You are on page 1of 15

Jurnal 1

IMPLEMENTASI INTERNATIONAL CONVENTION AGAINST Critical Journal Review


DOPING IN SPORT DI INDONESIA (STUDI KASUS : MK. ISU OLAHRAGA
PENYELENGGARAAN PON XVIII DIPROVINSI RIAU PKO F 2020
TAHUN 2012)
Jurnal 2
PENYALAHGUNAAN ZAT TERLARANG (DOPING DAN NAPZA) SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN STAMINA DALAM OLAHRAGA

NAMA MAHASISWA : NOEL ARBOREA BANGUN

NIM : 6203121084

DOSEN PENGAMPU : Dr.RAHMA DEWI, M.Pd

MATA KULIAH : ISU OLAHRAGA

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2021

0
EXCECUTIVE SUMMARY

This research explains implementation of the rules of the International Convention


Against Doping in Sport in Indonesia (Case Study: Implementation of the Pekan Olahraga
Nasional (PON) XVIII in Riau province in 2012). Doping is giving a drug or substance
orally
or parenterally to an athlete in a competition with the main objective to improve the
performance of improperly. The use of doping in sport has been declared prohibited
(illegal).
In the 33rd session of the UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Culture
Organization) meeting on 19 October 2005 in Paris (France), the participating countries
approved the contents of the international convention against doping in sport
(International
Convention Against Doping in Sport). The case of the use of doping can be found both on
the
national and international sporting events. One case of the use of doping in sport can be
found in national sporting events namely PON XVIII in Riau Province in 2012. The final
result of this research is the implementation of the International Convention Against
Doping
In Sport in Indonesia (Case Study: Implementation of the Pekan Olahraga Nasional (PON)
XVIII in Riau Province in 2012) was conducted using precautions, doping control and
sanctions for doping users in PON XVIII. The Government of Indonesia respect the the
noble
values of sport, Indonesia accepted the convention are realized with the establishment of
Presidential Decree No. 101 of 2007 on the Ratification of the International Convention
Against Doping in Sport, and the prohibition on the use of doping has been regulated in
Article 85 of Law No. 3 of 2005 on Sports System.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
dan karuniaNya. Kami dapat menyelesaikan critical Journal Review tentang
“PERMASALAHAN DOPING DALAM OLAHRAGA” .Kami juga berterimakasih kepada
Ibu Dr.Rahma Dewi, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Isu Olahraga di UNIMED yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai olahraga dan penerapannya. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan, November 2021

NoelArborea Bangun

2
Daftar ISI

Excecutive Summary ...................................................................................................... 1

Kata Pengantar ................................................................................................................ 2

Daftar Isi ......................................................................................................................... 3

BAB 1 Pendahuluan ....................................................................................................... 4

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR ....................................................................... 4

B.Tujuan Penulisan CJR ..................................................................................... 4

C.Manfaat CJR ................................................................................................... 4

D.Identitas Jurnal ................................................................................................ 4

BAB 2 Ringkasan Isi Artikel .......................................................................................... 5

A.Pendahuluan ................................................................................................... 5

B.Deskripsi Isi .................................................................................................... 5

BAB 3 Pembahasan / Analisis ........................................................................................ 9

A.Pembahasan isi Journal .................................................................................. 9

B. Kelebihan dan kekurangan isi Artikel Journal ............................................... 10

BAB 4 Penutup ............................................................................................................... 12

A.Kesimpulan ..................................................................................................... 12

B.Rekomendasi .................................................................................................. 12

Daftar Pustaka................................................................................................................. 14

3
BAB I.PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR

Sering kita tidak mengetahui betapa pentingnya pengaruh Olahraga dalam penerapan di
kehidupan kita sehari hari dalam suatu kelompok atau organisasi.Dengan adanya jurnal yang
terkait dengan “PERMASALAHAN DOPING DALAM OLAHRAGA” maka kita dapat
menganalisis masalah Penggunaan Doping yang terjadi di dalam bidang olahraga.

Oleh karena itu penulis membuat Critical Journal Review sebagai gambaran bagi para
pembaca untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran tentang bahaya penggunaan
doping bagi olahragawan di kehidupan nyata yang sesungguhnya.

B. Tujuan Penulisan CJR

Alasan dibuatnya CJR ini adalah sebagai penyelesaian tugas mata kuliah Isu
Olahraga,menambah wawasan terkait dengan bahaya doping bagi atlet,meningkatkan
pengetahuan tentang doping dalam olahraga,serta menguatkan pemahaman tentang doping
dalam kehidupan konkret.

C. Manfaat CJR

1. Menambah ilmu pengetahuan

2. Memberikan gambaran kepada pembaca agar tidak menggunakan doping

3. Memenuhi tugas mata kuliah Isu Olahraga

D. Identitas Artikel
❖ Jurnal Utama

4
1. Judul Artikel : IMPLEMENTASI INTERNATIONAL
CONVENTION AGAINST DOPING IN SPORT DI INDONESIA (STUDI KASUS :
PENYELENGGARAAN PON XVIII DIPROVINSI RIAU TAHUN 2012)
2. Nama Journa l : JOM FISIP
3. Edisi Terbit :2
4. Pengarang Artikel : Ismul Al Azom
5. Penerbit :-
6. Kota Terbit : Pekanbaru
7. Nomor ISSN :-
8. Alamat Situs : SIPDA UNIMED

❖ Jurnal Kedua
1. Judul Artikel : PENYALAHGUNAAN ZAT TERLARANG
(DOPING DAN NAPZA) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN STAMINA
DALAM OLAHRAGA
2. Nama Journal :Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
3. Edisi Terbit : 1
4. Pengarang Artikel : Ida Ayu Kade Arisanthi Dewi, S.Pd., M.Fis.
5. Penerbit :-
6. Kota Terbit :-
7. Nomor ISSN : 2337 – 9561
8. Alamat Situs :-

5
BAB II.RINGKASAN ISI ARTIKEL

1 .PENDАHULUАN

Dalam kesaharian kita sering mengenal bahasa doping.Tetapi secara umum doping
sering dipersepsikan sebagai zat yang berfungsi menambah stamina.Penyebutan kata doping
lebih di dominan digunakan pada bidang keolahragaan atau kesehatan sehingga tulisan ini
lebih banyak menguraikan sisi-sisi lain dalam dunia olahraga. Banyak cara orang untuk
meraih sesuatu terutama prestasi dengan segala cara dan salah satunya adalah doping dan
Napza. Untuk mengetahui apa sesungguhnya doping dan Napza dalam kontek pengertian
akan dijabarkan terlebih dahulu.

2 .DESKRIPSI ISI

1.TINJAUAN PUSTAKA

Olahraga merupakan tempat dimana adanya proses interaksi antar manusia serta
mengandung nilai-nilai etikanya satu dengan lain diperlihatkan, diuji dan dipelajari. Dalam
olahraga terkandung pelajaran seperti sikap fair play (bermain jujur), kerjasama tim, sikap
sportif dan sebagainya. Beban berat menjadi seorang pemenang yang berada di pundak
seorang atlet dapat berakibat fatal baginya. Para atlet dapat pula menggunakan berbagai cara
yang dilarang dalam peraturan kompetisi yang dipertandingkan demi mencapai target yang
diinginkan, salah satunya melalui penggunaan doping. Kata doping sendiri berasal dari kata
dope, bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan yang artinya minuman keras berkonsentrasi
tinggi dari campuran akar tumbuhan yang biasa dipakai suku setempat untuk perangsang
(stimulan) pada acara adat.Doping dalam bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan
narkotika untuk perangsang.Kata doping pertama kali dipakai di Inggris pada tahun 1869
untuk balapan kuda di Inggris, di mana kuda didoping agar menjadi juara.Jenis-jenis doping
beraneka macam, namun beberapa diantaranya merupakan obat yang dilarang pemakaiannya
oleh pemerintah baik di dalam olahraga maupun di luar olahraga. Salah satu contohnya

6
adalah sabu-sabu, barang tersebut biasa digunakan ilmu medis dan berguna dalam
meningkatkan kerja adrenalin, sehingga atlet yang memakainya tidak merasa cepat lelah,
badan terasa segar dan enerjik saat bertanding.Adapun alasan pelaranggan doping dalam
olahraga meliputi: pertama,Alasan etis. Penggunaan doping melanggar normafairplay dan
sportivitas yang merupakan jiwa olahraga. Kedua, Alasan medis karena membahayakan
keselamatan pemakainya. Atlet akan mengalami habituation (kebiasaan) dan addiction
(ketagihan) serta drugs abuse (ketergantungan obat) yang dapat membahayakan jiwa. Selain
itu juga dapat menyebabkan kematian.

2.METODE PENELITIАN

Penelitian ini membahas tentang implementasi aturan International Convention


Against Doping in Sport di Indonesia (Studi Kasus: Penyelenggaraan Pekan Olahraga
Nasional (PON) XVIII di provinsi Riau Tahun 2012). Kasus penggunaan doping dalam
olahraga banyak dijumpai dalam event olahraga nasional maupun internasional.Salah satu
kasus penggunaan doping dalam olahraga dapat ditemukan pada event olahraga nasional
yaitu PON XVIII di Provinsi Riau tahun 2012. Dalam penelitian ini penulis lebih fokus
terhadap pencegahan, pengawasan doping serta pemberian sanksi bagi para atlet yang
menggunakan doping pada penyelenggaraan PON XVIII di Provinsi Riau tahun 2012.

4.KESIMPULАN DАN SАRАN

Kesimpulаn

Dari uraian di atas dapat diuat suatu simpulan bahwa penggunaan doping sudah
dilakukan sejak lama. Ada 6 kelas doping yaitu: golongan stimulan, β-Blocker, narkotik,
anabolic agent dan peptide hormon. Golongan stimulan digunakan untuk mengurangi
kelelahan melalui empat mekanisme, serta efek samping berupa tremor, insomnia,
dll.Golongan diuretic digunakan untuk meningkatkan produksi cairan sehingga mampu
menurunkan berat badan, serta efek samping berupa gangguan keseimbangan elektrolit dan
dehidrasi.Golongan β-Blocker digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan melalui
rangsangan pada susunan saraf pusat, serta efek samping berupa ketergantungan obat dan
gangguan pada jantung.Golongan narkotik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri di
kalangan atlet melalui rangsang pada reseptor dalam otak bahkan bisa mempengaruhi emosi,
serta efek samping berupa stupor hingga koma dan dapat menimbulkan

7
ketergantungan.Golongan anabolik agent digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
kecepatan dengan memperpanjang masa latihan, serta efek samping berupa kelainan pada
cardiovaskuler, hepatik, reproduksi, infeksi, kosmetik dan efek psikologis.Golongan peptida
hormon digunakan untuk meningkatkan kemampuan hormon endogen yang bertujuan
mempengaruhi penampilan, serta efek samping berupa bengkak (oedem), sakit kepala,
gynecomastia.

Sаrаn

Dari uraian di atas dapat digunakan kepada orang yang bergelut dalam dunia
olahraga terutama kepada para atlet agar tidak menggunakan doping sebagai jalan pintas
untuk mencapai prestasi yang maksimal, karena doping dapat membahayakan kesehatan.
Bаgi penelitiаn selаnjutnyа mengenаi topik inidihаrаpkаn hаsil penelitiаn ini dаpаt
dijаdikаnsebаgаi аcuаn bаgi peneliti selаnjutnyа untukmengembаngkаn penelitiаn ini
dengаnmempertimbаngkаn vаriаbel-vаriаbel lаin yаngmerupаkаn vаriаbel lаin diluаr
vаriаbel yаng telаhdibаhаs dаlаm penelitiаn ini.

8
BABI.PEMBAHASAN / ANALISIS

A.Pembahasan Isi Jurnal

• Jurnal Utama

Jurnal ini membahas tentang implementasi aturan International Convention Against


Doping in Sport di Indonesia (Studi Kasus: Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional
(PON) XVIII di provinsi Riau Tahun 2012). Kasus penggunaan doping dalam olahraga
banyak dijumpai dalam event olahraga nasional maupun internasional.Salah satu kasus
penggunaan doping dalam olahraga dapat ditemukan pada event olahraga nasional yaitu
PON XVIII di Provinsi Riau tahun 2012. Dalam penelitian ini penulis lebih fokus terhadap
pencegahan, pengawasan doping serta pemberian sanksi bagi para atlet yang menggunakan
doping pada penyelenggaraan PON XVIII di Provinsi Riau tahun 2012.
Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan performance dalam
berolahraga.Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena
khasiat obat atau karena dosis yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap sebagai
suatu doping. Di dalam dunia keolahragaan penggunaan doping telah dinyatakan dilarang
(illegal), baik oleh IOC (International Olympic Commitee), liga olahraga profesional dan
organisasi olahraga formal di setiap negara. Dalam pertemuan UNESCO (United Nations
Educational, Scientific and Culture Organization) sesi ke 33 tanggal 19 Oktober 2005 di
Paris Perancis, para negara peserta menyetujui isi konvensi internasional melawan doping
dalam olahraga (International Convention Against Doping in Sport). International
Convention Against Doping in Sport bertujuan untuk meningkatkan kerja strategi dan
program kegiatan-kegiatan UNESCO dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga, serta
mempromosikan pencegahan dan pemberantasan doping dalam olahraga. Pemerintah dan
bangsa Indonesia yang menghormati nilai-nilai luhur dari olahraga, Indonesia menerima

9
konvensi tersebut yang diwujudkan dengan terbentuknya Peraturan Presiden RI Nomor 101
Tahun 2007 tentang Pengesahan Konvensi Internasional Menentang Doping dalam Olahraga
dan larangan mengenai pemakaian doping telah diatur dalam Pasal 85 Undang ± Undang
Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan. Indonesia mengimplementasikan
konvensi tersebut salah satu satunya pada Penyelenggaraan PON XVIII di Riau tahun
2012.Pengimplementasian yang pertama yaitu melakukan tindakantindakan pencegahan
guna membatasi penggunaan zat dan metode terlarang oleh para olahragawan pada
penyelenggaraan PON XVIII di Riau.Kegiatan yang dilakukan PB PON bidang kesehatan
yaitu melakukan seminar sosialisasi dampak buruk dari doping.Pengimplementasian yang
kedua yaitu Pengawasan Doping pada penyelenggaraan PON XVIII di Riau tahun 2012.
Pengawasan doping meliputi tindakan finasial atau anggaran dana untuk pengujian doping,
pengujian doping yang dilakukan terhadap atlet-atlet peraih medali emas, dan kerjasama
internasional dengan laboratorium doping Thailand dalam hal pemeriksaan sampel doping
atlet peraih emas pada PON XVIII di Riau tahun 2012. Pengimplementasian yang terakhir
adalah tindakan berupa sanksi-sanksi atau hukuman-hukuman yang ditujukan pada tenaga
keolahragaan yang melakukan pelanggaran peraturan anti-doping atau pelanggaran lainnya
yang berkaitan dengan doping dalam olahraga. Untuk penyelesaian kasus penggunaan
doping pada penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012, menteri Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia mengeluarkan keputusan Nomor 0009 Tahun 2013, yaitu membentuk
Dewan Disiplin Anti Doping.

• Jurnal Kedua

Kata doping sendiri berasal dari kata dope, bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan yang
artinya minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar tumbuhan yang biasa
dipakai suku setempat untuk perangsang (stimulan) pada acara trance adat.Doping dalam
Bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk perangsang.Kata doping
pertama kali dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan kuda di Inggris, di mana kuda
didoping agar menjadi juara.Nilai sportifitas dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda
oleh pemakaian obat doping yang dikonsumsi atletnya. Persaingan prestasi olahraga yang
semakin ketat membuat sebagian atlet sering menghalalkan berbagai cara. Apalagi ada
sebagian pelatih yang bernafsu meningkatkan prestasi atlet dengan berbagai cara, misalnya
latihan yang lebih keras, memanfaatkan kemajuan teknologi, atau bahkan lewat jalan pintas

10
yaitu memberi obat doping demi prestasi dan meningkatkan performa atlitnya. Pengertian
atau definisi Doping Menurut IOC (International Olympic Committee) pada tahun 1990,
doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang
dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis.
Menurut International Congress of sport Sciences; Olypiade Tokyo (1964); doping
adalah pemberian atau penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi
organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologisdalam jumlah yang abnormal atau
diberikan melalui jalann yang abnormal dengan tujuan meningkatkan prestasi.
Salah satu jenis doping yang paling sering digunakkan para atlet adalah obat-obatan
anabolik, termasuk hormon androgenik steroid ( androstenedione, nandrolone dan
stanozolol. THG (tetrahydrogestrinone) adalah steroid tiruan yang didesain secara spesifik
untuk membantu atlet.Ditemukan di laboratorium Los Angeles setelah mendapat petunjuk
dari seorang pria yang menyatakan sebagai pelatih atletik terkenal.Steroid anabolik adalah
steroid yang merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru, meniru pengaruh
dari hormon seks laki-laki testosterone.

11
BABIV .PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diuat suatu simpulan bahwa penggunaan doping sudah
dilakukan sejak lama. Ada 6 kelas doping yaitu: golongan stimulan, β-Blocker, narkotik,
anabolic agent dan peptide hormon. Golongan stimulan digunakan untuk mengurangi
kelelahan melalui empat mekanisme, serta efek samping berupa tremor, insomnia,
dll.Golongan diuretic digunakan untuk meningkatkan produksi cairan sehingga mampu
menurunkan berat badan, serta efek samping berupa gangguan keseimbangan elektrolit dan
dehidrasi.Golongan β-Blocker digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan melalui
rangsangan pada susunan saraf pusat, serta efek samping berupa ketergantungan obat dan
gangguan pada jantung.Golongan narkotik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri di
kalangan atlet melalui rangsang pada reseptor dalam otak bahkan bisa mempengaruhi emosi,
serta efek samping berupa stupor hingga koma dan dapat menimbulkan
ketergantungan.Golongan anabolik agent digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
kecepatan dengan memperpanjang masa latihan, serta efek samping berupa kelainan pada
cardiovaskuler, hepatik, reproduksi, infeksi, kosmetik dan efek psikologis.Golongan peptida
hormon digunakan untuk meningkatkan kemampuan hormon endogen yang bertujuan
mempengaruhi penampilan, serta efek samping berupa bengkak (oedem), sakit kepala,
gynecomastia.

B. Rekomendasi

12
Sebaiknya dalam metode pengumpulan data kita dapat mengikuti sistem pendaataan pada
jurnal utama karena dengan luas nya sumber data yang kita peroleh otomatis akan lebih
menambah pengetahuan kita dalam bidang yang ingin di analisa sedangkan dalam
penggunaan bahasa seharusnya digunakan bahasa yang konikatif agar semua kalangan
mengerti akan hasil analisa yang terkait dalam jurnal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenpora, 2011.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem


Keolahragaan Nasional. Biro Humas dan Kepegawaian Kemenpora RI: Jakarta.
Lembaga Anti Doping Indonesia, 2003.Kode Anti Doping Dunia.KONI: Samarinda
htpp//Ridwanaz.com//kesehatan//pengertian doping obat perangsang prestasi/.
http//Putro Agus Harnowo-detik.com//Jenis obat peambah stamina//2013.
http//id.m.wikipedia.org>wiki>doping//2015.

Jurnal
HR. Muchtan Sujatno. (2011). Pengaruh
Doping Terhadap Atlet PON XIV &
SEA Games XIX di Jakarta. Vol 1,
No 1. Hal 32-38.
0LFKDHO_ 6WUDXEHO__ ________ ³The
International Convention Against
Doping in Sport: Is It the Missing
Link to USADA Being a State Actor
and WADC Coverage of U.S. Pro
$WKOHWHV"_´_Vol 9, No 1. Hal 64-89
Stephan Haggard. (1987). Beth A Simmons

13
Internasional Organization, Vol 41,
No 3. Hal 491-517
Buku
Agency, W. A. D. (2015).International
Standar Testing and Investigations.
Victoria: World Anti-Doping
Agency.
Agency, W. A. D. (2009).World Anti-
Doping Code.Victoria: World Anti-
Doping Agency.
World Anti-Doping Agency (WADA)
(2009) World Anti-Doping Code.
Montreal: World Anti-Doping
Agency.
/$’,__ ________ ³3HGRPDQ_ Anti Doping
Dalam Olahraga. LADI: Jakarta.
Pertodiharjo, S. Kenali Narkoba dan
Musuhi Penyelahgunaannya.
Jakarta: Erlangga.

14

You might also like