You are on page 1of 9

KETERAMPILAN MEMBUAT KIPAS DARI ANYAMAN BAMBU MELALUI METODE

PROYEK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Misnanto dan Ngusman


(Mahasiswa PLB - FIP Universitas Negeri Surabaya,
e-mail : misnanto_bwi@yahoo.com)

Abstract There are several difficulties faced by mild-mental-retarded students in a skill class
learning on the aspect of making plaited bamboo hand-fan. The project method was applied as a
learning strategy in making plaited bamboo hand-fan using 70% success indicator.
The research was aimed to (1) describe the students’ activities in a skill class learning on the
aspect of making plaited bamboo hand-fan using the project method; (2) describe the increase of
learning achievement among the mild-mental-retarded students in grade VII in Junior High
Special School of Banyuwangi through the project method. The research method used was a
class action research applying Kemnis model with include observation and test collection
method.
Based on of the research, the result on first cycle was less satisfied; The average value of
students’ activities was 59, 3% achieved, and the average value of the students work result was
59.2% achieved. The second cycle result was the average value of students’ activities was 74%
achieved, and the average value of the students work result was 80% achieved. It showed the
average result of the students’ skill above the defined minimum completeness criteria, which was
70 and above, achieved. The conclusion was the project method increases the students’ learning
achievement among the mild-mental-retarded students in grade VII in Junior High Special
School of Banyuwangi.
Keywords : skills, project method, mental retarded

Abstrak : Dalam pembelajaran Keterampilan pada materi membuat kipas dari anyaman bambu
siswa tunagrahita mengalami kesulitan. Untuk itu digunakan membelajaran dengan
menggunakan metode proyek dengan indikator keberhasilan 70 %.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendiskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran
keterampilan pada materi membuat kipas dari anyaman bambu dengan digunakan metode
proyek. (2) mendiskripsikan peningkatan hasil belajar keterampilan pada materi membuat kipas
dari anyaman bambu siswa tunagrahita kelas VII di SMPLB Negeri Banyuwangi melalui metode
proyek. Metode penelitian menggunakan pendekatan tindakan kelas. Desain penelitian tindakan
kelas menggunakan model Kemmis, dengan metode pengumpulan data meliputi observasi dan
tes.
Dari hasil penelitian pada siklus I menunjukkan hasil kurang memuaskan. Nilai rata-rata
aktivitas siswa hanya mencapai 59,3 %, dan nilai rata-rata hasil kerja siswa 59,2 %. Setelah
siklus II peningkatan nilai aktivitas siswa mencapai 74 %, dan hasil kerja siswa mencapai 80 %.
Hal ini menunjukkan rata-rata hasil keterampilan siswa di atas KKM yang ditentukan yaitu 70.
Simpulan yang dikemukakan adalah penerapan metode proyek dapat meningkatkan keterampilan
membuat kipas dari anyaman bambu pada siswa tunagrahita ringan kelas VII di SMPLB Negeri
Banyuwangi.
Kata kunci : keterampilan, metode proyek, tunagrahita

PENDAHULUAN membekali anak dengan kecakapan hidup yaitu


Setiap manusia baik yang normal maupun yang mampu menghadapi problema kehidupan dan kreatif
memiliki kekurangan dari segi fisik dan mental menemukan solusi dalam upaya mengatasi masalah.
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh Sekolah luar biasa (SLB) merupakan salah satu
pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses lembaga pendidikan formal bagi anak berkebutuhan
dalam rangka mempengaruhi anak didik supaya khusus, dalam pelaksanaanya sekolah luar biasa
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. mempunyai tugas pokok yaitu membantu siswa
Dengan demikian dapat menimbulkan perubahan mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan
pada diri anak dalam kehidupan bermasyarakat. kebutuhannya. Pasal 32 ayat 1 UUSPN No. 20 tahun
Pendidikan diharapkan dapat berperan dalam 2003 menyebutkan : “Bahwa warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dalam praktek membuat kipas dari anyaman bambu.
intelektual dan sosial berhak memperoleh pendidikan Proses pembuatan kipas yang panjang memerlukan
khusus”, salah satu anak berkebutuhan khusus adalah ketekunan untuk mempelajarinya. Dalam
anak tunagrahita. pelaksanaan membuat kipas diawali dengan
Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai memperkenalkan alat dan bahan yang akan
tingkat kecerdasan dibawah rata-rata, seperti yang digunakan, membuat pola, memotong pola,
diungkapkan oleh Moh.Amin (1995:11) bahwa anak merangkai dan melakukan pekerjaan akhir
tunagrahita mengalami hambatan dalam penyesuaian (finishing). Berbagai kesulitan yang dihadapi anak
diri dengan lingkungannya. Selain itu mereka kurang tunagrahita ringan dalam praktek membuat kipas dari
cakap memikirkan hal-hal yang abstrak seperti anyaman bambu disebabkan oleh beberapa hal,
pelajaran mengarang, menyimpulkan isi bacaan, diantaranya (1) kurangnya daya imajinasi dan
menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam kreativitas anak, (2) kurangnya koordinasi motorik,
semua pelajaran yang bersifat teoritis. Mereka (3) ceroboh dalam pengerjaan, dan (4) tidak yakin
membutuhkan pendidikan keterampilan yang sifatnya 1
dengan hal-hal yang harus dilakukan.
praktis, mudah dan menyenangkan. Agar hasil praktek membuat kipas dalam
Bagi anak tunagrahita yang memiliki IQ pembelajaran dapat dicapai secara optimal maka
dibawah rata-rata, mereka diharapkan dapat hidup diperlukan metode mengajar yang tepat. Imansjah
mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup mereka (1984:75) menjelaskan bahwa metode mengajar
diberikan pendidikan keterampilan. Dengan adalah cara penyampaian pesan dari pengirim ke
keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan penerima pesan sehingga merangsang pikiran,
dapat hidup dilingkungan keluarga dan masyarakat perasaan, minat, dan perhatian sehingga terjadi
serta dapat memperoleh pekerjaan sesuai bidang proses belajar mengajar. Metode mengajar yang
yang diminatinya. menarik dan bervariasi akan mempermudah anak
Keterampilan anyaman merupakan salah satu dalam menerima dan memahami materi yang
bagian dari mata pelajaran vokasional yang diajarkan disampaikan guru sehingga dapat memperbaiki hasil
di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB). belajar anak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Memberikan keterampilan ini menjadi penting, Melihat permasalahan di atas, maka seorang
karena dengan memiliki keterampilan anak guru siswa tunagrahita ringan harus lebih kreatif
tunagrahita mempunyai kesempatan kerja yang lebih dalam memilih metode mengajar. Metode yang tepat
luas, dan mengurangi ketergantungan terhadap orang dan sesuai dapat membantu dalam mencapai hasil
lain. yang diharapkan. Salah satu metode yang digunakan
Puskur Depdiknas (2007) mengemukakan dalam mata pelajaran keterampilan membuat kipas
bahwa keterampilan vokasional adalah keterampilan dari anyaman bambu adalah metode proyek.
membuat sebuah produk yang berkaitan dengan Metode proyek adalah sebuah model atau
bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
masyarakat. Pengelolaan pembelajaran vokasional menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-
bagi anak berkebutuhan khusus dalam hal ini anak kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran
tunagrahita tidak mudah. Karena karakteristik dan terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti
kemampuannya yang bervariasi. Anak tunagrahita, dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam
membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-
keterampilan dan hanya dapat menyelesaikan satu tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan
atau dua bagian untuk satu jenis produk (Amin, pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk
1995). Salah satu kesulitan yang di alami anak pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
tunagrahita ringan dalam keterampilan vokasional puncaknya menghasilkan produk nyata. Proyek
yaitu pada keterampilan membuat benda pakai dari memfokuskan pada pengembangan produk atau
anyaman bambu, yaitu membuat kipas. unjuk kerja (performance), yang secara umum siswa
Pada dasarnya membuat kipas dari anyaman melakukan kegiatan belajar secara kelompok.
bambu tidak memerlukan tenaga dan sifatnya Moeslichatoen (1999 : 27) menjelaskan metode
sederhana, sehingga anak tunagrahita ringan di proyek adalah salah satu metode yang digunakan
sekolah luar biasa mampu mengerjakan proses untuk melatih kemampuan anak memecahkan
pembuatannya. Kenyataan dilapangan adalah masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari-
sebagian anak tunagrahita mengalami kesulitan hari. Cara ini dapat menggerakkan anak untuk
melakukan kerjasama sepenuh hati. Kerjasama tugas”. Menurut Gafur (1982:44) Keterampilan
dilaksanakan secara terpadu untuk mencapai tujuan (skill) yaitu “keahlian atau kemampuan yang
bersama. besar/tinggi”
Nurlaily (2006 : 5) mengatakan metode proyek Menurut Gozali (2009) menyatakan bahwa
merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam “Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial
memecahkan bersama masalah yang mempunyai yang dilakukan secara berulang dan terus menerus
nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan
pribadi anak, serta mengembangkan keterampilan dan kebiasaan baru seseorang.” Keterampilan
menjalani kehidupan sehari-hari. Melalui metode ini, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan untuk menyelesaikan suatu tugas yang diperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melalui latihan yang terus menerus.
terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam Menurut Soemarjadi, dkk (1991 : 2)
kehidupan sehari-hari. “Keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan,
Praktek membuat kipas dari anyaman bambu terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan
pada siswa tunagrahita ringan tidak dapat dipahami sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.”
anak dengan satu kali latihan, karena anak Dari berbagai pengertian diatas maka dapat
mengalami keterbatasan dalam intelegensi. Latihan disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan
harus diberikan secara sistematis dan rutin mengingat yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan suatu
kemampuan mereka yang terbatas. Pada siswa tugas/pekerjaan dengan cepat dan benar yang
tunagrahita ringan proses pelaksanaan praktek diperoleh melalui latihan yang terus menerus.
membuat kipas dari anyaman bambu memerlukan Kipas dari anyaman merupakan salah satu bentu
waktu yang lama, latihan dan bantuan lebih banyak benda pakai hasil kerajinan anyaman yang dibuat
serta pengajaran yang berulang-ulang. Dengan dengan bahan dasar bambu. Kipas dibuat untuk
latihan yang berulang-ulang diharapkan anak memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari
terampil dalam membuat kipas dari anyaman bambu yang mengutamakan fungsinya.
yang diawali dengan tingkat kesalahan yang tinggi Sedangkan anyaman merupakan salah satu jenis
sampai bisa melakukan praktek tanpa melakukan senikriya. Seni kriya sering disebut dengan istilah
kesalahan. handycraft yang berarti kerajinan tangan. Seni kriya
Hasil pengamatan yang peneliti lakukan di termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain
SMPLB Negeri Banyuwangi dari tujuh siswa mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan
tunagrahita ringan di kelas VII ditemukan lima siswa aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya seni
(3 laki-laki dan 2 perempuan) kesulitan dalam kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang
praktek membuat kipas dari anyaman bambu di diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan
sekolah. Kesulitan yang mereka alami berbeda-beda kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan
diantaranya, (1) anak kesulitan dalam memotong pertimbangan artistik dan keindahan.
pola, (2) sulit diajak konsentrasi, (3) anak masih Ada beberapa fungsi anyaman antara lain :
mengalami kesulitan merangkai pola sesuai disain, a. Sebagai benda pakai, diciptakan mengutamakan
(4) dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah
masih menggunakan metode konfensional, (5) sebagai pendukung.
terbatasnya tenaga pengajar yang profesional di b. Sebagai benda hias, dibuat sebagai benda
bidang keterampilan vokasinal khususnya anyaman pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan
bambu. aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti segi fungsinya.
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang c. Sebagai benda mainan, dibuat untuk digunakan
“Peningkatan Keterampilan Membuat Kipas dari sebagai alat permainan.
Anyaman Bambu Melalui Metode Proyek bagi Siswa Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan
Tunagrahita Ringan Kelas VII di SMPLB Negeri bahwa keterampilan membuat kipas dari anyaman
Banyuwangi”. bambu adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
Keterampilan berasal dari kata terampil, dalam untuk menghasilkan aneka kerajinan tangan berupa
kamus besar Bahasa Indonesia berarti cakap dalam benda/barang pakai berupa kipas, yang terbuatdari
menyelesaikan tugas. Sedangkan keterampilan itu anyaman bambu.
sendiri berarti “kecakapan untuk menyelesaikan
Sesuai dengan GBPP keterampilan untuk dalam melakukan suatu pekerjaan. Artinya anak
SLTPLB 1998 tujuan keterampilan di SLB adalah belajar dengan langsung melakukannya atau
memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pengalaman langsung melalui keterampilan-
dasar yang bemanfaat bagi siswa untuk keterampilan yang harus dikuasai anak dan menjadi
mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota berkembang seluruh aspek perkembangannya.
masyarakat dan warga Negara sesuai dengan Nurlaily (2006 : 5) mengatakan metode proyek
kelainan yang disandangnya dan tingkat merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam
perkembangan, serta mempersiapkan mereka untuk memecahkan bersama masalah yang mempunyai
mengikuti pendidikan di tingkat selanjutnya. nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan
Dalam penelitian ini pemilihan program pribadi anak, serta mengembangkan keterampilan
keterampilan disesuaikan dengan mempertimbangkan menjalani kehidupan sehari-hari. Metode proyek
kurikulum, muatanlokal, dan karakteristik siswa. merupakan salah satu dari metode yang cocok bagi
Materi yang dipilih adalah membuat kipas motif pengembangan terutama dimensi kognitif, sosial,
kerang dari anyaman bambu. motorik, kreatif dan emosional anak.
Pemilihan materi ini di dasarkan pada Metode proyek merupakan suatu metode
pertimbangan bahwa membuat kipas merupakan pembelajaran yang dapat melatih anak menerima
materi yang paling mungkin dikerjakan oleh subyek tanggung jawab dan prakarsa untuk mengembangkan
teliti. Materi ini relatif mudah dikerjakan anak kreativitas dalam menjelaskan pekerjaan yang
tunagrahita ringan karena prosedur pembuatanya menjadi bagian proyek secara tuntas. Selain itu
yang sederhana, yaitu dengan membuat pola dengan menurut Nurlaily (2006 : 7) metode proyek
mal, memotong pola dan merangkai. memberikan peluang kepada anak untuk
Langkah-langkah pengajaran keterampilan meningkatkan keterampilan yang telah dikuasai
secara umum sama dengan pengajaran pada mata secara perseorangan atau kelompok kecil, dan
pelajaran yang lain. Tetapi karena keterampilan lebih menimbulkan minat anak terhadap apa yang telah
menetapkan pada aspek psikomotor, maka didalam dilakukan dalam proyek serta bagi anak untuk
pelaksanaan kegiatan lebih banyak praktek dari pada mewujudkan daya kreativitasnya, bekerjasama secara
teori. tuntas, dan bertanggung jawab atas keberhasilan
Adapun langkah-langkah pengajaran tujuan kelompok, mempunyai pemahaman yang utuh
keterampilan pada umumnya adalah sebagai berikut : tentang suatu konsep.
a. Mengadakan apersepsi Dari beberapa pengertian tersebut dapat
b. Penjelasan materi meliputi : disimpulkan bahwa metode proyek adalah
1) Penjelasan alat dan bahan merupakan cara mengajar yang baik untuk
2) Penjelasan langkah kerja menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dengan
3) Pelaksanaan praktek keterampilan dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah
bimbingan dipelajari siswa untuk memperoleh suatu
4) Penilaian keterampilan fisik maupun keterampilan mental.
Metode proyek adalah salah satu metode yang Anak tunagrahita ringan adalah kelompok anak
digunakan untuk melatih kemampuan anak tunagrahita yangmemiliki IQ yang berkisar antara
memecahkan masalah yang dialami anak dalam 50-70. Dijelaskan dalam PP No.72 tahun 1991, yang
kehidupan sehari-hari. Cara ini dapat menggerakkan menyebutkan bahwa mereka yang termasuk
anak untuk melakukan kerjasama sepenuh hati. kelompok ini meskipun kecerdasan dan adaptasi
Kerjasama dilaksanakan secara terpadu untuk sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai
mencapai tujuan bersama. kemampuan untuk berkembang dalam bidang
Menurut Moeslichatoen (2004:137), metode pelajaran akademis, penyesuaian sosial dan
proyek merupakan salah satu cara pemberian kemampuan bekerja.
pengalaman belajar dengan menghadapkan anak Dalam kemampuan bekerja, anak tunagrahita
dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan ringan dapat melakukan pekerjaan yang sifatnya
secara berkelompok. Metode ini berasal dari gagasan semi-skilled dan pekerjaan itu sifatnya sederhana,
John Dewey tentang konsep “learning by doing” bahkan sebagian besar dari mereka dapat mandiri
yakni proses perolehan hasil belajar dengan dalam melakukan pekerjaan sebagai orang dewasa
mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai asalkan sesuai dengan kemampuannya. Apoloni
dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak (1981) dalam Astati (200:7) menyatakan bahwa: “hal
yang esensial dalam persiapan vokasional adalah 5 WES L
adanya kesesuaian antara keterampilan dasar dengan 6 SM L
lapangan pekerjaan” 7 MA P

METODE Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas


Dalam penelitian ini jenis penelitian yang ini terdiri dari beberapa sumber yaitu :
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Siswa untuk mendapatkan data tentang hasil
atau Classroom Action Research. Menurut Ebbut belajar dan aktifitas siswa dalam proses
(1985) dalam Hopkins (1993), penelitian tindakan pembelajaran
kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan 2. Guru untuk melihat tingkat keberhasilan
pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok implementasi pembelajaran melalui metode
proyek dan hasil belajar serta aktifitas siswa
guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
dalam proses belajar mengajar.
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai Teknik pengumpulan data dalam Penelitian
hasil dan tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari tes, observasi,
menurut Susilo (2007:16), penelitian tindakan kelas wawancara, dan diskusi teman sejawat/ kolaborator.
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas 1. Tes : dipergunakan untuk mendapatkan data
atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan tentang hasil belajar siswa. Bentuk tes unjuk
pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan kerja, membuat kipas dari anyaman bambu
proses dalam pembelajaran. sesuai langkah-langkah kerja yang sudah
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan ditentukan.
kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada 2. Observasi : dipergunakan untuk mengumpulkan
subyek penelitian yang diutamakan adalah data tentang aktivitas dalam pelaksanaan belajar
mengungkap makna yakni makna dan proses mengajar dan implementasi pembelajaran
pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motifasi, dengan metode proyek menggunakan lembar
kegairahan dan prestasi belajar siswa melalui observasi.
tindakan yang dilakukan guru dalam mengajar di 3. Diskusi antar guru, teman sejawat sebagai
kelas. kolaborator untuk refleksi hasil siklus PTK.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, Untuk mengetahui keefektifan suatu metode
yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan analisis
menggunakan model penelitian tindakan dari data. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan
Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu analisis deskripsi kualitatif yaitu suatu metode
berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh, dengan
action (tindakan), observation (pengamatan), dan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
reflection (refleksi). membuat kipas dari anyaman bambu melalui metode
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek proyek dalam proses pembelajaran. Analisa data
penelitian adalah siswa tunagrahita ringan kelas VII yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
di SMPLB Negeri Banyuwangi semester II tahun refleksi berdasarkan siklus-siklus. Analisa data yang
pelajaran 2012-2013 yang terdiri dari 7 orang siswa, digunakan model analisa Miles dan Hubermen
5 laki-laki dan 2 perempuan. (dalam Sugiyono, 2010 : 247) meliputi tiga tahapan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan yaitu :
pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yaitu 1. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
25 Maret 17 April 2013. Dengan mengikuti siklus. pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
Satu siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Satu kali penting,dicari tema dan polanya. Dengan
pertemuan adalah dua kali 40 menit (80 menit). demikian data yang telah direduksi akan
Banyak siklus ada dua yaitu siklus I dan siklus II. memberikan gambaran yang lebih jelas dan
Tabel.1 data siswa mempermudah peneliti untuk melakukan
No Nama Siswa Jenis Kelamin pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila
1 OS L diperlukan.
2 KAF L 2. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
3 RWP L tabel, grafik. Melalui penyajian data tersebut,
4 TY P maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah disain disain disain
dengan dengan namun
dipahami. benar. sedikit masih
3. Penyimpulan data yaitu kesimpulan awal yang kesalahan. banyak
kesalahan.
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya.
Adapun kriteria penilaian adalah sebagai Tabel 3. Pedoman Penilaian Produk Siswa dalam
berikut : Pembelajaran Membuat Kipas dari Anyaman Bambu
Baik skor 3
Aspek Keterangan
Cukup skor 2 N
yang
Kurang skor 1 o
dinilai Baik Cukup Kurang
Tabel 2. Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa dalam
1 Kehalusan Hasil Hasil Hasil
Pembelajaran Membuat Kipas dari Anyaman Bambu pengeleman pengeleman pengeleman
Aspek Keterangan terlihat rapat masih ada masih
N dan halus. sedikit banyak
yang
o Baik Cukup Kurang rongga. rongga-
dinilai rongga.
1 Motivasi Siswa sangat Siswa Siswa tidak 2 Kerapian Hasil Hasil Hasil
bersemangat kurang bersemangat
perakitan perakitan perakitan
dalam bersemangat dalam
terlihat rapi. terlihat rapi terlihat
mengikuti dalam mengikuti namun masih
kegiatan mengikuti kegiatan
masih ada banyak
pembelajara kegiatan pembelajara sedikit kesalahan.
n membuat pembelajara n membuat kesalahan.
kipas dari n membuat kipas dari
3 Kebersihan Hasil Hasil Hasil
anyaman kipas dari anyaman
pengeleman pengeleman pengeleman
bambu. anyaman bambu.
terlihat ada sedikit terlihat
bambu.
bersih. bercak. banyak
2 Kemauan Siswa sangat Siswa Siswa tidak
bercak.
memiliki kurang memiliki
4 Ketepatan Dapat Dapat Tidak dapat
kemauan memiliki kemauan
Waktu menyelesaik menyelesaik menyelesaik
yang tinggi kemauan yang tinggi
an tugas an tugas an tugas
dalam yang tinggi dalam
sesuai waktu dengan meskipun
mengikuti dalam mengikuti
yang melebihi melebihi
kegiatan mengikuti kegiatan
disediakan. waktu yang waktu yang
pembelajara kegiatan pembelajara
disediakan. disediakan.
n membuat pembelajara n membuat
kipas dari n membuat kipas dari
anyaman kipas dari anyaman
bambu. anyaman bambu.
bambu.
3 Kemamp Siswa dapat Siswa dapat Siswa tidak
uan membuat membuat dapat
membuat pola pola membuat HASIL PENELITIAN
pola menggunaka menggunaka pola
Tabel 4. Rekapitulasi aktivitas siswa dalam
n mal pada n mal pada menggunaka
anyaman anyaman n mal pada pembelajaran membuat kipas dari anyaman bambu
dengan dengan anyaman melalui metode proyek bagi siswa tunagrahita ringan
benar. sedikit namun
kesalahan. masih kelas VII di SMPLB Negeri Banyuwangi pada siklus I
banyak dan siklus II
kesalahan.
4 Kemamp Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siklus I Siklus II
N Nama
uan memotong memotong memotong Pert Pert Pert Pert Pert Pert
memoton anyaman anyaman anyaman
o. siswa
I II III I II III
g pola sesuai sesuai sesuai
dengan pola dengan pola dengan pola 1 OS 10 11 12 13 13 14
yang sudah yang sudah yang sudah 2 KAF 8 9 11 11 11 12
dibuat dibuat dibuat
dengan dengan namun 3 RWP 8 8 8 9 10 12
benar. sedikit masih
kesalahan. banyak 4 TY 9 10 12 12 12 13
kesalahan. 5 WES 7 7 10 11 11 12
5 Kemamp Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat
uan merakit pola merakit pola merakit pola 6 SM 8 9 9 10 12 13
merakit menggunaka menggunaka menggunaka
pola n perekat n perekat n perekat 7 MA 6 7 8 8 9 11
lem sesuai lem sesuai lem sesuai
Rata-rata* 8 8,7 10 10,6 11,1 12,4

53,3 66,7 70,7 82,7


Prosentase
%
58 %
% %
74 %
% 100
* Skor maksimum 15 OS
80
KAF
Grafik 1. Perkembangan aktivitas siswa dalam 60
pembelajaran membuat kipas dari anyaman bambu RWP
melalui metode proyek bagi siswa tunagrahita ringan 40 TY
kelas VII di SMPLB Negeri Banyuwangi pada siklus I WES
dan siklus II 20
SM
100 0 MA
OS Siklus I Siklus II
80
KAF
60 Tabel 6. Nilai Rata-rata kelas dalam membuat kipas
RWP
dari anyaman bambu melalui metode proyek pada
40 TY Siklus I dan Siklus II
WES Nilai Siklus I Siklus II
20
SM Aktifitas Siswa 59,3 % 74 %
0 MA Hasil Produk 59,2 % 80 %
Siklus I Siklus II
Rata-rata % 59,25 77 %

Tabel 5. Rekapitulasi nilai hasil siswa dalam Berdasarkan hasil observasi dan analisis data
pembelajaran membuat kipas dari anyaman bambu pada siklus I, maka dapat di deskripsikan sebagai
melalui metode proyek bagi siswa tunagrahita ringan berikut :
kelas VII di SMPLB Negeri Banyuwangi pada siklus I 1. Pada siklus I
dan siklus II a. Aktifitas siswa dalam membuat kipas dari
Siklus I Siklus II anyaman bambu masih banyak melakukan
No Nama
. siswa Pert Pert Pert Pert Pert Pert kesalahan-kesalahan seperti (1) dalam
I II III I II III membuat pola garisnya masih banyak yang
1 OS 8 9 10 10 11 11 tidak lurus; (2) dalam memotong anyaman
2 KAF 5 7 8 9 10 10 masih sering tidak mengikut garis pada pola;
3 RWP 5 6 7 8 9 10 (3) dalam merangkai pola masih banyak
4 TY 6 7 7 10 10 11
pengeleman yang tidak rapat. Selain itu siswa
masih tampak kurang bersemangat dan
5 WES 6 7 8 9 9 10
kurang konsentrasi. Dan nilai aktifitas yang
6 SM 7 8 9 9 10 10
diperoleh siswamasih rendah yaitu 59,3 %.
7 MA 5 6 7 7 8 9
Tingkat pencapaian hasil membuat kipas dari
Rata-rata* 6 7,14 8 8,9 9,6 10,1 anyaman bambu masih tergolong rendah yaitu
59,2%, jauh dibawah nilai KKM yang ditentukan
59,5 66,7 74,2 84,2
Prosentase 50 %
% % %
80 %
%
oleh sekolah yaitu 70%.
2. Pada siklus II
* Skor maksimum 12
a. Aktifitas siswa mengalami peningkatan dalam
Grafik 2. Rekapitulasi nilai hasil siswa dalam melakukan kegiatan membuat kipas dari
pembelajaran membuat kipas dari anyaman bambu anyaman bambu melalui tahapan-tahapan
melalui metode proyek bagi siswa tunagrahita ringan yang sudah ditentukan dalam lembar kerja
kelas VII di SMPLB Negeri Banyuwangi pada siklus I siswa. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dan siklus II sudah sangat berkurang. Siswa cukup antusias
dan bersemangat dalam melakukan kegiatan.
Nilai aktifitas siswa meningkat dari 59,3 %
pada siklus I menjadi 74 % pada siklus II.
b. Keterampilan siswa dalam membuat kipas SIMPULAN DAN SARAN
dari anyaman bambu pada siklus II terlihat Simpulan
meningkat. Hal ini di tunjukkan dengan Dari hasil penelitian tentang peningkatkan
peningkatan nilai hasil dari 59,2 % pada siklus keterampilan membuat kipas dari anyaman bambu
I menjadi 80 % pada siklus II. siswa tunagrahita ringan kelas VII di SMPLB Negeri
Banyuwangi, dapat disimpulkan sebagai berikut :
PEMBAHASAN 1. Dengan menggunakan metode proyek dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran membuat kipas dari anyaman
proses pembelajaran menggunakan metode proyek bambu pada siswa tunagrahita ringan kelas VII di
pada pembelajaran keterampilan membuat kipas dari SMPLB Negeri Banyuwangi, siswa menjadi lebih
ayaman bambu, siswa lebih cepat memahami materi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa
tentang cara membuat kipas dari ayaman bambu. antusias dan lebih berani bertanya dan
Secara individu semua siswa mengalami peningkatan bekerjasama dengan teman.
baik dari nilai proses maupun nilai hasilnya. Secara 2. Penggunaan metode proyek dalam pembelajaran
keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya membuat kipas dari anyaman bambu dapat
peningkatan baik minat, maupun hasil prestasi siswa, meningkatkan keterampilan siswa dalam
seperti yang di tunjukkan pada tabel dan grafik membuat kipas dari anyaman bambu siswa
diatas. tunagrahita ringan kelas VII di SMPLB Negeri
Berdasarkan analisis dari data-data yang Banyuwangi, yamg ditunjukkan dengan
diperoleh selama proses penelitian berlansung, peningkatan nilai aktifitas siswa pada siklus I
menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran yang rata-rata 59,3 % menjadi 74 % pada siklus II dan
cukup baik jika dibandingkan dengan pembelajaran nilai hasil kerja dari siklus I rata-rata 59,2 %
yang dilakukan sebelum penelitian tindakan kelas menjadi 80 % pada siklus II.
berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan metode proyek dalam pembelajaran Saran
keterampilan membuat kipas dari anyaman bambu Berdasarkan hasil penelitian , maka dapat
yang dilaksanakan oleh guru cocok untuk siswa disarankan hal-hal sebagai berikut:
tunagrahita ringan yang notabene memiliki 1. Bagi Guru
kemampuan intelektual dibawah rata-rata normal. Metode proyek ini dapat digunakan sebagai salah
Pembelajaran dengan metode proyek dalam satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan
membuat kipas dilakukan oleh guru melalui prosedur siswa tunagrahita ringan dalam membuat kipas
pembuatan secara detail mencakup sub-sub kecil dari anyaman bambu di SMPLB.
langkah kerja, diawali dengan memperkenalkan alat 2. Bagi Kepala Sekolah
dan bahan yang akan digunakan, membuat pola Metode proyek dapat digunakan sebagai salah
dengan mal, memotong pola, merangkai dan satu pembinaan bagi guru dalam meningkatakan
melakukan pekerjaan akhir (finishing). pretasi belajar siswa.
Setelah menggunakan metode proyek peneliti
melihat perubahan-perubahan pada siswa, baik DAFTAR PUSTAKA
berupa aktifitas dalam proses pembelajaran, Abdurrahman, (1995) Strategi Belajar Mengajar
pemahaman materi yang dipelajari sehingga dalam Pendidikan Luar Biasa ,Jakarta:
keterampilan siswa dalam membuat kipas dari Depdikbud.
anyaman bambu mengalami peningkatan. Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep
Berdasarkan temuan hasil siklus II tentang dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta.
membuat kipas dari anyaman bambu siswa Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
tunagrahita kelas VII di SMPLB Negeri Banyuwangi, Pendekatan Pratik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
hasil akumulasi nilai diperoleh peningkatan dari Arikunto, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.
59,25 % pada siklus I menjadi 77% pada siklus II. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran telah Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak
mencapai Nilai ketuntasan Minimal (KKM) yang Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama.
telah ditentukan sekolah sebesar 70%. DepartemenPendidikanNasional, 2006. Standart
Kompetensi Kompetensi Dasar Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa Tunagrahita,
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
......................., 2006. Keterampilan Anyaman
Bambu, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Dimiyati, dan Moedjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2010.
Somad, Hernawati. 1995. Ortopedagogik Anak
Tunagrahita, Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenagadan Guru
Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung; Remaja Rosda Karya.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher

You might also like