakan tugas/PR, dan minat
1945. belajar yang rendah dan kenyataannya tersebut
Fungsi dari pendidikan Kewarganegaraan jelas bahwa siswa sulit menerima pembelajaran
(PKn) yaitu sebagai wahana untuk membentuk PKn yang akhirnya berdampak pada hasil
warga Negara yang cerdas, terampil dan belajarnya yang rendah.
berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Dari faktor guru antara lain kurang
Indonesia dengan mereflesikan dirinya dalam memperhatikan kemampuan siswa sehingga
kebiasaan berpikir, bertindak sesuai dengan mereka kecewa dengan hasil belajar yang dicapai
amanat Pancasila dan UUD 1945. oleh siswanya. Di samping itu metode
Tujuan dari pendidikan Kewarganegaraan pembelajaran yang dterapkan guru kurang
(PKn) adalah agar peserta didik memiliki variatif atau guru cenderung mendominasi dalam
kemampuan: (1) berfikir secara kritis, rasional pembelajaran. Akibatnya siswa pasip dan banyak
dan kreatif dalam menggapai isu kewargane- diam. Hal ini berimplikasi terhadap rendahnya
garaan, (2) berpartisipasi secara aktif dan pengetahuan dan pemahaman pada materi
bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas akibatnya hasil belajar siswapun menjadi rendah
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan pula Sebagai solusi mengatasi masalah tersebut,
bernegara, (3) berkembang secara positif dan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan Cooperative Script. Model pembelajaran
pada karakter– karakter masyarakat Indonesia Cooperative Script adalah suatu model
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa pembelajaran di mana siswa bekerja secara
linnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa berpasangan dan bergantian peran dalam
lain dalam persatuan dunia secara langsung atau mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dipelajari. Model pembelajaran Cooperative
informasi dan komunikasi (BSNP,2011). Selajan Script berasal dari bahasa Yunani. Methodes
dengan yang diungkapkan diatas. artinya jalan yang ditempuh. Pengertian metode
Fathurrohman dan Wuriyandani (2011) itu sendiri adalah pengertian tentang metode
menyebutkan tujuan pendidikan yaitu cara kerja yang sistematis untuk mencapai
35
suatu maksud tujuan. Sedangkan Cooperative Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang
berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja semester I tahun pelajaran 2015/2016.
sama, bantuan-membantu, gotong royong. Dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari model Model Pembelajaran Cooperative Script
pembelajaran Cooperative Script adalah model 1. Memahami Model Pembelajaran
belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan Cooperative Script
secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari Model pembelajaran Cooperative Script
materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. berasal dari bahasa Yunani. Methodes artinya
Kelebihan Model Pembelajaran jalan yang ditempuh. Pengertian metode itu
Cooperative Script baik digunakan dalam sendiri adalah pengertian tentang metode yaitu
pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu
gagasan baru, daya berfikir kritis serta maksud tujuan. Sedangkan Cooperative berasal
mengembangkan jiwa keberanian dalam dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama,
menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya bantuan-membantu, gotong royong. Dapat
benar. Berikut kelebihan dari model disimpulkan bahwa pengertian dari model
pembelajaran Cooperative Script: 1. pembelajaran Cooperative Script adalah model
Mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
untuk berpikir, mencari informasi dari sumber materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas.
lain dan belajar dari siswa lain. 2. Mendorong Langkah-Langkah Model Pembe-lajaran
siswa untuk mengung-kapkan idenya secara Cooperative Script Abdulrahman Saleh (2010),
verbal dan membandingkan dengan ide Langkah-langkah untuk menerapkan model
temannya. Ini secara khusus bermakna ketika pembelajran coopertive script adalah sebagai
dalam proses pemecahan masalah. 3. Membantu berikut :1.Guru membagi siswa untuk
siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan berpasangan. 2. Guru membagiakan
siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
yang ada. 4. Merupakan suatu strategi yang membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa
efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
dan sosial termasuk mening-katkan prestasi, pembicara dan siapa yang berperan sebagai
percaya diri dan hubungan interpersonal positif pendengar. 4. Pembicara membacakan
antara satu siswa dengan siswa yang lain. 5. ringkasannya selengkap mungkin dengan mema-
Banyak menyediakan kesempatan kepada siswa sukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya,
untuk membandingkan jawabannya dan menilai sementara pendengar :
ketepatan jawaban. 6. Mendorong siswa yang Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide
kurang pintar untuk tetap berbuat. 7. Interaksi pokok yang kurang lengkap. Membantu
yang terjadi selama pembelajaran Cooperative mengingat/menghafal ide/ide pokok dengan
Script membantu memotivasi siswa dan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
mendorong pemikirannya.8. Dapat meningkatkan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula
atau mengembangkan keterampilan berdiskusi. 9. berperan sebagai pembicara ditukar menjadi
Memudahkan siswa melakukan interaksi social. pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan
10. Siswa lebih menghargai ide orang lain. 11. seperti kegiatan tersebut kembali. 6.
Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Merumuskan kesimpulan bersama-sama siswa
siswa. dan guru. 7. Penutup.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian Kelebihan model pembelajaran Cooperative
ini antara lain:Bagaimana meningkatkan hasil Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk
belajar PKn pada materi pemerintahan pusat dan menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya
daerah melalui penerapan model Cooperative berfikir kritis serta mengembangkan jiwa
Script di kelas VI SD Negeri Penanggal 01 keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang yang diyakininya benar. Berikut kelebihan dari
semester I tahun pelajaran 2015/2016? model pembelajaran Cooperative Script:1.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah Mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru
sebagai berikut: Untuk meningkatkan hasil dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri
belajar PKn pada materi pemerintahan pusat dan untuk berpikir, mencari informasi dari sumber
daerah melalui penerapan model Cooperative lain dan belajara dari siswa lain. 2. Mendorong
Script di kelas VI SD Negeri Penanggal 01 siswa untuk mengungk-apkan idenya secara
36
verbal dan membandingkan dengan ide yaitu kesanggupan seseorang untuk
temannya. Ini secara khusus bermakna ketika menggunakan ide- ide umum, tata cara atau
dalam proses pemecahan masalah. 3. Membantu metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus,
siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi
siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang baru dan kongkret. (4) Analisis (analysis)
yang ada. 4. Merupakan suatu strategi yang yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan
efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian
dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, yang lebih kecil dan mampu memahami
percaya diri dan hubungan interpersonal positif hubungan diantara bagian- bagian tersebut. (5)
antara satu siswa dengan siswa yang lain. 5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir
Banyak menyediakan kesempatan kepada siswa memadukan bagian- bagian atau unsur- unsur
untuk membandingkan jawabannya dan menilai secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang
ketepatan jawaban. 6. Mendorong siswa yang baru dan terstruktur. (6) Evaluasi (evaluation)
kurang pintar untuk tetap berbuat. 7. Interaksi yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi
yang terjadi selama pembelajaran Cooperative dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom.
Script membantu memotivasi siswa dan Dalam kegiatan belajar mengajar setiap
mendorong pemikirannya.8. Dapat meningkatkan guru selalu berusaha melakukan kegiatan
atau mengembangkan keterampilan berdiskusi. 9. pembelajaran secara efektif dan efisien dalam
Memudahkan siswa melakukan interaksi social. mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan
10. Siswa lebih menghargai ide orang lain. 11. pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan
Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif agar pembelajaran tersebut dapat membawa hasil
siswa. atau berhasil guna, dan kegiatan pembelajaran
2. Hasil Belajar secara efisien dimaksudkan agar pembelajaran
Menurut Nana Sudjana (2005) hakikat tersebut dapat berdaya guna atau tepat guna baik
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan
individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, bermasyarakat.
dan psikomotorik. Menurut Nana Sudjana, hasil 3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua Sebagaimana telah diketahui belajar adalah
faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa suatu proses yang kompleks dan unik, artinya
itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa setiap orang mempunyai cara atau tipe belajar
atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari yang berbeda dengan orang lain. Perbedaan cara
diri siswa terutama kemampuan yang atau proses belajar itu terjadi karena terdapat
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya
sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang peristiwa belajar. bahwa peristiwa belajar itu
dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam.
dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti Faktor dari dalam terdiri dari: (1) informasi
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan atau fakta yang telah diketahui dari hasil belajar
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, sebelumnya, (2) ketrampilan intelektual
faktor fisik dan psikis. (kepandaian membaca, menghitung, menulis dan
Hasil belajar merupakan segala upaya yang sebagainya, (3) strategi artinya cara mengatur
menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) kegiatan belajar atau keaktifan siswa untuk
terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan belajar dengan menggunakan cara-cara tertentu
psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam yang telah dipelajari sebelumnya.
jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan Berdasarkan uraian tersebut dapat kita
jenjang tertinggi (Suharsimi Arikunto, 2010). ketahui bahwa rangsangan pertama menyebabkan
Keenam jenjang tersebut adalah: (1) Pengetahuan response atau reaksi dari siswa dalam proses
(knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk belajar memegang peranan yang penting.
mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, Ketepatan pemilihan metode pemberian tugas
gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa dapat memberikan rangsangan pertama akan
mengharapkan kemampuan untuk mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya, dan
menggunakannya. (2) Pemahaman kemudian juga diadakan pengulangan dan
(comprehension) yakni kemampuan seseorang penguatan maka hasil belajar akan tahan lama.
untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu Demikian pula pengaruh faktor dari dalam akan
diketahui dan diingat melalui penjelasan dari memperkuat motivasi kegiatan belajar.
kata- katanya sendiri. (3) Penerapan (application)
37
Faktor dari luar meliputi: (1) contiquity menyusun instrumen penelitian , lembar soal
(sentuhan) artinya situasi stimulus, yaitu sesuatu ulangan.
yang dapat menyebutkan reaksi (respon) dari Pada tahap pelaksanaan pembelajaran PKn
siswa. Sentuhan atau rangsangan pertama ini pada materi pemerintahan pusat di kelas VI SDN
perlu dipilihkan yang tepat, agar dapat Penanggal 01 kecamatan Candipuro kabupaten
menghasilkan respon siswa yang tepat pula Lumajang, untuk siklus I dilaksanakan satu kali
sesuai dengan tujuan dan perubahan kemampuan pertemuan pada hari Selasa, tanggal 15
yang diharapkan, (2) repetition (ulangan) artinya September 2015, jam ke 3-4, pukul 08.10-09.20
situasi stimulus dan respon siswa perlu diulang WIB, dihadiri oleh 33 siswa. Proses
atau dilatihkan agar prestasi belajar dapat pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan
meningkat dan hasil belajar dapat tahan lama, (3) yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
reinforcement (penguatan) artinya response dari akhir.
siswa perlu diberikan penguatan seperti pujian, Pada kegiatan awal guru mengisi presensi
anggukan, dan sebagainya agar siswa mau dan jurnal kelas. Kemudian guru memberikan
mengulang perbuatannya. apersepsi dan motivasi tentang materi pelajaran
yang dibahas agar siswa termotivasi dalam
METODE PENELITIAN mengikuti pembelajaran, Selain itu juga guru
Penelitian ini menggunakan pendekatan menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis
kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan agar siswa tahu tujuan yang hendak dicapai
Kelas (PTK) dengan dua siklus terdiri dari empat dalam pembelajaran saat itu.
komponen yaitu: planning, Implementing, Pada kegiatan inti guru membagi peserta
Observing, dan Reflecting. Teknik didik dalam 2 tipe kelompok yaitu tipe A dan tipe
pengumpulan data menggunakan dokumentasi B. Masing-masing kelompok beranggotakan 4
dan observasi. Data dianalisis dengan orang. Sementara siswa duduk dalam kelompok.
menggunakan statistik deskriptif. Guru membagikan LKPD 1 pada masing-masing
Penelitian ini dilaksanakan pada semester peserta didik kelompok A, dan LKPD 2 pada
ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada bulan Juli masing-masing peserta didik kelompok tipe B.
sampai dengan Desember 2015. Sebagai tempat Siswa menerima LKPD 1 dan LKPD 2 sesuai
penelitian, penulis mengambil sasaran SDN pembagian guru.
Penanggal 01 Jl. Raya Penanggal desa Guru memasangkan 1 peserta didik dari
Penanggal, kecamatan Candipuro kabupaten kelompok tipe A dengan 1 peserta didik dari
Lumajang. kelompok tipe B. Siswa berpasangan seorang dari
Sebagai subyek penelitian adalah semua kelompok tipe A, seorang dari kelompok B.
siswa kelas VI SDN Penanggal 01 Kecamatan Guru dan peserta didik menetapkan siapa
Candipuro, Kabupaten Lumajang yang yang pertama berperan sebagai pendengar.
berjumlah 33 siswa, yang terdiri dari siswa Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara
perempuan 17orang dan siswa laki-laki yaitu menyampaikan kegiatan dan hasil
berjumlah 16 orang. kegiatannya dan seorang peserta didik sebagai
Dalam riset ini instrument yang digunakan pendengar. Siswa menetapkan peran yaitu
antara lain: 1) Lembar Observasi, instrument ini seorang sebagai pembicara dan seorang
ditujukan untuk mengamati kegiatan proses pendengar. Pembicara dari kelompok tipe A dan
belajar mengajar PKn dengan menggunakan pendengar dari tipe B.
model Cooperative Script di SDN Penanggal 01 Guru meminta peserta didik bertukar
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. 2) peran, yang semula sebagai pembicara berperan
Lembar soal PKn, dalam tes ini penulis sebagai pendengar dan yang semula sebagai
membagi menjadi 2 bagian yaitu tes akhir siklus pendengar berperan sebagai pembicara.
I dan tes akhir siklus II .Tes tersebut dilakukan Guru meminta salah satu pasangan untuk
untuk mengetahui pening-katan hasil belajar mempresentasikan hasil kegiatannya pada
siswa pada materi pemerintahan pusat dan kegiatan diskusi kelas. Sementara siswa
daerah. melaksanakan presentasi lisan dan diskusi
Guru memberikan penguatan pada hasil
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN diskusi dan siswa mencatat penguatan yang
Siklus I diterima dari guru. Setelah itu guru membimbing
Sebelum pelaksanaan tindakan disusun peserta didik menyusun kesimpulan.
rencana pelaksanaan pembelajaran yang
38
Pada kegiatan penutup guru memberikan kelas. Kemudian guru memberikan apersepsi dan
penugasan peserta didik merangkum informasi motivasi tentang materi pelajaran yang dibahas
tentang peran serta dalam usaha pembelaan agar siswa termotivasi dalam mengikuti
negara. Dan sebagai akhir guru memberikan pembelajaran, Selain itu juga guru menuliskan
postes. tujuan pembelajaran dipapan tulis agar siswa
Guru melakukan pengamatan/ observasi tahu tujuan yang hendak dicapai dalam
proses pembelajaran pada siklus I dengan menitik pembelajaran saat itu.
beratkan pada kegiatan siswa khususnya dalam Pada kegiatan inti guru membagi peserta
melaksanakan tugasnya sebagai pembicara dan didik dalam 2 tipe kelompok yaitu tipe A dan tipe
pendengar dalam mempresentasikan hasil dengan B. Masing-masing kelompok beranggota-kan 4
menggunakan lembar observasi yang telah orang dengan komposisi yang berbeda.
disiapkan dengan indicator kerjasama siswa Sementara siswa duduk dalam kelompok. Guru
dalam satu kelompok, penyampaian kegiatan dan membagikan LKPD 1 pada masing-masing
hasil kepada pendengar, dan kemampuan peserta didik kelompok A, dan LKPD 2 pada
mengoreksi/menyimak ide-ide pokok yang masing-masing peserta didik kelompok tipe B.
kurang lengkap. Siswa menerima LKPD 1 dan LKPD 2 sesuai
Adapun hasil pengamatan tersebut antara pembagian guru.
lain: (1) Masih ada siswa yang kesulitan dalam Guru memasangkan 1 peserta didik dari
menyampaikan hasil kegiatan karena kurang kelompok tipe A dengan 1 peserta didik dari
kerjasama(2) ide-ide pokok masih kurang kelompok tipe B. Siswa berpasangan seorang dari
lengkap (3) waktu yang disediakan kurang kelompok tipe A, seorang dari kelompok B.
sehingga perlu menambah jam lagi, (4) rata-rata Guru dan peserta didik menetapkan siapa
hasil belajar 76,36 (katogori baik) yang pertama berperan sebagai pendengar.
Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara
yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu menyampaikan kegiatan dan hasil
perlu ada perubahan treatment pada siklus II kegiatannya dan seorang peserta didik sebagai
yaitu dengan memberikan bacaan tentang pendengar. Siswa menetapkan peran yaitu
pemerintahan daerah yang akan dibahas, seorang sebagai pembicara dan seorang
pembagian kelompok dibuat heterogen dengan pendengar. Pembicara dari kelompok tipe A dan
memperhitungkan tingkat kemampuan masing- pendengar dari tipe B.
masing siswa, dan menambah waktu pelak- Guru meminta peserta didik bertukar
sanaan kegiatan. peran, yang semula sebagai pembicara berperan
sebagai pendengar dan yang semula sebagai
Siklus II pendengar berperan sebagai pembicara.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, Guru meminta salah satu pasangan untuk
maka perencanaan pada siklus II antara lain: mempresentasikan hasil kegiatannya pada
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kegiatan diskusi kelas. Sementara siswa
yang sudah direvisi, menyusun instrumen melaksanakan presentasi lisan dan diskusi
penelitian. Guru memberikan penguatan pada hasil
Pada pelaksanaan ini pembelajaran PKn diskusi dan siswa mencatat penguatan yang
pada materi pemerintahan daerah di kelas VI diterima dari guru. Setelah itu guru membimbing
SDN Penanggal 01 kecamatan Candipuro peserta didik menyusun kesimpulan.
kabupaten Lumajang, untuk siklus II Pada kegiatan penutup guru memberikan
dilaksanakan satu kali pertemuan pada hari penugasan peserta didik merangkum informasi
Selasa, tanggal 22 September 2015, jam ke 3-4, tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah.
pukul 08.10-09.20 WIB, dihadiri oleh 33 siswa. Dan sebagai akhir guru memberikan postes.
Proses pembelajaran tersebut terdiri dari tiga Guru melakukan pengamatan/ observasi
kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan proses pembelajaran pada siklus II dengan
kegiatan akhir. menitik beratkan pada kegiatan siswa khususnya
Pada kegiatan awal guru mengawali dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembicara
dengan membuka pelajaran dengan memberi dan pendengar dalam mempresentasikan hasil
salam kepada siswa, sementara ada kolaborator dengan menggunakan lembar observasi yang
yang membantu mengamati jalannya telah disiapkan dengan indicator kerjasama siswa
pembelajaran dan duduk di tempat yang tersedia. dalam satu kelompok, penyampaian kegiatan dan
Setelah itu guru mengisi presensi dan jurnal hasil kepada pendengar, dan kemampuan
39
mengoreksi/menyimak ide-ide pokok yang Untuk mengetahui peningkatan rata-rata
kurang lengkap. hasil belajar siswa kelas VI SDN Penanggal 01
Adapun hasil pengamatan tersebut antara pada siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada
lain: (1) siswa mulai dapat menyampaikan ide- Tabel 2 di bawah ini.
ide pokok dengan baik karena guru memberikan
wacana/bacaan tentang materi yang akan dibahas, Tabel 2 Rata-rata Hasil Belajar
dan ada kerjasama dalam menyampaikan hasil Siklus Siklus Peningkatan
(2) ide-ide pokok masih mulai lengkap (3) waktu I II
yang disediakan dapat dimanfaatkan dengan baik, Rata-
(4) hasil belajar ada peningkatan menjadi 89,70 76,36 89,70 13,34
rata
(katagori sangat baik)
Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan Berdasarkan Tabel 2 tersebut
yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II
maka tidak perlu ada perubahan treatment pada dapat digambarkan dalam diagram berikut.
siklus berikutnya karena aktivitas siswa telah
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik
termasuk terjadi peningkatan hasil belajar dari 90
siklus I ke siklus II.
Hasil belajar siswa pada siklus II 80
diketahui sebesar 89,70, ini berarti terjadi 89,7 Rata-rata
peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke 70 76,36
Nilai
siklus II. Hal ini terjadi karena hasil refleksi dari
siklus I dengan merubah treatment pada siklus II. 60
Berdasarkan hasil dokumentasi diketahui Siklus I Siklus II
rekapitulasi hasil belajar pada siklus I dan siklus
Gambar 1.
II yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Rata-rata Hasil Belajar Siklus I dan II
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai PKn Siklus I dan
Siklus II Berdasarkan Gambar 1 tersebut dapat
disimpulkan rata-rata hasil belajar siswa
Kriteria Siklus I Siklus II meningkat dari 76,36 pada siklus I naik menjadi
No Nilai
Nilai F % f % 89,7 pada siklus II.
85-100 SB 10 30 22 67 Berdasarkan paparan data di atas, berikut
1. ini dikemukakan temuan penelitian pada setiap
70-84 B 18 55 11 33
2. tindakan siklus I dan II: 1) Temuan penelitian
55-69 C 5 15 - -
3. pada siklus I adanya peningkatan hasil belajar
50-54 K - - - -
4. siswa dimana rata-rata pada hasil belajar awal
0-49 SK - - - -
5. sebesar 57,88 meningkat menjadi 76,36 pada
siklus I. Rata-rata hasil belajar siklus I termasuk
Jumlah 33 100 33 100 kategori baik, Berdasarkan hasil pengamatan
Ket: SB (Sangat Baik, B (Baik), C (Cukup), K pembelajaran dengan model cooperative script
(Kurang), SK (Sangat Kurang pada siklus I diketahui antara lain: interaksi siswa
terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan
Berdasarkan Tabel 1 tersebut telah terjadi pendapat dari ide-ide pokok materi, saling
peningkatan prosentase nilai pada kategori sangat mengingatkan dari kesalahan konsep yang
baik dari siklus I sebesar 33% meningkat menjadi disimpulkan, membuat kesimpulan bersama.
50% pada siklus II. Dengan demikian dapat Interaksi belajar yang terjadi benar-benar
disimpulkan pada siklus II hasil belajar siswa interaksi dominan siswa dengan siswa. 2)
pada kategori sangat baik. Hal ini berarti model Temuan pada siklus II adalah Pada siklus II
pembelajaran cooperative script efektif dapat terjadi peningkatan hasil belajar siswa dimana
membuat siswa lebih mudah memahami materi rata-rata pada siklus I sebesar 76,36 meningkat
dan pelajaran PKn yang semula dianggap hafalan menjadi 89,70 pada siklus II sehingga terjadi
dan membosankan ternyata lebih asyik, mudah peningkatan 13,34. Dengan demikian dapat
dan menyenangkan. disimpulkan bahwa model pembelajaran
cooperative script efektif dapat meningkatkan

40
hasil belajar PKn khususnya pada materi BSNP. 2011. Standar Kompetensi dan
pemerintahan pusat dan daerah di kelas VI SDN Kompetensi Dasar Sekolah
Pennaggal 01 semester I tahun pelajaran Dasar/Madrasah Ibtidiayah. Jakarta:
2015/2016. Kemendiknas
Chotimah, Husnul. 2007. Model-model
KESIMPULAN Pembelajaran PTK. Malang: Yayasan
1. Temuan penelitian pada siklus I adanya Pendidikan UM.
peningkatan hasil belajar siswa dimana rata- Fathurrohman dan Wuryandani.2011.
rata pada hasil belajar awal sebesar 57,88 Pembelajaran PKn Di Sekolah
meningkat menjadi 76,36 pada siklus I. Rata- Dasar.Yogyakarta: Nuhalitera
rata hasil belajar siklus I termasuk kategori http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/d
baik, efinisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/
2. Temuan pada siklus II adalah Pada siklus II http://dedi26.blogspot.com/2013/01/
terjadi peningkatan hasil belajar siswa faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.htm
dimana rata-rata pada siklus I sebesar 76,36 Nana Sujana, 2005. Penilaian Hasil Proses
meningkat menjadi 89,70 pada siklus II Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
sehingga terjadi peningkatan 13,34. Rosdakarya
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Saleh, Abdulrahman. 2010. Model Cooperative
model pembelajaran cooperative script efektif Script Untuk Keaktifan Siswa.http ://www.
dapat meningkatkan hasil belajar PKn. abdulrahmansaleh.com/2010/04/model-
pembelajaran-coopera tive-script.html.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

41
PENERAPAN MODEL COLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DI KELAS IX C SMPN 1 TEKUNG
KABUPATEN LUMAJANG

Indanah
Guru SMP Negeri 01 Tekung Kabupaten Lumajang

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah: Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia setelah
diterapkannya model pengajaran kolaborasi.
Penelitian ini menggunakan penedekatan kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan (action research)
sebanyak dua putaran dengan model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart
(1998).. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi,
dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX C SMPN 1 Tekung. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi partisipasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif.
Dari hasil analis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai
siklus II yaitu, siklus I (75,93) dan siklus II (88,83). Berdasarkan temuan tersebut model pembelajaran
kolaborasi efektif dapat meningkatkan terhadap hasil belajar di kelas IX C SMPN 1 Tekung.

Kata kunci: model Colaborative Learning, hasil belajar

Abstract

The purpose of this study is: Want to know the learning outcome Indonesian after the implementation
of collaborative teaching model.
This study uses a quantitative penedekatan with action research (action research) as much as two
rounds with the design model developed by Kemmis and Taggart (1998) .. Each round consists of four
phases: design, activities and observation, reflection, and revision. Goal of this research is the
students of class IX C SMPN 1 Tekung. Data collection technique used participatory observation.
Data were analyzed with descriptive statistics.
From the analyst found that the learning outcomes of students has increased from the first cycle to the
second cycle, namely, the first cycle (75.93) and the second cycle (88.83). Based on these findings
collaborative learning model can effectively improve the learning outcomes in class IX C SMPN 1
Tekung

Keywords: models Colaborative Learning, learning outcomes

42
PENDAHULUAN dapat dilakukan salah satunya dengan
Tujuan dan fungsi pembelajaran bahasa memberikan tugas untuk membuat karya sastra
Indonesia di Sekolah Menengah Pertama yaitu menulis puisi.
berorientasi pada kedudukan bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. memiliki dua aspek pembelajaran,yaitu aspek
Fungsi dan tujuan mata pelajaran bahasa berbahasa dan aspek bersastra. Tiap aspek
Indonesia, yaitu sebagai : (1) sarana pembinaan tersebut mencakup empat macam keterampilan,
kesatuan dan persatuan bangsa; (2) sarana yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan
peningkatan keterampilan dan pengetahuan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling
dalam rangka pelestarian dan pengembangan berhubungan dan saling mempengaruhi (Wagiran
budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan dan dan Mukh. Doyin, 2005:2).
keterampilan untuk meraih dan mengembangkan Kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) sarana SMP Negeri 1 Tekung Kabupaten Lumajang
penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia kurang memuaskan hal ini antara lain
yang baik untuk berbagai keperluan; (5) sarana dimungkinkan karena penyajian materi
pengembangan penataran; dan (6) sarana menggunakan model pembelajaran yang kurang
pemahaman keanekaragaman budaya Indonesia menarik, proses pembelajarannya masih
melalui khasanah bahasa Indonesia (Depdikas, konvensional transfer pengetahuan dari guru
2004:3). kepada siswa sehingga tidak membangkitkan rasa
Tujuan dan fungsi pembelajaran bahasa ingin tahu siswa, kreativitas siswa, siswa sangat
Indonesia di SMP berorientasi pada kedudukan pasif dan hanya tergantung pada guru, siswa
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan merasa bosan, sarana dan prasarana yang kurang
bahasa negara. Fungsi dan tujuan mata pelajaran memadai. Hasil belajar siswa yang menurun
bahasa Indonesia, yaitu sebagai : (1) sarana dapat dibuktikan dari hasil tes ulangan harian
pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa; (2) materi menceritakan peristiwa yang dilihat atau
sarana peningkatan keterampilan dan dialami yang dilaksanakan pada siswa kelas IX
pengetahuan dalam rangka pelestarian dan C SMP Negeri 1 Tekung.
pengembangan budaya; (3) sarana peningkatan Berdasarkan indetifikasi masalah tersebut
pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan melalui riset ini berusaha mencari solusi yang
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi tepat bagaimana caranya agar pembelajaran
dan seni; (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia itu bisa menyenangkan siswa,
bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
keperluan; (5) sarana pengembangan penataran; Pada penelitian ini peneliti mencari solusi dengan
dan (6) sarana pemahaman keanekaragaman menerapkan model pembelajaran kolaboratif
budaya Indonesia melalui khasanah bahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
Indonesia (Depdikas, 2004:3). harapan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia Pembelajaran kolaboratif merupakan
merupakan salah satu pokok yang wajib model pembelajaran yang mene-rapkan
dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, paradigma baru dalam teori-teori belajar
pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan (Yufiarti:2003) (dalam Sulhan, 2006:69).
pelajaran yang diujikan untuk memenuhi standar Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai suatu
kelulusan siswa, pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran dengan menumbuhkan para
bahasa indonesia bertujuan untuk siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang
berbahasa siswa. sama.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan Pendekatan kolaboratif bertujuan agar
untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. siswa dapat membangun pengetahunnya melalui
Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar dialog, saling membagi informasi sesama siswa
mereka dapat meningkatkan minat baca terhadap dan guru sehingga siswa dapat meningkatkan
karya sastra, karena dengan mempelajari sastra, kemampuan mental pada tingkat tinggi. Model
siswa diharapkan dapat menarik berbagai ini digunakan pada setiap mata pelajaran
manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu terutama yang mungkin berkembangkan sharing
seorang guru harus dapat mengarahkan siswa of information di antara siswa.
memiliki karya sastra yang sesuai dengan minat Belajar kolaboratif digambarkan sebagai
dan kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya suatu model pengajaran yang mana para siswa
43
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil Model Pembelajaran Kolaboratif
untuk mencapai tujuan yang sama. Hal yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar 1. Memahami Model Pembelajaran
kolaboratif, para siswa bekerja sama Kolaboratif
menyelesaikan masalah yang sama, dan bukan Alwasilah (2007:25) mengatakan bahwa,
secara individual menyelesaikan bagian-bagian pengertian kolaborasi adalah suatu teknik
yang terpisah dari masalah tersebut. Dengan pengajaran menulis dengan melibatkan sejawat
demikian, selama berkolaborasi para siswa untuk saling mengoreksi. Kolaborasi adalah
bekerja sama membangun pemahaman dan ajang bertegur sapa dan bersilaturahmi ilmu
konsep yang sama menyelesaikan setiap bagian pengetahuan. Selain itu ada pembelajaran
dari masalah atau tugas tersebut. berjamaah/bersama (social learning). Salah satu
Pendekatan kolaboratif dipandang sebagai prinsipnya adalah bahwa setiap orang memiliki
proses membangun dan mempertahankan kelebihan tersendiri. Dalam kolaborasi setiap
konsepsi yang sama tentang suatu masalah. Dari orang dibiarkan mengembangkan potensi dan
sudut pandang ini, model belajar kolaboratif kesenangannya masing-masing, di antaranya:
menjadi efisien karena para anggota kelompok menulis puisi, fiksi, atau artikel opini.
belajar dituntut untuk berpikir secara interaktif. Metode ini biasa digunakan utuk melatih
Para ahli berpendapat bahwa berpikir bukanlah dan memberdayakan siwa dalam kegiatan belajar
sekedar memanipulasi objek-objek mental, mengajar. Pada kelas besar, biasanya dibuat
melainkan juga interaksi dengan oran glain dan menjadi kelompok-kelompok kecil untuk
dengan lingkungan. berkolaborasi. Dalam setiap kelompok-nya, siswa
Dalam kelas yang menerapkan model membaca tabel/grafik, kemudian mengoreksinya.
kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa Kolaborasi ini bukan arena untuk mencari
dalam berbagai cara khusus. Guru mendorong kesalahan orang lain, tetapi untuk belajar dari
siswa untuk menggunakan pengetahun mereka, kesalahan-kesalahan itu, kemudian sama-sama
menghormati rekan kerjanya, dan memfokuskan memperbaikinya supaya kesalahan serupa bisa
diri pada pemahaman tingkat tinggi. dihindari.
Peran guru dalam model pembelajaran Dalam metode kolaborasi ini, pendekatan
kolaboratif adalah sebagai mediator. Guru proses lebih ditekankan kepada bagaimana siswa
menghubungkan informasi baru terhadap menuangkan gagasan menjadi sebuah tulisan.
pengalaman siswa dengan proses belajar di Setelah mendapat komentar dan saran dari guru
bidang lain, membantu siswa menentukan apa dan teman berupa coret-coretan perbaikan, siswa
yang harus dilakukan jika siswa mengalami menulis dan memperbaiki hasil tulisannya itu.
kesulitan, dan membantu mereka belajar tentang Begitu seterusnya sampai tulisan itu layak
bagaimana caranya belajar. Lebih dari itu, guru dianggap sebagai tulisan yang baik.
sebagai mediator menyesuaikan tingkat informasi Pembelajaran kolaborasi mene-kankan
siswa dan mendorong agar siswa memaksimalkan adanya prinsip-prinsip kerja. Prinsip-prinsip
kemampuannya untuk bertanggung jawab atas penting yang perlu diperhatikan dalam
proses belajar mengajar selanjutnya. pembelajaran kolaborasi tersebut adalah sebagai
Adapun rumusan masalah dalam penelitian berikut. 1) setiap anggota melakukan kerja sama
ini antara lain: Bagaimanakah meningkatkan untuk mencapai tujuan bersama dan saling
hasil belajar bahasa Indonesia pada melalui ketergantungan; 2) individu-individu
penerapan model kolaborasi di kelas IX C SMP bertanggung jawab atas dasar belajar dan
Negeri 1 Tekung Kabupaten Lumajang semester perilaku masing-masing; 3) keterampilan
II tahun pelajaran 2014/2015. kooperatif dibelajarkan, dipraktikkan dan balikan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (feedback) diberikan berdasarkan bagaimana
meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia sebaiknya latihan keteram-pilan tersebut
pada melalui penerapan model kolaborasi di diterapkan; dan 4) kelas atau kelompok didorong
kelas ke arah terjadinya pelaksanaan suatu aktivitas
IX C SMP Negeri 1 Tekung Kabupaten kerja kelompok yang kohesif
Lumajang semester II tahun pelajaran 2014/2015 Kelebihan model kolaborasi dapat
digunakan sebagai kelancaran kegiatan
pembelajaran. Keberhasilan guru dalam
pembelajaran bergantung pada metode apa yang
digunakan dalam pembelajaran tersebut. Setiap
44
metode pasti ada kelebihan dan kelemahannya. emosional, atau perubahan tingkah laku yang
Di bawah ini akan diuraikan mengenai kelebihan dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah,
metode kolaborasi Alwasilah (2007: 109). 2008). hasil belajar adalah hasil maksimum yang
Kelebihan metode kolaborasi ini diantaranya dicapai oleh seseorang setelah melakukan
sebagai berikut. 1) Mena-namkan kerjasama kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas
dan toleransi terhadap pendapat orang lain dan pengukuran tertentu. Jadi hasil belajar adalah
meningkatkan kemampuan menyatakan gagasan. hasil setelah mengikuti program pembelajaran
2)Menanamkan sikap akan menulis sebagai suatu yang dinyatakan dengan skor atau nilai.
proses karena kerja kelompok menekankan Pengukuran akan pencapaian prestasi belajar
revisi, memungkinkan siswa mengajari sejawat, mahasiswa dalam pendidikan formal telah
dan memungkinkan penulis yang agak lemah ditetapkan dalam jangka waktu yang bersifat
mengenal tulisan karya sejawat yang lebih kuat caturwulan dan sering disebut dengan istilah mid
.3) Mendorong siswa saling belajar dalam semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS),
kerja kelompok dan menyajikan suasana kerja tetapi dalam prestasi belajar diharapkan adalah
yang akan mereka alami dalam dunia peningkatan yang dilakukan dalam materi yang
professional di masa mendatang. 4) diajarkan.
Membiasakan koreksi diri dan menulis draf Untuk mengetahui hasil belajar siswa perlu
secara berulang, siswa menjadi pembacanya yang diadakan suatu evaluasi yang bertujuan untuk
paling setia mengetahui sejauh manakah proses belajar dan
Jadi, dengan menggunakan model pembelajaran itu berlangsung secara efektif.
kolaborasi dapat merangsang kreativitas siswa, Efektifitas proses belajar tersebut akan tampak
dapat mengembang-kan sikap, dan dapat pada kemampuan siswa menguasai materi
memperluas wawasan. Dengan menggunakan pelajaran.
model kolaborasi ini proses pembelajaran dapat 3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
berjalan dengan baik. Sedangkan menurut Suryabrata (2010)
Berdasarkan uraian di atas, penulis factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
simpulkan bahwa dengan model kolaborasi yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal
menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap yaitu faktor yang berasal dari dalam diri,
pendapat orang lain, menanamkan sikap akan digolongkan menjadi faktor fisiologis dan faktor
menulis sebagai suatu proses, mendorong siswa psikologi. Sedangkan faktor eksternal yaitu
saling belajar dalam kerja kelompok, dan faktor yang berasal dari luar diri pelajar,
membiasakan koreksi diri atas kesalahannya. digolongkan menjadi faktor nonsosial dan faktor
Tahap-tahap pembelajaran kola-boratif sosial.
mempunyai 6 langkah utama (Joyce & Weil, 1) Faktor fisiologis
1996) yaitu : 1)Penyampaian tujuan dan Faktor-faktor fisiologis dibedakan menjadi
memotivasi siswa;2)Penyajian informasi dalam dua macam, yaitu: tonus jasmani pada umumnya,
bentuk demonstrasi atau melalui bahan dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
bacaan;3)Pengorganisasian siswa ke dalam (Suryabrata, 2010:235). Tonus jasmani memiliki
kelompok-kelompok belajar; 4) Membimbing pengaruh yang cukup kuat terhadap proses
kelompok bekerja dan belajar; 5)Asesmen belajar siswa. Keadaan jasmani yang sehat dan
tentang apa yang sudah dipelajari sehingga segar akan mempermudah siswa dalam menerima
masing-masing kelompok mempresentasikan pelajaran dibandingkan keadaan jasmani yang
hasil kerjanya; 6) Memberikan penghar-gaan baik kurang sehat. Sedangkan fungsi-fungsi fisiologis
secara kelompok maupun individu. tertentu seperti pancaindera juga memiliki
2. Hasil Belajar pengaruh terhadap pehaman siswa dalam
Hasil belajar merupakan bagian menerima materi pelajaran.
terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana Suryabrata (2010) mengemu-kakan bahwa
(2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada baiknya berfungsinya pancaindera merupakan
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih baik. Dalam proses belajar, pancaindera yang
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan memiliki peran penting adalah mata dan telinga.
psikomotorik. Melalui mata siswa dapat melihat berbagai hal
Dalam proses pendidikan hasil belajar baru yang sebelumnya tidak ia ketahui dan
dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar dengan telinga siswa mampu mendengarkan
mengajar yakni, penguasaan, perubahan
45
berbagai informasi yang dapat menjadi sumber yang terdiri dari siswa perempuan 13 orang dan
belajar. siswa laki-laki berjumlah 17 orang.
2) Faktor psikologi Dalam penelitian ini instrument yang
Faktor psikologi atau kejiwaan dalam diri digunakan antara lain: Lembar observasi dan
individu memiliki peranan dalam mendorong lembar soal Bahasa Indonesia. Instrumen lembar
siswa untuk menerima materi pembelajaran. observasi ini ditujukan untuk mengamati
Frandsen (dalam Suryabrata, 2010) mengatakan kegiatan proses belajar mengajar Bahasa
bahwa hal yang mendorong seseorang untuk Indonesia dengan menggunakan model
belajar itu adalah: 1) adanya sifat ingin tahu dan kolaborasi di SMP Negeri 01 Tekung Kabupaten
ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; 2) Lumajang. Sedangkan instrumen lembar soal
adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia Bahasa Indonesia dibagi menjadi 2 bagian yaitu
dan keinginan untuk selalu maju; 3) adanya tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II Tes
keinginan untuk mendapatkan simpati dari tersebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan
orangtua, guru, dan teman-teman; 4) adanya hasil belajar siswa.
keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang
lalu dengan usaha yang baru, baik dengan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
koperasi maupun dengan kompetisi; 5)adanya Siklus I
keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila Sebelum pelaksanaan tindakan guru perlu
menguasai pelajaran; 6) adanya ganjaran atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
hukuman sebagai akhir daripada belajar. yang menyusun instrumen penelitian , lembar
3) Faktor nonsosial soal ulangan.
Beberapa faktor nonsosial yang dapat Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
mempengaruhi proses belajar menurut Suryabrata untuk siklus I pada materi mengubah sajian
(2010) adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, grafik, table, atau bagan menjadi uraian melalui
waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat kegiatan membaca intensif, dilaksanakan pada
(letaknya, pergedungannya), alat-alat yang Hari Kamis tanggal 5 Maret 2015 di Kelas IX C
dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini
buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang peneliti bertindak sebagai pengajar, dengan
biasa kita sebut sebagai alat pelajaran). dibantu oleh seorang kolaborator. Adapun proses
Keadaan-keadaan seperti yang dikemukan diatas belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
akan mempengaruhi suasana belajar siswa, yang telah dipersiapkan.
sehingga konsentrasi dalam memperhatikan Kegiatan pendahuluan guru memotivasi
materi dapat terganggu yang menyebabkan tidak siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang Kegiatan inti guru membagi 6 kelompok
diharapkan. yang beranggota 5 orang secara homogen. Setiap
kelompok dibagikan grafik / table / bagan. Setiap
METODE PENELITIAN kelompok diberi tugas untukbekerja sama dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan anggotanya untuk mengamati grafik/bagan.
kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan Setelah itu setiap kelompok membuat laporan
(action research) sebanyak dua putaran. Setiap tentang grafik/bagan yang telah dibaca tersebut.
putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, Setiap kelompok mempre-sentasikan hasil kerja
kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. individu maupaun kelompok tentang isi
Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX C grafik/bagan di depan kelas. Kelompok lain
SMPN 1 Tekung. Teknik pengumpulan data menang-gapi.
menggunakan observasi partisipasi. Data Dalam kegiatan penutup, guru bersama-
dianalisis dengan statistik deskriptif. sama dengan peserta didik dan/atau sendiri
Penelitian ini dilaksanakan pada semester membuat rangkuman/ simpulan
genap tahun pelajaran 2014/2015 pada bulan pelajaran;melakukan penilai-an dan/atau refleksi
Januari sampai dengan Juni 2015. Sebagai tempat terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.Guru
penelitian, penulis mengambil sasaran SMP mem-berikan umpan balik terhadap proses dan
Negeri 01 Tekung Jl. Raya Tekung, kabupaten hasil pembelajaran. Guru memberikan tugas baik
Lumajang. tugas individual maupun kelompok sesuai
Sebagai subyek penelitian adalah semua dengan hasil belajar peserta didik.
siswa kelas IX C SMP Negeri 01 Tekung, Guru melakukan pengamatan/ observasi
Kabupaten Lumajang yang berjumlah 30 siswa, proses pembelajaran pada siklus I dengan menitik
46
beratkan pada kegiatan siswa khususnya dalam Pengamatan/ observasi proses
melaksanakan tugasnya bersama kelompok. pembelajaran pada siklus II diperoleh : 1)Selama
Adapun hasil pengamatan tersebut antara lain: (1) PBM guru telah melak-sanakan semua
Guru kurang maksimal dalam memotivasi pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembe- beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi
lajaran. (2) Guru kurang maksimal dalam sudah ada perbaikan. 2) Berdasarkan data hasil
pengelolaan waktu. (3) Siswa kurang aktif selama pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama
pembelajaran berlangsung (4) kemampuan siswa proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan
dalam menyampaikan ide/gagasan masih kurang, pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
(5) Rata-rata hasil belajar 75,93. perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi
Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan lebih baik. 4) Hasil belajar siswa pada siklus II
yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan mencapai ketuntasan. 5) Rata-rata hasil belajar
perlu ada perubahan treatment pada siklus II 88,83.
yaitu pembagian kelompok dibuat heterogen Adapun hasil pengamatan tersebut antara
dengan memperhitungkan tingkat kemampuan lain: (1) siswa tampak saling bekerja sama dan
masing-masing siswa, dan menambah waktu saling bertukar pikiran, (2) siswa mulai ada
pelaksanaan kegiatan. keberanian dalam menjawab pertanyaan secara
individu (3) waktu yang disediakan dapat
Siklus II dimanfaatkan dengan baik, (4) rata-rata hasil
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, belajar sebesar 88,83.
maka perlu perbaikan tahap perencanaan siklus II Berdasarkan hasil pengamatan bersama
yaitu guru membuat rencana pelaksanaan kolaborator maka dihasilkan data rata-rata hasil
pembelajaran yang sudah direvisi, menyusun belajar siswa siklus I yang dilaksanakan pada
instrumen penelitian ,menyiapkan bacaan/wacana akhir pada siklus I yaitu 75,93. Peningkatan
yang lebih detil, menentukan kelompok secara rata-rata hasil belajar ini disebabkan guru telah
heterogen dan menyiapkan lembar soal ulangan. menerapkan model pembelajaran kolaborasi
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia pada materi mengubah sajian Hasil belajar siswa pada siklus II
grafik, table, atau bagan menjadi uraian melalui diketahui sebesar 88,83 ini berarti terjadi
kegiatan membaca intensif di kelas peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke
IX C SMP Negeri 01 Tekung kabupaten siklus II. Hal ini terjadi karena hasil refleksi dari
Lumajang, untuk siklus II dilaksanakan satu kali siklus I dengan merubah treatment pada siklus II.
pertemuan pada hari Kamis, tanggal 12 Maret Berdasarkan hasil dokumentasi diketahui
2015, jam ke 3-4, pukul 08.20-09.40 WIB, rekapitulasi hasil belajar pada siklus I yang dapat
dihadiri oleh 30 siswa. Proses pembelajaran dilihat pada Tabel 1 berikut.
tersebut terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Tabel 1.
Kegiatan pendahuluan guru memotivasi Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada
siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Siklus I
Kegiatan inti guru membagi 6 kelompok No Uraian Hasil
yang beranggota 5 orang secara heterogen. Setiap 1 75,93
kelompok dibagikan grafik / table / bagan. Setiap rata-rata tes formatif
kelompok diberi tugas untukbekerja sama dengan 2 Jumlah siswa yang 18
anggotanya untuk mengamati grafik/bagan. tuntas belajar siswa
Setelah itu setiap kelompok membuat laporan 3 Persentase 51%
tentang grafik/bagan yang telah dibaca tersebut. ketuntasan belajar
Setiap kelompok mempresen-tasikan hasil kerja
individu maupaun kelompok tentang isi Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat
grafik/bagan di depan kelas. Kelompok lain dijelaskan bahwa dengan menerapkan model
menang-gapi. kolaborasi diperoleh nilai rata-rata hasil belajar
Kegiatan penutup guru bersama siswa siswa adalah 75,93 dan ketuntasan belajar
menyimpulkan materi pelajaran. Memberi mencapai 51% atau dari 30 siswa terdapat 18
penghargaan kepada peserta didik yang bersedia siswa sudah tuntas belajar. Hal ini disebabkan
melakukan kegiatan belajar bersama-sama. Guru karena siswa masih merasa baru dan belum
menugas-kan siswa menyelesaikan soal tes akhir.
47
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan Berdasarkan paparan data di atas, berikut
guru dengan menerapkan model kolaborasi. ini dikemukakan temuan penelitian pada setiap
Data rekapitulasi hasil belajar pada siklus tindakan siklus I dan II: 1) Temuan penelitian
II yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. pada siklus I diketahui rata-rata hasil belajar
siswa sebesar 75,93. 2) Temuan penelitian pada
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa siklus II adalah terjadi peningkatan hasil belajar
Pada Siklus II siswa dengan rata-rata sebesar 88,83. Di mana
No Uraian Hasil diketahui rata-rata hasil belajar siklus I sebesar
1 88,83 75,93 meningkat menjadi 88,83 pada siklus II,
rata-rata tes formatif sehingga terjadi peningkatan sebesar 12,90.
2 Jumlah siswa yang 26
tuntas belajar siswa KESIMPULAN
3 Persentase 89% Berdasarkan pembahasan yang telah
ketuntasan belajar dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
Berdasarkan Tabel 2 di atas diperoleh nilai sebagai berikut : 1) dengan menerapkan
rata-rata tes formatif sebesar 88,83 dan dari 30 model debat dapat meningkatkan hasil belajar
siswa yang telah tuntas sebanyak 26 siswa dan 4 Bahasa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka rata-rata hasil belajar sebesar 75,93 pada siklus I.
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah 2) Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar
tercapai sebesar 89% (termasuk kategori tuntas). siswa dengan rata-rata sebesar 88,83. Di mana
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II diketahui rata-rata hasil belajar siklus I sebesar
ini disebabkan oleh adanya peningkatan 75,93 meningkat menjadi 88,83 pada siklus II,
kemampuan guru dalam menerapkan model sehingga terjadi peningkatan sebesar 12,90.
pengajaram kolaborasi sehingga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini DAFTAR PUSTAKA
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami Abu Muhammad Ibnu Abdullah. 2008. Prestasi
materi yang telah diberikan. Belajar. (Online) (http://spesialis-torch.
Untuk mengetahui peningkatan rata-rata com, diakses 9 April 2015).
hasil belajar siswa kelas IXC SMP Negeri 01 Alwasilah, Chaedar. 2007. CTL Menjadikan
Tekung pada siklus I dan siklus II dapat dilihat Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan
pada Tabel 2 di bawah ini. dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning
Center.
Tabel 3 Rata-rata Hasil Belajar ..........., Direktorat Tenaga Kependidikan
Siklus Siklus Peningkatan Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi
I II Guru. Jakarta: Depdiknas
Rata2 75,93 88,83 12,90 http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/model-
Berdasarkan Tabel 3 tersebut pembelajaran-kolaboratif.html
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II Joyce, Bruce and Marshal Weil. 1996. Models of
dapat digambarkan dalam diagram berikut. Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses
90
85
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
80 Rosdakarya.
75
70
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
65
SIKLUS I SIKLUS II
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
rata-rata nilai 75,93 88,83
Setiawan, Sulhan. 2006. Mudah dan
rata-rata nilai Menyenangkan Belajar Mikrokontroler.
Yogyakarta : Andi
Suryabrata. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Gambar 1.
PT Raja Grafindo Persada
Diagram Rata-rata Hasil Belajar Siklus I dan II
Wagiran dan Mukh. Doyin. 2005. Curah
Berdasarkan Gambar 1 tersebut dapat
Gagasan. Semarang: Rumah Indonesia.
disimpulkan rata-rata hasil belajar siswa
Yufiarti. (2003). Karin Vilien tentang:
meningkat dari 75,93 pada siklus I naik menjadi
Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak
88,83 pada siklus II.
Indonesia. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak
Dini Usia Edisi Perdana.
48
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
THINKS PAIR SHARE DI KELAS IX E SMPN 1 TEKUNG KABUPATEN
LUMAJANG

Sri Rahayu
Guru PKn Smp Negeri 01 Tekung

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran think pair share dalam hasil
belajar IPS pada materi globalisasi di kelas IX E SMP Negeri 01 Tekung Kabupaten Lumajang
semester II tahun pelajaran 2014/2015 .tepatnya pada bulan Januari-Juni 2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan
tiga siklus model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1998). Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas IX C sebanyak 30 siswa, yang terdiri dari siswa perempuan 18 orang dan siswa
laki-laki berjumlah 12 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi dan tes
tulis. Data dianalisis dengan statistik deskriptif.
Temuan penelitian Pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Tekung belum menggembirakan. Hal ini
sesuai data dokumentasi diketahui siswa kelas IX E SMP Negeri 01 Tekung dari 30 siswa sekitar
76% (23 siswa) di antaranya mempunyai kompetensi yang rendah dalam pembelajaran PKn
khususnya pada materi globalisasi. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan antara lain kemampuan
siswa dalam memahami materi PKn yang rendah hal ini terjadi karena minat baca siswa yang rendah,
perhatian siswa terhadap pelajaran kurang. Dari faktor guru antara lain: metode yang digunakan guru
monoton ceramah, guru salah dalam memilih dan menentukan metode yang sesuai dengan materi,
akibatnya siswa cenderung pasif banyak diam, merasa bosan dan jemu dengan pelajaran PKn. Solusi
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran think pair share
dengan harapan agar hasil belajar siswa dapat meningkat. pada siklus I Pada siklus I adalah adanya
peningkatan hasil belajar siswa dari rata-rata awal (prasiklus) 56,82 meningkat menjadi 70,45 pada
siklus I sehingga terjadi peningkatan 13,7. Pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa
sebesar 70,93 meningkat menjadi 74,42 pada siklus II, dan pada siklus III meningkat menjadi 78,60.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Think Pair Share efektif dapat meningkatkan hasil
belajar PKn khususnya pada materi globalisasi di kelas IX E SMP Negeri 01 Tekung..

Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran think pair share

49
Abstract

This study aims to determine the effectiveness of the learning model Think Pair Share in the results of
social studies on globalization of the material in class IX E SMPN 01 Tekung Lumajang second
semester of academic year 2014/2015 .tepatnya in January-June, 2015.
This study uses a quantitative approach to the type of classroom action research with three cycles of
design model developed by Kemmis and Taggart (1998). The subjects were students of class IX C of
30 students, which consisted of 18 female students and male students numbering 12 people. Data
collection technique used participatory observation and written tests. Data were analyzed with
descriptive statistics.
Civics Education research findings in SMP Negeri 1 Tekung not encouraging. This is according to the
data known documentation E class IX students of SMPN 01 Tekung of 30 students approximately 76%
(23 students) of whom had low competence in teaching civics in particular on the matter of
globalization. Low student learning outcomes due to the capacity of students to understand the
material Civics low this happens because of the low reading interest of students, the students' attention
to the lesson less. Teacher of factors, among others: the methods used by teachers monotonous
lectures, teacher wrong in choosing and determining the appropriate method to the material,
consequently many students tend to be passive silence, bored and tired of Civics. Solutions to address
the problem is by applying the learning model Think Pair share with the expectation that student
learning outcomes can be improved. in the first cycle of the first cycle is an increase in student
learning outcomes from initial average (prasiklus) 56.82 increased to 70.45 in the first cycle so that
an increase of 13.7. In the first cycle occurs improving student learning outcomes at 70.93 increased
to 74.42 in the second cycle and the third cycle increased to 78.60. It can be concluded that the model
Think Pair Share can effectively improve the learning outcomes of globalization Civics especially on
the material in class IX E SMPN 01 Tekung.

Keywords: learning outcomes, learning model Think Pair Share

50
PENDAHULUAN seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang
Pendidikan Pancasila dan mempertanyakan keberhasilan pengajaran PKn
Kewarganegaraan adalah wahana untuk terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur luas pada umumnya.
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang Pembelajaran PKn di SMP Negeri 1
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk Tekung belum menggembirakan. Hal ini sesuai
perilaku kehidupan sehari-hari siswa. data dokumentasi diketahui siswa kelas IX E
PKn di tingkat SMP bertujuan untuk SMP Negeri 01 Tekung dari 30 siswa sekitar
mengembangkan pengetahuan dalam memahami 76% (23 siswa) diantaranya mempunyai
dan menghayati nilai Pancasila dalam rangka kompetensi yang rendah dalam pembelajaran
pembentukan sikap dan perilaku sebagai pribadi, PKn khususnya pada materi globalisasi.
anggota msyarakat, sdan warga negara yang Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan antara
bertanggung jawab serta memberi bekal lain kemampuan siswa dalam memahami materi
kemampuan untuk mengikuti pendidikan pada PKn yang rendah hal ini terjadi karena minat
jernjang pendidikan selanjutnya. Untuk mencapai baca siswa yang rendah, perhatian siswa terhadap
tujuan tersebut diperlukan sarana dan prasarana pelajaran kurang. Dari faktor guru antara lain:
penunjang, seperti kurikulum, guru pengajar metode yang digunakan guru monoton ceramah,
maupun metode pengajaran, guru salah dalam memilih dan menentukan
Titik sentral yang harus dicapai setiap metode yang sesuai dengan materi, akibatnya
kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya siswa cenderung pasif banyak diam, merasa
tujuan pengajaran. Apapun yang ternasuk bosan dan jemu dengan pelajaran PKn.
petrangkat priogram pengajaran dituntut secara Berdasarkan uraian di atas maka penulis
mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. ingin mencari solusi untuk mengatasi
Guru tidak dibenarkan mengajar dengan permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan
kemalasan. Anak didikpun diwajibkan model pembelajaran Think Pair Share dengan
mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, harapan agar hasil belajar siswa dapat
bukan selalu menanti perintah guru. Kedua unsur meningkat. Menurut Arends (1997) dalam
manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain karena Chotimah (2007) menyatakan bahwa think pair
ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien. share merupakan suatu cara yang efektif untuk
Guru sebagai salah satu sumber belajar membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
berkewajiban menyediakan lingkungan belajar Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
lakukan adalah melakukan pemilihan dan digunakan dalam think pair share dapat memberi
menentukan metode yang bagimana yang akan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk
dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. merespon dan saling membantu.
Pemilihan dan penentuan metode ini didasari Model pembelajaran Think Pair and Share
adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model
PKn sebagai salah satu bidang studi yang pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana
diberikan di sekolah-sekolah umum maupun mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar
madrasah-madrasah mulai dari tingkat dasar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
hingga perguruan tingi memiliki nilai-nilai mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
histories yang tidak terdapat pada bidang studi Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair
lainnya. Karena PKn sebagai suatu bidang studi and Share adalah sebagai berikut : 1. Guru
memiliki dasar konstitusional yaitu UUD 1945 menyampaikan inti materi dan kompetensi yang
dan ketetapan MPR No.II/MPR/1993. ingin dicapai, 2. Siswa diminta untuk berfikir
Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan tentang materi/permasalahan yang disampaikan
semenjak proses terbentuknya sampai pada guru, 3. Siswa diminta berpasangan dengan
keadaan sekarang yang menghantarkan PKn teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
sebagai bahan kajian yang sangat menarik. mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, 4.
Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
yang meragukan eksistensi PKn karena kelompok mengemukakan hasil diskusinya, 5.
banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Berawal dari kegiatan tersebut, guru
Pancasila. Sehingga pembangunan manusia mengarahkan pembica-raan pada pokok
51
permasalahan dan menambah materi yang belum Pembelajaran Think Pair and Share
diungkapkan para siswa, 6. menggunakan metode diskusi berpasangan yang
Kesimpulan/Penutup. dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model
Kelebihan Think Pair and Share 1. Para pembelajaran ini siswa dilatih bagai-mana
siswa dapat belajar antara satu sama lain, 2. mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar
Siswa bertanggung jawab untuk berbagi ide. menghargai pendapat orang lain dengan tetap
Siswa mungkin juga akan diminta untuk berbagi mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
ide-ide pasangan pasangan lain atau seluruh Model pembelajaran Think Pair and Share adalah
kelompok, 3. Setiap siswa dalam kelompok salah satu model pembelajaran yang memberi
memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi. kesempatan kepada setiap siswa untuk
Ada kemungkinan bahwa seorang siswa dapat menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Ini
mencoba untuk mendominasi. Guru dapat adalah strategi yang sederhana, efektif dari anak
memeriksa hal ini tidak terjadi, 4. Tinggi derajat usia dini melalui semua fase-fase berikutnya
interaksi. Pada satu saat semua siswa akan secara untuk pendidikan tersier dan seterusnya. Ini
aktif terlibat dalam tujuan berbicara dan adalah struktur yang sangat serbaguna, yang telah
mendengarkan. Bandingkan dengan praktek yang diadaptasi dan digunakan, dalam beberapa cara
biasanya, guru bertanya di mana hanya satu atau tanpa henti. Ini adalah salah satu batu fondasi
dua siswa akan secara aktif terlibat, 5. Teknik ini bagi pengembangan 'kooperasi kelas.
memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja Think Pair and Share memiliki prosedur
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,
partisipasi siswa (Lie, 2004:57). menjawab, dan saling membantu satu sama lain
Berdasarkan latar belakang di atas maka (Nurhadi dkk, 2003 : 66). Sebagai contoh, guru
melalui model pembelajaran Think Pair and baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru
Share diharapkan dapat meningkatkan hasil saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya
belajar PKn di kelas IX E di SMP Negeri 01 guru meminta siswa untuk memikirkan
Tekung, Kabupaten Lumajang permasalahan yang ada dalam topik/bacaan
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk tersebut. Model think pair share atau berpikir
meningkatkan hasil belajar PKn pada materi berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
globalisasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
pembelajaran Think Pair Share di kelas IX E mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi
SMP Negeri 01 Tekung kabupaten Lumajang think pair shair ini berkembang dari penelitian
semester II tahun pelajaran 2014/2015. belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Adapun manfaat penelitian ini adalah Menurut Arends (1997) dalam Chotimah
sebagai berikut: 1) Bagi Guru untuk (2007) menyatakan langkah-langkah yang
mempermudah dalam penyampaian mata dilakukan guru dalam model pembelajaran think
pelajaran kepada peserta didik, karena peserta pair share adalah sebagai berikut: 1) berpikir
didik telah aktif ikut dalam kegiatan belajar (thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan
mengajar. 2) Bagi Siswa, dapat meningkatkan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran,
hasil belajar PKn khususnya pada materi dan meminta siswa menggunakan waktu
globalisasi. beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan
Model Pembelajaran Think Pair and Share bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian
1. Memahami Model Pembelajaran Think berpikir; 2) Berpasangan (pairing), guru meminta
Pair and Share siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
Think Pair and Share adalah struktur yang telah merka peroleh. Interaksai selama
pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank waktu yang disediakan dapat menyatukan
Lyman dari Universitas Maryland pada 1985 dan jawaban jika auatu pertanyaan yang diajukan atau
diadopsi oleh banyak penulis di bidang menyatukan gagasan apabila suatu masalah
pembelajaran kooperasi sejak saat itu. Ini khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru
memperkenalkan ke rekan unsur interaksi memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
kooperasi gagasan pembela-jaran 'menunggu atau untuk berpasangan; 3) Berbagi (Sharing),
berpikir' waktu, yang telah dibuktikan menjadi langkah akhir guru meminta pasangan-pasangan
faktor kuat dalam meningkatkan tanggapan atas untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang
pertanyaan-pertanyaan siswa. Model telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk
52
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan 2. Hasil Belajar
dan melanjutkan kesempatan untuk melaporkan. Hasil belajar merupakan bagian
Menurut Spencer Kagan ( dalam Maesuri, terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana
2002) manfaat Think Pair and Share adalah: 1) (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
Para siswa menggunakan waktu yang lebih hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
mendengarkan satu sama lain ketika mereka luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
terlibat dalam kegiatan Think Pair and Share psikomotorik.
lebih banyak siswa yang mengangkat tangan Dalam proses pendidikan hasil belajar
mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar
pasangannya. Para siswa mungkin mengingat mengajar yakni, penguasaan, perubahan
secara lebih seiring penambahan waktu tunggu emosional, atau perubahan tingkah laku yang
dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah,
baik, dan 2) Para guru juga mungkin mempunyai 2008). hasil belajar adalah hasil maksimum yang
waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika dicapai oleh seseorang setelah melakukan
menggunakan Think Pair and Share. Mereka kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas
dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban pengukuran tertentu. Jadi hasil belajar adalah
siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan hasil setelah mengikuti program pembelajaran
pertanyaaan tingkat tinggi. yang dinyatakan dengan skor atau nilai.
Kelebihan Think Pair and Share 1. Para Pengukuran akan pencapaian prestasi belajar
siswa dapat belajar antara satu sama lain, 2. mahasiswa dalam pendidikan formal telah
Siswa bertanggung jawab untuk berbagi ide. ditetapkan dalam jangka waktu yang bersifat
Siswa mungkin juga akan diminta untuk berbagi caturwulan dan sering disebut dengan istilah mid
ide-ide pasangan pasangan lain atau seluruh semester dan ujian akhir semester, tetapi dalam
kelompok, 3. Setiap siswa dalam kelompok prestasi belajar diharapkan adalah peningkatan
memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi. yang dilakukan dalam materi yang diajarkan.
Ada kemungkinan bahwa seorang siswa dapat Untuk mengetahui hasil belajar siswa perlu
mencoba untuk mendominasi. Guru dapat diadakan suatu evaluasi yang bertujuan untuk
memeriksa hal ini tidak terjadi, 4. Tinggi derajat mengetahui sejauh manakah proses belajar dan
interaksi. Pada satu saat semua siswa akan secara pembelajaran itu berlangsung secara efektif.
aktif terlibat dalam tujuan berbicara dan Efektifitas proses belajar tersebut akan tampak
mendengarkan. Bandingkan dengan praktek yang pada kemampuan siswa menguasai materi
biasanya, guru bertanya di mana hanya satu atau pelajaran.
dua siswa akan secara aktif terlibat, 5. Teknik ini 3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja Sedangkan menurut Suryabrata (2010)
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal
partisipasi siswa (Lie, 2004:57). yaitu faktor yang berasal dari dalam diri,
Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” digolongkan menjadi faktor fisiologis dan faktor
dalam model Think Pair and Share memberikan psikologi. Sedangkan faktor eksternal yaitu
keuntungan. Siswa secara individu dapat faktor yang berasal dari luar diri pelajar,
mengembangkan pemikirannya masing-masing digolongkan menjadi faktor nonsosial dan faktor
karena adanya waktu berpikir (think time), sosial.
Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. 1) Faktor fisiologis
Menurut Jones (2002), akuntabilitas berkembang Faktor-faktor fisiologis dibedakan menjadi
karena siswa harus saling melaporkan hasil dua macam, yaitu: tonus jasmani pada umumnya,
pemikiran masing-masing dan berbagi dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
(berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian (Suryabrata, 2010).
pasangan-pasangan tersebut harus berbagi Suryabrata (2010) mengemu-kakan bahwa
dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok baiknya berfungsinya pancaindera merupakan
yang kecil mendorong setiap anggota untuk syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan
terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau baik. Dalam proses belajar, pancaindera yang
bahkan tidak pernah berbicara didepan kelas memiliki peran penting adalah mata dan telinga.
paling tidak memberikan ide atau jawaban karena Melalui mata siswa dapat melihat berbagai hal
pasangannya. baru yang sebelumnya tidak ia ketahui dan
53
dengan telinga siswa mampu mendengarkan rangkaian kegiatan dalam pembelajaran
berbagai informasi yang dapat menjadi sumber kooperatif. Tes dalam penelitian ini meliputi tes
belajar. akhir pada Tindakan I ,II, dan III. Selanjutnya
2) Faktor psikologi skor hasil tes pada Tindakan I , II dan III akan
Faktor psikologi atau kejiwaan dalam diri dianalisis dengan menentukan rata-ratanya untuk
individu memiliki peranan dalam mendorong mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
siswa untuk menerima materi pembelajaran. Dalam riset ini instrument yang digunakan
3) Faktor nonsosial antara lain: 1) Lembar observasi untuk
Beberapa faktor nonsosial yang dapat mengamati aktivitas belajar siswa dari awal
mempengaruhi proses belajar menurut Suryabrata sampai akhir ketika pembelajaran think pair share
(2010) adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, diterapkan. 2) Lembar soal untuk mengetahui
waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat peningkatan hasil belajar siswa.
(letaknya, pergedungannya), alat-alat yang Sebelum pelaksanaan tindakan disusun
dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, instrumen penelitian, guru membuat rencana
buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru
biasa kita sebut sebagai alat pelajaran). menyiapkan soal tes tulis. Penyusunan kelompok
Keadaan-keadaan seperti yang dikemukan diatas bersifat homogen.
akan mempengaruhi suasana belajar siswa, Pada tahap pelaksanaan pembelajaran
sehingga konsentrasi dalam memperhatikan PKn dengan materi globalisasi di kelas IX E
materi dapat terganggu yang menye-babkan tidak SMP negeri 1 Tekung kabupaten Lumajang,
tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang untuk siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan
diharapkan. pada hari Senin, 7 Pebruari 2015, jam ke 1-2,
pukul 07.00-08.20 WIB, dihadiri oleh 30 siswa.
METODE PENELITIAN Proses pembelajaran tersebut terdiri dari tiga
Penelitian ini menggunakan pendekatan kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan kegiatan akhir.
Kelas (PTK) dengan tiga siklus model rancangan Pada kegiatan awal guru mengawali
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dengan membuka pelajaran dengan memberi
(1998). Model PTK menurut Kemmis dan salam kepada siswa, sementara ada kolaborator
Taggart terdiri dari empat komponen yaitu: membantu mengamati jalannya pembelajaran dan
planning, Implementing, Observing, dan duduk di tempat yang tersedia. Setelah itu guru
Reflecting. mengisi presensi dan jurnal kelas. Kemudian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX guru memberikan apersepsi dan motivasi tentang
C sebanyak 30 siswa, yang terdiri dari siswa materi pelajaran yang dibahas agar siswa
perempuan 18 orang dan siswa laki-laki termotivasi dalam mengikuti pembelajaran,
berjumlah 12 orang. Data dianalisis dengan Selain itu juga guru menuliskan tujuan
statistik deskriptif. pembelajaran dipapan tulis agar siswa tahu
Penelitian dilaksanakan pada semester II tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
tahun pelajaran 2014/2015 pada bulan Januari saat itu.
sampai dengan Juni 2015. Sebagai tempat Kegiatan inti yang dilakukan guru antara
penelitian, penulis mengambil sasaran SMP lain: Langkah 1: berpikir (Thinking),guru
Negeri 1 Tekung Kabupaten Lumajang. Sebagai mengajukan pertanyaan atau masalah yang
subyek penelitian adalah semua siswa kelas IX E dikaitkan dengan :1. Pengertian globalisasi, 2.
SMP Negeri 1 Tekung Kabupaten Lumajang Makna globalisasi, 3. Dampak positif globa-
yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari siswa lisasi, 4. Dampak negatif dari globa-lisasi. Lalu
perempuan 18 orang dan siswa laki-laki meminta siswa menggu-nakan waktu beberapa
berjumlah 12 orang. menit untuk berpikir sendiri jawaban atau
Teknik pengumpulan data dalam penelitian masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa
ini antara lain: 1) Obse rvasi partipasi berbicara atau mengerjakan bukan bagian
yangdilakukan untuk mengamati langsung berpikir. Langkah 2: Berpasangan (Pairing),
jalannya proses pembelajaran PKn pada materi Selanjutnya guru meminta siswa untuk
globalisasi yang dilakukan kolaborator untuk berpasangan dan mendiskusi-kan apa yang telah
memperoleh catatan lapangan. 2) Tes tulis yang mereka peroleh tentang: 1. Pengertian globalisasi,
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil 2. Makna globalisasi, 3. Dampak positif
belajar terutama aspek kognitif dan merupakan globalisasi, 4. Dampak negatif dari globalisasi.
54
Interaksi selama waktu yang disediakan dapat Siklus II
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,
diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu maka perencananan yang dilakukan pada siklus II
masalah khusus yang diidentifikasi. Secara antara lain: guru menyusun rencana pelaksanaan
normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 pembelajaran yang telah direvisi, menyusun
atau 5 menit untuk berpasangan. Langkah 3 : instrumen penelitian. Guru menyiapkan soal tes
berbagi (Sharing), Pada langkah akhir, guru tulis. Pembagian kelompok bersifat heterogen.
meminta pasangan-pasangan untuk berbagi Pada pelaksanaan ini pembelajaran PKn
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka dengan materi globalisasi di kelas IX E SMP
bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling Negeri 01 Tekung kabupaten Lumajang, untuk
ruangan dari pasangan ke pasangan dan siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan pada
melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan hari Senin, 14 Pebruari 2015, jam ke 1-2, pukul
mendapat kesempatan untuk melaporkan. 07.00-08.20 WIB, dihadiri oleh 30 siswa. Proses
Pada kegiatan akhir Guru memberi pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses akhir.
pembelajaran. Guru memberikan kesimpulan. Pada kegiatan awal guru mengawali
Siswa membuat laporan hasil. Guru memberikan dengan membuka pelajaran dengan memberi
evaluasi. salam kepada siswa, sementara ada 2 guru yang
membantu mengamati jalannya pembelajaran dan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN duduk di tempat yang tersedia. Setelah itu guru
mengisi presensi dan jurnal kelas. Kemudian
Siklus I guru memberikan apersepsi dan motivasi tentang
Observasi yang dilakukan pada materi pelajaran yang dibahas agar siswa
pembelajaran siklus I menyangkut pelaksanaan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran,
kegiatan pembelajaran yaitu apakah telah sesuai Selain itu juga guru menuliskan tujuan
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. pembelajaran dipapan tulis agar siswa tahu
Adapun hasil pengamatan tersebut antara lain: (1) tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
Kemampuan siswa dalam berpikir (thinking) saat itu.
dengan waktu beberapa menit untuk berpikir Pada kegiatan inti Langkah 1: berpikir
sendiri jawaban atau masalah masih kesulitan, (2) (Thinking), Guru mengajukan pertanyaan atau
kemampuan dalam berpasangan (pairing) atau masalah yang dikaitkan dengan : 1. Manfaat
diskus masih didominasi siswa tertentu, (3) hubungan luar negeri. 2. upaya yang harus
kemampuan siswa dalam berbagi (sharing) masih dilakukan agar tidak ketinggalan dengan bangsa
tampak kebingungan, dan (4) Hasil belajar siswa lain dalam globalisasi. Kemudian meminta
termasuk kategori cukup. siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa
yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
pada siklus I diperoleh beberapa catatan penting mengerjakan bukan bagian berpikir. Langkah 2:
sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa dalam Berpasangan (Pairing), Selanjutnya guru
berpikir (thinking) dengan waktu beberapa menit meminta siswa untuk berpasangan dan
untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh
masih kesulitan, (2) kemampuan dalam tentang: 11. Manfaat hubungan luar negeri.
berpasangan (pairing) atau diskusi masih 2. upaya yang harus dilakukan agar tidak
didominasi siswa tertentu, (3) kemampuan siswa ketinggalan dengan bangsa lain dalam
dalam berbagi (sharing) masih tampak globalisasi. Interaksi selama waktu yang
kebingungan, dan (4) Rata-rata hasil belajar disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
70,93. Berdasarkan hasil catatan lapangan maka pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
perlu perbaikan pada siklus berikutnya yaitu gagasan apabila suatu masalah khusus yang
dengan membentuk kelompok dari homogen diidentifikasi. Secara normal guru memberi
menjadi heterogen berdasar-kan jenis kelamin waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
dan kemampuan siswa agar tidak terjadi berpasangan. Langkah 3 : berbagi (Sharing),
dominasi dalam diskusi. Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-
pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif
55
untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke Siklus III
pasangan dan melanjutkan sampai sekitar Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II,
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk maka perencanan yang dilakukan pada siklus III
melaporkan. antara lain: guru menyusun rencana pelaksanaan
Pada kegiatan akhir Guru memberi pembelajaran yang telah direvisi, menyusun
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan instrumen penelitian. Guru menyiapkan soal tes
hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses tulis. Pembagian kelompok bersifat heterogen.
pembelajaran. Guru memberikan kesimpulan. Pada pelaksanaan ini pembelajaran PKn
Siswa membuat laporan hasil. Guru memberikan dengan materi globalisasi di kelas IX E SMP
evaluasi. Sebagai akhir pelajaran guru Negeri 01 Tekung kabupaten Lumajang, untuk
memberikan postes dengan membagi lembar soal siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan pada
untuk dikerjakan siswa. Tujuan pemberian tes ini hari Senin, 21 Pebruari 2015, jam ke 1-2, pukul
adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa 07.00-08.20 WIB, dihadiri oleh 30 siswa. Proses
setelah mengikuti pelajaran tadi. pembelajaran tersebut terdiri dari tiga kegiatan
Observasi yang dilakukan pada yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
pembelajaran siklus II menyangkut pelaksanaan akhir.
kegiatan pembelajaran yaitu apakah telah sesuai Pada kegiatan awal guru mengawali
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. dengan membuka pelajaran dengan memberi
Semua proses pembelajaran berlangsung peneliti salam kepada siswa, sementara ada kolaborator
dan teman sejawat melakukan pengamatan dan yang membantu mengamati jalannya
penilaian terhadap aktivitas yang dilakukan pembelajaran dan duduk di tempat yang tersedia.
siswa. Adapun hasil pengamatan tersebut antara Setelah itu guru mengisi presensi dan jurnal
lain: (1) Kemampuan siswa dalam berpikir kelas. Kemudian guru memberikan apersepsi dan
(thinking) dengan waktu beberapa menit untuk motivasi tentang materi pelajaran yang dibahas
berpikir sendiri jawaban atau masalah sudah agar siswa termotivasi dalam mengikuti
mulai terbiasa, (2) kemampuan dalam pembelajaran, Selain itu juga guru menuliskan
berpasangan (pairing) atau diskusi sudah merata tujuan pembelajaran dipapan tulis agar siswa
tidak didominasi, (3) kemampuan siswa dalam tahu tujuan yang hendak dicapai dalam
berbagi (sharing) sudah mulai terbiasa, dan (4) pembelajaran saat itu.
Hasil belajar siswa termasuk kategori baik. Pada kegiatan inti Langkah 1: berpikir
Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan (Thinking), Guru mengajukan pertanyaan atau
yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan masalah yang dikaitkan dengan : 1. dampak
pada siklus II diperoleh beberapa catatan penting globalisasi yang positif bagi kehidupan bermasya
sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa dalam rakat, berbangsa dan bernegara dan 2.
berpikir (thinking) dengan waktu beberapa menit Menentukan sikap terhadap dampak positif
sudah mulai terbiasa, (2) kemampuan dalam globalisasi dalam kehidupan berbangsa dan
berpasangan (pairing) atau diskusi secara bernegara. 3. Menentukan sikap terhadap
berpasangan sudah merata, (3) kemampuan siswa dampak negatif globalisasi dalam kehidupan
dalam berbagi (sharing) sudah baik, dan (4)Rata- berbangsa dan bernegaramu. Kemudian meminta
rata hasil belajar 74,42. siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
Hasil refleksi siklus II antara lain: 1) berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa
Guru dalam memotivasi siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
hendaknya bisa membuat siswa lebihtermotivasi mengerjakan bukan bagian berpikir. Langkah 2:
selama proses belajar mengajar berlangsung Berpasangan (Pairing), Selanjutnya guru
2)Guru harus lebih dekat dengan siswa, sehingga meminta siswa untuk berpasangan dan
tidak ada perasaan takut dalam diri siswa bak mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh
untuk mengemukakan pendapat atau tentang: 1.dampak globalisasi yang positif bagi
bertanya.3)Guru harus lebih sabar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
membimbingsiswa merumuskan kesimpulan/ bernegara dan 2. Menentukan sikap terhadap
menemukan konsep.4)Guru harus dampak positif globalisasi dalam kehidupan
mendistribusikan waktu secara baik, sehingga berbangsa dan bernegara.3. Menentukan sikap
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan terhadap dampak negatif globalisasi dalam
yang diharapkan. kehidupan berbangsa dan bernegaramu. Interaksi
selama waktu yang disediakan dapat menyatukan
jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau
56
menyatukan gagasan apabila suatu masalah berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus
khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
member waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit peningkatan, sehingga menjadi lebih baik.
untuk berpasangan. Langkah 3 : berbagi 4)Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai
(Sharing), Pada langkah akhir, guru meminta ketuntasan.
pasangan-pasangan untuk berbagi dengan Berdasarkan hasil dokumentasi diketahui
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. rekapitulasi hasil belajar pada siklus I yang dapat
Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari dilihat pada Tabel 1 berikut.
pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa
sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan Pada Siklus I
untuk melaporkan. No Uraian Hasil
Pada kegiatan akhir Guru memberi 1 rata-rata tes formatif 70,93
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan 2 Jumlah siswa yang 23
hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses tuntas belajar
pembelajaran. Guru memberikan kesimpulan. 3 Persentase 76,67
Siswa membuat laporan hasil. Guru memberikan ketuntasan belajar
evaluasi. Sebagai akhir pelajaran guru
memberikan postes dengan membagi lembar soal Dari Tabel 1 di atas dapat dijelaskan,
untuk dikerjakan siswa. Tujuan pemberian tes ini bahwa dengan menerapkan pembelajaran
adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kontekstual model Thinks Pair Share diperoleh
setelah mengikuti pelajaran tadi. nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 70,93
Observasi yang dilakukan pada dan ketuntasan belajar mencapai 76,67% atau
pembelajaran siklus II menyangkut pelaksanaan dari 30 siswa terdapat 23 siswa sudah tuntas
kegiatan pembelajaran yaitu apakah telah sesuai belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. siklus I secara klasikal siswa belum tuntas
Semua proses pembelajaran berlangsung peneliti belajar, karena siswa yang belum memperoleh
dan teman sejawat melakukan pengamatan dan nilai ≥ 75 hanya sebesar 76,67% lebih kecil dari
penilaian terhadap aktivitas yang dilakukan presentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
siswa. Adapun hasil pengamatan tersebut antara sebesar 85%.
lain: (1) Kemampuan siswa dalam berpikir Data rekapitulasi hasil belajar pada siklus
(thinking) dengan waktu beberapa menit untuk II yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
berpikir sendiri jawaban atau masalah sudah
mulai terbiasa, (2) kemampuan dalam Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa
berpasangan (pairing) atau diskusi sudah merata Pada Siklus II
tidak didominasi, (3) kemampuan siswa dalam
berbagi (sharing) sudah mulai terbiasa, dan (4) No Uraian Hasil
Hasil belajar siswa termasuk kategori baik. 1 rata-rata tes formatif 74,42
Berdasarkan hasil observasi/ pengamatan 2 Jumlah siswa yang 24
yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan tuntas belajar
pada siklus II diperoleh beberapa catatan penting 3 Persentase 80%
sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa dalam ketuntasan belajar
berpikir (thinking) dengan waktu beberapa menit
sudah mulai terbiasa, (2) kemampuan dalam Berdasarkan Tabel 2 di atas diperoleh nilai
berpasangan (pairing) atau diskusi secara rata-rata hasil belajar siswa adalah 74,42 dan
berpasangan sudah merata, (3) kemampuan siswa ketuntasan belajar mencapai 80% atau ada 24
dalam berbagi (sharing) sudah baik, dan (4) rata- siswa dari 30 siswa suda tuntas belajar. Hasil ini
rata hasil belajar siswa 78,60. menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan
Dari Hasil refleksi pada siklus III diketahui belajar secara klasikal telah mengalami
: 1) selama proses belajar mengajar guru peningkatan dari siklus I. adanya peningkatan
telah melaksanakan semua pembelajaran dengn hasil belajar siswa ini karena setelah guru
baik. Meskipun ad beberapa aspek yang belum menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran
sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya akan selalu diadakan tes, sehingga pada
untuk masing-msing aspek cukup besar. 2) pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi
Berdasarkan data hasil pengamatan, untuk belajar. Selain itu siswa jua sudah mulai
diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
57
mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan Berdasarkan Gambar 1 tersebut dapat
guru dengan menerapkan pembelajaran disimpulkan rata-rata hasil belajar siswa
kontekstual model pembelajaran Thinks Pair meningkat dari 70,93 pada siklus I naik menjadi
Share. 74,42 pada siklus II.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada siklus III meningkat menjadi 78,60.
Pada Siklus II Dengan demikian terbukti bahwa model Think
No Uraian Hasil Pair Share mampu meningkatkan hasil belajar
1 Rata-rata tes formatif 78,60 siswa khususnya pada materi globalisasi.
2 Jumlah siswa yang 28 Berdasarkan paparan data di atas, berikut
tuntas belajar ini dikemukakan temuan penelitian pada setiap
3 Persentase 93,33 tindakan siklus I dan II: 1) Temuan penelitian
ketuntasan belajar pada siklus I diketahui rata-rata hasil belajar
Berdasarkan Tabel 3 di atas diperoleh siswa sebesar 75,93. 2) Temuan penelitian pada
nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,60 dari 30 siklus II adalah terjadi peningkatan hasil belajar
siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 2 siswa dengan rata-rata sebesar 88,83. Di mana
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka diketahui rata-rata hasil belajar siklus I sebesar
secara klasikal ketuntasan belajar yang telah 75,93 meningkat menjadi 88,83 pada siklus II,
tercapai sebesar 93,33% (termasuk kategori sehingga terjadi peningkatan sebesar 12,90.
tuntas). Siklus III mengalami peningkatan hasil
belajar dari siklus II. Peningkatan hasil belajar KESIMPULAN
pada siklus III ini disebabkan oleh adanya Berdasarkan pembahasan yang telah
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
pembelajaran model Thinks Pair Share, sehingga sebagai berikut : Pada siklus I adalah adanya
siswa menjadi lebih terbiasa dengn pembelajaran peningkatan hasil belajar siswa sebesar 70,93
seperti ini, sehingga siswa lebih mudah dalam meningkat menjadi 74,42 pada siklus II. Terjadi
memahami materi yang telah diberikan. peningkatan hasil belajar siswa pada siklus III
Untuk mengetahui peningkatan rata-rata meningkat menjadi 78,60. Dengan demikian
hasil belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 01 dapat disimpulkan bahwa model Think Pair
Tekung pada siklus I , II dan III dapat dilihat Share efektif dapat meningkatkan hasil belajar
pada Tabel 4 di bawah ini PKn khususnya pada materi globalisasi di kelas
Tabel 4 Rata-rata Hasil Belajar IX E SMP Negeri 01 Tekung.
Siklus Siklus Siklus
I II III DAFTAR PUSTAKA
Rata2 70,93 74,42 78,60 http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/mode
l-pembelajaran-think-pair-and-share.html
Berdasarkan Tabel 4 tersebut http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/
peningkatan hasil belajar dari siklus I, II dan III pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html
dapat digambarkan dalam diagram berikut. http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/d
efinisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/
http://dedi26.blogspot.com/2013/01/faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html
George, J. M., G. R. Jones. 2002. Understanding
and Managing Organizational Behavior.
New Jersey: Prentice Hall.Lie. 2004
Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Gambar 1.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 : Pertanyaan
Diagram Rata-rata Hasil Belajar Siklus I,II dan
dan Jawaban. Jakarta : PT. Grasindo.
III
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

58
UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN
ADMINISTRASI PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

Siti Martini
Pengawas UPT PUD NFI dan SD Kecamatan Jenawi Karanganyar

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kompetensi guru kelas IV dalam
menyusun administrasi administrasi Pembelajaran melalui supervisi akademik di sekolah binaan gugus
Krisnamurti Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.
Indikator pencapaian yang akan dicapai adalah 70 % guru kelas IV (lima) di gugus Krisnamurti dalam
penyusunan administrasi administrasi Pembelajaran memperoleh kategori B dengan nilai berkisar 76-
90%. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. Rancangan penelitian terdiri dari dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi
partisipasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Teknik analisis data
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan kompetensi guru kelas IV dalam menyusun administrasi Pembelajaran dari kondisi
awal, setelah siklus I dan setelah siklus II. Berdasarkan analisis data, kompetensi guru kelas IV dalam
menyusun administrasi Pembelajaran pada kondisi awal yang memperoleh kategori A dan juga
kategori B belum ada, sedangkan kategori C ada 7 guru atau 70 % dan Kategori D ada 3 guru atau 30
%, pada siklus I persentase kompetensi guru kelas IV ada peningkatan yang dapat mencapai kategori
B ada 3 guru dan kategori C ada 7 guru, sedangkan kategori sudah tidak ada. Kompetensi guru kelas
IV pada siklus II mencapai peningkatan yang signifikan, yang dapat mencapai kategori A ada 2 guru,
kategori B ada 5 guru, sedangkan yang kategori C tinggal 3 orang guru. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan kompetensi guru kelas IV dalam menyusun administrasi Pembelajaran pada setiap
siklusnya, dan mencapai indicator keberhasilan pada siklus II dengan hasil yang memperoleh kategori
B sudah mencapai 70 %. Hal ini telah memenuhi indikator pencapaian yang ditentukan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dengan supervise akademik dapat meningkatkan kompetensi guru kelas IV
dalam menyusun administrasi pembelajaran di sekolah binaan gugus Krisnamurti Kecamatan Jenawi
kabupaten Karanganyar pada Semester I tahun Pelajaran 2012 / 2013.

Kata Kunci: kompetensi;administrasi pembelajaran;supervise akademik

59
Abstract

The purpose of this study was to determine the increase in the fourth grade teacher competence in
preparing administration administration Learning through academic supervision in target schools
cluster Krisnamurti Jenawi District of Karanganyar in the first semester of the school year 2012/2013.
Indicators of achievement that will be achieved is 70% of fourth grade teachers (five) in the group in
the preparation Krisnamurti administration Education administration obtained a category B with
values ranging from 76-90%. This research is a school action. The study design consisted of two
cycles. Each cycle consists of four stages: planning (planning), action (acting), observation
(observing) and reflection (reflecting). Data collection technique used participatory observation
, This study uses a mix of quantitative and qualitative approaches. A quantitative approach using a
type of classroom action research with two cycles. Quantitative data analysis techniques used in this
study is a comparative descriptive analysis technique that compares the fourth grade teacher
competence in drafting Learning administration of the initial conditions, after the first cycle and after
the second cycle. Based on data analysis, teacher competence fourth grade in preparing the
administration of learning in the initial conditions that obtain category A and category B yet, while
the C category No 7 teachers or 70% and Category D there are three teachers, or 30%, in the first
cycle percentage competence fourth grade teacher there are improvements that can reach the last
category B and category C 3 teachers have 7 teachers, while the category is not there. Fourth grade
teacher competence on the second cycle reaches a significant improvement, which may reach category
A there are two teachers, a category B there are five teachers, while category C stayed 3 teachers.
This shows an increase in the fourth grade teacher competence in preparing the administration of
learning at each cycle, and achieve success indicator in the second cycle with the result that obtaining
a category B has reached 70%. It has met the specified indicators of achievement. It concluded that
the academic supervision can improve the competency of teachers in preparing the fourth grade
learning in school administration target group Krisnamurti Jenawi District of Karanganyar district
during the first semester Lessons 2012/2013.

Keywords: competence; learning administration; academic supervision

60
PENDAHULUAN kendala-kendala sehingga belum semua bapak
Guru memegang peranan yang sangat penting ibu guru khususnya guru kelas IV (empat),
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Agar apabila akan melaksanakan pembelajaran
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat mempersiapkan semua administrasi pembelajaran
mencapai tujuan yang diharapkan, maka sebagai yang diperlukan secara lengkap.
seorang guru harus mempersiapkan administrasi Setelah apa yang menjadi kendala atau
pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Tanpa permasalahannya dapat diketahui baik dari bapak
persiapan yang baik, tujuan pembelajaran tidak ibu kepala sekolah, guru kelas IV (Empat)
akan tercapai secara optimal. Namun demikian maupun peneliti selaku pembina sekolah, maka
tidak semua guru, sebelum pelaksanaan kegiatan harapannya setiap akan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, mempersiapkan semua belajar mengajar seorang guru harus selalu
administrasi pembelajaran yang diperlukan mempersiapkan administrasi pembelajaran yang
dengan tertib dan baik. Dalam pelaksanaan diperlukan secara lengkap. Sehingga dengan
kegiatan belajar mengajar, seorang guru tidak langkah ini, bukti fisik atau administrasi
hanya menguasai materi pelajaran sebagaimana pembelajaran benar-benar ada dan valid. Dengan
sesuai dengan standar kompetensi atau langkah seperti ini juga akan mempermudah
kompetensi dasar tetapi administrasi yang ada bapak ibu guru sendiri, tidak akan ada
kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan administrasi yang terbengkelai, sehingga sebagai
pembelajaran juga harus dibuat sebagai bukti seorang guru harus benar-benar dapat memenit
fisik, karena dengan persiapan yang baik waktu, agar semuanya dapat berjalan lancar.
pelaksanaan pembelajaran akan lebih bermakna. Dalam kegiatan belajar mengajar apa yang
Keadaan ini juga terjadi pada bapak ibu guru menjadi tujuan dapat tercapai dengan baik,
khusunya guru kelas IV (empat) di sekolah apabila semua administrasi pembelajaran yang
binaan peneliti. Dalam pelaksanaan kegiatan diperlukan dipersiapkan dengan baik, tertib, dan
belajar mengajar persiapan administrasi lengkap pula. Sehingga tujuan tidak akan tercapai
pembelajaran masih rendah, belum optimal, dengan baik, tanpa persiapan yang baik pula.
belum semua guru mempersiapkan dengan tertib Sebagai seorang guru apa yang dilakukan harus
atau lengkap. ditulis, demikian juga yang ditulis harus
Persiapan administrasi pembelajaran dilaksanakan. Sehingga semua kegiatan
yang masih kurang disebabkan beberapa factor terlaksana dengan baik, karena sudah dirancang
baik dari guru itu sendiri, mungkin kuranganya atau dipersiapkan sebelumnya.
pembinaan baik dari kepala sekolahnya maupun Demikian juga peneliti selaku pembina
pengawas. Itu semua saling ada keterkaitan, sekolah di gugus Krisnamurti yang terdiri 10
bukan hanya terletak pada guru saja. Dengan sekolah, tanpa program dan pelaksanaan
kurangnya pembinaan atau supervise baik dari supervise yang baik secara rutin dan terjadual
kepala sekolah maupun dari pengawas sekolah tidak dapat mengetahui kondisi atau situasi
juga sangat mempengaruhi kurang lengkapnya masing-masing guru khususnya guru kelas IV
administrasi yang diperlukan dalam (empat). Dengan cara seperti ini, merupakan
pembelajaran, disebabkan kurang mengerti apa langkah yang positif untuk membantu bapak ibu
saja yang harus dipersiapkan. Dengan situasi guru mengatasi kekurangan - kekurangan dalam
seperti ini menggugah hati peneliti untuk mengerjakan administrasi terutama administrasi
melakukan perubahan, agar administrasi bapak pembelajaran. Sehingga dengan diadakannya
ibu guru kelas IV (empat) di gugus Krisnamurti supervise akademik kepada bapak ibu guru kelas
mengenai administrasi pembelajaran di sekolah IV di gugus Krisnamurti menunjukkan adanya
binaan peneliti lengkap bukti fisiknya. Keadaan peningkatan dalam mempersiapkan administrasi
ini karena peneliti selaku pembina atau pengawas pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar
sekolah belum menerapkan pembinaan atau tidak hanya secara spontanitas tanpa adanya
supervise akademik secara mendetail atau persiapan atau bukti fisik sama sekali. Bapak
optimal ke masing-masing sekolah. Pembinaan ibu guru kelas IV (empat) di gugus Krisnamurti,
dilakukan secara umum lewat kelompok kerja memang sebagian besar masih rendah dalam
guru (KKG) atau rapat-rapat kepala sekolah, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang
dengan langkah ini pengawas kira sudah diperlukan, sebelum mengadakan kegiatan
langsung ditindak lanjuti oleh bapak ibu kepala belajar mengajar. Dengan harapan setelah
sekolah atau bapak ibu guru. Tetapi karena diadakan pembinaan atau supervise akademik
kemungkinan kurang jelas atau masih ada kepada bapak ibu guru kelas IV (empat) ada
61
peningkatan dalam mempersiapkan administrasi Besar Bahasa Indonesia kompetensi adalah
pembelajaran. Harapannya bukti fisik kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan
administrasi pembelajaran dari bapak ibu guru atau memutuskan sesuatu (Depdikbud,1992:516).
kelas IV (empat) di gugus Krisnamurti ada secara Kompetensi merupakan spesifikasi dari
lengkap. kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang
Dengan pembinaan atau supervisi secara dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam
umum saja, belum dapat meningkatkan pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang
kompetensi guru kelas IV (empat) dalam dibutuhkan oleh lapangan (Ditjen Dikdasmen,
mempersiapkan administrasi pembelajaran. 2004:4). Kompetensi mengandung pengertian
Sehingga perlu ditindak lanjuti dengan supervise pemilikan pengetahuan, ketrampilan, dan
akademik secara rutin dan terjadual. Dengan kemampuan yang dituntut olah jabatan tertentu
supervise akademik ternyata menunjukkan (Rustiyah, 1982). Kompetensi dimaknai pula
adanya peningkatan guru dalam mempersiapkan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai
administrasi pembelajaran. Tindakan yang dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
peneliti lakukan dalam mengadakan supervise berfikir, dan bertindak. Kompetensi dapat pula
akademik dengan system siklus. Pada siklus dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan
pertama dalam mengadakan supervise akademik tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau
dengan kelompok, sedangkan pada siklus kedua latihan (Herry, 1998). Menurut Finch dan
dengan supervise akademik secara individu. Crunkilton dalam Mulyasa (2004:38) bahwa
Dengan tindakan system siklus diharapkan pada yang dimaksud dengan kompetensi adalah
setiap siklus dapat meningkatkan kompetensi penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan,
atau kemampuan guru dalam mempersiapkan sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
administrasi pembelajaran. menunjang keberhasilan. Hal ini menunjukkan
Berdasarkan latar belakang, rumusan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan
masalah yang timbul adala apakah melalui sikap dan apresiasi yang harus dimiliki seorang
supervise akademik dapat meningkatkan guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
kompetensi guru kelas IV (empat) di gugus sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Krisnamurti Kecamatan Jenawi dalam menyusun Dari beberapa pengertian tersebut, bahwa
administrasi pembelajaran pada semester I tahun kompetensi pada hakekatnya adalah kemampuan
pelajaran 2012/2013 ?” seseorang yang mencakup pengetahuan,
Tujuan Penelitian untuk meningkatkan ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
kompetensi guru dalam menyusun administrasi diapresiasikan dalam melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran. Manfaat penelitian, banyak tertentu.
mendapatkan pengalaman, pengetahuan atau Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
teori untuk meningkatkan kompetensi guru kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
terutama dalam menyusun administrasi dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
pembelajaran.Sehingga sebelum pelaksanaan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan akan Guru dan Dosen:2006:7). Dari beberapa kriteria
selalu mempersiapkan administrasi pembelajaran. yang wajib dimiliki guru, peneliti hanya akan
Selain itu administrasi guru kelas akan lebih membahas tentang kompetensi. Kompetensi yang
lengkap dan tertib pengerjaanya. Dengan wajib dimiliki guru meliputi : Kompetensi
administrasi guru kelas yang lengkap pedagogic,kepribadian, social, dan professional.
menunjukkan pengelolaan administrasi Kompetensi Pedagogic Seorang guru adalah
pembelajaran baik, selain itu akan mempermudah sekaligus sebagai pendidik. Oleh karena itu guru
dalam melakukan pembinaan/ supervise. yang profesional harus memiliki bekal ilmu
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan yang memadai dalam hal
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang paedagogik atau ilmu pendidikan. Pada
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru penjelasan PP No. 19/2005 ditegaskan, bahwa
atau dosen dalam melaksanakan tugas yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
keprofesionalan (UU Guru dan Dosen:2006:4). adalah kemampuan mengelola pembelajaran
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
sesuatu (Depdiknas : 2007:607). Seseorang itu pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
kompeten ketika melakukan sesuatu dengan pengembangan peserta didik untuk
sangat baik dan tanggungjawab. Dalam Kamus
62
mengaktualisasikan berbagai potensi yang Kemampuan memahami visi dan misi
dimilikinya. pendidikan.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan (3) Keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, metodologi pembelajaran. (4) Memahami
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta konsep perkembangan anak atau psikologi
didik, dan berakhlak mulia. Memiliki kompetensi perkembangan. (5)Kemampuan mengorganisasi
personal, artinya memiliki sikap kepribadian dan mencari pemecahan masalah. (6) Kreatif dan
yang mantap, jujur, adil dan penuh dedikasi, memiliki seni dalam mendidik tindakan/kegiatan
sehingga mampu menjadi sumber teladan bagi dalam setiap usaha kerja sama sekelompok.
subyek didik. Jelasnya ia memiliki kepribadian Administrasi pembelajaran merupakan salah satu
yang patut diteladani, sehingga mampu aspek yang memegang peranan penting dalam
melaksanakan kepemimpinan yang baik dalam proses pengelolaan pendidikan karena sebaik
kegiatan belajar-mengajar, seperti kepemimpinan apapun administrasi pembelajaran jika tidak
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, dilaksanakan secara efektif maka hasil belajar
yaitu : Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya yang dicapai baik aspek kognitif, afektif dan
Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Orang psikomotor juga tidak akan memadai. Adapun
yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik yang termasuk administrasi pembelajaran yang
akan dapat tahan menghadapi berbagai gangguan harus dipersiapkan oleh seorang guru sebelum
dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu, melaksanakan proses belajar mengajar adalah
orang yang memiliki kompetensi kepribadian sebagai berikut: (1) Program Tahunan (2)
yang baik akan selalu dapat menerapkan Program Semester (3) Silabus (4) Rencana
kecerdasan emosional (emotional intelligence) Pelaksanaan Pembelajaran
dengan baik dalam pembinaan siswanya. (5) Program Harian/Jornal (6) KKM
Kompetensi professional adalah kemampuan (7) Kalender pendidikan (8) Jadual Pelajaran
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan (9) Absensi Siswa (10) Daftar Nilai.
mendalam yang memungkinkannya membimbing Administrasi pembelajaran tersebut sebagai
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang acuan seorang guru setiap mengadakan proses
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. belajar mengajar. Dari berbagai administrasi
Memiliki kompetensi profesional arinya ia tersebut tidak berarti semuanya harus dibuat pada
memiliki pengetahuan yang luas, baik dalam waktu guru akan melaksanakan kegiatan belajar
kaitan dengan bidang studi/mata pelajaran yang mengajar, karena ada yang bisa dipersiapkan
akan diajarkan beserta penunjangnya, metodologi sejak awal tahun atau awal semester. Untuk
pengajarannnya, dapat mengevaluasi dan program tahunan, program semester, silabus,
mengembangkan materi dengan baik. KKM dapat dikerjakan atau dipersiapkan pada
Untuk menjadi guru yang professional, seorang awal semester atau awal tahun pelajaran,
guru harus menguasai beberapa kemampuan sedangkan program harian atau jornal maupun
dasar dan guru dituntut untuk dapat menerapkan RPP sangat tepat dibuat atau dipersiapkan
“multiple intellegence” secara tepat. Dengan sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
penerapan “multiple intellegence” secara tepat Semua administrasi pembelajaran tersebut
tersebut, maka guru akan dapat dengan mudah sebelum dipergunakan untuk kegiatan belajar
menyesuaikan dengan berbagai kondisi mengajar harus sudah mendapat pengesahan dari
masyarakat yang dilayaninya. Kompetensi sosial kepala sekolah, terutama program mengajar
yang baik akan dapat mendukung terjadinya harian dan rencana pelaksanaan pengajaran,
hubungan yang baik antara guru dengan jangan sampai pengesahan dari kepala sekolah
“stakeholders” nya. Dengan adanya hubungan setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
yang baik antara guru dengan “stakeholders”, Supervisi Akademik. Kata supervise dalam
maka keberadaan profesi guru akan dapat bahasa Inggris supervision yang berasal dari kata
diterima secara luas oleh semua lapisan super berarti atas, dan vision berarti penglihatan
masyarakat, utamanya stakeholders pendidikan. atau pandangan. Jadi supervise adalah
Sebagai seorang guru selain harus menguasai penglihatan dari atas atau pengawasan. Menurut
empat kompetensi tersebut, menurut Desi Adams dan Dickey dalam Zainal Aqib dan Elham
Reminsa dalam Jamal Ma’mur Asmani ( Rohmanto (2012:187), supervisi adalah program
2010:32) bahwa guru juga harus memiliki: yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.
(1)Kemampuan intelektual yang memadai. (2) Sedangkam menurut Burton dan Bruckner dalam
Zainal Aqib dan Elham Rohmanto ( 2012:188),
63
supervise adalah suatu teknik pelayanan yang diketahui seberapa jauh peningkatannya atau
tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki ketercapainnya.
secara bersama-sama factor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan METODE PENELITIAN
anak. Demikian juga Wiles dalam Zainal Aqib Penelitian ini menggunakan pendekatan
dan Elham Rohmanto (2008:188), menjelaskan campuran kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan kuantitatif menggunakan jenis Penelitian
untuk memperbaiki situasi belajar- mengajar agar Tindakan Kelas dengan dua siklus. Teknik
menjadi lebih baik. Dari pendapat di atas dapat analisis data kuantitatif yang digunakan dalam
dirumuskan bahwa supervisi tidak lain adalah penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
usaha untuk memberikan layanan baik kepada komparatif yaitu membandingkan kompetensi
kepala sekolah, guru-guru baik secara individual guru kelas IV dalam menyusun administrasi
maupun kelompok dalam usaha mengadakan Pembelajaran dari kondisi awal, setelah siklus I
perbaikan pengajaran maupun pengelolaan dan setelah siklus II. Waktu, tempat, dan subjek
administrasi administrasi pembelajaran. Menurut penelitianWaktu penelitian, dilakukan pada
Sahertian dalam Zainal Aqib dan Elham semester I tahun pelajaran 2012/2013 tepatnya
Rohmanto (2012:188), kata kunci dari supervisi selama 6 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai
adalah memberikan layanan dan bantuan. bulan Desember tahun 2012. Bulan pertama yaitu
Supervisi Akademik, adalah serangkaian kegiatan bulan Juli peneliti gunakan untuk menyusun
membantu guru mengembangkan kemampuannya rencana penelitian, bulan berikutnya yaitu bulan
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai Agustus peneliti gunakan untuk menyusun
tujuan pembelajaran, menurut Glickman dalam instrumen penelitian. Setelah rencana penelitian
Supervisi Akademik Materi pelatihan penguatan dan instrumen penelitian telah siap, maka peneliti
kemampuan kepala sekolah (2010:7). Supervisi mencari data untuk melakukan tindakan siklus I
akademik tidak terlepas dari pembelajaran dan siklus II yang akan dilakukan pada bulan
kinerja guru dalam mengelola pembelajaran September, di mana pada bulan September ini
termasuk didalamnya dalam mengadakan merupakan waktu yang efektif, karena sebentar
pembelajaran. Supervisi akademik intinya adalah lagi akan disibukkan dengan kegiatan sekolah
membina guru dalam meningkatkan mutu proses baik itu kegiatan jeda semester maupun kegiatan
pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah tes tengah semester. Setelah data terkumpul
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemudian peneliti menganalisa data yang
yang meliputi penguasaan terhadap materi peneliti lakukan pada bulan Oktober. Supaya data
pembelajaran, penyusunan silabus dan rencana yang diperoleh valid, maka peneliti melakukan
pelaksanaan pembelajaran, pemilihan pembahasan atau diskusi dengan bapak ibu guru
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan kelas IV pada bulan Nopember. Setelah diadakan
media dan teknologi informasi dalam diskusi dan pembahasan, maka hasil dari diskusi
pembelajaran, serta menilai proses dan hasil tersebut, peneliti gunakan untuk usulan
pembelajaran. Sehingga untuk meningkatkan menyusun laporan hasil penelitian.
kualitas proses pembelajaran, agar kualitas hasil Tempat penelitian ini sesuai tempat tugas peneliti
belajar siswa dapat meningkat, maka pembinaan bekerja yaitu di wilayah kecamatan Jenawi
kepada guru secara terus menerus harus tepatnya di sekolah yang berada di gugus
dilaksanakan. Supervisi akademik atau Krisnamurti. Banyaknya sekolah yang menjadi
instruksional, berkenaan dengan aspek kualitatif binaan peneliti ada sepuluh sekolah atau sepuluh
atau kualitas, sehingga guru harus selalu diberi guru kelas IV (empat) yaitu guru kelas IV
dukungan dan juga evaluasi, agar proses belajar (empat) SDN 01 Balong, guru kelas IV (empat)
mengajarnya dapat meningkatkan hasil belajar. SDN 02 Balong, guru kelas IV (empat) SDN 03
Fungsi dukungan dalam supervise akademik Balong, guru kelas IV (empat) SDN 01
adalah menyediakan bimbingan professional dan Trengguli, guru kelas IV (empat) SDN 02
bantuan teknis pada guru untuk meningkatkan Trengguli, guru kelas IV (empat) SDN 01
proses pembelajaran. Dengan mengajar lebih Sidomukti, guru kelas IV (empat) SDN 02
baik, akan membantu siswa untuk belajar lebih Sidomukti, guru kelas IV (empat) SDN 03
banyak, lebih cepat, lebih mudah, lebih Sidomulti, guru kelas IV (empat) SDN 02
menyenangkan, dan dapat Lempong, dan guru kelas IV (empat) SDN 04
menggunakan/mengaplikasikan apa yang Lempong.
dipelajari. Demikian juga dengan evaluasi akan
64
Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas IV kunjungan ke masing-masing kelas khususnya
(empat) yang berada di gugus binaan peneliti guru kelas IV (Empat).
pada semester I tahun pelajaran 2012 / 2013. Pada keadaan awal rata-rata kompetensi guru
Teknik dan alat pengumpulan data kelas IV dalam menyusun atau mempersiapkan
Teknik dan alat pengumpulan data dalam pembelajaran jika akan mengadakan kegiatan
penelitian tindakan sekolah ini dengan belajar mengajar, yang memperoleh kategori A
menggunakan teknik: wawancara, dokumentasi, maupun B belum ada, untuk kategori C atau
pengamatan untuk mengumpulkan data baik pada kategori cukup ada 7 dari 10 orang guru atau 70
kondisi awal maupun sampai pelaksanaan % dengan nilai berkisar antar 61-75 % berarti
tindakan siklus pertama dan kedua. rata-rata administrasi pembelajaran sudah ada
dan juga sudah dikerjakan walaupun baru
Teknik Analisa Data sebagian, sedangkan untuk kategori D atau
Data yang telah dikumpulkan kemudian kategori sedang masih 3 orang guru atau 30 %
dianalisis, dengan menggunakan analisis dengan nilai berkisar antara 51-60 % berarti
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif untuk untuk administrasi pembelajaran juga sudah ada
mengetahui sejauh mana kualitas penyusunan tetapi untuk pengerjaannya yang belum.
administrasi administrasi pembelajaran. Adapun Sedangkan untuk administrasi pembelajaran tidak
analisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui hanya sekedar ada tetapi harus dikerjakan dengan
nilai keberhasilan guru kelas IV (Empat) dalam tertib dan benar karena merupakan alur seorang
menyusun administrasi pembelajaran, dengan guru dalam mengajar.
tingkat ketercapaian sebagai berikut: Deskripsi Tindakan Siklus I
A. 91-100% = Amat Baik (5) Ada, Perencanaan (Planning)
dikerjakan tertib, benar Dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal
B. 76-90 % = Baik (4) Ada, dikerjakan sebagai berikut : (1) Pengumpulan data dilihat
C. 61-75 % = Cukup (3) Ada, dikerjakan dari hasil kunjungan ke masing-masing sekolah
sebagian khusunya guru kelas IV sebelum dilaksanakan
D. 51-60 % = Sedang (2) Ada, tidak penelitian. (2) Menyusun jadwal pelaksanaan
dikerjakan pendampingan/pembinaan. (3) Menyiapkan
E. < 50 % = Kurang (1) Tidak ada instrument yang akan dilaksanakan untuk
pendampingan atau pembinaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tindakan (action)
Deskripsi Kondisi Awal (1). Pada tahap ini dilaksanakan
Hasil pemantauan pengawas terhadap guru-guru pendampingan/pembinaan dari pengawas
kelas IV (Empat) di gugus Krisnamurti terhadap guru kelas IV secara kelompok. (2).
kecamatan Jenawi menunjukkan bahwa Pendampingan dilakukan pengawas terhadap
kemampuan atau kompetensi guru kelas IV guru kelas IV untuk mencermati instrument
(Empat) dalam mempersiapkan atau menyusunan administrasi pembelajaran dan mendiskusikan
administrasi pembelajaran belum optimal atau hal-hal yang belum paham. (3). Pengawas selalu
masih rendah. Keadaan ini disebabkan beberapa memberi petunjuk atau penjelasan serta
hal baik dari guru sendiri, mungkin belum mencarikan pedoman sebagai acuan maupun
mengerti apa yang harus dipersiapkan setiap akan untuk membantu melengkapi administrasi
mengadakan proses kegiatan belajar mengajar pembelajaran yang diperlukan.
dan juga bisa dari kepala sekolah karena sudah Pengamatan (Observation)
percaya bahwa setiap akan mengadakan kegiatan Pengamatan dilaksanakan selama penelitian
belajar mengajar sudah mempersiapkan semua berlangsung dengan sasaran utama peningkatan
administrasi pembelajaran yang diperlukan. Dan kompetensi guru kelas IV dalam mengerjakan
hal ini juga tidak lepas dari pembinaan atau menyusun administrasi pembelajaran. Pada
pengawas, kurangnya pembinaan atau supervise kegiatan siklus I kompetensi guru kelas IV dalam
juga menjadi penyebab kurang lengkapnya menyusun administrasi pembelajaran, sudah ada
administrasi khusunya administrasi peningkatan walaupun belum signifikan. Dari
pembelajaran. hasil tersebut guru kelas IV (Empat) yang
Dengan keadaan itu, maka peneliti selaku memperoleh kategori B ( Baik) ada 3 orang guru
pengawas atau pembina di gugus Krisnamurti atau baru 30 %, sedangkan yang memperoleh
berusaha mengoptimalkan pelaksanaan supervise kategori C ( Cukup) ada 7 orang guru atau 70 %,
atau pembinaan baik lewat kegiatan KKG atau yang berarti administrasi pembelajaran sudah ada
65
dan juga sudah dikerjakan walaupun baru signifikan. Adapu hasilnya sebagai berikut:
sebagian. Adapun untuk kategori D (Sedang ) kategori A (Amat Baik ) ada 2 orang guru atau
yang semula pada kondisi awal ada 3 guru, pada 20 %, sedangkan yang memperoleh kategori B
siklus I sudah meningkat ke kategori C (Cukup). (Baik) juga meningkat menjadi 5 orang guru
Sehingga dari hasil siklus I sudah menunjukkan atau 50 %, adapun yang kategori C (Cukup)
adanya peningkatan tetapi belum signifikan, yang semula masih 7 orang guru, pada siklus
sehingga masih dilanjutkan siklus berikutnya kedua sudah meningkat tinggal 3 orang guru atau
yaitu siklus II. 30 %. Dengan hasil pada siklus II menunjukkan
Refleksi (Reflection) adanya peningkatan yang signifikan, maka tidak
Pada akhir setiap siklus diadakan refleksi dilanjutkan pada siklus berikutnya atau siklus III.
berdasarkan data dengan membandingkan Namun pelaksanaan supervise akademik selalu
kondisi awal dengan siklus pertama, dengan dilaksanakan atau dilanjutkan secara teratur dan
maksud agar peneliti dapat melihat peningkatan terjadual.
kompetensi guru kelas IV (Empat) dalam 4. Refleksi
mengerjakan atau menyusun administrasi Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua sudah
pembelajaran. ada peningkatan dibanding dengan siklus
Dengan refleksi juga akan diketahui kendala- pertama. Dengan pengawas sekolah
kendala apa yang ditemukan, serta faktor apa saja melaksanakan pembinaan/supervisi akademik
yang menjadi pendorong sebagai alternatif dan secara individu, pengelolaan administrasi sekolah
mencarikan solusinya. ternyata ada peningkatan.
Deskripsi Tindakan Siklus II Untuk memperjelas perbandingan antara kondisi
Kegiatan tindakan pada siklus II didasarkan pada awal, siklus pertama dengan siklus kedua peneliti
temuan-temuan di siklus I, adapun langkah- tampilkan pada tabel sebagai berikut:
langkah tindakan yang dilakukan sama dengan
pada siklus I. Kate Nilai Awal Siklus Siklus
Perencanaan tindakan gori I II
Dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal A 91-100 - - 2
sebagai berikut : (a) Pengumpulan data dilihat B 76-90 - 3 5
dari hasil pelaksanaan siklus pertama. (b) C 61-75 7 7 3
Menyusun jadwal pelaksanaan D 51-60 3 - -
supervisi/pembinaan.(c) Menyiapkan instrument E < 50 - - -
yang akan dilaksanakan untuk supervise atau
pembinaan. Dengan dilaksanakan supervisi akademik
2. Pelaksanaan tindakan ternyata dapat meningkatkan kompetensi guru
(a).Pada tahap ini dilaksanakan pendampingan kelas IV (Empat) dalam penyusunan administrasi
atau pembinaan dari pengawas terhadap guru pembelajaran. Pelaksanakaan supervisi akademik
kelas IV (Empat) secara individu. (b). pada siklus I menunjukkan bahwa kompetensi
Pendampingan dilakukan pengawas terhadap guru kelas IV (Empat) dalam menyusun
guru kelas IV (Empat) untuk mencocokkan administrasi pembelajaran sudah ada peningkatan
instrument administrasi pembelajaran dengan apabila dibandingkan dengan kondisi awal. Pada
buku-buku administrasi pembelajaran dan kondisi awal belum ada yang memperoleh
mendiskusikan hal-hal yang belum paham. (c). kategori Aatau B tetapi pada siklus I sudah ada
Pengawas selalu memberi petunjuk atau yang memperoleh kategori B. Tetapi masih harus
penjelasan, mencarikan pedoman sebagai acuan ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya (siklus
maupun untuk membantu melengkapi II).
administrasi pembelajaran yang diperlukan. Setelah mengetahui kekurangan-kekurangan pada
3. Pengamatan pelaksanaan siklus I, maka guru kelas IV (Empat)
Pengamatan dilaksanakan selama penelitian berusaha mengadakan perbaikan atau membenahi
berlangsung dengan sasaran utama peningkatan administrasi pembelajaran yang belum dikerjakan
kompetensi guru kelas IV (Empat) dalam atau belum lengkap. Dari kerja keras guru kelas
mengerjakan atau menyusun administrasi IV (Empat) untuk mengerjakan atau melengkapi
pembelajaran. administrasi pembelajaran, sehingga setelah
Pada kegiatan siklus II kompetensi guru kelas IV dilaksanakan siklus II menunjukkan adanya
(Empat) dalam menyusun administrasi peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan
pembelajaran sudah ada peningkatan yang kompetensi guru kelas IV (Empat) dalam
66
menyusun administrasi pembelajaran sudah ada SARAN
yang memperoleh kategori A(Amat Baik) Kepala Sekolah Untuk selalu meningkatkan
sebanyak 2 orang guru dan yang memperoleh pelaksanaan pembinaan atau supervise agar
kategori B(Baik) ada 5 orang guru, sedangkan masing-masing guru selalu ada peningkatan
kategori C (Cukup) tinggal 3 orang guru. Dengan dalam mengerjakan administrasi pembelajaran
perolehan kategori ini menunjukkan telah dapat yang diperlukan.
memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yaitu Administrasi merupakan bukti fisik dalam
70 % dari guru kelas IV (Empat) atau 7 guru dari bekerja, maka untuk selalu dikerjakan secara
10 guru kelas IV di gugus Krisnamurti dalam rutin dan tertib. Baik disupervisi atau tidak
menyusun administrasi pembelajaran dapat disupervisi administrasi pembelajaran untuk
memperoleh kategori B, ternyata sudah dapat selalu dikelola atau dikerjakan secara optimal
mencapai 70 % atau sudah 7 orang guru kelas IV atau rutin dan tertib.
dapat memperoleh kategori B.
Penerapan supervisi akademik terhadap guru DAFTAR PUSTAKA
kelas IV (Empat) dalam meningkatkan Depdikbud.1992. Kamus Besar Bahasa
kompetensi penyusunan administrasi Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
pembelajaran terbukti merupakan upaya yang Depdiknas. 2003. Pedoman Administrasi Sekolah
tepat untuk mengatasi rendahnya penyusunan Dasar. Jakarta. Depdiknas.
administrasi pembelajaran. Depdiknas.2004.Standar Kompetensi Guru
SD.Jakarta:Depdikbud.
KESIMPULAN Depdiknas. (2007). Pedoman Pengembangan
Berdasarkan hipotesis bahwa melalui supervise Bidang Seni di Taman Kanak-kanak.
akademik dapat meningkatkan kompetensi guru Jakarta.
kelas IV (Empat) dalam menyusun administrasi Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintergrasi
pembelajaran bagi guru kelas IV (Empat) di Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
gugus Krisnamurti kecamatan Jenawi kabupaten Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Karanganyar pada semester I tahun pelajaran Depdiknas.
2012/2013”. Data yang diperoleh di lapangan Herry,1998. Pengertian Kompetensi.
ternyata benar bahwa untuk meningkatkan www.google.com (diakses tanggal 6
kompetensi guru kelas IV dalam penyusunan Nopember 2012).
administrasi pembelajaran sangat tepat apabila Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Tips Menjadi
menggunakan supervise akademik. Maka dapat Guru Inspiratif, kreatif, dan Inovatif
disimpulkan baik secara teoritik maupun secara Jogjakarta: DIVA Press.
empiric bahwa melalui supervise akademik Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
dapat meningkatkan kompetensi guru kelas IV Tentang Standar Nasional Pendidikan.
dalam penyusunan administrasi pembelajaran di Zainal Aqib dan Elham Rohmanto.2008.
gugus Krisnamurti pada semester I tahun Membangun Profesionalisme Guru dan
pelajaran 2012 / 2013. Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama
Widya.

67
PENERAPAN COACHING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEPALA
SEKOLAH DALAM SUPERVISI AKADEMIK

Syafaruddin
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kompetensi kepala sekolah dalam
supervisi akademik melalui coaching. Subjek penelitian ini adalah 3 (tiga) Kepala Sekolah pada SMP
yang berada di wilayah di atas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
observasi, metode dokumentasi, dan melalui kuesioner. Kemudian, teknik analisis data dipilah
menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan kompetensi kepala sekolah melalui coaching. Dengan dilengkapinya dokumen supervisi
akademik yakni perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut pada masing-masing kepala
sekolah. Peningkatan secara signifikan dapat dilihat dari 50% pada siklus I, meningkat menjadi 75%
pada siklus II, dan pada siklus III meningkat menjadi 100%.

Kata Kunci: Kompetensi Kepala Sekolah, Supervisi Akademik, Coaching.

Abstract

The purpose of this study was to determine the increase in the principal competence of the academic
supervision through coaching. The subjects were three (3) Principal at junior high school in the above
areas. Data collection techniques in this research is done through observation, documentation
methods, and through questionnaires. Then, the data analysis techniques are divided into two, namely
quantitative data and qualitative data. The results showed an increase in the competence of principals
through coaching. Dilengkapinya document with the academic supervision of planning,
implementation, evaluation and follow-up on each of the principal. Significant improvements can be
seen from 50% in the first cycle, increased to 75% in the second cycle and the third cycle increased to
100%

Keywords: Competence Principal, Academic Supervision, Coaching.

68
PENDAHULUAN supervisi ini tidak dilaksanakan sesuai aturan
Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah yang sudah ditetapkan, maka akan berdampak
melaksanakan tugas pengawasan akademik dan buruk bagi siswa, guru, dan akhirnya sekolah.
manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi Berdasarkan realita yang ada di
penyusunan program pengawasan, pelaksanaan lapangan, ketika penulis pertama sekali
pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar mengadakan pemantauan ke 3 (tiga) sekolah
Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan binaannya untuk menilai kinerja kepala sekolah
dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil berkenaan dengan supervisi akademik ini, para
pelaksanaan program pengawasan, dan kepala sekolah tidak memiliki perencanaan
pelaksanaan tugas pengawasan di daerah khusus supervisi akademik yang jelas. Apalagi dalam
(Permendikbud, 2014: 7). melaksanakan supervisi akademik terhadap guru,
Dasar inilah yang mewajibkan seorang kepala sekolah tidak memiliki dokumen yang
pengawas harus memiliki kompetensi supervisi lengkap berapa jumlah guru yang sudah
akademik dan manajerial agar dalam membina disupervisi untuk dijadikan dasar menilai dan
kepala sekolah, pengawas sekolah dapat menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik.
meningkatkan terutama kedua kompetensi kepala Sehingga, semua kepala sekolah mendapat nilai 2
sekolah tersebut, sehingga, dalam pelaksanaan atau baru 50 % kepala sekolah mencapai
proses belajar mengajar di sekolah yang pemenuhan dokumen dan pelaksanaan supervisi
dijabatnya dapat berjalan dengan benar dan akademik. Ini berarti kepala sekolah masih belum
lancar. kompeten dalam supervisi akademik. Hal ini
Kemudian, untuk menjadi seorang terindikasi dari lemahnya bimbingan dari
pengawas sekolah yang profesional dalam pengawas sekolah terhadap pemahaman dalam
melaksanakan tugas pokok kepengawasan melakukan supervisi akademik. Bahan prosedur
akademik dan manajerial tersebut, pengawas pelaksanaan supervisi yang diberikan oleh
sekolah harus memiliki kompetensi prasyarat pengawas sekolah kepada kepala sekolah ternyata
yakni 1) pengawasan sekolah, 2) pengembangan tidak cukup memberikan pemahaman yang jelas.
profesi, 3) teknis operasional, dan 4) wawasan Perlu dilakukan pendekatan yang lebih mendalam
kependidikan. Dengan dimilikinya kompetensi sehingga kepala sekolah tidak hanya merasa
prasyarat tersebut, pengawas sekolah dapat cukup melakukan supervisi akademik di
membantu kepala sekolah dalam mengarahkan sekolahnya, akan tetapi dibutuhkan pengecekan
tujuan yang akan dicapai secara efektif, efisien, secara rinci oleh pengawas sekolah apa saja yang
dan produktif. (Kementerian Pendidikan telah dibuat oleh kepala sekolah untuk menyusun
Nasional, 2011: 6) perencanaan supervisi akademik yang sistematis
Dalam buku Supervisi Akademik dan terarah.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dari masalah di atas, penulis
2014b: 121) dinyatakan bahwa supervisi memberikan solusi untuk meningkatkan
akademik merupakan serangkaian kegiatan kemampuan kepala sekolah dalam supervisi
membantu guru mengembangkan kemampuannya akademik dengan cara mengadakan kunjungan
mengelola proses pembelajaran dalam rutin yang sudah dinegosiasikan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga tujuan melakukan coaching kepada 3 (tiga) kepala
pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh sekolah binaannya. Parsloe dan Wray (dalam
pemerintah pusat maupun daerah dapat dicapai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
melalui adanya proses supervisi akademik yang 2014a: 100) menyatakan bahwa coaching adalah
sesuai aturan dan tepat sasaran tanpa harus suatu proses membantu seseorang agar bisa
membedakan-bedakan subjek yang ada. belajar sehingga terjadi perkembangan dalam
Dalam menjalankan supervisi akademik dirinya dan diikuti peningkatan kinerjanya.
ini, seorang kepala sekolah harus mampu Kemudian selajutnya, coaching merupakan salah
menyusun program supervisi akademik, satu strategi pengembangan kapasitas
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru sekolah/madrasah. Serta coaching dapat
dengan menggunakan pendekatan dan teknik dilakukan untuk memperbaiki kinerja
supervisi yang tepat, serta menilai dan perorangan, organisasi maupun sistem
menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik sekolah/madrasah (Kementerian Pendidikan dan
tersebut dalam rangka peningkatan Kebudayaan, 2014a: 16). Dengan diterapkannya
profesionalisme guru. Peran kepala sekolah coaching ini kepada kepala sekolah, kemampuan
dalam supervisi akademik ini sangat penting. Jika
69
kepala sekolah dapat ditingkatkan dan terus mengembangkan diri untuk meningkatkan
dikembangkan untuk menjadi lebih baik. kompetensinya terutama kepribadian agar
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini menjadi lebih dewasa dalam berfikir dan
penting dilakukan agar ada peningkatan bertindak serta mengambil keputusan untuk
kompetensi kepala sekolah terutama dalam kepentingan besama.
supervisi akademik. Berdasarkan dari latar Seorang kepala sekolah diharuskan mampu
belakang di atas, maka diambil judul “Penerapan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi
Coaching untuk Meningkatkan Kompetensi program sekolah sesuai dengan tuntutan yang
Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik”. ada. Serta dapat mengembangakan ide yang
Berdasarkan dari latar belakang di atas, positif dan menciptakan ide baru untuk mencapai
maka masalah yang diangkat adalah, “Apakah Standar Nasional Pendidikan (SNP).
kompetensi kepala sekolah dalam supervisi Kepala sekolah juga diharuskan memilki jiwa
akademik dapat ditingkatkan melalui coaching kewirausahaan agar dapat membawa peserta
pada SMP binaan di Kabupaten Aceh Timur didik untuk terlibat langsung dalam proses
tahun ajaran 2015/2016?” pembelajaran yang lebih kontekstual karena
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dengan begitu, peserta didik akan belajar lebih
untuk mengetahui peningkatan kompetensi bermakna. Pantang menyerah dalam menghadapi
kepala sekolah dalam supervisi akademik melalui semua tantangan yang ada juga harus dimiliki
coaching pada SMP binaan di Kabupaten Aceh oleh kepala sekolah. Dengan melihat peluang
Timur tahun ajaran 2015/2016 kewirausahaan apa yang pantas untuk
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dikembangkan di sekolah adalah sebuah upaya
bagi 3 (tiga) unsur: yang harus dilakukan oleh kepala sekolah untuk
a. Siswa : Mendapatkan pelayanan mengembangkan potensi peserta didik dan
pendidikan yang lebih membantu keuangan sekolah bila
terarah sehingga proses memungkinkan.
pembelajaran di kelas dapat Kemampuan supervisi terutama akademik harus
berjalan dengan efektif dan dimiliki oleh kepala sekolah. Dengan adanya
efisien. jadwal dan pelakasanaan yang teratur, maka
b. Guru : Meningkatkan kemampuan proses pembelajaran bisa berjalan lebih lancar
guru dalam Proses Belajar dan meningkatkan potensi guru-guru dalam
Mengajar (PBM) di dalam mengajar. Para guru juga lebih termotivasi dalam
kelas dan memberikan melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik.
pelayanan yang maksimal Dalam hubungan sosial baik dengan warga
kepada para siswa sesuai sekolah maupun di luar sekolah harus dimiliki
dengan visi dan misi oleh seorang kepala sekolah. Dengan
sekolah. membangun hubungan yang baik kepada semua
c. Sekolah : Memberikan pelayanan pihak akan membantu sekolah ketika sekolah
yang lebih maksimal menghadapi hambatan ataupun rintangan yang
kepada para guru dan siswa tidak bisa dipecahkan oleh kepala sekolah
sesuai dengan visi dan misi seorang diri. Dengan kata lain, keharmonisan
sekolah. Sekolah dapat hubungan dengan semua pihak sangat diperlukan.
menjalankan rencana kerja Kelima kompetensi ini harus dimiliki oleh
sesuai dengan analisis yang seorang kepala sekolah agar dapat menjalankan
sudah dilakukan oleh sekolah dengan baik dan sesuai dengan aturan
kepala sekolah. yang berlaku. Jika salah satu kompetensi ini tidak
berjalan dengan baik, maka akan muncul gap
Kompetensi Kepala Sekolah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan
Seorang Kepala Sekolah harus memiliki 5 (lima) kegiatan sekolah lainnya.
kompetensi, yaitu: kepribadian, manajerial, Proses Pembelajaran Berkualitas
kewirausahaan, supervisi, dan sosial Proses pembelajaran yang efektif merupakan
(Permendiknas No. 13 Tahun 2007). hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang kepala proses pembelajaran, untuk mengetahui
sekolah harus terbuka pada apapun untuk keefektifan pembelajaran dengan menggunakan
peningkatan mutu pendidikan demi kemajuan evaluasi terhadap proses pembelajaran
bersama. Dengan begitu, kepala sekolah harus
70
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, agar ia memiliki perhatian yang sungguh
2014b: 120). terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Penggunaan waktu, keaktifan siswa, Supervisi akademik berkaitan erat dengan
pendalaman materi, dan suasana di dalam proses pembelajaran berkualitas, karena proses
belajar mengajar (PBM), sangat mempengaruhi pembelajaran yang berkualitas memerlukan guru
pencapaian peserta didik. Sehingga, PBM yang profesional. Guru sebagai pelaku utama
tersebut dikatakan aktif, efektif, dan berkualitas dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan
jika kompetensi yang diperoleh oleh peserta didik profesionalitasnya melalui supervisi akademik
tersebut mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
(KKM) yang sudah ditetapkan. kemudian, Supervisi Klinis
hubungan simpatik antara guru dan peserta didik, Supervisi klinis merupakan bentuk bimbingan
sehingga terciptanya lingkungan belajar yang professional yang diberikan kepada guru dan
mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa pihak sekolah berdasarkan kebutuhannya melalui
cinta belajar, menguasai sepenuhnya bidang ajar siklus yang sistematis (Departemen Pendidikan
dan memotivasi peserta didik untuk bekerja Nasional, 2009: 2) Ada 3 (tiga) pokok dalam
dengan tidak sekedar mencapai prestasi namun proses supevisi klinis, yaitu tahap pertemuan
juga menjadi anggota masyarakat belajar yang awal, tahap observasi mengajar, dan tahap
pengasih menjadi syarat utama untuk PBM yang pertemuan balikan.
aktif, efektif, dan berkualitas (Kementerian Menganalisa rencana pelajaran guru dan
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014b: 121). menetapkan aspek-aspek yang akan diobservasi
Supervisi Akademik sebagai tahap awal yang harus dilakukan oleh
Supervisi akademik merupakan upaya kepala sekolah dan guru. Karena, kegiatan ini
membantu guru-guru tanpa membedakan suku, dapat membantu guru agar lebih fokus pada apa
agama, ras, golongan, jenis kelamin, status sosial yang harus dilaksanakannya di dalam Proses
ekonomi, dan yang berkebutuhan khusus dalam Belajar Mengajar (PBM). Kemudian, tahap
mengembangkan kemampuannya mencapai selanjutnya adalah mencatat semua kegiatan yang
tujuan pembelajaran (Kementerian Pendidikan dilakukan oleh guru selama PBM berlangsung
dan Kebudayaan, 2014b: 121). Ketika persamaan dan mencocokkan kesesuaian dengan apa yang
perlakuan sudah dilakukan oleh guru, maka PBM sudah dirancang dalam rencana. Penilaian yang
pun akan berjalan dengan baik dan kompetensi dilakukan oleh kepala sekolah harus bersifat
yang diharapkanpun akan tercapai dengan objektif dan adil. Dan di tahap akhir, menganalisa
efisien. perilaku mengajar guru dan belajar siswa serta
Menurut Sergiovanni (dalam Departemen menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan
Pendidikan Nasional, 2007:10, Kementerian untuk membantu perkembangan guru dalam
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014b: 121-122) mengajar sehingga akan lebih tepat sasaran
supervisi akademik memiliki 3 (tiga) tujuan, karena disesuaikan dengan kebutuhan guru.
yakni:
1. Supervisi akademik diselenggarakan Guru dapat mengembangkan
dengan maksud membantu guru mengembangkan profesionalismenya untuk meningkatkan/
kemampuan profesionalnya dalam memahami memperbaiki proses pembelajaran dengan
akademik, kehidupan kelas, mengembangkan melakukan teknik-teknik peningkatan kapasitas,
keterampilan mengajarnya dan menggunakan baik secara langsung maupun tidak langsung,
kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. seperti:
2. Supervisi akademik dilakukan untuk 1. Menggunakan panduan/membimbing
memonitor kegiatan proses belajar mengajar di guru,
sekolah, kegiatan memonitor ini bisa dilakukan 2. Menggunakan textbook secara efektif,
melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas 3. Praktek pembelajaran,
di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi 4. Mengembangkan teknik pembelajaran
dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan yang tepat,
sebagian peserta didik. 5. Menggunakan metode yang fleksibel,
3. Supervisi akademik dilakukan untuk 6. Proses pembelajaran sesuai dengan
mendorong guru menerapkan kemampuannya kemampuan dan kebutuhan peserta didik,
dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, 7. Menggunakan lingkungan sekitar kelas
mendorong guru mengembangkan sebagai alat pembelajaran,
kemampuannya sendiri, serta mendorong guru
71
8. Mengelompokkan peserta didik dengan teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan
lebih efektif, guru yang sedang dibina melalui supervisi
9. Mengevaluasi peserta didik lebih akurat, akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru,
10. Bekerja sama dengan guru lain agar Lucio dan McNeil (dalam Departemen
pembelajaran lebih berhasil, Pendidikan Nasional, 2007:43, dalam
11. Melibatkan masyarakat dalam mengelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
kelas. 2014b:124) menyatakan agar kepala sekolah
(Sumber: Kementerian Pendidikan dan mempertimbangkan 6 (enam) faktor kepribadian
Kebudayaan, 2014b: 123). guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat
Dengan adanya upaya guru untuk guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-
meningkatkan dirinya agar lebih baik melalui sifat somatic guru.
belajar baik dari buku, teman sejawat, dan Konsep Coaching
masyarakat serta mempraktekkannya di dalam Definisi Coaching
kelas sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan Coaching adalah seni memberikan
membawa mereka ke kondisi pembelajaran yang bantuan peningkatan kinerja serta seni membantu
nyata membuat PBM akan menghasilkan produk mengembangkan diri seseorang melalui belajar
yang luar biasa. (Downey, dalam Kementerian Pendidikan dan
Teknik-teknik Supervisi Akademik Kebudayaan, 2014a: 100). Sedangkan menurut
Gwyn (dalam Kementerian Pendidikan Nasional, Luecke (dalam Kementerian Pendidikan dan
2010: 23, dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a: 100), coaching adalah suatu
Kebudayaan, 2014b:123) menyatakan supervisi proses interaktif yang dilakukan manajer atau
akademik memiliki 2 (dua) macam teknik yaitu: supervisor untuk mengatasi masalah kinerja atau
individual dan kelompok. untuk mengembangkan kapabilitas karyawan.
1. Teknik supervisi individual adalah Sementara itu, menurut Greene dan Grant (dalam
pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
guru. Supervisor di sini hanya berhadapan 2014a: 100), coaching adalah suatu proses
dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi sistematis kolaboratif yang berorientasi pada
ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. hasil dan berfokus pada solusi di mana seorang
Teknik supervisi individual ada 5 (lima) macam coach membantu peningkatan kinerja dan
yaitu kunjungan kelas, observasi kelas, pengalaman hidup ke arah belajar mandiri agar
pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan mencapai pengembangan diri.
menilai diri sendiri. Dari beberapa pendapat di atas, dapat
2. Teknik supervisi kelompok adalah salah disimpulkan bahwa coaching adalah usaha
satu cara melaksanakan program supervisi yang seseorang yang ahli (coach) untuk mengarahkan
ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru orang lain yang butuh bimbingan dan pengarahan
yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, (coachee) dalam membuka potensi dirinya untuk
memiliki masalah atau kebutuhan atau memaksimalkan kinerja dengan penekanan pada
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan upaya membantunya belajar, untuk mencapai apa
atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. yang ingin dicapainya.
Kemudian kepada mereka diberikan layanan Tujuan Coaching
supervisi sesuai dengan permasalahan atau Pada dasarnya tujuan coaching adalah
kebutuhan yang mereka hadapi, ada 13 (tiga untuk melatih/membina seseorang atau tim agar
belas) teknik supervisi kelompok yaitu: mampu: Mengandalkan diri sendiri, Menjadi
kepanitian-kepanitian, kerja kelompok, pemimpin dari dirinya sendiri, Mengoptimalkan
laboratorium dan kurikulum, membaca performanya sendiri, Berkreasi, Menyadari apa
terpimpin, demonstrasi pembelajaran, yang melandasi ucapan dan tindakannya dan
darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, bagaimana mengolah pikiran dan perasaannya,
perpustakaan, organisasi professional, buletin dan Mampu menghasilkan tindakan dan ucapan
supevisi, pertemuan guru, lokakarya atau yang berdaya (Kementerian Pendidikan dan
konferensi kelompok. Kebudayaan, 2014a: 101).
Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi Prinsip-prinsip coaching
akademik yang tepat, seorang kepala sekolah Coach Wilson (dalam Kementerian
harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a: 101,
yang akan dibina dan karakteristik setiap teknik Managing Director dari Performance Coach
di atas serta sifat atau kepribadian guru, sehingga
72
Training, menjelaskan 8 (delapan) prinsip dalam satu bagi guru yang kurang berpengalaman atau
coaching yaitu: yang lebih berpengalaman.
a. Awareness (Kesadaran) Consultant: Membimbing dan memfasilitasi
b. Responsibility (Tanggung Jawab) proses berbasis organisasi atau memberikan
c. Self Belief (Percaya Diri) kontribusi-kontribusi yang dapat berupa saran-
d. Blame Free ( Tidak Menyalahkan) saran tentang keahlian tertentu.
e. Solution Focus (Fokus pada Solusi) Expert Coach: Mengembangkan pemikiran dan
f. Challenge ( Tantangan) praktik dalam kaitan dengan proses atau konten
g. Action (Tindakan) kurikulum.
h. Trust ( Kepercayaan). Critical Friend: Seorang teman yang kritis
Manfaat Coaching biasanya bekerja dengan tim dan memberikan
Menurut hasil survey Federasi Coach umpan balik yang spesifik.
Internasional (dalam Greene dan Grant, dalam Peer Coach: Hubungan peer coach atau coach
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a: sebaya dalam melakukan coaching biasanya
102), coach bermanfaat untuk membantu digunakan untuk mendukung individu untuk
seseorang mencapai tujuan dalam kehidupannya. berpikir ke depan tentang kinerjanya melalui
Coaching kini memegang prinsip bahwa coachee penggunaan bukti, pengamatan, mendengarkan,
secara alamiah kreatif, penuh sumber daya, dan mempertanyakan dan umpan balik.
merupakan manusia yang utuh, karena itu Team Coach: Memfasilitasi dialog dalam tim
coachee lah yang paling tahu jawaban terhadap untuk memungkinkan setiap anggota memeriksa
kebutuhannya sendiri. Dalam hal lain, coachee performa mereka sendiri dan orang lain dengan
dilihat sebagai guru maupun murid. Dengan menggunakan bukti dan refleksi kritis.
pendekatan ini coach tidak dilihat sebagai expert Keterampilan Coach
(serba tahu dan mempunyai jawaban terhadap Seseorang yang akan menjalankan coaching
semua masalah) dalam kehidupan coachee. Tugas harus memiliki keterampilan sebagai coach.
coach adalah mengajukan pertanyaan yang tepat Menurut Stokes (dalam Kementerian Pendidikan
di saat yang tepat agar coachee bisa memulai dan Kebudayaan, 2014a: 106), seorang coach
suatu langkah menuju pemahaman dan kesadaran harus memiliki:
mengenai keadaan diri sendiri dari sudut pandang a. Pengetahuan tentang kurikulum,
baru yang berbeda. pengajaran, penilaian, dan standar-standar.
Peran coaching b. Pengetahuan tentang bahan pendukung
Ada 2 (dua) komponen dalam satu sesi coaching kurikulum dan sumber-sumber pemanfaatan
yaitu: proses dan isi. Coach bertanggung jawab teknologi bagi semua level, area, dan
atas proses, yaitu sebagai pengatur waktu dan kebutuhan siswa.
memastikan bahwa coachee menentukan tujuan, c. Karakteristik sebagai pendengar yang
strategi, dan tindakan yang jelas. Coach juga baik yang meliputi kemampuan mengajukan
harus menjaga kepercayaan coachee dan pertanyaan-pertanyaan terbuka, dan
menjaganya untuk selalu fokus pada tujuannya. menggunakan jeda secara efektif.
Sedangkan coachee bertanggung jawab atas isi d. Karakteristik sebagai pribadi yang dapat
yaitu: memilih bidang coaching, menentukan dipercaya yang meliputi menjunjung tinggi
tujuan spesifik, strategi, dan tindakan yang akan kerahasiaan, dan tetap konsisten dalam perkataan
dilaksanakan. selain itu, ia juga bertanggung dan tingkah laku.
jawab untuk menentukan batas waktu e. Keterampilan-keterampilan berkolaborasi
dilakukannya tindakan yang telah disepakati. dengan yang lain dan menjadi anggota tim.
Dengan demikian, coachee bertanggung jawab f. Keterampilan-keterampilan menjadi
sepenuhnya terhadap hasil coaching. Coachee pencatat, pengumpul data dan peneliti.
menjadi penentu atas sukses atau tidaknya proses g. Keterampilan mengajar yang dapat
coaching (Kementerian Pendidikan dan digunakan dalam menerapkan model
Kebudayaan, 2014a: 104). perencanaan pembelajaran, strategi-strategi,
Peran-peran coach (Kementerian Pendidikan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan
Kebudayaan, 2014a: 104-105) adalah sebagai karakteristik untuk memberikan umpan balik dan
berikut: ide-ide baru dengan situasi yang berbeda-beda.
Mentor: Menyarankan, mendukung, dan
mendorong, biasanya dalam hubungan satu lawan

73
Etika Coach didefinisikan, sehingga program coaching yang
Federasi Coach Internasional dalam Greene dan efektif dapat segera dirancang.
Grant (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Diskusi
2014a: 113-114), menyatakan seorang Coach Tahapan berikutnya adalah diskusi. Kegiatan ini
harus berperilaku sesuai dengan etika: dimulai setelah mengetahui apa yang menjadi
a. Harus bisa menampilkan percakapan masalah untuk dilaksanakan coaching. Diskusi
yang fokus, cermat, dan menggali, dilakukan antara coach dengan pegawai/orang
b. Tidak semestinya terlalu banyak yang akan menjalani coaching (disebut coachee)
memberikan nasehat dan memberikan jawaban untuk menyusun rencana program coaching.
tentang apa yang harus dikerjakan/dilakukan oleh Topik diskusi dapat mencakup tentang
Coachee, keterbukaan, kepercayaan, dan rasa aman selama
c. Harus menjaga kepercayaan dari mengikuti program coaching; cara-cara
coachee, meningkatkan kinerja; jadwal pelaksanaan
d. Harus menjaga kerahasiaan. coaching. Komitmen coach maupun coachee
Intinya, seorang coach itu harus mengarahkan selama mengikuti coaching, dan sebagainya.
coachee untuk tetap dalam track yang benar Pelaksanaan coaching
dengan tetap fokus dan percaya satu sama lain Tahapan selanjutnya setelah mengetahui
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. permasalahan dan berdiskusi untuk menyusun
Model-model Coaching (Kementerian rencana coaching adalah implementasi. Agar
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a: 115-120) mempermudah pelaksanaan program coaching,
1. The GROW (Goal, Reality, Options, dapat digunakan model-model coaching seperti
Wrap up) model GROW, GROWTH, GROW ME, dan
2. Model GROWTH (Goal, Reality, sebagainya. Model-model ini memandu Saudara
Options, Will, Tactics, Habits) dalam menentukan apa yang harus ditanyakan
3. Model GROW ME (Goals, Reality, oleh coach dan apa yang harus dilakukan oleh
Options, What’s Next? Will (W), Monitoring, coachee.
Evaluasi) Tindakan lanjut (Follow up)
4. Result Coaching Model (Permission, Tahapan berakhir setelah melaksanakan program
Questioning, Insights, Actions, Habits, Results) coaching adalah melakukan follow up (tindak
5. Model 4-Phase (Raport Information, lanjut). Follow up ini dapat memonitor
Clarify Outcomes Explore Options, Set the perkembangan coachee dan mengetahui apakah
Course Implement, Measure Reflect coachee bergerak sesuai dengan arah yang
Consolidate). diinginkan atau menyimpang dari apa yang
Prosedur Pelaksanaan Coaching diharapakan. Tahapan ini merupakan wadah
Persiapan untuk memberikan umpan balik dari coach
Tahapan awal untuk melaksanakan coaching kepada coachee, meningkatkan kemajuan
adalah melakukan persiapan. Persiapan dimulai coachee dan menentukan apakah program
dengan melakukan pengamatan terhadap coaching lanjutan diperlukan atau tidak. Secara
pegawai, guru, kepala sekolah/madrasah, ringkas tahapan ini terdiri dari kegiatan berikut
pengawas sekolah /madrasah yang akan diberikan yakni memberikan/menerima umpan balik dan
coaching. Pengamatan bisa menitikberatkan pada membuat rencana untuk follow up (Kementerian
performance gap (kesenjangan antara standar Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a: 120-122).
kinerja yang harus dicapai dengan kinerja yang
ditampilkan) atau skill deficiency (kesenjangan METODE PENELITIAN
antara kapabilitas yang dimiliki saat ini dengan Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif
kapabilitas yang dibutuhkan dalam pekerjaan dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas tiga
tersebut). Hasil pengamatan akan mengarahkan siklus. Teknik pengumpulan data dalam
pada sebuah hipotesis tentang kinerja atau penelitian ini dilakukan melalui observasi,
kapabilitas seseorang untuk memperkuat metode dokumentasi, dan kuesioner. Teknik
hipotesis yang dibuat, dengarkanlah dengan analisis data dipilah menjadi dua yaitu data
seksama segala hal yang tengah terjadi termasuk kuantitatif dan data kualitatif.
keluhan-keluhan dari berbagai pihak yang terkait, Waktu yang dilaksanakan untuk
perhatikanlah perilaku-perilaku yang melakukan penelitian ini dimulai dari bulan
menyebabkan masalah. Dengan demikian, titik Desember 2015 sampai dengan Maret 2016.
permasalahan yang sesungguhnya dapat
74
Penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) (PKG), dan berkas-berkas lainnya yang
wilayah kecamatan yang berada di bawah dinas mendukung pengumpulan data yang diharapkan
pendidikan kabupaten Aceh Timur, yaitu Rantau oleh penulis.
Selamat, Ranto Peureulak, dan Idi Tunong. Penelitian ini menggunakan instrumen
Subjek dari penelitian ini adalah 3 (tiga) yang terdiri dari beberapa indikator yang
kepala sekolah di bawah dinas pendidikan digunakan dalam pertanyaan dan harus dijawab
kabupaten Aceh Timur, yaitu kepala sekolah oleh kepala sekolah dan diisi oleh penulis
SMP Negeri 1 Rantau Selamat, kepala sekolah berdasarkan jawaban dan bukti yang ada pada
SMP Negeri 2 Ranto Peureulak, dan kepala kepala sekolah. Adapun kuesioner yang
sekolah SMP Negeri 2 Idi Tunong. digunakan adalah kuesioner tertutup dimana
Penelitian ini berbentuk Penelitian kepala sekolah hanya menjawab berdasarkan dari
Tindakan Sekolah (PTS), yakni sebuah penelitian indikator yang sudah ada di isian instrumen pada
yang dilakukaan pengawas sekolah sebagai setiap indikatornya.
penulis dan para kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi kepala sekolah dalam Teknik Analisis Data
melengkapi dokumen dan pelaksanaan supervisi Hasil dari pengumpulan data yang
akademik. bersumber dari observasi, dokumentasi dan
Penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) kuesioner, penulis melakukan analisis dan
siklus, yang masing-masing siklusnya dilakukan memilahnya menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
dalam 4 (empat) kegiatan yakni perencanaan, data kualitatif dan data kuantitatif.
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, Data Kuantitatif: merupakan data dalam bentuk
Suhardjono, dan Supardi, 2010:74). Rangkaian angka yang diambil dari hasil monitoring dan
tahap-tahap penelitian tersebut dilakukan dari coaching.
awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan Data Kualitatif: merupakan data dalam bentuk
penelitian yang dilakukan secara berulang-ulang kategori berdasarkan kualitas objek yang diteliti,
dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian Amat Baik, Baik, Cukup, Sedang, dan Buruk.
tercapai.
Adapun metode yang digunakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah metode deskriptif dimana Dari hasil pengamatan siklus pertama,
untuk melihat peningkatan kompetensi kepala dapat dilihat pada pelaksanaan Supervisi
sekolah dengan menggunakan teknik persentase Akademik sudah dilaksanakan dengan baik.
dari siklus ke siklus. Melalui metode ini, penulis Coachee mengorganisir para guru yang sudah
berupaya menjelaskan data yang penulis terbentuk dalam tim PKG dengan baik.Walaupun
kumpulkan melalui wawancara, pengamatan, dan hasilnya belum begitu tampak perbedaan. Namun
diskusi yang berupa persentase. coachee dan tim sudah terorganisir dengan baik.
Data penelitian ini dikumpulkan melalui Perbandingan nilai antara kondisi awal dan siklus
pengamatan langsung serta dengan I yakni merencanakan supervisi akademik dapat
menggunakan instrumen pengamatan yang dilihat dalam Tabel 1 berikut:
digunakan untuk mengumpulkan data.
Observasi dilakukan dengan 2 (dua) cara, Tabel 1. Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I,
yakni: Siklus II dan Siklus III
a. Observasi nonsistematis dilakukan ketika Keterangan Kondisi Siklus Siklus Siklus
pengamatan dilakukan tanpa menggunakan Awal I II III
instrumen pengamatan. Penulis hanya melakukan Persentase 50% 50% 75% 100%
pemantauan secara langsung. Skor 4 4 4 4
b. Observasi sistematis dilakukan ketika Maksimum
pengamatan dilakukan dengan menggunakan Skor 2 2 3 4
Perolehan
instrumen pengamatan untuk mengetahui hasil
Tertinggi
yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah Skor 2 2 3 4
sebelumnya. Perolehan
Dalam penelitian ini, penulis Terendah
mengumpulkan dan mencermati benda-benda
tertulis yang berhubungan dengan supervisi Persentase pada siklus II yakni
akademik berupa dokumen rencana supervisi pelaksanaan supervisi akademik dan
akademik, instrumen Penilaian Kinerja Guru menganalisis data supervisi, kepala sekolah dapat
75
melengkapi dokumen 75% dan pada siklus III, bahwa penerapan coaching pada kepala sekolah
pemberian umpan balik rencana tindak lanjut di sekolah binaan pengawas berdampak positif.
perbaikan proses pembelajaran dan pembuatan Kepala sekolah dapat meningkatkan
laporan pelaksanaan akademik meningkat kemampuannya dalam menyelesaikan dokumen
menjadi 100%. Kemudian, skor perolehan perencanaan dan melaksanakan supervisi
tertinggi untuk pemenuhan dokumen supervisi akademik secara efektif dan efisien sesuai dengan
akademik pada siklus I adalah 2, siklus II, 3 dan jadwal yang sudah ditentukan bersama. Setelah
siklus III meningkat menjadi 4. Kemudian skor itu, kepala sekolah juga mampu menganalisis
perolehan terendah pada siklus I, 2, siklus II data dari hasil supervisi akademik dengan benar
adalah 3 meningkat menjadi 4 pada siklus III. sampai dengan pemberian umpan balik dan
pembuatan laporan. Dengan terlihatnya
Pembahasan peningkatan penyelesaian dokumen dalam 3
Dari sebelum dilakukannya tindakan (tiga) siklus. Dan peningkatan penyelesaian
sampai dilakukannya tindakan coaching, dokumen juga sangat signifikan. Dari hasil siklus
tantangan yang dihadapi dalam penelitian ini I dapat dilihat bahwa peningkatan penyelesaian
dapat diatasi dengan adanya arah dan tujuan yang dokumen 50%, pada siklus II menjadi 75%, dan
jelas yang akan dicapai oleh coachee dengan pada siklus III 100%.
arahan dari coach yang sudah ditegaskan pada
siklus I, sehingga ketika coachee dan anggota tim DAFTAR PUSTAKA
PKG tidak melaksanakan tugasnya dengan tepat Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2010.
waktu, anggota tim lainnya memperingatkan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
untuk mengerjakan sesuai dengan waktu yang PT. Bumi Aksara.
sudah ditetapkan bersama begitu juga dengan Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
hal-hal lain yang berkenaan dengan tujuan yang Panduan Supervisi Klinis dan
akan dicapai pada proses coaching. Evaluasi Pelaksanaan KTSP.
Pada instrumen penilaian diri untuk Jakarta: Direktorat Jenderal
coach, pada umumnya kekuatan coach untuk Manajemen Pendidikan Dasar dan
pelaksanaan coaching ini ada pada Menengah, Direktorat Pembinaan
menyampaikan perintah, mengatur target kinerja, Sekolah Menengah pertama.
menyediakan umpan balik, menghadapi masalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
pribadi, merespon permintaan-permintaan, terus 2014a. Coaching. Jakarta: PSDMPK
menindaklanjuti permasalahan, mendengarkan & PMP.
untuk memahami, memotivasi orang lain, menilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
kekuatan dan kelemahan, serta membangun 2014b. Supervisi Akademik. Jakarta:
hubungan dan kepercayaan. Sementara coach PSDMPK & PMP.
merasa handal pada bagian memuji perbaikan Kementerian Pendidikan Nasional. 2011.
perkembangan, menangani kegagalan, dan Buku Kerja Kepala Sekolah. Jakarta
menangani situasi yang sulit. Pusat. Pusat Pengembangan Tenaga
Intinya, proses coaching berdampak baik kependidikan.
bagi coach dan coachee karena baik coach dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
coachee saling diuntungkan dalam proses ini, Republik Indonesia No. 13 Tahun
seperti coach lebih handal dalam memotivasi dan 2007 tentang Standar Kepala
menggali potensi diri coachee untuk fokus pada Sekolah/Madrasah.
tujuan yang akan dicapai. Permendikbud No. 143 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
KESIMPULAN Jabatan Fungsional Pengawas
Berdasarkan hasil dari penelitian Sekolah dan Angka Kreditnya.
tindakan sekolah ini, dapat diambil kesimpulan

76
PENERAPAN SKENARIO PEMBELAJARAN MODEL JIGSAW PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI TAHUN 2013/2014 DI SMAN 3 LUMAJANG

Siti Chotidjah
Guru SMAN 3 Lumajang

Abstrak

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah kesesuaian penerapan skenario pembelajaran model
Jigsaw dalam proses pembelajaran mata pelajaran Ekonomi pada semester genap tahun pelajaran
2013/2014 di SMAN 3 Lumajang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas melalui
dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII-IPS1 SMAN 3 Lumajang. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi partisipasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif.
Analisis data dan pembahasan menghasilkan bahwa penerapan skenario pada siklus I skor rata-rata
secara keseluruhan pelaksanaan skenario pembelajaran oleh guru peneliti sebesar 5,45 dalam katagori
cukup baik. Siklus II mengalami peningkatan skor rata-rata sebesar 6,88 dalam katagori cukup baik.
Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan skenario dalam proses pembelajaran oleh guru peneliti
secara kuantitatif mengalami peningkatan dan secara kualitatif belum mengalami penigkatan.

Kata kunci: Skenario pembelajaran, Model Jigsaw

Abstract

The goal of this research is the application of the suitability of learning scenarios Jigsaw model in the
process of studying the subject of Economics in the second semester of the school year 2013/2014 in
SMAN 3 Lumajang.
This study uses a quantitative approach to the type of classroom action research through two cycles.
The subjects were students of class XII-IPS1 SMAN 3 Lumajang. Data collection technique used
participatory observation. Data were analyzed with descriptive statistics.
Data analysis and generate discussion that the application scenarios in the first cycle an average
score overall implementation of learning scenarios by teachers researcher at 5.45 in the category
quite well. Cycle II was increased an average score of 6.88 in the category quite well. It can be
concluded that the application of the scenario in the learning process by teachers researchers
quantitatively and qualitatively increasing penigkatan not experienced.

Key words: learning scenario, Model Jigsaw

77
PENDAHULUAN heterogen. Sedangkan langkah-langkah yang
Dalam proses pembelajaran terakhir harus dilakukan adalah sebagai berikut:
sebelum dilaksanakan penelitian untuk mata a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap
pelajaran Ekonomi pada kelas XI-IPS1 di SMA kelompok anggotanya 5-6 orang)
Negeri 3 Lumajang dalam semester genap tahun b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa
pelajaran 2013/2014 menemukan beberapa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi
masalah, di antaranya yaitu rata-rata peserta menjadi beberapa sub bab.
didik kurang aktif mengikuti proses c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab
pembelajaran. Demikian halnya ketika diberikan yang ditugaskan dan bertanggung jawab
tugas. untuk mempeljarinya.
Hasil belajarnya dengan memperhatikan d. Anggota dari kelompok lain yang telah
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mempelajari sub bab yang sama bertemu
sebesar 7,00 menunjukkan hasil yang kurang dalam kelompok-kelompok ahli untuk
menggembirakan. Sejumlah peserta didik 36 mendiskusikannya.
orang, diperoleh data sebanyak 26 orang (72%) e. Setiap anggota kelompok ahli setelah
masih berada di bawah KKM. Selebihnya adalah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar
peserta didik yang telah tuntas belajar. Selain itu teman-temanya.
kemauan dan inisiatif belajar dan bertanya saat f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,
pembelajaran berlangsung masih rendah. siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
Memperhatikan keadaan belajar dan hasil individu. (Trianto, 2011:57)
belajar peserta didik tersebut maka dipandang Pertama, sebelum penyampaian materi
sangat perlu dilakukan perbaikan proses pelajaran dimulai, setiap kelompok diberikan satu
pembelajaran. Hal itu dilakukan untuk tugas yang sama dengan anggota kelompok lain.
meningkatkan hasil belajar mereka. Perbaikan Sebelum tugas tersebut dibahas di dalam
tersebut dilakukan melalui penelitian tindakan kelompok masing-masingnya, setiap kelompok
dengan harapan agar dapat mengetahui telah menunjuk satu anggotanya sebagai anggota
kekurangan yang ada terutama pada guru peneliti ahli yang diberi tugas mengerjakan tugas yang
dalam melaksanakan skenario pembelajaran yang sama yang diberikan oleh guru. Setelah tugas
disusun dalam RPP. Pembelajaran dalam tersebut selesai dikerjakan dalam waktu yang
penelitian menggunakan model Jigsaw yang ditentukan bersama ahlinya yang telah ditunjuk
dikembangkan. Hal ini dilakukan dengan harapan kelompoknya, maka masing-masing anggota ahli
dapat membangkitkan peserta didik dalam kembali ke kelompok masing-masing untuk
mengikuti proses pembajaran yang pada membahas hasil kerjanya di dalam kelompok
gilirannya dapat meningkatkan hasil belajarnya. masing-masing. Tugas tambahan seorang anggota
Pembelajaran Model Jigsaw yang ahli yang telah ditunjuk, ia sebagai anggota
dipergunakan lebih menekankan pada pendekatan bertanggung jawab terhadap tugas yang telah
yang berpusat pada peserta didik (student diberikan oleh guru.
centered approaches). Hal ini merujuk pendapat Memperhatikan dan memahami
Roy Kellen (1998, dalam Rusman, 2011:132) pembelajaran model Jigsaw tersebut, sebagai
yang mengemukakan bahwa terdapat dua salah satu alternatif model pembelajaran untuk
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu peningkatan hasil belajar peserta didik, maka
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher dalam proses pembelajaran harus dilaksanakan
centered approaches) dan pendekatan yang sesuai dengan sintak yang ada. Artinya alur
berpusat pada peserta didik (student centered skenario model tersebut diupayakan tidak ada
approaches). poin-poin yang terabaikan.
Pembelajaran model Jigsaw merupakan Skenario pembelajaran yang disusun guru
salah satu dari berbagai model pembelajaran peneliti dan dituangkan dalam RPP merupakan
yang bersifat kooperatif dan implementasinya rencana tindakan pembelajaran yang sistematis
berpusat pada peserta didik. Penerapan model dan kronologis sesuai dengan alur model atau
Jigsaw dalam pembelajaran, peserta didik di metode atau strategi pembelajaran yang
dalam kelas dibagi dalam kelompok kecil yang dikehendaki oleh guru peneliti sebagai upaya
kooperatif untuk menyelesaikan tugas-tugas untuk memperbaiki proses pembalajaran dan
koopertif. Setiap kelompok yang dibentuk terdiri hasil belajar peserta didik. Skenario pembelajaran
dari antara 5-6 peserta didik. Tingkat model Jigsaw akan diterapkan sesuai dengan
kemampuan anggota di dalam kelompok adalah tahapan yang ada. Namun demikian dalam
78
pelaksanaannya guru peneliti melakukan oleh guru. Sebagaimana Nasution (1987:25)
pengembangan pada teknis pengelompokkan mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil
dalam belajar. Sedang untuk pelaksanaan tahapan tes yang dilakukan pada akhir topik dimana tes
pembalajaran tetap mengikuti tahapan tidak perlu mengandung hal yang tersembunyi,
pembelajaran model Jigsaw, tetapi harus bahan pelajaran yang telah diajarkan
Pengembangan pembelajaran model Jigsaw sebelumnya.
yang dimaksud penelitian ini yaitu akan Memahami pendapat pengertian hasil belajar
dikembangkan dan dilaksanakan melalui tahapan tersebut dapat dipahami bahwa hasil belajar
(siklus) penelitian. Pengembangannya yaitu pada merupakan hasil tes atau ujian yang telah dicapai
siklus I, anggota kelompok ditetapkan hiterogen oleh peserta didik setelah peserta didik mengikuti
berdasarkan jenis kelamin dan menyelesaikan kegiatan pembelajaran dan hal itu
tugas antarahli juga dilaksanakan dalam diskusi menggambarkan tingkat penguasaan bahan
kelompok hiterogen. Sedang pada siklus II, pelajaran yang sekaligus sebagai bentuk
anggota kelompok utama tetap hiterogen, tetapi perubahan tingkah laku. Dengan kata lain
pada kerja antarahli untuk menyelesaikan tugas perilaku menjadi berubah hanya melalui proses
yang sama, terdiri dari jenis kelamin yang pembelajaran dan hasil pembelajaran merupakan
homogen. Hal ini dilakukan dengan gambaran perubahan perilaku tersebut. Hasil
pertimbangan faktor psikologis dan belajar ini ditandai dengan huruf atau angka. Jika
keterbukaan serta keberanian mengungkapkan dengan huruf adalah a,b,c,d atau e dan jika
masalah antara para ahli. ditandai dengan angka adalah mulai angka nol (0)
Pengembangan model Jigsaw seperti yang sampai dengan 10.
dimaksud harus dituangkan dalam skenario
pembelajaran sesuai dan diupayakan sesuai METODE PENELITIAN
dengan karakteristik peserta didik maupun materi Penelitian ini menggunakan pendekatan
yang diberikan oleh guru. Namun untuk kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan
mengetahui tingkat kesesuaian penerapan model Kelas melalui dua siklus. Teknik pengumpulan
pembelajaran tersebut harus ada seorang atau data menggunakan observasi partisipasi. Data
lebih yang mengamati pelaksanaan skenario dianalisis dengan statistik deskriptif.
pembelajaran tersebut. Hal ini dilakukan oleh Peserta didik yang menjadi populasi
guru peneliti karena guru peneliti sangat penelitian adalah peserta didik kelas XI-IPS
menyadari akan kekurangan diri dalam sebanyak 4 rombongan belajar. Dari sejumlah
melaksanakan proses pembalajaran. Jika rombongan belajar tersebut diambil satu sebagai
menggunakan bantuan bantuan seseorang atau subyek sasaran penelitain yaitu kelas XI-IPS1.
lebih untuk mengamati proses pembelajaran akan Penentuan kelas XI-IPS1 karena hasil belajar
dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya. terakhir sebelum dilaksanakan penelitian untuk
Kekurangan yang dapat dicatat melalui peserta didik yang hasil belajarnya berada di
pengamatan tersebut lebih lanjut akan dilakukan bawah KKM (belum tuntas) adalah yang paling
revisi atau perbaikan. Hasil revisi atau perbaikan besar. Selain itu kemauan dan inisiatif belajarnya
akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. paling rendah. Pelaksanaan penelitian pada
Demikian halnya dengan kekurangan yang pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
diri peserta didik ketika mengikuti proses Mengingat sifat penelitian ini untuk
pembalajaran. perbaikan proses pembelajaran dan hasil belajar
Melalui proses pembelajaran menggunakan peserta didik, maka untuk rancangan penelitian
model Jigsaw tersebut dan dilaksanakan dengan didesain menggunakan Penelitian Tindakan
maksimal sebagaimana skenario pembelajaran Kelas (Classroom Action Rsearch).
yang telah disusun guru peneliti maka diharapkan Pertimbangan lain menurut pendapat Hopkins
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. (1993:44, dalam Rochiati, 2011:11)
Mengetahui hasil belajar tersebut sangat mengemukakan pengertian penelitian kelas,
diperlukan karena hasil belajar merupakan salah untuk mengidentifikasi penelitian kelas, adalah
satu indikator efektifnya pelaksanaan skenario penelitian yang mengkombinasikan prosedur
pembelajaran. penelitian dengan tindakan substantif, suatu
Hasil pembelajaran yang dimaksud dalam tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri,
penelitian ini adalah perubahan tingkah laku atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa
peserta didik pada aspek pengetahuan melalui tes yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah
setelah menerima materi pelajaran yang diberikan proses perbaikan dan perubahan.
79
Kemudian Kemmis (1983, dalam disebutkan observasi merupakan salah satu alat
Rochiati, 2011:12) menjelaskan bahwa penelitian pengumpul data terpenting dalam Penelitian
tindakan adalah suatu bentuk inkuiri refleksi Tindakan Kelas adalah pengamatan atau
yang dilakukan secara kemitraan mengenai observasi.
situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) Memahami pengertian observasi tersebut
untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dan kaitannya dengan Penelitian Tindakan Kelas
keadilan dari : a) Kegiatan praktek sosial atau yang sedang dilakukan adalah observasi akan
pendidikan mereka, b) Pemahaman mereka dibantu oleh seorang kolaborator menggunakan
mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan alat instrumen pengamatan yang berkenaan
ini, dan c) situasi yang memungkinkan dengan penerapan skenario pembelajaran model
terlaksanakanya kegiatan praktek ini. Jigsaw dalam proses pembalajaran yang
Memahami pendapat tersebut di atas, dilakukan oleh guru peneliti.
terdapat tiga hal yang penting yang dapat Data penelitian yang terkait dengan
dipahami bahwa dalam PTK mengandung penerapan skenario pembalajaran dan terkumpul
tindakan, ada refleksi, memiliki tujuan, dan dengan baik lebih lanjut akan dianalisis. Analsis
dilakukan perbaikan dan perubahan. Jadi data tersebut menggunakan diskriptif kuantitatif
penggunaan Penelitian Tindakan Kelas sebagai kualitatif. Pengumpulan data menggunakan
rancangan penelitian menjadi tepat sekali karena skoring kemudian ditarik dalam katagori
untuk penerapan skenario pembelajaran tidak kualitatif yang telah ditetapkan dalam rentang
selalu dilaksanakan dengan baik. Kemitraan perlu skor. Lebih lanjut hasil analisis data
dilangsungkan dalam penelitian lewat proses dipergunakan untuk dasar pengambilan simpulan
pembalajaran untuk mengetahui kelemahan dan atas pelaksanaan skenario pembalajaran model
kelebihan selama proses pembelajaran Jigsaw.
berlangsung. Melalui kemitraan yang diberikan Rancangan penelitian tindakkan ini
wewenang sebagai kolaborator akan terus dirancang dalam kerangka konseptual sebagai
melakukan pengamatan secara intensif dan berikut:
hasilnya sebagai bahan refleksi diri dalam
menerapkan skenario pembelajaran. Peserta didik: Keaktifan
Oleh karena itu penelitian tindakan kelas kurang dan 87% di bawah
KKM
yang sedang dilakukan ini adalah bersifat
kolaboratif dan reflektif. Melalui kolaboratif
SIKLUS I:
dalam pengamatan proses pembalajaran akan 1. Pembagian anggota
membantu guru peneliti untuk bisa mendapatkan kelmpok adalah hiterogen
2. Siswa ahli yang kerja sama
data fakta kelas ketika penerapan skenario pada tugas yg sama
bersifat hitrogen (jenis
pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kelamin)

didukung data fakta tersebut menjadi lebihjelas Tindakan :


untuk poin-poin mana saja yang harus dilakukan Pembelajaran
Refleksi
Model Jigsaw
perbaikan dalam menerapkan skenario
pembelajaran. Dengan demikian untuk penerapan
skenario pembelajaran selanjutnya menjadi lebih SIKLUS II
1. Pembagian anggota
baik. Hasil akhir: kelmpok adalah hiterogen
2. Siswa ahli yang kerja sama
Untuk keperluan perolehan data fakta dalam Diduga
pada tugas yg sama
pembelajaran
penerapan skenario pembelajaran maka dilaksanakan sesuai
bersifat homogen (jenis
kelamin)
diperlukan alat untuk pengumpulan data yang dengan skenario
yang telah disusun.
diperlukan. Pengumpulan data untuk penelitian
ini dan berkenaan dengan pelaksanaan skenario Refleksi
pembalajaran yaitu menggunakan pengamatan
(observasi).
Untuk teknik pengumpulan data ini sesuai HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan pendapat Nasuition (1986:122) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mengemukakan, dengan observasi sebagai alat merupakan salah satu perangkat pembelajaran
pengumpul data dimaksud observasi yang yang harus dibuat oleh guru yang di dalamnya di
dilakukan secara sistematis bukan sambil- antaranya memuat skenario pembelajaran. Dalam
sambilan atau secara kebetulan saja. Sedangkan skenario pembelajaran memuat tiga aspek yaitu
meurut Rochiati dalam Glosarium (2011:250)
80
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan ini, maka skor rata-rata secara keseluruhan
penutup. pelaksanaan skenario pembelajaran oleh guru
Hasil observasi pada siklus I untuk peneliti sebesar 6,95. Angka tersebut
pelaksanaan skenario pembelajaran oleh guru memberikan pemahaman bahwa pelaksanaan
peneliti yang dilakukan kolaborator. Hasilnya skenario pembelajaran oleh guru peneliti dalam
adalah pada kegiatan pendahuluan di peroleh kegiatan pembelajaran termasuk “Cukup”.
skor rata-rata skor 4,67. Angka ini termasuk Jika memperhatikan siklus I, secara
pada kategori “Cukup baik”. Sedang pada kualitatif pada siklus II belum mengalami
kegiatan inti diperoleh skor rata-rata 5,42. Angka peningkatan. Tetapi jika memperhatikan secara
ini termasuk pada kategori “Cukup baik” kuantitatif, pelaksanaan skenario pembelajaran
Berikutnya pada kegiatan penutup diperoleh skor pada siklus II mengalami peningkatan. Pada
rata-rata 6,33. Angka ini termasuk pada kategori siklus I skor rata-rata menunjukkan skor rata-rata
“Cukup baik” 5,45 dan pada siklus menjadi 6,95.
Memperhatikan hasil skor rata-rata pada Kekurangan pelaksanaan skenario
masing-masing aspek maka skor rata-rata secara pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada
keseluruhan pelaksanaan skenario pembelajaran sub komponen elaborasi dalam kegiatan
oleh guru peneliti sebesar 5,45. Angka tersebut pembahasan hasil disikusi peserta didik tidak
memberikan pemahaman bahwa pelaksanaan mengalami perubaan lebih baik dari siklus I dan
skenario pembelajaran oleh guru peneliti dalam tetap pada sekor 5.
kegiatan pembelajaran termasuk “Cukup baik” Hasil penelitian tersebut dengan adanya
Skor rata-rata keseluruhan pelaksanaan peningkatan pelaksanaan skenario pembelajaran
skenario pembelajaran belum maksimal, memperkuat pendapat Kemmis tentang PTK
diantaranya dipengaruhi oleh aspek pendahuluan yakni mengemukakan di antarnya bahwa
yang tidak dilaksanakan secara maksimal adalah penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri
penyampaian tujuan pembelajaran dengan skor 2. refleksi yang dilakukan secara kemitraan
Sedang pada kegiatan inti untuk eksplorasi pada mengenai situasi sosial tertentu (termasuk
kegiatan guru tidak menyampaikan rangkuman pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan
hasil persentasi peserta didik dengan skor 3. keadilan keadilan dari : a) Kegiatan praktek
Untuk sub aspek yang lain minimal sudah cukup sosial atau pendidikan mereka, b) Pemahaman
baik. Kekurangan yang ada dalam pelaksanaan mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek
skenario pembelajaran lebih lanjut dilakuan revisi pendidikan ini, dan c) situasi yang
dan perbaikan dan hasilnya digunakan untuk memungkinkan terlaksanakanya kegiatan praktek
pelaksanaan skenario pembelajaran pada siklus ini.
II. Selain itu sesuai dengan pendapat Hopkins
Hasil observasi siklus II pelaksanaan yang mengemukakan pengertian penelitian kelas,
skenario pembelajaran oleh guru penelitian yang untuk mengidentifikasi penelitian kelas, adalah
dilakukan kolaborator menunjukkan bahwa pada penelitian yang mengkombinasikan prosedur
kegiatan pendahuluan di peroleh skor rata-rata penelitian dengan tindakan substantif, suatu
7,00. Angka ini termasuk pada kategori “Baik”. tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri,
Sedang pada kegiatan inti diperoleh rata-rata skor atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa
6,53. Angka ini termasuk pada kategori “Cukup”. yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah
Berikutnya pada kegiatan penutup diperoleh skor proses perbaikan dan perubahan.
rata-rata 7,33. Angka ini termasuk pada kategori
“Baik”. SIMPULAN
Memperhatikan hasil skor rata-rata pada Memperhatikan perkembangan perolehan
masing-masing aspek maka skor rata-rata secara skor rata-rata pada setiap sub aspek dan skor rata-
keseluruhan pelaksanaan skenario pembelajaran rata keseluruhan pada stiap siklus maka dapat
oleh guru peneliti diperoleh sebesar 6,95. Angka disimpulkan bahwa penerapan skenario
tersebut memberikan pemahaman bahwa pembelajaran model Jigsaw pada mata pelajaran
pelaksanaan skenario pembelajaran oleh guru Ekonomi semester genap tahun pelajaran
peneliti dalam kegiatan pembelajaran termasuk 2013/2014 di SMAN 3 Lumajang secara
“Cukup baik”. kuantitatif mengalami peningkatan kesesuaian
Bertolak dari hasil analisis data dan dan secara kualitatif masih tetap dalam katagori
pembahasan serta memperhatikan tujuan cukup baik
penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian
81
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution. (1986) Dedaktik Azas-azas Rosdakarya..
Mengajar, Bandung: Jemmars Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran
Nasution, 1997. Berbagai Pendekatan dalam Menegmbangkan Profesionalisme Guru,
Proses dan Mengajar,Jakarta: Bumi Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.
Aksara.. Trianto.(2011). Model-model pembelajaran
Wiraatmadja. Rochiyati. 2010. Metode Penelitian inovatif berorientasi konstruktivitis.
Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Jakarta: Prestasi Pustaka

82
PENERAPAN SKENARIO PENDAMPINGAN GURU BINAAN DALAM
MENYUSUN RPP BERKARAKTER DI KABUPATEN PASURUAN

Mochammad Muchlis
Pengawas SMP Kabupaten Pasuruan

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan penerapan skenario pendampingan melalui dua siklus.
Subyek penelitian sebanyak enam guru binaan. Rancangan penelitian menggunakan Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi. Data yang terkumpul
dianalsis dan hasil rata-rata skor keseluruhan pelaksanaan pendampingan pada siklus I sebesar 5,94
dengan katagori ”Cukup sesuai”, siklus II sebesar 7,28 dengan katagori ”Sesuai”. Simpulannya adalah
penerapan skenario pendampingan dalam proses pendampingan menggunakan Strategi Tugas
Pengungkapan Masalah untuk menyusun RPP berkarakter bagi guru binaan tahun 2013/2014 di
Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan tingkat kesesusian baik secara kuantitaif maupun
kualitatif.

Kata Kunci: Skenario pendampingan, RPP berkarakter

Abstract

The research aims to improve the application scenarios assistance through two cycles. Six research
subjects trained teachers. The study design using Action Research School (PTS). Data collection
technique used observation. The collected data and results dianalsis average score overall
implementation of assistance on the first cycle of 5.94 in the category "Quite appropriate", the second
cycle of 7.28 with the category of "Match". The conclusion is the facilitation of the implementation
scenarios assistance process uses Disclosure Issues Task Strategy to prepare lesson plans for teachers
character built in 2013/2014 in Pasuruan increased levels of kesesusian both quantitative and
qualitative.

Keywords: Scenario mentoring, RPP character

83
PENDAHULUAN maksimal. Untuk itu diperlukan bantuan orang
Untuk sejumlah guru binaan diambil enam lain atau seseorang untuk menjadi pengamat
orang guru yang menjadi subyek penelitian dalam penerapan skenario pendampingan.
penyusunan RPP sekaligus sebagai refleksi Dengan latar belakang pemikiran tersebut
kemampuan awal dalam menyusun RPP. RPP maka satu masalah penelitian yang dapat
untuk enam orang tersebut setelah dilakukan dirumuskan yaitu bagaimana kesesuaian
penilaian menunjukkan skor 39,83 (Cukup baik), penerapan skenario pendampingan menggunakan
39,75 (Cukup baik), 43,08 (Cukup baik), 41,83 Strategi Tugas Pengungkapan Masalah untuk
(Cukup baik), 45,83 (Cukup baik) dan 50,09 menyusun RPP berkarakter bagi guru binaan
(Cukup baik). Rata-rata keseluruhan kemampuan tahun 2013/2014 di Kabupaten Pasuruan ?.
6 guru dalam menyusun RPP sebesar 44,07 Rencana Pelaksanaan Pendampingan
(Cukup baik). Melihat kondisi ini maka perlu (RPP) merupakan konsep yang terprogram,
untuk dilakukan pendampingan praktis dan sistematis dan kronologis untuk melaksanakan
mudah dipahami. Disamping itu setelah kegiatan pendampingan dan di dalamnya memuat
menerima pendampingan mereka dapat seluruh komponen yang diperlukan agar
memberikan informasi kepada teman-teman guru pelaksanaan pendampingan dapat berjalan
di sekolahnya atau melalui forum Musyawarah dengan baik, efektif, dan maksimal. Komponen
Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dengan demikian yang ada di dalam RPP di antaranya adalah
diharapkan setidak-tidaknya dari enam orang penggunaan strategi, metode atau pendekatan
tersebut dapat dikembangkan kepada guru lain. pendampingan, dan rancangan skenario
Untuk melakukan perbaikan dalam pendampingan.
menyusun RPP berkarakter akan dilakukan dalam Skenario pendampingan adalah rencana
penelitian tindakan. Bentuk pelaksanaannya tertulis yang teratur, sistematis dan koronolgis
adalah pendampingan. Strategi yang digunakan dalam bentuk tahapan-tahapan dari sebuah
adalah Strategi Tugas Pengungkapan Masalah. kegiatan pendampingan yang akan diterapkan
Teknik pelaksanaannya yaitu setiap peserta dalam penyusunan RPP berkarakter. Tahapan-
pendampingan diharuskan untuk mengungkapkan tahapan yang telah disusun sedemikian rupa itu
masalah tentang kesulitan dalam menyusun RPP harus diterapkan sesuai dengan kurun waktu yang
berkarakter. telah di rancang sehingga sampai pada tahapan
Agar proses pendampingan dapat terakhir, setiap tahapan dapat diterapkan dengan
berlangsung dengan baik dan efektif maka perlu baik. Dalam penerapan skenario ini Pengawas
disusun perencanaan pendampingan (RPP) yang peneliti harus menguasai benar setiap tahapan
efektif. Dalam perencanaan tersebut akan disusun kegiatan. Termasuk kebutuhan di dalamnya harus
atau dirumuskan skenario pendampingan yang sudah disiapkan dan siap untuk diterapkan.
sistematis dan kronologis. Sistematis dimaksud Misalnya penggunaan media atau sumber belajar
adalah Pengawas peneliti akan menerapkan lainnya.
skenario yang telah dirancang sesuai dengan Strategi yang digunakan dalam
kebutuhan pendampingan. Kronologis adalah pendampingan adalah strategi Tugas
penerapan skenario pendampingan akan Pengungkapan Masalah. Setelah membaca
dilaksanakan runtun sesuai dengan urutan refrensi Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif
kegiatan pendampingan yang telah disusun. oleh Hisyam Zaini dan James Bellanca yang
Dengan demikian proses pendampingan akan salah satunya adalah stratgi Tugas Mengenal
berjalan dengan baik dan efektif. Masalah, Hisyam Zaini (2008:175)
Namun demikian Pengawas peneliti sangat mengemukakan dalam diskripsinya bahwa
menyadari akan kekurangan atau kekilafan diri strategi Tugas Mengenal Masalah ini
terhadap penerapan satuan kegiatan menampilkan kepada mereka beberapa contoh
pendampingan dalam proses pendampingan. tipe persoalan yang umum dan meminta peserta
Akibatnya bisa dimungkinkan terjadi kekurang- didik untuk mengidentifikasi tipe khusus
sesuaian antara skenario yang disusun dengan persoalan dari setiap contoh itu untuk
penarapannya. dipecahkan. Mereka banyak belajar persoalan
Pada bagian lain tidak menutup tetapi sering juga kesulitan menentukan macam
kemungkinan akan terjadi kurang maksimalnya persoalan untuk dipecahkan dengan metode
menerapkan setiap kegiatan pendampingan. secara baik.
Sehingga akibat dari faktor-faktor tersebut akan Lebih lanjut tentang tujuan strategi tersebut
menimbulkan hasil pendampingan yang kurang dikemukakan sebagai berikut:
84
1) Mengembangkan kemampuan menerapkan didik dapat mengetahui hambatan dan bisa
prinsip-prinsip dan generalisasi yang memahami dalam kesulitan dalam menyusun
dipelajari kepada situasi dan masalah yang RPP berkarakter. Selanjutnya dapat dipecahkan
baru. secara individu atau bersama dalam kelompok
2) Mengembangkan kecakapan pemecahan untuk mendapatkan solusi yang tepat. Dengan
masalah. demikian hal tersebut dapat dikembangkan untuk
3) Mengembangkan kecakapan, strategi dan menyiapkan kegiatan pembelajaran yang lebih
kebiasaan belajar. baik dan berkembang.
4) Mengembangkan kemampuan bertindak
secara cakap. Penerapan Strategi Tugas Pengungkapan
Kemudian terkait dengan masalah yang Masalah
dihadapi peserta didik dan pemecahannya, James Agar strategi Tugas Pengungkapan
Bellanca (2010:312) mengemukakan Masalah dalam proses pembelajaran berjalan baik
pendapatnya yang dapat disimpulkan bahwa dan optimal, maka perlu diketahui tahapan-
pentingnya peserta didik mengemukakan atau tahapan pelaksanaannya sehingga pembelajaran
mengetahui masalahnya sendiri dan masalah itu dengan stratagi Tugas Pengungkapan Masalah
yang bisa mengganggu proses pengembangan diri dapat berlangsung secara aktif dan efektif.
baik yang bersifat pribadi, sosial, belajar maupun Berkenaan dengan tahapan tersebut Hisyam Zaini
berkenaaan dengan tugas pekerjaan maka peserta (2008:175) mengemukakan sebagai berikut:
didik harus dilatih dan dibiasakan untuk bisa 1) Memilih beberapa persoalan yang sulit
memecahkan masalahnya melalui proses serta dibedakan oleh mereka.
dapat mempelajari bagaimana menggunakan 2) Pastikan setiap contoh hanya cocok atau
Model Pemecahan Masalah sebagai kerangka sesuai dengan satu tipe persoalan.
dalam menyusun proses pemecahan masalah 3) Tentukan apakah Anda memberikan
pribadi. informasi tentang tipe-tipe persoalan yang
Memperhatikan pendapat tersebut maka harus dikenal.
pada prinsipnya pengenalan masalah bagi diri 4) Buat formulir singkat atau transparansi
peserta didik pada prinsipnya tidak mengalami contoh masalah ahar dikenal peserta didik.
perbedaan. Tugas Pengungkapan Masalah akan 5) Beri mereka waktu yang memadahi untuk
terjadi jika peserta didik telah mengenali masalah mengerjakan tugas.
yang ada pada dirinya. Perbedaan yang ada Merujuk Utomo Dananjaya (2010:130)
adalah walaupun seseorang telah mengenali proses yang dilakukan sebagai berikut:
masalahnya namun belum tentu ada kemauan 1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok.
atau keberanian untuk mengungkapkan masalah 2) Setiap kelompok diminta mencari satu
yang telah dikenalinya. Sebaliknya masalah (terkait dengan tema yang
pengungkapan itu dilakukan karena peserta didik disepakati).
telah mengenali masalah yang dialaminya. 3) Setiap kelompok mendiskusikan pemecahan
Walaupun masalah yang diungkapkan itu belum masalah.
mendalam jika dikaitkan dengan pemecahannya. 4) Hasil diskusi ditulis dan dipresentasikan di
Berkenaan dengan pemecahan masalah depan kelas.
Utomo Dananjaya (2010:129) menjelaskan Merujuk pendapat di atas maka dapat
bahwa problem solving melalui narasinya yang disimpulkan bahwa tahapan pelaksanaan
berkenaan dengan problem solving sebagai salah pendampingan dengan strategi Tugas
satu strategi aktif untuk mengembangkan berpikir Pengungkapan Masalah sebagai berikut:
bagi peserta didik dapat simpulkan bahwa 1) Pengawas membentuk kelompok kerja pada
problem solving mampu melatih siswa menggali setiap siklus.
masalah yang dihadapinya dan merumuskan 2) Pengawas peneliti meminta setiap anggota
solusi dari masalah yang dihadapi serta dapat kelompok untuk mengungkapkan masalah
membiasakan siswa berpikir analistis. yang dihadapai yang mengakibatkan dirinya
Memahami pendapat tersebut dan dikaitkan kesulitan untuk menyusun RPP Berkarakter.
dengan penelitian tindakan yang dilakukan maka 3) Setiap anggota kelompok mendapatkan
dapat disimpulkan bahwa strategi Tugas Tugas masalah dan lebih lanjut masalah tersebut
Pengungkapan Masalah merupakan salah satu diurut sesuai dengan tingkat kesulitannya.
strategi aktif yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran atau sehingga secara rinci peserta
85
4) Hasil Tugas Pengungkapan Masalah lebih sebagai subjek penelitian sebanyak enam orang
lanjut didiskusikan dalam kelompok yang guru dari enam sekolah. Subyek penelitian
telah dibentuk. berasal dari latar belakang mata pelajaran
5) Setiap kelompok pada setiap siklus berbeda.
mengalami perubahan anggota yaitu anggota Penelitian menggunakan rancangan
kelompok pada siklus I berbeda dengan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Pelaksanaan
anggota kelompok pada siklus II. dalam penelitian menggunakan dua siklus. Sifat
6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitian tindakan adalah kolaboratif dan
kerja menyusun RPP berkarakter dan reflektif. Kolaboratif dimaksud adalah dalam
penyampaiannya diwakili seorang anggota. penelitian menggunakan bantuan sesesorang
7) Pada akhir pertemuan guru menyimpulkan sebagai kolaborator. Peran kolaborator untuk
dan menegaskan hasil kerja guru lebih lanjut melakukan pengamatan dalam rangka
untuk guru melakukan pembetulan dan pengumpulan data obyektif di lapangan selama
pengembangan. penerapan pendampingan berlangsung.
Untuk penerepan RPP pendampingan Sedangkan reflektif adalah hasil pengamatan
dalam penelitian perlu menggunakan kerangka dipergunakan sebagai masukan Pengawas
berpikir agar tahapan penelitian dapat menjadi peneliti untuk pertimbangan perbaikan/revisi
jelas dan mudah untuk dilaksanakan. Kerangka pada perencanaan pendampingan yang telah
berpikir merupakan tahapan penelitian untuk disusun Pengawas peneliti sehingga pelaksanaan
menjelaskan secara singkat tentang bagaimana pada tahap/siklus selanjutnya menjadi lebih baik.
alur kegiatan penelitian. Kerangka berpikir yang Hal sesuai dengan pendapat Kemmis
jelas lebih memudahkan untuk memahami (1988, dalam Pusat Pengembangan Tenaga
tahapan kegiatan penelitian. Kerangka berpikir Kependidikan Badan Pengembangan Sumber
penelitian menggunakan kerangka berpikir Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang terdiri Pendidikan, 2011) bahwa penelitian tindakan
dua siklus. adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang
Kerangka berpikir penelitian tindakan dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-
dalam skematik tampak seperti di bawah ini: situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri.
Teknik observasi yang dipergunakan untuk
Kemampuan awal guru pengumpulan data. Data diambil dari proses
menyusun RPP
Berkarakter penerapan skenario pendampingan dengan
menggunakan Strategi Tugas Pengungkapan
Masalah. Instrumen yang disusun menyentuh
SIKLUS I
langsung dengan skenario pendampingan yang
disusun Pengawas peneliti.
Menyusun RPP
Berkarakter melalui
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya
diskusi kelompok kecil
anggota 3 org.
dianalisis. Teknik analisis data menggunakan
diskriptif kuantitatif kualitatif. Pengambilan data
menggunakan skoring dan setelah dilakukan
Refleksi
Tindakan: Penerapan skenario analisis hasilnya ditarik dalam kualitatif. Untuk
pendampingan dengan strategi
Tugas Pengungkapan Masalah
pengambilan simpulan menggunakan rentang
skor 1-4: Kurang sesuai; 5-7: Cukup sesuai; dan
SIKLUS II
Menyusun RPP
8-10: Sesuai.
Berkarakter melalui
diskusi kelom pok
kecil anggota 3 org yg HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berbeda dari siklus I.
Kegiatan pendampingan siklus I pada
Kondisi akhir : aspek pendahuluan dari pengamatan diperoleh
Pendampingan
sesuai dengan Refleksi skor rata-rata sebesar 6,00 atau dalam katagori
RPP “Cukup sesuai”. Aspek pendahuluan yang terdiri
tiga sub aspek masing-masing dalam katagori
METODE PENELITIAN “Cukup sesuai”. Tetapi jika diperhatikan pada
Seluruh sekolah binaan sebagai populasi perolehan skor, untuk sub aspek pemberian
sebanyak delapan lembaga dengan jumlah guru motivasi diperoleh skor 5. Sedang untuk dua
212 orang. Untuk sampel penelitian sekaligus aspek lainnya mendapat skor 6 dan 7. Pengawas
86
peneliti dalam memberikan motivasi pada awal memperoleh skor 6. Namun setelah kondisi
pendampingan belum maksimal terutama tersebut mengalami perbaikan pada siklus II
berkenaan dengan pengembangan materi maka untuk dua sub aspek tersebut mengalami
pendampingan. Setelah memperhatikan hasil peningkatan. Masing-masing memperoleh skor 8
refleksi dan dilakukan perbaikan pada siklus II, dan 7. Rata-rata pada sub aspek meningkat dari
maka untuk pendampingan siklus II mengalami 6,33 menjadi 7,10. Perubahan pada katagori dari
peningkatan. Kondisi ini ditandai dengan hasil ”Cukup sesuai” menjadi ”Sesuai”.
pengamatan untuk pemberian motivasi diperoleh Untuk hasil rata-rata skor secara
skor 7. Namun demikian secara kualitatif masih menyeluruh pelaksanaan pendampingan pada
tetap dalam katagori ”Cukup sesuai”. Sedangkan siklus I sebesar 5,94 dengan katagori ”Cukup
untuk dua aspek lainnya mengalami peningkatan sesuai”. Untuk rata-rata perolehan skor
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yaitu pendampingan siklus II sebesar 7,28 dengan
dari ”Cukup sesuai” menjadi ”Sesuai” katagori ”Sesuai”. Peningkatan skor tersebut
Untuk rata-rata keseluruhan pelaksanaan memberikan pemahaman bahwa Pengawas
aspek Pendahuluan berdasarkan hasil peneliti melakukan pendampingan guru
pengamatan mengalami peningkatan baik menerapkan Strategi Tugas Pengungkapan
kuantitatif maupun kualitatif yaitu dari 5,94 Masalah mengalami perbaikan dan peningkatan
menjadi 7,28, dari “Cukup sesuai” menjadi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
“Sesuai”. Peningkatan dalam pendampingan Hasil penerapan skenario pendampingan
untuk aspek Pendahuluan karena ada peningkatan oleh Pengawas peneliti dengan memperhatikan
cukup menggembirakan yaitu pada sub aspek hasil pembahasan, maka secara teori sesuai
penyampaian apersepsi dan tujuan dengan pendapat Kemmis yang pada dasarnya
pendampingan, masing-masing memperoleh skor bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang
8 dan 6 dan 7. bersifat refleksi diri yang dilakukan oleh para
Pendampingan pada aspek Kegiatan Inti partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk
untuk sub aspek eksplorasi pada siklus I dari pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang
hasil pengamatan diperoleh skor 5,86 dengan dilakukan sendiri. Lebih lanjut untuk praktek
katagori ”Cukup sesuai”. Kegiatan berkelanjutan dapat berlangsung lebih baik.
pendampingan dengan menerapkan strategi
Tugas Pengungkapan Masalah pada kegiatan KESIMPULAN
dengan perolehan skor tersebut diakibatkan Berdasarkan hasil analisis data dan
pertama, penyampaian contoh RPP Berkarakter pembahasan serta dengan memperhatikan tujuan
kurang jelas dan kurang operasional; kedua, penelitian maka dapat diberikan simpulan bahwa
kurang jelas perintah dalam pemberian tugas penerapan skenario pendampingan dalam proses
untuk mengungkap masalah; dan ketiga, pendampingan menggunakan Strategi Tugas
lambatnya guru dalam membentuk kelompok Pengungkapan Masalah untuk menyusun RPP
kerja. Setelah menerima refleksi kemudian berkarakter bagi guru binaan tahun 2013/2014 di
dilakukan perbaikan, maka pada siklus II untuk Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan
sub aspek eksplorasi dapat ditingkatkan. Rata- tingkat kesesusian baik secara kuantitaif maupun
rata skor diperoleh sebesar 7,67 dengan katagori kualitatif.
”Sesuai”. Untuk masing-masing butir kegiatan
dalam sub aspek ini mengalami peningkatan yang DAFTAR PUSTAKA
menggembirakan. Masing-masing diperoleh skor Bellanca, Jammes, 2011, Strategi dan Proyek
7,8,8,8,8,8 yang semula dari 6,5,7,5,5,6,7. Pembelajaran Aktif, Edisi Kedua,
Pada aspek Penutup, rata-rata skor Jakarta, PT. Indek
diperoleh sebesar 6,33 dengan katagori ”Cukup Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan
sesuai”. Kondisi kegiatan penutup memberikan Badan Pengembangan Sumber Daya
skor sebesar tersebut diakibatkan pada penegasan Manusia Pendidikan dan Penjaminan
kembali inti pendampingan yang kurang Mutu Pendidikan, 2011
maksimal. Berikutnya pada ajakan Pengawas Zaini, Hisyam, dkk, 2008, Strategi Pembelajaran
peneliti kepada guru agar hadir kembali pada Aktif, Pustaka Insan Madani,
pendampingan berikutnya masih tampak ada Yogyakarta.
keraguan pada Pengawas. Masing-masing

87
PENGGUNAAN MEDIA CETAK DALAM LAYANAN INFORMASI PADA
MATERI BUDI PEKERTI LUHUR DI SMA ISLAM LUMAJANG

Siti Wahyuli
Guru BK Sma Islam Lumajang

Abstrak

Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui keaktifan konseli dalam menerima materi dan tingkat
pemahaman terhadap materi yang diberikan melalui media cetak koran pada semester genap tahu
2014/2015 di SMA Islam Lumajang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Bimbingan
Konseling melalui dua siklus. Subyek penelitian adalah konseli kelas XI-IPS1. Rancangan penelitian
adalah Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK). Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi. Analisis data menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian keaktifan konseli pada kondisi awal diperoleh skor rata-rata keseluruhan sebesar
39,90 (cukup baik), pada siklus I sebesar 44,65 (cukup baik) dan pada siklus II sebesar 49,85 (cukup
baik). Sedangkan pemahaman awal materi layanan dari 37 konseli yang tuntas klasikal mencapai
24,32 %, pada siklus I tuntas klasikal mencapai 54,05% dan untuk siklus II tuntas klasikal mencapai
75,68%.Maka disimpulkan: (1) Pemberian layanan informasi menggunakan media cetak koran dapat
meningkatkan keaktifan konseli menerima materi nilai-nilai budi pekerti luhur; (2) Pemberian layanan
informasi menggunakan media cetak koran dapat meningkatkan pemahaman konseli pada materi budi
pekerti luhur.

Kata Kunci: Media Cetak, Layanan Informasi

Abstract

The research objective was to find out the liveliness of the counselee in receiving materials and the
level of understanding of the material provided by print newspapers in the second semester of
2014/2015 at the high school know Islam Lumajang.
This study uses a quantitative approach to the type of action research Counseling through two cycles.
Subjects were counselees class XI-IPS1. The study design is Action Research Counseling (PTBK).
Data collection technique used observation. Data analysis using descriptive statistics.
The results of the research activity of the counselee on the initial conditions obtained an overall
average score of 39.90 (pretty good), in the first cycle of 44.65 (pretty good) and the second cycle of
49.85 (pretty good). While the initial understanding to the contents of the 37 who completed the
classical counselee reached 24.32%, in the first cycle completed classical reached 54.05% and for the
second cycle completely classical reached 75.68% It so concluded: (1) Provision of information
services using the media newspaper print can enhance the activity of counselees receive material
values noble character; (2) The provision of information services using print media to enhance
understanding of the newspaper on the material counselee noble character.

Keywords: Print Media, Information Services

88
PENDAHULUAN yang ternyata justru menghasilkan manusia pintar
Penyampaian sebagian materi nilai-nilai dan tidak diimbangi dengan penanaman dan
budi pekerti di kelas XI-IPS SMA Islam pengembangan budi pekerti nili-nilai luhur.
Lumajang yang sebanyak dua rombongan belajar, Akibatnya satu sisi konseli menjadi pintar tetapi
rata-rata untuk konseli kurang menaruh perhatian satu sisi lainnya meninggalkan perilaku yang
dan kurang tertarik. Sebagian besar konseli berbudi luhur. Dengan kata lain smart but not
tidak aktif, tidak bergairah, dan cenderung tidak good. Implementasi pendidikan budi pekerti yang
kreatif. Keadaan ini ditunjukkan dengan sikap secara terintregasi dalam mata pelajaran tertentu
yang kurang antusias ketika proses layanan telah menimbulkan dampak pembelajaran yang
berlangsung. Tampak respon konseli rendah lepas dari konteks substansi. Akibatnya proses
terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta pembelajaran yang mestinya bersifat student
kurangnya learning oriented tergelincir menjadi value
konsentrasi konseli. storytelling yang membosankan konseli dan guru.
Tiga hari setelah pemberian layanan Media pembelajaran atau bimbingan salah
informasi dilakukan observasi dan wawancara satu unsur penting untuk sarana menyampaikan
kaitan dengan sikap konseli terhadap materi yang materi agar konseli tidak jenuh terhadap materi
disajikan. Hasil observasi dan wawancara yang dipelajarai. Selain itu menggunakan media
kepada konseli, kurang aktifnya konseli dalam akan lebih memudahkan konseli menerima pesan.
mengikuti kegiatan layanan disebabkan oleh Berkenaan media Gerlach & Ely (dalam
adanya anggapan bahwa materi tersebut tidak Azhar Asyad, 2007:7) mengemukakan bahwa
jelas, abstrak dan menjemukan, serta konseli media apabila dipahami secara garis besar adalah
belum dapat menunjukkan contoh-contoh manusia, materi, atau kejadian yang membangun
penerapan nilai-nilai budi pekerti luhur dengan kondisi yang membuat siswa mampu
baik. memperoleh pengetahuan, keterampilan atau
Berdasarkan hasil observasi dan sikap.
wawancara tersebut ditindak-lanjuti pengulangan Kemudian Heinich, dkk (dalam Azhar
materi nilai-nilai budi pekerti dengan tema yang Asyad, 2007:7) mengemukakan istilah medium
berbeda. Kegiatan yang dilakukan melalui layan sebagai perantara yang mengantar informasi
informasi klasikal sebagai salah satu bagian dari dari sumber dan penerima. Sedangkan Hamidjojo
jenis layanan bimbingan konseling. Untuk (dalam Latuheru, 1993) memberi batasan media
kegiatan layanan ini dengan memperhatikan hasil sebagai semua bentuk perantara yang digunakan
observasi dan wawancara tersebut, maka dalam oleh manusia untuk menyampaikan atau
penerapannya menggunakan media cetak koran. menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga
Guru peneliti menggunakan media cetak tersebut ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu
dengan pertimbangan konseli akan dihadapkan sampai kepada yang dituju.
pada beberapa contoh fakta penyimpangan Dari berbagai pendapat tentang
perilaku yang terjadi di masyarakat. Melalui fakta pemahaman definisi media maka dapat
tersebut diharapkan konseli bisa lebih aktif dan disimpulkan bahwa media merupakan sarana
antusias serta mudah memahami dalam untuk menyampaikan
mempelajari nilai-nilai luhur budi pekerti. pesan atau informasi agar lebih mudah diterima
Dengan latar belakang masalah tersebut dan lebih mudah dipahami oleh yang dituju atau
maka tujuan yang ingin diraih dalam penelitian yang menerima.
ini adalah untuk mengetahui keaktifan konseli Arief S. Sadiman (dalam Sukijo, 2003:5)
dalam menerima materi dan tingkat pemahaman menyebutkan kegunaan media pendidikan
terhadap materi yang diberikan melalui media sebagai berikut:
cetak koran. a. Memperjelas penyampaian pesan.
Penyampaian materi nilai-nilai luhur budi b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
pekerti sangatlah penting untuk pergaulan para daya indera.
remaja di era perkembangan global. Pendindikan c. Mengatasi sikap pasif konseli dengan jalan
kita terlalu lama hanyut dalam proses pengajaran menggunakan media
yang banyak menekankan pada penguasaan d. Media secara tepat dan bervariasi.
pengetahuan. Hal ini sebagaimana mengutip e. Memberikan pengalaman yang integral dari
dalam Depdiknas Dirjen Dikdasmen, (2003:61) yang konkrit sampai yang abstrak.
yaitu namun karena selama ini proses pendidikan f. Menyamakan pengalaman.
terlalu lama tergelincir pada proses pengajaran
89
Media cetak dalam kaitannya dengan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu
penelitian, yang dimaksud adalah media cetak dengan permasalahan individu.
“Koran”. Koran dipergunakan sebagai media Pendapat tersebut memberikan
layanan informasi dalam kaitannya dengan materi pemahaman bahwa pemberian layanan informasi
layanan informasi karena konseli (siswa) dimaksudkan untuk memberikan wawasan
diharapkan dapat mencari dan menelaah kepada konseli agar bisa menggunakan informasi
peristiwa atau kejadian nyata dalam masyarakat itu dalam merencanakan hidupnya di waktu yang
yang menggambarkan perilaku budi pekerti luhur akan datang secara tepat dan wajar.
dan yang bukan termasuk budi pekerti luhur. Lebih lanjut Prayitno (2004:260)
Oleh karena itu melalui penggunaan media cetak mengemukakan ada tiga alasan utama mengapa
menjadi dimungkinkan dapat meningkatkan pemberian informasi perlu diselenggarakan.
keaktifan konseli dalam mengikuti layanan Pertama, membekali individu dari berbagai
informasi tentang materi tersebut. pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan
Pada umumnya konseli kurang aktif untuk mmemecahkan masalah yang dihadapi
mengikuti materi tersebut dengan alasan materi berkenaan dengan lingkungan sekitar,
tersebut masih bersifat abstrak. Oleh karena itu pendidikan, jabatan maupun sosial budaya;
pendidikan budi pekerti dipolakan untuk Kedua, memungkinkan individu dapat
menciptakan lingkungan belajar yang menentukan arah hidupnya ”ke mana dia ingin
memugkinkan peserta didik mampu mengunakan, pergi”; dan ketiga, setiap individu adalah unik.
mengkaji, menerapkan konsep & nilai budi Keunikan ini yang akan membawakan pola-pola
pekerti & membiasakan diri berbudi pekerti luhur pengambilan keputusan dan bertindak yang
dalam kehidupan sehari-hari (Ditjen Dikdasmen, berbeda-beda disesuaikan denga aspek-aspek
2003:12) kepribadian masing-maing individu.
Pemberian layanan materi budi pekerti Jika memperhatikan tiga hal tersebut maka
luhur dalam kaitannya dengan revolusi mental layanan informasi menjadi sangat penting dan
yang pernah disampaikan Presiden RI Joko diperlukan. Lebih-lebih dalam memasuki dunia
Widodo, perlu untuk ditindak-lanjuti secara informasi canggih jika kita kurang terhadap
menyeluruh oleh komponen bangsa. Tidak informasi maka kita akan menjadi mausia yang
setengah-setangah dalam menanamkan kembali tertinggal. Tentunya informasi yang dimaksud
nilai-nilai luhur bangsa. Sebagai upaya adalah mengenai segala aspek kehidupan. Salah
penanaman kembali nilai-nilai luhur di antaranya satunya adalah tentang nilai-nilai budi perkerti
melalui jalur pendidikan formal. luhur bangsa yang dirasakan mengalami
Bimbingan konseling salah satu komponen pengkikisan.
yang terintegritas dalam pelaksanaan pendidikan Layanan informasi tentang materi budi
formal bisa menyampaikan materi tersebut pekerti luhur dengan merujuk pengertian layanan
melalui bentuk-bentuk layanan yang tesedia. informasi di atas maka yang dikandung maksud
Salah satu dari berbagai jenis layanan bimbingan pemberian informasi adalah setelah konseli
konseling adalah layanan informasi. Layanan menerima informasi tersebut diharapkan dapat
informasi disampaikan Nursalim, dkk (2002:22) menggunakan informasi itu dalam merencanakan
ialah kegiatan bimbingan yang bermaksud hidupnya di waktu yang akan datang secara tepat
membantu siswa untuk mengenal lingkungannya, dan wajar dengan tidak mengabaikan nilai-nilai
yang sekiranya dapat dimanfaatkan untuk masa budi pekerti luhur. Baik dalam bentuk konseptual
kini dan masa yang akan datang. Kemudian maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-
Prayitno, dkk., (2004:259) mengemukakan hari.
bahwa secara umum, bersama dengan layanan Pemberian layanan informasi dengan
orientasi bermaksud memberikan pemahaman keaktifan konseli mengikuti pembelajaran atau
kepada individu-individu yang berkepentingan layanan informasi dengan materi nilai-nilai budi
tentang berbagai hal yang diperlukan untuk pekerti luhur pada hakekatnya bukanlah belajar
menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menghafal sejumlah fakta-fakta atau informasi.
menetukan suatu tujuan atau rencana yang Keaktifan dalam belajar adalah pengalaman
dikehendaki. perubahan perilaku melalui berbuat; memperoleh
Prayitno, dkk., (2004:260) mengemukakan pengalaman tertentu sesuai dengan nilai-nilai
lebih jauh, layanan orientasi dan informasi akan budi pekerti luhur. Keaktifan siswa pada materi
dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi budi pekerti luhur adalah kondisi dimana konseli
bimbingan dan konseling lainnya dalam kaitan berperan sebagai subyek ajar dan bukan sebagai
90
obyek ajar. Dalam kondisi tersebut keaktifan konseli selama mengikuti layanan
memungkinkan siswa untuk menggali, mengkaji, informasi. Pengamatan bantu oleh seorang
menerapkan konsep dan nilai budi pekerti kolaborator sehingga data yang diperoleh adalah
(Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2003:61) data fakta dan aktual. Untuk memperoleh data
Oleh karena itu, strategi layanan tingkat pemahaman konseli menggunakan tes
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas tulis dalam bentuk obyektif dengan empat pilihan
konseli untuk melakukan perbuatan yang secara jawaban.
tekstual telah diterimanya. Aktivitas tidak Analisis data menggunakan diskriptif
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik tetapi kuantitatif kualitatif. Untuk mengukur tingkat
juga meliputi aktivitas bersifat psikis seperti keaktifan konseli mengikuti layanan informasi
aktivitas mental. menggunakan rentangan skor 10-100 dengan
Untuk lebih mengaktifkan dan klasifikasi Kurang aktif, Cukup aktif, dan Aktif.
menciptakan suasana yang dinamis dan antusias Sedangkan untuk melihat tingkat
bagi konseli dalam mengikuti layanan, maka pemahaman konseli terhadap materi layanan
dibantu dengan menggunakan media cetak. menggunakan intsrumen tes tulis. Tes yang
Media cetak yang dipergunakan adalah koran. disusun dalam bentuk pilihan ganda dengan
Penggunaan media cetak ini dimaksud agar empat pilihan jawaban. Jumlah instrumen
konseli dihadapkan pada fakta tentang sebanyak 15 item. Jawaban yang benar diberikan
penyimpangan perilaku dan bisa memberikan skor 5 dan jawaban salah diberikan skor 0 (nol).
solusi perilaku untuk bisa menghindari Jumlah skor maksimal adalah 75.
penyimpangan perilaku tersebut. Untuk acuan simpulan tingkat pemahaman
konseli menggunakan analisis hasil tes dengan
METODE PENELITIAN pendekatan ketuntasan klasikal. Hal ini merujuk
Penelitian ini menggunakan pendekatan pada Buku Petunjuk Administrasi Sekolah
kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Lanjutan Pertama yang diterbitkan oleh Ditjen
Bimbingan Konseling melalui dua siklus. Dikasmen Direktorat Sarana Pendidikan
Rancangan penelitian adalah Penelitian Tindakan (1997:43) yaitu ketuntasan klasikal tercapai jika
Bimbingan Konseling (PTBK). Teknik mencapai 85% dari jumlah konseli yang
pengumpulan data menggunakan observasi. mengalami tuntas individual. Untuk tuntas
Analisis data menggunakan statistik deskriptif. individual ditetapkan 65% dari skor maksimal.
Subjek dalam penelitian ini adalah konseli
dalam satu kelas yang berjumlah 30 orang yaitu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kelas XI-IPS1. Pelaksanaan penelitian pada Keaktifan konseli
semester genap tahun 2014/2015 di SMA Islam Untuk hasil data keaktifan konseli
Lumajang. mengikuti layanan informasi dalam bentuk Tabel
Penelitian ini menggunakan rancangan sebagai berikut:
Penelitian Bimbingan Konseling (PTBK) dan
bersifar refleksi dan kolaboratif. Pertimbangan Data Keaktifan Konseli mengikuti Layanan
penggunaan rancangan ini karena dalam Informasi
prosesnya akan terus dilakukan perbaikan Rata Skor Kumulatif
terhadap kekurang yang ada baik proses maupun Ka
hasil dari proses tersebut. Hal ini sesuai dengan Nama R
No. ta
pendapat Kemmis (1988, dalam Pusat Konseli R-I - R I-II
gor
Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan II
i
Pengembangan Sumber Daya Manusia Persiapan
Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan konseli
Kementerian Pendidikan Nasional, 2011:6) diawal
bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk 1. 63,50 68 65,75 B
menerima
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para layanan
partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk informasi
pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang Antusias
dilakukan konseli
sendiri. 2. mengikuti 64 62 63,00 CB
Pengumpulan data mengunakan teknik layanan
observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap informasi
91
Perhatian Untuk tingkat keaktifan konseli pada
konseli kondisi awal sebelum diberikan tindakan skor
3. menerima 45 48 46,50 CB rata-rata keseluruhan sebesar 39,90 (cukup baik).
materi Setelah mendapatkan layanan informasi pada
layanan siklus I skor rata-rata keseluruhan sebesar 44,65
Minat (cukup baik). Secara kualitatip tidak mengalami
konseli peningkatan tetapi secara kuantitatip mengalami
4. menerima 42 42 42,00 CB peningkatan. Sedang pada siklus II setelah
materi dilakukan perbaikan, sedangkan tingkat keaktifan
layanan konseli setelah diberilkan layanan informasi pada
Siswa yang siklus II menunjukkan skor sebesar 49,85 (cukup
bertanya baik). Secara kualitatip tidak mengalami
berkenaan peningkatan tetapi secara kuantitatip mengalami
5. 36 41 38,50 CB peningkatan. Melihat perkembangan keaktifan
dengan
materi tersebut maka diharapkan pada upaya-upaya
layanan berikutnya dapat lebih meningkatkan keaktifan
Antusias konseli.
konseli Hasil observasi yang dilakukan oleh
6. 48,50 46 47,25 CB guru peneliti bersama kolaboratror untuk setiap
menrima
tugas guru item tidak mengalami perbedaan yang mencolok.
Keaktifan Masing-masing item untuk masing-masing
konseli observer secara kualitatip masuk pada katagori
7. dalam kerja 40 45 42,50 CB cukup baik. Demikian halnya hasil skor rata-rata
sama hasil observasi keduanya.
kelompok Tingkat Pemahaman Konseli
Keberanian Untuk tingkat pemahaman konseli
konseli terhadap materi layanan akan dikaji dalam dua
menyampai hal. Partama, adalah tingkat pemahaman yang
kan contoh- dikaji dari ketuntasan individu, dan kedua,
8. 2 perilaku 66 65 65,50 CB tingkat pemahaman yang dikaji dari ketuntasan
berbudi klasikal. Sebab untuk bisa mengkaji ketuntasan
pekerti klasikal harus menganalisis ketuntasan individu.
luhur di Memperhatikan hasil tes tingkat
depan kelas pemahaman konseli, untuk ketuntasan individu
Respon sebagaimana hasil analisis di atas dihasilkan 20
konseli orang atau 52,63%. Sedangkan untuk ketuntasan
terhadap klasikal diperoleh skor persentase sebesar 54,05
penyampai %. Besaran angka persentase tersebut
an contoh-2 memberikan pemahaman bahwa secara klasikal
9. 37,5 45 41,25 CB konseli belum mengalami tuntas klasikal yaitu
perilaku
berbudi sebesar 85%.
pekerti Pada kondisi awal sebelum
luhur di dilaksanakan tindakan layanan, individu yang
depan kelas tuntas dari skor maksimal dari hasil analisis di
Perilaku atas sebanyak 9 orang atau 23,68%. Pada siklus I
10. 34 38 36,00 CB untuk ketuntasan individu mencapai 24,32%.
lain
44 Memperhatikan hasil analisis tersebut dapat
Jumlah 504 6, 475,25 - dipahami bahwa tindakan layanan pada siklus I
5 menggunakan media cetak koran yang dilakukan
44 oleh guru peneliti dapat meningkatkan
Rata-rata pemahaman konseli tentang materi layanan yakni
50,40 ,6 47,53 CB
keseluruhan budi pekerti luhur.
5
Hasil tes pada siklus II untuk ketuntasan
*) Keterangan: R-I, II : rata-rata siklus I, II. B :
individu sebagaimana hasil analisis di atas
Baik, CB : Cukup Baik
dihasilkan 28 orang. Sedangkan ketuntasan
92
klasikal diperoleh skor persentase sebesar 75,68 sebagai obyek ajar. Dalam kondisi tersebut
%. Besaran angka persentase tersebut memungkinkan siswa untuk menggali,
memberikan pemahaman bahwa secara klasikal mengkaji, menerapkan konsep dan nilai budi
konseli belum mengalami tuntas klasikal yaitu pekerti (Depdiknas Ditjen Diknasmen, 2003:61)
sebesar 85%.
Memperhatikan pembahasan hasil SIMPULAN
tindakan mulai dari kondisi awal sampai dengan Berdasarkan pembahasan dan
siklus II, yakni pada stiap siklus mengalami memperhatikan tujuan peelitian maka hasil
peningkatan maka secara teori tentang layanan penelitian dapat disimpulkan: (1) Pemberian
informasi, guru peneliti sependapat dengan layanan informasi menggunakan media cetak
Nurihsan dan Sudiyanto (2005:20) koran secara kuantitatip dapat meningkatkan
mengemukakan bahwa layanan informasi keaktifan konseli dalam menerima materi budi
merupakan layanan dalam memberikan sejumlah pekerti luhur dan secara kualitatif masih tetap
informasi kepada peserta didik. Pemberian pada posisi cukup baik; dan (2) Pemberian
Layanan informasi dimaksudkan untuk layanan informasi menggunakan media cetak
memberikan wawasan kepada peserta didik untuk dapat meningkatkan pemahaman konseli pada
menggunakan informasi itu dalam merencanakan materi budi pekerti luhur walaupun belum
hidupnya di waktu yang akan datang secara tepat mencapai batas ketuntasan klasikal sebesar 85%.
dan wajar. Pendapat ini memberikan keyakinan
dan pemantapan bahwa pemberian layanan DAFTAR PUSTAKA
informasi secara baik dan efektif maka bagi Arsyad, Azhar, 2007, Media
penerima layanan akan menjadi lebih memudah Pembelajaran, Jakarta, PT. Raja Grafindo
memehami isi layanan bahkan menggunakannya Persada.
pada kehidupan sehari-hari dan sekaligus bisa Depdiknas Dirjen Dikdasmen, (2003
dipergunakan sebagai perencanaan hidupnya Kemmis, S. And McTaggart, R., 1988, The
dimasa mendatang. Action Research Reader, Victoria,
Penggunaan media untuk membantu Deakin University Press.
memudahkan penerimaan materi layanan sangat Latuher, J.D, 1993, Media Pembelajaran dalam
penting. Hal ini sebagaimana dikemukakan Proses Belajar Mengajar Kini, Ujung
Gerlach & Ely (dalam Azhar Asyad, 2007:7) Pandang, Penerbit IKIP Ujung Pandang.
mengemukakan bahwa media apabila dipahami Nursalim, Mohammad, dkk, 2002, Layanan
secara garis besar adalah manusia, materi, atau Bimbingan dan Konseling, Surabaya,
kejadian yang membangun kondisi yang Unesa University Press.
membuat siswa mampu memperoleh Prayitno, Dkk., 2004, Dasar-Dasar Bimbingan
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Kemudian dan Konseling, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Heinich, dkk (dalam Azhar Asyad, 2007:7) Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan
mengemukakan istilah medium sebagai perantara Badan Pengembangan Sumber Daya
yang mengantar informasi dari sumber dan Manusia Pendidikan dan Penjaminan
penerima. Jadi menjadi tepat penggunaan media Mutu Pendidikan Kementerian
koran untuk layanan informasi budi pekerti luhur Pendidikan Nasional, 2011
dapat lebih memudahkan konseli dalam Sukijo, 2003, Optimalisasi Media Pembelajaran
memahami materi. Selain itu penggunaan media dalam meningkatkan prestasi belajar
tersebut dapat meningkatkan keaktifan konseli konseli Program Keahlian Otomotif SMK
dalam belajar. Hal ini sebagaimana kutipan yang 2 Depok (Laporan Penelitian Tidak
mengemukakan bahwa keaktifan siswa pada diterbitkan): Nganjuk
materi budi pekerti luhur adalah kondisi dimana
konseli berperan sebagai subyek ajar dan bukan

93
KESESUAIAN PENERAPAN RKA DALAM SUKUNJUNGKEL
PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA PROBOLINGGO

Wiwik Aguistin
Pengawas SMP Kota Probolinggo

Abstrak

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah ingin mengkaji kesesuaian penerapan RKA dalam
Sukunjungkel bagi guru pada wilayah binaan semester genap tahun 2012/2013 di Kota Probolinggo.
Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Peneltian Tindakan Sekolah (PTS) dan
penerapannya dua siklus. Siklus I tidak diberikan penguatan (reinforcement) dan siklus II selain ada
perbaikan juga diberikan reinforcement. Subjek penelitian sebanyak 6 guru dengan mata pelajaran
yang berbeda. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi. Data dianalisis dengan
statistic deskriptif.
Hasil analisis data pelaksanaan RKA secara menyeluruh pada siklus I, perolehan jumlah skor untuk
tiga sekolah yaitu SMPN 6 Probolinggo memperoleh persentase 80,49% dan 79,35%, SMPN 4
Probolinggo memperoleh persentase 76,52% dan 76,52% dan SMPN 1 Probolinggo memperoleh
persentase sebesar 78,60%. Namun demikian besaran skor persentase masing-masing sekolah
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu pada SMPN 6 Probolinggo memperoleh
persentase 97,73 dan 99,24%, SMPN 4 Probolinggo memperoleh persentase 97,73% dan 98,48% dan
SMPN 1 Probolinggo memperoleh persentase sebesar 97,73%. Berdasarkan analsisis data tersebut
dapat disimpulkan bahwa penerepan RKA dalam supervisi kunjungan kelas (sukunjungkel) pada SMP
binaan semester genap tahun 2012/2013 di Kota Probolinggo telah sesuai dengan RKA yang disusun.

Kata Kunci: RKA, Sukunjungkel

Abstract

The research objective to be achieved was to assess the suitability of the application of RKA in
Sukunjungkel for teachers in the target area the second semester of 2012/2013 in Kota Probolinggo.
This study uses a quantitative approach to the type of action peneltian School (PTS) and the
implementation of two cycles. Cycle I is not given reinforcement (reinforcement) and the second cycle
in addition to no improvement is also provided reinforcement. Subjects of research are 6 teachers with
different subjects. Data collection technique used participatory observation. Data were analyzed with
descriptive statistics.
The results of data analysis RKA overall implementation in the first cycle, the acquisition of the total
score for the three schools namely SMPN 6 Probolinggo earn a percentage 80.49% and 79.35%,
SMPN 4 Probolinggo earn a percentage 76.52% and 76.52% and SMPN 1 Probolinggo earn a
percentage of 78.60%. However, the amount of the percentage scores of each school has increased
from the first cycle to the second cycle, namely at SMPN 6 Probolinggo gained 97.73 percent and
99.24%, SMPN 4 Probolinggo earn a percentage 97.73% and 98.48% and SMPN 1 Probolinggo earn
a percentage of 97.73%. Analsisis Based on these data we can conclude that penerepan RKA being
supervised classroom visits (sukunjungkel) in the second semester of junior high school built in Kota
Probolinggo 2012/2013 has been prepared in accordance with the RKA.

Keywords: RKA, Sukunjungkel

94
PENDAHULUAN pembelajaran beberapa guru ternyata belum
Dalam praktek kegiatan supervisi terdapat sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah
bermacam-macam pendekatan antara lain, disusunnya. Rancangan pembelajaran yang
supervisi kolaboratif, supervisi klinis, supervisi disusun sudah cukup baik dan berorientasi pada
kolegial, supervisi kunjungan kelas (supervisory siswa. Mengajak siswa aktif dan kreatif dalam
visits to classroom). belajar. Namun kondisi pembelajaran menjadi
Proses pembelajaran sangat menentukan agak fakum karena guru dalam mengajar
keberhasilan belajar siswa. Agar proses kebanyakan ceramah dan cenderung teacher
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif centre.
dan bisa menyenangkan siswa maka terlebih Pada sisi lain setelah melalui wawancara
dahulu guru harus mendesain rancangan dengan beberapa guru binaan terutama guru
pembelajaran yang efektif. Salah satu hal yang yang dikenai sasaran penelitian, ketika ditanya
harus diperhatikan guru dalam mendesain pernah disupervisi oleh Kepala Sekolah ?,
rancangan pembelajaran adalah pendekatan mereka menjawab ”Belum pernah”. Selanjutnya
pembelajaran yang digunakan harus sesuai hasil Sukunjungkel awal selama semester ganjil
dengan materi yang disajikan. Rancangan tahun 2012/2013 data guru yang telah menerima
pembelajaran yang disusun guru khususnya di Sukunjungkel dari 7 sekolah binaan dengan
sekolah wilayah binaan, pada umumnya sudah jumlah guru 146 guru baru 20,4 % yang
berbasis pembelajaran efektif, kontekstual dan mengalami Sukunjungkel. Dari sejumlah 20,4%
berorientasi pada siswa. Namun pada realita tercatat 79,6% dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas masih banyak pembelajaran belum sesuai dengan skenario yang
ditemui guru tidak konsisten dengan rancangan telah disusun.
pembelajaran yang telah disusun, artinya guru Berdasarkan hasil Sukunjungkel awal dan
dalam melaksanakan pembelajaran tidak sesuai wawancara tersebut maka perlu untuk ditindak
dengan skenario pembalajaran yang ada. Tetapi lanjuti secara serius untuk kegiatan Sukunjungkel
proses pembelajaran yang berlangsung justru dan merata pada setiap sekolah binaan. Walaupun
monoton, yaitu kebanyakan teacher centre. untuk bisa melakukan Sukunjungkel akan
Pembelajaran tidak berorientasi lagi pada siswa. disesuaikan dengan kondisi yang ada. Namun
Dengan kata lain rancangan pembelajaran yang demikian diusahakan dalam satu semester bisa
telah disusun itu hanya dipergunakan sebagai terjangkau kegiatan Sukunjungkel sebanyak 5
prasyarat untuk memenuhi kelengkapan orang guru pada setiap sekolah binaan.
administrasi mengajar. Memperhatikan kondisi Bertolak dari kondisi obyektif pelaksanaan
tersebut maka perlu dilakukan supervisi oleh Sukunjungkel dan memperhatikan pemahaman
Kepala Sekolah atau Pengawas sekolah. tentang supervisi pendidikan maka tujuan yang
Supervisi perlu dilakukan karena pada hendak dicapai dalam penelitian adalah ingin
prinsipnya supervisi memberikan bantuan pada mengkaji kesesuaian penerapan RKA dalam
guru yang mengalami kesulitan dalam pelaksanaan sukunjungkel pada guru SMP binaan
melaksakan tugas profesinya. Setelah diberikan semester genap tahun 2012/2013 di Kota
bantuan maka diharapkan ada perubahan Probolinggo.
perbaikan perilaku guru dalam melaksakan tugas Sebelum Pengawas melakukan kegiatan
tersebut. Supervisi yang dilakukan oleh pengawasan misalnya pengawasan akademik
Pengawas peneliti memilih atau menekankan yang di antaranya meliputi supervisi kunjungan
pada supervisi kunjungan kelas (Sukunjungkel) . kelas, supervisi administrasi perencanaan
Pengawas peneliti memilih atau menkankan pada pembelajaran atau penilaian, terlebih dahulu
Sukunjungkel diantaranya dengan pertimbangan harus menyusun salah satu tugas pokoknya yaitu
guru sering ditemui dalam melaksanakan proses Rencana Kepengawasan. Rencana
pembelajaran belum sesuai dengan RPP yang Kepengawasan tersebut ada dua macam, sala
telah disusun. Selain itu kepala Sekolah masih satunya adalah Rencana Kepengawasan
jarang melaksanakan Sukunjungkel karena rata- Akademik yang kental disebut dengan RKA.
rata Kepala Sekolah sudah terlalu percaya kepada RKA pada dasarnya adalah sebuah rencana
gurunya bahwa dalam proses pembelajaran yang kegiatan yang akan ditindak-lanjuti dengan
dilakukan pasti baik. action (tindakan) oleh penagawas sekolah sesuai
Memperhatikan pula kondisi nyata di dengan materi yang akan diberikan kepada guru
lapangan khususnya di sekolah wilayah binaan dalam rangka pemberian bantuan kepada guru
pengawas peneliti, hasil pengamatan proses melalui pembinaan atau penilaian sehingga guru
95
dapat melaksanakan tugas akademiknya dengan bersifat konsultatif (memberi dorongan, saran
baik, efektif dan maksimal. dan imbingan)
Berkenaan dengan pengertian supervisi Merujuk berbagai pendapat di atas maka
Wiles (1956, dalam Rusman, 2011) dapat dipahami bahwa supervisi pembelajaran
mengemukakan bahwa supervisi pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat bantuan
adalah suatu bantuan dalam pengembangan dan kepada guru untuk memecahkan berbagai
peningkatan dalam situasi pembelajaran (belajar kesulitan yang dirasakan dalam proses
mengajar) yang lebih baik. Sedangkan Burton pembelajaran agar pembelajaran dapat
dan Brueckner (1955, dalam Rusman, 2011) berlangsung secara berkualitas dan memberikan
mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu hasil yang lebih baik. Masalah atau kesulitan
teknik pelayanan yang tujuan utamanya yang dihadapi adalah terkait dengan perencanaan
mempelajari dan memperbaiki secara bersama- instruksional yang telah disusun dan
sama faktor-faktor yang mempengaruhi implementasinya dalam pembelajaran.
pertumbuhan dan perkembangan anak. Memahami pengertian supervisi
Dalam Daftar Istilah pada buku yang pendidikan dikaitkan dengan pengertian supervisi
ditulis Rusman (2011), disebutkan bahwa Sukunjungkel (supervisi kunjungan kelas) adalah
supervisi pembelajaran adalah bantuan dan sebuah kegaiatan kunjungan kelas untuk
pelayanan yang diberikan kepada guru agar mau melakukan pengamatan proses pembelajaran
terus belajar, meningkatkan kualitas yang dilakukan oleh guru. Haris (1985, Alfonso
pembelajarannya, menumbuhkan kreativitas dkk., 1981, Oliva, 1984 dalam Sri Banun
guru, memperbaiki bersama-sama dengan cara Muslim, 2010) menjelaskan kunjungan kelas
melakukan seleksi diri dan revisi tujuan-tujuan adalah kegiatan seorang supervisor ke kelas pada
pendidikan, bahan pengajaran. Model dan metode saat guru sedang mengajar, artinya seorang
pengajaran, dan evaluasi pengajaran untuk supervisor menyaksikan dan mengamati guru
meningkatkan kualitas pembelajaran, pendidikan mengajar.
dan kurikulum dalam perkembangan dari belajar Pidarta (2009) berkenaan dengan supervisi
mengajar dengan baik agar memperoleh hasil kunjungan kelas mengemukakan bahwa
yang lebih baik. kunjungan kelas, yakni suatu kunjungan yang
Made Pidarta (2009:2) mengemukakan dilakukan oleh supervisor (Kepala sekolah) ke
bahwa supervisi pendidikan adalah kegiatan dalam suatu kelas pada saat guru sedang
membina para pendidik dalam mengembangkan mengajar dengan tujuan untuk membantu guru
proses pembelajaran, termasuk segala unsur yang bersangkutan mengatasi masalah/ kesulitan
penunjangnya. Kemudian Syaiful Sagala ( selama mengadakan kegiatan pembelajaran.
2010:92) berkenaan dengan pengertian supervisi Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya
menjelaskan bahwa pada hakekatnya supervisi supervisor memperoleh data tentang keadaan
adalah perbaikan hal belajar dan mengajar sebenarnya mengenai kemampuan dan
dengan melakukan stimulasi, koordinasi dan keterampilan guru mengajar.
bimbingan secara kontinu untuk meningkatkan Memahami uraian supervisi kunjungan
pertumbuhan jabatan guru secara individual atau kelas di atas dan dikaitkan kegiatan Penelitian
kelompok. Tindakan sekolah (PTS) yang dilakukan adalah
Namun sebelumnya dikatakan dari definisi pelaksanaan supervisi kunjungan kelas untuk
yang direduksi para ahli tersebut disimpulkan (1) memperoleh data obyektif melalui pengamatan
supervisi adalah pengembangan diri teori yamg dilakukan oleh Pengawas peneliti selama
kepemimpinan dan kepengawasan yang proses pembelajaran berlangsung. Kunjungan
diterapkan dalam praktek supervisi pendidikan; kelas ini untuk memperoleh sejumlah data nyata
(2) supervisi merupakan usaha untuk membantu yang lebih lanjut sebagai bahan pembinaan agar
dan melayani guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan
kemampuan keguruannya; (3) Supervisi tidak baik oleh guru.
langsung diarahkan kepada murid, kepada guru Hasil pengamatan yang telah dilakukan
yang membina murid itu; (4) supervisi adalah sebagai bahan pembinaan akan disampaikan
ilmu dan seni memuat langkah-langkah yang kepada guru sekaligus sebagai bahan masukan
ditunjukkan kepada perubaha situasi yang ada guru. Hasil pengamatan ini akan diberikan
dalam situasi yang diharapkan; dan (5) supervisi penguatan (reinforcement) sehingga guru akan
tidak bersifat direktif (mengarahkan) tetapi lebih lebih percaya diri atas kemampuan mengajarkan
dan dapat mengembangkan menjadi lebih baik.
96
Berkenaan dengan reinforcement diberikan kepadanya yang dipandang sebagai
Thantawy R (1993:83) mengemukakan stimulus maka bisa ditentang. Sedang bagi guru
reinforcement atau penguatan adalah penguatan yang tidak mendapat pujian, hal ini bisa
tingkah laku siswa melalui pemberian hadiah menimbulkan pelarian. Kondisi yang demikian
atau hukuman oleh guru, yang bertujuan untuk ini menimbulkan diskriminasi stimulus.
memotivasi tigkahlaku yang diharapkan dan Akibatnya dapat melahirkan ragam perilaku bagi
menghentikan tingkah laku yang negatif. guru mulai kondisi lesu sampai dengan gangguan
Sudarsono mengemukakan bahwa ringan pada saat proses pembelajaran.
penguatan adalah tindakan memperkuat respon Memperhatikan uraian tentang
dengan menambah intensitas proses perangsang reinforcement (penguatan) di atas maka untuk
syaraf, penambahan atau pemuasan atau upaya peningkatan proses pembelajaran bagi
pengurangan motif dari suatu repond (1987:198) guru atas implementasi RPP yang telah
Devis (1987:32, dalam Dimyati, 2011:53) disusunnya, maka Pengawas peneliti
bahwa seorang siswa belajar lebih banyak menggunakan penguatan positif. Penggunaan ini
bilamana setiap langkah segera diberikan dengan pertimbangan di antaranya bahwa secara
penguatan (reinforcement). Keadaan ini bisa umum perilaku manusia yang baik dan bisa
muncul karena responds yang diperolehnya dan menyenangkan orang lain jika hal itu
sekaligus dapat menjadi penguat dalam setiap disampaikan dengan terbuka akan dapat
belajarnya. Sebagaimana dikemukakan oleh menyenangkan dan meningkatkan perilakunya.
Dimyati dkk, (1999) bahwa hal ini timbul karena Selain itu pemberian penguatan ini adalah
kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh bersifat profesi maka setelah diberikan penguatan
balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap atas profesinya itu diharapkan ada peningkatan
kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh dan dapat mempengaruhi hasil dari perilaku
balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku guru profesi itu yaitu sebagai guru dalam proses
dalam proses pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran dan bagi siswa yang akan
di antaranya adalah dengan segera mencocokkan menerima hasil dari proses pembelajaran.
rancangan pembelajaran dengan realita Bentuk penguatan yang diberikan kepada
pembelajaran. guru agar bisa mengalami peningkatan perilaku
Kebanyakan ahli teori reinforcement dalam proses pembelajaran adalah pujian. Butir
memberikan asumsi bahwa hubungan antara kegiatan pembelajaran yang sudah baik bisa
reinforcement positif dan negatif tidak dapat ditingkatkan dan yang masih dirasakan kurang
dipisahkan. Misalnya sebuah motivasi, seperti bisa ditingkatkan. Namun demikian dalam
rasa haus, dianggap bisa memberikan pemuasan menentukan kekurangan atau kelebihan dari
motivasi tadi karena memberikan penguatan temuan butir kegiatan tersebut dan pemberian
untuk melakukan minum. Hal ini dianggap solusinya dilakukan secara musyawarah dengan
sebagai reinforcement positif. Pada sisi lain ada guru yang bersangkutan.
yang bersifat membahayakan bagi dirinya,
misalnya terkejut akibat mendengar letupan METODE PENELITIAN
mercon, hal ini dianggap sebagai reinforcement Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif
positif. Sebaliknya pada sebuah kondisi tidak dengan jenis Peneltian Tindakan Sekolah (PTS)
menggembirakan, seperti perasaan takut atau dan penerapannya dua siklus. Siklus I tidak
cemas, adalah reinforcement bersifat negatif. diberikan penguatan (reinforcement) dan siklus II
Namun untuk bersifat mengurangi perasaan selain ada perbaikan juga diberikan
takut adalah reinforcement positif. reinforcement. Subjek penelitian sebanyak 6 guru
Anggapan yang demikian hendaknya dengan mata pelajaran yang berbeda. Teknik
dihindari jika akan melakukan analisis perilaku pengumpulan data menggunakan observasi
untuk reinforcement positif dan negatif karena partisipasi. Data dianalisis dengan statistic
perasaan senang dan tidak senang tidak dapat deskriptif.
digunakan sebagai dasar pijak analisis tersebut. Kegiatan penelitian dilakukan di Kota
Sebagai contoh yaitu pujian sering diberikan Probolinggo dalam sekolah wilayah terdiri dari
sebagai reinforcement positif karena dirasa dari 5 sekolah yaitu SMPN 1, 4, 4, 6, dan 6
menyenangkan dan dapat memberikan kepuasan. Probolinggo. Guru dari lima sekolah tersebut
Pada sebuah pertimbangan situasi yang dialami masing-masing guru Bahasa Indonesia. Kegiatan
guru dalam proses pembelajaran sedang mencari penelitian dilakukan pada semester genap tahun
status di mata guru lainnya maka pujian yang
97
pelajaran 2012/2013 dalam bulan Maret dan menggunakan pedoman penskoran pengamatan
April. yang terdiri dari dua sifat yaitu kuantitatif dan
Sebagaimana telah dikemukakan tujuan kualitatif. Data yang telah diperoleh dianalisis
penelitian, maka untuk penelitian ini dan hasil analisis sebagai rujukan untuk
menggunakan rancangan Penelitian Tindakan pengambilan simpulan hasil penelitian.
Sekolah (PTS). Menurut Kemmis (1988, dalam
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bidang Pengembangan Sumber Daya manusia Pembahasan hasil supervisi kunjungan
Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, kelas (sukunjungkel) untuk tingkat kesesuaian
2011) bahwa penelitian tindakan adalah suatu penerapan RPP dalam proses pembelajaran, akan
bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan dibahas setiap aspek atau sub aspek kegiatan.
oleh para partsipan dalam situasi-situasi sosial Selanjutnya baru dibahas secara menyeluruh dari
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaran.
praktik yang dilakukan sendiri. RKA merupakan rencana yang disusun
Merujuk pendapat tersebut maka penelitian oleh Pengawas peneliti untuk kegiatan supervisi
tindakan yang dilakukan ini adalah bersifat kunjungan kelas. Di dalam RKA telah disusun
reflektif dan kolaboratif. Data yang diperoleh dari sedemikian rupa dan pada saat pelaksanaan
kolaborator diharapkan mendekati tingkat supervisi disesuaikan dengan RKA tersebut.
obyektif dan benar yang hal itu akan Dengan kata lain RKA telah memuat skenario
dipergunakan bahan refleksi. Hasil refleksi, kegiatan supervisi.
selanjutnya sebagai bahan untuk perbaikan proses Berkenaan dengan pembahasan hasil
pembimbingan dan hasil yang dicapai oleh guru penelitian yang dilakukan Pengawas peneliti,
yang dibimbing. akan dibahas pelaksanaan setiap sub aspek pada
Rancangan penelitian menggunakan dua RKA. Selanjutnya akan dibahas pelaksanaan
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu RKA secara menyeluruh baik pada siklus I
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan maupun pada siklus II.
refleksi. Siklus pertama, guru melaksanakan Pada siklus I, pelaksanaan RKA pada
pembelajaran dengan menerapkan rencana aspek Pendahuluan yang dilaksanakan di lima
pembelajaran yang telah disusun. Pada akhir sekolah, pencapaian jumlah skor (kuantitatif) dari
pembelajaran guru diberikan masukan sebagai tiga butir kegiatan mencapai 12 dan skor
bahan refleksi dan bermusyawarah untuk persentase sebesar 75%. Besaran skor persentase
dilakukan perbaikan skenario pembelajaran dan tersebut secara kualitatif masuk pada katagori
beberapa hal diperlukan. Pada waktu yang “Sesuai”. Pada siklus II jumlah skor (kuantitatif)
bersamaan ini guru diberikan reinforcement dari empat butir kegiatan mencapai 16 dan skor
positip dari Pengawas peneliti tentang proses persentase sebesar 100%. Besaran skor
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siklus ke persentase tersebut secara kualitatif masuk pada
dua, guru dalam melaksanakan pembelajaran katagori “Sesuai”. Kondisi tersebut memberikan
menerapkan sekenario pembelajaran yang telah pemahaman bahwa pelaksanaan RKA untuk
diperbaiki. aspek Pendahuluan pada siklus I dapat
Pengumpulan data penelitian tindakan ini dipertahankan pada siklus II. Dengan demikian
menggunakan teknik pengamatan. Berkenaan pemberian reinforcement pada siklus II
dengan kegiatan supervisi kunjungan kelas, memberikan kontribusi psikologis kepada
Pengamatan dilakukan oleh Pengawas peneliti pengawas peneliti untuk mempertahankan
dengan menggunakan instrument sesuai dengan pelaksanaan aspek Pendahuluan pada RKA di
skenario pembelajaran yang dirancang di dalam siklus I.
RPP yang telah disusun guru. Untuk aspek Kegiatan Inti pada siklus I
Analisis data mengikuti pendapat Miles yang dilaksanakan di 3 (tiga) sekolah tersebut
Huberman (dalam Zainal Aqib, 2006:108) yang yang menghasilkan jumlah skor sama sebesar 35
mengemukakan bahwa data dianalisa bersama ( besaran skor persentase 79,55%) adalah SMPN
mitra kolaburasi sejak penelitian dimulai, yang 4 Probolinggo dan SMPN 1 Probolinggo, kecuali
dikembangkan selama proses refleksi sampai untuk SMPN 6 Probolinggo perolehan jumlah
penyusunan laporan. Teknik analisis data yang skor sebesar 32 (besaran skor persentase 72,72%)
digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, dan 36 (81,81%). Secara kualitatif tiga sekolah
penyajian data dan penarikan simpulan. Dengan tersebut besaran skor persentase masuk katagori
pendapat tersebut Pengawas peneliti “cukup sesuai”. Pada siklus II masing-masing
98
sekolah mengalami peningkatan. Untuk tiga besaran skor persentase masing-masing sekolah
sekolah yaitu SMPN 6 Probolinggo memperoleh mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II
skor 41(93,18%) dan 43 (97,73%) , SMPN 4 yaitu pada SMPN 6 Probolinggo memperoleh
Probolinggo memperoleh skor 41 (93,18%) dan persentase 97,73 dan 99,24%, SMPN 4
42 (95,45%) dan SMPN 1 Probolinggo Probolinggo memperoleh persentase 97,73% dan
memperoleh jumlah skor 41 (93,18%). Pada tiga 98,48% dan SMPN 1 Probolinggo memperoleh
sekolah tersebut dalam pelaksanaan Kegiatan Inti persentase sebesar 97,73%. .
pada RKA secara kualitatif masuk katagori Berdasarkan analisis data dan melalui
“Sesuai”. Memperhatikan perkembangan jumlah proses pembahasan serta memperhatikan tujuan
skor dan besaran skor persentase dari siklus I dan penelitian yang hendak dicapai maka dapat
siklus II mengalami peningkatan baik secara disimpulkan bahwa penerapan RKA pada
kuantitatif maupun kualitatif. Peningkatan skor pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
pada siklus II dari siklus I tidak terlepas dari (sukunjungkel) bagi guru pada SMP binaan
pemberian reinforcement kepada Pengawas semester genap tahun 202/2013 di Kota
peneliti untuk mempertahankan/meningkatkan Probolinggo telah secara kuantitatif mengalami
hasil yang sudah “Cukup sesuai” atau “Sesuai” peningkatan kesesuaian dengan RKA yang
dan meningkatkan hasil yang “Tidak sesuai” atau disusun dan secara kualitatif bertahan dalam
“Kurang sesuai”. tingkat sesuai.
Untuk aspek Penutup, pada siklus I untuk
masing-masing sekolah mencapai jumlah skor DAFTAR PUSTAKA
antara 12-15 dengan besaran skor persentase Aqib, Zainal, 2003. Penelitian Tindakan
antara 75,00%-93,75%. Pada siklus II untuk tiga Kelas. Bandung : Yrama Widya
sekolah mengalami peningkatan jumlah skor 16 Banun Muslim, Sri, 2010, Supervisi Pendidikan
dengan besaran skor persentase 100%. Pada Meningkatkan Kualitas Profesioalisme
masing-masing sekolah untuk pelaksanaan Guru, Alvabeta.
Kegiatan Penutup pada RKA secara kualitatif Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran.
masuk katagori “Sesuai”. Memperhatikan Jakarta: Rineka Cipta.
perkembangan skor tersebut bahwa secara Pidarta, Made, 2009, Wawasan Pendidian,
kuantitatif mengalami peningkatan dan secara Surabaya, SIC
kualitatif dapat dipertahankan pada katagori Pidarta, Made, 2010, Supervisi Pendidikan
“Sesuai”. Peningkatan skor dan dapat Kontekstual, Jakarta, Rineka Cipta.
mempertahankan kesesuaian pelaksanaan RKA Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran
untuk aspek Penutup tidak mengabaikan Mengembangkan Profesionalisme Guru,
pemberian reinforcement kepada Pengawas Jakarta, Rajawali Pers, RajaGrafindo
peneliti atas pelaksanaan RKA yang telah dicapai Persada.
pada sikus I. Sudarsono. 1991. Kenakalan Remaja. Jakarta:
Pelaksanaan RKA secara menyeluruh pada PT. Rineka Cipta.
siklus I, perolehan jumlah skor untuk tiga Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna
sekolah antara SMPN 6 Probolinggo memperoleh Pembelajaran: Untuk Membantu
persentase 80,49% dan 79,35%, SMPN 4 Memecahkan Problematika Belajar dan
Probolinggo memperoleh persentase 76,52% dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
76,52% dan SMPN 1 Probolinggo memperoleh Thantawy. 2001. Manajemen Bimbingan dan
persentase sebesar 78,60%. Namun demikian Konseling. Jakarta : PT. Pamator Pressindo

99
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU BK MENYUSUN PROPOSAL PTBK
MELALUI PEMBIMBINGAN MENGGUNAKAN METODE FGD DAN TUGAS
MANDIRI DENGAN STRATEGI U-M TAHUN 2014/2015 DI KABUPATEN
LUMAJANG

Yuddo Suswanto
Pengawas Sekolah Kabupaten Lumajang

Abstrak

Berawal dari kemampuan awal guru BK dalam menyusun proposal PTBK, masih belum
memperlihatkan kemampuan yang baik. Hal ini dilihat dari hasil penilaian proposal PTBK yang telah
disusun. Untuk enam orang, masing-masing memperoleh jumlah skor 37 (34,26%), 36 (33,33%), 37
(34,26), 34 (31,48), 36 (33,33%) dan 34 (31,48%). Masing-masing angka tersebut menggambarkan
bahwa rata-rata guru BK belum menguasai benar tentang menyusun proposal PTBK. Untuk itu perlu
diberikan bimbingan secara proposional dan efektif sehingga guru BK diharapkan bisa dan mampu
meningkatkan kemampuan dalam menyusun proposal tersebut. Pembimbingan menggunakan metode
FGD dan Tugas mandiri dengan strategi U-M. Tujuan penelitian adalah (1) Ingin mengetahui
pelaksanaan rencana pembimbingan (RPP) menggunakan metode FGD dan Tugas Mandiri dengan
strategi U-M; (2) Ingin mengetahui pembimbingan menggunakan metode FGD dan Tugas Mandiri
dengan strategi U-M dapat meningkatkan kemampuan guru BK menyusun proposal PTBK. Subyek
penelitian adalah guru BK pada sekolah binaan sebanyak enam orang. Penelitian dilaksanakan pada
semester genap tahun 2014/2015 di SMPN 1 senduro. Rancangan penelitian menggunakan Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) bersifat kolaboratif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi.
Analisis data menggunakan diskriptif kuantitatif kualitatif. Hasil analisis untuk penerapan Rencana
Pelaksanaan Pembimbingan (RPP) pada siklus I diperoleh skor sebesar 102 (85%) secara kualitatif
masuk katagori ”Cukup sesuai”, siklus II diperoleh skor 113 (94,17%) secara kualitatif masuk katagori
”Sesuai”. Untuk kemampuan awal seluruh guru menyusun proposal PTBK, diperoleh jumlah skor
persentase sebesar 33,02 %, secara kualitatif pada katagori “Kurang baik”. Pada siklus I, secara
kuantitatif mengalami peningkatan jumlah skor persentase sebesar 63,89 %, secara kualitatif “Baik”.
Siklus II diperoleh jumlah skor persentase sebesar 80,40 % dan secara kualitatif ”Baik”. Pelaksanaan
pembimbingan menyusun proposal PTBK pada SMPN binaan semester genap tahun 2014/2015 di
Kabupaten Lumajang dapat disimpulkan: (1) Penerapan RPP pembimbingan menggunakan metode
FGD dan Tugas Mandiri dengan strategi U-M, secara kuantitatif maupun kualitatif dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan tingkat kesesuaian antara RPP dengan proses pembimbingan; (2)
Pembimbingan guru BK menyusun Proposal PTBK menggunakan metode FGD dan Tugas Mandiri
dengan strategi U-M secara kuantitatif mengalami peningkatan, sedang secara kulaitatif masih tetap
pada katagori “Baik”

Kata Kunci: Kemampuan, Pembimbingan, Metode FGD, Tugas Mandiri, Strategi U-M

100
Abstract

Starting from the initial capability BK teachers in preparing proposals PTBK, still showing a good
ability. It is seen from the results PTBK assessment of the proposals that have been prepared. For six
people, each earn a total score of 37 (34.26%), 36 (33.33%), 37 (34.26), 34 (31.48), 36 (33.33%) and
34 ( 31.48%). Each figure illustrates that the average teacher BK have not mastered about PTBK
proposal. For that we need the guidance given proportionately and effectively so that teachers can be
expected BK and able to improve their skills in drawing up the proposals. FGD coaching methods and
tasks independently with U-M strategy. The purpose of this research is (1) Want to know the
implementation of supervision plan (RPP) using the method of FGD and Duties Self strategy U-M; (2)
Want to know the coaching methods and Duties Self FGD with U-M strategy can improve the ability
of teachers BK PTBK proposal. Subjects were BK teachers in partner schools as many as six people.
Research was conducted in the second semester of 2014/2015 in SMPN 1 Senduro. The study design
using Action Research School (PTS) is collaborative. Collecting data using observation. Data analysis
using quantitative descriptive qualitative. The results of the analysis to the implementation of
Mentoring Implementation Plan (RPP) in the first cycle obtained a score of 102 (85%) are
qualitatively entered the category "Quite appropriate", the second cycle was obtained a score of 113
(94.17%) are qualitatively entered the category "Match". For the initial capabilities of all teachers
PTBK proposal, obtained the total score of a percentage of 33.02%, both qualitatively in the category
of "less good". In the first cycle, quantitatively increase the number of percentage score of 63.89%,
qualitatively "Good". Cycle II obtained the total score of a percentage of 80.40% and qualitatively
"Good". Implementation guidance PTBK prepare proposals on target SMPN second semester of
2014/2015 in Lumajang can be concluded: (1) Application of FGD RPP coaching methods and
strategies Independent Task UM, quantitatively and qualitatively from the first cycle to the second
cycle increased level of concordance between RPP with guardianship; (2) Mentoring BK teachers
prepare proposals PTBK using FGD and Duties Self strategy U-M quantitatively increased, while
Qualitative remains in the category of "Good"

Keywords: Capability, Mentoring, FGD method, Task Mandiri, Strategy U-M

101
PENDAHULUAN tugas yang harus diselesaikan secara mandiri.
Fakta di sekolah khususnya untuk sekolah Kegiatan mandiri yang dilakukan minimal telah
binaan peneliti pada tujuh SMP negeri masih didukung oleh pengetahuan yang diperoleh
banyak yang belum mengajukan penetapan angka melalui dinamika kelompok.
kredit. Bahkan ada yang sudah 8 sampai dengan Bimbingan menurut Smith (dalam
11 tahun. Mereka yang belum mengajukan McDaniel, 1959, dalam Prayitno dan Erman
tersebut rata-rata memiliki alasan yang sama Amti, 94:2004) disebutkan yaitu bimbingan
yaitu sulit untuk memenuhi laporan hasil adalah sebagai proses layanan yang diberikan
penelitian tindakan kelas atau Bimbingan dan kepada individu-individu guna membantu mereka
Konseling. Khusus untuk Bimbingan dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan-
Konseling (BK) sebanyak enam guru BK rata- keterampilan yang diperlukan dalam memuat
rata belum memahami tentang Penelitian pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interpretasi-
Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). intepretasi yang diperlukan untuk penyesuaian
Untuk melihat kemampuan riil guru BK diri yang baik.
dalam menyusun laporan hasil PTBK, terlebih Sedangkan Sunaryo (2011:24)
dahulu mereka diminta untuk menyusun proposal mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
PTBK. Proposal yang disusun meliputi lima membantu individu memahami diri dan dunianya
kelompok yaitu (A) Bagian halaman depan dan dalam konteks pendidikan bimbingan
meliputi: Judul, Halaman Pengajuan, Abstrak dan terfokus kepada pengembanagn lingkungan
Daftar Isi; (B) Kelompok BAB I, meliputi: Latar belajar yang dapat memfasilitasi individu
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan memperoleh kesuksesan belajar.
Penelitian, dan Manfaat Penelitian; (C) Selanjutnya Prayitno (2004:99)
Kelompok BAB II, meliputi: Uraian variabel mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
penelitian; Penulisan kutipan, dam Kerangka pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
Konseptual; (D) Kelompok BAB III, meliputi: yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
Subyek-Waktu-Tempat Penelitian, Tahapan individu, baik anak-anak, remaja, maupun
Penelitian, Rancangan Penelitian, Teknik dewasa; agar orang yang dibimbing dapat
Pengumpulan dan Analisis Data, Acuan mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
pengambilan simpulan; (E) Kelompok halaman mandiri; dengan memanfaatkan individu dan
belakang, meliputi: Daftar Pustaka dan Lampiran. sarana yang ada dan dapat dikembangkan;
Berdasarkan hasil penilaian proposal sebagai berdasarkan norma-norma yang berlaku.
kemampuan awal untuk enam orang guru BK Memahami beberapa konsep bimbingan di
tersebut, masing-masing memperoleh jumlah atas, disimpulkan bahwa pembimbingan
skor 37 (34,26%), 36 (33,33%), 37 (34,26), 34 merupakan upaya memberikan bantuan kepada
(31,48), 36 (33,33%) dan 34 (31,48%). Masing- seseorang atau sekelompok orang dalam
masing angka tersebut menggambarkan bahwa merealisasikan sebuah rencana terprogram agar
rata-rata guru BK belum menguasai benar seseorang atau sekelompok orang tersebut dapat
tentang menyusun proposal atau laporan hasil mengembangkan kemampuan dirinya dan
PTBK. Untuk itu perlu diberikan bimbingan mandiri dengan mengoptimalkan kemampuan
secara proposional dan efektif sehingga guru BK yang dimiliki.
diharapkan bisa dan mampu meningkatkan Kaitannya dengan kegiatan pembimbingan
kemampuan dalam menyusunnya. dalam penelitian ini adalah bantuan atau
Bimbingan yang diberikan kepada mereka bimbingan yang diberikan kepada sekelompok
mengunakan metode Focus Group Discussion guru agar bisa mengembangkan kemampuan
(FGD) dan Mandiri dengan menggunakan melakukan pengembangan profesinya dalam
strategi U-M (Ungkap Masalah). Penggunaan bentuk menyusun propsal penelitian tindakan
metode dalam bimbingan dengan harapan guru dengan memperhatikan kaidah-kaidah keilmuan
BK mampu mencurahkan segala kemampuan dan dan keilmihan.
potensinya melalui diskusi yang terarah dan Berkenaan dengan metode FGD yang
fokus pada masalah yang telah diungkapkan. digunakan dalam pembimbingan, di dalam
Setiap guru akan terlibat langsung dalam Petunjuk Teknis School Action Research
dinamika kelompok untuk mencari jawaban atas Depdiknas 2007, dikemukakan bahwa Focus
masalah yang dihadapinya. Lebih lanjut mereka Group Discussion (FGD) adalah suatu kegiatan
akan diberikan tugas mandiri sebab pada saat- yang berupa diskusi terarah yang dilakukan
saat tertentu mereka akan berhadapan dengan secara kelompok. Konsep tersebut memberikan
102
pemahaman bahwa implementasi diskusi guru BK mampu menyusun proposal PTBK
dilakukan secara terencana dan terprogram dalam sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan dan
desain instruksional sehingga proses diskusi keilmiahan.
menjadi terarah dan jelas. Sedang kelompok Hal ini sesuai dengan Roestiyah (1988:6)
adalah merupakan bentuk dari diskusi terarah yang mengemukakan tentang tujuan diskusi
yang anggotanya lebih dari satu orang. Sehingga adalah meliputi :
ketika membahas masalah tertentu dalam a. Dengan diskusi siswa didorong menggunakan
kelompok akan terjadi interaksi aktif yang dapat pengetahuan dan pengalamannya untuk
membantu pengembangan kerangka pikir untuk memecahkan masalah, tanpa selalu tergantung
memecahkan atau menyelesaikan masalah yang pada pendapat orang lain.
sedang dihadapi. Kelompok yang dimaksud b. Siswa mampu menyatakan pendapatnya
dengan kegiatan penelitian dengan obyek secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih
penyusunan Proposal PTBK adalah sekelompok kehidupan yang demokratis.
guru BK yang dalam hal ini telah ditentukan c. Diskusi memberikan kemungkinan pada siswa
sebanyak enam orang dari enam sekolah. untuk belajar berpartisipasi dalam
Melalui metode FGD dilakukan layanan pembicaraan untuk memecahkan suatu
informasi tentang penyusunan proposal PTBK masalah secara bersamaan.
yang di dalam prosesnya pembimbing (Pengawas Dalam pelaksanaan tugas profesinya, setiap
peneliti) memberikan kegiatan sharing antara guru dalam memecahkan masalah yang sedang
pembimbing dengan peserta bimbingan maupun dihadapi tidak selalu dilakukan melalui diskusi.
antarpeserta bimbingan. Melalui teknik ini yang Pemecahan masalah secara mandiri akan
dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan dialaminya dan tidak bisa dihindari. Perilaku
mampu meningkatkan kemampuan guru tersebut merupakan bagian perilaku
menyusun proposal untuk pengembangan pengembangan diri sesuai dengan
profesinya. kemampuannya. Oleh karena itu dalam
Abu Syamsudin Makmum (2001) penyusunan proposal PTBK akan diberikan tugas
mengemukakan bahwa metode diskusi mandiri karena perilaku tersebut dapat dipastikan
merupakan cara lain dalam belajar mengajar akan dialaminya selain sebagai upaya
dimana guru dan siswa, antara siswa terlibat pengembangan diri untuk mencapai tujuan yang
dalam suatu proses interaksi secara aktif dan diharapkan.
timbal balik dari dua arah ( two or multiways of Pada proses pembelajaran atau
comunication ) baik dalam perumusan masalah, pembimbingan dapat dipastikan mengekspresikan
penyampaian informasi, pembahasan maupun perilaku belajar yang mengaktifkan seseorang
dalam pengambilan keputusan. atau sekelompok orang. Keaktifan belajar dapat
Memahami berbagai pendapat tentang terjadi pada fisik maupun psikis. Perilaku
metode diskusi, maka dapat disimpulkan bahwa demikian dapat diambil dari berbagai bentuk
diskusi merupakan salah satu metode kegiatan. Dimyati, dkk (1998;114)
pembelajaran atau pembimbingan yang dapat mengemukakan bahwa setiap proses
digunakan guru maupun siswa untuk memcahkan pembelajaran pasti menampakkan keaktifan
masalah sehingga dapat mencapai apa yang seseorang yang belajar atau siswa. Pernyataan ini
diharapkan. Pemecahan masalah melalui diskusi tidak dapat dibantah atau kita tolak
merupakan teknik yang baik karena didalamnya kebenarannya. Lebih lanjut ia menjelaskan
terjadi interaksi aktif antarpeserta diskusi. bahwa kegiatan fisik yang dapat diamati di
Suasana yang dibangun menjadi dinamis dan antaranya dalam bentuk kegiatan membaca,
kondusif. Lebih-lebih yang melakukan diskusi mendengarkan, menulis, meragakan dan
adalah orang-orang dewasa yang memiliki mengatur. Sedangkan secara psikis seperti
pengetahuan cukup dan memiliki masalah yang mengingat kembali isi materi pelajaran
sama dan hal itu menjadi kebutuhan dalam pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah
hidupnya maka diskusi akan berjalan lebih baik, pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
dinamis dan kondusif. Hasil akhir yang dapat suatu konsep yang dihadapi, menyimpulkan hasil
diperoleh adalah pengembangan pola pikir setiap eksperimen, membandingkan satu konsep dengan
anggota diskusi menjadi lebih memudahkan pada konsep yang lain dan kegiatan psikis lainnya.
penyelesaian masalah yang dihadapinya. Dalam Memperhatikan pendapat tersebut bahwa
kaitannya dengan kegiatan penelitian tindakan secara inklusif dalam proses pembimbingan/
adalah anggota diskusi dalam hal ini adalah para pembelajaran mengarah pada pengoptimalisasian
103
intelektual – emosional orang yang belajar atau meminta peserta didik untuk mengidentifikasi
dibimbing dengan melibatkan fisik jika tipe khusus persoalan dari setiap contoh itu untuk
dibutuhkan. Pelibatan intelektual – emosional – dipecahkan. Mereka banyak belajar persoalan
fisik dan optimalisasinya dalam pembelajaran tetapi sering juga kesulitan menentukan macam
diarahkan supaya orang yang belajar persoalan untuk dipecahkan dengan metode
mendapatkan dan memproses perolehan secara baik.
belajarnya baik pada aspek pengetahuan, Utomo Dananjaya (2010:129) memberikan
keterampilan, sikap dan nilai. Dengan kata lain penjelasan tentang problem solving melalui
apa yang didapatkan dan pemrosesan hasil narasinya yang berkenaan dengan problem
belajar berarti orang belajar telah melakukan solving sebagai salah satu strategi aktif untuk
pengembangan diri yang dapat dilakukan secara mengembangkan berpikir bagi peserta didik
kelompok maupun mandiri. dapat simpulkan bahwa problem solving mampu
Belajar mandiri yang dilakukan oleh melatih siswa menggali masalah yang
seseorang merupakan salah satu pengembangan dihadapinya dan merumuskan solusi dari masalah
diri untuk melakukan perubahan perilaku sesuai yang dihadapi serta dapat membiasakan siswa
dengan kemampuan guna mencapai harapannya. berpikir analistis.
Melalui belajar mandiri ia berupaya untuk Memperhatikan dan memahami pendapat
melakukan pemecahan masalah yang dihadapi. Ia tersebut dan dikaitkan dengan penelitian maka
akan menggunakan dan mengembangkan strategi strategi U-M merupakan strategi penugasan yang
kognitif sesuai dengan kemampuannya. bentuknya adalah pengungkapan masalah diri
Agar dalam menyelesaikan masalah melalui yang dipergunakan dalam palaksanaan
kegiatan diskusi dan tugas mandiri dapat terarah pembelajaran atau pembimbingan yang hal itu
dan fokus pada masalah yang dihadapi setiap dirasakan sebagai hambatan untuk dapat
guru terbimbing maka mereka diberikan memahami secara mendalam tentang proposal
kesempatan untuk megungkapkan masalah yang PTBK dan sekaligus mengaktualisasikan
dihadapi. Masalah tersebut terkait dengan kemampuan diri dalam wujud menulis proposal
penyusunan proposal PTBK dan dirasakan PTBK. Lebih lanjut masalah diri yang telah
sebagai penghambat kemampuannya untuk dungkap akan dipecahkan bersama dalam
melakukan pengembangan diri dalam menyusun dinamika kelompok untuk mendapatkan solusi
proposal atau menyusun laporan PTBK yang sebagai upaya memperoleh pemahaman dan
akan dilakukan. kemampuan mengaktualisasikan dalam bentuk
Ungkap masalah (U-M) merupakan salah tulisan ilmiah. Lebih lanjut diharapkan mampu
satu strategi inovasi pembelajaran atau melakukan pengembangan diri secara mandiri.
pembimbingan untuk mendapatkan kesulitan Agar alur penggunaan metode dan strategi
dalam melaksanakan atau mengerjakan sesuatu. penelitian yang telah diuraikan di atas mudah
Kesulitan ini dirasakan belum menemukan dipahami, maka dalam pelaksanaannya perlu ada
solusinya ketika ide-ide kreatif dalam dirinya kejelasan. Untuk itu perlu sebuah kerangka
belum terungkap. Ketika ide-ide kreatif itu dapat berpikir yang menggambarkan alur penelitian dan
terungkap dari alam pikirannya maka secara pemecahan masalah dalam penelitian.
bertahap akan terbuka dan ditemukan cara-cara Kerangka berpikir dalam penelitian dimaksud
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. sebagai berikut:
Kesulitan mempelajari atau melaksanakan
sesuatu merupakan kondisi dari seseorang akibat
munculnya hambatan dari dalam dirinya
berkenaan dengan proses persepsi,
konseptualisasi, memori dan pemusatan perhatian
serta kemampuan penguasaan dirinya terhadap
persoalan yang sedang dirasakan yang hal ini
berpengaruh terhadap fungsi integritas sensor
motori.
Hisyam Zaini (2008:175) mengemukakan
tentang Strategi Tugas Mengenal Masalah, dalam
diskripsinya bahwa strategi Tugas Mengenal
Masalah ini menampilkan kepada mereka
beberapa contoh tipe persoalan yang umum dan
104
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
Diperoleh dalam kelas, juga sekaligus mencari jawaban
KONDISI
AWAL
kemampuan ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan
awal guru
menyusun dengan tindakan yang dilakukan.
proposal PTBK Memahami pendapat tersebut maka
diharapkan ada perubahan dan perbaikan baik
dalam proses maupun hasil. Pada gilirannya
SIKLUS I untuk penelitian tindakan yang sama secara
Menyusun
Prposal PTBK
bertahap akan mengalami perkembangan secara
melalui FGD
dengan strategu
maksimal.
U-M anggota
kelompok2
Pengumpulan data untuk keperluan
orang penelitian menggunakan teknik observasi.
Pembimbinga Instrumen yang diperlukan disusun sebelumnya
n
menggunakan bersama kolaborator dengan memperhatikan
metode FGD
TINDAKAN dan Tugas Refleksi masalah dan tujuan penelitian.
Mandiri
dengan strategi
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya
U-M dianalisis untuk bahan pengambilan simpulan.
Analisis data menggunakan diskriptif kualiatif
SIKLUS II
sederhana berdasarkan data kuantitatif. Hal ini
Menyusun merujuk pada Moleong (dalam Zainal Aqib,
Proposal PTBK
melalui tugas 2003:105) yang mengemukakan bahwa dalam
mandiri
penelitian ini, karena teknik pengumpulan
datanya menggunakan observasi maka keabsahan
data diperiksa dengan triangulasi penyidik, yaitu
KONDISI
AKHIR Refleksi dengan bantuan pengamat lain sebagai
kolaburator.
Untuk mengukur proses pembimbingan
menggunakan pendekatan kesesuaian
METODE PENELITIAN perencanaan dengan pelaksanaan bimbingan.
Subyek penelitian adalah sasaran yang Penilaian proses bimbingan menggunakan
dikenai penelitian. Subyek penelitian adalah guru rentang skor 1 – 10. Kemudian ditarik dalam
BK sebanyak enam orang. Masing-masing dari rentang skor persentase: 86%-100%, 61%-85%
enam sekolah binaan pengawasan. Status mereka dan 36-60%, 10%-35 dengan klasifikasi
adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Golongan kualitatif: Sesuai, Cukup sesuai, Kurang sesuai
kepangkatan terendah adalah III/c dan tertinggi dan Tidak sesuai.
adalah IV/a. Sedangkan untuk mengukur hasil kerja guru
Penelitian dilaksanakan pada semester genap dalam menyusun proposal PTBK, yang dinilai
tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian meliputi lima kelompok yaitu A-E sebagaimana
dilaksanakan selama empat bulan dimulai bulan diuraikan pada Pendahuluan. Penilaian
Pebruari sampai dengan Mei 2015. Penelitian menggunakan rentang skor 1-4 dan ditarik dalam
dilaksanakan di SMPN 1 Senduro. Penempatan skor persentase 86%-100%, 61%-85%, 36%-60%
lokasi ini dengan pertimbangan jarak antar- dan 10%-35% dengan klasifikasi Sangat baik,
sekolah pada posisi tengah-tengah dan untuk Baik, Cukup baik dan Kurang baik.
memilih sekolah sebelumnya telah dilakukan
musyawarah untuk mufakat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan menggunakan Berdasarkan hasl observasi yang dilakukan
rancangan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). oleh kolaborator, untuk pelaksanaan perencanaan
Hal ini merujuk pada Kemmis (1988) yang pembimbingan (RPP) dalam proses
mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah pembimbingan siklus I dan II, sebagai berikut:
suatu bentuk penelitian refleksi diri yang
dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri.
Selain itu Suhardjono (2011:39) mengemukakan
bahwa tujuan utama PTK adalah untuk
105
Rekapitulasi Hasil Pengamatan 3
3 3 3 3
Proses Pembimbingan Siklus I dan II 33 3
3, 3, 3, 3, 33,
3 C ,3 ,
3 3 3 3 33
Siklus I Siklus II 3 3
3 3 3 3
3
N Komponen J % J % 3 3 3 3 3 32,
o. penilaian m m 4 D 30
5 5 5 0 0 5
l l 1
1 1
1 Kegiatan 9 56, 1 87, 2 2 2 18,
5 E 25 2, 2,
Pendahuluan 25 4 50 5 5 , 75
5 5
5
2 Kegiatan Inti - - 3
3 3 3 3
a. Eksplorasi 15 75, 1 90, Jumlah 33 3
4, 4, 1, 1, 33,
00 8 00 skor ,3 ,
2 2 4 4 02
keselur 3 3
b. Elaborasi 33 91, 3 97, 6 6 8 8
uhan 3
67 5 22 Sedangkan hasil kemampuan guru BK pada
c. 21 87, 2 91, siklus I sebagai berikut:
Konfirmasi 50 2 67
Rekapitulasi Hasil Kemampuan Guru BK
Jumlah Rata-rata 84, 2 92, Menyusun Proposal PTBK Siklus I
kegiatan inti 23 72 5 96
Is Nama dan % Skor
3 Penutup 24 100 2 100 i M
4 Pr D as I Jo Ri R Rat
N o w ha m k rir at a-
Jumlah 10 85, 1 94, i ro o n na rata
o. p ni
2 00 1 17
o L ah n P H F (%)
3
sa
l % % % % % %
5 5 6 5 5 5
Sedangkan untuk kemampuan guru dalam
8, 3, 9, 6, 6, 8, 58,
menyusun proposal PTBK akan disajikan tiga 1 A
9 8 2 4 4 9 97
data yaitu kemampuan awal, siklus I dan
7 5 3 1 1 7
selanjutnya siklus II, sebagai berikut:
6 7 7 6 7
Rekapitulasi Hasil Kemampuan Awal Guru 7, 5, 1, 4, 7 1, 70,
2 C
BK Menyusun Proposal PTBK 8 0 4 2 5 4 84
Is 6 0 3 9 3
Nama dan % Skor
i 6 7 7 5 7 6
M R 6, 5, 5, 8, 5, 6, 69,
Pr D as I Jo ir R Rat 3 C
N o w ha m k ir at a- 6 0 0 3 0 6 45
o p i ro o na rata 7 0 0 3 0 7
ni n 6 6 7 6 7 7
o L ah n P H F (%)
sa 0, 5, 5, 0, 0, 0, 66,
4 D
l % % % % % % 0 0 0 0 0 0 67
4 0 0 0 0 0 0
4 4 3 6 6 6 5 5 5
41 3 3
1, 3, 3, 39, 2, 2, 2, 0, 0, 0, 56,
1 A ,0 , 5, 5 E
0 5 3 75 5 5 5 0 0 0 25
3 5 9
3 9 3 0 0 0 0 0 0
9
2 6 6 7 5 6 6
2 2 2 3 Jumlah
28 8 2, 3, 0, 8, 4, 3, 63,
8, 8, 8, 2, 29, skor
2 C ,5 , 0 8 3 3 8 8 89
5 5 5 1 17 keselur
7 5 4 9 7 3 1 9
7 7 7 4 uhan
7

106
Selanjutnya untuk hasil kemampuan guru BK maksimal sehingga memperoleh skor 2. Selain
pada siklus II, sebagai berikut: itu pengembangan cakupan materi masih sangat
kurang sehingga memperoleh skor 1.
Rekapitulasi Hasil Kemampuan Guru BK Untuk siklus II diperoleh jumlah skor hasil
Menyusun Proposal PTBK Siklus II pengamatan sebesar 14 (87,50%). Secara
kualitatif masuk pada katagori ”Sesuai”. Hal ini
Is Nama dan % Skor bisa meningkat akibat perbaikan kekurangan
i M pada siklus I yaitu pada kegiatan penyampaian
Pr D I Jo Ri R Rat
as KD dan tujuan serta pengembangan cakupan
N o w m k rir at a-
ha materi.
o. p i ro o n na rata
ni Perolehan persentase skor untuk dua siklus
o L n P H F (%)
ah tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitatif
sa pelaksanaan RPP pembimbingan pada aspek
l % % % % % %
Pendahuluan mengalami peningkatan dari
5 7 8 8 8 8 56,25% menjadi 87,50%. . Secara kualitatif juga
8, 9, 4, 2, 4, 4, 77, mengalami peningkatan dari ”Cukup sesuai”
1 A
9 4 6 0 6 6 78 menjadi ”Sesuai”.
7 9 2 5 2 2
8 9 9 9 9 8 Kegiatan Inti
9, 6, 6, 2, 2, 2, 89, Untuk aspek kegiatan Inti yang meliputi sub
2 C
2 4 4 8 8 1 88 aspek eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi akan
9 3 3 6 6 4 dibahas setiap sub aspek sebagai berikut:
8 8 8 6 8 6
3, 3, 3, 6, 3, 6, 77, 1. Eksplorasi
3 C
3 3 3 6 3 6 78 Hasil pengamatan kolaborator untuk sub
3 3 3 7 3 7 aspek eksplorasi pada siklus I diperoleh jumlah
8 8 9 8 8 8 skor 15 (75,00%). Secara kualitatif masuk pada
5, 0, 0, 5, 5, 5, 82, katagori ”Cukup sesuai”. Pada siklus II diperoleh
4 D
0 0 0 0 0 0 50 skor sebesar 18 (90%), secara kualitatif masuk
0 0 0 0 0 0 pada katagori ”Sesuai”. Kondisi ini terjadi akibat
6 8 6 7 7 6 dari pengembangan kegiatan yang pada siklus I
2, 7, 2, 5, 5, 2, 68, diperbaiki pada siklus II yaitu pada tingkat
5 E
5 5 5 0 0 5 75 keaktifan guru melakukan diskusi. Selain
0 0 0 0 0 0 pengembangan menggunakan berbagai
pendekatan pada pembimbingan. Masing-masing
8 8 8 8 8 7 diperoleh skor 2 (kurang). Pada siklus II
Jumlah
0, 4, 6, 2, 5, 9, 80, mengalami peningkatan dan masing-masing
skor
5 2 1 4 1 6 40 memperoleh skor 3 (cukup). Perolehan
keselur
6 6 1 1 9 3 persentase skor untuk dua siklus tersebut
uhan
menunjukkan bahwa pelaksanaan RPP
Memperhatikan data tersebut di atas baik pembimbingan baik secara kuantitatif mapun
data proses pelaksanaan bimbingan maupun hasil kualitatif mengalami peningkatan. Secara
bimbingan yakni hasil kerja guru BK dalam kuantitatif dari 75,00% menjadi 90,00%, secara
menyusun proposal PTBK, maka dapat dipahami kualitatif dari ”Cukup sesuai” menjadi ”Sesuai”.
melalui perkembangannya. 2. Elaborasi
Untuk proses bimbingan, sebagai berikut:
Hasil pengamatan kolaborator untuk sub
Pendahuluan aspek elaborasi pada siklus I diperoleh jumlah
Untuk aspek Pendahuluan jumlah skor skor 33 (91,67 %). Secara kualitatif masuk pada
komponen pada siklus I sebesar 9 (56,25 %). katagori ”Sesuai”. Pada siklus II diperoleh skor
Secara kualitatif masuk pada katagori ”Cukup sebesar 18 (97,22%). Angka ini menunjukkan
sesuai”. Skor tersebut masih rendah bahkan bahwa secara kuantitatif mengalami peningkatan
mendekati ”Tidak sesuai”. Kondisi ini akibat dan secara kualitatif tetap bertahan pada katagori
pengawas peneliti belum menyampaikan ”Sesuai”. Peningkatan skor ini akibat ada
kompetensi dasar (KD) dan tujuan secara peningkatan skor dari cukup baik (3) menjadi

107
baik (4) dan mempertahankan yang sudah baik mengalami peningkatan rata-rata sebesar 58,97%.
(4). Keculai pada butir 5 tetap bertahan pada skor Tetapi secara kualitatif tidak mengalami
3 (cukup baik). peningkatan. Setelah dilakukan perbaikan
kekurangan hasil siklus I, maka pada siklus II
3. Konfirmasi
rata-rata kelompok depan pada isi proposal
Hasil pengamatan kolaborator untuk sub secara kuantitatif mengalami peningkatan
aspek konfirmasi pada siklus I diperoleh jumlah menjadi 77,78%, secara kualitatif menjadi
skor 21 (87,50%).Secara kualitatif masuk pada ”Baik”. Memperhatikan hasil data tersebut berarti
katagori ”Sesuai”. Pada siklus II diperoleh skor untuk bagian depan Isi Proposal secara kuantitatif
sebesar 22 (91,67%). Secara kualitatif masuk mengalami peningkatan. Secara kualitatif pada
katagori ”Sesuai”. Perolehan persentase skor siklus I mengalami peningkatan dari kemampuan
untuk dua siklus tersebut menunjukkan bahwa awal. Sedang pada siklus II secara kualitatif
sub aspek konfirmasi secara kuantitatif masih tetap pada katagori ”Baik” dari siklus I.
mengalami peningkatan tetapi secara kualitatif
b. Kelompok BAB I
masih tetap pada posisi ”Sesuai”. Peningkatan
kuantitatif akibat ada pengembangan dalam Rata-rata kemampuan awal guru menyusun
proses pembimbingan yaitu di butir kegiatan proposal PTBK untuk kelompok BAB I sebesar
nomor 2 pada siklus I sebesar 3 (cukup) dan pada 29,17 % secara kualitatif pada katagori “Cukup
siklus II sebesar 4 (Baik). Sedang untuk butir baik”. Setelah diberikan tindakan pada siklus I,
kegiatan nomor 4 dan 5 tidak mengalami secara kuantitatif mengalami peningkatan rata-
peningkatan pada siklus II yaitu skor 3 (Cukup rata sebesar 70,84 %. Secara kualitatif juga
baik). Untuk butir kegiatan lain bisa mengalami peningkatan menjadi ”Baik”. Setelah
dipertahankan pada skor 4 (Baik). dilakukan perbaikan kekurangan hasil siklus I,
maka pada siklus II rata-rata kelompok BAB I
Penutup
secara kuantitatif mengalami peningkatan
Pada aspek Penutup jumlah skor komponen menjadi 89,88, secara kualitatif meningkat
pada siklus I sebesar 24 (100,00 %). Secara menjadi ”Sangat baik”. Memperhatikan hasil data
kualitatif masuk pada katagori ”Sesuai”. Untuk tersebut berarti untuk kelompok BAB I baik
siklus II diperoleh jumlah skor hasil pengamatan secara kuantitatif maupun kualitatif secara terus
sebesar 24 (100,00%). Secara kualitatif masuk menerus mengalami peningkatan.
pada katagori ”Sesuai”. Angka persentase
c. Kelompok BAB II
tersebut menunjukkan bahwa pengawas peneliti
pada aplikasi aspek Penutup dapat Rata-rata kemampuan awal guru menyusun
mempertahankan hasil dari siklus I. proposal PTBK untuk kelompok BAB II sebesar
Berdasarkan perolehan skor pengamatan 33,33 % secara kualitatif pada katagori “Kurang
kolaborator yang meliputi tiga aspek tersebut, baik”. Setelah diberikan tindakan pada siklus I,
secara menyeluruh pelaksanaan RPP secara kuantitatif mengalami peningkatan rata-
pembimbingan pada siklus I diperoleh skor rata sebesar 69,45 %. Secara kualitatif juga
sebesar 102 (85%) secara kualitatif masuk pada mengalami peningkatan menjadi ”Baik”. Setelah
katagori ”Cukup sesuai”. Pada siklus II diperoleh dilakukan perbaikan kekurangan hasil siklus I,
skor 113 (94,17%) secara kualitatif masuk pada maka pada siklus II rata-rata kelompok BAB II
katagori ”Sesuai”. Perolehan skor tersebut secara kuantitatif mengalami peningkatan
memberikan pengertian bahwa secara kuantitatif menjadi 77,78 %, namun secara kualitatif masih
maupun kualitatif dari siklus I ke siklus II tetap pada posisi “Baik”. Memperhatikan hasil
mengalami peningkatan data tersebut berarti untuk kelompok BAB II baik
Sedangkan untuk hasil yaitu kemampuan secara kuantitatif mengalami peningkatan. Tetapi
guru BK dalam menyusun proposal PTBK yaitu secara kualitatif mengalami peningkatan pada
sebagaio berikut: siklus I dari kemampuan awal. Sedang pada sikus
II dari siklus I tidak mengalami peningkatan.
a. Kelompok Bagian Depan Isi Proposal
d. Kelompok BAB III
Rata-rata kemampuan awal guru menyusun
Rata-rata kemampuan awal guru menyusun
proposal PTK untuk kelompok bagian depan Isi
proposal PTBK untuk kelompok BAB III sebesar
Proposal sebesar 39,75 % secara kualitatif pada
32,50 % secara kualitatif pada katagori “Kurang
katagori “Cukup baik”. Setelah diberikan
baik”. Setelah diberikan tindakan pada siklus I,
tindakan pada siklus I, secara kuantitatif
108
secara kuantitatif mengalami peningkatan rata- Memperhatikan hasil pembahasan di atas
rata sebesar 66,67 %. Secara kualitatif juga dikaitkan dengan kajian teori di atas maka
mengalami peningkatan menjadi ”Baik”. Setelah Pengawas peneliti sependapat dengan
dilakukan perbaikan kekurangan hasil siklus I, pemahaman konsep metode Focus Group
maka pada siklus II rata-rata kelompok BAB III Discussion (FGD) adalah suatu kegiatan yang
secara kuantitatif mengalami peningkatan berupa diskusi terarah yang dilakukan secara
menjadi 82,50 %, namun secara kualitatif masih kelompok. Konsep tersebut memberikan
tetap pada posisi “Baik”. Memperhatikan hasil pemahaman bahwa implementasi diskusi
data tersebut berarti untuk kelompok BAB III dilakukan secara terencana dan terprogram dalam
baik secara kuantitatif mengalami peningkatan. desain instruksional sehingga proses diskusi
Tetapi secara kualitatif mengalami peningkatan menjadi terarah dan jelas. Pelaksanaannya harus
pada siklus I dari kemampuan awal. Sedang pada benar-benar difokuskan pada pembimbingan
sikus II dari siklus I tidak mengalami untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
peningkatan. Sedangkan tugas mandiri sesuai dengan
Dimyati, dkk (1998;114) mengemukakan bahwa
e. Kelompok Bagian Belakang Isi Proposal
setiap proses pembelajaran pasti menampakkan
Rata-rata kemampuan awal guru menyusun keaktifan seseorang yang belajar atau siswa.
proposal PTBK untuk kelompok bagian belakang Pernyataan ini tidak dapat dibantah atau kita
Isi Proposal sebesar 18,75 % secara kualitatif tolak kebenarannya. Lebih lanjut ia menjelaskan
pada katagori “Kurang baik”. Setelah diberikan bahwa kegiatan fisik yang dapat diamati di
tindakan pada siklus I, secara kuantitatif antaranya dalam bentuk kegiatan membaca,
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 56,25 mendengarkan, menulis, meragakan dan
%. Secara kualitatif mengalami peningkatan mengatur. Sedangkan secara psikis seperti
menjadi “Cukup baik”. Setelah dilakukan mengingat kembali isi materi pelajaran
perbaikan kekurangan hasil siklus I, maka pada pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah
siklus II rata-rata kelompok belakang pada Isi pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
Proposal secara kuantitatif mengalami suatu konsep yang dihadapi, menyimpulkan hasil
peningkatan menjadi 68,75 % dan secara eksperimen, membandingkan satu konsep dengan
kualitatif tetap pada katagori ”Baik”. konsep yang lain dan kegiatan psikis lainnya.
Memperhatikan hasil data tersebut berarti Pendapat ini dibuktikan dengan hasil kerja guru
untuk bagian belakang isi proposal secara dalam menyusun proposal PTBK yang terus
kuantitatif mengalami peningkatan. Secara membaik.
kualitatif pada siklus I mengalami peningkatan
dari kemampuan awal. Sedang pada siklus II SIMPULAN
secara kualitatif masih tetap pada katagori Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil
”Baik”. penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai
Secara menyeluruh rata-rata kemampuan berikut:
awal guru menyusun proposal PTBK 1. Penerapan RPP dalam proses pembimbingan
memperoleh persentase skor sebesar 33,02 % menggunakan metode Focus Group
secara kualitatif pada katagori “Kurang baik”. Discussion (FGD) dan Tugas Mandiri dengan
Setelah diberikan tindakan pada siklus I, secara strategi U-M pada peningkatan kemampuan
kuantitatif mengalami peningkatan rata-rata guru BK di wilayah binaan dalam menyusun
sebesar 63,89 %. Secara kualitatif mengalami proposal PTBK semester genap tahun
peningkatan menjadi “Baik”. Setelah dilakukan 2014/2015 di Kabupaten Lumajang baik
perbaikan hasil siklus I, maka pada siklus II secara kuantitatif maupun kualitatif dari siklus
diperoleh persentase rata-rata sebesar 80,40 % I ke siklus II mengalami peningkatan.
dan secara kualitatif masih tetap pada katagori 2. Pembimbingan menggunakan metode Focus
”Baik”. Memperhatikan hasil data tersebut berarti Group Discussion (FGD) dan Tugas Mandiri
untuk penyusunan proposal bagi para guru rata- dengan strategi U-M secara kuantitatif dapat
rata secara kuantitatif mengalami peningkatan. meningkatkan kemampuan guru BK di
Secara kualitatif pada siklus I mengalami wilayah binaan dalam menyusun proposal
peningkatan dari kemampuan awal. Sedang pada PTBK semester genap tahun 2014/2015 di
siklus II secara kualitatif masih tetap pada Kabupaten Lumajang. Secara kualitatif ada
katagori ”Baik”. peningkatan pada siklus I dari kemampuan

109
awal dan pada siklus II masih tetap pada
katagoti “Baik”.

DAFTAR PUSTAKA
Akib, Zainal, 2003. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung : Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi, 2006, Penelitian Tindakan
Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Kartadinata, Sunaryo, 2011, Menguak Tabir
Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya
Pedagogis, Upi Press, Bandung.
Roestiyah, NK, 1985, Strategi Belajar mengajar,
Jakarta, Bina Aksara.
Soekartawi, Dkk, 1995, Meningkatkan
Rancangan Instruksional (Instructional
Design), Untuk memperbaiki Kualitas
Belajar Mengajar, Malang, Unibraw.
Soeparto, 1986, Alat-Alat dan Metode
Pengajaran, Jember, FIP-UNED
Suhardjono, 2011, Pertanyaan dan Jawaban di
Sekitar Penelitian Kelas dan Tindakan
Sekolah, Cakrawala Indonesia, Malang.
Suhardjono, dkk, 2011, Publikasi Ilmiah Dalam
Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Bagi Guru, Cakrawala
Indonesia, Batu-Malang
Suprayitno, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, Rineka Cipta, Jakarta.
Thantawy, 1993, Kamus Bimbingan Konseling,
Economics Students Group, Jakarta.
........,Departemen Pendidikan Nasional. 2007,
Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan
Sekolah, Jakarta.
........,Departeman pendidikan dan Kebudayaan,
1696, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.

110
MENINGKATKAN KINERJA GURU KELAS V DALAM PEMBELAJARAN MELALUI
SUPERVISI AKADEMIK DEMOKRATIS PADA DAERAH BINAAN V GUGUS
DIPONEGORO

Nunuk Sri Susilawaty


UPT PUD NFI dan SD Kec. Karanganyar Kab. Karanganyar

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru kelas V Daerah Binaan V Gugus
Diponegoro Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam
pembelajaran. Bentuk Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) melalui dua siklus
dengan langkah: perencanaan,pelaksanaan,observasi dan evaluasi,dan refleksi. Penelitian ini
dilakukakan di Sekolah Dasar Dabin V Gugs Diponegoro Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah 7 (tujuh) guru kelas V Sekolah
Dasar di Daerah Binaan V Gugus Diponegoro Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai minggu ke-2 (dua) bulan September 2015
sampai dengan minggu ke-4 (empat) bulan Nopember 2015,sekitar 11 minggu atau kurang lebih 3
bulan. Sumber data dan data dalam penelitian ini adalah hasil kinerja guru kelas V dalam
pembelajaran pada Daerah Binaan V Gugus Diponegoro Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016 dan dokumen. Metode pengumpulan data dalam penelitian
observasi, dan analisis dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan ada 3 cara yakni
pengisian instrumen kinerja guru dalam prmbelajaran secara umun, instrumen kinerja guru dalam
penyusunan perencanan pembelajaran, dan instrumen kinerja guru dalam pembelajaran.
Kesimpulan hasil penelitian yakni sebagai berikut: hasil perolehan nilai rata-rata kemampuan
membuat perencanaan dalam menyusun RPP mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I dan II.
Hasil tersebut adalah 2,45 pada pra siklus menjadi 3,03 pada siklus I dan 3,48 pada siklus II .
Sedangkan perolehan nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah 2,46
dengan kategori sedang pada tahap pra siklus menjadi 3,05 pada siklus I dengan kategori baik,
menjadi 3,65 pada siklus II mencapai kategori sangat baik. Dengan demikian dalam penelitian ini
setiap siklus selalu mengalami kenaikan yang signifikan, sehingga penelitian ini dapat diterima.
Melalui supervisi akademik demokratis yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah dapat meningkatkan
kinerja guru kelas V dalam pembelajaran yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.

Kata kunci :Kinerja Guru,Supervisi Akademik Demokrati

111
Abstract

The purpose of this research is to improve the performance of teachers Dabin V Force V Diponegoro
Karanganyar Karanganyar in the school year 2015/2016 in learning. This research is a form of
Action Research School (PTS) in two cycles with the steps: planning, execution, observation and
evaluation, and reflection. This study dilakukakan Elementary School Dabin V Gugsa Diponegoro
Karanganyar Karanganyar 2015/2016 Academic Year. Subjects were seven (7) Elementary School
fifth grade teacher in Dabin V Cluster Diponegoro Karanganyar Karanganyar.
The research was carried out for 3 months, starting week two (2) months of September 2015 through
week 4 (four) in November 2015, about 11 weeks, or approximately 3 months. Sources of data and
data in this study is the result of the performance of teachers in teaching at Dabin V V Cluster
Diponegoro Karanganyar Karanganyar in the academic year 2015/2016 and documents. Methods of
data collection in research observation and document analysis. Data collection techniques used there
are three ways that the charging instrument prmbelajaran teachers working in umun, instrument
teacher performance in the preparation of lesson planning, and. Instrument performance of teachers
in learning.
Conclusion of the study which is as follows: the results of the acquisition value of average ability to
plan in preparing the RPP has increased from pre-cycle, the cycle I and II. The results are on a pre
cycle becomes 2.45 to 3.03 in the first cycle and 3.48 in the second cycle. While the average value of
the acquisition of the ability of teachers in implementing the learning is 2,46 with category at the stage
of pre-cycle to 3.05 in the first cycle in both categories, to 3.65 in the second cycle reaches the very
good category. Thus, in this study each cycle always increased significantly, so this study can be
accepted. Through democratic academic supervision carried out by the School Supervisor can
improve the performance of teachers in learning impact on improving student achievement.

Keywords: Teacher Performance, Academic Supervision Demokrati

112
PENDAHULUAN maupun di gugus sekolah belum maksimal, (2)
supervisi akademik belum maksimal
Dalam rangka meningkatkan mutu hasil dilaksanakan, dan apabila dilaksanakan lebih
belajar siswa dibutuhkan guru yang profesional. cenderung ke aspek administrasi, (3) kurangnya
Profesionalisme guru dituntut agar terus menerus kesempatan mengikuti kegiatan
meningkat sesuai dengan perkembangan penataran/pelatihan maupun seminar.
kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang Berbekal dari hasil temuan di atas, maka
berkualitas dan memiliki kapabilitas tinggi. segera dilakukan upaya untuk meningkatkan
Untuk menjadi guru yang profesional perlu kinerja/kemampuan guru kelas V dalam
adanya pembinaan yang berkelanjutan, salah pembelajaran, yakni pembinaan kepada guru
satunya dapat dilaksanakan oleh pengawas dengan pendampingan secara langsung saat
sekolah sesuai dengan peran, fungsi serta tugas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta dengan
dan tanggung jawabnya dalam melakukan jalan alternatif supervisi akademik demokratis,
pengawasan di sekolah. Seorang guru harus yaitu pengawas sebagai supervisor tidak boleh
selalu berupaya meningkatkan kemampuan mendominasi pelaksanaan supervisi
profesional, pengetahuan, sikap,dan ketrampilan akademiknya. Titik tekan pada supervisi
secara terus menerus sesuai dengan akademiknya yang demokratis, aktif, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kooperatif. Pengawas sebagai supervisor harus
serta mengikuti perkembangan paradigma baru melibatkan secara aktif guru yang dibinanya.
dibidang pendidikan. Guru harus mempunyai Tanggung jawab perbaikan program akademik
kompetensi yang dilaksanakan secara baik, empat bukan hanya pada supervisi melainkan juga pada
kompetensi tersebut meliputi kompetensi guru. Karena itu supervisi akademik demokratis
paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional ( direncanakan, dikembangkan, dan dilaksanakan
UU RI No.14 Tahun 2008 ). bersama oleh Kepala Sekolah, guru, dan pihak
Berdasarkan hasil pengamatan dan lain yang terkait dibawah koordinasi supervisor.
pantauan yang dilakukan pengawas sebelumnya Dengan supervisi akademik demokratis ini guru
menunjukkan bahwa kemampuan dan kinerja akan mendapatkan bimbingan langsung untuk
para guru kelas V SD di Daerah binaan V Gugus menerapkan strategi, metode, dan model
Diponegoro Kecamatan Karanganyar Kabupaten pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi
Karanganyar masih rendah dan terkesan ajar maupun karakteristik siswa.
mengajar seadanya. Ini terlihat dari indikator Pengelolaan pembelajaran yang menjadi
sebagai berikut; perencanaan pembelajaran tugas guru meliputi;1) menyusun Rencana
belum dibuat secara baik, dalam melaksanakan Pelaksanaan Pembelajaran, 2) Menyajikan dan
pembelajaran dominan menggunakan metode Melaksanakan Pembelajaran, 3) Melakukan
ceramah dan jarang sekali menggunakan alat Evaluasi Belajar, 4) Melakukan Analisis Hasil
bantu mengajar atau alat peraga, evaluasi tindak Belajar, dan 5) Menyusun Program Perbaikan.
lanjut belum dilaksanakan secara menyeluruh Tugas guru sebelum mengajar adalah bagaimana
pada setiap ulangan akhir kompetensi dasar, dan merencanakan suatu pembelajaran yang baik.
belum semuanya mengadakan jam belajar Guru saat mengajar harus mampu menciptakan
tambahan. Apabila disadari bahwa guru kelas V suatu kondisi pembelajaran sesuai dengan yang
memiliki tugas yang penting, yakni sebagai salah direncanakan. Adapun tugas guru sesudah
satu penentu keberhasilan bagi anak didiknya, mengajar adalah bagaimana menentukan tindak
sehingga guru kelas V diharapkan lebih lanjut pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru
meningkatkan kemampuan dan berupaya agar juga dituntut memiiki kemampuan berfikir yang
para siswanya mampu mengerjakan soal-soal tinggi untuk memecahkan masalah pembelajaran
atau latihan ulangan dengan lancar dan benar, dan mengidentifikasi unsur-unsur pembelajaran
yang akhirnya dapat meningkatkan prestasinya, yang berhubungan satu sama lain.
serta upaya meningkatkan prestasi peserta didik Dari kesulitan-kesulitan tersebut maka
dalam mengikuti berbagai seleksi lomba prestasi guru cenderung melaksanakan pembelajaran
guru kelas V pada Daerah binaan V Gugus seadanya secara konvensional. Begitu juga RPP
Diponegoro Kecamatan Karanganyar berakibat yang seharusnya dijadikan pedoman dalam
rendahnya kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran itu hanya sebagai syarat atau
pembelajaran, hal ini diakibatka oleh: (1) pelengkap saja dalam memenuhi kegiatan
komunikasi dan koordinasi diantara guru dan administrasi dalam merencanakan pembelajaran
kepala sekolah /pengawas baik di sekolah

113
tanpa melihat situasi,kondisi atau kebutuhan- pembelajaran setelah dilaksanakan supervisi
kebutuhan siswa. akademik demokratis
Dalam rangka peningkatan kemampuan/ Adapun manfaat yang dapat diharapkan
kinerja guru, optimalisasi peran pengawas dari penelitian ini adalah:1) bagi guru dapat
sekolah sangat diperlukan. Salah satu tanggung memperbaiki dan meningkatkan kinerja/
jawab dan peran Pengawas Sekolah adalah kemampuannya dalam melaksanakan
sebagai penyelia ( Supervisor ). Peran inilah yang pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar
menarik untuk dikaji melalui PTS yang berjudul serta menyiapkan siswanya dalam menghadapi
“ Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Kelas V berbagai seleksi lomba prestasi, serta mampu
Dalam Pembelajaran Melalui Supervisi melaks anakan tugas pokok dan fungsinya sesuai
Akademik Demokratis Pada Daerah binaan V dengan ketentuan yang berlaku secara
Gugus Dipinegoro Kecamatan Karanganyar profesional, menambah wawasan guru tentang
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran arti pentingnya supervisi akademik demokratis,
2015/2016”. 2) bagi siswa dapat meningkatkan hasil prestasi
Masalah yang mendasar pada penelitian belajarnya, meningkatkan aktifitas dan
ini adalah rendahnya kinerja guru kelas V Daerah kreatifitasnya dalam mengikuti pelajaran,
binaan V Gugus Diponegoro Kecamatan mengatasi kesulitan dalam menyerap materi
Karanganyar Kabupaten Karanganyar dalam pelajaran, serta meningkatkan prestasi siswa
melaksanakan pembelajaran. Rendahnya kinerja dalam mengikuti seleksi lomba prestasi, 3) bagi
guru tersebut menjadi tugas Pengawas Sekolah Kepala Sekolah dapat meningkatkan kinerjanya
untuk memberikan pembinaan melalui supervisi sebagai guru di dalam mengelola pembelajaran
akademik demokratis. Berdasarkan hasil untuk menunjang peningkatan kualitas
observasi yang dilakukan pengawas sekolah dan pembelajaran dan prestasi belajar siswa,
melihat kenyataan di lapangan ada beberapa hal memberikan motivasi kepada kepala sekolah
yang perlu dilaksanakan pembimbingan, yakni: untuk mengadakan supervisi akademik salah
a) Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun satunya supervisi akademik demokratis beserta
RPP,b) Rendahnya kinerja guru dalam tindak lanjutnya.
melaksanakan pembelajaran, 3) Minimnya Teori yang mendasari penelitian ini antara
kesempatan penataran dan pelatihan tentang lain; menurut Syafri Mangkuprawira dan Aida
model-model pembelajaran. Berdasarkan hasil Vitalaya (2007:155) pengertian kinerja adalah
temuan tersebut, maka segera dilakukan tindakan merupakan suatu konstruksi multidimensi yang
untuk meningkatkan kinerja guru kelas V di mencakup banyak faktor yang
Daerah Binaan V Gugus Diponegoro Kecamatan mempengaruhinya. Sedangkan Menurut
Karanganyar Kabupaten Karanganyar dalam Abdullah Munir (2008: 30) Kinerja adalah
melaksanakan pembelajaran. Dengan kegiatan gambaran mengenai tingkat pencapaian
tersebut guru mendapatkan pembimbingan sacara pelaksanaan suatu kegiatan /program/kebijakan
langsung sehingga lebih mudah dalam dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
melaksanakan pembelajaran sesuai standar proses lembaga. Menurut Syafri Mangkuprawira dan
pendidikan. Berdasarkan latar belakang di atas Aida Vitalaya (2007:155) Kinerja merupakan
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: suatu konstruksi multi dimensi yang mencakup
“Apakah supervisi akademik demokratis dapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
meningkatkan kinerja guru kelas V Daerah faktor tersebut adalah sebagai berikut; a) faktor
Binaan V Gugus Diponegoro Kecamatan personal/individu, meliputi unsur pengetahuan,
Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan
Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran?” diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk tiap individu guru, b) faktor kepemimpinan,
meningkatkan kinerja guru kelas V Daerah meliputi aspek kualitas manajer dan sistem leader
Binaan V Gugus Diponegoro Kecamatan dalam memberikan dorongan, semangat, arahan,
Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun dan dukungan kerja pada guru, c) faktor tim,
Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran, yang meliputi kualitas dukungan dan semangat yang
berdampak pada peningkatan prestasi hasil diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan
belajar siswa melalui proses pembelajaran yang terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan
baik dan benar, serta untuk mengetahui ketaatan tim, d) faktor sistem, meliputi sistem
peningkatan kinerja guru kelas V dalam kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh
pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah, dan
114
kultur kerja dalam sekolah, e) faktor kontekstual akademik yang demokratis, aktif, dan kooperatif.
(situasional), meliputi tekanan dan perubahan Sipervisor harus melibatkan secara aktif guru
lingkungan eksternal dan internal. yang dibinanya. Tanggung jawab program
. Kinerja Guru, Seorang guru yang perbaikan akademik bukan hanya pada supervisor
profesioanal sikap kinerjanya akan kelihatan melainkan juga pada guru. Supervisi akademik
dalam kehidupan sehari-hari. Semua hasil demokratis direncanakan, dikembangkan, dan
kinerjanya mencerminkan kompetensi yang dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan
harus dimiliki yang meliputi empat kompetensi guru, Kepala Sekolah, dan pihak lain yang terkait
dasar, sesuai yang diamanatkan Undang-Undang dibawah koodinasi supervisor ( Prinsip-prinsip
Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 dan Supervisi Akademik, Supervisi Akademik
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Demokratis ). Supervisi akademik demokratis
dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi dilaksanakan oleh supervisor dengan
kompetensi kepribadian, paedagogik, profesional mengadakan pengamatan secara langsung
dan sosial, yang dijelaskan sebagai berikut; a) terhadap cara guru mengajar dengan mengadakan
Kompetensi Kepribadian, merupakan diskusi balikan untuk memperoleh balikan
kemampuan personal yang mencerminkan tentang bebaikan maupun kelemahan yang
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan terdapat selama guru mengajar, serta bagaimana
bijaksana, berwibawa, menjadi teladan bagi usaha untuk memperbaikinya. Menurut Keith
peserta didik, berakhlak mulia, mengevaluasi Acheson dan Meredith D.Gall, dalam bukunya
kinerja sendiri,dan mengembangkan diri secara M.Ngalim Purwanto (2009: 90), mengemukakan
berkelanjutan,b) Kompetensi Paedagogik, bahwa supervisi akademik adalah proses
meliputi pemahaman wawasan atau landasan membantu guru memperkecil ketidaksesuaian
kependidikan, pemahaman terhadap peserta (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang
didik, mengembangkan kurikulum/silabus, nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang Secara teknik bahwa supervisi akademik
mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan demokratis adalah suatu model supervisi yang
mengembangkan perserta didik untuk terdiri atas tiga fase, yaitu (1) pertemuan
mengaktualisasikan berbagai potensi yang perencanaan, (2)observasi kelas, (3) pertemuan
dimiliki, c) Kompetensi Profesional,merupakan balikan/refleksi. Dari ketiga definisi tersebut
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan diatas John J.Boll, dalam buku M.Ngalim
mendalam, yang mencakup penguasaan materi Purwanto (2009: 91), menyimpulkan bahwa
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan supervisi akademik adalah suatu proses
substansi keilmuan yang menaungu materinya, bimbingan yang bertujuan untuk membantu
serta penguasaan terhadap struktur dan pengembangan profesional guru/calon guru,
metodologi keilmuan, d) Kompetensi Sosial, khususnya dalam mengembangkan kemampuan
merupakan kemampuan guru untuk mengelola proses pembelajaran, berdasarkan
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan observasi dan analisis data secara teliti dan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga obyektif sebagai pegangan untk perubahan
kependidikan, serta orang tua/wali peserta didik. tingkah laku mengajar tersebut. Lebih lanjut
Pengetian Supervisi Akademik adalah Sahertian (2000: 91), menjelaskan bahwa kata
upaya membantu guru dalam melaksanakan kunci dari supervisi adalah memberikan layanan
proses pembelajaran. Glickman (1981), dan bantuan untuk mengembangkan situasi
mendefinisikan supervisi akademik adalah belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di
rangkaian kegiatan untuk membantu guru kelas. Dari beberapa pendapat diatas dapat
mengembangkan kemampuan mengelola proses disimpulkan bahwa supervisi akademik
pembelajaran demi mencapai tujuan demokratis merupakan suatu proses
pembelajaran. Dengan demikian esensi supervisi pembimbingan dalam dunia pendidikan yang
akademik sama sekali bukan menulai unjuk kerja bertujuan untuk membantu pengembangan
guru dalam mengelola proses pembelajaran, profesional guru dalam kemampuan mengajar
melainkan membantu guru mengembangkan melalui observasi dan analisis data secara
kemampuan profesionalnya. Adapun Supervisi obyektif dan teliti sebagai dasar untuk usaha
Akademik Demokratis adalah supervisi yang mengubah perilaku mengajar guru.
dilakukan dimana supervisor tidak boleh Karakteristik Supervisi Akademik
mendominasi pelaksanaan supervisi Demokratis, beberapa karakteristik supervisi
akademiknya. Titik tekan pada supervisi akademik demokratis; (1) bantuan yang diberikan
115
bukan bersifat instruksi atau perintah. Tetapi dalam penelitian ini adalah hasil kinerja guru
tercipta hubungan manusiawi secara demokratis, dalam pembelajaran hasil observasi. Data dalam
aktif, dan kooperatif, guru memiliki rasa aman penelitian ini dalah hasil RPP yang dibuat guru
dan nyaman sehingga ada kesediaan untuk dan penilaian kinerja guru dalam pembelajaran.
menerima perbaikan/bantuan, (2) bahan supervisi Perolehan data dalam penelitian ini ada tiga yaitu
timbul dari harapan dan dorongan supervisor data penilaian kinerja guru secara umum,
yang diterima dengan baik oleh guru karena penilaian kinerja guru dalam menyusun RPP, dan
memang membutuhkan bantuan, (3) satuan penilaian kinerja guru menggunakan skala1-4.
tingkah laku mengajar yang dimiliki guru Prosedur Penelitian: Tindakan yang
merupakan satuan yan terintegrasi. Harus dilakukkan dalam penelitian ini dikembangkan
dianalisis sehingga terlihat kemampuan dan dalam dua siklus, adapun langkah-langkah untuk
ketrampilan apa uang spesifik yang harus masing-masing siklus adalah : 1) Perencanaan,
diperbaiki/dberi bantuan, (4) suasana dalam pada tahap ini supervisor mengadakan
pemberian supervisi penuh kehangatan, kesepakatan dengan guru untuk memperbaiki
kedekatan, dan keterbukaan, (5) bantuan yang pembelajaran dan meningkatkan kinerjanya,
diberikan tidak hanya ketrampilan supervisor memulai pembicaraan dalam suasana
mengajar/proses pembelajaran, akan tetapi juga penuh keakraban, keterbukaan, dan persahabatan
mengenain aspek-aspek kepribadian guru, sehingga terbangun hubungan kerjasama yang
misalnya motivasi terhadap hairah mengajar, (6) baik dan harmonis, beberapa langkah penting
balikan yang diberikan harus secepat mungkin dalam tahap ini antara lain; a) mengadakan
dan objektif, (7) adanya penguatan dan umpan pertemuan dengan guru dan kepala sekolah
balik dari supervisor terhadap perubahan perilaku untuk membahas langkah-langkah nyata guna
guru yang positif sebagai hasil pembinaan, (8) memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam
supervisi dilakukan secara berkrlanjutan untuk pembelajaran, b) melakukan kajian ulang
meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan terhadap penyusuna RPP yang buat guru dengan
suatu masalah. mencermati tujuan pembelajaran/kompetensi
dasar/indikator hasil belajar, bahan/materi
METODE PENELITIAN belajar, strategi pembelajaran, media, sumber
Penelitian yang dilakukan berupa belajar, dan penilaian, c) melakukan kajian ulang
penelitian tindakan yang dilaksanakan secara terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
individu maupun secara kelompok. Penelitian dilakukan guru dengan mencermati kemampuan
dilakukan di Sekolah Dasar Daerah Binaan V membuka pelajaran, sikap praktis dalam proses
Gugus Diponegoro Kecamatan Karanganyar pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran,
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran proses pembelajaran, penggunaan media dan
2015/2016. Penelitian tindakan dilaksanakan sumber belajar,penilaian, kemampuan menutup
mulai minggu ke 3 ( dua ) bulan September 2015 pembelajaran dan tindak lanjut, memilih dan
sampai dengan minggu ke 4 ( empat ) bulan mengembangkan instrumen dengan
Nopember 2015, sekitar 11 minggu atau kurang memanfaatkan profil kinerja guru melalui diskusi
lebih 3 bulan. Subyek penelitian mencakup 7 ( dan pembahasan, 2) Pelasanaan, penilaian
tujuh ) guru kelas V SD di Daerah Binaan V pelaksanaan pembelajaran guru secara umum,
Gugus Diponegoro Kecamatan Karanganyar pemberian tugas kepada guru untuk membuat
Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini RPP sebagai acuan melaksanakan pembelajaran,
menggunakan pendekatan kuantitatif. Tehnik penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran
pengumpulan data/mendapatkan data dengan cara yang dilakukan guru dengan skala 1-4, 3)
wawancara, menggunakan instrumen kinerja guru Observasi dan evaluasi, tahap observasi ini
dalam pembelajaran secara umum, instrumen dilakukan ketika tanggapan para guru saat
kenerja guru dalam penyusuna RPP, instrumen koordinasi akan dilaksanakannya pembimbingan,
kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran menanyakan apakah guru ada kungguhan dan
dengan skala 1-4, yang digunaka untuk minat yang utinggi sebagai penentu keberhasilan,
memperoleh data tentang kondisi dan kenyataan sikap dan minat guru ketika dilaksanakan
yang diperoleh pada saat pembelajaran. supervisi akademik demikratis, dan sikap guru
Data adalah keterangan yang benar dan mengevalsi sebagai hasil balikan. 4) Refleksi,
nyata yang dikumpulkan untuk memperoleh yakni menganalisis hasil dengan membandingkan
keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan data awal dengan data tentang kemampuan
kajian analisis atau kesimpulan. Sumber data penyusunan RPP dan hasil karya pembuatan
116
RPP. Pertemuan ini merupakan diskusi menjurus pada persiapan menghadapi berbagai
klarifikasi, analisis, dan balikan antara supervisor seleksi lomba prestasi secara maksimal. Rata-rata
dan guru berkaitan dengan proses dan dampak kinerja guru kelas V Daerah Binaan V Gugus
memperbaiki yang dilaksanakan serta kriteria dan Diponegoro Kecamatan Karanganyar Kabupaten
perencanaan bagi tindakan siklus berikutnya. Karanganyar dalam mengelola pembelajaran
masih pada kategori cukup, dengan rata-rata nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN perencanaan pembelajaran 2,45 dan pelaksanaan
Deskripsi Kondisi Awal, bahwa kinerja pembelajaran 2,46. Hal ini dikarenakan guru
guru dalam pembelajaran masih rendah. Untuk kurang termotivasi dalam melaksanakan
mengetahui kemampuan kinerja guru dan prestasi pembelajaran.
belajar siswa, maka dilakukan observasi ke Diskripsi Siklus I;
sekolah-sekolah untuk mengumpulkan data dan Perencanaan, kegiatan yang dilakukan
diperoleh kesimpulan rata-rata sebagai berikut; 1) sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan
Belum semua guru dalam mengajar berpedoman Sekolah adalah: 1) koordinasi dengan guru kelas
pada silabus atau RPP, karena pada saat V selaku responden sebagai subyek, untuk
observasi guru tidak membawa silabus dan RPP, menyamakan persepsi mengambil langkah-
meskipun punya hanya untuk memenuhi langkah kongkrit dalam melaksanakan
administrasi sehingga ketika mengajar tidak pembelajaran ( training singkat tentang
mengacu pada indikator dan kompetensi dasar perencanaan, pelaksanaan, strategi, prosedur,
yang telah dirumuskan pada silabus, 2) dalam model, metode, dan media pembelajaran serta
melaksanakan pembelajaran guru cenderung teks pengelolaan kelas yang baik, 2) guru membuat
book tanpa daya dukung metode, media, sumber RPP sesuai standar proses, 3) menyiapkan
belajar yang memadai serta pengelolaan kelas instrumen penilaian kinerja guru kelas V dalam
yang kurang baik, sehingga kurang terjadi pembelajaran yang disesuaikan dengan
interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa tuntutan/kebutuhan sesuai pedoman.
terkesan pasif, pembelajaran cenderung satu arah Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang
yaitu hanya dari guru saja, guru belum berfungsi dilakukan adalah; (1) guru melaksanakan
sebagai fasilitator, belum menerapkan model- pembelajaran sesuai tahapan yang telah
model pembelajaran yang lain, termasuk belum ditentukan mencakup, a) kemampuan membuka
melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar pelajaran/apersepsi, b) sikap guru dalam proses
kelas pada mata pelajaran tertentu, 3) guru dalam pembelajaran, c) penguasaan bahan pelajaran, d)
melaksanakan penilaian belum terprogram menggunakan media, metode, dan sumber belajar
sehingga terkesan sekenanya tanpa ada penilaian yang variatif, e) melaksakan penilaian, f)
awal, penilaian proses dan penilaian akhir, melaksanakan tindak lanjut dan kemampuan
padahal kegiatan penilaian untuk mengetahui menutup pelajaran. (2) Supervisor ke sekolah
apakah tujuan pembelajaran dari kompetensi untuk melaksanakan supervisi/mengamati dari
dasar dan indikator sudah tercapai atau belum, 4) dekat kinerja guru dalam
kegiatan tindak lanjut yang berupa pembelajaran,memberikan penilaian dan
perbaikan/remedial dan pengayaan belum pendampingan/bimbingan, arahan serta contoh
dilaksanakn sesuai ketentuan, 5) pemberian jam kepada guru kelas V dalam pembelajaran yang
tambahan belum dilaksanakan baik, siang, meliputi cara membuat perencanaan,
maupun sore hari, 6) guru belum melaporkan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang baik,
hasil evaluasi hasil belajar siswa kepada kepala memberikan penilaian dan menindaklanjutinya
sekolah secara menyeluruh, 7) guru belum dengan perbaikan pengayaan. Hal ini dilakukan
mempunyai buku khusus untuk mencatat secara sinergis untuk meningkatkan kinerja
kemajuan prestasi dan perkembangan dalam pembelajaran guna menyiapkan siswa
kepribadian siswa, 8) guru belum pernah menghadapi berbagai seleksi lomba prestasi baik
melakukan penelitian tindakan kelas untuk di tingkat gugus, kecamatan, kabupaten, propinsi,
memperbaiki pembelajaran yang dilakukan. bahkan jika memungkinkan maju ke tingkat
Berdasarkan hasil kinerja guru dalam nasional. (3) Setelah kegiatan supervisi akademik
pembelajaran pra siklus menggambarkan masih demokratis dilaksanakan maka dilanjutkan
banyak hal-hal yang harus segera mendapatkan dengan kegiatan analisis hasil supervisi kinerja
penanganan pembinaan terhadap kesulitan dan guru kelas V dalam pembelajaran untuk
kelemahan guru dalam mengelola pembelajaran mendapatkan gambaran nyata di lapangan. Hal
yang masih konvensional dan belum terlihat yang ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
117
peningkatan kinerja guru kelas V dalam sudah ada kemauan dan perubahan dari kinerja
pembelajaran atau belum, serta untuk mengetahui guru dan aktifitas belajar siswa.
ada tidaknya peningkatan aktifitas dan prestasi Refleksi, pembimbingan terhadap kinerja
belajar siswa. guru dalam pembelajaran yang telah
Observasi Tindakan, supervisor dilaksanakan pada siklus pertama belum berhasil
mengamati kinerja guru dalam pembelajaran dengan maksimal, karena hasil yang telah dicapai
maupum aktivitas siswa dalam mengikuti belum sesuai dengan standar proses yang telah
pelajaran sekaligus melaksanakan penilaian ditetapkan. Dengan kondisi tersebut maka harus
kinerja guru kelas V dalam pembelajaran ke dilaksanakan kegiatan refleksi, yakni
seliruh sekolah secara bergiliran. Kegiatan melaksanakan tindakan yang sama dengan
berikutnya yaitu merekap nilai, mengidentifikasi menyempurnakan bagian yang masih
serta menganalisa temuan dan kendala yang kurang/perlu ditingkatkan pada siklus kedua.
dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran Diskripsi Siklus II,. Perencanaan
serta mengetahui aktifitas dan prestasi siswa. Tindakan Siklus II: Penelitian pada siklus kedua
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti merupakan lanjutan tindakan siklus pertama.
terhadap kinerja guru dan aktifitas siswa dalam Pada tahap ini peneliti yakni pengawas sekolah
pembelajaran diperoleh gambaran hasil sebagai sebagai supervisor melakukan; 1) koordinasi
berikut; (1) Guru telah mampu dan mau membuat dengan guru kelas V(responden) sebagai subyek
perencanaan pembelajaran (RPP) dengan hasil penelitian. Instrumen kinerja guru dalam
yang agak baik/benar dan terprogram dengan menyusun RPP dan penilaian kinerja guru dalam
memilih metode yang tepat dan bervariasi serta pembelajaran sebagai alat untuk mengambil data
mau memanfaatkan sumber belajar, media yang dan pedoman penskorannya kemampuan kinerja
tersedia secara baik, merencanakan penilaian dan guru dalam proses pembelajaran. Sama dengan
tindak lanjut sehingga strategi pembelajaran siklus I kegiatan diskusi sesama guru kelas V
sudah kelihatan lebih bermakna. (2) Guru sudah yang didampingi oleh supervisor untuk
mulai menerapkan model pembelajaran, seperti mengidentifikasi/menganalisa permasalahan yang
model pembelajaran aktif, dihadapi oleh masing-masing guru dan yang
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dialami sebagian besar siswa , (2) mereview
dan model yang lai seperti CTL, Quantum, materi tentang pembelajaran yang baik mulai dari
sehingga pada tahap ini sudah mulai terjadi penyusunan rencana pembelajaran hingga
interaksi yang positif antara guru dengan murid pelaksanaan dan tindak lanjut, (3) merumuskan
meskipun masih pada tataran sederhana, kegiatan tujuan, langkah dan strategi yang harus
elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi belum segeradiambil untuk perbaikan pembelajaran
begitu nampak. (3) Guru mengadakan penilaian secara menyeluruh, (4) memberi penguatan
dan tindak lanjut agak terprogram dengan baik, kepada guru tentang pembelajaran yang efektif
sehingga ada umpan balik untuk memperbaiki dan efisien dan penguatan kepada siswa akan arti
pelaksanaan proses pembelajaran namun pentingnya belajar yang baik.
sebagian guru belum melaporkan hasil penilaian Pelaksanaan Tindakan: a) Guru
kepada kepala sekolah. (4) Guru mulai mampu melaksanakan pembelajaran di kelas berdasarkan
mengelola kelas dan lingkunan dengan baik, rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus
sehungga kondisinya semakin nyaman dan pertama, b) guru memberikan jam tambahan
kondusif. (5) Guru telah memberikan jam siang hari dari jam 12.30 s.d 14.00, c) supervisor
tambahan berupa sarapan pagi dan siang hari mengadakan supervisi akademik demokratis ke
setelah PBM membahas materi pelajaran yang kelas atau di luar kelas pada waktu proses
belum dikuasai siswa dan materi tambahan yang pembelajaran berlangsung, d) menganalisa hasil
terkait dengan lomba siswa prestasi. Dari penilaian kinerja guru dalam pembelajara, ini
pelaksanaan siklus I diperoleh hasil ada kenaikan untuk menentukan apakah masih perlu tindakan
kinerja guru kelas V dalam membuat atau tidak.
perencanaan dari 2,45 menjadi 3,03. Sedangkan Observasi tindakan; Supervisor
dalam melaksanakan pembelajaran yang semula mengadakan pengamatan terhadap guru saat
2,46 dalam kategori sedang menjadi 3,05 dengan melaksanakan pembelajaran, yang meliputi
kategori baik, meskipun kenaikannya belum aktifitas guru dalam membuat rencana
menggembirakan, namun sudah mulai ada pembelajaran, dalam pelaksanaan pengamatan
perubahan yang positif. Hal ini menunjukkan meliputi aktifitas guru dalam membuat rencana
pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran
118
termasuk penilaian dan tindak lanjut berupa Gambar 2
perbaikan pengayaan serta tugas pekerjaan Diagram Keberhasilan Perencanaan
rumah. Dengan kegiatan pengamatan ini peneliti Pembelajaran Pra Siklus
sebagai supervisor akan mendapatkan informasi
yang banyak tentang kekuatan dan kelemahan 3
2,7
2,5 2,5
2,25 2,3 2,25 2,3
serta tantangan dan hambatan yang ada termasuk 2
untuk memperoleh data hasil seleksi lomba
1
prestasi seperti OSN, LCC, dan lomba siswa
0
berprestasi. Dari hasil pengamatan dan penilaian SDN 02
Cangaan
SDN 01
Lalung
SDN 02
Lalung
SDN 03
Lalung
SDN 01
Bolong
SDN 02
Bolong
MI
Parakan

yang dilaksanakan selama proses pembelajaran


berlangsung pada siklus II diperoleh hasil
penilaian kinerja guru kelas V dalam Gambar 3
pembelajaran. Ada kenaikan hasil rata-rata nilai Diagram Keberhasilan Pelaksanaan Pembelajaran
kinerja guru dalam menyusun perencanan dari Pra Siklus
3,03 menjadi 3,48. Sedangkan dalam pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II yaitu 3,05 menjadi 2,6
3 2,67 2,4 2,5 2,4 2,4
3,65, ini berarti kenaikannya sangat 2,35

2
menggembirakan hingga mencapai kategori
1
sangat baik dan telah melampaui kriteria/kategori
0
yang telah ditetapkan bersama antara guru SDN 02 Cangakan SDN 02 Lalung SDN 01 Bolong MI Parakan

dengan supervisor.
Refleksi, berdasarkan hasil pengamatan
Gambar 4
dan penilaian kinerja
Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam
guru dalam penyusunan dan pelaksanaan
Perencanaan Pembelajaran Siklus 1
pembelajaran termasuk di dalamnya penilaian
dan tindak lanjut pada guru kelas V Sekolah
Dasar pada Daerah Binaan V Gugus Diponegoro 4
3,5 2,95 3,1 3,1 2,95 3,05 2,95
3,05
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar 3
2,5
yang peneliti lakukan, maka diperoleh 2
1,5
kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan siklus 1
SDN 02 Cangakan
SDN 01 Lalung
SDN 02 Lalung
SDN 03 Lalung
SDN 01 Bolong
SDN 02 Bolong
MI Parakan

kedua sudah ada peningkatan kinerja guru dalam


pembelajaran yang cukup menggembirakan dan
sudah sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan, yaitu rata-rata penilaian kinerja guru Gambar 5
dalam pembelajaran mencapai angka 3,65 pada Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam
kriteria amat baik. Oleh karena itu maka kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
penelitian berarti sudah selesai dan tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya. 4
3,5
Untuk meningkatkan kinerja guru kelas V 3
3,17
2,96 3 3 3 3,1 3

Sekolah Dasar dalam penyusunan perencanaan 2,5

dan pelaksanaan pembelajaran pada Daerah 2


1,5
Binaan V Gugus Diponegoro Kecamatan 1
SDN 02 Cangakan SDN 02 Lalung SDN 01 Bolong MI Parakan
Karanganyar melalui supervisi akademik
demokatis secara berkala dilaksanakan dalam dua
tahap (siklus). Dalam pelaksanaannya dapat
digambarkan sebai berikut:

119
Gambar 6 Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan
Rekap Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Kinerja guru dalam memperbaiki pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran Siklus 2 melalui supervisi akademik demokratis pada guru
kelas yang lainnya, (2) Bagi Supervisor; a) Masih
4 3,6 3,7 3,7 perlu banyak belajar agar dapat melakukan
3,5 3,25 3,35
3,5
3,2
perubahan pembelajaran yang lebih efektif,
3
2,5
inovatif bagi guru, sehingga dapat menjadi agen
2 pembaharuan/perubahan dalam melaksanakan
1,5
1
pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat
SDN 02 Cangakan SDN 02 Lalung SDN 01 Bolong MI Parakan
terus maju selaras dengan tuntutan
perkembangan dunia pendidikan, b) Hendaknya
Gambar 7 mau melaksanakan supervisi akademik
Rekap Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam demokratis secara berkala untuk membantu guru
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 dalam memperbaiki kinerjanya dalam
pembelajaran pada guru kelas yang lain.
3,8
4 3,82 3,53 3,64 3,6 3,67 3,64

3,5
3 DAFTAR PUSTAKA
2,5
2
Abdullah Munir (2008). Menjadi Kepala Sekolah
1,5 Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz media
1
SDN 02 Cangakan
SDN 01 Lalung
SDN 02 Lalung
SDN 03 Lalung
SDN 01 Bolong
SDN 02 Bolong
MI Parakan Glickman (1981). Supervisi Akademik,Prinsip-
prinsip Supervisi Akademik. https://id-
id.facebook.com, diunduh kamis tanggal
Berdasarkan hasil penilaian dan observasi 21 Nopember 2015 pk.17.10
pelaksanaan kegiatan pada siklus I dan II, John J. Bool dalam buku M.Ngalim Purwanto
ternyata dapat meningkatkan kinerja para guru (2009:91). Administrasi dan Supervisi
kelas V Sekolah Dasar pada Daerah Binaan V Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Gugus Diponegoro Kecamatan Karanganyar Keith Acheson dan Meredith D.Goll dalam buku
Kabupaten Karanga-nyar secara efektif dan M.Ngalim Purwanto (2009:90).
efisien. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
SIMPULAN DAN SARAN Lexy J. Moleong (1995:178). Metodologi
Pelaksanaan supervisi akademik Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
demokratis dengan menerapkan metode atau Rosdakarya.
model pembelajaran yang bervariatif dapat Ngalim Purwanto (2008). Administrasi dan
meningkatkan kemampuan guru kelas V Sekolah Supervisi Pendidikan. Bandung:
Dasar dalam penyusunan perencanaan dan Rosdakarya.
pelaksanaan pembelajaran pada Daerah Binaan V Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Gugus Diponegoro Kecamatan Karanganyar Standar Nasional Pendidikan.
Kabupaten Karanganyar. Ada perubahan pola Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
mengajar guru, dan penerapan model-model No.41 Tahun 2007, tentang Standar
pembelajaran yang variatif. Guru mampu Proses Pembelajaran..
melaksanakan pembelajaran secara baik dan Sahertian (2009:19). Administrasi dan Supervisi
benar, artinya guru mampu memenuhi hampir Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
semua indikator-indikator Alat Penilaian Kinerja Syafri Mangku Prawiro dan Aida Vitalaya
Guru (APKG) dalam perencanaan dan (2007:155). Teori Kinerja Guru.
pelaksanakan pembelajaran.. Ada peningkatan Jakarta: Gaung Persada.
prestasi hasil belajar siswa yang ditandai dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
perolehan nilai
Saran; (1) Bagi Guru; a) Guru
diharapkan lebih konsisten dan lebih banyak
berlatih serta belajar agar menjadi guru yang
lebih profesional sehingga dapat melaksanakan
pembelajaran yang baik sehingga memberikan
manfaat pada peserta didiknya secara optimal, b)
120
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELALUI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
SUPERVISI KLINIS DI TK NEGERI PEMBINA I DAN TK TPI NURUL HUDA KOTA
MALANG

Sulistyaningsih
Pengawas Tk Kota Malang

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan Guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran di TK Negeri Pembina I dan TK TPI Nurul Huda Kota Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan
karena evaluasi hasil perlu dimaknai. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan
penelitian ini dengan mencatat dan menjelaskan informasi-informasi, dokumen, dan temuan-
temuan dari informan. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilakunya
diamati (Moleong, 1994:4). Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru di TK Negeri
Pembina I dan TK TPI Nurul Huda Kota Malang. Dari hasil analisa terlihat dampak positif yang
terlihat setelah guru mendapatkan supervisi klinis adalah adanya semangat, perubahan cara
mengajar yang lebih kreatif, adanya inovasi dalam pembelajaran, suasana kelas terlihat aktif dan
menyenangkan, tumbuhnya jiwa kemandirian anak, tanggung jawab anak, dan kepala sekolah
merasa terbantu dalam rangka meningkatnya kinerja dari para guru.. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa melalui Implementasi Kebijakan Supervisi Klinis dapat meningkatkan
Kemampuan Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada guru-guru di TK Negeri
Pembina I dan TK TPI Nurul Huda Kota Malang.

Kata Kunci: Kemampuan Guru, proses pembelajaran, Implementasi Kebijakan Supervisi


Klinis

Abstract

The purpose of this research is to improve the ability of teachers in implementing the learning
process in TK and TK Negeri Pembina I TPI Nurul Huda Malang. This study used a qualitative
research approach. A qualitative approach was used for the evaluation of the results need to be
interpreted. The measures undertaken in this research approach by noting and explaining
information, documents, and the findings of the informant. Qualitative research is a research
procedure that produces descriptive data in the form of words written or spoken of people
whose behavior was observed (Moleong, 1994: 4). Subjects in this study were teachers in
kindergarten and TK Negeri Pembina I TPI Nurul Huda Malang. From the analysis seen the
positive impact that looks after the teachers receive clinical supervision is their passion, change
ways of teaching more creative, innovation in learning, classroom atmosphere were active and
fun, the growing spirit of independence of children, child's responsibility, and the principal felt
helped within the framework of the increased performance of the teachers .. It can be concluded
that through the Clinical Supervision Policy Implementation can increase teacher's ability to
implement the learning process the teachers in kindergarten and TK Negeri Pembina I TPI
Nurul Huda Malang.

Keywords: Capability Teachers, learning, Clinical Supervision Policy Implementation

121
PENDAHULUAN melaksanakan pembimbingan dan pelatihan
Salah satu tanggung jawab penting profesional guru. Menurut Sagala (2010 : 281)
seorang administratur pendidikan baik sebagai pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan
kepala dinas, pengawas, penilik maupun kepala profesional yang diberi tugas, tanggung jawab,
sekolah adalah perbaikan program pendidikan di wewenang secara penuh oleh pejabat yang
sekolah-sekolah yang menjadi tanggungannya. berwenang untuk melakukan pembinaan dan
Sehubungan dengan tanggung jawab ini suatu pengawasan dalam bidang akademik (teknik
program kegiatan supervisi untuk memperbaiki pendidikan) maupun bidang manajerial
dan meningkatkan efektifitas pembelajaran di (pengelolaan sekolah). Pelaksanaan ideal
sekolah-sekolah perlu dikembangkan. supervisi akademik oleh pengawas sekolah pada
Dengan di berlakukannya Permendiknas Nomor taman kanak-kanak di Kota Malang masih
12 tahun 2007 tentang standar pengawas kurang maksimal. Hal ini dapat diindikasikan
sekolah/madrasah, salah satu tugas pengawas pada kenyataan bahwa supervisi belum mampu
sekolah adalah merencanakan program supervisi dilaksanakan secara berkala, berkelanjutan, dan
akademik dalam rangka profesionalisme guru, terprogram sebagai upaya perbaikan atau
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru peningkatan kualitas pembelajaran yang selama
dengan menggunakan pendekatan dan teknik ini masih jauh dari angan-angan dan harapan.
supervisi yang tepat, dan menindaklanjuti hasil Kendala atau hambatan pelaksanaan akademik
supervisi akademik terhadap guru dalam rangka disebabkan oleh kebijakan itu sendiri, artinya
peningkatan profesionalisme guru. Ketiga pemerintah belum mampu menyediakan tenaga
komponen kompetensi ini seharusnya dilakukan pengawas khususnya pengawas taman kanak-
secara konsisten dalam rangka peningkatan kanak sesuai rasio jumlah taman kanak-kanak
kualitas pendidikan secara luas. Menurut yang ada. Kehadiran pengawas masih sangat
Sahertian (2008:131), fungsi utama supervisi minim dan memiliki kompetensi yang tidak
adalah perbaikan dan peningkatan kualitas sesuai dengan keahliannya. Penyebab lain
pembelajaran serta pembinaan pembelajaran kurang optimalnya supervisi akademik adalah
sehingga terus dilakukan perbaikan kehadiran pengawas ke sekolah binaan kadang
pembelajaran. Supervisi mengembangkan situasi masih dianggap sebagai suatu yang menakutkan.
kegiatan pembelajaran yang lebih baik ditujukan Beberapa guru takut apabila mendapatkan
pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan supervisi dari pengawas sekolah. Menurut
membimbing pengalaman belajar guru dalam pandangan Sahertian (2008), “Supervisi adalah
menilai kemajuan peserta didik. Menurut Banun usaha memberi layanan kepada guru-guru baik
(2009) supervisi yang dilaksanakan secara secara individual maupun secara kelompok dalam
konstruktif dan kreatif, yaitu mendorong inisiatif memperbaiki pengajaran”. Dalam pengertian ini
guru untuk aktif menciptakan suasana kondusif, ditekankan pada usaha memberi layanan kepada
dapat membangkitkan suasana kreativitas dalam guru agar dapat memperbaiki pengajarannya.
memberikan layanan belajar kepada peserta Sedangkan supervisi yang dilakukan oleh
didik. Supervisi merupakan salah satu upaya pengawas sekolah masih banyak pada faktor
peningkatan kualitas guru yang merupakan manajerial, belum sampai pada taraf perbaikan
komponen sumber daya manusia yang harus pembelajaran, tetapi masih pada pemantauan dan
dibina dan dikembangkan secara komprehensif penilaian bagi guru. Pembinaan masih bersifat
dan kontinyu. Potensi sumber daya guru perlu umum pada awal tahun pelajaran atau awal
terus menerus dikembangkan agar guru dapat semester, belum pada tahap pembinaan
melakukan fungsinya secara profesional. individual guru yang mengalami permasalahan
Pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong dalam mengelola, menyiapkan perencanaan
guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan pembelajaran maupun pada tahap penilaian yang
diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan merupakan tugas pokok seorang guru. Kondisi
teknologi serta mobilitas masyarakat. Selanjutnya umum guru pada taman kanak-kanak di Kota
dalam Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008, Malang, kompetensi dan kualifikasi akademik
dinyatakan bahwa pengawas sekolah adalah guru masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat
pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan dilihat dari kualifikasi akademik. Masih ada guru
pengawas sekolah. Kegiatan pengawasan adalah yang belum memenuhi kualifikasi akademik S1
kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun dan guru yang memiliki ijazah non-keguruan,
program pengawasan, melaksanakan program, artinya masih ada guru yang mengajar tidak
evaluasi hasil pelaksanaan program, sesuai dengan latar belakang keilmuannya,
122
sehingga ada usaha dari guru untuk menempuh kesadaran untuk menolong; (5) memperbesar
pendidikan sesuai yang dipersyaratkan yaitu S1 ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu
PAUD atau S1 Psikologi. Realitas secara umum karyanya secara maksimal dalam bidang
di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran profesinya ; (6) membantu kepala sekolah untuk
tidak bisa berjalan dengan baik tanpa adanya mempolulerkan sekolah kepada masyarakat
sumber daya guru profesional dengan indikator dalam pengembangan program-program
cakap dalam pengajaran, trampil, inovatif, dan pendidikan; (7) membantu kepala sekolah dan
mempunyai semangat kerja yang tinggi guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitas
(Nurhayati, 2010). Oleh karena itu supervisi peserta didiknya. Tujuan supervisi akademik
akademik penting dalam rangka pembinaan dan adalah membantu guru mengembangkan
peningkatan kualitas guru yang profesional. kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran
Kualitas guru sangat menentukan kualitas proses yang dicanangkan bagi murid-muridnya
dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik
membutuhkan orang lain yang mempunyai diharapkan kualitas akademik yang dilakukan
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang oleh guru semakin meningkat. Pengembangan
lebih dari guru berkaitan dengan tugas kemampuan dalam konteks ini janganlah
pendidikan dan pengajaran. Orang lain yang ditafsirkan secara sempit, semata-mata
paling diharapkan dapat membantu ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan
meningkatkan kualitas guru salah satunya adalah ketrampilan mengajar guru, melainkan juga pada
pengawas sekolah. Secara umum, kompetensi peningkatan komitmen (commitment) atau
pengawas merupakan seperangkat kemampuan, kemauan (willingness) atau motivasi (motivation)
baik berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan
yang dituntut untuk jabatan profesional dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran
pengawas. Kompetensi pengawas satuan akan meningkat.
pendidikan mengacu pada standar kompetensi
tenaga kependidikan sebagaimana dituangkan METODOLOGI PENELITIAN
dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Penelitian ini menggunakan pendekatan
yang mencakup kompetensi pedagogik, penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, digunakan karena evaluasi hasil perlu dimaknai.
dan kompetensi sosial (PP No 19 Tahun 2005). Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Kompetensi inilah yang secara sederhana pendekatan penelitian ini dengan mencatat dan
dipersyaratkan untuk dapat menjalankan tugas menjelaskan informasi-informasi, dokumen, dan
sebagai pengawas profesional, dengan fokus pada temuan-temuan dari informan. Penelitian
kompetensi profesional. Agar kegiatan supervisi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
dapat bermanfaat secara efektif, maka menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-
kompetensi pengawas harus dapat dioptimalkan kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
oleh pengawas (supervisor). Sagala (2010) perilakunya diamati (Moleong, 1994:4).
mengemukakan bahwa untuk dapat menjalankan Pendekatan kualitatif dipilih karena obyek
tujuan tersebut, pengawas dituntut memiliki penelitian ini berupa kagiatan atau tindakan
kemampuan yang memadai untuk : (1) membina seseorang / beberapa orang terhadap
kepala sekolah dan guru-guru agar lebih pengembangan kompetensi guru dengan kondisi
memahami tujuan pendidikan serta peran sekolah alami (natural). Teknik pengumpulan datanya
dalam mewujudkannya; (2) memperbesar menggunakan wawancara, observasi,
kasanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk dokumentasi. Maka dibuatlah suatu analisa data
mempersiapkan peserta didiknya menjadi yang bertujuan untuk memperoleh jawaban atas
anggota masyarakat yang berguna dan permasalahan-permasalahan yang ada. Menurut
bermanfaat bagi masyarakat; (3) membantu Miles and Huberman (Sugiyono, 2008) bahwa
kepala sekolah dan guru-guru mengadakan aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan
diagnosa secara kritis terhadap aktivitas- secara interaktif dan berlangsung secara terus
aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
mengajar, serta menolong mereka merencanakan jenuh. Aktivitas dalam analisa data yaitu data
perbaikan-perbaikan; (4) meningkatkan collection, data reduction, dan display, dan
kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga conclusion drawing/ verification. Pemilihan
sekolah lainnya terhadap tata kerja yang lokasi penelitian didasarkan pada alasan bahwa
demokratis dan kooperatif, dengan meningkatkan TK Negeri Pembina I Malang merupakan salah
123
satu sekolah yang pertama kali memenangkan pengamatan bagaimana guru mengajar dengan
lomba gugus Tingkat Nasional Tahun 2011. komponen yang telah disepakati, dan terakhir
Juara II juara UKS tingkat Jawa Timur, Juara III pertemuan balikan yang merupakan suatu
Kepala sekolah Prestasi tahun 2013. Sedangkan informasi kepada guru tentang bagaimana guru
TPI Nurul Huda adalah TPI yang telah berdiri 43 mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar
tahun yang lalu, merupakan yayasan keluarga mengajar. Kemudian semua data disimpan
yang didirikan untuk warga kampung sekitarnya. dengan baik oleh supervisor dan dijadikan
catatan mengenai perkembangan ketrampilan
HASIL DAN PEMBAHASAN mengajar guru. Pelaksanaan supervisi klinis
Ditinjau dari latar belakangnya, penelitian berjalan dengan baik dan lancar, pengawas sangat
ini menggunakan pendekatan penelitian membantu, dan guru membutuhkan kritik serta
kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk saran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
memahami fenomena tentang apa yang dialami Pada pelaksanaan pembelajaran ada sedikit
oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, perbedaan tentang model pembelajaran yang
persepsi, motivasi atau tindakan, yang digunakan antara TK Negeri Pembina I dengan
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan TPI TK Nurul Huda, yaitu model Area atau
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah berdasarkan pusat minat digunakan oleh TK
dan dengan memanfaatkan berbagai metode. Negeri Pembina I dan model BCCT yang
Observasi dilakukan terhadap seorang pengawas digunakan oleh TPI TK Nurul Huda. Meskipun
dalam melakukan kegiatan supervisi klinis berbeda namun model pembelajaran ini sama-
terhadap guru dalam melatih tingkah laku sama berpusat pada minat anak. Seorang guru
mengajar berdasarkan komponen ketrampilan dapat memilih model pembelajaran mana yang
yang telah disepakati. Supervisor mengamati dan akan digunakan dan sesuai dengan kemampuan
mencatat apa yang terjadi. Hadi (2005) guru serta sarana prasarana yang mendukung.
mendefinisikan secara tepat teknik pengumpulan Faktor – faktor pendukung memperlancar proses
data dengan cara mengadakan pengamatan dan pelaksanaan supervisi klinis sehingga akan
pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki. terlaksana sesuai rencana dari tujuan yang telah
Kelengkapan catatan supervisor nantinya sangat dirumuskan. Dari data wawancara dengan
berguna dalam menganalisa apa yang terjadi pengawas sekolah tentang faktor-faktor apa yang
selama pelajaran berlangsung. Dalam kegiatan menjadi pendukung dilakukannya supervisi klinis
berikutnya yang dilakukan adalah wawancara diperoleh gambaran sebagai berikut: kepala
dilakukan oleh dua pihak, yaitu peneliti sebagai sekolah, guru-guru beserta staf lainnya sangat
pewawancara dan informan atau terwawancara. membantu kelancaran pelaksanaan supervisi
Wawancara dilakukan dengan informan yang klinis. Dengan adanya seorang pengawas berlatar
berkaitan langsung dengan pelaksanaan belakang seorang guru TK, mendukung suasana
pembelajaran dan kegiatan supervisi, yaitu menjadi akrab dan menyenangkan karena guru
pengawas, guru dan kepala sekolah. Peneliti juga menganggap pengawas sebagai mitra kerja. Sikap
akan mempelajari berbagai dokumen pengawas, guru menunjukkan semangat yang tinggi untuk
seperti surat tugas pembagian wilayah binaan mau disupervisi, mereka butuh seseorang yang
dari kepala Dinas Pendidikan, program tahunan, dapat membantu memperbaiki kualitas
semester, RKA, perangkat pembelajaran guru, pembelajaran yang berimbas pada peningkatan
dan adminintrasi kepala sekolah berkaitan dengan mutu. Sedangkan faktor penghambat, yang
supervisi akademik. Penelitian yang dilakukan dirasakan adalah keterbatasan waktu, artinya
menghasilkan: Pelaksanaan Supervisi Akademik guru perlu lebih lama untuk sharing dengan
dengan Pendekatan Klinis di TK Negeri Pembina pengawas sekolah dalam hal-hal yang dirasakan
I dan TPI TK Nurul Huda Kota Malang. Kegiatan masih kurang. Keterbatasan jumlah pengawas
supervisi akademik dengan pendekatan klinis juga merupakan faktor penghambat karena belum
telah dilakukan pengawas sekolah di TK Negeri semua guru mendapat kesempatan untuk
Pembina I dan TPI TK Nurul Huda baik untuk disupervisi oleh pengawas. Dampak positif yang
kelompok A maupun kelompok B. Pelaksanaan terlihat setelah guru mendapatkan supervisi klinis
supervisi dilakukan mulai bulan Maret hingga adalah adanya semangat, perubahan cara
Mei 2014. Proses pelaksanaan supervisi klinis mengajar yang lebih kreatif, adanya inovasi
sesuai dengan prosedur. Mulai dari kegiatan dalam pembelajaran, suasana kelas terlihat aktif
pendahuluan, melakukan wawancara terhadap dan menyenangkan, tumbuhnya jiwa kemandirian
guru mengenai apa yang akan dilakukan, proses anak, tanggung jawab anak, dan kepala sekolah
124
merasa terbantu dalam rangka meningkatnya DAFTAR PUSTAKA
kinerja dari para guru. Dampak negatif dari Azib. (2009). Penelitian Tindakan
pelaksanaan supervisi klinis adalah rasa was-was Sekolah.Bandung : Yama Widya
yang dirasakan guru karena takut salah dan malu Banun, S.(2009). Supervisi Pendidikan
sehingga membuat guru terlihat tidak dapat Meningkatkan Kualitas Profesional
mengembangkan pembelajarannya. Guru.Bandung. Alfa Beta
Glickman (1981). Supervition and instructional
KESIMPULAN DAN SARAN Lesdhership A Developmental
Pelaksanaan supervisi klinis oleh Approach.New York. Pearson
pengawas di TK Negeri Pembina I dan di TPI TK Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi
Nurul Huda terkait dengan dasar operasional, Statistika dan Metode Penelitian Untuk
tujuan supervisi, sasaran supervisi dan proses Administrasi & Manajemen. Bandung:
pelaksanaan supervisi sudah berjalan dengan Dewa Ruci.
baik. Kemampuan guru dalam menyiapkan Mushlih, (2012). KTSP Pemahaman dan
perangkat pembelajaran dan melaksanakan Pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara
proses pembelajaran berjalan lancar. Hasil dari Moleong. (1994). Metodologi Penelitian
kegiatan pengamatan supervisi diperoleh nilai Kualitatif .Bandung : Remaja Karya
sangat baik dan baik. Kemampuan guru Nurhayati. (2010). Hubungan Kinerja supervisor
mengelola pembelajaran sesuai harapan. Faktor- dengan tingkat Kompetensi guru Sekolah
faktor pendukung seperti halnya kepala sekolah, Dasar di Kota Malang.Tesis. Malang
guru-guru, beserta staf lainnya sangat membantu UMM
dalam pelaksanaan supervisi akademik. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 12 Tahun
Semangat, keterbukaan dan dukungan dari warga 2007 tentang standar Pengawas Sekolah,
sekolah dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Jakarta: BSNP
Pelaksanaan supervisi akademik dengan Peraturan Pemerintah no 74 Tahun 2008 tentang
pendekatan klinis dapat mengubah faktor guru. Jakarta: BSNP
penghambat seperti rasa was-was, ketakutan, dan Peraturan No 19 (2005).
tidak nyaman menjadi senang dan mengharap Sagala (2010). Profesionalisme guru. Mataram,
kehadiran pengawas kembali. Dampak positif Alfabeta
setelah guru-guru mendapatkan supervisi Sahertian (2008). Konsep Dasar dan Teknik
akademik dengan pendekatan klinis adalah Supervisi Pendidikan dalam rangka
adanya semangat kerja, adanya usaha untuk Pengembangan SDM. Jakarta: Bumi
menciptakan pembelajaran lebih baik, serta Aksara
adanya usaha untuk menyiapkan perangkat Sudjana (2011). Supervisi Akademik Membina
pembelajaran yang lebih bervariasi dan kreatif. Profesional guru melalui
Sedangkan dampak negatifnya adalah rasa takut, Supervisi Klinjs.Jkarta:LPP Bina
curiga, dan was-was membuat proses Mitra
pembelajaran tidak berkembang. Sugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian,
Bandung: Alfabeta.

125
SISTEM PENJAMINAN MUTU DALAM PENGUATAN DAYA SAING
PERGURUAN TINGGI SWASTA

Herinto Sidik Iriansyah


STKIP Kusuma Negara

Abstrak

Rendahnya mutu lulusan pada perguruan tinggi swasta saat ini tidak terlepas dari kondisi obyektif
kinerja perguruan tinggi. Buruknya kinerja dan kualitas pendidikan tidak lepas dari derajat kesehatan
organisasi perguruan tinggi. Organizational Healthy adalah suatu kondisi di mana perguruan tinggi
sebagai suatu entitas organisasi berada dalam kondisi yang sehat secara finansial, iklim akademik dan
orientasi masa depan. Kelangsungan hidup perguruan tinggi tidak bisa lepas dari masyarakat
pendukung maupun masyarakat yang berkepentingan dengannya (stakeholder). Masalah Perguruan
Tinggi Swasta di DKI Jakarta dalam eksistensinya adalah belum optimal pelaksanaan sistem penjamin
mutu yang memenuhi standar ideal/maksimal program studi sarjana, sehingga ber implementasi pada
rendahnya mutu Perguruan Tinggi Swasta. Oleh karena itu dalam penelitian ini difokuskan terhadap
implementasi dari penjaminan mutu, sehingga mutu pendidikan dalam perguruan tinggi akan baik
yang akan meningkatkan daya saing perguruan tinggi. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh
gambaran tentang implementasi sistem penjaminan mutu terhadap pengembangan Perguruan Tinggi
Swasta. Dalam kebijakan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap penerapam sistem penjaminan mutu
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dengan bertujuan untuk pengembangan perguruan
tinggi. Fondasi filsafat dalam penelitian ini adalah filsafat idealisme dan pragmatisme. Teori yang
melandasi dalam penelitian ini adalah Teori Manajemen, Teori Manajemen Mutu, dan Teori
Penguatan Daya Saing. Penelitian dilakukan di dua perguruan tinggi swasta, yaitu STKIP
Arrahmaniyah Depok, dan STKIP Purnama Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Langkah analisis data yang digunakan adalah empat komponen
yang saling berinteraksi yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan dan vertifikasi. Setelah dilakukan penelitian terlihat bahwa perencanaan, implementasi,
dan evaluasi serta monitoring sistem penjaminan mutu pendidikan di perguruan tinggi yang dijalankan
oleh pimpinan, berjalan dengan baik dan terencana dengan melibatkan berbagai pihak, peningkatan
mutu pendidikan dapat terlihat dengan adany penjaminan mutu pendidikan di perguruan tinggi,
penjaminan mutu ini terlihat dari hasil mutu proses pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan
serta manajemen pengelolaan yang diterapkan dalam perguruan tinggi, hal ini menjadi acuan lembaga
penjamin mutu perguruan tinggi dalam pelaksanaan proses penjaminan mutu di perguruan tinggi,
banyak upaya nyata yang dilakukan pimpinan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dalam kampus
seperti perbaikan mutu sumber daya manusia, dan pemenuhan sarana penunjang, faktor penghambat
dan pendukung dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di perguruan tinggi, kendala tersebut
lebih terlihat pada kurangnnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan daya saing yang
kuat untuk meningkatkan mutu pendidikan, faktor pendukung yaitu kebijakan dan sarana serta
prasarana yang memadai, serta pengelolaan manajemen yang baik menjadi salah satu pendukung
proses penjaminan mutu pendidikan. Untuk itu maka perlu adanya pendampingan dan peningkatan
sistem penjaminan mutu, mendorong peningkatan kemampuan PT, serta merancang program strategis
dalam meningkatkan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia perguruan tinggi.

Kata Kunci: Penjaminan Mutu, Daya Saing

126
Abstract

The low quality of graduates in the private colleges are not currently separated from the objective
conditions of college performance. The poor performance and the quality of education can not be
separated from the health of the college organization. Organizational Healthy is a condition in which
the college as an organizational entity is in sound financial condition, the academic climate and future
orientation. College survival can not be separated from society and community advocates concerned
with (stakeholders). Issues of Private Universities in Jakarta in existence is not optimal
implementation of the quality assurance system that meets the standards of the ideal / maximum
degree courses, so that the implementation of the low air quality Private Colleges. Therefore, in this
study focused on the implementation of quality assurance, so that the quality of education in the
college would be good that will enhance the competitiveness of universities. The purpose of this study
was to obtain an overview of the implementation of a quality assurance system for the development of
Private Higher Education. In the policy pursued by the leadership of the penerapam quality assurance
system in order to improve the quality of education by aiming for university development. Foundation
in the study of philosophy is a philosophy of idealism and pragmatism. The theory underlying this
research is the Theory of Management, Quality Management Theory and Theory Strengthening
Competitiveness. The study was conducted at two private universities, namely STKIP Arrahmaniyah
Depok and Jakarta STKIP Purnama. The approach used in this study is a qualitative approach with
descriptive methods, data collection techniques such as observation, interviews, and documentary
study. Steps of data analysis are four interacting components, namely data collection, data reduction,
data presentation, and conclusion and vertifikasi. Having done the research shows that the planning,
implementation, monitoring and evaluation and quality assurance systems in higher education run by
the leadership, well run and planned by involving various stakeholders, improving the quality of
education can be seen with adany quality assurance in higher education, ensuring quality is evident
from the results of the quality of the learning process, educators and education as well as applied in
the management of the college, it is a reference to higher education quality assurance agencies in the
implementation process of quality assurance in higher education, many leaders made a real effort to
improve the quality of education campus such as improving the quality of human resources, and
compliance support facilities, barriers and supporting factors in the implementation of quality
assurance in higher education, the constraints are more visible on kurangnnya human resources who
are competent and strong competitiveness to improve the quality of education, factors support the
policies and facilities and infrastructure, as well as the management of good management to be one of
supporting education quality assurance processes. For that it is necessary to care and improved
quality assurance systems, has raised the ability of PT, as well as designing a strategic program to
improve the qualifications and competence of human resources college.

Keywords: Quality Assurance, Competitiveness

127
PENDAHULUAN Indonesia menempati urutan ke-102 pada tahun
Era globalisasi, tidak hanya menyangkut 1996, ke-99 tahun 1997, ke-105 tahun 1998, dank
dan berdampak pada bidang ekonomi, tetapi pada ke-109 tahun 1999. Menurut survey Political and
hampir seluruh elemen kehidupan manusia, maka Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
globalisasi pun berdampak pada pendidikan pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-
tinggi dan perguruan tinggi, cepat atau lambat. 12 dari 12 negara di ASIA.
Secara formal, globalisasi memang belum Pentingnya pendidikan yang berkualitas
menyentuh pendidikan tinggi dan perguruan semakin disadari, sebab terciptanya kualitas
tinggi, tetapi tampaknya tidak akan lama, manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang
kekuatan dan gejalnya tidak dapat dibendung maju dan mandiri hanya dapat diwujudkan jika
lagi. Pergerakan bebas ilmu pengetahuan dan pendidikan masyarakat berhasil ditingkatkan
teknologi yang merupakan salah satu aspek (Mutofin, 1996:24). “Esensi dan eksistensi
paling penting globalisasi tentu akan menyentuh profesionalisme manajemen pendidikan harus
pula bidang pendidikan, khususnya pendidika segera dikedepankan. Hal tersebut sebagai upaya
tinggi. persiapan untuk menghadapi globalisasi ekonomi
Globalisasi bagi perguruan tinggi pun yang didalamnya mutlak diperlukan sumber daya
merupakan kekuatan yang mengubah perguruan manusia berkualitas” (Sudarwan, 1996:67).
tinggi dari suatu institusi yang memonopoli ilmu Permasalahan yang hingga kini masih
pengetahuan menjadi suatu lembaga dari antara terjadi dalam konteks pendidikan di Indonesia
sekian jenis organisasi yang menyediakan diantaranya adalah terkait profesionalisme dan
informasi dan dari suatu institusi yang selalu daya saing pengelolaan pendidikan yang belum
dibatasi oleh waktu dan geografi menjadi suatu memadai. Hal tersebut ditandai dengan masih
lembaga tanpa batasan. lemahnya daya saing lulusan dan daya saing
Pada era globalisasi, tidak cukup hanya kelembagaan pendidikan di tengah-tengah
menguasai sumber daya konvensional yang kerap persaingan global.
dinyatakan 4 M (Men, Materials, Money, dan Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
Machines atau Method). Tetapi juga ada sumber terkait dengan kualitas tenaga pengajar yang
daya ke lima yang sangat penting yaitu informasi. masih rendah. Data Balitbang Depdiknas (1998)
Informasi selain berfungsi sebagai faktor pada tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544,
produksi penting di samping 4 M, merupakan dosen baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke
bahan mentah knowledge atau pengetahuan pula, atas, 3,48% berpendidikan S3, walaupaun dosen
sehingga mereka yang menguasai informasi sebagai pengajar bukan satu-satunya faktor
berpotensi menajdi bagian masyarakat dan penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
komunitas global yangpintar dan cerdas. pengajaran merupakan titik sentral pendidikan
Era globalisasi yang ditandai dengan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, dosen
perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai tenaga pengajar memberikan andil sangat
teknologi serta arus informasi yang besar pada kualitas pendidikan yang mejadi
begitu cepat. Semakin memposisikan tanggung jawabnya. Rendahnya mutu pendidikan
proses pendidikan harus berorientasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, di
pada mutu atau kualitas baik dalam rasakan pada perguruan tinggi, khususnya
proses maupun produk (hasil) Perguruan Tinggi Swasta di DKI Jakarta.
pendidikan. Pentingnya jaminan mutu Rendahnya mutu lulusan pada perguruan
dalam sector pendidikan, dijelaskan tinggi swasta saat ini tidak terlepas dari kondisi
secara konseptual dan rinci oleh Satori obyektif kinerja perguruan tinggi. Buruknya
(2006 : 4). kinerja dan kualitas pendidikan tidak lepas dari
derajat kesehatan organisasi perguruan tinggi.
Indikator lain yang menunjukkan betapa Organizational Healthy adalah suatu kondisi di
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat mana perguruan tinggi sebagai suatu entitas
dilihat dari data UNESCO (2000) tentang organisasi berada dalam kondisi yang sehat
peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), secara finansial, iklim akademik dan orientasi
yaitu komposisi dari peringkat pencapaian masa depan. (Balitbang Depdiknas 1998).
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan Perguruan tinggi di Indonesia memiliki
perkepala menunjukkan bahwa Indeks tanggung jawab dan tantangan yang berat. Jika
Perkembangan Manusia Indonesia makain dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional,
menurun. Di antara 174 negara di dunia, sebagaimana tercantum dalan Undang-Undang
128
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Wahjoetomo (1993:12) mengemukakan
Pendidikan Nasional pasal 3 dinyatakan bahwa tentang masalah-masalah yang seringkali
pendidikan nasional bertujuan mengembangkan dihadapi oleh perguruan tinggi dalam rangka
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang meningkatkan mutu pendidikanya “Masalah-
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang masalah yang dihadapi oleh Perguruan Tinggi
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, untuk mencapai pendidikan yang bermutu adalah:
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Kualifikasi dosen, Mekanisme pasar, Sarana dan
Negara yang demokratis serta bertanggung prasaran, Penguasaan bahasa asing, Rasio dosen
jawab. Manusia Indonesia Indonesia seutuhnya dan mahasiswa, Peran Pemerintah dalam
dan berkualitas merupakan profil yang harus lahir pembinaan perguruan tinggi, Koordinasi antar
dari perwujudan tujuan pendidikan nasional lembaga penelitian dan lembaga pendidikan,
tersebut. Menciptakan output pendidikan dengan Multi tafsir terhadap regulasi.
profil seperti itu merupakan bagian yang koheren Perguruan tinggi adalah lembaga
dengan tugas yang terkait langsung dengan pendidikan yang melaksanakan pendidikan pada
fungsi dan peran, tanggung jawab, visi, dan misi jenjang pendidikan tinggi, yaitu jenjang
perguruan tinggi. pendidikan setelah pendidikan menengah. Dalam
Perguruan tinggi mempunyai dua tujuan UU nomor 20 tahun 2003 pendidikan tinggi
utama, yaitu: 1) menyiapkan peserta mencakup program diploma, sarjana, magister,
didik (mahasiswa) menjadi anggota spesialis dan doktor yang diselenggakan oleh
masyarakat yang memiliki kemampuan perguruan tinggi. Pendidikan tinggi
akademik dan atau profesional yang diselenggakan dengan sistem terbuka (bab VI
dapat menerapkan, mengembangkan pasal 19), artinya dapat dimasuki oleh setiap
dan/atau memperkaya khasanah ilmu warga negara Indonesia (bahkan warga negara
pengetahuan, teknologi dan/atau lain) asal memenuhi syarat yang ditentukan, baik
kesenian, 2) mengembangkan dan syarat akademik, kepribadian dan administratif.
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, Dalam pasal 20 undang-undang tersebut
teknologi dan/atau kesenian serta dinyatakan bahwa, perguruan tinggi dapat
mengupayakan penggunaannya untuk berbentuk akademi, politeknik, sekolah, tinggi,
meningkatkan taraf kehidupan institut atau universitas. Perguruan tinggi wajib
masyarakat dan memperkaya kebudayaan menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan
nasional (PP nomor 60 tahun 1999, pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi
tentang Perguruan Tinggi, pasal 2). dapat menyelenggarakan program akademik,
profesi, dan/atau vokasi.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, Dalam undang-undang tersebut telah
maka proses perkuliahan juga harus ditingkatkan, dinyatakan secara tersurat, tentang jenjang
tidak lagi hanya terbatas pada pengembangan perguruan tinggi, mulai dari diploma atau sarjana
kemampuan berpikir tahap rendah, yaitu (S1) sampai program doktor (S3), bentuknya
pengetahuan dan pemahaman, tetapi berpikir bervariasi ada: akademi, politeknik, sekolah
tahap menengah, yaitu aplikasi, analisis, sintesis tinggi, institut atau universitas, dan jenis
dan evaluasi, dan dilanjutkan pada berpikir tahap programnya juga berbeda, bisa : akademik,
tinggi, yaitu pemecahan masalah dan kreativitas. vokasi atau profesi. Akademi, politeknik dan
Lingkup kajian tidak lagi terbatas pada masalah- sekolah tinggi, hanya menyelenggarakan satu
masalah lokal atau nasional tetapi transnasional. bidang keahlian, tetapi di dalamnya ada sub
Perguruan tinggi merupakan lembaga bidang atau spesialisasi. Institut dan universitas
penyedia jasa layanan masyarakat di bidang memberikan pendidikan dalam berbagai cabang
pendidikan. Kelangsungan hidup perguruan ilmu, walaupun secara perundangan institut
tinggi tidak bisa lepas dari masyarakat hanya memberikan cabang-cabang ilmu dalam
pendukung maupun masyarakat yang satu rumpun saja, seperti rumpun pendidikan,
berkepentingan dengannya (stakeholder). Ada teknologi, pertanian, dsb, sedang universitas bisa
hubungan dan pertukaran saling memberi (take dalam semua rumpun. Akademi, politeknik dan
dan give) antara perguruan tinggi dengan sekolah tinggi umumnya mengembangkan
masyarakat dan juga sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan vokasional dan atau profesional,
perguruan tinggi dituntut tanggung jawabnya atas sedang institut dan universitas dapat
jasa layanan yang dinyatakan (dijanjikan) kepada mengembangan program pendidikan baik
masyarakat. vokasional, akademik maupun profesional.
129
Pemerintah dan bangsa Indonesia terus pemberian layanan dilakukan secara ketat.
berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Meskipun dalam jangka pendek untuk memulai
Langkah-langkah strategis yang dilakukan penerapan sistem ini relatif mahal, karena harus
dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 20 tersedia berbagai sumber daya khususnya sumber
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. daya manusia yang handal, namun dalam jangka
Upaya meningkatkan mutu pendidikan semakin panjang sistem ini sangat menguntungkan, karena
terasa menjadi kebutuhan nasional dengan dapat mencegah atau memperkecil kegagalan.
ditetapkannya: ”anggaran pendidikan Nasional Sasaran yang dituju oleh penjaminan
sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan mutu adalah meningkatkan mutu kinerja,
Belanja Negara” (Undang-undang No. 20: 2003). memperbaiki produktivitas dan efisiensi melalui
Anggaran Nasional sebesar 20 % dilaksanankan perbaikan kinerja dan peningkatan mutu kerja
secara bertahap baru bisa dilaksanakan secara agar menghasilkan produk atau layanan yang
penuh pada tahun anggaran 2009. memuaskan atau memenuhi kebutuhan
Masalah Perguruan Tinggi Swasta di pelanggan. Penjaminan mutu bukanlah
DKI Jakarta dalam eksistensinya adalah belum seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku
maksimal pelaksanaan sistem penjamin mutu dan harus diikuti, melainkan seperangkat
yang memenuhi standar ideal/maksimal program prosedur dan proses untuk memperbaiki kinerja
studi sarjana, sehingga berimplementasi pada dan meningkatkan mutu kerja.
rendahnya mutu Perguruan Tinggi Swasta. Pada praktek manajemen mutu, dalam
Rendahnya mutu Perguruan Tinggi Swasta di rangka memproduksi barang atau jasa,
DKI Jakarta berakibat lemahnya daya saing pertimbangan, aspirasi, dan keinginan pelanggan
diantara sesama perguruan tinggi. Sebagai harus diperhitungkan. Selain itu semua faktor
konsekwensinya Perguruan Tinggi Swasta masih yang terkait dengan proses produksi atau
dipandang pilihan kedua atau alternatif kedua pemberian layanan harus dikelola sedemikian
dalam konteks bisnis manajemen pendidikan. rupa sehingga menjamin produk atau layanan
Untuk menghasilkan mutu yang baik, yang dihasilkan serta memenuhi bahkan melebihi
maka dibutuhkan penjamin mutu keinginan dan harapan pelanggan.
pendidikan, mutu pendidikan dalam Penerapan pendekatan manajemen itu
perguruan tinggi akan terlihat bila adanya tidak lagi memerlukan pengendalian
penjaminan mutu, Penjaminan mutu atau mutu setelah produk dihasilkan,
quality assurance merupakan suatu melainkan semua sumber daya dan faktor
sistem dalam manajemen mutu. yang terkait dengan proses produksi
Manajemen mutu itu sendiri merupakan dikelola agar terjamin dihasilkannya
suatu sistem dalam mengelola suatu produk yang bermutu, yakni produk atau
organisasi yang bersifat komprehensif layanan yang sesuai atau melebihi
dan terintegrasi. Manajemen mutu keinginan, harapan, dan kebutuhan
diarahkan pada : a) memenuhi kebutuhan pelanggan (Ali. M, 2007 : 31).
pelanggan secara konsisten, dan b)
mencapai peningkatan secara terus Perguruan tinggi sebagai salah satu
menerus dalam setiap aspek aktivitas lembaga pendidikan harus menghasilkan mutu
organisasi (Tanner, D & Tanner D, 1987 pendidikan yang baik, yang menjawab tantangan
: 232). masyarakat sebagai penggunan lulusannya,
dengan demikian perlu adanya langkah yang
Tujuan utama dari sistem penjaminan tepat untuk menjamin mutu pendidikan dalam
mutu adalah mencegah terjadinya kesalahan perguruan tinggi, salah satunya adalah dengan
dalam proses produksi atau pemberian layanan memberikan akrediatasi terhadap perguruan
dengan mengusahakan agar setiap langkah yang tinggi, perguruan tinggi yang memiliki akreditasi
dilakukan dalam proses produksi dan pemberian baik merupakan perguruan tinggi yang telah
layanan diawasi sejak awal kegiatan. Apabila memiliki mutu pendidikan yang baik pula, begitu
terjadi kesalahan segera dilakukan perbaikan pula sebaliknya perguruan tinggi yang memiliki
sehingga kerugian yang lebih besar bisa akreditasi yang kurang baik menunjukkan bahwa
dihindari. Sistem penjaminan mutu, memiliki perguruan tersebut belum dapat memaksimalkan
keunggulan, bahwa produk atau layanan yang produktivitas perguruan tinggi untuk
dihasilkan/diberikan terjamin mutunya, karena menghasilkan mutu pendidikan yang baik.
pencegahan kesalahan dalam proses produksi dan Bentuk akreditasi yang ada di Indonesia
130
merupakan salah satu jawaban dalam penjaminan pendidikan dan Perguruan Tinggi untuk
mutu pendidikan, hal ini menjadi barometer mengembangkan mutu layanannya sesuai dengan
masyarakat untuk menilai dan memberikan program studi dan keahlian masing masing.
apresiasinya terhadap mutu pendidikan dalam Sistem Penjaminan Mutu Perguruan
suatu perguruan tinggi, akreditasi terhadap Tinggi (SPM-PT) dilaksanakan secara berjenjang
lembaga pendidikan khususnya Pada jenjang mulai dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan
pendidikan tinggi pelaksanaannya telah lebih Tinggi (BAN PT), Perguruan Tinggi (PT),
intensif, secara berkala akreditasi telah dilakukan Fakultas, Jurusan, hingga Program Studi. BAN-
baik terhadap Perguruan Tinggi negeri maupun PT melaksanakan akreditasi terhadap PT sebagai
swasta, penjaminan mutu telah berjalan lebih bentuk penilaian kelayakan program dari institusi
intensif, terkait dengan tugas menyiapkan tenaga serta sarana prasana peningkatan berkelanjutan.
kerja yang berkeahlian dalam menunjang Hal ini merupakan bentuk penjaminan mutu
terlaksanana mutu pendidikan yang baik, eksternal.
Perguruan Tinggi (PT) memilih dan menetapkan Bentuk penjaminan mutu internal
sendiri standar pendidikan tinggi untuk setiap dilakukan oleh Perguruan tinggi secara
satuan pendidikan. Pemilihan dan penetapan berjenjang, dimana perguruan tinggi menjamin
standar itu dilakukan dalam sejumlah aspek yang bahwa Fakultas melaksanakan penjaminan mutu;
disebut butir-butir mutu. Standar dibutuhkan oleh Fakultas menjamin bahwa Jurusan melaksanakan
Perguruan Tinggi sebagai acauan dasar dalam penjaminan mutu; dan Jurusan menjamin bahwa
rangka mewujudkan visi dan menjalankan Program Studi melaksanakan penjaminan mutu.
misinya. Acuan dasar tersebut antara lain Standar mutu dan metode pengukuran hasil
meliputi kriteria dan kriteria minimal dari ditetapkan oleh perguruan tinggi yang
berbagai aspek yang terkait dengan disesuaikan dengan visi dan misinya.
penyelenggaraan pendidikan tinggi. Selain itu, Penjaminan mutu pendidikan didasari
standar juga dimaksudkan memacu PT agar dapat oleh dokumen, dimana dokumen tersebut
meningkatkan kinerjanya dalam memberikan merupakan dokumen akademik dan dokumen
layanan yang bermutu dan sebagai perangkat mutu. Dokumen akademik dijadikan sebagai
untuk mendorong terwujudnya transparansi dan rencana atau standar. Dokumen akademik
akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan tersebut memuat tentang arah/ kebijakan, standar
tugas pokoknya. pendidikan, visi-misi, penelitian, dan pengabdian
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 terhadap masyarakat, termasuk peraturan
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) akademik. Berbeda dengan dokumen mutu,
Bab IX Pasal 35 dan PP No 19 tahun 2005 dokumen mutu merupakan instrumen untuk
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Bab mencapai standar mutu meliputi: manual mutu,
II Pasal 2 hanya menetapkan 8 komponen standar manual prosedur, instruksi kerja, dan dokumen
nasional pendidikan. Dalam pasal-pasalnya pendukung. Untuk menjamin standar dijalankan
dinyatakan bahwa SNP disempurnakan secara dengan baik maka perlu akreditasi perlu
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dipenuhi, dievaluasi, dan ditingkatkan maka
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, diperlukan monitoring dan evaluasi, evaluasi diri,
nasional dan global. Berarti perguruan tinggi dan audit internal sehingga menjadi efektif dan
wajib menambah lingkup standar agar dapat efisien.
meningkatkan kualitasnya dan meningkatkan Setelah monitoring dan evaluasi
daya saing bangsa. dijalankan maka hasil yang didapat, digunakan
Standar mutu merupakan kompetensi sebagai landasan bagi tindakan manajemen untuk
atau kualitas minimum yang dituntut dari lulusan mengelola kelangsungan lembaga atau program.
perguruan tinggi terkait, yang dapat diukur dan Tujuan evaluasi diri adalah untuk peningkatan
dapat diuraikan menjadi parameter dan indikator. mutu sedangkan kegunaan evaluasi diri adalah
Dalam peningkatan mutu, standar perlu untuk mengungkap mutu berupa efektivitas,
dievaluasi dan direvisi ditingkatkan melalui akuntabilitas, produktivitas, efisiensi,
benchmarking secara berkelanjutan. Standar yang pengelolaan sistem, dan suasana akademik.
ditetapkan oleh pemerintah yang tercantum Perguruan Tinggi Swasta sebagai salah
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun Lembaga Pendidikan Tinggi merupakan bagian
2003 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) penting dalam sistem pendidikan tinggi di
diatur seminimal mungkin untuk memberikan Indonesia. Banyak pihak menilai bahwa
keleluasaan kepada masing-masing satuan Perguruan Tinggi Swasta selama ini dapat
131
dikatagorikan “kurang berhasil” dalam pelanggan. Semua orang yang terlibat di proses
mengembangkan visi, misi dan tanggung pendidikan melaksanakan tugas dengan penuh
jawabnya. Pernyataan ini dapat dibuktikan bahwa semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan
secara nasional, Perguruan Tinggi Swasta belum layanan pendidikan sehingga dapat memberikan
banyak yang terakreditasi BAN-PT dan masih layanan pendidikan yang sesuai atau melebihi
banyak yang memiliki akreditasi yang rendah, hal harapan pelanggan. Penerapan konsep ini dalam
inilah yang menjadi sebagai salah satu alat ukur bidang pendidikan khususnya perguruan tinggi
bagi kualitas perguruan tinggi. Kualitas memerlukan berbagai perubahan.
pendidikan Perguruan Tinggi Swasta rendah Belasan studi yang dikutip Miller (1998 :
merupakan akibat dari banyaknya perguruan 134) menunjukkan betapa rumit
tinggi swasta yang belum dalat mengelola persoalan yang dihadapi para mahasiswa
manajemen perguruan tinggi dengan baik, yang mengakibatkan studinya terganggu,
sehingga mengakibatkan banyaknya kelemahan Di Inggris, mahasiswa yang tergolong
dalam berbagai bidang termasuk dalam proses “bermasalah” dalam studinya sebagaian
belajar mengajar di pergruuan tinggi swasta. besar bersumber dari faktor-faktor
Fenomena melemahnya posisi tawar Perguruan kelembagaan yaitu perguruan tingginya
Tinggi Swasta dibanding perguruan tinggi dan hanya 35 % sumbernya berada diluar
lainnya tersebut diantaranya terkait dengan mutu PT, di Universitas Cambridge, salah satu
pengelolaan kelembagaannya yang belum secara universitas terkemuka di Inggris
menyeluruh menerapkan konsep pengelolaan sebanyak 38 % mahasiswa kurang puas
manajemen yang baik. dengan pilihan studinya, karena setelah
Masih rendahnya kualitas lulusan masuk perguruan tinggi, substansi
Perguruan Tinggi Swasta di Provinsi DKI Jakarta program studi yang dipilihnya tidak
mengindikasikan bahwa tingkat pengelolaan sesuai dengan harapannya semula.
manajemen pendidikan di perguruan tinggi masih
rendah. Realitas tersebut ditengarai dipengaruhi Perguruan tinggi yang telah memiliki
oleh dan berhubungan dengan banyak aspek. Di daya saing tinggi, maka akan sangat
antara aspek tersebut adalah aspek (a) kualitas dimungkinkan dapat memperoleh suatu posisi
SDM, baik pendidik mapun tenaga keunggulan bersaing. seperti yang disampaikan
kependidikannya, terutama pimpinan dan dosen, oleh Porter (1993: 133) yaitu Keunggulan
(b) sarana dan prasarana, (c) lingkungan, (d) bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai atau
finansial, dan (e) manajerial. Perguruan Tinggi manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi
Swasta yang berhasil dalam meningkatkan para pembelinya yang lebih dari biaya yang harus
prestasinya dikarenakan oleh adanya visi yang dikeluarkan perusahaan untuk menciptakannya.
sama antara Perguruan Tinggi Swasta, Dosen, Alhumami (2010: 89) secara umum
tenaga kependidikan dan masyarakat. Belum kualitas perguruan tinggi di Indonesia
tumbuhnya etos dan tradisi belajar secara mantap dinilai masih kurang memadai, kecuali
pada sebagian besar perguruan tinggi swasta, UI, UGM, ITB yang sudah berhasil
merupakan persoalan lain yang menembus peringkat relatif bagus dunia,
profesionalitasnya sebagaian besar dosen kita Kualitas sebuah perguruan tinggi antara
masih rendah. Komitmen keilmuan masih harus lain ditandai oleh reputasi akademik,
terus dikembangkan. Tradisi belajar dan saling ketersediaan tenaga pengajar (dosen
membelajarkan masih harus terus dipupuk. peneliti) yang bermutu, serta ditopang
Kemauan untuk meningkatkan intensitas kegiatan tradisi penelitian yang kuat, tradisi
dan produktivitas ilmiahnva masih perlu penulisan ilmiah yang bagus (buku dan
rangsang. jurnal), namum justru aspek-aspek kunci
Keberhasilan penerapan konsep itu kinerja perguruan tinggi di Indonesia
penjaminan mutu, menyebabkan banyak dinilai masih rendah. Karena itu,
pengelola organisasi, termasuk organisasi tantangan utama ke depan adalah
pendidikan menerapkan konsep dan prinsip- meningkatkan mutu dengan memperkuat
prinsip penjaminan mutu dengan sejumlah aspek yang amat fundamental
memodifikasinya sesuai kebutuhan. Dalam tersebut.
bidang pendidikan, penjaminan mutu merupakan
cara mengatur semua kegiatan dan sumber daya Perkembangan jumlah PTS di Jakarta
pendidikan yang diarahkan pada kepuasaan cenderung meningkat, ini menunjukkan bahwa
132
persaingan antar PTS sangat tinggi. Banyak program studi (Administrasi Negara, Kimia
faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan Tekstil, dan Pendidikan Ekonomi) lima indikator
terjadinya kecenderungan penurunan minat dinilai cukup baik, baik dan sangat baik, sisanya
terhadap PTS, seperti rendahnya kemampuan (lima indicator) dinilai kurang, sangat kurang,
PTS untuk memberikan jaminan mutu, maka dan buruk. Secara keseluruhan mutu program
disinyalir PTS tersebut akan kalah bersaing studi di UNIS masih tergolong kurang.
dengan PTS lainnya, bahkan mengalami Pengendalian mutu pendidikan secara
keterpurukan, pada saat ini kondisi persaingan keseluruhan belum dilakukan dengan benar dan
PTS dapat dikategorikan dalam hyper terarah. Pengendalian mutu raw-input belum
competition, dimana PTS tidak hanya bersaing dilakukan dengan baik. Pengendalian mutu
dengan sesama swasta, tetapi juga dengan PT kurikulum: kurikulum lokal belum
negeri. Dengan munculnya suatu fenomena dikembangkan dengan baik; silabus dan SAP
menurunnya jumlah peminat PTS di Indonesia, tidak dibuat dosen; jumlah kegiatan tatap muka
dikarenakan sebagian besar masyarakat masih termasuk evaluasi dalam setiap semesternya
berorientasi pada PT Negeri, dan memilih sudah dikendalikan dengan baik; lamanya tatap
perguruan tinggi luar negeri, hal ini menunjukkan muka relatif singkat, beberapa dosen
bahwa PTS perlu melakukan berbagai upaya meminjamkan buku untuk difotocopy oleh
untuk dapat meningkatkan mutu dan kualitas mahasiswa; pelaksanaan kegiatan akademik
dengan menerapkannya penjaminan mutu terstruktur sudah baik.
sehingga memiliki daya saing tinggi dan Penelitian Rozano, Dino (2006) berjudul
mempunyai keunggulan bersaing baik di tingkat : Visi dan Perencanaan Strategik dalam
nasional maupun internasional. Mengembangkan Mutu Pendidikan Perguruan
Kajian penelitian terdahulu, yang relevan Tinggi Swasta (Studi Kasus di Universitas
menjadi bahan perbandingan dalam penulisan Pancasakti Tegal Jawa Tengah) menghasilkan
disertasi ini adalah : Penelitian Nusman, beberapa simpulan diantaranya : Masih
Widradjat. (2005) berjudul : Model Manajemen membutuhkan spesifikasi ataupun penjabaran visi
Mutu Layanan Pendidikan untuk Kepuasan penyelenggara maupun visi pelaksana pendidikan
Peserta Didik (Model Manajemen Mutu di UPS Tegal agar dapat dipahami secara jelas
Pendidikan Tinggi yang Berbasis Minimalisasi maksud dan tujuannya. Visi UPS Tegal
Kesenjangan Mutu Layanan Pendidikan di dirumuskan berdasarkan nilai-nilai kebanggaan
UNPAD, STPDN, UNWIM, IKOPIN) atas sejarah lembaga, semangat juang, kepedulian
menghasilkan beberapa temuan diantaranya dan peluang yang ada. Nilai-nilai tersebut
banyak masalah yang timbul dalam merefleksikan bahwa visi UPS Tegal dibangun
perkembangan kawasan jatinangor terhadap dengan kesadaran masa lalu (untuk terciptanya
perkembangan perguruan tinggi di antaranya (a) suatu kesinambungan), potensi sumberdaya
menurunnya jumlah mahasiswa khususnya di internal dalam rangka mengukuhkan semangat
UNWIM dan IKOPIN serta beberapa jurusan di juang para pendirinya.
UNPAD, (b) kumuh, (c) macet, (d) pelanggaran Penyelenggaraan, pengembangan, dan
komitmen terkait moral, (e) krisis air, sampah, manajemen pendidikan di UPS Tegal telah
dan (f) petani liar. mengakomodasi model perencanaan strategik
Penelitian Sabur, Ambuy (2006), yang mengarah kepada tujuan yang hendak
berjudul : “Pengendalian Mutu Pendidikan “ pada dicapai melalui proses diagnosis, perencanaan,
Universitas Islam Syech Yusuf Tanggerang, pengalokasian sumber daya yang ada, dan
menghasilkan beberapa simpulan diantaranya : evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai. Model
Program studi Administrasi Negara dan Ilmu perencanaan strategik UPS Tegal telah
Hukum memiliki prospek masa depan yang lebih dituangkan dan didokumentasikan di dalam
baik. Hal ini terlihat dari prospek banyaknya Rencana Induk Pengembangan (RIP) dan
pekerjaan bagi lulusan dan minat calon Rencana Strategik (Renstra) Lima Tahunan.
mahasiswa serta kurangnya persaingan. Keadaan Perencanaan strategik UPS Tegal masih memuat
dosen, fasilitas pendidikan dan biaya pendidikan beberapa kelemahan mendasar, di antaranya: (a)
pada Program Studi Admnistrasi Negara cukup masih terdapat kerancuan dalam pelaksanaan
baik. Program studi Ilmu Hukum, keadaan dosen evaluasi dan pemantauan performansi,
dan biaya pendidikan masih lemah. pengukuhan rencana kegiatan, dan tindak lanjut
Hasil evaluasi atas 10 indikator mutu hasil evaluasinya; (b) perencanaan dalam bentuk
yang ditetapkan menunjukkan bahwa tiga RAPB tahunan UPS Tegal belum mencerminkan
133
rincian kebutuhan tindakan yang direncanakan, Berdasarkan kategori data dan informasi tersebut,
tetapi lebih mengesankan sebagai perencanaan maka teknik pengumpulan data yang peneliti
biaya bagi setiap kegiatan; (c) di dalam tahapan- gunakan adalah : 1) observasi, 2) wawancara, 3)
tahapannya cenderung melupakan umpan balik stusi dokumentasi.
yang berguna bagi penyempurnaan sebuah Adapun yang menjadi sumber daya
rencana. dalam penelitian ini adalah informan, sebagai
Kedudukan penelitian yang dilakukan informan awal dipilih secara purposive, objek
penulis terhadap penelitian-penelitian tersebut penelitian yang menguasai permasalah yang
adalah untuk mengeksplor implementasi diteliti (key informan). Informasi selanjutnya
penjaminan mutu pendidikan pada Perguruan diminta kepada informan awal untuk
Tinggi, kontribusi dari sistem penjaminan mutu menunjukkan orang lain yang dapat memberikan
terhadap penguatan daya saing Perguruan Tinggi informasi, dan kemudian informan ini diminta
Swasta (PTS). Dari penjelasan di atas penguatan pula untuk menunjukan informan lainnya, begitu
daya saing perguruan tinggi dapat dilakukan seterusnya.
dengan berbagai campur tangan dari semua Peneliti sebagai instrumen berperan
pihak, baik dari pemegang kebijakan dan langsung dalam berinteraksi dengan sumber data
kekuasaan yaitu seorang memimpin atau pun yaitu pimpinan, dan dosen dalam suatu
para bawahannya serta dan jajarannya baik wawancara bebas dan juga mengamati situasi
pegawai, dosen dan staf yang ada didalam sosial, selain itu juga dilakukan pengecekan data
organisasi perguruan tinggi. Termasuk juga yang telah diungkap terlebih dahulu apakah ada
komponen mahasiswa sebagai pelanggan kaitanya atau tidak. Tahapan-tahapan dalam
pendidikan dan proses pembelajaran yang terjadi penelitian ini dapat dibedakan atas tiga tahap,
dikelas. Selain itu penguatan daya saing yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap
perguruan tinggi membutuhkan kemampuan member check (Lincoln dan Guba, 1985: 235-
pemimpin dalam mengimplementasikan sistem 236)
penjaminan mutu, sehingga mutu pendidikan
dalam perguruan tinggi akan baik yang akan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
meningkatkan daya saing perguruan tinggi. Lembaga pendidikan merupakan salah satu
Dengan alasan ini menimbulkan lembaga yang membina, menciptakan perubahan
keinginan yang kuat bagi peneliti untuk mengkaji dan perkembangan, serta kemajuan kebudayaan
dan meneliti hal-hal yang berkaitan dengan suatu bangsa. Untuk itu, perguruan tinggi
Sistem Penjaminan Mutu Dalam Penguatan Daya meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Saing Perguruan Tinggi, (Studi Kasus Pada dengan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu
STKIP Arrahmaniyah dan STKIP Purnama (SJM). Sistem manajemen mutu dalam perguruan
Jakarta). tinggi yang memiliki visi, misi, dan tujuan
menunjukkan kesiapan dalam mengantisipasi
METODE PENELITIAN perkembangan dan tuntutan kebutuhan
Metode yang digunakan dalam penelitian masyarakat.
ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar
kuantitatif. Penulis bermaksud melihat kenyataan pengembangan sumber daya manusia sangat
yang ada di lapangan, untuk menggali data dan penting maknanya bagi pembangunan nasional.
informasi yang berkaitan dengan penerapan Malahan dapat dikatakan masa depan bangsa
penjaminan mutu perguruan tinggi (yang sering terletak pada keberadaan pendidikan yang
bertujuan menghasilkan hipotesis dari penelitian berkualitas pada masa kini, pendidikan yang
lapangan), bersifat studi kasus, temuan hasil berkualitas hanya akan muncul apabila terdapat
penelitian hanya berlaku untuk unit yang diteliti. lembaga pendidikan yang berkualitas. Karena itu,
Teknik pengumpulan data merupakan langkah upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan
yang paling utama dalam penelitian karena tujuan titik strategi dalam upaya untuk menciptakan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data, pendidikan yang berkualitas.
untuk memperoleh data yang memenuhi standard Penguatan daya saing perguruan tinggi
maka peneliti harus menggunakan teknik merupakan salah satu penunjang
pengumpulan data yang tepat. Data dan informasi keberlangsungan proses pembelajaran yang ada
yang ingin peneliti kumpulkan dalam penelitian di perguruan tinggi tersebut, perguruan tinggi
ini meliputi perilaku atau sikap, dokumen dan yang memiliki daya saing yang tinggi, memiliki
data-data statistik, atau fenomena tertentu. manajemen dan penjaminan mutu yang baik, hal
134
ini terlihat dari berkualitasnya proses meningkatkan mutu kinerja, memperbaiki
pembelajaran, serta sumber daya manusia yang produktivitas dan efisiensi agar menghasilkan
profesional, sehingga pelanggan perguruan tinggi produk atau layanan yang memuaskan pelanggan.
dalam hal ini adalah mahasiswa tertarik untuk Keberadaan Lembaga Penjaminan Mutu di
menimba ilmu di perguruan tinggi tersebut, suatu perguruan tinggi merupakan kunci bagi
semua bagian yang ada dalam organisasi, baik daya saing suatu perguruan tinggi karena saat ini
yang berupa sumber daya maupun aktifitas, dapat eksistensi suatu perguruan tinggi tidak hanya di
menjadi keunggulan bersaing melalui 3 alternatif tentukan oleh pemerintah saja melainkan sangat
strategi: cost leadership, differentiation, atau ditentukan oleh penilaian stakeholder
focus. (mahasiswa, orang tua, dosen, dunia kerja, dan
Perguruan tinggi yang memiliki daya saing pihak yang lain yang berkepentingan) tentang
adalah perguruan tinggi yang memiliki “one or mutu pendidikan tinggi. Atas dasar itu, selama ini
more competitive advantage, „factors that allow Lembaga Peningkatan dan Jaminan Mutu
an organization to differentiate its product or (LPJM) bekerja mengelola sertifikasi dosen,
service”(Dessler, Varkkey, 2009: 85). Faktor melakukan monitoring beban kerja dosen,
yang memungkinkan perguruan tinggi berbeda monitoring kompetensi dosen oleh mahasiswa,
dengan perguruan sejenis lainnya adalah sumber PDPT, akreditasi program studi, dll., sebagai
daya manusianya, SDM yang dimiliki perguruan bagian dari meningkatkan mutu agar kompetitif
tinggi merupakan sumber daya manusia yang berhadapan dengan mutu perguruan tinggi
berbeda, sumber daya manusia yang memiliki ternama di Indonesia.
kapasitas dan kompetensi yang relevan dengan Penyelenggaraan penjaminan mutu dalam
kebutuhan daya saing perguruan tinggi akan perguruan tinggi merupakan bagian dari upaya
dapat meningkatkan kapasitas perguruan tinggi untuk membangun kualitas dan mutu sumber
tersebut. Sumber daya merupakan kekuatan bagi daya manusia. Pendidikan tinggi berupaya
suatu satuan pendidikan apabila memberikan meningkatkan mutu dan tanggung jawab, dalam
keunggulan bersaing bagi satuan pendidikan yang meningkatkan kualitas pendidikan dikarenakan
bersangkutan. Sumber daya yang dimiliki satuan pemenuhan persyaratan sistem penjaminan mutu
pendidikan relatif lebih baik dibandingkan yang diterapkan dalam perguruan tinggi, guna
dengan pesaing yang ada atau pesaing potensial mengangkat dan meningkatkan daya saing
dan begitu pula sebaliknya. perguruan tinggi tersebut.
Perguruan tinggi sebagai bagian integral Sistem penjaminan mutu yang diterapkan
dari praktek pendidikan nasional, memiliki pada perguruan tinggi adalah Sistem Akreditasi
peranan strategis dalam upaya mencerdaskan PT, dan dapat menggunakan ISO. Sistem
kehidupan bangsa yang menjadi salah satu dari akreditasi ini lebih menekankan evaluasi diri,
tujuan nasional, dengan tiga fungsi utamanya yaitu evaluasi dan penyempurnaan oleh lembaga
yang terformulasikan dalam konsep tridarma pendidikan sendiri. Untuk penguasaan
perguruan tinggi yaitu pendidikan dan penilaiannya BAN melakukan vistasi ke lembaga
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada pendidikan. Sistem penjaminan mutu perguruan
masyarakat, perguruan tinggi pun memiliki tinggi terdapat berbagai kemajuan dalam kualitas
kapasitas dan opportunity untuk memberikan sumber daya manusia dan manajemen perguruan
peranan optimalnya dalam mencapai tujuan tinggi yang baik, termasuk pula dengan sarana
pendidikan nasional. dan prasarana penunjang proses pembelajaran di
Perguruan tinggi bisa diposisikan memiliki perguruan tinggi yang mengalami perbaikan dan
daya saing ketika telah memenuhi indikator- penambahan, hal ini dilakukan untuk dapat
indikator pencapaian tertentu yang dimulai dari meningkatkan daya saing perguruan tinggi
input, proses dan output terhadap pengamalan dengan memenuhi persyaratan penjaminan mutu
nilai-nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah ditetapkan baik melalui akreditasi dari
(pendidikan, penelitian dan pengabdian BAN-PT maupun melalui penerapan ISO di
masyarakat). Perguruan tinggi yang bermutu perguruan tinggi.
adalah yang mampu memberikan layanan atau Dalam perspektif peningkatan manajemen
jasa pendidikan yang sesuai atau melebihi mutu, perguruan tinggi perlu mengendalikan
kebutuhan, harapan dan kepuasan para mutu kegiatan yang diselenggarakannya pada
pelanggannya yaitu mahasiswa, stakeholder setiap tahapan dalam proses bisnisnya mencakup
maupun masyarakat, dunia usaha, sasaran dari input, proses, output dan kepuasan stakeholders.
penjaminan mutu dalam perguruan tinggi adalah Secara yuridis, tuntutan penjaminan mutu di atas
135
sesuai dengan pasal 5l Undang-undang No. kesenjangan yang ada; (12) Implementasi
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional perubahan; (13) Pemantauan (monitoring);
yang menyatakan bahwa pengelolaan sistem dan (14) Memperbaharui sasaran dan standar.
pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan Pembuatan sasaran mutu tersebut
prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu dan mengunggkan prinsip SMART (Specific,
evaluasi yang transparan. Salah satu konsep yang Measurable, Achievable, Realistic dan Time
dirumuskan oleh tim penjamin mutu adalah frame) artinya bahwa Sasaran Mutu
standar operasional prosedur (SOP). dirumuskan dalam kalimat yang sederhana,
A. Pembahasan Hasil Penelitian dapat diukur, dapat dicapai, dapat
1. Perencanaan Penjaminan Mutu dipertanggungjawabkan dan dapat dicapai
Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan dalam kurun waktu tertentu. Setiap organisasi
Daya Saing di Perguruan Tinggi yang akan mengimplementasikan penjaminan
Proses perencanaan (perancangan) mutu perlu melakukan proses perancangan
mutu di STKIP Arrahmaniyah Depok mutu dan penetapan standar mutu
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, pendidikan. Sebagaimana yang dijelaskan
yaitu: (1) Diagnostik terhadap sistem yang Juran (1999: 3.3), bahwa untuk
telah berjalan; (2) Melakukan gap analysis; merencanakan mutu perlu memperhatikan
(3) Pembuatan dokumen; (4) Pelatihan beberapa hal, antara lain: (1) Perancangan;
pengembangan dokumen; dan (5) Identifikasi (2) Mengidentifikasi; (3) Mengetahui
proses. Sedangkan STKIP Purnama Jakarta kebutuhan; (3) Mengembangkan produk; (5)
dilakukan dengan: (1) Pembuatan prosedur Mengembangkan proses; (6)
mutu; dan (2) Pembuatan Standard Mengembangkan kontrol dan pengiriman
Operating System (SOS). operasi.
Untuk penetapan sasaran dan standar Mekanisme dan sistem penjaminan
mutu, STKIP Arrahmaniyah Depok mutu di STKIP Arrahmaniyah Depok dan
mengacu pada: (1) Kriteria BAN-PT, (2) STKIP Purnama Jakarta secara teknis
Kriteria penjaminan mutu; dan (3) Pesyaratan berbeda. STKIP Arrahmaniyah Depok secara
ISO. Sementara STKIP Purnama Jakarta menyeluruh mengadopsi dan
mengacu pada: (1) BAN-PT untuk akademik mengimplementasikan sistem penjaminan
dan ISO untuk manajemen lembaga; (2) mutu sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh
Hasil evaluasi diri; (3) Audit internal; dan (4) ISO 9001:2000 baik pada manajemen
Survey pada dosen dan mahasiswa. Acuan lembaga maupun pada aspek akademik,
penetapan standar dapat dikembangkan sedangkan di STKIP Purnama Jakarta, ISO
dengan berbasis keunggulan lokal. hanya diterakan pada manajemen lembaga,
Sebagaimana dijelaskan dalam permendiknas sedangkan untuk Akademiknya mereka
nomor 63 tahun 2009 pasal 10, bahwasannya: menggunakan sistem sendiri yang mereka
“standar mutu pendidikan di atas SNP dapat adaptasi menjadi siklus PECF sebagai
berupa: (a) Standar mutu di atas SNP yang pengembangan dari siklus PDCA yang
berbasis keunggulan lokal; dan (b) Standar disebut dengan Deming‟s Circle.
mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau
mengadaptasi standar internasional tertentu.” 2. Implementasi Penjaminan Mutu
Proses perencanaan tersebut, sesuai Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
dengan apa yang dijelaskan oleh Goetsch dan Daya Saing di Perguruan Tinggi.
Davis (1994: 416-423), bahwa dalam proses Secara umum implementasi
perancangan mutu terdapat beberapa langkah penjaminan mutu di STKIP Arrahmaniayah
yang dilakukan, yaitu; (1) Komitmen Depok dan STKIP Purnama Jakarta
manajemen; (2) Berbasis pada proses; (3) dilakukan dengan empat tahap yaitu: (1)
Identifikasi dan dokumentasi; (4) Pemilihan Tahap persiapan; (2) Proses memulai; (3)
proses yang akan dipakai; (5) Pembentukan Audit internal; dan (4) Audit eksternal. Akan
tim; (6) Penelitian terhadap objek yang tetapi secara teknik berbeda. Langkah
terbaik dikelasnya; (7) Pemilihan calon persiapan di STKIP Arrahmaniyah Depok
mitra; (8) Pencapaian kesepakatan dengan dilakukan denga npembuatan kebijakan dan
calon mitra; (9) Pengumpulan data; (10) perancangan sistem, sementara di STKIP
Analisis dan penentuan gap (gap analysis); Purnama Jakarta dilakukan pemetaan terlebih
(11) Perencanaan tindakan untuk mengurangi dahulu terhadap unit-unit kerja yang ada.
136
Kondisi tersebut menunjukkan tujuan jangka pendek dari lembaga yang
bahwa perbedaan kebutuhan terhadap unit memiliki sifat Specific, Measurable,
baru sebagai dampak diimplementasikannya Achievable, Realistic dan Time frame atau
sistem penjaminan mutu dengan model ISO biasa disebut dengan SMART (Susilo, 2003,
9001:2000 di PT merupakan pengaruh dari Suardi, 2004). Ketercapaian sasaran mutu ini
hasil rancangan sistem baru dari analisis menunjukkan keefektifan kerja dari suatu
sistem yang ada selama ini. Pendirian unit unit. Dengan tercapainya sasaran mutu dalam
baru tersebut digunakan untuk memberikan satu unit maka akan membuat unit tersebut
tambahan pelayanan dan juga sekaligus membuat sasaran mutu baru yang lebih baik,
sebagai pemonitor dari berbagai kegiatan lebih mampu memenuhi harapan atau lebih
yang dilaksanakan PT untuk memenuhi sempurna, sehingga terjadilah peningkatan.
tuntutan dari pengimplementasian sistem ISO Sasaran mutu tersebut harus
yaitu customer satisfaction dan continues didokumentasikan dan akan menjadi salah
improvement. satu poin dalam proses audit.
Fase-fase implementasi penjaminan
mutu sesuai dengan model yang digunakan 3. Evaluasi Penjaminan Mutu Pendidikan
yang diadaptasi dari konsep Goetsch dan Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing
Davis (19941 PP 584-589), maka fase di Perguruan Tinggi
implementasi penjaminan mutu Proses evaluasi di STKIP
dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu: Arrahmaniyah Depok dilakukan dengan
Persiapan, Perencanaan, Pelaksanaan. beberapa cara: (1) Monitoring dan internal
1) Fase Persiapan audit oleh KJM; (2) Ekternal audit oleh
Fase persiapan terdiri dari lembaga audit; dan (3) Akreditasi BAN-PT.
sepuluh langkah yaitu : (1) Membentuk sementara di STKIP Purnama Jakarta
total quality steering committee; (2) meliputi: (1) Self assessment; (2) Monitoring
Membentuk tim; (3) Pelatihan PM (QA); dan evaluasi internal oleh tim; (3) Audit
(4) Menyusun Pernyataan visi dan internal; dan (4) Akreditasi oleh BAN-PT.
prinsip sebagai pedoman; (5) Menyusun Secara umum, evaluasi penjaminan
tujuan umum; (6) Komunikasi dan mutu pada dua lembaga tersebut sama, yaitu
publikasi; (7) identifikasi kekuatan dan adanya proses monitoring dan evaluasi
kelemahan; (8) Identifikasi pendukung walaupun model dan waktunya berbeda. Hal
dan penolak; (9) Memperkirakan sikap ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
karyawan; (10) Mengukur kepuasan. Juran (1999: 3.3), bahwa untuk
2) Fase Perencanaan. mengembangkan proses kontrol, terdapat
Pada fase perencanaan terdapat tujuh aktivitas yang dilakukan, yaitu: (1)
sepuluh langkah, yaitu: (a) Mengidentifikasi kontrol kebutuhan; (2)
Merencanakan Pendekatan implementasi Mendesain kelemahan umpan balik; (3)
dengan menggunakan siklus PDCA; (b) Mengoptimalkan self control dan self
Identifikasi proyek; (c) Komposisi tim; inspection; dan (4) Mengadakan audit.
(d) Pelatihan tim; (e) Fase Pelaksanaan;
(f) Penggiatan tim; (g) Umpan balik 4. Hasil Implementasi Penjaminan Mutu
kepada Steering Committee; (h) Umpan Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
balik dari tim; (i) Umpan balik dari Daya Saing di Perguruan Tinggi.
karyawan; dan (j) Memodifikasi Secara umum terdapat kesamaan
infrastruktur. antara hasil penjaminan mutu di STKIP
Arrahmaniyah Depok dan STKIP Purnama
Pada PT yang mengadopsi sistem Jakarta pada aspek akademik dan
ISO 9001:2000, customer satisfaction dan manajemen. Pada aspek akademik, antara
continues improvement merupakan tujuan lain: (1) konsistensi dalam menjalankan
dari lembaga memilih menggunakan sistem silabus; (2) adanya kontrak perkuliahan; (3)
ini. Itulah sebabnya dalam tidak adanya jam kosong; (4) mengarah pada
mengimplementasikan sistem ini masing- pembelajaran aktif; (5) pemberian tugas
masing unit dan jurusan yang merupakan semakin banyak; dan (6) Sistem penilaian
bagian terkecil dalam PT harus memiliki semakin jelas. Adapun pada aspek
sasaran mutu. Sasaran mutu merupakan manajemen lembaga, yaitu: (1) terjadinya
137
perbaikan berkelanjutan; (2) kebijakan), atau pengguna lulusan
diimplementasikannya siklus PDCA; (3) misalnya lembaga-lembaga kerja.
dokumentasi dan rekaman semakin jelas; (4)
meringankan pekerjaan; (5) melakukan Ketiga jenis tersebut merupakan
perbaikan dari kritik; (6) kemudahan dalam eksternal. Sedangkan internal lembaga
proses kontrol; (7) terjadinya kebingungan pendidikan tinggi adalah berbagai
karena perubahan sistem; (8) munculnya komponen yang terdapat di perguruan
pandangan negatif; (9) persepsi yang keliru tinggi. Dosen misalnya memiliki tenaga
tentang ISO. STKIP Arrahmaniyah Depok administrasi, pusat komputer, pegawai
dan STKIP Purnama Jakarta lebih banyak perpustakaan, laboratorium, dekan, bahkan
ilmu sosial dan budaya, oleh karena itu juga pimpinan.
pembelajarannya menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL). 5. Faktor Pendukung dan Penghambat
Diterapkannya sistem penjaminan Implementasi Penjaminan Mutu
mutu ini menyebabkan meningkatnya Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
efektifitas dan efisiensi kerja. Namun Daya Saing.
mereka juga mengakui bahwa meningkatnya Dalam sistem penjaminan mutu
efektifitas dan efisiensi kerja tersebut juga terdapat faktor pendukung dan penghambat
disebabkan karena diimplementasikannya implementasi penjaminan mutu, yaitu:
mekanisme PDCA.
Siklus PDCA tersebut berputar 1. Faktor Pendukung
secara berkesinambungan, segera setelah Faktor pendukung di STKIP
perbaikan itu dicapai, keadaan perbaikan Arrahmaniyah Depok, meliputi: (2)
tersebut dapat memberikan inspirasi untuk Kepemimpinan yang Kuat; (3)
perbaikan selanjutnya. Oleh karena itu, Sumberdaya Manusia, dan (4) Sarana
manajemen harus secara terus menerus prasarana. Sedangkan di STKIP Purnama
merumuskan sasaran dan target-target Jakarta meliputi: (1) Sarana prasarana,
perbaikannya. (2) Sumberdaya manusia; dan (3)
Itulah sebabnya, lembaga yang Karakteristik orang. Kesamaan dari
mengimplementasikan ISO pasti akan kedua lembaga tersebut adalah pada
melakukan pelayanan yang lebih baik. aspek Sumberdaya manusia.
Berkaitan dengan pelayanan tersebut, maka SDM yang bermutu merupakan
PT harus mampu memahami kebutuhan dan aset bagi lembaga untuk mencapai
harapannya (Tampubolon, 2000). Jika performance excellence. Ciri dari
menilik definisi dalam Manajemen Mutu sumberdaya yang berkualitas menurut
yang biasa didefinisikan dengan proses Covey, (2005: 196), adalah ”kemampuan
berikutnya adalah (the next process is our untuk mengambil inisiatif.” Dalam
stakeholders) (Burnham, 1997), maka gambar 4. 30 akan ditunjukkan sebuah
definisi di PT merupakan definisi yang jenjang dari 7 tingkat inisiatif, mulai dari
paling komplek jika dibandingkan dengan ”menunggu sampai diperintahkan” pada
lembaga-lembaga yang lain. tingkat inisiatif yang paling rendah,
Supriyanto (2001: 36), bertanya, membuat rekomendasi,
mengelompokkan pelanggan PT kemudian saya bermaksud untuk,
menjadi tiga bagian yaitu primer, melakukan dan langsung melaporkannya,
sekunder dan tersier. Primer adalah kemudian melakukan dan melaporkannya
mereka yang langsung menerima secara berkala dan akhirnya
jasa pendidikan tinggi yaitu melakukannya yang berada di pusat
mahasiswa, sekunder adalah mereka kemampuan untuk mengendalikan dan
yang mendukung pendidikan seperti mempengaruhi.
orang tua, pemerintah, sekolah,
masyarakat dan lain sebagainya, dan 2. Faktor Penghambat
tersier yaitu mereka yang secara Faktor penghambat di STKIP
tidak langsung memiliki andil, tetapi Arrahmaniyah Depok yaitu: (1)
memegang peranan penting dalam Rendahnya komitmen manajemen; (2)
pendidikan (selaku pemegang Gaya kepemimpinan; (3) internal
138
communication; (4) Perubahan menentukan hal-hal yang tepat untuk
organisasi. Sementara di STKIP Purnama dikerjakan, menciptakan dinamika
Jakarta faktor penghambatnya meliputi: organisasi yang dikehendaki agar semua
(1) Karakteristik orang; (2) kurangnya orang memberikan komitmen, bekerja
kompetitor; (3) Sedikitnya waktu dengan semangat dan antusias untuk
komunikasi; dan (4) Budaya organisasi. mewujudkan hal-hal yang telah
Hal tersebut sebagaimana yang ditetapkan. Memimpin berarti juga dapat
dikemukakan Masters (1996: 53-55), mengkomunikasikan visi dan prinsip
tentang hambatan-hambatan organisasi kepada bawahan. Kegiatan
pengembangan sistem manajemen mutu, memimpin termasuk kegiatan
antara lain: menciptakan budaya atau kultur positif
1) Ketidaaan komitmen dari dan iklim yang harmonis dalam
manajemen. lingkungan lembaga atau organisasi,
2) Ketiadaan pengetahuan atau serta menciptakan tanggung-jawab dan
kurangnya pemahaman tentang pemberian wewenang dalam pencapaian
manajemen kualitas. tujuan bersama.
3) Ketidakmampuan mengubah kultur Oleh karena itu, dapat dikatakan
perusahaan bahwa terdapat hubungan positif antara
4) Ketidaktepatan perencanaan kualitas tanggungjawab, wewenang dan
5) Ketiadaan pendidikan dan pelatihan kemampuan pemimpin dengan derajat
berkelanjutan (continues) atau tingkat pemberdayaan karyawan
6) Ketidakmampuan membangun suatu dalam suatu lembaga. Secara umum,
learning organization yang pada dasarnya terdapat delapan kunci
memberikan perbaikan terus tugas pimpinan untuk melaksanakan
menerus. komitmen perbaikan kualitas terus
7) Ketidakcocokan struktur organisasi menerus, yaitu:
serta departemen dan individu yang 1) Menetapkan suatu dewan kualitas.
terisolasi. 2) Menetapkan kebijaksanaan kualitas.
8) Ketidakcukupan sumber daya 3) Menetapkan dan menyebarluaskan
9) Ketidaktepatan sistem penghargaan sasaran kualitas.
dan balas jasa bagi karyawan 4) Memberikan dan menyiapkan
10) Ketidaktepatan mengadopsi prinsip- sumber-sumber daya.
prinsip manajemen kualitas ke dalam 5) Memberikan dan menyiapkan
organisasi. pendidikan dan pelatihan yang
11) Ketidakefektifan teknik-teknik berorientasi pada pemecahan
pengukuran dan ketiadaan akses ke masalah kualitas.
data dan hasil-hasil.
6) Menetapkan tim perbaikan kualitas
12) Berfokus jangka pendek dan
yang bertanggungjawab pada
mengiginkan hasil yang cepat
manajemen puncak untuk
13) Ketidaktepatan dalam memberikan
menyelesaikan masalah-masalah
perhatian pada
kualitas kronis.
14) Ketidakcocokan kondisi untuk
7) Merangsang perbaikan kualitas terus
implementasi manajemen kualitas
menerus.
15) Ketidaktepatan menggunakan
pemberdayaan (empowerment) dan 8) Memberikan pengakuan dan
kerja sama (teamwork). penghargaan atas prestasi dalam
Kepemimpinan merupakan salah perbaikan kualitas terus-menerus
satu faktor yang sangat mempengaruhi (Vincent Gaspersz, 1997: 203-204).
keberhasilan implementasi penjaminan
mutu. Pemimpin yang efektif menurut Dalam manajemen kualitas,
konsep TQM adalah pemimpin yang pemimpin adalah orang yang melakukan
sensitif atau peka terhadap adanya hal-hal yang benar (people who do the
perubahan dan pemimpin yang right thing), sedangkan manajer orang
melakukan pekerjaannya secara terfokus. yang melakukan sesuatu secara benar
Dalam konsep TQM, memimpin berarti (people who do thing right). Dengan

139
demikian, seorang manajer yang Intall the new system; (12)
melaksanakan kepemimpinan kualitas Internal audit; (13)
dalam manajemen kualitas berarti orang Management review; (14)
itu melakukan sesuatu yang benar dengan Preassessment and
cara-cara yang benar. Juran dan Gryna Registration.
(1993: 203), menyatakan bahwa Dari pernyataan tersebut di atas, dapat
komitmen manajemen puncak untuk disimpulkan bahwa aspek aspek manajemen,
melakukan perbaikan kualitas adalah kepemimpinan, SDM, budaya sangat
perlu, namun belum cukup. Untuk berpengaruh besar terhadap keberhasilan
melakukan tindakan terhadap komitmen penjaminan mutu perguruan tinggi.
itu dalam organisasi dibutuhkan elemen
manajemen kualitas yang paling penting SIMPULAN
yaitu kualitas kepemimpinan (leadership Secara umum hasil penelitian ini dapat
quality) melalui bukti nyata dalam disimpulkan bahwa Sistem penjaminan mutu
melaksanakan komitmen itu. Apabila bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan
dinamika perbaikan manajemen kualitas tinggi yang diselenggarakan oleh setiap
dalam oganisasi dianalisis dengan perguruan tinggi, melalui penyelenggaraan
menggunakan konsep Demings P-D-S-A Tridharma Perguruan Tinggi, dalam rangka
(Plan-Do-Study-Act), akan tampak mewujudkan visi serta memenuhi kebutuhan
bahwa elemen kualitas kepemimpinan pemangku kepentingan internal dan eksternal
merupakan elemen yang terdapat pada
perguruan tinggi. Penjaminan mutu dalam
rantai ”bertindak” (to act) dari konsep
perguruan tinggi dapat terlaksana dengan baik
PDSA.
Selain kepemimpinan juga bila dijalankan dengan kepemimpinan yang baik,
diperlukan komitmen dan dukungan dari seorang pemimpin merupakan pemegang
manajemen puncak. Sebagaiman yang peranan strategis dalam pengelolaan manajemen
dikemukakan oleh Dale (1999: 10), perguruan tinggi, termasuk didalamnya sistem
bahwa: ”manajer puncak harus penjaminan mutu pendidikan. Peran tersebut
mengambil tanggung jawab secara terutama pada tahapan perencanaan strategis,
personal, memimpin proses, memberikan penggerakan/kepemimpinan dan kontroling
arahan, menguji kepemimpinan yang secara berkesinambungan terhadap sistem
kuat, yang mencakup keterkaitan dengan penjaminan mutu.
karyawan. Selain komitmen gaya Perguruan tinggi yang diteliti telah
kepemimpinan juga sangat berpengaruh memiliki dokumen evaluasi diri yang relatif
terhadap keberhasilan implementasi lengkap, meliputi komponen: jati diri, visi-misi,
penjaminan mutu. Crosby (1979: 18), sasaran dan tujuan, kemahasiswaan, dosen dan
gaya manajemen yang partisipatif- tenaga pendukung, kurikulum, sarana dan
demokratis dan terbuka sangat prasarana, pendanaan, tata pamong, pengelolaan
dibutuhkan dalam TQM. program, proses pembelajaran, suasana
Keberhasilan penjaminan mutu akademik, sistem informasi, sistem jaminan
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor- mutu, lulusan, penelitian, publikasi, skripsi,
faktor tersebut. Hal ini sesuai dengan apa pengabdian kepada masyarakat dan hasil lainnya.
yang dikemukakan oleh Besterfield Hal itu dikarenakan perguruan tinggi tempat
(1999: 239), bahwa untuk membangun penelitian ini telah memiliki manajemen yang
sistem manajemen mutu diperlukan berkualitas sehingga kualitas mutu
tahapan-tahapan, antara lain: pendidikannya berkualitas pula, hal ini tidak
(1) Senior management lepas dari peranan pimpinan dalam pengelolaan
commitment, (2) Appoint the manajemen perguruan tinggi, manajemen
management representative; (3) perguruan tinggi sangat bergantung terhadap
Awareness; (4) Appoint an kepemimpinan seorang pemimpin, berhasil atau
implementation team; (5) tidaknya pimpinan dalam menjalankan
Training; (6) Time schedule; manajemen perguruan tinggi akan menentukan
(7) Select element owner ; (8) kualitas pendidikan perguruan tinggi tersebut.
Review the present system; (9) Terdapat kesamaan alasan pada
Write the documents; (10) implementasi sistem penjaminan mutu antara

140
kedua perguruan tinggi tersebut, yaitu untuk Secara khusus, hasil penelitian ini dapat
meningkatkan reputasi lembaga dan sebagai pintu disimpulkan sebagai berikut :
masuk ke dalam perguruan tinggi terbaik dan Pertama, Pada aspek perencanaan mutu
berkualitas. Akan tetapi ada perbedaan nilai-nilai STKIP Arrahmaniyah menjadikan gap analysis
dasar (core values) yang melandasi implementasi sebagai langkah pertama, sedangkan STKIP
penjaminan mutu antara dua lembaga tersebut, Purnama Jakarta membuat sistem adalah prioritas
hal ini dikarenakan visi kelembagaan mereka utama. Implementasi penjaminan mutu terdiri
yang berbeda. STKIP Arrahmaniyah Depok dari: (1) Proses persiapan; (2) Proses memulai
mengembangkan standar berdasarkan atas 4 pilar, implementasi, (3) Proses audit mutu internal; (4)
yaitu: keagungan akhlak, keluhuran budi, Proses audit mutu ekternal dan sertifikasi. Proses
keluasan ilmu dan kematangan profesional. Dua persiapan diawali dengan proses pembuatan
pilar pertama dikembangkan melalui perguruan kebijakan sampai kepada pengesahan dokumen.
tinggi, dan dua pilar terakhir dikembangkan Hal ini dilaksanakan untuk mempercepat proses
melalui program studi masing-masing. Hal penjaminan mutu pendidikan di perguruan tinggi
tesebut berbeda dengan STKIP Purnama Jakarta, yang disesuaikan demgan visi dan misi perguruan
yang mengembangkan standarnya mengikuti tinggi. Penjaminan mutu tersebut akan berjalan
nilai-nilai yang diambil dari visi dan misi yang dengan baik bila komponen perguruan tinggi ikut
kemudian dikembangkan oleh masing-masing serta dan antusias dalam menjalankan setiap
jurusan, perbedaan misi dan visi tersebut yang kebijakan yang telah dikeluarkan pimpinan dalam
melatarbelakangi proses pendidikan di kedua menunjang proses penjaminan mutu pendidikan
perguruan tinggi tersebut, sehingga pelaksanaan di perguruan tinggi.
penjaminan mutu dalam perguruan tinggi pun Kedua, Proses implementasi dilakukan
dilaksanakan berbeda. dengan cara membentuk tim dan implementasi di
Manajemen peningkatan mutu di lapangan. Kemudian proses audit mutu internal
perguruan tinggi adalah proses sebuah mainset dilakukan oleh para auditor internal setelah
yang memakan waktu cukup lama. Pola-pola mereka melakukan pelatihan dan sertifikat
lama masih terpengaruh terhadap tatanan nilai sebagai bukti sahnya untuk menjadi internal
sikap dan perilaku civitas akademika kampus. auditor. Sedangkan proses audit ekternal dan
Sementara perubahan struktur dan kebijakan sertifikasi adalah tahap terakhir, yang dilakukan
belum menyentuh pada hal-hal teknis serta sistem oleh pihak independen dari luar yang ditunjuk
tata kerja yang secara utuh diperlukan sesuai oleh masing-masing perguruan tinggi,
dengan struktur baru tersebut. Penjaminan mutu pembentukan tim tersebut merupakan langkah
pendidikan, terkait dengan sistem nilai, baik nilai yang telah untuk memfokuskan pencapaian syarat
estetika dan kegunaan, maupun nilai etika dan penjaminan mutu pendidikan di perguruan tinggi,
moral serta nilai religius. Nilai-nilai tersebut yang di sesuaikan dengan visi dan misi perguruan
mendasari mutu hasil atau lulusan, mutu proses tinggi, serta Standar Nasional Pendidikan, tim
pendidikan dan pembelajaran, serta mutu sumber terebut terdiri dari berbagai komponen perguruan
daya pendidikan. Maka dalam peningkatan mutu tinggi yang kompeten, yang mampu mengemban
pendidikan, pemenuhan nilai penjaminan mutu tugas dalam pengelolaan, dan perbaikan berbagai
mutlak dilakukan untuk meningkatakan kualitas kelemahan yang terdapat dalam proses
pendidikan perguruan tinggi. pembelajaran di perguruan tinggi, dengan
Pengelolaan manajemen perguruan tinggi bertanggung jawab langsung terhadap pimpinan.
yang berdaya saing akan mendorong tumbuhnya Ketiga, Evaluasi penjaminan mutu
lembaga dan praktik yang diperankan oleh aktor dilakukan melalui proses: (1) Self assessment; (2)
intelektual, sumber daya manusia merupakan Monitoring; (3) Audit mutu internal; (4) Audit
modal dasar dalam meningkatkan daya saing mutu ekternal, dan (5) Akreditasi oleh BAN-PT
perguruan tinggi, perguruan tinggi yang memiliki dan Sertifikasi oleh Lembaga Eksternal (ISO),
daya saing tinggi memiliki pengelolaan Evaluasi penjaminan mutu pada dua lembaga
manajemen yang baik, sistem penjaminan mutu tersebut sama, yaitu adanya proses monitoring
pendidikan yang berkualitas, hal ini terwujud bila dan evaluasi walaupun model dan waktunya
sumber daya manusia khususnya dosen memiliki berbeda. Dalam melakukan penjaminan mutu,
profesionalisme yang tinggi, pelayanan akademik selain visi terdapat juga satu hal yang selalu
yang baik, sarana dan prasarana yang memadai menjadi acuan, yaitu kebutuhan stakeholders,
serta sistem pendanaan dan perekrutan sumber terutama tentang kualitas lulusan agar memenuhi
daya manusia yang berkualitas.
141
kompetensi yang diperlukan oleh pengguna Alma, dkk. (2008). Manajemen Corporate dan
lulusan. Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan.
Keempat, Hasil penjaminan mutu dapat Bandung: Afabeta
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek manajemen Alwasilah, (2006) Pokoknya Kualitatif Dasar-
lembaga dan akademik. Hasil penjaminan mutu dasar Merancang dan Melakukan
akademik dan lembaga mampu meningkatkan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka
kepuasan pelanggan. STKIP Arrahmaniyah Jaya
Depok dan STKIP Purnama Jakarta lebih banyak Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian.
ilmu sosial dan budaya, oleh karena itu proses Jakarta: Rineka Cipta
pembelajarannya menggunakan pendekatan Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian.
Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Rineka Cipta
Diterapkannya sistem penjaminan mutu ini BAN PT. (2002). Pedoman Evaluasi Diri dan
menyebabkan meningkatnya efektifitas dan Program Studi. Jakarta : BAN PT.
efisiensi kerja, meningkatnya efektifitas dan Barnadib,I. (1988). Ke Arah Persepektif Baru
efisiensi kerja tersebut juga disebabkan karena Pendidikan. Jakarta. Departemen
diimplementasikannya mekanisme PDCA dalam Pendidikan Nasional.
perguruan tinggi. Besterfiled. H. et.al. (1999). Total Quality
Kelima, Secara umum, terdapat Management. New Jersey : Prentice Hal
kesamaan faktor-faktor pendukung dalam Internation. Inc.
penjaminan mutu antara di STKIP Arrahmaniyah Bounds, G. (1994). Total Quality Management.
Depok dan STKIP Purnama Jakarta, yaitu: (1) New York:McGraw Hill Inc
Leadership; (2) SDM; dan (3) Sarana prasarana. Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of
Kedua perguruan tinggi tersebut merupakan Educational Objectives: Handbook 1,
perguruan tinggi yang telah lama berdiri, Cognitive Domain. New York: David
sehingga perguruan tinggi tersebut memiliki McKay.
kelengkapan dan pengalaman dalam pengelolaan Daly, H. (1999). Globalization Versus
manajemen yang baik, serta telah memiliki Internationalization: Some Implications.
sarana dan prasarana yang menunjang proses Global Policy Forum. Website
pembelajaran dengan baik. David, F. R. (1999). Strategic Management.
Sedangkan faktor penghambat utama di Prentice Hall. New Jersey
STKIP Arrahmaniyah Depok, yaitu masih Dent, F.E. (2008). Leadership Pocketbook.
rendahnya komitmen manajemen, sementara :Jakarta: Metalexia Publisher
STKIP Purnama Jakarta adalah karena budaya Departement for Education and Children’s
orang yang sangat heterogen. Strategi merupakan Services (1996)
langkah taktis yang diambil oleh PT untuk Ellis C.W. (2008). Management Skills for New
mengimplementasikan penjaminan mutu. Strategi Managers. : Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
yang digunakan antara lain: (1) Sosialisasi secara Gilbert, J. P.et.al. (1995). Improving the Process
terus menerus; (2) Singkronisasi kebijakan; (3) Of Education : Total Quality Management
Revitalisasi komitmen manajemen; (4) Pelatihan for College Classroom. In innovative
tim internal auditor; (5) Pemberian reward and Higher Education. Vol 18. No. 1 Fall 1993.
punishment, (6) Pelatihan dan pengembangan Goetsch and Davis. (1994). Intoduction to Total
SDM, (7) Membangun awareness; dan (8) Quality. Englewood: Cliffs, N.J: Prentice
Meningkatkan komitmen pelayanan. Hall International Inc.
Goetsch. L. D. and Davis B. S. (2006). Quality
DAFTAR PUSTAKA Management : Introduction to Total
Alfred R.L. dan I.E.Levina. (1995). Teknik Quality Management for Education,
Memimpin guru dan Pekerja. Terjemahan Processing, and Service. New Jarsey :
Imam Sudjono. Jakarta : Aksara Baru. Pearson Education. Inc
Ali, M. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Hadari N. (2005). Manajemen Strategik :
Bandung: Pedagogiana Press Yogyakarta: Gadjah Mada Pers
Ali. M. (2000). Sistem Penjamin Mutu dan Harrison, J.S dan Caron H.St John. (1998).
Manajemen Mutu Pendidikan. Jurnal Strategic Management of Organization
Mimbar Pendidikan. No. No. I tahun XIX. and Stakeholder. South-Western College
Publishing Ohio

142
Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Nasution. (2001). Manajemen Mutu Terpadu (
Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas Total Quality Management). Jakarta:
Imai M. (2001). Kaizen: Kunci Sukses Jepang Ghalia Indonesia
dalam Persaingan. Jakarta: PPM Ninnes, Peter and Meri, Hellseten. (2005).
Indrajit R Eko dan Djokopranoto R. (2006). Internationalizing Higher
Manajemen Perguruan Tinggi Modern. EducationCritical Exprorations of
Yoyakarta: Andi Pedagogy and Policy. Hongkong :
Juran, JM. (1989). Juran on Leadership for Comparative Education Research Center.
Quality. New York: Macmillan Nurcholis.H.(2007). Teori dan Praktik
Kuncoro, E.A, (2007). Analisis Faktor-Faktor Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
yang Berpengaruh Terhadap Daya Saing Jakarta: Grasindo.
Perguruan Tinggi Swasta di DKI Jakarta Norman E. Gronlund, (1990). Measurement and
(Disertasi). Bandung: PPS UPI Evalution in Teaching, New York :
Larry E. Greiner (1972). Evolution and Macmillan Publishing Company.
Revolution as Organization Grow. Harvard Oakland, John. (1989). Total Quality
Business Review. Management. Oxford. Heinemann
Lembaran Negara RI Nomor 3859. Peraturan Pawitra, T. (1993). Kepuasan Pelanggan sebagai
Pemerintah republic Indonesia Nomor 60 Keunggulan Daya Saing. Journal of
Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi: Marketing. Prasetya Mulya, Volume 1, No
Jakarta. 1
Lembaran Negara RI Nomor 3860. Peraturan Pedju, Ary Muchtar. (2003). Mutu Perguruan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Tinggi: Akreditasi dan Demokrasi.
Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Kompas Januari 2003.
sebagai Badan Hukum. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Lembaran Negara RI Nomor 4132. Undang- Indonesia nomor 20 tahun 2007 tentang:
Undang RI Nomor 16 tahun 2001 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Biro Hukum
Yayasan. dan Organisasi Departemen Pendidikan
Lubis. S.B. H. (2006). Pengantar Teori Nasional.
Organisasi. Suatu Pendekatan Makro. Permadi, D. (2007). Kepemimpinan
Bandung. Transformasional. Bandung: Sarana Panca
Mandey MS Lucia C. (2008). Penerapan Karya Nusa
Manajemen Perguruan Tinggi Modern PP nomor 60 tahun 1999, tentang Perguruan
(Makalah) Tinggi, pasal 2
Manullang. (1976). Dasar-Dasar Manajemen. Prawirosentoso S. (2007). Filosofi Baru tentang
Medan: Ghalia Indonesia Manajemen Mutu Terpadu Abad 21, Kita
Margono. S. (2008). Strategi Penerapan MMT di Mmebangun Bisnis Kompetitif, Edisi
Perguruan Tinggi. Forum HEDS Kedua. Jakarta: Bumi Aksara
(Makalah) Rinda H. dan Polla G. (2006). Model Sistem
Miller, A. (1998). Strategic Management. Penjamin Mutu dan Proses Peneraoannya
Boston: Irwin McGraw. Hill di Perguruan Tinggi. :Yoyakarta: Graha
Moleong L.J. (2001). Metodologi Penelitian Ilmu
Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rohanah A. (2008). Pendidikan dan Kualitas
Rosdakarya. SDM (Artikel). Harian Radar Cirebon,
Moleong L.J. (2007) Metodologi Penelitian Edisi Senin 21 Juli 2008.
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Ross, J.E. (1993). Total Qulity Management;
Rosda Karya Text, Cases and Readings. USA; St Lucie
Mulyasana, D. (2001). Manajemen Stratejik Press
dalam Sistem Pendidikan. Bandung: PPs Sallis E. (1990). Corporate Planing in an FE
UNINUS College. Education Management and
Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner. Administration. Vol.18. No.2
Jakarta: Prenhallindo Sallis E. (2008). Total Quality Management in
Nasution, S. (2006). Metode Research. Jakarta : Education, Manajemen Mutu Pendidikan.
Bumi Aksara. Yogyakarta: IRCiSOD
Sallis E. (2006). Total Quality Management In
Education. Jogyakarta : IRCisoD.
143
Sanusi, A. (2000) Manajemen Informasi Sistem Tenner. A.R. and De Toro. LJ. (1992). Total
Pendidikan. Bandung : PPs UNINUS Quality Management : Three Steps to
Satori, D.J. (2006). Supervisi akademik dan Continous Improvement. Reading. MA
Penjaminan Mutu dalam Pendidikan Addison – Wesley : Publishing Company.
Persekolahan.Koleksi Materi Perkuliahan Terry, G. R. (1872). Principles Of Management.
Supervisi Pendidikan IPA IPS. Bandung Sixth Edition. Richard D Irwin Inc.
tidak diterbitkan Illinois.
Scheuining and Cristopher. (1993). The Tilaar H.A.R. (2008). Manajemen Pendidikan
Customer Service Planner. Oxford: Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan.
Butterworth Heinemann Bandung: Remaja Rosda Karya
Silalahi U. (2002). Pemahaman Praktis Asas- Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009).
Asas Manajemen. Bandung Madar Maju Manajemen Pendidikan. Bandung:
Spanbauer, S.J. (1987). Quality First in Alfabeta
Education…Why Not? Appleton. Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). Undang-
Wesconsion. Fox Valley Tecknical Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang
College Foundation SISDIKNAS. Jakarta: Fokusmedia
Spanbauer, S.J. (1992). A Quality System for Tim Redaksi Pustaka Yustisia. (2009). Undang-
Education. Milwaikee. Wisconsin. ASQC Undang BHP (Badan Hukum Pendidikan
Quality Press No 9 Tahun 2009. Yogyakarta: Pustaka
Suharsimi Arikunto, (1993). Dasar-dasar Yustisia
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Thomas L. Good. (1990). Educational
Aksara. Psychology. New York : Longman.
Sugiono. (2007). Metode penelitian kuantitatif Tjiptono, F. dan Diana A. (2003). Total Quality
kualitatf dan R&D. Bandung: Alfabeta. Management (TQM). Yogyakarta: Andi
Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Offset
Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Tjiptono. F. (1995). Strategi Pemasaran.
Rosdakarya Yogjakarta : Andi Offset
Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Peneltian Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang
Pendidikan. Bandung: UPI-Rosda Karya Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Sukmanadinata N.S. dkk. (2007). Panduan Citra Utama.
Penulisan Karya Ilmiah (Makalah, Wasty, S & Soetopo, H. (1993). Dasar dan Teori
Laporan Buku, Tesis, dan Disertasi). Pendidikan Dunia, Tandangan Bagi Para
Program Pascasarjana UNINUS: Bandung Pemimpin Pendidikan. Malang: AA
Surakhmad W. (1994). Dasar-dasar Teknik Malang.
Reaseach :Pengantar Metodologi Ilmiah. Zeithaml, Parasuraman and Berry, (1990).
Bandung : Tarsito. Delivering Quality Service - Balancing
Tanner, D. and Tanner, L.N. (1987). Supervision Customer Perceptions and Expectations.
in education: Problem and practice. 2" ed. New York: The Free Press.
New York: Macmillan.

144
PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL APSI

Artikel merupakan hasil-hasil penelitian dalam bidang Pendidikan Artikel dapat ditulis dalam bahasa
Indonesia atau lnggris. Penulisan artikel dengan menggunakan pengolah kata Microsoft Word, dengan
huruf Time New Romanl ukuran 11, spasi 1, jarak tepi 2.5 cm di semua tepi, rumus dan persamaan
ditulis dengan Microsoft Equation, jumlah halaman 8-15, ukuran kertas A4, dalam dua kolom. Artikel
diserahkan ke staf redaksi dalam bentuk print out, sebanyak dua eksemplar.

Artiket hasil penelitian memuat:


Judul, nama penulis, abstrak dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris, kata kunci, pendahuluan,
metode, hasil, pembahasan, simpulan dan saran, daftar pustaka.

Sistematika penulisan artikel


Judul
Judul artikel dalam bahasa Indonesia bersifat informatif, ringkas dan tidak terlalu panjang atau pendek
(5 -12 kata).

 Memuat variabel-variabel yang diteliti dan menggambarkan isi naskah.


 Penulisan judul tidak mengandung singkatan atan rumus
 Di bawahnya ditulis nama penulis (tanpa gelar), dilengkapi dengan nama dan alamat institusi
lengkap.

Abstrak dan kata kunci


 Ditulis secara ringkas dan padat tentang ide-ide yang paling penting. Memuat masalah dan atan
tujuan penelitian, prosedur penelitian dan hasil penelitian.
 Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, maksimal 150-200 kata
 Kata kunci memuat kata-kata pokok, terdiri dan 3-5 kata

Pendahuluan
 Bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi tanpa sub judul dalam bentuk paragraf-
paragraf dengan panjang 15-20% panjang artikel, memuat:
- Latar belakang atau rasional penelitian
- Landasan teori (kajian pustaka secara ringkas)
- Rumusan tujuan penelitian

Metode
 Bagian metode ditulis dengan panjang 15 -20% dan panjang artikel, berisi:
- Rancangan penelitian
- Teknik pengumpulan data dan sumber data
- Cara analisis data

Hasil dan pembahasan


Hasil dan pembabasan dipaparkan dengan panjang 60-70% dan panjang artikel. Hasil merupakan
bagian utama artikel ilmiah yang berisi:
 Hasil analisis data
 Hasil pengujian hipotesis
 Dapat disajikan dengan tabel atau grafik, untuk memperjelas hasil secara verbal
 Pembahasan merupakan bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan pembahasan
adalah: menjawab masalah penelitian, menafsirkan temuan-temuan, mengintegrasikan temuan dan
penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah ada, menyusun teori baru atau
memodifikasi teori yang sudah ada.
 Untuk penomoran rincian materi dalam batasan, digunakan angka (1), (2), (3), dan seterusnya,
tidak perlu menggunakan angka bersusun. Tanda hubung tidak boleh mengganti nomor rincian.

145
Penutup
 Berisi kesimpulan yang memuat jawaban atas pertanyaan penelitian
 Ditulis dalam bentuk essay, bukan dalam bentuk numerical

Ucapan Terimakasih
Dapat ditulis jika diperlukan
Daftar pustaka

 Berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian, disusun menurut abjad, format penulisan dalam sistem
Harvard
 Dituliskan secara lengkap, sesuai dengan rujukan dalam uraian
 Hanya memuat sumber yang dirujuk dalam uraian
 Sumber rujukan minimal 80% berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan minimal 80 %
berupa artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau laporan penelitian.
 Artikel harus meruluk pada artikel yang dimuat dalam Jurnal APSI
 Penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:

Contoh:
Penulisan daftar pustaka dari sumber buku
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Shofiyuddin, dkk. 2014. Kalimat Efektif. Tuban: Unirow Press.
Yanuarsih, Sri dan Yunita Suryani. Membaca Pendalaman. Surabaya: Kasafani.

1. Penulisan daftar pustaka dari sumber jurnal


Agustina. 2007. “Klausa Relatif dalam Bahasa Indonesia: Sebuah Fenomena Kontroversial”.
Linguistik Indonesia. Tahun ke-25. Nomor 2.l
Darwis, Muhammad. 2002. “Pola-pola Gramatikal dalam Penulisan Puisi Indonesia” dalam PELLBA
16. Jakarta. Pusat kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya.
Despina, Papadopoulou dan Harald Clahsen. 2006. “Ambiguity resolution in sentence processing: the
role of lexical and contextual information”. Journal of Linguistics. 42.1. Hal. 109-138

2. Penulisan daftar pustaka dari sumber internet


Herusatoto. 2002. “Bahasa Indonesia Kedaerahan” (online), (http://www.chang.jauyaheru.co /Bahasa
Indonesia.htm, diakses tanggal 12 Desember 2002.
Fathoni. 2011. ”Rembang”. Dalam http://www.rembang.co.id. Download 17 Maret 2011 Jam 14.00
WIB.
Catatan:
Jika mengambil sumber dari internet, pilihlah yang ada penulisnya dengan jelas!

3. Penulisan daftar pustaka dari sumber surat kabar


Kompas. 18 Maret 2005. “Bahasa Ibu”, hal. 41 Imanda, Rona. 18 Maret 2005. “Kalimat Ambigu”.
Kompas. Hal. 13

4. Penulisan daftar pustaka dari sumber skripsi/tesis/disertasi


Sugiyanto. 2011. “Realisasi Kesantunan Berbahasa antara Kepala Sekolah dengan Guru dan Staf SMA
Muhammadiyah 4 Andong”. Tesis. Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Shofiyuddin. 2011. “Kajian Sosiolinguistik Penggantian Nama pada Masyarakat Rembang”.
Skripsi. FKIP, Pend. Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5. Makalah seminar, Lokakarya, penataran:


Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah . Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya
Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin , 9-11
Agustus.

146
Catatan:
1. Gelar tidak disertakan dalam penulisan daftar pustaka
2. Jika menggunakan referensi yang berbeda, namun satu penulis, penulisan nama penulis cukup satu
saja, yang kedua, ketiga, dan seterusnya penulisannya dimulai dari tahun saja.
3. Referensi yang terdapat pada daftar pustaka, harus ada pada kajian atau sebaliknya.

Artikel yang tidak dimuat, tidak akan dikembalikan kecuali atas permintaan penulis. Artikel dan CD
dapat dikirim ke:
PLPKB Kampus B STKIP Kusuma Negara Bintara V Bintara Bekasi
Email: apsipusat@gmail.com
HP. Irwan 08563310326

147
UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA MITRA BESTARI

Kami mengucapkan terima kasih kepada para mitra bestari yang telah memberikan sumbangan
pemikirannya di dalam menelaah substansi isi artikel sehingga penerbitan Jurnal Pendidikan APSI ini
dapat mempublikasikan naskah-naskah terpilih. Adapun daftar mitra bestari yang terlibat di dalam
penelaahan isi substansi artikel adalah sebagai berikut:

Husaini Usman (Universitas Negeri Yogyakarta)


Qomariyatus Sholihah (Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan)
Suandi Sidauruk (Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah)
Madyo Ekosusilo (Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo)
Susilo (STKIP Kusuma Negara Jakartai)
Zulfikar Zen (Universitas Indonesia)

Hormat Kami,

Ketua Dewan Penyunting

Agus Sukoco

148

You might also like