You are on page 1of 41

06/06/21

PENYAKIT AKIBAT KERJA

1
06/06/21

Source: Joan Burton. WHO Healthy Workplace Framework and Model, 2010.
http://www.who.int/occupational_health/healthy_workplace_framework.pdf

2
06/06/21

What Determines Workers Health?

Working Environment Work-related Health


- mechanical Practices
- physical - individual risk-taking behaviour
- chemical - physical exercise, sedentary
- biological work
- ergonomic - diet and nutrition
- psycho-social risk - unhealthy habits-smoking,
alcohol

What Determines Workers


Health?

Access to Health
Social Factors
- Occupational Status, Services
Employment Conditions - Preventive Occupational Health
- Income Services
- Inequities in Gender, Racae, Specialized Curative Care and
Age, Residence, etc Rehabilitation
- Health and Accident Insurance

INTRODUCTION

3
06/06/21

TOXICOKINETICS

4
06/06/21

5
06/06/21

6
06/06/21

7
06/06/21

8
06/06/21

9
06/06/21

10
06/06/21

11
06/06/21

12
06/06/21

DIFFICULTY IN ESTIMATING
OCCUPATIONAL DISEASE
Medical problem
Medical problem Disincentives for
not recognized as
not identified reporting
work-related

No reporting for Reporting Legal or


particular requirements not economic issues
disease enforced prevent reporting

13
06/06/21

ICEBERG OF OCCUPATIONAL
DISEASE
Recognized as Work
Reported Related

Diagnosed BUT not


recognized as work related

Not Reported
Symptoms Present No Diagnosis

Asymptomatic

LINGKUP PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit akibat kerja


•  penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja.
Penyakit terkait kerja
•  penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab
dengan faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya.
Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

14
06/06/21

PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA

Golongan fisika Golongan kimia Golongan biologi Golongan Golongan


•  Suhu ekstrem •  Semua bahan kimia •  Bakteri ergonomi psikososial
•  Bising dalam bentuk : •  virus •  Angkat angkut berat •  Beban kerja kualitatif
•  Pencahayaan •  debu •  Jamur •  posisi kerja janggal dan kuantitatif
•  Vibrasi •  uap •  Bioaerosol •  posisi kerja statis •  organisasi kerja
•  Radiasi pengion dan •  uap logam •  dll •  gerak repetitif •  Kerja monoton
Non pengion •  gas •  penerangan •  hubungan
•  tekanan udara •  Larutan •  Visual Display interpersonal
•  kabut Terminal (VDT) •  kerja shift
•  partikel nano •  dll •  lokasi kerja dll
•  dan lain-lain.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

PRINSIP-PRINSIP PENYAKIT AKIBAT KERJA

Frekuensi kejadian
Hubungan antara penyakit pada populasi
pajanan yang spesifik pekerja lebih tinggi
dengan penyakit. daripada pada
masyarakat.

Penyakit dapat dicegah


dengan melakukan
tindakan promosi
kesehatan dan
pencegahan penyakit.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

15
06/06/21

PELAYANAN PAK

Diagnosa PAK Tata Laksana PAK


•  penegakan diagnosis klinis; •  Tata Laksana Medis
•  penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja; •  Dilakukan sesuai dengan standar profesi, standar
•  penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit; pelayanan dan SOP
•  penentuan kecukupan pajanan; •  Tata Laksana Okupasi à pada komunitas dan individu
•  penentuan faktor individu yang berperan; •  pelayanan pencegahan PAK;
•  penentuan faktor lain di luar tempat kerja; •  pelayanan penemuan dini PAK;
•  penentuan diagnosis okupasi •  pelayanan kelaikan kerja;
•  pelayanan kembali bekerja; dan
•  pelayanan penentuan kecacatan.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

PENEGAKAN DIAGNOSIS
PENYAKIT AKIBAT KERJA

Aspek medik Aspek komunitas: Aspek legal


•  dasar tata laksana •  untuk melindungi •  untuk memenuhi hak
medis dan tata pekerja lain pekerja
laksana PAK serta
membatasi kecacatan
dan keparahan
penyakit.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

16
06/06/21

PENEGAKAN DIAGNOSIS
PENYAKIT AKIBAT KERJA

2. Menentukan 3. Menentukan
1. Pajanan yang hubungan 4. Menentukan 5. Menentukan 6. Menentukan
7. Menentukan
Menegakkan dialami pajanan besarnya faktor individu pajanan di luar
diagnosis PAK
Diagnosis Klinis pekerja di dengan pajanan yang berperan tempat kerja
tempat kerja diagnosis klinis

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

anamnesa; pemeriksaan fisik;

bila diperlukan
dilakukan pemeriksaan
penunjang dan
pemeriksaan khusus

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

17
06/06/21

Deskripsi semua
pekerjaan secara
Periode waktu melakukan
kronologis dan pajanan Produk yang dihasilkan. Bahan yang digunakan.
masing-masing pekerjaan.
yang dialami (pekerjaan
terdahulu sampai saat ini).

riwayat kecelakaan kerja Alat Pelindung Diri (APD)


Cara bekerja. Proses kerja.
(tumpahan bahan kimia). yang digunakan.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

Hubungan pajanan dengan


Pajanan yang teridentifikasi
diagnosis klinis dipengaruhi
berdasarkan evidence
oleh waktu timbulnya gejala
based dihubungkan dengan
setelah terpajan oleh bahan
penyakit yang dialami.
tertentu.

Hasil pemeriksaan pra-kerja


Penyakit lebih sering timbul dan berkala dapat
apabila berada di tempat digunakan sebagai salah
kerja dan berkurang saat satu data untuk menentukan
libur atau cuti. penyakit berhubungan
dengan pekerjaannya.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

18
06/06/21

Penilaian untuk menentukan kecukupan pajanan tersebut untuk menimbulkan gejala penyakit dapat dilakukan
secara:

Kualitatif Kuantitatif
pengamatan cara,
data pengukuran
proses dan lingkungan
lingkungan kerja yang
ke r j a d e n ga n
dilakukan secara
memperhitungkan lama
periodik.
kerja dan masa kerja.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes Pemakaian alat


pelindung secara benar
No 56 Tahun 2016 tentang data monitoring
dan konsisten untuk
Penyelenggaraan Pelayanan biologis.
mengurangi besar
Penyakit Akibat Kerja pajanan.

jenis kelamin usia kebiasaan riwayat penyakit


keluarga (genetik)

riwayat atopi penyakit


penyerta.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

19
06/06/21

Penyakit yang timbul mungkin disebabkan oleh pajanan yang


sama di luar tempat kerja sehingga perlu informasi tentang
kegiatan yang dilakukan di luar tempat kerja seperti:

pekerjaan
hobi pekerjaan rumah
sampingan.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

Membuat kesimpulan
penyakit yang diderita
oleh pekerja adalah
PAK atau bukan PAK.
Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

20
06/06/21

PENATALAKSANAAN PAK
TATA LAKSANA MEDIS
Tata laksana medis dilakukan
Tata laksana medis dilakukan Rujukan klinis dilakukan
di fasilitas pelayanan
setelah diagnosis klinis pada Terapi yang diberikan apabila diagnosis klinis
kesehatan dilakukan oleh
langkah pertama diagnosis berupa: belum dapat ditegakkan
dokter sesuai dengan
PAK ditegakkan. karena :
kompetensinya berupa:

Timbul keraguan dari dokter


rawat jalan medikamentosa yang melakukan pemeriksaan.

Non medikamentosa seperti :


•  edukasi
•  exercise, Sumber daya manusia, sarana,
rawat inap •  fisioterapi, dan prasarana yang tidak
•  konseling,
memadai.
•  psikoterapi
•  nutrisi.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

PENATALAKSANAAN PAK
TATA LAKSANA OKUPASI
Tata laksana okupasi
Tata Laksana Okupasi
dilakukan setelah Sasaran Tata Laksana Tata Laksana Okupasi
pada Komunitas
diagnosis PAK Okupasi pada Individu Pekerja
Pekerja
ditegakkan.

Penetapan Upaya
Individu
Kelaikan Pencegahan
Pekerja
Kerja PAK

Program
Komunitas Penemuan
Kembali
Pekerja Dini PAK
Bekerja

Penentuan
Cacat

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

21
06/06/21

TATA LAKSANA OKUPASI – PADA INDIVIDU PEKERJA


PENENTUAN KELAIKAN KERJA

Penetapan kelaikan Hasil penilaian digunakan


untuk menentukan pekerja
kerja meliputi tersebut :

Penilaian kapasitas bekerja berganti


dan tolerasi dengan pekerjaan
Dapat kembali keterbatasan yang sesuai
pekerja dengan bekerja pada
penilaian risiko, pekerjaan
(limitasi) dengan
tuntutan pekerjaan ataupun kondisi
yang ada di sebelumnya restriksi kesehatan
tempat kerja. tertentu pekerja.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

RUJUKAN PENENTUAN KELAIKAN


KERJA, DIPERLUKAN JIKA
status kesehatan pasien
terdapat keraguan dalam
kompleks (melibatkan > 1 pajanan faktor risiko yang
menentukan besaran risiko terdapat ketidakpuasan
sistem organ atau ada di tempat kerja
yang ada dan risiko yang pekerja atas penetapan
melibatkan hanya 1 sistem kompleks dan saling
dapat diterima (acceptable kelaikan kerja.
organ tetapi sistem organ berkaitan.
risk).
yang vital).

penetapan kelaikan kerja


ada permintaan dari
diperlukan untuk penetapan
bagian kepegawaian atau SDM dan sarana prasarana
kelaikan kerja calon kepala
bagian keselamatan dan di fasilitas pelayanan
daerah atau pimpinan
kesehatan kerja suatu kesehatan tidak memadai.
lembaga tinggi negara
perusahaan.
lainnya.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

22
06/06/21

TATA LAKSANA OKUPASI – PADA INDIVIDU PEKERJA


PROGRAM KEMBALI BEKERJA (RETURN TO WORK)

Suatu upaya terencana agar pekerja yang


mengalami cedera/sakit dapat segera kembali
bekerja secara produktif, aman dan berkelanjutan.

penatalaksanaan
pelatihan penyesuaian penyediaan biaya asuransi partisipasi
pemulihan medis pemulihan kerja, keterampilan pekerjaan pekerjaan baru pemberi kerja.
dan kompensasi

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

RUJUKAN PROGRAM KEMBALI


KERJA, DILAKUKAN JIKA JIKA
status kesehatan pasien
diperlukan kunjungan ke
kompleks (melibatkan > 1 pajanan faktor risiko yang
tempat kerja pasien untuk
sistem organ atau ada di tempat kerja
melihat pekerjaan lain yang
melibatkan hanya 1 sistem kompleks dan saling
tersedia yang cocok dengan
organ tetapi sistem organ berkaitan.
kondisi medis pasien.
yang vital).

terdapat keraguan dalam


menentukan besaran risiko terdapat ketidakpuasan
yang ada dan risiko yang pekerja atas penetapan
dapat diterima (acceptable kelaikan kerja.
risk).

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

23
06/06/21

TATA LAKSANA OKUPASI – PADA INDIVIDU PEKERJA


PENENTUAN KECACATAN

Rujukan Jenis kecacatan belum ada dalam pedoman


penentuan penentuan kecacatan.
kecacatan
diperlukan
Penyakit akibat kerja dapat jika:
menimbulkan disabilitas akibat Terdapat ketidakpuasan pekerja atas
penetapan persentase kecacatan.
kecacatan anatomi maupun fungsi
yang perlu dinilai persentasenya
sehingga pekerja berhak Terdapat keberatan dari pihak pemberi
jaminan pelayanan kesehatan atas penetapan
mendapatkan kompensasi sesuai persentasekecacatan.
dengan peraturan perundang-
undangan Diperlukan untuk kepentingan legal seperti
kompensasi ganti rugi di luar dari yang
dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturanperundang-undangan.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

TATA LAKSANA OKUPASI – PADA KOMUNITAS PEKERJA


UPAYA PENCEGAHAN PAK

Upaya Pencegahan PAK:


Pada umumnya penyakit akibat kerja bersifat irreversible sehingga tindakan
pencegahan sangat diperlukan, karena bila tidak dilakukan akan menimbulkan
penyakit akibat kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang sama

Pemberian informasi
Promosi kesehatan mengenai APD yang
Pemberian imunisasi
kerja sesuai dengan Melakukan sesuai dengan
Melakukan bagi pekerja yang
hasil identifikasi pengendalian potensi bahaya
identifikasi potensi terpajan dengan
potensi bahaya potensi bahaya di yang ada di tempat
bahaya PAK agen biologi
yang ada di tempat tempat kerja kerja dan cara tertentu.
kerja. pemakaian APD
yang benar.

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

24
06/06/21

TATA LAKSANA OKUPASI – PADA KOMUNITAS PEKERJA


PENEMUAN DINI PAK

Penemuan Dini PAK:

Surveilans
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Kesehatan Pra Pekerja dan
Berkala Khusus
Kerja Lingkungan
Kerja

-  Pemeriksaan Kesehatan dilakukan sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja
-  Data surveilans kesehatan pekerja dihubungkan dengan data surveilans lingkungan kerja untuk mengetahui keterkaitan penyakit
dengan potensi bahaya di tempat kerja
Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PAK

Fasyankes tingkat I
• Dokter dengan kompetensi tambahan
terkait PAK

Fasyankes rujukan tingkat lanjutan


Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

25
06/06/21

pasien

ALUR DIAGNOSA anamnesis dan


pemeriksaan

DAN
TATA LAKSANA PAK
Konsul Spesialis
diagnosis klinis Ragu Klinik Terkait Rujuk ke
RS/BKKM/BTK

Ragu Ragu

Konsul Spesialis Kedokteran


diagnosis Okupasi Pemeriksaan
okupasi Ragu Lingkungan Biomarker dan
lain-lain

penatalaksanaan
kasus

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Medis Okupasi

Ragu
Konsul
Spesialis terkait
(rujuk BKKM,
RS)

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PAK

26
06/06/21

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PAK


SUMBER DAYA MANUSIA
Memiliki STR dan Surat Ijin Praktik

Mematuhi:
•  Standar Profesi
•  Standar Pelayanan
•  Standar Prosedur Operasional

Memiliki Kompetensi yang diperoleh dari


•  Pendidikan
•  Pelatihan à diselenggarakan oleh organisasi profesi/lembaga lain dengan kurikulum terstandar

Penyelanggaraan pelayanan PAK di:


•  Fasyankes tingkat I à dokter dengan kompetensi tambahan terkait PAK yang diperoleh dari pendidikan formal&/pelatihan
•  Pelatihan Kesja Dasar/Hiperkes
•  Pelatihan diagnosa dan Tata Laksana PAK
•  Fasyankes rujukan tingkat lanjut à SpOK

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PAK


FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Fasyankes tingkat I
•  Puskesmas
•  Klinik
•  Dokter praktek mandiri

Fasyankes Rujukan Tingkat Lanjutan


•  Klinik Utama
•  RS
•  Dokter Praktek Mandiri SpOK
Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

27
06/06/21

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PAK


SARANA DAN PRASARANA

Fasyankes Tingkat I Fasyankes Rujukan Tingkat Lanjutan


•  Dokumen Rekam Medis •  Dokumen Rekam Medis à form penilaian
•  Alat Pemeriksaan Fisik bahaya potensial di tempat kerja
•  Alat Penanganan Emergensi •  Alat Pemeriksaan Fisik
•  Kran/Shower air dengan fasilitas air mengalir •  Sarana Penunjang Diagnosa PAK
dengan saluran pembuangan khusus •  Perlengkapan pemeriksaan lingkungan dan alat
•  Alat bantu hidup dasar pemeriksaan lingkungan
•  Alat Penanganan Luka dan Trauma

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PAK


PEMBIAYAAN

Dapat dilakukan oleh


•  Pekerja
•  Pemberi Kerja
•  Atau melalui SJSN

Prinsip pembiayaan
•  Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
•  Dilaksanakan berdasarkan penetapan diagnosa dan tata laksana PAK

Kemenkes RI. (2016). Permenkes No 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

28
06/06/21

HASIL PEMERIKSAAN
AUDIOMETRI

29
06/06/21

AUDIOMETRIC TESTING

30
06/06/21

AUDIOMETRI EVALUATION
 STANDARD THRESHOLD SHIFT (STS)
­  Membandingkan hasil pemeriksaan audiometri
terakhir dan sebelumnya (pre-employment
baseline audiogram
­  Bila STS > 10 dB untuk masing-masing telinga
maka peker ja mengalami gangguan
pendengaran yang signifikans

31
06/06/21

EXAMPLE BASELINE AUDIOGRAM


125 250 500 1K 2K 3K 4K 6K 8K

10

10
Baseline Audiogram
20
(The initial audiogram
30 taken by worker when first
40 employed.)
50

ANNUAL AUDIOGRAM (SHOWING STS)


125 250 500 1K 2K 3K 4K 6K 8K

10

0
BASELINE
10
16
20 9
30
16 + 9 + 8 = 33 8
40 33 / 3 = 11 ANNUAL
50 Reportable Loss? NO
STS ? YES

32
06/06/21

CONTOH SOAL
 Berikut adalah audimetric baseline dan audimetri tahunan dari seorang pekerja.
Tentukan apakah pekerja mengalami gangguan pendengaran yang signifikans?

EVALUASI % PENURUNAN PENDENGARAN

 Permenakertrans No. PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian


Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

33
06/06/21

KMK 327 TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN


COVID-19 AKIBAT KERJA SEBAGAI PAK YANG
SPESIFIK PADA PEKERJAAN TERTENTU

34
06/06/21

35
06/06/21

36
06/06/21

37
06/06/21

38
06/06/21

39
06/06/21

40
06/06/21

TERIMA KASIH

41

You might also like