You are on page 1of 10

Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN : 2503-488X

Vol. 6, No.4, 297-306, Desember 2018

PENGARUH PERBANDINGAN MINYAK KELAPA (Cocos nucifera)


DENGAN LEMAK KAKAO (Theobroma cacao L.) DAN SUHU
PEMANASAN TERHADAP KARAKTERISTIK SABUN
The Effect of Comparison of Coconut Oil (Cocos nucifera) with Cocoa Fat (Theobroma
cacao L.) and Temperature of Heating to Soap Characteristics

Ni Made Purindah Sari, Luh Putu Wrasiati*, Lutfi Suhendra


PS Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit
Jimbaran, Badung, Kode pos : 80361; Telp/Fax : (0361) 701801.

Diterima 1 Oktober 2018 / Disetujui 16 Oktober 2018

ABSTRACT

Soap is one of the cleansers made by chemical reactions between sodium or potassium bases with fatty acids from
vegetable oils or animal fats, such as coconut oil, VCO, palm oil, castor oil, olive oil, soybean oil, cocoa fat, tallow
and lard. The purpose of this study was to determine the effect of comparison of coconut oil with cocoa fat and
heating temperature to the characteristics of soap and determine comparison of coconut oil with cocoa fat and
heating temperature to produce the best soap characteristics. This study used factorial randomized block design
with two factor experiments. The first factor was the comparison of coconut oil with cocoa fat which consists of
five experimental levels, namely: 0:60, 15:45, 30:30, 45:15, 60: 0. The second factor was the heating temperature
which consists of 3 experimental levels, namely: 60◦C, 70◦C, 80◦C. The results showed that the comparison of
coconut oil with cocoa fat and heating temperature and the interaction between the two treatments had a very
significant effect (P<0.01) on rendemens, texture, and soap foam. Comparison of coconut oil with cocoa fat and
heating temperature had a very significant effect (P<0.01), but the interaction between the two treatments had no
significant effect (P>0.05) on soap water content. Comparison of coconut oil with cocoa fat was very significant
(P<0.01), but the heating temperature and interaction between the two treatments had no significant effect
(P>0.05) on free fatty acids and soap-free alkalis. The best treatment was obtained from an alternative treatment
comparison of coconut oil with cocoa fat 15:45 and heating temperature 70◦C with soap rendemens of 88.36%,
soap texture of 4.90 kg, soap foam content of 72.64%, soap water content of 13.73%, free fatty acid levels of 0.40
(ml equivalent NaOH/g), soap free alkalis of 0.05%.
Keywords : Coconut oil, cocoa fat, heating temperature, saponification, soap

ABSTRAK

Sabun merupakan salah satu pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium atau kalium
dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani, seperti minyak kelapa, VCO, minyak kelapa
sawit, minyak jarak, minyak zaitun, minyak kedelai, lemak kakao, lemak sapi atau domba dan lemak
babi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan minyak kelapa dengan
lemak kakao dan suhu pemanasan terhadap karakteristik sabun dan menentukan perbandingan minyak
kelapa dengan lemak kakao dan suhu pemanasan untuk menghasilkan karakteristik sabun terbaik.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan percobaan 2 faktor. Faktor
pertama adalah perbandingan minyak kelapa dengan lemak kakao yang terdiri dari 5 taraf percobaan
yaitu: 0:60, 15:45, 30:30, 45:15, 60:0. Faktor kedua adalah suhu pemanasan yang terdiri dari 3 taraf

*Korespondensi Penulis:
Email: wrasiati@unud.ac.id

297
Sari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

percobaan yaitu: 60◦C, 70◦C, 80◦C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan minyak kelapa
dengan lemak kakao dan suhu pemanasan serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh sangat
nyata (P<0,01) terhadap rendemen, tekstur, dan busa sabun. Perbandingan minyak kelapa dengan lemak
kakao dan suhu pemanasan berpengaruh sangat nyata (P<0,01), tetapi interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air sabun. Perbandingan minyak kelapa dengan lemak
kakao berpengaruh sangat nyata (P<0,01), tetapi suhu pemanasan dan interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap asam lemak bebas dan alkali bebas sabun. Perlakuan terbaik
diperoleh dari alternatif perlakuan perbandingan minyak kelapa dengan lemak kakao 15:45 dan suhu
pemanasan 70◦C dengan rendemen sabun sebesar 88,36%, tekstur sabun sebesar 4,90 kg, kadar busa
sabun sebesar 72,64%, kadar air sabun sebesar 13,73%, kadar asam lemak bebas sebesar 0,40 (ml
ekivalen NaOH/g), alkali bebas sabun sebesar 0,05%.
Kata kunci : Minyak kelapa, lemak kakao, suhu pemanasan, saponifikasi, sabun.

PENDAHULUAN mengenai pembuatan sabun pada formulasi


dari minyak kelapa dengan lemak kakao,
Sabun merupakan pembersih yang dibuat hasil terbaik adalah perlakuan perbandingan
dari senyawa natrium atau kalium dengan (1:1). Suhu pemanasan pada pembuatan
asam lemak dari minyak nabati dan lemak sabun dengan metode Cold-Process
hewani seperti minyak kelapa, VCO, minyak Saponification yang sering digunakan adalah
kelapa sawit, minyak jarak, minyak zaitun, suhu 70◦C. Pada penelitian pembuatan sabun
minyak kedelai, lemak kakao, lemak sapi atau sebelumnya yang dilakukan oleh (Nugraha et
domba, dan lemak babi, berbentuk padat, al., 2015) suhu pemanasan yang digunakan
lunak atau cair, berbusa, dengan tambahan dalam pembuatan sabun dengan metode
pewangi dan bahan lain yang tidak Cold-Process Saponification adalah pada
membahayakan kesehatan (SNI, 1994). suhu 70◦C. Suhu pemanasan berfungsi
Sabun mempunyai gugus non polar yaitu mempercepat suatu reaksi (Ningrum et al.,
gugus (-R) yang akan mengikat kotoran, dan 2013).
gugus (-COONa) yang akan mengikat air Karakteristik sabun padat dapat
karena sama-sama gugus polar. Kotoran dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu bahan
tersebut dapat lepas karena terikat pada sabun baku, formulasi bahan yang digunakan, suhu
dan sabun terikat pada air (Cavith, 2001). pemanasan sabun, dan lama pengadukan pada
Permasalahan yang ada, selama ini produk saat pemanasan (Wijana et al., 2009). Hal
kosmetik yang beredar dipasaran lebih diatas menunjukkan bahwa perbandingan
banyak dibuat dari bahan-bahan kimia yang asam lemak dengan basa dapat berpengaruh
diformulasikan dengan bahan lain (BPTP terhadap karakteristik sabun yang
Bali, 2012). Produk sabun yang berbasis dihasillkan. Penelitian ini dilakukan dengan
bahan alam masih jarang dijumpai di pasaran, tujuan untuk mengetahui pengaruh
produk sabun yang beredar masih perbandingan minyak kelapa dengan lemak
menggunakan bahan-bahan sintetik sebagai kakao dan suhu pemanasan terhadap
bahan aktifnya. Bahan aktif sintetik yang karakteristik sabun dan menentukan
digunakan dalam pembuatan sabun dapat perbandingan minyak kelapa dengan lemak
menimbulkan efek negatif terhadap kulit kakao dan suhu pemanasan terbaik untuk
manusia, karena berpotensi menimbulkan menghasilkan sabun.
reaksi iritasi dan gatal pada kulit, khususnya
yang memiliki kulit sensitif (Saleh et al., METODE PENELITIAN
2016).
Penelitian sebelumnya oleh (Choir, 2015) Bahan dan Alat

298
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Perbandingan Minyak Kelapa...

Bahan-bahan yang digunakan dalam steel dengan suhu (◦C) sesuai dengan
melaksanakan penelitian ini terdiri dari perlakuan yaitu 60, 70, 80, kemudian
minyak kelapa yang diperoleh dari pasar ditambahkan NaOH 30% sebanyak 19 g
tradisional Blahkiuh, lemak kakao diperoleh diaduk hingga homogen, hasilnya akan
dari UD. Harta Sari, NaOH teknis, Etanol, diperoleh stok sabun (masih bertekstur semi
Tween 80 diperoleh dari Toko Kimia padat). Selanjutnya ditambahkan Etanol 70%
Bratachem, aquades diperoleh dari UD. Saba 10 g, aquades 10 g dan tween 80 1 g,
Kimia, NaOH, HCl, Etanol, dan fenolftalein kemudian diaduk hingga homogen, setelah
(indikator PP). adonan mulai mengental kemudian dicetak
Peralatan yang digunakan dalam dengan menggunakan cetakan plastik. Sabun
melaksanakan penelitian ini terdiri dari yang berada di dalam cetakan kemudian
timbangan analitik MH-Series Pocket Scale, dilakukan pendinginan dengan cara
gelas ukur (Herma, Iwaki), gelas beaker didiamkan selama ± 30 menit, setelah itu
(Pyrex), gelas plastik, pengaduk steenles dikeluarkan dari cetakan dan dikemas
steel, panci steenles steel, kompor (Quantum menggunakan plastik wrap. Sabun yang
QGC-201DEP), termometer, cetakan plastik, sudah dikemas dengan plastik wrap
pengemas, erlenmeyer (Duran), penjepit, dilakukan curing selama 2 minggu
batang pengaduk, pisau, oven (Cole-Parmer, selanjutnya dilakukan analisis. Formulasi
StableTemp), vortex (Barnslead Thermolyne pembuatan sabun dapat dilihat pada Tabel 1.
type 37600 Mixe), cawan, desikator, tabung
reaksi (Iwaki), texstur analyzer (TA.XT.plus Variabel yang Diamati
dari Stable Micro Systems), dan mikro buret Variabel yang diamati pada penelitian
(EM-hirschmann). pembuatan sabun adalah rendemen sabun
(AOAC, 1990), tekstur sabun, kadar busa
Pelaksanaan Penelitian sabun (Awang et al., 2001; Piyali., et al
Minyak kelapa dan lemak kakao 1999), kadar air sabun (SNI 06-3532-1994),
ditimbang sesuai dengan formulasi (g:g) asam lemak bebas (SNI 06-3532-1994),
yaitu 0:60, 15:45, 30:30, 45:15, 60:0, alkali bebas (SNI 06-3532-1994).
selanjutnya dipanaskan pada panci steenles
Tabel 1. Formulasi Pembuatan Sabun

BPTP, 2012 yang dimodifikasi.


Keterangan: M = Perbandingan minyak kelapa dengan lemak kakao.

HASIL DAN PEMBAHASAN kelapa dengan lemak kakao dan suhu


pemanasan serta interaksi antara kedua
Rendemen Sabun perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
Hasil analisis keragaman menunjukkan terhadap rendemen sabun yang dihasilkan.
bahwa perlakuan perbandingan minyak

299
Sari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri.

Nilai rata-rata rendemen sabun dapat dilihat berbeda dengan perlakuan suhu pemanasan
pada Tabel 2. 70◦C dengan rendemen sebesar 89,62%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa sabun yang Rendemen sabun terendah dihasilkan pada
menghasilkan rendemen tertinggi adalah perlakuan 60:0 dan suhu pemanasan 80◦C
pada perlakuan 0:60 dan suhu pemanasan dengan rendemen sebesar 79,26%.
60◦C dengan rendemen sebesar 89,67% tidak
Tabel 2. Nilai rata-rata rendemen (%) pada perlakuan perbandingan minyak kelapa
dengan lemak kakao dan suhu pemanasan

Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok
percobaan.
Semakin tinggi konsentrasi minyak kelapa seimbang. Suhu pemanasan yang semakin
yang ditambahkan pada formulasi dan tinggi dapat menyebabkan kecepatan reaksi
semakin tinggi suhu pemanasan maka penyabunan (Ningrum et al., 2013), hal ini
rendemen sabun yang dihasilkan semakin dapat menyebabkan rendemen yang
rendah. Semakin rendah lemak kakao yang dihasilkan semakin rendah.
ditambahkan pada formulasi dan semakin
tinggi suhu pemanasan maka rendemen sabun Tekstur sabun
yang dihasilkan semakin rendah, hal ini Hasil analisis keragaman menunjukkan
dikarenakan minyak kelapa mengandung bahwa perlakuan perbandingan minyak
asam lemak tidak jenuh yang mudah kelapa dengan lemak kakao dan suhu
teroksidasi apabila terkena udara bebas, pemanasan serta interaksi antara kedua
sehingga pada saat dipanaskan akan perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
mengalami oksidasi, hal ini menyebabkan terhadap tekstur sabun yang dihasilkan. Nilai
semakin tinggi penambahan minyak kelapa rata-rata tekstur sabun dapat dilihat pada
maka rendemen yang dihasilkan semakin Tabel 3.
rendah (Cavith, 2001). Lemak kakao Tabel 3 menunjukkan bahwa sabun yang
mengandung asam stearat yang cukup tinggi, menghasilkan tekstur tertinggi adalah pada
apabila konsentrasi lemak kakao yang perlakuan 0:60 dan suhu pemanasan 70◦C
mengandung asam stearat semakin rendah dengan tekstur sebesar 6,76 kg. Tekstur sabun
dalam formulasi maka rendemen yang terendah adalah pada perlakuan 60:0 dan
dihasilkan semakin rendah, pada penelitian suhu pemanasan 80◦C dengan tekstur sebesar
sebelumnya (Nugraha et al., 2015) 0,26 kg. Semakin tinggi minyak kelapa yang
menyatakan, hal ini terjadi dikarenakan pada ditambahkan pada formulasi dan semakin
saat pemanasan asam lemak tidak jenuh dari tinggi suhu pemanasan maka tekstur sabun
minyak kelapa yang teroksidasi tidak setara yang dihasilkan semakin lunak. Semakin
dengan konsentrasi asam stearat dalam tinggi lemak kakao yang ditambahkan pada
formulasi sehingga perbandingan antara dua formulasi maka tekstur sabun yang dihasilkan
sumber asam lemak dengan basa tidak semakin padat. Tekstur sabun terendah

300
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Perbandingan Minyak Kelapa...

dikarenakan pada perlakuan hanya stearat sehingga tekstur sabun yang


menggunakan minyak kelapa sebagai sumber dihasilkan lunak, dan mudah ditembus oleh
asam lemak dan tanpa penambahan asam jarum pada texture analyser.
Tabel 3. Nilai rata-rata tekstur sabun (kg) pada perlakuan perbandingan minyak kelapa
dengan lemak kakao dan suhu pemanasan.

Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok
percobaan.
Pada penelitian (Nugraha et al., 2015) jarum pada texture analyser. Suhu
dinyatakan bahwa sabun yang dibuat dari pemanasan yang semakin tinggi
minyak atau lemak yang memiliki bobot menyebabkan kadar air pada sabun
molekul asam lemak kecil misalnya asam mengalami penguapan karena proses
laurat akan menghasilkan sabun dengan pemanasan, hal ini dapat mengurangi jumalah
tekstur lebih lunak dibandingkan sabun yang air pada sabun sehingga tekstur sabun
dibuat dari bahan dengan asam lemak yang cenderung menjadi lebih padat. Sabun
memiliki bobot molekul besar misalnya asam dengan tekstur yang lebih keras cenderung
stearat. Lemak kakao mengandung asam memiliki tingkat kadar air yang rendah,
stearat yang cukup tinggi yang berfungsi begitu juga sebaliknya, kadar air sabun dan
untuk membentuk tekstur padat pada sabun tekstur sabun saling berhubungan. Sabun
sehingga semakin banyak penambahan lemak yang keras dan padat memiliki umur simpan
kakao pada formulasi maka tekstur sabun yang lebih lama dibandingkan dengan sabun
semakin padat dan lebih sulit ditembus oleh yang lunak (Bourne, 1982).

Kadar Busa Sabun


Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan 0:60 dan suhu pemanasan 80◦C
bahwa perlakuan perbandingan minyak dengan kadar busa sebesar 65,96%. Semakin
kelapa dengan lemak kakao dan suhu tinggi minyak kelapa yang ditambahkan pada
pemanasan serta interaksi antara kedua formulasi yang dikombinasikan dengan
perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) lemak kakao cenderung semakin tinggi busa
terhadap kadar busa sabun yang dihasilkan. yang dihasilkan dan semakin tinggi suhu
Nilai rata-rata kadar busa sabun dapat dilihat pemanasan maka busa sabun yang dihasilkan
pada Tabel 4. semakin rendah. Busa sabun terendah
diperoleh karena konsentrasi asam lemak
Tabel 4 menunjukkan bahwa sabun yang
atau minyak dalam formulasi lebih tinggi dari
menghasilkan busa tertinggi adalah pada
konsentrasi basa sehingga pada proses
perlakuan 45:15 dan suhu pemanasan 70◦C
penyabunan asam lemak bebas yang tidak
dengan kadar busa sebesar 75,77% tidak
terikat dengan basa tidak dapat menurunkan
berbeda dengan perlakuan suhu 60◦C sebesar
tegangan air secara sempurna dan
75,59%. Busa sabun terendah adalah pada
menghasilkan busa yang rendah.

301
Sari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri.

Tabel 4. Nilai rata-rata kadar busa sabun (%) pada perlakuan perbandingan minyak kelapa
dengan lemak kakao dan suhu pemanasan.

Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok
percobaan.

Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan, merupakan hal yang penting untuk produk
pembentukan, jumlah dan kestabilan busa pembersih. Sabun yang menghasilkan busa
adalah perbandingan konsentrasi asam lemak banyak dan stabil lebih disukai konsumen
atau minyak dengan konsentrasi basa dalam dibandingkan busa sedikit atau tidak stabil
formulasi (Piyali et al., 1999). Minyak kelapa (Nugraha et al., 2015).
mengandung asam lemak seperti asam laurat
dan miristat yang menghasilkan busa lembut, Kadar Air Sabun
asam palmitat dan stearat memiliki sifat Hasil analisis keragaman menunjukkan
menstabilkan busa, sehingga penambahan bahwa perlakuan perbandingan minyak
minyak kelapa yang lebih banyak daripada kelapa dengan lemak kakao dan suhu
lemak kakao dapat mengasilkan busa yang
pemanasan berpengaruh sangat nyata
baik. Suhu pemanasan juga berpengaruh (P<0,01), tetapi interaksi antara kedua
terhadap kadar busa yang dihasilkan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
penelitian ini, karena suhu dapat terhadap kadar air sabun yang dihasilkan.
mempercepat suatu reaksi pada saat proses Nilai rata-rata kadar air sabun dapat dilihat
penyabunan (Derlean, 2009), kadar busa pada Tabel 5.
terbaik diperoleh dari suhu pemanasan 70◦C.
Kecepatan dan pembentukan kestabilan busa
Tabel 5. Nilai rata-rata kadar air sabun (%) pada perlakuan perbandingan minyak kelapa
dengan lemak kakao dan suhu pemanasan.

Keterangan : Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata pada baris atau kolom menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok percobaan.
Tabel 5 menunjukkan bahwa sabun yang perlakuan 30:30 dengan kadar air sebesar
menghasilkan kadar air tertinggi adalah pada 13,48% tidak berbeda dengan perlakuan
perlakuan 60:0 dengan kadar air sebesar 45:15 dengan kadar air sebesar 13,53%.
14,59%. Kadar air terendah adalah pada Semakin tinggi penambahan minyak kelapa

302
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Perbandingan Minyak Kelapa...

pada formulasi cenderung mengalami lebih efisien dan tidak cepat larut dalam air.
kenaikan kadar air sabun. Tabel 5 Kelebihan kadar air pada sabun yang
menunjukkan semakin tinggi suhu melebihi SNI sabun mandi dapat
pemanasan maka kadar air sabun yang menyebabkan sabun mudah lembek dan
dihasilkan semakin rendah. Hal ini berbau tengik (SNI, 1994).
dikarenakan air yang terkandung pada bahan
saat pemanasan mengalami penguapan Asam Lemak Bebas Sabun
karena proses pemanasan (Ningrum et al., Hasil analisis keragaman menunjukkan
2013). Semakin tinggi suhu pemanasan maka bahwa perlakuan perbandingan minyak
dapat mengurangi kadar air karena proses kelapa dengan lemak kakao berpengaruh
hidrolisis pada minyak dipercepat oleh sangat nyata (P<0,01), tetapi perlakuan suhu
pemanasan (Darlean, 2009). Berdasarkan pemanasan dan interaksi antara kedua
Standar Nasional Indonesia maksimal kadar perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
air pada sabun adalah 15%, ini disebabkan terhadap asam lemak bebas sabun. Nilai rata-
agar sabun yang dihasilkan cukup keras rata asam lemak bebas sabun dapat dilihat
sehingga dalam penggunaanya sabun dapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai rata-rata asam lemak bebas sabun (ml ekivalen NaOH/g) pada perlakuan
perbandingan minyak kelapa dengan lemak kakao dan suhu pemanasan.

Keterangan : Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata pada baris atau kolom menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok
percobaan.
Tabel 6 menunjukkan bahwa asam lemak lemak, hai ini dapat menghasilkan asam
bebas tertinggi adalah pada perlakuan 60:0 lemak pada sabun. Menurut SNI 06-3532-
dan 30:30 dengan asam lemak sebesar 0,45 1994 asam lemak bebas dalam sabun adalah
(ml ekivalen NaOH /g). Asam lemak bebas <2,5%. Asam lemak bebas pada sabun
terendah adalah pada perlakuan 45:15 dan dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan
0:60 dengan asam lemak sebesar 0,35 dan pengurangan daya bersih pada sabun karena
0,36 (ml ekivalen NaOH /g). Penambahan asam lemak bebas merupakan komponen
minyak kelapa yang semakin tinggi yang tidak diinginkan dalam pembersihan
cenderung mengalami jumlah kenaikan asam (Maripa et al., 2014). Asam lemak bebas
lemak bebas pada sabun. Asam lemak bebas berhubungan dengan aroma sabun, apabila
pada sabun yang dihasilkan dapat asam lemak bebas melebihi standar, maka
dipengaruhi oleh jenis asam lemak dan dapat menyebabkan sabun berbau tengik
konsentrasi yang dipergunakan. Minyak (Maripa et al., 2014). Sebagian besar asam
kelapa mengandung asam laurat yang lemak pada sabun terikat dengan NaOH dan
merupakan asam lemak dominan dalam membentuk sabun tetapi sebagian lainnya ada
minyak kelapa serta gliserol yang merupakan dalam bentuk bebas. Asam lemak yang
produk samping dari pemecahan minyak atau bereaksi dengan basa kuat akan

303
Sari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri.

menghasilkan sabun (Shrivastava, 1982). sangat nyata (P<0,01), tetapi perlakuan suhu
pemanasan dan interaksi antara kedua
Alkali Bebas Sabun perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
Hasil analisis keragaman menunjukkan terhadap alkali bebas sabun. Nilai rata-rata
bahwa perlakuan perbandingan minyak alkali bebas sabun dapat dilihat pada Tabel 7.
kelapa dengan lemak kakao berpengaruh
Tabel 7. Nilai rata-rata alkali bebas sabun (%) pada perlakuan perbandingan minyak
kelapa dengan lemak kakao dan suhu pemanasan

Keterangan : Huruf yang berbeda dibelakang nilai rata-rata pada baris atau kolom menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata (P<0,05). Data merupakan rata-rata dari dua kelompok pecobaan.
Tabel 7 menunjukkan bahwa alkali bebas terdapat pada sabun ada dalam bentuk terikat
pada sabun tertinngi adalah pada perlakuan dengan asam lemak dan ada alkali yang tidak
60:0 dengan alkali bebas sebesar 0,06%, tidak terikat (bebas). Alkali bebas yang terdapat
berbeda dengan perlakuan 30:30 dan 15:45 pada sabun tidak boleh melebihi dari 0,1%
yaitu sebesar 0,05%. Alkali bebas terendah untuk sabun NaOH, dan 0,14% untuk sabun
adalah pada perlakuan 45:15 dan 0:60 yaitu KOH, hal ini dikarenakan alkali memliki sifat
sebesar 0,04%. Penambahan minyak kelapa yang keras dan dapat menyebabkan iritasi
yang semakin tinggi kecenderungan pada kulit pada saat pemakaian.
menghasilkan alkali bebas sabun yang tinggi.
Apabila asam lemak yang terkandung dalam Uji Indeks Efektivitas
minyak kelapa atau lemak kakao tidak habis Hasil uji indeks efektivitas terhadap
bereaksi dengan basa, maka akan alternatif perlakuan menunjukkan bahwa
menyebabkan alkali bebas sabun menjadi indeks efektivitas tertinggi sebesar 0,76
tinggi. Alkali bebas yang kelebihan pada untuk menghasilkan sabun yaitu
sabun dapat disebabkan karena jumlah dan perbandingan minyak kelapa dengan lemak
konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih kakao 15:45 dan suhu pemanasan 70◦C
pada proses penyabunan, maka alkali bebas menghasilkan karakteristik sabun terbaik
yang tidak berikatan dengan asam lemak akan dengan rendemen sabun sebesar 88,36%,
menjadi terlalu tinggi. Sebaliknya apabila tekstur sabun sebesar 4,90 kg, kadar busa
alkali yang ditambahkan jumlahnya sedikit sabun sebesar 72,64%, kadar air sabun
dan terlalu encer akan menyebabkan sabun sebesar 13,73%, kadar asam lemak bebas
mengandung asam lemak yang tinggi. Alkali sebesar 0,40 (ml ekivalen NaOH /g), alkali
bebas adalah alkali yang terdapat dalam bebas sabun sebesar 0,05%. Hasil
sabun yang tidak diikat sebagai senyawa perhitungan uji efektivitas dapat dilihat pada
(SNI, 1994). Sebagian besar alkali yang Tabel 8.

304
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Perbandingan Minyak Kelapa...

Tabel 8. Hasil pengujian efektivitas untuk menentukan perlakuan terbaik pada produk sabun padat

Keterangan : BV = bobot variabel BN = bobot normal


Ne = nilai efektivitas Nh = nilai hasil (Ne x BN)

KESIMPULAN perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap


kadar air sabun. Perlakuan perbandingan
Kesimpulan minyak kelapa dengan lemak kakao
Berdasarkan penelitian yang telah berpengaruh sangat nyata, tetapi suhu
dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa pemanasan dan interaksi antara kedua
hal sebagai berikut: perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap
Perlakuan perbandingan minyak kelapa asam lemak bebas dan alkali bebas sabun.
dengan lemak kakao dan suhu pemanasan Perlakuan terbaik untuk menghasilkan
serta interaksi antara kedua perlakuan sabun yaitu perbandingan minyak kelapa
berpengaruh sangat nyata terhadap dengan lemak kakao 15:45 dan suhu
rendemen, tekstur dan busa sabun. pemanasan 70◦C dengan rendemen sabun
Perbandingan minyak kelapa dengan lemak sebesar 88,36%, tekstur sabun sebesar 4,90
kakao dan suhu pemanasan berpengaruh kg, kadar busa sabun sebesar 72,64%, kadar
sangat nyata, tetapi interaksi antara kedua air sabun sebesar 13,73%, kadar asam lemak

305
Sari, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri.

bebas sebesar 0,40 (ml ekivalen NaOH /g), Minyak Kelapa (Cocos nucifera) yang
alkali bebas sabun sebesar 0,05%. ditambahkan Sari Bunga Mawar (Rosa L).
Skripsi S1. Tidak Dipublikasikan.
Saran Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP,
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Mataram.
disarankan sebagai berikut : Ningrum, N. P. dan M.A.I. Kusuma. 2013.
Menggunakan kombinasi lama Pemanfaatan minyak goreng bekas dan
pengadukan dan penambahan pewangi dari abu kulit buah kapuk randu (SODA QIE)
minyak atsiri. sebagai bahan pembuatan sabun mandi
organik berbasis teknologi ramah
DAFTAR PUSTAKA lingkungan. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, 2 (2) : 275-285.
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis Nugraha, F.C., N.M. Wartini dan N.S.
(15thEd.). K. Helrich (Ed). Virginia. Antara. 2015. Karakteristik sabun sereh
Awang, R., S. Ahmad and R. Ghazali. 2001. pada perlakuan nisbah konsentrasi minyak
Properties of sodium derived from palm- kelapa-asam stearat dan gula pasir halus-
based dihydroxystrearic acid. Journal of etanol. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Oil Palm Research. 13 (2) : 33-38. Agroindustri, 3 (3) : 126-132.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Piyali, G., R.G. Bhirud dan V.V. Kumar.
(BPTP). 2012. Sabun Lemak Kakao. 1999. Detergency and foam studies on
Badan Penelitian dan Pengembangan linear alkilbenzen sulfonate and secondary
Pertanian Kementerian Pertanian, Brosur alkil sulfonate. Journal of Surfactant and
Pelatihan Kelompok Tani, Bali. Detergent, 2 (4) : 489-493).
Bourne. 1982. Food Texture and Viscosity. Saleh, C., D. Tarigan dan R.A. Al-Idrus.
Concept and Measurement. Academic. 2016. Sintesis sabun lunak yang
Academic Press, Inc. New York. mengandung polihidroksi dari minyak biji
kakao (Theobroma cacao, L). Jurnal
Cavith, S.M. 2001. Sifat Asam Lemak dalam
Kimia Mulawarman, 13 (2) : 68-69.
Minyak. IPB Press, Bogor.
Shrivastava, S.B. 1982. Soap, Deterjent and
Choir, I. 2015. Formulasi Sabun Padat
Perfum Industry. Small Industry Research
dengan Menggunakan Minyak Kelapa dan
Institute, New Delhi.
Lemak Kakao. Skripsi S1. Tidak
Dipublikasikan. Politeknik Negeri Sugianyar, M., K.A.T. Yanti, S.A.N.
Pertanian Samarinda, Samarinda. Aryawati dan W. Nusantara. 2011.
Laporan Akhir Tahun Sabun Lemak
Darlean, A. 2009. Pengaruh suhu dan lama
Kakao. BPTP Bali, Denpasar.
pemanasan terhadap kerusakan minyak
kelapa. Jurnal Bimafika. 1 (1): 19-26. SNI 06-3532. 1994. Standar Mutu Sabun.
Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
De Garmo, E. P., W.G. Sullivan and C.R.
Canada. 1984. Engineering Economy. 7th Wijana, S., S.A. Mustaniroh dan I.
Edition. Mac. Millan Publ Co. New York. Wahyuningrum. 2005. Pemanfaatan
minyak goreng bekas untuk pembuatan
Maripa, B.R., Y. Kurniasih dan Ahmadi.
sabun: kajian lama penyabunan dan
2014. Pengaruh Konsentrasi NaOH
terhadap Kualitas Sabun Padat dari konsentrasi dekstrin. Jurnal Teknologi
Pertanian, 6 (3) : 193-200.

306

You might also like