Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Huma Hai (the big house) Djaga Bahen is located on Bahu Palawa village, Kecamatan
Kahayan Tengah, Pulang Pisau, Central of Borneo, build in 1933 by Djaga Bahen. This
house become the historical witness of the third Serikat Kaharingan Dayak Indonesia (SKDI)
III at 1953. In this house is four changes experience at layout pattern the since 1938-1995.
Although had experienced such change but there are spaces are still survive and don’t have
alteration. It is because of the values of eterily that still hold and maintained by the
occupant.In the layout Huma Hai Djaga Bahen than used methods descriftive cualitative. The
did occupant about local wisdom values at layout pattern of Huma Hai Djaga Bahen. This
based analysis the layout, space organitation, characteristic and space fungtion.The local
wisdom values of layout pattern Huma Hai Djaga Bahen is the arrangement or religious
advice ancestor of good and bad placement space based on the flow of the river (upstream
and downstream) and the sun (east-west). The conservation effort that is by passing
arrangement or religious advice ancestor to the next generation hereditary (hereditary Djaga
Bahen), without the interference of other parties. By bequeathing it to his descendants, then
this historic home can stick either with originality arrangement or religious advice ancestor.
Keywords : conservation, local wisdom,layoutpattern, ‘huma hai’Djaga Bahen.
ABSTRAK
Huma Hai (rumah besar) Djaga Bahen terletak di Desa Bahu Palawa, Kecamatan Kahayan
Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, di bangun pada tahun 1933 oleh
Djaga Bahen. Rumah ini menjadi bukti saksi sejarah terbentuknya cikal bakal otonom
Provinsi Kalimantan Tengah yang dimusyawarahkan dalam Kongres Serikat Kaharingan
Dayak Indonesia (SKDI) ke-III tahun 1953. Rumah ini telah mengalami empat kali perubahan
pada pola tata ruangnya sejak tahun 1938-1995.Meskipun telah mengalami perubahan akan
tetapi ada ruang-ruang yang tetap bertahan dan tidak mengalami perubahan, karena adanya
nilai kelokalan yang masih dipegang dan dipertahankan oleh penghuni. Untuk menganalisis
upaya konservasi yang dilakukan oleh penghuni terhadapnilai-nilai kearifan lokal pada pola
tata ruang Huma Hai Djaga Bahen, maka digunakan metode kualitatif deskriptif. Analisa ini
dilakukan berdasarkan denah, organisasi ruang, sifat dan fungsi ruang.Nilai-nilai kearifan
lokal pada pola tata ruang Huma Hai Djaga Bahen berupa aturan atau petuah leluhur tentang
baik dan buruk perletakan ruang berdasarkan aliran sungai (hulu-hilir) dan matahari (timur-
barat). Upaya konservasi yang dilakukan oleh penghuni terhadap nilai-nilai kearifan lokal
tersebut yaitu dengan cara mewariskan aturan atau petuah leluhur kepada generasi
selanjutnya secara turun temurun (keturunan Djaga Bahen), tanpa adanya campur tangan
pihak lain. Dengan mewariskan hal tersebut kepada keturunannya, maka rumah bersejarah
ini dapat tetap bertahan baik dengan originalitas maupun aturan petuah leluhur.
Kata Kunci : konservasi, kearifan lokal, pola tata ruang, ‘huma hai’ Djaga Bahen
Tabel 3.Tabulasi Perbandingan Pola Tata Ruang sungai, berubah menjadi tegak lurus
Luar Rumah Masyarakat dengan sungai.Adanya KM/ WC pada
Dayak Ngaju
kelima pola tata ruang rumah diatas
diakibatkan perkembangan teknologi baru
yang mempermudah dan memberikan
kenyamanan bagi penghuni, sehingga
merubah pola pikir penghuni.
Pada kelima pola tata ruang rumah 3). Sifat dan Fungsi Ruang
masyarakat Dayak diatas, secara Fungsi ruangnya kelima pola tata
keseluruhan memiliki dapur, yang terletak ruang rumah masyarakat Dayak tersebut
pada bagian hilir atau pada sisi barat. Jika memiliki kesesuaian yang hampir sama.
pada Betang Toyoi, ‘huma gantung’Buntoi Hal tersebut dikarenakan pada dasarnya
penghuni meletakkan dapur pada arah hulu kebutuhan ruang masyarakat dayak
hilir, sedangkan pada ketiga ‘Huma Hai’ (penghuni) pada zaman dulu hingga saat
meletakan dapur pada sisi timur barat. ini sama. Yang menjadi perbedaannya
pada betang, ‘huma gantung’ dan ‘huma adalah, adanya beberapa ruang yang tidak
hai’ djaga bahen dapur mengarah ke digunakan pada rumah masyarakat dayak
sungai, sedangkan pada kedua huma hai saat ini seperti balai parung/ balai adat
dapur tidak lagi menghadap ke sungai. Hal untuk menyelesaikan pertikaian dan
ini disebabkan oleh perubahan tata letak permasalahan antar penghuni rumah. Hal
ruang yang pada awalnya sejajar dengan tersebut dikarenakan perubahan sosial,
yaitu perubahan struktur penghuni yang 2). Pola Tata Ruang Dalam
meliputi pergantian penghuni (diwariskan Ruang tidur berjejer linier, berjumlah
turun temurun) keturunan Djaga Bahen genap dalam satu deret untuk menghindari
yang menempati ‘Huma Hai’ tersebut. petaka atau sakit pada penghuni yang
Seperti pada tahun pertama dibangun menempati ruang tidur ditengah jika ruang
Djaga Bahen menempati rumah ini tidur berjumlah ganjil.Pada ruang tidur di
bersama anak-anaknya, pada tahun bagian hulu ditempati oleh anggota
perubahan berikutnya rumah ini diwariskan keluarga tertua, dan pada bagian hilir
kepada anak Djaga Bahen,dan tahun ditempati oleh anggota keluarga termuda ;
perubahan selanjutnya diwariskan kepada Dapur dan ruang makan berada di sisi
cucu Djaga Bahen hingga saat ini. barat/ hilir.
Sehingga perubahan struktur penghuni
tersebut memicu adanya penambahan dan Nilai Kearifan Lokal pada Pola Tata
pengurangan ruang yang disebabkan Ruang Huma Hai Djaga Bahen
jumlah anggota keluarga bertambah, Berikut ini bentuk intangible nilai
perubahan sudut pandang dan kearifan local pada pola tata ruang Huma
kepercayaan (agama) penghuni. Hai Djaga Bahen yang bertahan dan telah
Ditinjau dari perkembangan berubah.
teknologi, penghuni merubah sifat dan
fungsi ruang mengikuti zaman seperti Nilai Kearifan Lokal pada Pola Tata
fungsi ruang tamu pada zaman dahulu Ruang yang Bertahan
digunakan untuk kegiatan sosial politik dan Nilai kearifan local bentuk intangible
kegiatan ritual keagamaan kini berubah pada pola tata ruang Huma Hai Djaga
fungsi sebagai ruang untuk menerima Bahen yang masih bertahan, yaitu :
tamu. Dari segi gaya hidup, penghuni 1. Ruang Tidur
dituntut oleh kebutuhan dan kesadaran Ruang tidur pada Huma Hai Djaga
akan pentingnya menggunakan KM/WC Bahen berjejer linier, dalam satu deret
pribadi dirumah, yang mana dulunya ruang tidur yang berjejer linier hendaknya
hanya terdapat jamban disungai atau KM/ berjumlah genap dan tidak boleh ganjil.
WC komunal. Penghuni sadar jika gaya Ruang tidur dibagian hulu ditempati oleh
hidup dengan melakukan kegiatan MCK anggota keluarga tertua, dan dibagian hilir
disungai akan berdampak buruk bagi ditempati oleh anggota keluarga termuda.
kesehatan dan juga ekosistem sungai.
Begitu juga dengan penggunaan KM/WC 2. Dapur
komunal yang dirasa kurang efesien, Dapur berada di bagian hilir/ barat
sehingga penghuni memutuskan untuk dikarenakan dapur merupakan area yang
membuat KM/WC pribadi (hanya kotor, penghuni percaya dengan
digunakan oleh anggota keluarga). meletakkan area kotor di bagian belakang
Selanjutnya penambahan beberapa segala hal yang tidak baik tidak menimpa
ruang yang dibutuhkan oleh penghuni penghuni akan tetapi dapat hanyut terbawa
akibat perkembangan teknologi, ekonomi aliran sungai atau seiring terbenamnya
dan gaya hidup penghuni. Seperti matahari. Pada ‘Huma Hai’ Djaga Bahen,
munculnya teras dan KM/ WC. dapur berada di sisi barat; Elevasi dapur
lebih rendah dari ruang inti.
Nilai Kearifan Lokal
1). Pola Tata Ruang Luar Nilai Kearifan Lokal pada Pola Tata
Nilai kearifan lokal yang bertahan Ruang yang Berubah
yaitu tata letak pola tata ruang luar pada Nilai kearifan lokal bentuk intangible
rumah masyarakat Dayak ngaju terdiri dari pada pola tata ruang Huma Hai Djaga
bagian depan, bagian tengah, dan bagian Bahen yang telah berubah, yaitu:
belakang. Bagian tengah digunakan untuk
halaman rumah, bagian tengah untuk area 1. Ruang Tamu
hunian, dan bagian belakang untuk area Ruang tamu tidak lagi berada di
bercocok tanam dan berternak. tengah sebagai sumbu dan pusat orientasi
semua ruangan di dalam rumah. Pada
‘huma hai’ djaga bahen, ruang tamu dan melestarikan huma hai djaga bahen
berada di bagian depan; Ruang tamu baru tetap pada kondisi awal dengan tidak
mengalami perubahan orientasi, ruang membuat perubahan yang signifikan.
tamu mengarah pada jalan lingkungan Jika penghuni membuat perubahan pun
yang baru terbentuk akibat perkembangan berdasarkan berdasarkan aturan/
teknologi baru. petuah leluhur yang telah diwariskan
kepada mereka secara turun temurun
Upaya Konservasi Nilai Kearifan Lokal dan masih dipercaya.
pada Pola Tata Ruang Huma Hai Djaga c. Mewariskan aturan/ petuah leluhur
Bahen kepada keturunannya secara
Dari hasil analisa nilai kearifan lokal berkelanjutan, dan menerapkannya di
pada pola tata ruang Huma Hai Djaga dalam pola tata ruang. Dengan adanya
Bahen maka nilai kearifan lokal dengan aturan lisan/ petuah yang disampaikan
bentuk intangible yang masih bertahan leluhur kepada keturunannya, maka hal
sampai dengan saat ini, yaitu: tersebut telah menjadi bagian dari
a. Ruang tidur berjejer linier dan pelestarian yang secara tidak langsung
berjumlah genap; dan ruang tidur dilakukan oleh penghuni huma hai djaga
dibagian hulu ditempati oleh anggota bahen.
keluarga tertua dan ruang tidur
dibagian hilir ditempati anggota KESIMPULAN
keluarga termuda. Berdasarkan hasil analisa pada bab
b. Dapur berada disisi barat dan sebelumnya, maka dapat ditarik
elevasinya harus lebih rendah dari kesimpulan, yaitu :
ruang inti. 1. Upaya konservasi yang dilakukan
penghuni yaitu :
Dengan demikian dapat disimpulkan a. Menjaga pola tata ruang Huma
bahwa, nilai kearifan local dengan bentuk Hai Djaga Bahen berdasarkan
intangible tersebut harus dijaga, nilai-nilai kearifan lokalnya.
dipertahankan dan dilestarikan sebagai b. Mewariskan Huma Hai Djaga
wujud atau upaya konservasi dengan Bahen kepada keturunannya.
melakukan tindakan konservasi atau c. Mewariskan aturan/ petuah leluhur
pemeliharaan bangunan.Perawatan jangka kepada keturunannya secara
pendek dan juga jangka panjang dapat turun temurun,
dilakukan untuk mengupayakan 2. Nilai kearifan lokal yang terdapat pada
keberlanjutan nilai kearifan local pada pola pola tata ruang Huma Hai Djaga
tata ruang huma hai djaga bahen. Bahen berupa nilai kearifan lokal
dengan bentuk intangible, tentang
Upaya konservasi nilai kearifan lokal aturan/ petuah leluhur terhadap baik
pada Huma Hai Djaga Bahen yang sampai buruk tata letak ruang.
dengan saat ini masih dipertahankan oleh 3. Nilai kearifan lokal intangible pada pola
penghuni yaitu : tata ruang Huma Hai Djaga Bahen
a. Menjaga pola tata ruang Huma Hai yang bertahan hingga saat ini, yaitu :
Djaga Bahen sesuai dengan ketentuan a. Ruang tidur berjejer linier,
nilai-nilai kearifan lokalnya.Meskipun berjumlah genap dalam satu deret;
rumah ini telah mengalami beberapa kali penghuni tertua dihulu dan
perubahan, namun adanya perubahan termuda dihilir.
tersebut juga didasarkan pada nilai-nilai b. Dapur (area kotor) berada di sisi
kearifan lokal tata letak ruangnya. barat dan elevasi dapur lebih
Melakukan penambahan, pengurangan rendah dari pada ruangan inti.
dan perubahan fungsi denggan tetap 4. Nilai kearifan lokal intangible pada pola
memperhatikan aturan/ petuah leluhur tata ruang Huma Hai Djaga Bahen
tentang baik buruk tata letak ruangnya. yang berubah, yaitu :
b. Mewariskan Huma Hai Djaga Bahen a. Penambahan orientasi ruang tamu
kepada keturunannya. Dengan teknik baru yang mengarah pada jalan
konservasi ini, penghuni dapat menjaga lingkungan.
b. Munculnya KM/ WC yang berada Habraken, N., Boekholt, J., Thyssen, A., &
di sisi selatan. Dinjens, P., 1976. Variations, The
Systematic Design of Support.MIT
DAFTAR PUSTAKA Press: Cambridge, Massachusetts.
Habraken, N. J., 1983. Transformation of
Asteria, 2008. Perkembangan Penataan the Site. Cambridge, Massachusetts, A
Interior Rumah Betang Suku Dayak Water Press.
ditinjau dari Sudut Budaya. Surabaya; Hadi, Sudharto P., 2013. Manusia dan
Universitas Kristen Petra. Lingkungan. Semarang; Badan
Ayat, Rohaedi, 1986. Kepribadian Budaya Penerbit Universitas Diponegoro.
Bangsa (Local Genius), Jakarta: Kartawinata, Ade, M (ed), 2011, Merentas
Pustaka Jaya. Kearifan Lokal ditengah Modernisasi
Budihardjo, Eko,1997. Arsitektur sebagai dan Tantangan Pelestarian dalam
Warisan Budaya. Jakarta; Djambatan. Kearifan Lokal ditengah modernisasi.
Budihardjo, Eko, 1997. Arsitektur, Jakarta;Pusat Penelitian dan
Pembangunan dan Konservasi. Pengembangan Kebudayaan Badan
Jakarta; Djambatan. Pengembangan Sumber Daya
Budihardjo, Eko, 1997. Preservation and Kebudayaan dan Pariwisata
Conservation of Culture Heritage in Kementrian Kebudayaan dan
Indonesia. Yogyakarta; Gadjah Mada Pariwisata Republik Indonesia.
University Press. Kartono, J. Lukito, 2005. Konsep Ruang
Ching, Francis D.K., 1996. Architecture; Tradisional Jawa dalam Konteks
Form, Space, And Order. Jakarta; Budaya. Makalah ini disajikan pada
Erlangga. seminar yang diselenggarakan oleh
Creswell, John W., 2012. Research Design PPKAI Universitas Kristen Petra,
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Surabaya; Universitas Kristen Petra,
Mixed. Yogyakarta; Pustaka Belajar. 02 Mei 2005.
Djono, dkk., 2012. Nilai Kearifan Lokal Keraf, Alexander Sonny, 2002. Etika
Rumah Tradisional Jawa. Surakarta; Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Humaniora. Lingkungan Hidup. Jakarta; Unika
Elbas, Lambertus dkk., 1986. Arsitektur Atma Jaya.
Tradisional Daerah Kalimantan Laurens, Joyce Marcella, 2005. Arsitektur
Tengah. Jakarta; Depdikbud proyek dan Perilaku Manusia. Jakarta;
Inventarisasi dan Dokumentasi Grasindo
Kebudayaan Daerah. Laseau, Paul, 1980. Architectural drawing;
Ernawi, Imam S., 2009. Harmonisasi Communications in architectural
Kearifan Lokal dalam Regulasi design; Architecture; Graphic arts;
Penataan Ruang.Makalah pada Sketch-books.New York; Van Nostrand
Seminar Nasional “Urban Culture, Reinhold Company.
Urban Future: Harmonisasi Penataan Meliono, Irmayanti, 2011. Understanding
Ruang dan Budaya untuk the Nusantara Thought and Local
Mengoptimalkan Potensi Kota”. Wisdom as an Aspect of the
Malang; 07 Agustus 2009. Indonesian Education. TAWARIKH,
Feilden, Bernard M., 1994. Conservation of International Journal for
Historic Buildings. Butterworth; HistoricalStudies, 2(2) 2011.
Heinemann. Miles M.B dan Huberman. A.M., 1984.
Geertz, C., 1992. Kebudayaan dan Agama. Qualitative Data Analysis : a source
Yogyakarta; Kanisius Press. book or new methods. Sage
Guntur, Mandarin, 2007. Makna Ruang Publication : Beverly Hills.
pada Rumah Betang Suku Dayak Moleong, Lexy J., 2000. Metodologi
Ngaju di Kalimantan Tengah : Penelitian Kualitatif. Bandung; Remaja
Menapak Hidup ke Nirwana Tanpa Rosdakarya.
Neraka. Procceding PESAT : Mukarovsky, Jan., 1978. Structure, Sign,
Universitas Gunadarma and Function. Yale University Press :
New Heaven and London.