Professional Documents
Culture Documents
1. RENDI SAPUTRA
2. HASRIYANI
3. SALSA PUTRI
4. PRAMESTI DEA ISKANDAR
5. NAJWA PUTRI AULIA
6. ANISHA RAHMA
7. INDRIYANI WAHYUNI
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan tempat pelayanan kesehatan masyarakat semakin meningkat seiring dengan
perkembangan manusia dan kemajuan zaman. Sesuai perannya sebagai tempat pelayanan
kesehatan masyarakat umum, maka rumah sakit diharapkan dapat berperan secara global dalam
kaitannya dengan manusia sebagai individu yang sangat membutuhkan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Dari beberapa komponen pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat merupakan salah satu
tenaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi dengan pasien yang intensitasnya paling tinggi
dibandingkan dengan komponen lainnya. Setiap hari perawat tidak pernah jauh dan selalu
berinteraksi dengan pasien. Hal tersebut yang membuat perawat selalu berhadapan langsung
dengan bahaya dan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja perawat itu sendiri maupu
orang-orang yang berada disekitarnya, seperti keluarga, saudara maupun teman, terlepas dari
keberadaan pasiennya. Karena keberadaan dan kepentingan mereka yang tidak hanya berada di
rumah sakit tetapi juga terhadap lingkungan diluar rumah sakit, maka dikhawatirkan jika seorang
perawat secara tidak langsung dapat menjadi penyebab sumber penyakit maupun sumber dari
efek negatif dari resiko profesi mereka menjadi perawat.
Keselamatan (safety) saat ini menjadi topik utama dalam pembahasan di berbagai lingkungan
pekerjaan tidak terkecuali di pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan tidak hanya
memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien tetapi juga harus memperhatikan faktor
keselamatan perawat dalam bekerja.
Setiap tenaga kerja yang bertugas di pelayanan kesehatan termasuk perawat berhak atas
perlindungan dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan memiliki hak untuk bekerja dengan aman sehingga dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Pekerjaan perawat berisiko terhadap kecelakaan yang
mengakibatkan keterpaparan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan kerjaHal yang dapat
dialami perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri sesuai standar dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja dan menimbulkan penyakit akibat kerja. (Baringbing, 2020).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi Penyakit Akibat Kerja Dan Kecelakaan Kerja ?
2. Apa Saja Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat?
3. Apa Saja Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat ?
4. Apa Saja Penyakit Atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat?
5. Bagaimana Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Penyakit karena kerja adalah seuatu kendala pada tingkat keamanan dalam kerja, dalam perihal
ini memerlukan usaha pencegahan, baik untuk keselamatan ataupun kesehatan beberapa pekerja
yang berada di lingkungan rumah sakit. Penyakit karena kerja atau terkait dengan pekerjaan bisa
dikarenakan oleh pemajanan di lingkungan kerja dengan terus menerus setiap hariUntuk
menghadapi perihal ini, maka langkah awal yang terpenting ialah pengenalan/identifikasi bahaya
yang dapat muncul serta dievaluasilalu dikerjakan usaha pengendalian lewat cara melihat serta
mengenal (walk through inspections).
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja.
Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan
terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual juga berperan dalam
perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan.
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi
tidak aman. Sebagian besar (85%) kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan
yang tidak aman. Penyakit karena kerja serta kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan serta
non kesehatan di lingkungan rumah sakit belumlah terselesaikan dengan baik, hingga
berlangsung kecenderungan penambahan prevalensi. Dalam perihal ini perlu mendapatkan
perhatian, sebab seseorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit karena kerja
tidak hanya punya pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut produktifitas kerja mengalami penurunan
dalam pemberian service.
kesehatan yang optimal pada pasien. Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan kesehatan
serta kecelakaan kerja biasanya dikarenakan oleh perilaku petugas dalam kepatuhan melakukan
tiap-tiap mekanisme pada kewaspadaan.
Pada perawat bekerja secara fisik misalnya memobilisasi pasien, memindahkan pasien,
memandikan pasien dan lain sebagainya yang berhubungan dengan fisik dapat mengakibatkan
risiko seperti keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
Penyakit atau cedera akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan: faktor
biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam
dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang
menyebabkan kerusakan hati;, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah),
faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.);
faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.).
1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain
kuman yang resisten, terutama kuman- kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar
melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk
jarum yang terkontaminasi virus.
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-
obatan seperti antibiotika, demikian. pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan
cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif
(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, amannyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-
tingginya. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah,
bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, Posisi kerja
yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang
efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)
dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat media elektronik dapat menyebabkan stress dan ketulian
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor
administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran sekitar. Terkena radiasi akibat lingkungan
e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya
meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang
menangani.
5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan
stress:
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan- tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton. Hubungan kerja yang kurang
serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal. (Ogasawara, 2008).
C. AKIBAT PENYAKIT
1. Penyakit Menular Akibat Kerja Pada Perawat Penyakit menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti : TBC, Influenza, Flu
burung, SARS.
b. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti: Kudis Kurap, Herpes.
c. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti: AIDS, Hepatitis B.
Beberapa cara perawat untuk mengantisipasi tertularnya penyaskit menular:
1. TBC:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC
b) Memakai masker
c) Menjaga standard hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan
yang sehat, dan berolahraga.
d) Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat)
2. Influenza:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Memakai masker
c) Vaksinasi influenza
3. Flu Burung:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Mengonsumsi obat antivirus
c) Memakai masker
d) Mengonsumsi makanan sehat
4. SARS :
a) Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah yang terserang SARS )
Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung tangan untuk
mengurangi penularan melalui cairan dan udara (debu)
b) Jaga kebersihan tuuh, misalnya segera mencuci tangan setelah berada
ditempat umum
5. AIDS :
a) Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien
b) Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota tubuh yang sedang luka
c) Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita
2. Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada Perawat Penyakit tidak menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak sempurna, seperti: penyakit
rabun mata, beri-beri, scorbut, dll.
b. Penyakit yang disebabkan karena tekanan darah tinggi (hypertension) dan tekanan darah
rendah (hypotension).
c. Penyakit alergi, seperti: astma gidu / kaligata.
d. Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti: keracunan makanan atau minuman.
e. Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo, patah tulang, luka tersayat,
geger otak, dll. (Napitu, 2020).
3. Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak tentu untuk menjaga
pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek, tidur kurang lelap, kesulitan tidur.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut:
Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan bahan kimia
yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.Menetapkan prosedur
kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut. Menyediakan, memakai dan merawat
APD. (Manullang, 2012)
2. Perbaikan Gizi Kerja (Penyiapan Makanan) Petugas penyiapan makanan dapat terpajan
salmonela, botulism dari bahan mentah ikandaging dan sayuran. Pencegahan terpenting di
bagian ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas penyimpanan bahan
makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau
jamur tidak sempat berkembang biak. Memasak yang benar-benar matang akan membunuh
salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan gastrointestinal diliburkan dan diobati
sampai sembuh.
3. Melakukan JSA proses kerja dan lingkungan kerja
4. Membuat SOP dan Instruksi Kerja
5. Promosi Kesehatan (Edukasi, sosialisasi, posterleafletpemasangan rambu-2 K3): seperti
memberi penyuluhan kesehatan
6. Menyediakan waktu dan sarpras untuk plahraga bekerja
7. Vaksinasi penyakit menular (Hepatitis)
8. Penggunaan APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya pencegahan oleh perawat agar tidak
terluar oleh penyakit yang ada di rumah sakit. Macam-macam APD yang dapat digunakan
oleh perawat adalah:
1) Sarung Tangan Steril
2) Gaun (Celemek) Pelindung
3) Masker
4) Alat pelindung mata
5) Topi
6) Pelindung kaki
7) Kepatuhan pada aturan RS
8) Mencuci Tangan
Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja pada
umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam kepatuhan melaksanakan setiap prosedur
terhadap kewaspadaan. Melihat hal di atas tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam
lingkup pekerjaan di bidang kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan
pekerjaTenaga kerja (tenaga medis dan non medis) yang beresiko terhadap penyakit akibat
kerja di rumah sakit antara lain:
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kejadian yang sering terjadinya kecelakaan akibat kerja bagi seorang perawat adalah rumah sakit.
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki tenaga kerja yang banyak dengan
tingkat resiko yang tinggi terkena penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan aktivitas kerja dan keselamatan
kerja bagi seorang perawat sangatlah penting untuk menjaga dari terjadinya kecelakaan saat
bekerja. Upaya yang dapat dilakukan dalam menangani kejadian tersebut adalah memastikan
lingkungan yang aman serta perlengkapan APD yang sesuai dengan hal yang akan dihadapi dari
suatu penyakit ang berbahaya.
B. SARAN
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Baringbing, J. O. (2020). Risiko Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat. pasal17.
http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/tq7yf
Belakang, L(2017). Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat dalam tindakan keperawatan
Sri Raudatul Jannah.
Manullang, P. S. (2012). Risiko Cedera Akibat Kerja Pada Perawat. Osf.lo, 1998.
https://osf.io/preprints/rpqg6/
Napitu, J. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Prosedur Kerja Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit
Akibat Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/mk4aj
Ogasawara, H. (2008). The calcium kinetics and inositol trisphosphate receptor properties shape the
asymmetric timing window of coincidence detection. Journal of Neuroscience, 28(17), 4293-4294.
https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.0644- 08.2008