You are on page 1of 6

Accelerating the world's research.

Storytelling-personal hygiene
Isriani Widiastuti

Related papers of the best related papers 

Jurnal Ners

Hanna Harnida

Elsa L
PENGARUH STORYTELLING TERHADAP MOTIVASI UNTUK
MELAKUKAN PERSONAL HYGIENE PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI TK. MANDALA KUMARA
DENPASAR

Listuayu, Juniari Luh Pt., Ns. I Nyoman Ribek, S.Pd.,S.Kep., M.Pd., Ns. Made
Sumarni, S.Kep.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstract. Motivation to perform personal hygiene in preschool children is a


encouragement to perform self-care to maintain their physical and psychological
health. In the preschool periods, children are more focused to the playing world
that leads to reluctance in performing personal hygiene. Child's health behaviors
can be influenced by the their knowledge. Storytelling has become one of the
effective solutions to give health education to preschool children because
children's cognitive development is imaginative and full of fantasies. The aim of
this study is to determine the effect of storytelling on the motivation to perform
personal hygiene in preschool children in Mandala Kumara Denpasar
kindergarten. This study is a pre-experimental study (one-group pre-post-test
design without control group). Sample consisted of 37 preschool children
obtained from total sampling. The data was collected by using questionnaires
which has been designed tested for their validity and reliability. All respondents
had been given storytellings with personal hygiene-theme using dolls as media for
12 sessions in a row with duration of 15-30 minutes. Respondent motivation
levels were measured using pre-test and post-test questionnaires which were filled
by the parents of respondents. The results obtained were 20 children (54.1%) with
high motivation level, 16 children (43.2%) with medium motivation level, and 1
child (2.7%) with low motivation level to perform personal hygiene before being
given storytelling. After being given storytelling, all 37 children (100%) have
increased in motivation to the high motivation level. Based on the Wilcoxon
Signed Rank Test, this difference was statistically significant, with asymp sig
value (2-tailed) of 0.000, which means there is an influence of storytelling to the
motivation to perform personal hygiene in preschool children in Mandala Kumara
Denpasar kindergarten.

Keywords:Preschool-aged Children, Storytelling, Motivation, Personal Hygiene.

PENDAHULUAN perineum-genital (Kozier et al,


Personal hygiene adalah 2009:326). Permasalahan perilaku
perawatan diri sendiri yang kesehatan pada anak usia prasekolah
dilakukan untuk mempertahankan umumnya berkaitan erat dengan
kesehatan baik secara fisik maupun kebersihan perorangan. Secara
psikologis (Alimul, 2008:83). epidemiologis penyebaran penyakit
Hygiene meliputi perawatan kulit, akibat kurangnya perilaku sehat di
rambut, kuku, gigi, rongga mulut dan kalangan anak prasekolah di
hidung, mata, telinga, dan area Indonesia masih cukup tinggi, seperti
demam berdarah dengue, diare, Menyajikan storytelling yang
cacingan, Infeksi Saluran Pernapasan menarik bagi anak bukanlah suatu
Akut (ISPA), infeksi tangan mulut, hal yang mudah karena anak
campak, cacar air, gondong, infeksi cenderung mudah bosan. Oleh
mata, dan infeksi telinga (Anugrah karena itu, penggunaan bahasa yang
dan Hendra, 2007). Personal hygiene lugas, penentuan topik cerita, durasi
memegang andil besar terhadap cerita, dan media storytelling yang
derajat kesehatan anak, prestasi tepat harus diperhatikan. Inilah
belajar, pencegahan penyakit, dan tantangan bagi peneliti untuk dapat
peningkatan rasa percaya diri anak menyampaikan storytelling yang
(Mubarak, 2008 dalam Siregar, menarik dan komunikatif bagi anak.
2011). Pada masa prasekolah, anak TK. Mandala Kumara Denpasar
lebih berfokus ke dunia bermain dipilih peneliti karena sebelumnya
yang mengakibatkan rasa enggan kegiatan storytelling menggunakan
untuk melakukan personal hygiene. media boneka untuk menyampaikan
Paparan data tersebut pendidikan personal hygiene pada
mencerminkan bahwa diperlukan siswa belum pernah diterapkan
inovasi baru untuk menangani maupun diteliti pengaruhnya.
masalah personal hygiene pada anak Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
usia prasekolah. Perilaku kesehatan tertarik untuk mengetahui pengaruh
anak dapat dipengaruhi oleh storytelling terhadap motivasi untuk
pengetahuan yang diperolehnya, melakukan personal hygiene pada
tetapi health education yang anak usia prasekolah di TK. Mandala
disampaikan pada anak usia Kumara Denpasar.
prasekolah hendaknya dikemas
dalam bentuk yang menarik sesuai METODE PENELITIAN
dengan perkembangan kognitif anak Rancangan Penelitian
agar dapat diterima, dipahami, dan Penelitian ini merupakan Pre-
diaplikasikan dalam kehidupan eksperiment dengan rancangan One-
sehari-hari. Menurut teori Erikson, group Pre-post-test Design Without
anak prasekolah berada dalam Control Group untuk mengetahui
periode inisiatif versus rasa bersalah. pengaruh storytelling terhadap
Jika mendidik anak usia prasekolah motivasi untuk melakukan personal
dengan mendiktenya secara hygiene pada anak usia prasekolah di
langsung, maka akan muncul rasa TK. Mandala Kumara Denpasar.
bersalah yang dapat mengakibatkan
turunnya rasa percaya diri anak di Populasi dan Sampel
masa mendatang. Menurut John Populasi penelitian ini adalah
Piaget, perkembangan kognitif anak semua anak usia prasekolah usia tiga
prasekolah di tahap praoperasional sampai lima tahun yang menjadi
bersifat imajinatif dan kaya akan siswa TK. Mandala Kumara
fantasi. Oleh karena itu, storytelling Denpasar. Jumlah seluruh sampel
menjadi salah satu solusi efektif yang digunakan peneliti adalah 37
untuk menyampaikan health anak. Pengambilan sampel dalam
education pada anak. penelitian ini menggunakan teknik
total sampling.
Instrumen Penelitian motivasi sedang (20-27), motivasi
Pengumpulan data dilakukan tinggi (28-36).
menggunakan kuesioner motivasi Untuk menguji dua populasi
untuk melakukan personal hygiene data berskala ordinal yang diperoleh
pada anak usia prasekolah yang berdasarkan skor kuesioner, maka
dirancang peneliti sesuai indikator digunakan uji Wilcoxon Signed Rank
secara terstruktur dan telah diuji Test pada program SPSS 16.0 for
validitas serta reliabilitasnya. windows dengan tingkat kepercayaan
Kuesioner berupa check list 95% (p ≤ 0,05).
menggunakan skala Likert dan terdiri
dari 12 pertanyaan. HASIL PENELITIAN
Sebelum diberikan
Prosedur Pengumpulan dan storytelling, 54,1% atau 20 anak
Analisis Data memiliki tingkat motivasi tinggi,
Seluruh sampel yang 43,2% atau 16 anak memiliki tingkat
berjumlah 37 anak dikumpulkan di motivasi sedang, dan 2,7% atau 1
dalam ruang kelas masing-masing anak usia prasekolah di TK. Mandala
dan diberikan tindakan storytelling Kumara memiliki tingkat motivasi
yang bertemakan personal hygiene rendah untuk melakukan personal
secara bergiliran oleh peneliti. hygiene. Setelah diberikan
Storytelling diberikan secara storytelling, seluruh anak usia
berturut-turut sebanyak 12 kali prasekolah di TK. Mandala Kumara
pertemuan dengan durasi 15-30 memiliki tingkat motivasi tinggi
menit. untuk melakukan personal hygiene
Sebelum diberikan dengan persentase 100% atau 37
storytelling orang tua responden anak.
diberikan kuesioner pre-test, lembar Berdasarkan hasil uji statistik
informed consent, dan penjelasan untuk mengetahui ada atau tidaknya
mengenai cara pengisian kuesioner, pengaruh pemberian storytelling
informasi mengenai pelaksanaan terhadap motivasi untuk melakukan
personal hygiene yang baik dan personal hygiene pada anak usia
benar, serta peran orang tua sebagai prasekolah di TK. Mandala Kumara
peneliti pendamping yang akan Denpasar, yaitu Wilcoxon Signed
mengamati perilaku personal Rank Test pada program SPSS 16.0
hygiene anak selama dirumah. for windows dengan tingkat
Setelah diberikan storytelling, kepercayaan 95% (p ≤ 0,05), maka
kuesioner post-test akan dibagikan diperoleh asymp sig (2-tailed) 0,000
kepada orang tua responden. (kurang dari nilai α = 0,05) sehingga
Kemudian setelah data pre-test dan H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat
post-test terkumpul maka akan disimpulkan bahwa ada pengaruh
dilakukan skoring kuesioner, dengan pemberian storytelling terhadap
ketentuan pilihan:SL (selalu) dengan motivasi untuk melakukan personal
skor 3, KD (kadang) dengan skor 2, hygiene pada anak usia prasekolah di
TP (tidak pernah) dengan skor 1. TK. Mandala Kumara Denpasar.
Kriteria tingkat motivasi berdasarkan
skor, yaitu:motivasi rendah (12-19),
PEMBAHASAN usia prasekolah di TK. Mandala
Data tingkat motivasi untuk Kumara terjadi setelah diberikan
melakukan hygiene pada anak usia storytelling, dimana seluruh anak
prasekolah di TK. Mandala Kumara memiliki tingkat motivasi tinggi
sebelum diberikan storytelling dengan persentase 100% (37 anak).
menunjukkan 54,1% atau 20 anak Metode storytelling mampu menjadi
memiliki tingkat motivasi tinggi, katalis yang menjembatani
43,2% atau 16 anak memiliki tingkat penyampaian informasi kesehatan
motivasi sedang, dan 2,7% atau 1 kepada anak. Melalui storytelling
anak memiliki tingkat motivasi indra pengelihatan dan pendengaran
rendah. Sebagian besar siswa TK. anak akan menerima stimulus berupa
Mandala Kumara Denpasar memiliki rangsang audio, yaitu dialog-dialog
tingkat motivasi tinggi untuk tokoh dalam cerita yang mengandung
melakukan personal hygiene informasi mengenai personal
sebelum diberikan storytelling dapat hygiene dan rangsang visual, yaitu
disebabkan oleh sudah cukup boneka sebagai perwujudan tokoh
adekuatnya paparan informasi atau gambar dalam buku cerita.
mengenai personal hygiene yang Rangsangan audiovisual tersebut
diperoleh anak, baik dari orang tua diteruskan menuju otak anak dan
dirumah maupun dari pihak sekolah. memicu produksi dopamin pada
Berdasarkan hasil wawancara yang akson dopaminergik di otak tengah.
dilakukan peneliti dengan pihak Dopamin kemudian dilepaskan dari
sekolah TK. Mandala Kumara vesikel untuk membawa pesan ke sel
dikatakan bahwa Puskesmas 1 saraf lainnya (Taufik Pasiak,
Denpasar Timur juga rutin 2007:55). Terstimulasinya otak
memberikan penyuluhan kepada tengah yang memiliki sifat mudah
siswa mengenai mencuci tangan dan mencerna informasi yang disajikan
menggosok gigi kepada siswa setiap dalam bentuk cerita beralur dengan
enam bulan melalui metode ceramah. emosi yang menyentuh akan
Tingginya motivasi responden untuk memudahkan kinerja otak anak
melakukan personal hygiene dalam menyerap, memahami,
sebelum diberikan storytelling dalam mengingat, dan mengaplikasikan
penelitian ini diperkuat oleh informasi kesehatan yang
pendapat Chalik (1994) dalam disampaikan (Hartono
Nugroho (2008), dimana Sangkanparan, 2010:68). Hasil
pengetahuan dan pendidikan akan penelitian ini diperkuat oleh
mempengaruhi motivasi dan perilaku pendapat Sandra F. Rief (2007:94),
kesehatan seseorang. Perilaku dimana storytelling menjadi alat
seseorang dapat dipengaruhi oleh didik yang memberikan tumpuan
pengetahuan yang diperoleh, pengetahuan guna meningkakan
sehingga hal tersebut dapat motivasi anak. Menurut Loban
memunculkan sikap terhadap nilai- (1972:521) dalam Muh-Nur
nilai yang baik dan salah satunya Mustakim (2005:175), storytelling
adalah kesehatan (Salbiah, 2008). dapat menjadi motivasi
Perubahan tingkat motivasi untuk mengembangkan kesadaran
untuk melakukan hygiene pada anak anak dalam berperilaku.
Setelah diuji menggunakan pada anak, diharapkan mampu
Wilcoxon Signed Rank Test pada mengaplikasikan storytelling sebagai
SPSS 16.0 for windows dengan salah satu metode alternatif dalam
tingkat kepercayaan 95% (p ≤ 0,05), menyampaikan health education
maka diperoleh asymp sig (2-tailed) yang inovatif dalam upaya
0,000 (kurang dari nilai α = 0,05) meningkatkan motivasi untuk
sehingga H0 ditolak, sehingga dapat melakukan personal hygiene pada
disimpulkan bahwa ada pengaruh anak usia prasekolah sehingga
pemberian storytelling terhadap penelitian ini dapat bermanfaat untuk
motivasi untuk melakukan personal meningkatkan derajat kesehatan anak
hygiene pada anak usia prasekolah di dan mutu pelayanan keperawatan
TK. Mandala Kumara Denpasar. anak. Demikian pula bagi para guru
Hasil tersebut diperkuat oleh taman kanak-kanak dan orang tua
pendapat Kendal F. Haven (2002) anak usia prasekolah diharapkan
yang menyatakan bahwa nilai storytelling dapat menjadi solusi
tertinggi dari manfaat storytelling dalam menyampaikan pendidikan
adalah untuk meningkatkan motivasi kesehatan di rumah maupun di
berperilaku pada anak didik. Oleh sekolah karena metode ini sesuai
karena itu, storytelling menjadi salah dengan perkembangan kognitif anak
satu solusi efektif untuk usia prasekolah.
menyampaikan health education
pada anak prasekolah. DAFTAR PUSTAKA
Kozier & Erb, G. 2009. Buku Ajar
KESIMPULAN DAN SARAN Praktik Keperawatan Klinis
Storytelling dapat Kozier & Erb, Edisi 5.
meningkatkan motivasi anak usia Jakarta:EGC.
prasekolah di TK. Mandala Kumara Muscari, M. E. 2005. Keperawatan
Denpasar untuk melakukan personal Pediatrik. Jakarta:EGC.
hygiene menjadi 100%. Berdasarkan Oliver, S. 2008. Storytelling.
hasil uji statistik untuk dua populasi Amerika:Reed Elsevier.
data ordinal yang berpasangan, yaitu Pasiak, Taufik. 2007. Brain
Wilcoxon Signed Rank Test pada Management for Self
program SPSS 16.0 for windows Improvement. Jakarta:Mizan.
dengan tingkat kepercayaan 95% (p Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
≤ 0,05), maka diperoleh asymp sig Fundamental Keperawatan.
(2-tailed) 0,000 (kurang dari nilai α = Volume 1. Jakarta:EGC.
0,05) sehingga H0 ditolak. Oleh Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan.
ada pengaruh pemberian storytelling Bandung:Alfabeta.
terhadap motivasi untuk melakukan Supartini, Y. 2004. Buku Ajar
personal hygiene pada anak usia Konsep Dasar Keperawatan
prasekolah di TK. Mandala Kumara Anak. Jakarta:EGC.
Denpasar. Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar
Bagi bidang keperawatan, Keperawatan Pediatrik.
khususnya perawat pediatrik yang Volume 1. Jakarta:EGC.
memberikan penyuluhan kesehatan

You might also like