Professional Documents
Culture Documents
88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
Abstract
Learning media is one means of channeling messages and learning information.
Well- designed learning media, greatly helps learners to digest and understand the subject
matter. The development of information technology in the era of globalization and
information today, spur the development of learning media progressively advanced as well.
Use of Information and Communication Technology (ICT) as a learning medium is already
a demand. Although the design of ICT-based media requires special skills, it does not mean
the media is avoided and abandoned. ICT-based learning media can be internet, intranet,
mobile phone, and CD Room / Flash Disk.
Advances in Information Technology has encouraged many changes, including in the
field of education that gave birth to the concept of e-learning. With e-learning, the
implementation of learning becomes more effective and efficient. E-learning enables
learners to be active and creative. E-learning provides educators, educators and
educational managers with many benefits, including program flexibility and learning
materials that can be made more interesting and memorable. The integration of information
technology in education will improve the quality of learning. The impact of follow-up with
the integration of information technology in education is to encourage the acceleration of
computer literacy in Indonesian society.
Utilizing technology as a learning medium in the process of teaching and learning,
can facilitate the way teachers in communicating and interacting with students both in the
classroom and outside the class. The need for technology in the realm of education is not
new, the use of technology to form a conducive and innovative learner . Utilization is proven
to play a big role in the smooth process of learning.
Abstrak
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana penyalur pesan dan informasi
belajar. Media pembelajaran yang dirancang secara baik, sangat membantu peserta didik
dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Perkembangan teknologi informasi di
era globalisasi dan informasi saat ini, memacu perkembangan media pembelajaran semakin
maju pula. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media
pembelajaran sudah merupakan suatu tuntutan. Walaupun perancangan media berbasis
TIK memerlukan keahlian khusus, bukan berarti media tersebut dihindari dan ditinggalkan.
Media pembelajaran berbasis TIK dapat berupa internet, intranet, mobile phone,dan CD
Room/Flash Disk.
Kemajuan Teknologi Informasi telah mendorong terjadinya banyak perubahan,
termasuk dalam bidang pendidikan yang melahirkan konsep e-learning. Dengan e-learning,
pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. E-learning memungkinkan
peserta didik untuk aktif dan kreatif. E-learning memberikan para peserta didik, pendidik,
dan pengelola pendidikan dapat mengambil banyak manfaat, di antaranya fleksibilitas
program dan bahan pembelajaran dapat dibuat lebih menarik dan berkesan. Integrasi
teknologi informasi pada pendidikan akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dampak
ikutan dengan integrasi teknologi informasi pada pendidikan adalah mendorong percepatan
computer literacy pada masyarakat Indonesia.
1|CIVICCULTURE
Dimanfaatkannya teknologi sebagai media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar, dapat mempermudah cara pengajar dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan para siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas.Kebutuhan akan teknologi
dalam ranah pendidikan bukanlah hal yang baru, pemanfaatan teknologi untuk membentuk
pembelajar yang kondusif dan inovatif. Pemanfaatan tersebut terbukti berperan besar
dalam kelancaran proses belajar.
I. Pendahuluan
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
pada tingkat kognitif, psikomotor maupun afektif.
III. Pembahasan
Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber,
lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran /
pelatihan.
Menurut Hamalik (1994:12) media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik
yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru
dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran
dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya
diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya
Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu
dalam pekerjaan. Media merupakan alat Bantu yang dapat memudahkan pekerjaan.
Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan
dengan hasil yang memuaskan. Media pembelajaran adalah alat atau sarana yang
digunakan dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan tenaga pengajar dalam
menyampaikan materi yang akan diajarkan. Media pembelajaran bisa berupa gambar,
modul, buku teks, alat-alat teknologi dan sejenisnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media bermakna alat atau sarana
komunikasi. Menurut Arsyad dalam bukunya Media Pembelajaran (2002:3), kata
media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah atau perantara
atau pengantar. Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2002:3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis atau elektronis untuk menangkap memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Istilah media telah banyak dikenal, yang sebelumnya istilah tersebut dikenal
nama alat peraga, yang dipergunakan guru dalam memperagakan sesuatu hal kepada
siswa di dalam kelas. Misalnya, guru mengajar tentang perbandingan panjang suatu
benda, guru memperagakan dengan cara mengukur panjang benda yang ingin
dibandingkan, dengan alat peraga yang telah dipersiapkan. Alat bantu mengajar yang
dipergunakan guru melaksanakan proses belajar mengajar, sangat membantu
memudahkan siswa dalam belajar. Prinsip bahwa media sama dengan alat peraga.
Media yang kita kenal adalah segala sesuatu yang dipakai untuk mengantarkan
pesan dari sumber (yaitu guru) kepada penerima pesan (yaitu peserta didik). Pengertian
media menjadi lebih luas, karena mencakup apa saja yang dipakai untuk memediasi
belajar siswa, pengertian media pembelajaran secara singkat dapat dikemukakan
sebagai sesuatu (bisa berupa alat, bahan atau kedaan) yang digunakan sebagai oerantara
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Jadi terdapat tiga konsep yang mendasari
batasan media pembelajaran, yaitu : konsep komunikasi, konsep sistem dan konsep
pembelajaran, (Punaji Setyosari, 2010 : 1-2)
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : (1) Teknologi berfungsi sebagai alat,
dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna atau siswa untuk
membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat
unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan
staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya. (2) Teknologi berfungsi sebagai
ilmu pengetahuan. Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus
dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di
perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. Dalam
pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai
ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya. (3) Teknologi
berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). Dalam hal ini
teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk
menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah
diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan
menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini
posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator,
motivator, transmiter, dan evaluator.
1. Infrastruktur
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang
dengan pesat, pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses
informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
2. Sumber Daya Manusia
Faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi
tinggi.
3. Kebijakan
Faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang
berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang.
4. Finansial
Faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga
keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi.
5. Konten dan Aplikasi
Faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampaikan pada
orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-Learning
INTEGRETED SYSTEM
OFFLINE ONLINE
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Diat Prasojo Latif dan Riyanto, (2011), Teknologi Ionformasi Pendidikan, Yogyakarta,
Penerbit Gava Media.
Rahmasari, G. dan Rismiati, R., (2013), E-learning Pembelajaran Jarak Jauh untuk
SMA, Bandung, Penerbit Yrana Widya
100 | C I V I C C U L T U R E
“Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Hal. 88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka menargetkan bahwa upaya dan usaha untuk mencapai
tujuan Gerakan Pramuka adalah diarahkan pada pembinaan watak, mental, emosional,
jasmani, bakat, serta peningkatan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kepramukaan ialah proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam
bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di
alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran
akhirnya pembentukan watak.
Melihat uraian di atas, jelas bahwa kegiatan kepramukaan adalah kegiatan menarik yang
dilakukan di alam terbuka. Kegiatan ini merupakan salah satu ciri khas pelaksanaan
kegiatan Pramuka yang membedakan kegiatan tersebut dengan kegiatan di luar
kepramukaan. Bagaimana tidak, saat ini ada sebagian gugus depan yang melaksanakan
kegiatan kepramukaan terpaku dilaksanakan di lingkungan sekolah, bahkan untuk kegiatan
berkemah pun dilaksanakan di sekolah, dengan menggunakan ruang belajar sebagai arena
kegiatan. Padahal, kegiatan berkemah merupakan kegiatan yang sangat digemari para
peserta didik, apalagi menjelang liburan bahkan pada saat liburan sebagai agenda kegiatan
yang telah disiapkan oleh peserta didik, di sela-sela acara keluarga ataupun acara lainnya.
Sebenarnya, kegiatan perkemahan merupakan kegiatan di alam terbuka yang kebanyakan
dilakukan di hutan, pegunungan, pantai, ataupun tempat lain yang layak dipergunakan untuk
berkemah.
Dalam kegiatan kepramukaan, berkemah merupakan salah satu syarat yang tercantum dalam
SKU. Hal ini menjadi keharusan bagi peserta didik untuk melakukan perkemahan agar bisa
menempuh SKU tersebut. Dengan kata lain, peserta didik harus bisa bersatu dengan alam, di
mana dalam acara perkemahan tersebut peserta didik bisa melaksanakan kegiatan berupa
penjelajahan, mendaki gunung, serta mempelajari atau mengambil gambar/foto flora dan
fauna yang ada di sekitar perkemahan.
Maka, jika kegiatan perkemahan dilaksanakan di sekolah rasanya kurang mencapai sasaran
yang telah ditetapkan kecuali untuk golongan siaga. Karena, dengan melakukan kegiatan
perkemahan di alam terbuka, seperti bumi perkemahan, hutan, dll. peserta didik akan
diberikan tantangan oleh keadaan alam sekitarnya. Hambatan dan rintangan tidak ada yang
tidak bisa dikerjakan, semua kesulitan harus bisa diselesaikan.
100 | C I V I C C U L T U R E
“Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Hal. 88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
mendidik dan membina peserta didik agar mereka bisa survive/bertahan di alam dengan
segala macam rintangan, hambatan, dan alakadarnya yang ada pada dirinya. Dengan
melakukan kegiatan di alam terbuka, peserta didik diharapkan terhindar dari kejenuhan akan
rutinitas kehidupan sehari-hari.
Dengan kegiatan di alam terbuka, peserta didik bisa bersatu dengan alam, dan alam terbuka
akan memberikan banyak pelajaran bagi peserta didik. Oleh karena itu, sangat tepat kalau
salah satu media yang efektif membentuk kepribadian seorang Pramuka adalah alam
semesta. Dia bisa hidup dan bertahan dengan alam karena alam akan bersahabat dengan kita
apabila kita mau melestarikan dan menjaganya dari usikan-usikan tangan jahil yang tidak
bertanggung jawab.
Bagi seorang pramuka, membantu orang lain kapan saja adalah salah satu
sumpahnya.
Sekalipun hanya membantu ibu-ibu tua mengangkat bingkisan Atau anak kecil
menyebrang jalan yang ramai, Atau memasukkan koin ke dalam kotak infak
– Baden Powell –
Salam Pramuka…!
Tulisan ini hanya resume dari suatu obrolan dan diskusi dengan para suhu dan
sahabat di berbagai kesempatan dan lokasi, ditambah dari baca dan
mendengarkan, ditulis untuk jadi pengingat bagi diri sendiri ataupun mungkin bagi
yang lainnya.
Dalam AD/ART Gerakan pramuka, Pendidikan kepramukaan adalah proses
pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Sistem pendidikan keluarga
yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang,
menyenangkan, sehat, teratur, dan terarah, dengan menerapkan
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, agar terbentuk kepribadian
dan watak yang berakhlak mulia, mandiri, peduli, cinta tanah air, serta memiliki
kecakapan hidup.
Sedangkan menurut Baden Powell Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus
dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran
dan naskah-naskah. Bukan !
Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka,
tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan
pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan,
ketrampilan dan kesediaan memberi pertolongan.
100 | C I V I C C U L T U R E
“Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Hal. 88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
Kita sepakat bahwa kepramukaan merupakan suatu pendidikan, maka kita harus
selalu ingat bahwa Pendidikan itu tentang masa depan, pendidikan itu tentang
menyiapkan generasi baru dan pendidikan itu tidak membentuk tapi
menumbuhkan, karena menumbuhkan maka yang dibutuhkan paling mendasar
adalah bagaimana tanah tempat tumbuh bisa subur, tanah tempat tumbuh iklimnya
baik, jika kita bayangkan anak anak sebagai tunas, ketika masih tunas maka tidak
kelihatan batangnya akarnya pun mungkin tidak terlihat, sehebat dan sebagus
apapun ketika masih tunas tidak kelihatan seluruh komponennya, setelah tumbuh
kembang barulah akan terlihat akarnya, batangnya, daunnya, buahnya.
Kita terkadang melihat tunas seperti melihat tanaman yang lengkap, tunas untuk
menjadi tumbuhan lengkap menjadi pohon memerlukan waktu dan proses
penumbuhan, Karena itu pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan jangka
panjang di mulai dari siaga sampai pandega dari usia 7 tahun sampai 25 tahun.
Anak anak sebagai tunas yang baik, juga memerlukan lahan yang subur untuk
bertumbuh kembang, dimana lahan yang subur yang pertama dirumah, kedua di
sekolah, ketiga diantara rumah dan sekolah yaitu lingkungannnya, pendidikan
kepramukaan bisa menjadi lahan subur ketiga untuk tumbuh kembang tunas tunas
bangsa, kalo kita berbicara pendidikan maka kita harus membayangkan seperti
menumbuhkan tunas untuk menjadi pohon, pendidikan itu jangan mengunakan
kata membentuk, seperti karakter, karakter itu tidak dibentuk tapi di tumbuhkan.
Pendidikan kepramukaan itu bukanlah sesuatu yang tertulis dan dibaca dihapal dan
diuji, pendidikan kepramukaan merupakan proses pembiasaan.
Pembiasaan dapat diartikan sebagai proses membuat sesuatu/seseorang menjadi
terbiasa. Pembiasaan merupakan kegiatan intervensi yang difokuskan kepada
tenaga pendidik melalui partisipasi aktif, dengan partisipasi tenaga pendidik
tersebut akan mendukung berlangsungnya kegiatan peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman hingga melakukannya dengan sendiri. Bahwa
“menolong sesama hidup” atau “rela menolong dan tabah” itu di tidak hanya
sekedar diucapkan tetapi harus dilakukan pembiasaan.
Hakekat dari pendidikan kepramukaan sesungguhnya adalah membuat anak anak
dan remaja Indonesia kelak setelah dewasa menjadi manusia yang bermanfaat,
mengapa menjadi manusia yang bermanfaat karena memang dalam agama
mengajarkan Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.
Seperti dalam pesan terakhirnya baden powell “…Aku yakin, bahwa Tuhan
menciptakan kita dalam dunia yang bahagia ini untuk hidup berbahagia dan
bergembira. Kebahagiaan tidak timbul dari kekayaan, juga tidak dari jabatan yang
menguntungkan, ataupun dari kesenangan bagi diri sendiri. Jalan menuju
kebahagiaan ialah: membuat dirimu lahir dan batin sehat dan kuat pada waktu
kamu masih anak-anak, sehingga kamu dapat berguna bagi sesamamu dan dapat
menikmati hidup, jika kamu kelak telah dewasa…”
Menjadi manusia yang bermanfaat atau berguna itu kemudian dikiaskan seperti
pohon nyiur atau kelapa, dimana pohon kelapa merupakan pohon yang serba guna
dari ujung atas hingga akarnya, ini mengkiaskan bahwa tiap Pramuka kelak
100 | C I V I C C U L T U R E
“Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Hal. 88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
menjadi manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada
kepentingan Tanah Air, bangsa, dan negara Republik Indonesia serta kepada umat
manusia. Karena pendidikan kepramukaan itu di tujukan untuk anak-anak dan
remaja yang memang belum dapat di petik hasilnya maka kiasan itu menjadi tunas
kelapa, tunas kelapa inilah yang kemudian dijadikan lambang pendidikan
kepramukaan yang berupa gambar siluet tunas kelapa, lambang tersebut
diciptakan oleh Soehardjo Admodipura. Dia merupakan pembina pramuka yang
aktif bekerja di lingkungan Departemen Pertanian.
Untuk menjadi manusia yang bermanfaat atau berguna maka di dalam diri anak
anak dan remaja harus ditumbuhkan yang namanya karakter, yaitu karakter mandiri
dan peduli, Karakter mandiri merupakan sikap yang tidak selalu bergantung kepada
orang lain dalam menyelesaikan permasalahan yang menimpa dirinya.
Karakter peduli (peduli sosial dan peduli lingkungan alam sekitar), peduli sosial
Merupakan sikap yang selalu memberi bantuan atau menolong orang lain yang
memang sedang membutuhkan bantuan. Peduli lingkungan alam sekitar
merupakan sikap yang selalu mencegah kerusakan terhadap lingkungan, dan
selalu berupaya untuk memperbaikinya jika terjadi kerusakan pada lingkungan
serta selalu menjaga kelestarian alam, maka pendidikan kepramukaan sejatinya
untuk menumbuhkan karakter karakter tersebut.
Untuk menumbuhkan karakter mandiri dan peduli maka dalam pendidikan
kepramukaan menerapkan suatu prinsip, Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
prinsip artinya asas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, bertindak,
dan sebagainya. Dengan demikian prinsip sebagai landasan penyelenggaraan.
Karena pendidikan kepramukaan begitu penting maka dalam penyelenggaraannya
perlu ditegakkan prinsip-prinsip secara konsekuen, sehingga tujuan
penyelenggaraan pendidikannya dapat tercapai sebagaimana mestinya, prinsip
dalam pendidikan kepramukaan kita kenal dengan Prinsip Dasar Kepramukaan
yaitu :
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
c. Peduli terhadap diri pribadinya; dan
d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Dan Untuk menumbuhkan karakter mandiri dan peduli maka dalam pendidikan
kepramukaan juga menerapkan suatu Metode, metode berasal dari dua perkataan
yaitu meta yang artinya adalah melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara.
Jadi metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai suatu
tujuan. Metode yang kital kenal yaitu metodik pendidikan kepramukaan, metode
Kepramukaan adalah metode belajar interaktif dan progresif yang dilaksanakan
melalui:
a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
b. Belajar sambil melakukan;
c. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
d. Kegiatan yang menarik dan menantang;
e. Kegiatan di alam terbuka;
f. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
g. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
h. Satuan terpisah antara putra dan putri;
100 | C I V I C C U L T U R E
“Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Hal. 88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
Setiap unsur dalam Metode Kepramukaan memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang
secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang
tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan.
Prinsip dan metodik pendidikan kepramukaan atau sering disingkat dengan
PDMPK merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain.
Untuk bisa menerapkan PDMPK tersebut maka di butuhkan suatu media, media
biasanya digunakan sebagai sarana untuk mempermudah dan mempercepat
aktivitas pembelajaran, seperti hal tunas menbutuhkan media untuk tumbuh
kembang, maka media untuk menerapkan PDMPK yang tepat adalah alam terbuka,
yang dimaksud alam terbuka disini yaitu gunung, hutan, sungai, danau, lautan,
sawah, kebun, pantai dan lain sebagainya, di alam terbuka seluruh metodik
pendidikan kepramukaan dapat dilaksanakan secara bersamaan, pada akhirnya
metodik kepramukaan merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan.
Kenapa di Alam terbuka karena Kegiatan yang lakukan di alam terbuka merupakan
cara yang efektif dalam menumbuhkan watak dan kepribadian, pemantapan
mental/spiritual/moral, fisik, intelektual, emosional dan sosial, seseorang sebagai
individu dan sebagai anggota masyarakat. Alam terbuka dan seisinya dilihat dari
sudut pendidikan merupakan referensi yang sangat sarat dan kaya dengan materi
pendidikan. Karena itu Baden Powell menyebutnya sebagai buku alam (Nature
Book) ciptaan Tuhan yang bernilai tinggi, harganya murah, praktis, tidak ada
tamatnya, tidak ada mula dan akhirnya bagi pendidikan dan kehidupan manusia.
Ciri dari kegiatan di alam terbuka yaitu
- Merasakan angin meniup rambutmu, hujan yang menerpa wajahmu, dan lumpur
dikakimu.
- Melihat alam luas terbentang, cahaya bintang digelap malam, dan tempat yang
tidak diketahui.
- Menyerahkan diri pada laut luas yang terbuka, pegunungan, sungai, danau &
jurang yang curam
Sedangkan bentuk dari kegiatan di alam terbuka adalah berkemah dan
mengembara, berkemah itu simulasi berumah tangga dan mengembara simulasi
bekerja, berkemah dan mengembara itu keluar dari zona nyaman, dan
sesungguhnya Pendidikan kepramukaan bukanlah kegiatan permainan yang
mengandung pendidikan melainkan pendidikan yang dilakukan dengan permainan
di alam terbuka dalam bentuk berkemah dan mengembara. Mendirikan tenda,
memasak, mencari jejak, haling rintang, memecahkan sandi dan isyarat, membuat
rak atau menara dengan simpul dan ikatan, membuat jembatan darurat, membuat
rakit, membuat tandu, membuat tongkat, menyalakan unggun, baris berbaris dan
lain sebaganya saat berkemah dan mengembara itu semua merupakan suatu
permainan.
Isi dari berkemah dan mengembara itu seperti mendaki gunung, persami,
perjusami, safari camp, memanjat tebing, rafting, berlayar, hiking, susur gua, susur
pantai dan masih banyak lagi, dalam pendidikan keparamukaan kegiatan tersebut
merupakan alat pendidikan, kegiatan kegiatan tersebut bukanlah kegiatan tanpa
Resiko, dimana resiko yang harus diperhitungkan untuk berkegiatan tersebut
adalah banyaknya kecelakaan yang terjadi ketika diselenggarakannya kegiatan
tersebut.
100 | C I V I C C U L T U R E
“Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Hal. 88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
Dalam melakukan kegiatan berkemah dan mengembara di alam terbuka dimana
semuanya merupakan hal yang nyata dan tidak dapat diprediksi sehingga
diperlukan pengetahuan dan keterampilan untuk merencanakan, mempersiapkan,
mengorganisasi, mengontrol, membawa peralatan serta diperlukan teknik yang
benar selama menjalani kegiatan. Sehingga pada saat melakukan kegiatan semua
tujuan dapat tercapai dengan aman, Nyaman dan terukur.
Untuk itu seorang pramuka apalagi tenaga pendidik sebagai “Penjaga keamanan
dan keselamatan” peserta didiknya Harus memiliki kemamampuan atau
keterampilan berkegiatan berkemah dan mengembara (teknik hidup di alam
terbuka), minimal kemampuan dasar (Basic skill) yang harus dimiliki yaitu :
• Navigation (esensinya adalah berkaitan dengan arah (mata angin, sudut kompas)
dan tujuan (Koordinat), posisi baik posisi sendiri maupun orang lain, jarak atau
skala, waktu, elevasi, kontur, rute, orientasi medan, tanda tanda alam dan buatan)
• Campcraft and Expeditions (esensinya adalah perencanaan dan persiapan,
peralatan dan perlengkapan, pakaian, makanan dan mengolahnya, api dan
perapian, shelter atau tempat berlindung, memilih lokasi dan mendirikan shelter,
kesehatan dan kebersihan diri, mengemas dan membawa semua yang kita
butuhkan, cuaca, check and recheck, membuat laporan, hangat dan nyaman,
konservasi, factor keselamatan, leave no trace, ultralight hiking, the ten essentials)
• First Aid (pertolongan pertama pada kecelakaan, pertolongan pertama pada
gawat darurat, evakuasi, obat obatan praktis, penyakit dan gejala, pengetahuan
body system, emergency plan)
• Security on Steep Ground (esensinya adalah berkaitan pengamanan diri dan
orang lain di area yang curam, SOP keamanan dan keselamatan, pemasangan
pengamanan baik dengan pengaman buatan maupun pengaman alam,
penggunaan tali dengan simpul yang praktis)
Untuk dapat memiliki kemampuan atau keterampilan dasar tersebut maka harus
terus dilatih dengan rutin agar kegiatan berkemah dan mengembara menjadi lebih
aman, nyaman, dan terukur. Idealnya latihan rutin pramuka dilaksanakan untuk
mempersiapkan diri berkemah dan mengembara, sama halnya tentara berlatih
seperti latihan menembak, beladiri dan latihan tentara lainnya dengan rutin untuk
bersiap menghadapi peperangan yang mungkin bisa terjadi, latihan latihan
pramuka seperti latihan kesegaran jasmani, membaca peta dan kompas, latihan
mendirikan tenda/shelter, latihan memasak, latihan P3k, latihan membuat tandu,
latihan simpul dan ikatan, latihan semaphore dan morse, latihan pioneering dan
latihan lainnya diarahkan untuk meminimalisir resiko kecelakaan dan keselamatan
baik diri sendiri atau kelompok ketika berkegiatan berkemah dan mengembara di
alam terbuka yang penuh dengan ketidakpastian dan keterbatasan. Jangan sampai
mereka tidak tahu untuk apa mereka berlatih secara rutin seminggu sekali, dua
minggu sekali atau setiap hari dihalaman sanggarnya,
ketidakpastian dan keterbatasan dengan sendirinya akan melatih peserta didik
untuk selalu siap sedia dan mampu beradaptasi dengan segala kondisi lingkungan
dan melatih berfikir solusi, berfikir kreatif dan inovatif. Apapun kegiatan berkemah
dan mengembara apakah itu panjat tebing, mendaki gunung, rafting, susur gua,
hiking lebih dari satu hari tentunya akan berkemah dan menuju lokasi kegiatan
100 | C I V I C C U L T U R E
“Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya” Hal. 88-100
ISSN 2579-9924 (Online)
ISSN 2579-9878 (Cetak)
100 | C I V I C C U L T U R E