Professional Documents
Culture Documents
net/publication/266590813
Article
CITATIONS READS
70 438
9 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ngakan Ketut Acwin Dwijendra on 17 August 2020.
Oleh:
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra
Dosen Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana
Email: acwindwijendra@yahoo.com
ABSTRAK
Perumahan Permukiman Tradisional Bali merupakan suatu tempat kehidupan yang utuh dan bulat
yang berpola tradisional yang terdiri dari 3 unsur, yaitu: unsur kahyangan tiga (pura desa), unsur krama desa
(warga), dan karang desa (wilayah) dengan latar belakang norma-norma dan nilai-nilai tradisional yang
melandasinya. Perumahan Permukiman Tradisional Bali tersebut pada prnsipnya dilandasi oleh konseps-
konsepsi sepert: hubungan yang harmonis antara Bhuana Agung dengan Bhuana Alit, Manik Ring Cucupu,
Tri Hita Karana, Tri Angga, Hulu-Teben sampai kepada melahirkan tata nilai Sanga Mandala yang memberi
arahan tata ruang, baik dalam skala rumah (umah) maupun perumahan (desa). Dalam kajian ini, konsep-
konsep tersebut dirumuskan ke dalam 4 atribut atau aspek dalam perumahan permukiman tradisional Bali,
yaitu: aspek sosial, simbolis, morfologis dan fungsional.
Kata Kunci: Perumahan Permukiman Tradisional Bali, Konsep, Pola.
ABSTRACT
Balinese Traditional Housing and Settlement is a place of unity and harmonious life that has a
traditionally pattern and consists of three elements i.e. element of the village temple (kahyangan tiga), element
of the village inhabitants (krama desa), and element of the village region (karang desa) and predominantly
based on traditionally norm and value background. The Balinese Traditional Housing and Settlement is in
essence sustained by concepts such as: harmonious relations between Bhuana Agung with Bhuana Alit, Manik
Ring Cucupu, Tri Hita Karana, Tri Angga, Hulu-Teben till developing the value arrangement of Sanga
Mandala that offers the guidance to the spatial pattern both on the house and the settlement scale. In this study,
those concepts are mainly concluded into four aspects in the Balinese Traditional Housing and Settlement such
as: a social, symbolic, morphology and functional aspects.
Key Words: Balinese Traditional Housing and Settlement, Concept, Pattern.
kosmos) dengan bhuana alit (Mikro kosmos), Bhuana agung (alam semesta) yang
dalam kaitan ini bhuana agung adalah sangat luas tidak mampu digambarkan oleh
lingkungan buatan/bangunan dan bhuana alit manusia (bhuana alit), namun antara keduanya
adalah manusia yang mendirikan dan memiliki unsur yang sama, yaitu Tri Hita
menggunakan wadah tersebut (Subandi, 1990). Karana, oleh sebab itu manusia dipakai sebagai
cerminan. Konsepsi Tri Hita Karana dipakai
Manusia (bhuana alit) merupakan
dalam pola perumahan tradisional yang
bagian dari alam (bhuana agung), selain
diidentifikasi; Parhyangan /Kahyangan Tiga
memiliki unsur-unsur pembentuk yang sama,
sebagai unsur Atma/jiwa, Krama/warga sebagai
juga terdapat perbedaan ukuran dan fungsi.
unsur Prana tenaga dan Palemahan/tanah
Manusia sebagai isi dan alam sebagai wadah,
sebagai unsur Angga/jasad (Kaler, 1983:44).
senantiasa dalam keadaan harmonis dan selaras
seperti manik (janin) dalam cucupu (rahim ibu). Konsepsi Tri Hita Karana melandasi
Rahim sebagai tempat yang memberikan terwujudnya susunan kosmos dari yang paling
kehidupan, perlindungan dan perkembangan makro (bhuana agung/alam semesta) sampai hal
janin tersebut, demikian pula halnya manusia yang paling mikro (bhuana alit/manusia). Dalam
berada, hidup, berkembang dan berlindung pada alam semesta jiwa adalah paramatma (Tuhan
alam semesta, ini yang kemudian dikenal dengan Yang Maha Esa), tenaga adalah berbagai tenaga
konsep manik ring cucupu. Dengan alasan itu alam dan jasad adalah Panca Maha Bhuta.
pula, setiap wadah kehidupan atau lingkungan Dalam perumahan (tingkat desa); jiwa adalah
buatan, berusaha diciptakan senilai dengan suatu parhyangan (pura desa), tenaga adalah
Bhuana agung, dengan susuna unsur-unsur yang pawongan (masyarakat) dan jasad adalah
utuh, yaitu: Tri Hita Karana. palemahan (wilayah desa). Demikian pula
halnya dalam banjar: jiwa adalah parhyangan
Tri Hita Karana yang secara harfiah Tri
(pura banjar), tenaga adalah pawongan (warga
berarti tiga; Hita berarti kemakmuran, baik,
banjar) dan jasad adalah palemahan (wilayah
gembira, senang dan lestari; dan Karana berarti
banjar). Pada rumah tinggal jiwa adalah sanggah
sebab musabab atau sumbernya sebab
pemerajan (tempat suci), tenaga adalah penghuni
(penyebab), atau tiga sebab/ unsur yang
dan jasad adalah pekarangan. Sedangkan pada
menjadikan kehidupan (kebaikan), yaitu: 1).
manusia, jiwa adalah atman, tenaga adalah
Atma (zat penghidup atau jiwa/roh), 2). Prana
sabda bayu idep dan jasad adalah stula
(tenaga), 3). Angga (jasad/fisik) (Majelis
sarira/tubuh manusia. Penjabaran konsep Tri
Lembaga Adat, 1992:15).
Hita Karana dalam susunan kosmos, dapat
dilihat dalam Tabel 1.
Susunan/Unsur Utama Angga Sakral Madya Angga Netral Nista Angga Kotor
KELOD (LAUT)
KELOD (LAUT)
BERDASAR
SUMBU MATAHARI
TERBENAM TERBIT
SANGA MANDALA
UTAMA
MADYA
NISTA
UTAMANING
MADYANING MADYANING
MADYA MADYA
NISTA
MADYA
DATARAN
KELOD NISTA
LAUT
BERDASAR
SUMBU KAJA KELOD
(GUNUNG LAUT)
A TYPICAL
BALINESE HOUSE
Uma/Meten Sanggah
Kemulan
UTAMA
Natah
MADYA
PENJABARAN Bale
Bale Sakepat
Tiang Sanga
NISTA Lawang
Aling-aling
Bale Sakenam
KONSEP
Lumbung
Paon
ARSITEKTUR
Gelebet (1986: 48), perumahan atau pemukiman dengan adanya sistem desa adat, sistem
tradisional merupakan tempat tinggal yang banjar, sistem subak, sekeha, dadia, dan
berpola tradisional dengan perangkat lingkungan perbekalan.
dengan latar belakang norma-norma dan nilai-
2. Atribut Simbolik berkiatan dengan
nilai tradisional.
orientasi perumahan, orientasi sumbu utama
Perumahan Tradisional Bali yang desa, orientasi rumah dan halamannya.
dilandasi konsepsi seperti; hubungan yang
3. Atribut Morpologi menyangkut komponen
harmonis antara Bhuana Agung dengan Bhuana
yang ada dalam suatu perumahan inti (core)
Alit, Manik Ring Cucupu, Tri Hita Karana, Tri
dan daerah periphery di luar perumahan,
Angga, Hulu-Teben sampai melahirkan tata nilai
yang masing-masing mempunyai fungsi dan
Sanga Mandala yang memberi arahan tata
arti pada perumahan tradisional Bali.
ruang, baik dalam skala rumah (umah) maupun
perumahan (desa). Hasil dari penurunan konsep 4. Atribut Fungsional menyangkut fungsi
tata ruang ini sangat beragam, namun Ardi P. perumahan tradisional Bali pada dasarnya
Parimin (1986) menyimpulkan adanya 4 atribut berfungsi keagamaan dan fungsi sosial yang
dalam perumahan tradisional Bali, yaitu: dicirikan dengan adanya 3 pura desa.
1. Atribut Sosiologi menyangkut sistem
kekerabatan masyarakat Bali yang dicirikan
Tapak Tangan
Asta
Cengkang
Lengkat
Depa Asta Musti
Depa Asta
Musti
Sedemak
Tapak
Depa Agung
Tapak
Depa Alit Ngandang
KETERANGAN :
UMA
2
UMA
9
KALA
ALTERNATIF PINTU MASUK
TAKSU
1
8
KEMULAN
KALA
YAMA
1 SANGGAH/MERAJAN
6
3
2 PENUNGGUN KARANG
5
SRI
4 BALE DAJA
6
BALE DANGIN
3
6 BALE DELOD
8
2
9
7 BALE DAUH
1
8 PAWON
1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 JINENG
URIP
SRI INDRA GURU YAMA LUDRA BRAHMA KALA UMA
pertemuan, kegiatan sosial, upacara dan orientasi 1. Kahyangan Tiga, yang terdiri dari tiga pura
warga banjar. (Adhika, 1994:2). sebagai pusat pemujaan warga desa, yaitu
pura puseh, Bale Agung dan pura dalem.
Dari kesatuan wilayah, tidak ada
Untuk satuan banjar yang merupakan sub
ketentuan satu desa dinas terdiri beberapa desa
bagian desa terdapat fasilitas umum berupa
adat atau sebaliknya, tapi menunjukkan variasi.
Bale Banjar yang dilengkapi Bale Kulkul
Variasinya cukup beraneka ragam dan kompleks,
dan pura banjar.
antara lain: 1). Satu desa dinas terdiri dari satu
desa adat, 2). Satu desa dinas mencakup 2. Pawongan Desa, yaitu seluruh warga desa
beberapa desa adat, 3). Satu desa adat yang bersangkutan. Sebagai warga inti
mencakup beberapa desa dinas, 4). Kombinasi 2 adakah setiap pasangan suami istri yang
dan 3. telah berkeluarga. Menurut jumlah
anggotanya, banjar di Bali dapat dibedakan
Untuk memproleh pengertian tentang
menjadi dua, yaitu: banjar besar, bila jumlah
komunitas masyarakat Bali, maka penggambaran
anggotanya lebih dari 50 kuren (kepala
tentang ciri-cirinya akan diperinci menurut
keluarga), banjar kecil bila anggotanya lebih
aspek-aspek sebagai berikut: legitimasi, atribut-
sedikit dari 50 kuren. Besaran yang efektif
atribut dan ciri khusus.
dalam desa adat di Bali adalah sekitar 200
a. Legitimasi KK setiap banjar. Maka bila rata-rata
masing-masing KK ada lima orang maka
Disamping adanya pengakuan formal, setiap banjar (penyatakan) terdiri sekitar
maka legitimasi suatu komunitas berkembang seribu jiwa. Penelitian Prof. Antonic
pula dikalangan warga menurut persepsinya terhadap desa-desa adat dan dinas di Bali
dengan ciri: 1). Adanya perasaan cinta dan menyimpilkan besaran efektif untuk sebuah
terkait kepada wilayah tersebut, 2). Adanya rasa desa adalah lima ribu jiwa (Bappeda,
kepribadian kelompok, 3). Adanya pola 1976:14).
hubungan yang bersifat intim dan cendrung
bersifat suka rela, 4). Adanya suatu tingkat 3. Palemahan Desa, yaitu wilayah desa yang
penghayatan dari sebagian besar lapangan merupakan tempat perumahan warga desa.
kehidupannya secara bulat. Perumahan berada pada kedua belah sisi
megikuti pola jalan, Bale Banjar sebagai
Beberapa syarat pokok terbentuknya fasilitas sosial umumnya terletak pada posisi
desa adat, yaitu: 1). Adanya wilayah dengan yang strategis, seperti pada satu sudut
batas-batas tertentu yang disebut dengan persilangan atau pertigaan jalan di tengah-
palemahan desa atau tanah desa, 2). Adanya tengah lingkungan bajar (Putra, 1988).
warga desa yang disebut pawongan desa. Sistem
kemasyarakatan di Bali mewajibkan kepada Disamping atribut pokok tersebut, masih
orang yang telah makurenan (berumah tangga) perlu dikemukakan beberapa fasilitas dan
dan bertempat tinggal di wilayah suatu desa adat pelayanan desa yang menjadi simbol suatu
untuk menjadi krama banjar (Anonim, 1983), komunitas masyarakat Bali yang terwujud
3). Adanya pura sebagai pusat pemujaan warga sebagai Desa adat, yaitu: 1). Balai Pertemuan
desa yang disebut kahyangan tiga, 4). Adanya (Banjar) tempat terselenggaranya rapat-rapat
suatu pemerintahan adat yang berlandasan pada desa, 2). Kuburan desa yang biasanya terletak
aturan-aturan adat tertentu/awig-awig desa. berdekatan dengan pura dalem, 3). Perempatan
(Bappeda, 1982:31). Desa merupakan tempat yang dianggap keramat
dan juga sebagai tempat upacara, 4). Tata
b. Atribut Desa Adat susunan perumahan yang mengikuti konsep Tri
Mandala, yaitu: Utama, Madya, dan Nista.
Atribut pokok dari suatu komunitas kecil Desa adat sebagai suatu komunitas dengan fokus
yang terwujud sebagai desa adat di Bali fungsinya dibidang adat dan agama, seperti;
tersimpul dalam konsepsi Tri Hita Karana uapacara Odalan, Galungan, Nyepi (Tawur
sebagai berikut: Kesanga), sedangkan dalam skala banjar adat,
seperti; pemeliharaan pura, upacara perkawinan, gunung (kaja-kangin), sedang daerah yang
kematian dan membangun rumah. Dalam sifatnya profan ditempatkan pada arah yang
menjalankan fungsinya itu, tiap-tiap desa adat menuju ke laut (kelod-kauh).
mempunya kedudukan yang otonom, dalam arti
Berdasarkan urut-urutan tingkat
tiap desa adat berdiri sendiri menuruti aturan-
kesakralan, dari paling sakral ke paling profan
aturan (awig-awig desa). Bidang pemerintahan
elemen bangunan rumah diurutkan sebagai
berada di tangan urusan desa dinas, menangani
berikut: Sanggah (pura rumah tangga),
fungsi, antara lain: administrasi pemerintahan,
pengijeng, Bale adat bale gede, meten, bale
pembangunan desa, upacara nasional serta
(ruang serba guna), pawon (dapur), jineng
keamanan desa. Dalam hal kedinasan itu, desa
(lumbung), kandang ternak, teben (halaman
dinas membawahi sejumlah banjar dinas.
belakang). (Parimin, 1968).
2. Aspek Simbolik
3. Aspek Morpologis
Aspek simbolik pada perumahan adalah
Kegiatan dalam perumahan tradisional
berkenaan dengan orientasi kosmologis.
dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) peruntukan,
Kegiatan masyarakat Bali pada umumnya dapat
yaitu: peruntukan inti, peruntukan terbangun,
dibagi atas dua kegiatan, yaitu: kegiatan yang
dan peruntukan pinggiran (lihat Gambar. 7).
bersifat sakral (berkaitan dengan kegiatan
keagamaan), dan kegiatan yang bersifat profan Peruntukan inti pada perumahan yang
(berkaitan dengan kegiatan sosial masyarakat). berpola linear terletak pada sumbu jalan menyatu
Penempatan kegiatan tersebut dibedakan dengan peruntukan terbangun, atau pada jalan
berdasarkan orientasi kesakralannya. utama yang menuju ke pura desa. Pada
perumahan yang berpola perempatan (Catur
Elemen-elemen ruang yang dijadikan
patha) peruntukan inti berada pada
indikator kesakralan perumahan adalah: 1).
persimpangan jalan tersebut. Peruntukan inti
Sumbu perumahan berupa jalan utama (arah
umumnya bangunan yang memiliki fungsi sosial,
kaja- kelod) atau ruang utama pada perumahan,
seperti; Jineng (lumbung desa), Bale banjar dan
2). Lokasi pura puseh (pura leluhur), 3). Lokasi
Wantilan (Parimin, 1968:91).
pura dalem (pura kematian), dan 4). Bale
Banjar. Peruntukan terbangun adalah merupakan
Orientasi arah sakral pada tingkat perumahan wilayah lama, berupa bangunan perumahan yang
dapat mengarah: dibangun pada awal terbentuknya rumah
1. Ke arah gunung atau tempat yang tinggi tersebut, biasanya berada disekitar peruntukan
dimana arwah leluhur bersemayam. inti. Peruntukan pinggiran adalah wilayah yang
2. Sumbu jalan (kaja-kelod) yang menuju ke terletak di luar wilayah terbangun, tetapi masih
dunia leluhur yang bersemayam di gunung dibawah kontrol desa adat. Beberapa desa adat
(kaja). peruntukan pinggiran terletak pura desa /dalem.
3. Mengarah ke elemen-elemen alam lainnya.
4. Arah kaja kangin yaitu arah ke gunung 4. Aspek Fungsional
Agung. Aspek fungsional adalah fungsi elemen
Sanga Mandala yang dilandasi konsep ruang dalam kaitannya dengan orientasi
Nawa Sanga adalah konsep tradisional yang kosmologis, yang tercermin pada komposisi dan
didasarkan pada orientasi kosmologis formasi ruang. Dari konsep Sanga Mandala
masyarakat Bali sebagai pengejawantahan cara yang bersifat abstrak diterjemahkan ke dalam
menuju ke kehidupan harmonis (Budihardjo, kosep fisik, baik dalam skala rumah dan
1968). Nawa sanga menunjuk ke arah delapan perumahan. Pada skala rumah, tiap segmen
penjuru angin ditambah titik pusat di tengah. peruntukan didasarkan atas tingkat sakral dan
Dari kesembilan orientasi ini yang paling profan. Elemen ruang yang paling sakral seperti
dominan adalah orientasi dengan gunung-laut Merajan (pura rumah tangga) ditempatkan pada
dan sumbu terbit-terbenamnya matahari. Daerah segmen sakral (utama), yaitu kaja-kangin. Meten
yang paling sakral selalu ditempatkan pada arah (tempat tidur), dan tempat bekerja ditempatkan
pada segmen madya, kandang ternak atau linear. Peruntukan pada fasilitas umum terletak
kotoran ditempatkan pada segmen nista. Dalam pada ruang terbuka (plaza) yang ada di tengah-
skala permukiman, penerapan konsep Sanga tengah perumahan. Lokasi bagian sakral dan
Mandala , ada 3 macam pola tata ruang, yaitu: profan masing-masing terletak pada ujung utara
dan selatan perumahan. Jelasnya lihat Gambar
a. Pola Perempatan (Catus Patha) 10.
Pola Perempatan, jalan terbentuk dari Pola tata ruang yang dikemukakan di
perpotongan sumbu kaja - kelod (utara-selatan) atas merupakan penyederhanaan daripada pola
dengan sumbu kangin-kauh (timur-barat). tata ruang yang pada kenyataannya sangat
Berdasarkan konsep Sanga Mandala, pada bervariasi. Setiap daerah perumahan di Bali
daerah kaja-kangin diperuntukan untuk mempunyai pola tersendiri yang disebabkan oleh
bangunan suci yaitu pura desa. Letak Pura faktor yang telah dikemukakan pada uraian
Dalem (kematian) dan kuburan desa pada daerah Aspek Sosial. Dari ilustrasi tersebut perumahan
kelod-kauh (barat daya) yang mengarah ke laut. tradisional Bali dapat diklasifikasikan dalam 2
Peruntukan perumahan dan Banjar berada pada type, yaitu:
peruntukan madya (barat-laut). Untuk jelasnya
lihat Gambar 8 dan 11. 1. Type Bali Aga merupakan perumahan
penduduk asli Bali yang kurang dipengaruhi
b. Pola Linear oleh Kerajaan Hindu Jawa. Lokasi
Pada pola linear konsep Sanga Mandala perumahan ini terletak di daerah pegunungan
tidak begitu berperan. Orientasi kosmologis yang membentang membujur di tangah-
lebih didominasi oleh sumbu kaja-kelod (utara- tangah Bali, sebagian beralokasi di Bali
selatan) dan sumbu kangin-kauh (timur-barat). Utara dan Selatan. Bentuk fisik pola
perumahan Bali Aga dicirikan dengan
Pada bagian ujung Utara perumahan adanya jalan utama berbentuk linear yang
(kaja) diperuntukan untuk Pura (pura bale berfungsi sebagai ruang terbuka milik
agung dan pura puseh). Sedang di ujung selatan komunitas dan sekaligus sebagai sumbu
(kelod) diperuntukan untuk Pura Dalem utama desa. Contoh perumahan Bali Aga:
(kematian) dan kuburan desa.Diantara kedua Julah (di Buleleng), Tenganan, Timbrah dan
daerah tersebut terletak perumahan penduduk Bugbug (di Karangasem).
dan fasilitas umum (bale banjar dan pasar) yang
terletak di plaza umum, seperti dijelaskan 2. Type Bali Dataran, merupakan perumahan
Gambar 9. tradisional yang banyak dipengaruhi oleh
Pola linear pada umumnya terdapat pada Kerajaan Hindu Jawa. Perumahan type ini
perumahan di daerah pegunungan di Bali, tersebar di dataran bagian selatan Bali yang
dimana untuk mengatasi geografis yang berpenduduk lebih besar diabndingkan type
berlereng diatasi dengan terasering. pertama. Ciri utama perumahan ini adalah
adanya Pola perempatan jalan yang
c. Pola Kombinasi mempunyai 2 sumbu utama, sumbu pertama
adalah jalan yang membujur arah Utara-
Pola kombinasi merupakan paduan Selatan yang memotong sumbu kedua
antara pola perempatan (Catus patha) dengan berupa jalan membujur Timur-Barat
pola linear. Pola sumbu perumahan memakai (Parimin, 1986).
pola perempatan, namun demikian sistem
peletakan elemen bangunan mengikuti pola
WIILAYAH PINGGIRAN
KETERANGAN :
a = LAMAN/BENCINGAH
b = POHON BERINGIN
c = PURA MELANTING
d = HALAMAN BALE BANJAR
1 = PURI
2 = RUANG TERBUKA
3 = PASAR
4 = BALE BANJAR
KAJA
UTAMA 1
2 2 KETERANGAN :
1 = PURA DESA
4 2 = PERUMAHAN
4 = BALE BANJAR
MADYA 5 5 = WANTILAN
6 = PASAR
7 = PURA DALAM
6 8 = KUBURAN DESA
NISTA 7
8
KAJA
KETERANGAN :
A = PURA DESA
B = BALE KULKUL
C = PURI
D = WANTILAN
E = POHON BERINGIN
F = PASAR
Kuburann
KARANGASEM
KETERANGAN :
1 = PURI
2 = PASAR
3 = ALUN - ALUN
4 = WANTILAN