You are on page 1of 18

JURNAL REGISTRATIE

VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

KOORDINASI PEMERINTAHAN DALAM MEWUJUDKAN TERTIB


ADMINISTRASI PENDUDUK RENTAN DI KOTA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Asri B dan Adee Fatahilah

Institut Pemerintahan Dalam Negeri

ABSTRACT
It is important to making systematic, coordinated and integrated for create collection data of
population and handling between agencies in Palu city, to obtain valid data about the number
of street children, vagrants, beggars, livelihoods and decent living because the number of them
is always increased, so it must be handled in effective and efficient way. The purpose of research
is to understand the basic tasks and functions of the of Population and Civil Registration Office,
and knowing the orderly administration of vulnerable residents, and also to know the outcome
process of realizing the orderly administration of vulnerable populations.
The conclusion of this study is coordination of Organization of Regional Devices in the data
collection of vulnerable population in Palu City is adjusting the main tasks and functions of
each agency, and the each instances still have sectoral ego so it make obstacles in coordination
conducted on vulnerable population, and facilities and infrastructure owned by the government
of Palu City in dealing with vulnerable residents are still inadequate.
The organization of the regional apparatus in the data collection on street children, homeless
and beggars has made an effort to resolve the problem by conducting coordination meetings to
do the main job list division in accordance of each agency function.

Keywords: orderly administration, streed children, homeless people, beggars

ABSTRAK
Pentingnya melakukan pandataan sistematik, terkoordinasi dan terintegrasi dalam pendataan
kependudukan dan penanganan antara instansi di Kota Palu agar mendapatkan data jumlah anak
jalanan, gelandangan dan pengemis yang valid serta bantuan penghidupan dan kehidupan yang
layak karena jumlahnya yang semakin banyak sehingga harus di tangani dengan cara yang efektif
dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami tugas pokok dan fungsi Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, mengetahui tertib administrasi penduduk rentan, serta
untuk mengetahui Hasil Kerja dari proses mewujudkan tertib administrasi Penduduk rentan.
Kesimpulan yang di dapatkan adalah koordinasi Organisasi Perangkat Daerah dalam pendataan
penduduk rentan di Kota Palu dilakukan dengan menyesuaikan terhadap tugas pokok dan fungsi
masing-masing tiap instansi, dan masih adanya ego sektoral antar instansi sehingga
menimbulkan hambatan dalam koordinasi yang dilakukan terhadap penduduk rentan dan masih
kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pemerintah Kota Palu dalam menangani para
penduduk rentan.
Organisasi Perangkat Daerah dalam pendataan kependudukan terhadap anak jalanan,
gelandangan dan pengemis telah melakukan upaya mengatasi masalah yang menjadi hambatan
dengan melakukan rapat koordinasi kembali untuk dilakukan pembagian tugas yang sesuai
dengan fungsi masing-masing instansi tersebut.

Kata kunci: tertib administrasu, anak jalanan, gelandangan dan pengemis

61
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

PENDAHULUAN disebabkan oleh bencana alam dan korban


bencana sosial.
Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Republik
Pemerintah merupakan suatu bentuk
Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang
organisasi yang bekerja dan menjalankan
Satuan Polisi Pamong Praja Pasal 1 ayat (8)
tugas untuk mengelola sistem pemerintah
yaitu Satuan Polisi Pamong Praja, yang
dan menetapkan kebijakan dalam mencapai
selanjutnya disingkat satpol PP adalah
tujuan negara. Hal yang paling mendasar
bagian perangkat daerah dalam penegakan
dan umum dijumpai yaitu pemerintah
Peraturan Daerah, penyelengaraan
memiliki kewajiban melayani seluruh
ketertiban umum dan ketentraman
warga masyarakat dengan segala
masyarakat.
kebutuhannya termasuk pelayanan urusan
administrasi kependudukan. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 1
Tahun 2009 Tentang Administrasi
Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Kependudukan yang tertulis pada Pasal 4
2013 Tentang Administrasi Kependudukan
ayat (1), yaitu setiap penduduk pendatang
sebagai perubahan atas Undang-undang
atau tamu wajib mendaftar diri kepada
Nomor 23 tahun 2006 pasal 1 ayat (6)
Pemerintah Daerah melalui RT/RW dan
bahwa penyelenggara adalah pemerintah,
selanjutnya kepada kepala kelurahan dalam
pemerintah provinsi dan pemerintah
waktu 1x24 jam atau selambat-lambatnya 3
kabupaten/kota yang bertanggung jawab
(tiga) hari sejak tanggal kedatangan. Pada
dan berwenang melaksanakan pelayanan
Pasal 4a menyebutkan Pendataan penduduk
dalam urusan Administrasi Kependudukan.
rentan administrasi kependudukan meliputi
Pertumbuhan penduduk yang klasifikasi yaitu penduduk korban bencana
meningkat berkaitan dengan kemisikinan alam, penduduk korban bencana sosial,
dan kesejahteraan masyarakat. Kota Palu orang terlantar dan komunitas terpencil
yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi
Koordinasi organisasi perangkat daerah
Tengah menjadi pusat segala kegiatan
sangat penting dalam pendataan penduduk
ekonomi, sosial, politik dan budaya.
rentan di Kota Palu terutama pada anak
Menurut Badan Pusat statistik Kota Palu
jalanan, gelandangan dan pengemis yang
pada Tahun 2016 jumlah Penduduk
semakin lama jumlahnya semakin
sebanyak 374.020 Jiwa. Kepadatan
meningkat. Penelitian yang penulis soroti
penduduk Kota Palu pada akhir tahun 2016
adalah mengenai Koordinasi Pemerintahan
tercatat 947 Jiwa/km2 dengan jumlah
Dalam Mewujudkan Tertib Administrasi
penduduk miskin sebanyak 26.240 jiwa.
Penduduk Rentan di Kota Palu Provinsi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Sulawesi Tengah.
Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penelitian ini penulis batasi yaitu hanya
Pendataan dan Penertiban Dokumen
membahas bagaimana koordinasi yang
Kependudukan Bagi Penduduk Rentan
dilakukan Dinas Kependudukan dan
Administrasi Kependudukan pada Pasal 1
Pencatatan Sipil, Dinas Sosial dan Tenaga
ayat (2) menyebutkan Penduduk Rentan
Kerja dan Satuan Polisi Pamong Praja
Administrasi Kependudukan adalah
dalam pendataan kependudukan terhadap
penduduk yang mengalami hambatan dalam
anak jalanan gelandangan dan pengemis
memperoleh dokumen kependudukan yang
serta hambatan-hambatan apa saja yang

62
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

dihadapi dan upaya apa saja yang dilakukan 2. Untuk menganalisis hambatan-
organisasi perangkat daerah dalam hambatan apa saja yang dihadapi
mengatasi hambatan tersebut. Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam pendataan
RUMUSAN MASALAH kependudukan terhadap anak
jalanan gelandangan dan pengemis
Berdasarkan latar belakang masalah
di Kota Palu
yang telah duraikan di atas, maka berbagai
3. Untuk menganalisis upaya-upaya
permasalahan diidentifikasi antara lain :
apa yang dilakukan Organisasi
1. Bagaimana koordinasi Perangkat Daerah dalam mengatasi
pemerintahan dalam mewujudkan hambatan tersebut.
tertib administrasi penduduk rentan
di Kota Palu Provinsi Sulawesi KAJIAN PUSTAKA
Tengah Koordinasi
2. Hambatan-hambatan apa saja yang Koordinasi merupakan suatu proses
dihadapi Dinas Kependudukan dan untuk mengembangkan dan memelihara
Pencatatan Sipil dalam pendataan hubungan yang baik di antara kegiatan-
kependudukan terhadap anak kegiatan fisik maupun kegiatan-kegiatan
jalanan gelandangan dan pengemis rohaniah. Secara luas koordinasi diartikan
di Kota Palu Provinsi Sulawesi oleh Leonard dalam Syafei (2011:33)
Tengah bahwa “Koordinasi adalah penyesuaian diri
3. Upaya yang dilakukan Organisasi dari masing-masing bagian dan usaha
Perangkat Daerah dalam mengatasi menggerakkan serta mengoperasikan
hambatan tersebut. bagian-bagian pada waktu yang cocok
Maksud dan Tujuan Penelitian sehingga dengan demikian masing-masing
bagian dapat memberikan sumbangan
Maksud Penelitian
terbanyak pada keseluruhan hasil”.
Kegiatan penelitian ini bermaksud Sedangkan Awaluddin dalam Hasibuan
untuk memperoleh data serta bagaimana (2011:86) menguraikan bahwa koordinasi
koordinasi yang dilakukan dinas diartikan sebagai “Suatu usaha kerja sama
kependudukan dan pencatatan sipil, dinas antara badan, instansi, unit dalam
sosial dan tenaga kerja dan satuan polisi pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga
pamong praja dalam pendataan terhadap terdapat saling mengisi, saling membantu
anak jalanan, gelandangan dan pengemis di dan saling melengkapi”. Dengan demikian
Kota Palu. koordinasi dapat diartikan sebagai suatu
Tujuan Peneliatian usaha yang mampu menyelaraskan
Tujuan kegiatan penelitian ini adalah: pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam
suatu organisasi.
1. Untuk menganalisis bagaimana
koordinasi pemerintahan dalam Berdasarkan Undang-Undang Nomor
mewujudkan tertib administrasi 32 Tahun 2004 tentang Bupati/Walikota
penduduk rentan di Kota Palu tidak lagi berkedudukan sebagai kepala
Provinsi Sulawesi Tengah wilayah. Dengan demikian tidak otomatis
mempunyai kewenangan melakukan
koordinasi instansi vertikal di daerah.
63
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

Koordinasi yang dmaksud disini adalah Sedangkan faktor-faktor yang


koordinasi lintas sektoral yang memiliki Mempengaruhi Koordinasi menurut
kepentingan dalam pendataan penduduk Hasibuan (2006:88) adalah:
rentan administrasi kependudukan sehingga a. Kesatuan Tindakan, Pada
instansi-instansi tersebut sebagai yang hakekatnya koordinasi memerlukan
mempunyai tugas dan fungsi yang sesuai kesadaran setiap anggota organisasi
yang dapat membantu dalam untuk saling menyesuaikan diri atau
pelaksanaannya. tugasnya dengan anggota atau
Bentuk Koordinasi menurut Syafiie satuan organisasi lainnya agar
(2011:35) dalam bukunya yang berjudul anggota atau satuan organisasi
Manajemen Pemerintahan adalah: tersebut tidak berjalan sendiri-
a. Koordinasi Horizontal: sendiri.
Penyelarasan kerjasama secara b. Komunikasi, Merupakan salah satu
harmonis dan sinkron antar dari sekian banyak kebutuhan
lembaga-lembaga yang sederajat manusia dalam menjalani hidup dan
misalnya antar Muspida Kecamatan kehidupannya. Dalam organisasi
(Camat, Kapolsek, Danramil), antar komunikasi sangat penting karena
Muspida Kabupaten (Bupati, dengan komunikasi partisipasi
Danramil, Kapolres) dan Muspida anggota akan semakin tinggi dan
Provinsi (Gubernur, Pangdam, pimpinan memberitahukan tugas
Kapolda). kepada karyawan harus dengan
b. Koordinasi Vertikal: Penyelarasan komunikasi.
kerjasama secara harmonis dan c. Pembagian Kerja, Secara teoritis
sinkron dari lembaga yang sederajat tujuan dalam suatu organisasi
lebih tinggi kepada lembaga- adalah untuk mencapai tujuan
lembaga lain yang derajatnya lebih bersama dimana individu tidak
rendah. Misalnya antar Kepala Unit dapat mencapainya sendiri.
suatu Instansi kepada Kepala Sub Kelompok dua atau lebih orang
Unit lain diluar mereka, Kepala yang berkeja bersama secara
Bagian (Kabag), suatu Instansi kooperatif dan dikoordinasikan
Kepada Kepala Sub Bagian dapat mencapai hasil lebih daripada
(Kasubag) lain diluar bagian dilakukan perseorangan. Dalam
mereka, Kepala Biro suatu Instansi suatu organisasi, tiang dasarnya
kepada Kepala Sub Biro lain di luar adalah prinsip pembagian kerja
biro mereka. (Division of labor).
c. Koordinasi d. Disiplin, Setiap organisasi yang
Fungsional:Penyelarasan kerjasama kompleks, setiap bagian harus
secara harmonis dan sinkron antar bekerja secara terkoordinasi, agar
lembaga-lembaga yang memiliki masing-masing dapat menghasilkan
kesamaan dalam fungsi pekerjaan hasil yang diharapkan. Koordinasi
misalnya koordinasi antara unit-unit adalah usaha penyesuaian bagian-
suatu organisasi. bagian yang berbeda-beda agar
kegiatan dari pada bagian-bagian itu
selesai pada waktunya, sehingga

64
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

masing-masing dapat memberikan Melakukan kegiatan koordinasi dengan


sumbangan usahanya secara berbagai cara seperti diatas adalah sangat
maksimal agar diperoleh hasil perlu, sebab adanya kegiatan koordinasi
secara keseluruhan, untuk itu dapat menghindarkan terjadi konflik,
diperlukan disiplin. mengurangi duplikasi tugas, meniadakan
pengangguran, melenyapkan kepentingan
Segala bentuk koordinasi diharapkan unit sendiri dan memperkukuh kerja sama.
dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan Koordinasi penting dalam suatu organisasi
tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja karena:
adalah perincian tugas dan pekerjaan agar 1. Untuk mencegah terjadinya
setiap individu dalam organisasi kekacauan, percekcokan dan
bertanggung jawab untuk melaksanakan kekembaran atau kekosongan
sekumpulan kegiatan yang terbatas. Cara pekerjaan.
Melakukan Koordinasi Menurut Manullang 2. Agar orang-orang dan pekerjaannya
(2008:72-73) adalah terdapat empat cara diselaraskan serta diarahkan untuk
utama yaitu: pencapaian tujuan organisasi.
a. Mengadakan pertemuan resmi 3. Agar sarana dan prasarana
antara unsur-unsur atau unit yang dimanfaatkan untuk mencapai
harus dikoordinasikan. Dalam tujuan.
pertemuan seperti ini, dibahas dan 4. Supaya semua tugas, kegiatan dan
diadakan pertukaran pikiran dari pekerjaan terintegrasi kepada
pihak-pihak yang bersangkutan sasaran yang diinginkan.
dengan tujuan mereka akan berjalan
seiring dan bergandengan dalam Lebih lanjut Tripathi dan Reddy (1982)
mencapai suatu tujuan. dalam Moekijat (1994:39) merinci sembilan
b. Mengangkat seseorang, suatu tim syarat untuk mencapai koordinasi yang
atau panitia koordinator yang efektif, yaitu: “Hubungan langsung,
khusus bertugas melakukan kesempatan awal, kontinuitas, dinamisme,
kegiatan-kegiatan koordinasi, tujuan yang jelas, organisasi yang
seperti memberi penjelasan atau sederhana, perumusan wewenang dan
bimbingan kepada unit-unit yang tanggung jawab yang jelas, komunikasi
dikoordinasikan. yang efektif, dan kepemimpinan dan
c. Membuat buku pedoman yang berisi supervisi yang efektif”.
penjelasan tugas dari masing- KEMISKINAN
masing unit. Buku pedoman seperti
Sarasutha dan Noor dalam Supadi dan
itu diberikan kepada setiap unit
Rozany (2008:3-4) menguraikan bahwa
untuk dipedomani dalam
kemiskinan secara konseptual dapat
pelaksanaan tugas masing-masing.
dibedakan atas tiga pengertian yaitu:
d. Pimpinan atau atasan mengadakan
1. Kemiskinan subyektif, setiap orang
pertemuan-pertemuan dengan
mendasarkan pemikirannya sendiri
bawahannya dalam rangka
dengan menyatakan bahwa
pemberian bimbingan, konsultasi
kebutuhannya tidak terpenuhi secara
dan pengarahan.
cukup walaupun secara absolut atau
relatif sebenarnya orang itu tidak
65
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

tergolong miskin. Kemiskinan umum lainnya“.Surbakti dkk dalam


subyektif terjadi karena individu Suyanto (2013:200) anak jalanan dibagi
menyamaratakan keinginan (wants) dalam tiga kelompok, yaitu:
dengan kebutuhan (needs). 1. Chlidren on the street, yakni anak-
2. Kemiskinan absolut adalah kondisi anak yang mempunyai kegiatan
dimana seseorang atau keluarga ekonomi sebagai pekerja anak yang
memiliki pendapatan tetapi tidak dijalan, namun masih mempunyai
mencukupi untuk pemenuhan hubungan yang kuat dengan orang
kebutuhan minimumnya sehari-hari tua mereka.
secara efisien. 2. Children of the street, yakni anak-
3. Kemiskinan relatif berkaitan dengan anak yang berpartisipasi penuh
konsep relative deprivation dimana dijalanan, baik secara sosial maupun
kemampuan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Beberapa di antara mereka
seseorang atau sebuah keluarga masih mempunyai hubungan
berada dalam posisi relatif terhadap dengan orang tuanya, tetapi
anggota masyarakat lain yang frekuensi pertemuan mereka tidak
tinggal dalam satu wilayah. menentu.
3. Children from families of the street,
Konsep kemiskinan sendiri terjadi yakni anak-anak yang berasal dari
karenna terdapat kaitan erat dengan keluarga yang hidup dijalanan.
ketimpangan pendapatan. Sedangkan Garis Walaupun anak-anak ini
Kemiskinan Menurut BPS adalah mempunyai hubungan kekeluargaan
merupakan “Penjumlahan dari Garis yang cukup kuat, tetapi hidup
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis mereka terombang-ambing dari satu
Kemiskinan Non Makanan (GKNM). tempat ke tempat lain.
Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah
Gelandangan
Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin”. Masyarakat yang hidup dengan
keadaan yang tidak sesuai dengan
ANAK JALANAN, GELANDANGAN kehidupan yang layak dikarenakan
DAN PENGEMIS kemiskinan, pendidikan rendah, minimnya
Anak Jalanan keterampilan kerja yang dimiliki dan
sebagainya. Departemen Sosial Republik
Nurhajadmo dalam Bajari (2012:18)
Indonesia (2007:5) mendefinisikan
mendefinisikan bahwa anak jalanan adalah
gelandangan adalah orang-orang yang
anak-anak yang berusia 7-18 tahun, laki-
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan
laki dan perempuan yang bekerja di jalan
norma-norma kehidupan yang layak dalam
raya atau tempat-tempat umum setiap hari.
masyarakat setempat serta tidak
Sedangkan Departemen Sosial Republik
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan
Indonesia dalam Jamaluddin (2015:302)
yang tetap di wilayah tertentu dan hidup
mendefinisikan bahwa anak jalanan adalah
mengembara di tempat umum.
“anak yang sebagian besar meghabiskan
waktunya untuk mencari nafkah atau Jamaluddin (2015:312) mendefinisikan
berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat bahwa gelandangan adalah “orang-orang

66
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

yang tidak mempunyai tempat tinggal atau dikarenakan faktor sosial dan ekonomi yang
rumah dan pekerjaan yang tetap atau layak, rendah dan tidak dapat memenuhi
berkeliaran di dalam kota, makan-minum kebutuhannya dan memilih untuk hidup dan
serta tidur di sembarang tempat”. mencari nafkah di jalanan. Jamaludin
(2015:314-315) berbagai dampak yang
Pengemis ditimbulkan oleh permasalahan anak
Masyarakat yang berpenghasilan jalanan, gelandangan dan pengemis, yaitu
dengan meminta-minta di jalanan dan sebagai berikut:
tempat-tempat umum dengan mendapatkan 1. Masalah lingkungan, gelandangan
rasa kasihan dari masyarakat lainnya. dan pengemis pada umumnya tidak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor memiliki tempat tinggal tetap,
31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan tinggal di wiayah yang sebenarnya
Gelandangan dan Pengemis pada Pasal 1 dilarang dijadikan tempat tinggal
ayat (2) menyebutkan Pengemis adalah seperti taman-taman, bawah
“orang-orang yang mendapatkan jembatan, dan pinggiran kali. Oleh
penghasilan dengan meminta-minta dimuka karena itu, kehadiran mereka di
umum dengan berbagai cara dan alasan kota-kota besar sangat mengganggu
untuk mengharapkan belas kasihan dari ketertiban umum, ketenangan
orang lain“. Kuswarno dalam Jamaluddin masyarakat dan kebersihan serta
(2015:313) membagi tiga kategori keindahan kota.
pengemis sebagai berikut: 2. Masalah kependudukan,
1. Pengemis berpengalaman, yaitu gelandangan dan pengemis yang
pengemis yang menetapkan hidupnya berkeliaran di jalan-jalan
hidupnya sebagai peminta-minta. & tempat umum, kebanyakan tidak
Sebetulnya mereka masih memiliki memiliki kartu identitas yang
peluang lain, tetapi mengemis sudah tercatat di kelurahan (RT/RW)
menjadi pilihan dalam pekerjaannya setempat dan sebagian besar hidup
sehingga sulit dilepaskan karena bersama suami istri tanpa ikatan
sudah menjadi kebiasaannya. pernikahan yang sah
2. Pengemis kontemporer, yaitu 3. Masalah keamanan dan ketertiban,
pengemis masa kini. Kontemporer maraknya gelandangan dan
artinya mengikuti perkembangan pengemis di suatu wilayah dapat
kebutuhan kekinian, hidup untuk menimbulkan kerawanan sosial,
hari ini atau dalam taraf jangka serta mengurangi keamanan dan
pendek, misalnya untuk kehidupan ketertiban di daerah tersebut.
sehari-hari
3. Pengemis berencana, yaitu METODE PENELITIAN
pengemis ini melakukan
Penelitian ini merupakan penelitian
kegiatannya untuk tujuan atau
kualitatif dengan metode deskriptif melalui
rencana tertentu
pendekatan induktif. Effendy (2014:119)
Anak jalanan, gelandangan dan bahwa “Induktif dimulai dari peneliti
pengemis adalah masyarakat penyandang sebagai instrumen penelitian, peneliti
masalah kesejahteraan sosial yang mengumpulkan informasi dengan membaca

67
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

fenomena disekitarnya dan mencoba b. Observasi, yaitu peneliti melakukan


menginterprestasikan permasalahan dalam pengamatan terhadap suatu objek
bentuk pertanyaan-pertanyaan masalah, yang diteliti baik secara langsung
lebih lanjut peneliti memilih dan memilah maupun tidak langsung untuk
permasalahan yang ditangkap dalam memperoleh data yang harus
beberapa kategori agar memudahkan dikumpulkan dalam penelitian.
penjabarannya”. c. Wawancara, yaitu merupakan salah
Penelitian kualitatif menurut Satori dan satu teknik pengumpulan data yang
Komariah (2009:25) adalah “Suatu digunakan peneliti dengan cara
pendekatan penelitian yang mengungkap mengajukan pertanyaan secara
situasi sosial tertentu dengan langsung kepada orang-orang yang
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dipilih berdasarkan pertimbangan
dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik tertentu, sehingga informasi yang di
pengumpulan dan analisis data yang relevan dapat bisa digunakan menjadi data
yang diperoleh dari situasi alamiah”. yang mempunyai dasar.
Hal yang tidak jauh berbeda diutarakan
oleh Denzin dan Lincoln dalam Satori dan HASIL PENELITIAN
Komariah (2009:23) bahwa “Penelitian Dalam proses pengamatan dilapangan,
kualitatif merupakan penelitian yang ditemukan berbagai fenomena empirik yang
menggunakan latar alamiah, dengan akan dianalisis berdasarkan data yang
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi terkumpul melalui observasi, dokumentasi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan dan hasil wawancara. Sedangkan yang
berbagai metode yang ada. Dengan menjadi informan adalah:
beberapa karakteristik khas yang dimiliki, 1. Kepala Dinas Kependudukan dan
penelitian kualitatif memiliki keunikan Catatan Sipil Kota Palu.
tersendiri sehingga berbeda dengan 2. Kepala Dinas Sosial dan Tenaga
penelitian kuantitatif. Kerja
Adapaun metode pengumpulan data 3. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
untuk mengetahui peran Dinas 4. Kepala Bidang Pelayanan
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Rehabilitasi dan Bantuan Sosial
Sosial dan Tenaga Kerja dan Satuan Polisi 5. Kepala Bidang Pelayanan
Pamong Praja dalam mewujudkan tertib Pendaftaran Penduduk
administrasi penduduk rentan di Kota Palu
6. Anak Jalanan, Gelandangan dan
Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu
Pengemis
menggunakan metode:
a. Dokumentasi, yaitu pengumpulan Secara administratif Kota Palu adalah
data dengan cara mempelajari, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah yang
menelaah berbagai peraturan- mewajibkan warganya tertib administrasi
peraturan, buku-buku, serta dan selalu mencatatkan peristiwa penting
dokumentasi lain yang ada dalam pencatatan sipil. Koordinasi
relevansinya dengan masalah yang Pemerintahan Dalam Mewujudkan Tertib
diteliti. Administrasi Penduduk Rentan di Kota
Palu, penulis menggunakan indikator

68
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

menurut pendapat Hasibuan (2006:88) kependudukan orang terlantar seperti


bahwa dalam mewujudkan suatu koordinasi membentuk Tim Pendataan dan mengikuti
dibutuhkan beberap faktor yaitu sebagai tahap mekanisme pendataan yang sesuai
berikut: dengan petunjuk teknis yang telah
Kesatuan Tindakan dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri
yaitu Petunjuk Teknis Peraturan Menteri
Pada hakekatnya koordinasi
Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2011
memerlukan kesadaran setiap anggota
tentang Pedoman Pendataan dan Penerbitan
organisasi atau satuan organisasi untuk
Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk
saling menyesuaikan diri atau tugasnya
Rentan Administrasi Kependudukan.
dengan anggota atau satuan organisasi
lainnya agar anggota atau satuan organisasi Melalui koordinasi instansi dan dinas
tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh yang terkait harus mengetahui apa yang
sebab itu konsep kesatuan tindakan adalah harus dilakukan sesuai dengan tupoksi
inti dari pada koordinasi. instansi masing-masing, instansi terkait
membuat perencanaan dalam pendataan
Kesatuan dari pada usaha, berarti
penduduk rentan. Dinas Kependudukan dan
bahwa pemimpin harus mengatur
Pencatatan Sipil selain berkoordinasi
sedemikian rupa usaha-usaha dari pada tiap
dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, juga
kegiatan individu sehingga terdapat adanya
berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong
keserasian di dalam mencapai hasil.
Praja dalam pendataan penduduk rentan,
Kesatuan tindakan ini adalah merupakan
agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan
suatu kewajiban dari pimpinan untuk
sesuai dengan yang telah direncanakan
memperoleh suatu koordinasi yang baik
sebelumnya.
dengan mengatur jadwal waktu
dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu Berdasarkan hasil dari wawancara yang
dapat berjalan sesuai dengan waktu yang dilakukan oleh penulis kepada Kepala
telah direncanakan. Bidang Pelayanan Rehabilitasi dan Bantuan
Sosial mengatakan bahwa “Anak jalanan,
Instansi atau dinas yang ikut
gelandangan, dan pengemis memang
berpartisipasi dalam pelaksanaan
termasuk dalam penduduk rentan
koordinasi Antar Instansi ini mengutus
administrasi kependudukan yang dapat di
pejabat yang terlibat didalamnya sebagai
kategorikan sebagai orang yang terlantar
anggota. Pengutusan Pejabat sebagai
sehingga pendataan kependudukan yang
Anggota atas pelaksanaan koordinasi ini
dilakukan haruslah mengikuti mekanisme
disebabkan kegiatan Koordinasi Rapat
atau prosedur pendataan yang sesuai dengan
Kerja Lintas Sektor sangat penting dalam
mekanisme/prosedur pendataan terhadap
pendataan penduduk rentan di Kota Palu.
orang terlantar”.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh
Sipil Kota Palu telah melakukan koordinasi
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja bahwa
dengan instansi terkait dalam mewujudkan
“Mekanisme atau prosedur pendataannya
tertib adminitrasi penduduk rentan.
menggunakan prosedur orang terlantar yang
Prosedur dalam pendataan penduduk rentan
ada dalam prosedur penduduk rentan karena
atau anak jalanan, gelandangan, dan
anak jalanan, gelandangan, dan pengemis
pengemis, dinas terkain telah bekerja
masuk ke dalam golongan orang terlantar
dengan melakukan pendataan

69
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

yang apabila kita lihat cara hidup anak direncanakan. Pelaksanaan koordinasi ini
jalanan, gelandangan, dan pengemis dibutuhkan komunikasi yang baik oleh
tersebut mereka hidupnya terlantar penanggung jawab atas koordinasi maupun
dijalanan dan tempat umum. semua yang terlibat dalam pelaksanaan
Penjelasan diatas disimpulkan bahwa kegiatan koordinasi.
pejabat yang berwenang melaksanakan Hal ini seperti yang dikatakan oleh
kegiatan pendataan terhadap penduduk Kepala Dinas Kependudukan dan
rentan di Kota Palu sesuai dengan Pencatatan Sipil bahwa “Untuk
bidangnya masing-masing dan telah menginformasikan adanya pelaksanaan
berjalan sebagaimana mestinya. Namun koordinasi rapat kerja lintas sektor
hasil pengamatan yang dilakukan oleh sebelumnya harus dilakukan komunikasi
penulis menemukan bahwa dalam yang baik dengan dinas-dinas yang terkait
pendataan penduduk rentan yang dilakukan dalam pendataan penduduk rentan di Kota
oleh instansi terkait masih ada ego antar Palu”.
instansi yang menyebabkan data yang Sedangkan Kepala Dinas Sosial Kota
dimiliki tiap instansi berbeda satu sama lain Palu yang mengatakan, bahwa “Diperlukan
sehingga dalam pengumpulan data yang adanya komunikasi yang baik dengan Dinas
dilakukan oleh penulis berbeda antar Kependudukan dan Catatan Sipil dan
instansi yang satu dengan instansi lainnya. Satuan Polisi Pamong Praja karena adanya
Komunikasi saling ketergantungan antara dinas-dinas
Komunikasi merupakan salah satu dari tersebut dalam pendataan penduduk rentan
sekian banyak kebutuhan manusia dalam di Kota Palu”.
menjalani hidup dan kehidupannya. Dalam Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
organisasi komunikasi sangat penting menguraikan bahwa “Dalam melakukan
karena dengan komunikasi partisipasi pendataan kependudukan terhadap
anggota akan semakin tinggi dan pimpinan penduduk rentan harus melakukan
memberitahukan tugas kepada karyawan komunikasi terlebih dahulu terhadap
harus dengan komunikasi. instansi yang terkait karena yang bertugas
Instansi terkait yang bertugas dalam dalam pendataan penduduk rentan adalah
pendataan penduduk rentan harusnya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sedangkan
melakukan komunikasi yang intens agar Satpol PP bertugas mengamankan dlm
tidak ada kesalahan informasi di dalamnya pendataan penduduk rentan.
yang menyebabkan pendataan penduduk Pelaksanaan Koordinasi Rapat Kerja
rentan tidak berjalan lancar dan ada Lintas Sektor ini terjadi karena adanya
perbedaan data dan hasil dalam pendataan komunikasi berupa pemberian informasi
penduduk rentan. Dinas Kependudukan dan kepada setiap instansi yang terkait.
Pencatatan Sipil, Dinas Sosial dan Tenaga Informasi yang pertama disampaikan oleh
Kerja dan Satuan Polisi Pamong Praja Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil
merupakan instansi yang bertanggung melalui surat edaran yang mengharuskan
jawab dalam pendataan penduduk rentan kepada pemerintah Kabupaten/Kota untuk
sehingga dalam pelaksanaannya harus melakukan pendataan penduduk rentan.
saling berkomunikasi dengan baik agar Pemerintah Kota Palu pun langsung
dapat berjalan sesuai dengan yang mengeluarkan Surat Keputusan Kota Palu

70
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

tentang Pembentukan Tim Kerja Lintas tiang dasarnya adalah prinsip pembagian
Sektor kepada Instansi atau Dinas yang kerja (Division of labor). Prinsip pembagian
terkait. kerja dimaksudkan agar organisasi dalam
Media yang digunakan dalam pencapaian tujuannya harus melakukan
penyampaian informasi ini yaitu melalui pembagian kerja yaitu uraian atau rincian
surat Keputusan Walikota dan media tugas dan pekerjaan bagi setiap individu
Komunikasi yang digunakan yaitu telepon dalam organisasi dan bertanggung jawab
genggam sebagai alat komunikasi. Adapun untuk melaksanakan tugas yang dibebankan
media lain yang digunakan instansi yang kepadanya secara terbatas.
terkait untuk mempermudah komunikasi Hasil wawancara dengan Kepala Dinas
yaitu melalui media sosial. Pemberian Kependudukan dan Pencatatan Sipil
informasi dalam bentuk komunikasi tetap diperoleh informasi bahwa tugas dan fungsi
harus selalu dilakukan dalam pelaksanaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
koordinasi. Media yang dapat digunakan dalam pendataan kependudukan terhadap
sebagai penghubung atas pelaksanaan penduduk rentan diantaranya adalah
koordinasi juga dilakukan oleh semua “Melakukan koordinasi dengan instansi
instansi/dinas yang terkait. terkait atau melakukan koordinasi lintas
Berdasarkan penjelasan diatas penulis sektoral dalam pendataan kependudukan
menyimpulkan bahwa dalam pendataan terhadap penduduk rentan atau anak
penduduk rentan yang dilakukan oleh jalanan, gelandangan dan pengemis
pemerintah diperlukan adanya komunikasi sehingga ada pembagian tugas sesuai
yang baik antara masing-masing instansi dengan tugas pokok dan fungsi masing-
terkait, sehingga dalam perencanaan dan masing dinas dan Satuan Kerja Perangkat
pendataan dilapangan dapat berjalan lancar Daerah yang terkait dalam pendataan
sebagaimana mestinya. penduduk rentan tersebut.
Selama penelitian penulis mengamati Hal yang tidak jauh berbeda diutaraka
bahwa komunikasi yang baik belum efektif oleh Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
dilakukan antar instansi terkait dalam saat wawancara dengan penulis mengatakan
pendataan penduduk rentan. Penulis bahwa tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial
berkesimpulan demikian karena didalam dan Tenaga Kerja dalam pendataan
pengambilan data yang dilakukan oleh kependudukan terhadap penduduk rentan
penulis ditemukan perbedaan dalam yaitu “Melakukan koordinasi dengan Dinas
kepemilikan data masing-masing instansi, Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan
sehingga penulis mengalami kesulitan instansi terkait lainnya dalam hal pendataan
untuk menentukan data yang akurat. kependudukan terhadap penduduk rentan
sehingga Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Pembagian Kerja
dapat memperoleh data yang lebih akurat
Pada prinsipnya suatu organisasi atau valid yang dapat membantu dalam
terbentuk untuk mewujudkan tujuan pelaksanaan program Dinas Sosial dan
bersama, dengan demikian untuk Tenaga Kerja terkait masalah Kesejahteraan
mencapainya tidak dapat dilakukan secara Sosial di Kota Palu.
individu melainkan harus berkelompok
Sedangkan Kepala Satuan Polisi
yang bekerja sama dan berkolaborasi dalam
Pamong Praja menguraikan saat wawancara
pencapaiannya. Dalam suatu organisasi,

71
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

dengan penulis bahwa tugas pokok dan masing bidang merupakan salah satu kunci
fungsi Satuan Polisi Pamong Praja dalam keberhasilan dalam pendataan penduduk
pendataan kependudukan terhadap rentan agar pendataan dapat dilakukan
penduduk rentan, yaitu “Berkoordinasi semaksimal mungkin dan dalam jangka
dengan instansi-instansi terkait lainnya dan waktu yang telah ditentukan karena apabila
melaksanakan sesuai dengan tugas dan salah satu bidang bekerja dengan kurang
fungsi Satuan Polisi Pamong Praja yaitu disiplin maka proses pendataan akan
melakukan razia terhadap anak jalanan, berjalan lamban dan menyebabkan kerugian
gelandangan, dan pengemis di jalanan dan waktu dan biaya yang lebih besar lagi.
tempat umum lainnya dan Sedangkan Kepala Dinas Sosial dan
mengumpulkannya di tempat yang telah Tenaga Kerja mengutarakan dalam
disediakan untuk dilakukan pendataan wawancara bahwa “Setiap dinas yang
kependudukannya terhadap anak jalanan, terkait tentunya sudah mengetahui apa
gelandangan, dan pengemis sehingga tupoksinya masing-masing juga tentu sudah
mereka dapat memperoleh dokumen mempunyai bidang-bidang yang mengatasi
kependudukannya. terkait masalah penduduk rentan, sekarang
Hasil beberapa penjelasan di atas tergantung dari dinas masing-masing
menggambarkan bahwa pejabat yang apakah akan terus mengawasi agar bidang-
berwenang melaksanakan kegiatan sesuai bidang yang terkait tersebut tetap bekerja
dengan bidangnya masing-masing dalam dengan baik agar pendataan terhadap
pendataan penduduk rentan di Kota Palu penduduk rentan dapat berjalan sebaik
dan telah berjalan sebagaimana mestinya. mungkin, itu merupakan langkah yang tepat
Namun lebih baiknya ditingkatkan lagi agar pendataan tetap berjalan sedisiplin
demi perbaikan organisasi kedepannya mungkin dan semaksimal mungkin.
dalam melakukan pelayanan bagi Hal tidak jauh berbeda diutarakan oleh
masyarakat. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja bahwa
Disiplin “Dari pihak Satuan Polisi Pamong Praja
Organisasi yang baik dan kompleks dalam pendataan penduduk rentan telah
harus memiliki anggota yang disiplin dalam bertindak sedisplin mungkin karena pada
bekerja, agar segala ketentuan yang dasarnya kami dari Satuan Polisi Pamong
direncanakan berjalan sebagaimana Praja harus bertindak tegas terhadap
mestinya, termasuk dalam melakukan penduduk rentan, karena penduduk rentan
koordinasi dengan instansi lain. Koordinasi juga merupakan salah satu tugas dan
adalah usaha penyesuaian bagian-bagian permasalahan yang harus ditangani oleh
yang berbeda-beda agar kegiatan dari pada satuan kami karena mereka dapat
bagian-bagian itu selesai pada waktunya, menganggu ketertiban dan kenyamanan
sehingga masing-masing dapat memberikan masyarakat disekitarnya.
sumbangan usahanya secara maksimal agar Penjelasan dari beberapa pejabat
diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk terkain di atas dapat disimpulkan bahwa
itu diperlukan disiplin. dalam pendataan penduduk rentan yang
Kepala Dinas Kependudukan dan dilakukan oleh pemerintah harus dilakukan
Pencatatan saat wawancara dengan penulis sedisiplin mungkin dan semaksimal
mengatakan bahwa “Kedisiplinan masing- mungkin, agar pendataan dapat berjalan

72
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

secara optimal dan tepat waktu sehinga instansi yang terkait membuat adanya
lebih efektif dan efisien. perbedaan data kependudukan terhadap
Hasil pengamatan penulis penduduk rentan. Kemudian adanya
mendapatkan bahwa setiap bidang yang kepentingan dari masing-masing instansi
ditugaskan dalam pelaksanaan pendataan terkait yang membuat adanya perbedaan
penduduk rentan belum disiplin yang data yang dimiliki.
menyebabkan kinerja tidak tercapai Kurangnya Sarana dan Prasarana
maksimal. Seperti dalam pengumpulan data
Ketersediaan sarana dan prasarana
yang mereka lakukan masing-masing
menjadi salah satu hambatan dalam
bidang belum memiliki kesamaan data yang
pendataan penduduk rentan. Hal tersebut
mereka miliki sehingga menimbulkan
diperoleh berdasarkan dari hasil wawancara
perbedaan data yang dimiliki masing-
dengan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga
masing instansi. Karena penulis merhasil
Kerja, Kepala Dinas Kependudukan dan
mewawancari pada salah satu anak jalanan
Pencatatan Sipil, Kepala Satuan Polisi
mengatakan bahwa “Dia tidak tahu kalau
Pamong Praja, Kepala Bidang Pelayanan
ada pendataan yang dilakukan oleh
Rehabilitasi dan Bantuan Sosial, Kepala
pemerintah, sehingga dia tidak pernah ikut
Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk,
dalam pendataan yang dilakukan.
anak jalanan, gelandangan dan pengemis
HAMBATAN-HAMBATAN serta hasil pengamatan penulis yang
Ego Sektoral dari Setiap Instansi Terkait dilakukan saat dalam penelitian.
Salah satu hambatan dalam pendataan Kurangnya sarana dan prasarana dalam
penduduk rentan anak jalanan, gelandangan pendataan anak jalanan, gelandangan dan
dan pengemis yaitu adanya ego sektoral dari pengemis dikarenakan belum adanya
setiap instansi terkait, hal tersebut terlihat bangunan untuk tempat mengumpulkan
pada perbedaan data yang dikeluarkan oleh anak jalanan, gelandangan dan pengemis
masing-masing instansi terkait. Karena tersebut, seperti:
hasil wawancara penulis dengan Kepala a. Panti Sosial;
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil b. Pusat Rehabilitasi Sosial;
dan Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan;
Penduduk diperoleh informasi bahwa d. Pusat Kesejahteraan Sosial;
terjadinya perbedaan data yang dimiliki e. Rumah Singgah;
oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dengan f. Rumah Perlindungan Sosial.
Satuan Polisi Pamong Praja dikarenakan Kurangnya Sosialisasi
instansi-instansi tersebut memiliki ego dan
Hal lain yang menjadi hambatan dalam
kepentingannya masing-masing dalam
pendataan penduduk rentan adalah
melakukan tugas terkait masalah anak
kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh
jalanan, gelandangan dan pengemis
instansi terkait. Dimana Kepala Dinas
tersebut.
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Berdasarkan penjelasan diatas dan mengatakab bahwa “Sosialisasi yang
pengamatan yang dilakukan oleh penulis dilakukan oleh dinas kependudukan sendiri
diperoleh informasi bahwa masih adanya dalam pendataan penduduk rentan masih
ego yang dimiliki bidang-bidang dari kurang dikarenakan biaya yang dibutuhkan

73
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

tergolong besar sehingga untuk sosialisasi dan sesuai dengan rencana sehingga
sendiri sulit untuk dilakukan”. memperoleh hasil data yang akurat dan
Penulis saat melakukan penelitian valid tentang jumlahnya.
memperoleh informasi bahwa sosialisasi
Melibatkan Wartawan untuk Sosialisasi
pemerintah dalam pendataan penduduk
rentan masih belum terlihat jelas dilapangan Sosialisasi pendataan penduduk rentan
dikarenakan berbagai kendala yang dimiliki dilakukan dengan cara memanfaatkan
oleh dinas kependudukan dan pencatatan media baik cetak maupun elektronik, seperti
sipil. koran, baliho, spanduk, televisi, radio dan
media sosial tentang pentingnya pendataan
UPAYA DALAM MENGATASI penduduk. Kepala instansi terkait saat
HAMBATAN-HAMBATAN wawancara diperoleh informasi bahwa
Melakukan Rapat Koordinasi untuk untuk mengatasi masalah sosialisasi
Pembagian Tugas tersebut instansi-instansi yang terlibat
dalam pendataan kependudukan untuk
Upaya untuk mengatasi adanyak ego
orang terlantar tersebut melibatkan
sektoral antar instansi yang terjadi adalah
wartawan sebagai media untuk mengangkat
mengadakan rapat koordinasi untuk
masalah tersebut ke dalam media baik
pembagian tugas masing-masing instansi
secara media cetak maupun media eletronik
yang memiliki kepentingan dalam
serta melibatkan lembaga swadaya
pendataan penduduk rentan tersebut.
masyarakat untuk mengumpulkan secara
Hasil wawancara dari masing-masing personal dan memberitakan terkait
kepala instansi terkait mengatakan bahwa pentingnya memiliki dokumen
“Untuk mengatasi adanya ego sektoral antar kependudukan bagi penduduk rentan
instansi dalam pendataan kependudukan tersebut sehingga anak jalanan,
terhadap penduduk rentan atau anak gelandangan, dan pengemis sebagai sasaran
jalanan, gelandangan, dan pengemis informasi tersebut dapat menerima
tersebut sehingga dilakukan rapat informasi tersebut.
koordinasi dengan instansi-instansi yang
Analisis Fokus Magang dari Perspektif
terlibat untuk pembagian tugas sesuai
Legalistik
dengan tugan pokok dan fungsinya masing-
masing instansi sebelum melakukan Koordinasi organisasi perangkat daerah
pendataan sehingga tidak terjadi tumpang dalam mewujudkan tertib administrasi
tindih tugas antar instansi dan dapat berdasarkan peraturan Menteri Dalam
memperoleh hasil maksimal yang sesuai Negeri Nomor 11 Tahun 2010 pada Pasal 1
dengan sasaran kegiatan. ayat (2) menyebutkan Penduduk Rentan
Administrasi Kependudukan adalah
Sewa Bangunan untuk Digunakan dalam “penduduk yang mengalami hambatan
Pendataan Penduduk Rentan dalam memperoleh dokumen
Panti sosial belum ada di Kota Palu kependudukan yang disebabkan bencana
sehingga perlu dilakukan penganggaran alam dan bencan sosial.
penyewaan gedung untuk dipergunakan Kepala Dinas Kependudukan dan
selama proses pendataan orang terlantar Pencatatan Sipil dalam wawancara
tersebut agar kegiatan yang akan mengatakan bahwa “Dinas Kependudukan
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan Pencatatan Sipil dalam pendataan
74
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

penduduk rentan didasari pada peraturan dan merehabilitasi anak jalanan,


menteri dalam negeri nomor 11 Tahun 2010 gelandangan dan pengemis tersebut.
tentang pedoman pendataan dan penerbitan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
dokumen kependudukan bagi penduduk mengenai Perkembangan Kependudukan
rentan adminisitrasi kependudukan, dan Pembangunan Keluarga pada Pasal 1
terutama penduduk yang terkena bencana ayat (13) menyebutkan penduduk rentan
alam dan bencana sosial”. adalah penduduk yang dalam berbagai
Ketentuan pokok kesejahteraan sosial, matranya tidak atau kurang mendapat
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia kesempatan untuk mengembangkan
Nomor 31 Tahun 1980 tentang potensinya sebagai akibat dari keadaan
Penanggulangan Gelandangan dan fisik/non fisiknya.
Pengemis pada bagian pertimbangan Jumlah Anak Jalanan, Gelandangan
menyatakan: dan Pengemis
a. Bahwa gelandangan dan pengemis di Kota Pada Tahun 2016
tidak sesuai dengan norma Pemang
kehidupan bangsa Indonesia Anak Gelan
ku Peng Jum
berdasarkan Pancasila dan Undang- Jalan danga
Kepenti emis lah
Undang Dasar 1945, karena itu perlu an n
ngan
diadakan usaha-usaha Satuan
penanggulangan Polisi 283 183 327 793
b. Bahwa usaha penanggulangan Pamong Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa
tersebut, di samping usaha-usaha Praja
pencegahan timbulnya gelandangan Dinas
dan pengemis, bertujuan pula untuk Sosial
memberikan rehabilitasi kepada 283 183 279 679
dan
gelandangan dan pengemis agar Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa
Tenaga
mampu mencapai taraf hidup Kerja
kehidupan dan penghidupan yang Sumber: Dinas Sosial & Tenaga Kerja dan
layak sebagai Warga Negara Satuan Polisi Pamong Praja 2016
Republik Indonesia.
Penulis mewawancarai Kepala Dinas Berdasarkan verifikasi data di atas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dapat kita lihat terdapat perbedaan jumlah
mengatakan bahwa “Dinas kependudukan data anak jalanan, gelandangan dan
dan pencatatan sipil sebagai instansi yang pengemis antara yang dimiliki oleh dinas
bertugas mendata jumlah anak jalanan, sosial dan tenaga kerja serta satuan polisi
gelandangan dan pengemis bekerja sama pamong praja dikarenakan masih adanya
dengan satuan polisi pamong praja dan ego sektoral yang dimiliki oleh instansi
dinas sosial. Satuan polisi pamong praja terkat dikarenakan masing-masing memiliki
sebagai instansi yang berhak tugas dan fungsi yang berbeda oleh karena
menanggulangi anak jalanan, gelandangan itu perlunya melakukan koordinasi dalam
dan pengemis sesuai dengan pasal 34 ayat 1 pendataan kependudukan terhadap anak
dan UUD 1945 dan UU Nomor 6 tahun dan jalanan, gelandangan dan pengemis tersebut
dinas sosial yang berhak untuk menangani sehingga memiliki verifikasi data jumlah
yang sama.

75
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

KESIMPULAN DAN SARAN Saran


Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan yang telah
1. Koordinasi yang dilakukan instansi diuraikan berkaitan dengan penelitian ,
terkait dalam pendataan penduduk maka saran yang dapat diberikan adalah:
rentan di Kota Palu sudah dilakukan 1. Instansi terkait harus melakukan
sesuai dengan tugas pokok dan pembagian tugas masing-masing
fungsi masing-masing. agar semua kegiatan dapat berjalan
2. Masih adanya ego sektoral antar secara seimbang, petunjuk teknis
instansi menimbulkan hambatan yang digunakan seharusnya ada juga
dalam kordinasi yang dilakukan yang dikeluarkan oleh pemerintah
dalam pendataan. Belum adanya daerah Kota Palu sehingga landasan
sarana dan prasarana juga menjadi hukumnya juga semakin kuat.
salah satu faktor susahnya untuk 2. Instansi terkait sebaiknya
mengumpulkan anak jalanan, mengesampingkan ego sektoral
gelandangan dan pengemis. yang dimiliki demi terlaksananya
Sosialisasi juga belum maksimal tujuan bersama untuk mendapatkan
dilakukan sehingga apabila akan hasil yang maksimal. Juga harus
dirazia untuk dikumpulkan mereka memiliki gedung bangunan sendiri
cenderung melarikan diri dan sehingga tidak perlu memakan biaya
bersembunyi. banyak untuk menyewa setiap kali
3. Organisasi Perangkat Daerah dalam melakukan pendataan.
melakukan pendataan 3. Sebaiknya sebelum pendataan
kependudukan terhadap anak dilakukan diadakan rapat koordinasi
jalanan, gelandangan dan pengemis antar instansi terkait sehingga dalam
telah melakukan upaya mengatasi pelaksanannya mendapatkan data
masalah yang menjadi hambatan yang akurat. Mestinya
dengan mengadakan rapat mengusulkan kepada Gubernur atau
koordinasi agar pembagian tugas Walikota Palu untuk melakukan
sesuai dengan fungsi masing- pembangunan sarana dan prasarana
masing. Instansi terkait telah seperti panti sosial, pusat
melakukan penganggaran untuk rehabilitasi, pusat pendidikan dan
penyewaan gedung agar pendataan pelatihan agar dalam
dapat terlaksana, serta pelaksanaannya kedepan tidak perlu
mensialisasikannya dengan lagi melakukan penyewaan gedung
melibatkan wartawan, baik melalui untuk kegiatan pendataan.
media cetak maupun media
elektronik.

DAFTAR PUSTAKA
Rujukan Buku
Bajari, Atwar. 2012. Anak Jalanan. Bandung: Humaniora
Bungin, Burhan H.M. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana Prenama Media Group

76
Koordinasi Pemerintahan Dalam.... (Asri B dan Adee Fatahilah)

Cresswell, John W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Departemen Sosial Republik Indonesia. 2007. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Tuna Susila Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Jakarta: Departemen
Sosial Republik Indonesia
Effendy, Hasan. 2014. Memadukan Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung.: CV Indra
Prahasta
Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta
Gulo. 2010.Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi
Aksara.
................... 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Jamaludin Adon Nasrullah. 2015. Sosiologi Perkotaan. Bandung: Pustaka Setia.
Manullang, Marihot AMH. 2008. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
Moekijat. 1994. Koordinasi Suatu Tinjauan Teoritis. Bandung: Mandar Maju.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suparman, Ujang. 2009. Qualitative Research for Language Teaching and Learning.
Bandung: Arfino Raya.
Supadi dan Rozany Achmad, 2008. Kemiskinan dan Globalisasi : Pencarian Solusi Alternatif.
Penerbit Lapera Pustaka Utama Yogyakarta.
Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syafiie, Inu Kencana. 2011. Manajemen Pemerintahan. Jakarta: Pustaka Reka Cipta.

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Bupati/Walikota Tidak Lagi Berkedudukan
Sebagai Kepala Wilayah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang Lama.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.

77
JURNAL REGISTRATIE
VOL. 1 NO. 1, FEBRUARI 2019 : 61 - 78

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi
Pamong Praja.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan
Pengemis.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pendataan dan
Penerbitan Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan.
Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kota Palu Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Administrasi Kependudukan.
Peraturan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Penulisan Laporan Akhir dan Skripsi Institut Pemerintahan Dalam Negeri Tahun
Akademik 2017/2018.

Sumber Lain
http//sulteng.bps.go.id
http//palukota.bps.go.id

78

You might also like