You are on page 1of 8

PENDIDIKAN HOLISTIK INTEGRATIF UNTUK

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI

Elisabeth Sarinastitin
Program Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Santu Paulus Ruteng,
Jl. Jend. Ahmad Yani, No. 10, Ruteng – Flores
e-mail: titienelyzabeth@gmail.com

ABSTRACT. Integritive Education is The Basis for Character Formation. Integrative character formation
requires the involvement of many parties. Both national and international policies and agreements help the
parties in forming the character of early childhood. In fact the character of children is only served by formal
educational istitutions without the active involvement of other elements. Human character has been attached to
a person’s personality and shown in his behavior every day. Since birth, humans have the potential of character
which is shown by their cognitive abilities and innate traits. Innate character will develop if get a touch of
learning experience from the environment. Family is the first learning environtment that children get and will
be a strong foundation for character formation after adulthood. Character building must be continuous done
holisticaclly from all educational environments namely family, school and society. Each environtment has goal
in character building. Character education in the family aims to establish the character of early childhood, in
schoold aming for character development the age of adolescence and in college aimed at stabilzing in
adulthood. The task of educators are to provide a good learning evirontment to form, develop, and strengthen
the character of their students.
Key Word: Integrative, Holistic, Character Formation for Child

ABSTRAK. Pendidikan Holistif Integratif untuk pembentukan Karakter Anak Usia Dini. Pendidikan
holistik integratif merupakan dasar untuk pembentukan karakter pada anak. Pembentukan karakter holistik
integratif ditentukan oleh keterlibatan banyak pihak. Kebijakan dan kesepakatan baik nasional maupun
internasional membantu para pihak dalam pembentukan karakater anak usia dini. Kenyataannya, pembentukan
karakter anak hanya dilayani oleh lembaga pendidikan formal tanpa keterlibatan aktif dari elemen lainnya.
Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupannya
sehari-hari. Sejak lahir manusia telah memiliki potensi karakter yang ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan
sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari
lingkungannya. Keluarga merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan menjadi fondasi yang
kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa.Pembinaan karakter harus terus menerus dilakukan secara
holistik dari semua unsur atau lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing
lingkungan memiliki tujuan dalam pembentukan karakter. Pendidikan karakter di keluarga bertujuan untuk
pembentukan karakter anak usia dini, di sekolah bertujuan untuk pengembangan karakter pada usia remaja dan
di bangku kuliah bertujuan untuk pemantapan karakter pada usia dewasa. Tugas-tugas pendidik adalah
menyediakan lingkungan belajar yang baik untuk membentuk, mengembangkan dan memantapkan karakter
peserta didiknya.
Kata Kunci: Holistik, Integratif, Pembentuk Karakter Anak

PENDAHULUAN terhadap pengasuhan, pendidikan dan


Anak usia dini adalah sosok yang pengembangan anak usia dini telah
istimewa. Anak usia dini adalah individu yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kebijakan
sedang menjalani suatu proses tumbuh dan kesepakatan baik dalam lingkup nasional
kembang dengan pesat dan sangat fundamental maupun internasional. Secara Nasional, kajian
bagi kehidupan selanjutnya. Mereka memiliki kebijakan pengasuhan, pendidikan dan
dunia dan karakteristik sendiri yang jauh pengembangan anak usia dini di Indonesia
berbeda dari orang dewasa. Anak selalu aktif, telah memiliki landasan hukum seperti yang
dinamis, antusias, dan memiliki rasa ingin tahu tercantum pada UUD 1945; UU No. 20 tahun
terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
seolah-olah tidak pernah berhenti belajar. Sedangkan secara internasional, perhatian
Pertumbuhan karakter anak tidak lepas terhadap pendidikan anak usia dini semakin
dari peran banyak pihak, termasuk peran dan serius dicanangkan, seperti (1) pendidikan
tanggung jawab pemerintah. Di Indonesia, untuk semua (Education For All) di Jamtien
peran dan tanggung jawab pemerintah Thailand tahun 1990, ( 2) konvensi tentang

95
96 Jurnal Lonto Leok Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 2, No.1, Januari 2019

hak-hak anak (Convention on the Right of the sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan
Child) (3) deklarasi Dakar di Senegal (2000) berkembang jika mendapat sentuhan
yang bertemakan ―Pendidikan untuk Semua pengalaman belajar dari lingkungannya.
dan Semua untuk Pendidikan (Education for Keluarga merupakan lingkungan belajar
all Education)‖, (4) pertemuan pendidikan pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi
dunia di New York (2002), yang telah fondasi yang kuat untuk membentuk karakter
menyepakati (World fit for children) dengan setelah dewasa. Setelah dewasa, kecerdasan
dicanangkannya kehidupan sehat bagi anak, maupun perilaku kepribadian sudah relatif
(5) pertemuan di Kairo Mesir (2003) dengan stabil, oleh sebab itu jika ingin membentuk
agenda utama masalah perawatan dan kecerdasan dan karakter, waktu yang paling
pengembangan anak usia dini, dan (6) tepat adalah pada saat usia anak-anak sampai
pertemuan negara ASEAN di Jakarta (2004) dengan remaja.
berupa seminar dengan tema “The 3rd Pendidikan karakter telah lama menjadi
Regional Seminar for ASEAN Project on Early perhatian pemerintah. Dalam Undang-undang
Childhood Care Development (ECCD)” yang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
membahas tentang advokasi dan mobilitas Pendidikan Nasional pada pasal 1 (satu) antara
sosial tentang ECCD dalam konteks global lain disebutkan bahwa pendidikan adalah
(Buletin PAUD, 2004: 20). usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Berbagai bentuk kebijakan dan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
kesepakatan baik nasional maupun peserta didik secara aktif mengembangkan
internasional tersebut mendorong pemerintah potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
Indonesia menyusun program yang terkait spiritual keagamaan, pengendalian diri,
dengan pengasuhan, pengembangan anak usia kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
dini dalam bentuk kebijakan dasar Program keterampilan yang diperlukan dirinya,
Nasional bagi anak Indonesia sampai 2015 masyarakat, bangsa dan negara. Selain di
yang isinya sebagai berikut: (1) mewujudkan dalam Undang-undang, karakter positif juga
anak yang sehat, tumbuh dan berkembang banyak ditulis dalam visi dan misi lembaga
secara optimal melalui pemberdayaan pendidikan. Pada umumnya, lembaga
masyarakat, peningkatan kerja sama sektoral pendidikan menyusun visi yang tidak hanya
perbaikan lingkungan peningkatan kualitas bermuatan untuk menjadikan lulusan cerdas
serta jangkauan upaya kesehatan, peningkatan tetapi juga berakhlak mulia.
sumber daya, pembiayaan dan managemen
kesehatan, serta pengembangan ilmu KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
pengetahuan dan teknologi, (2) mewujudkan Karakter Anak Usia Dini
anak yang cerdas ceria dan berakhlak mulia Secara etimologis, karakter berarti
melalui upaya perluasan aksesibilitas, sifat-sifat kejiwaaan, akhlak atau budi pekerti
peningkatan kualitas dan efiensi pendidikan yang membedakan seseorang dari yang lain;
serta partisipasi masyarakat, dan (3) tabiat; watak (Kemendikbud, KBBI V online).
mewujudkan perlindungan dan partisipasi aktif Dalam konteks pendidikan, karakter
anak melalui perbaikan mutu pranata sosial (character) adalah nilai dasar yang
dan hukum, penelitian pemerataan dan membangun pribadi seseorang, terbentuk baik
perluasan jangkauan penelitian pelayanan karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
terutama bagi anak yang berada dalam lingkungan, yang membedakannya dengan
keadaan darurat dalam jaringan kerja nasional orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan
dan internasional (Fasli Jalal-editor, 2005: 16). perilakunya dalam kehidupan sehari-hari
Artinya pendidikan yang diberikan kepada (Samani dkk, 2011: 237). Karakter adalah
anak usia dini merupakan intervensi nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau
lingkungan untuk mengoptimalkan kepribadian seseorang yang terbentuk dari
pertumbuhan dan perkembangan anak. hasil internalisasi berbagai kebijakan yang
Karakter manusia telah melekat pada diyakini dan dipergunakan sebagai cara
kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam pandang, berpikir, bersikap, berucap dan
perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
manusia telah memiliki potensi karakter yang Orang berkarakter berarti orang yang
ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat,
Sarinastitin, Pendidikan Holistik Integratif Untuk Pembentukan Karakter.... 97

atau berwatak. Dengan makna seperti itu galanya. Jika timbul masalah, ia akan berusaha
berarti karakter identik dengan kepribadian mencari solusi damai. Mereka mau merugi
atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, bahkan rela sakit, asalkan masalahnya tidak
karakteristik, atau sifat khas diri seseorang berkepanjangan. Kaum plegmatis kurang
yang bersumber dari bentukan-bentukan yang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin.
diterima dari lingkungan, misalnya keluarga Cenderung diam, kalem, dan bila memecahkan
pada masa kecil dan bawaan sejak lahir masalah umumnya sangat menyenangkan.
(Koesoema, 2007). Dengan sabar ia mau menjadi pendengar yang
Menurut Florence Litteur sebagaimana baik, tetapi kalau disuruh untuk mengambil
dikutip oleh Margono Slamet (2011: 2) keputusan mereka cenderung menunda-nunda
terdapat empat pola watak dasar atau karakter (Slamet, 2011: 10).
manusia, yaitu: (1) sanguinis/yang populer, (2) Sebagaimana sudah dijelaskan, karakter
koleris/yang kuat, (3) melankolis/yang merupakan nilai-nilai yang khas, baik watak,
sempurna, dan (4) plegmatis/yang damai. akhlak atau kepribadian seseorang yang
Keempat karakter tersebut masing-masing terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
memiliki nilai positif dan negatif. Manusia kebijakan yang diyakini dan dipergunakan
jarang hanya memiliki satu model karakter, sebagai cara pandang, berpikir, bersikap,
tetapi merupakan kombinasi dari dua, tiga, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan
atau bahkan keempat karakter tersebut. sehari-hari. Dengan demikian pendidikan
Karakter yang membedakan antara satu karakter menjadi tanggung jawab bersama
dengan lainnya adalah karakter mana yang bagi pendidik, baik di rumah maupun di
lebih menonjol atau mendominasi. Seorang sekolah. Saat ini ada fenomena yang
sanguinis cenderung ingin populer, ingin menunjukkan secara jelas karakter negatif
disenangi orang lain. Hidupnya penuh dengan yang sering muncul dalam diri remaja. Salah
warna. Emosinya meledak-ledak dan satu contohnya adalah bullying yang sering
transparan. Pada suatu saat ia bisa berteriak, terjadi di sekolah. Bullying adalah perilaku
beberapa saat kemudian bisa menangis. Orang negatif yang mengakibatkan seseorang dalam
sanguinis sedikit pelupa, sulit berkonsentrasi, keadaan tidak nyaman atau terluka dan
cenderung berpikir pendek, dan hidupnya tak biasanya terjadi berulang-ulang. Data Yayasan
teratur (Slamet, 2011: 4). Sementara itu, Semai Jiwa Amini yang dikutip Anindita dkk
seorang koleris:suka mengatur dan menunjukkan bahwa bullying di lingkungan
memerintah orang. Akibat sifat ini, banyak sekolah terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) fisik:
dari mereka yang tidak punya teman. Orang memukul, menampar dan memalak atau
koleris senang tantangan dan petualangan, meminta dengan paksa apa yang bukan
goal oriented, tegas, kuat, cepat dan tangkas miliknya, (2) Verbal: memaki, menggosip dan
mengerjakan sesuatu. Baginya tidak ada istilah mengejek, dan (3) psikologis: mengintimidasi,
tidak mungkin. Kalau sudah mengobarkan mengucilkan, mengabaikan, dan
semangat, maka hampir dapat dipastikan apa mendiskriminasikan (Anindita dkk, tanpa
yang akan dilakukannya akan tercapai seperti tahun: 1). Penelitian yang dilakukan di tiga
yang diidamkan. Golongan koleris tidak kota besar di Indonesia: Yokyakarta, Surabaya
mudah menyerah dan mengalah (Slamet, 2011: dan Jakarta itu menunjukkan bahwa 67,9%
9). Melankolis cenderung teratur, rapi, kekerasan terjadi di SMA dan 66,1% di SMP
terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya (Anindita dkk, tanpa tahun: 2).
mereka suka dengan fakta, data, angka dan Fakta-fakta tersebut menunjukan bahwa
memikirkan segala sesuatu mendalam. Bila pendidikan karakter harus menjadi tanggung
dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis jawab bersama baik di sekolah, rumah
mendominasi pembicaraan, orang melankolis maupun masyarakat. Pendidikan karakter
cenderung menganalisa, memikirkan, dan harus dimulai sejak dini. Miftahudin (2010)
mempertimbangkan. Apa yang dikatakan telah menyatakan pendidikan karakter pada usia dini
dipikirkan secara mendalam. Selalu ingin di keluarga bertujuan untuk pembentukan,
serba sempurna dan tertata (Slamet, 2011: 7). pada usia remaja di sekolah bertujuan untuk
Orang plegmatis tidak suka konflik, karena itu pengembangan sedangkan pada usia dewasa di
apa saja akan dilakukan, sekalipun mereka bangku kuliah bertujuan untuk pemantapan.
tidak suka. Baginya kedamaian adalah segala- Tugas-tugas pendidik adalah menyediakan
98 Jurnal Lonto Leok Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 2, No.1, Januari 2019

lingkungan belajar yang baik untuk kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa
membentuk, mengembangkan dan ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11)
memantapkan karakter peserta didiknya. cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
Schwartz (2008: 6—10) menjelaskan bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15)
tentang 11 prinsip pendidikan karakter yang gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17)
efektif yaitu: (1) mempromosikan nilai-nilai peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.
kode etik berdasarkan karakter positif, (2) Meskipun telah dirumuskan ada 18 nilai
mendefinisikan karakter secara komprehensif pembentuk karakter bangsa, di setiap satuan
untuk berpikir, berperasaan dan berperilaku, pendidikan dapat menentukan prioritas
(3) menggunakan pendekatan yang efektif, pengembangannya. Pemilihan nilai-nilai
komprehensif, intensif dan proaktif, (4) tersebut berpijak dari kepentingan dan kondisi
menciptakan komunitas sekolah yang penuh satuan pendidikan masing-masing. Hal ini
kepedulian, (5) menyediakan kesempatan dilakukan melalui analisis konteks, sehingga
kepada siswa untuk melakukan dan dalam implementasinya dimungkinkan
mengembangkan tindakan bermoral, (6) terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang
menyusun kurikulum yang menantang dan dikembangkan. Implementasi nilai-nilai
bermakna untuk membantu agar semua siswa karakter yang akan dikembangkan dapat
dapat mencapai kesuksesan, (7) dimulai dari nilai-nilai yang esensial,
membangkitkan motivasi instrinsik siswa sederhana, dan mudah dilaksanakan
untuk belajar dan menjadi orang yang baik di (Kemendiknas, 2011).
lingkungannya, (8) menganjurkan semua guru Penerapan prinsip-prinsip pendidikan
sebagai komunitas yang profesional dan karakter yang telah disebutkan di atas harus
bermoral dalam proses pembelajaran, (9) menjadi bagian dari program sekolah.
merangsang tumbuhnya kepemimpinan yang Pelaksanaan pendidikan karakter perlu
transformasional untuk mengembangkan diintegrasikan melalui peraturan dan tata tertib
pendidikan karakter sepanjang hayat, (10) sekolah, proses belajar mengajar di kelas dan
melibatkan anggota keluarga dan masyarakat kegiatan ekstrakurikuler. Pendidik wajib
sebagai mitra dalam pendidikan karakter, dan memberi teladan perilaku/karakter yang baik
(11) mengevaluasi karakter warga sekolah pada peserta didiknya. The Character
untuk memperoleh informasi dan merancang Education, Guidance, Lifeskills
usaha-usaha pendidikan karakter selanjutnya. (www.livewiremedia.com) mengidentifikasi
Dalam Kebijakan Nasional manusia yang berkarakter baik adalah manusia
Pembangunan Karakter Bangsa, karakter yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
didefinisikan sebagai nilai-nilai yang khas- trustworthiness: dapat dipercaya, (2) respect:
baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, menghormati, sopan-santun, (3) responsibility:
nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik memiliki tanggung jawab pada tugas yang
terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri diberikan, (4) fairness: bersikap adil dan
dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter bijaksana dalam mengambil keputusan, 5)
secara koheren memancar dari hasil olah pikir, caring: menunjukan kepedulian kepada
olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa sesama, suka menolong, (6) citizenship:
seseorang atau sekelompok orang. Karakter menunjukkan sikap kebangsaan, cinta pada
merupakan ciri khas seseorang atau negara/lembaga, loyal, disiplin menaati
sekelompok orang yang mengandung nilai, peraturan, (7) honesty: memiliki sikap jujur,
kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran terbuka dan apa adanya, (8) courage: memiliki
dalam menghadapi kesulitan dan tantangan sikap berani atau suka tantangan, (9)
(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter diligence: memiliki sikap tekun, ulet, pantang
Pendidikan Nasional, 2014-2014:1). menyerah dan kerja keras, dan (10) integrity:
Kemendiknas (2011) mengindentifikasi memiliki integritas atau kata dan tindakan
18 nilai karakter yang perlu ditanamkan selalu konsisten.
kepada peserta didik yang bersumber dari Pembentukan karakter manusia dengan
Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan ciri seperti itu secara tidak langsung
Pendidikan Nasional. Kedelapan belas nilai menciptakan generasi emas. Namun demikian
tersebut adalah: (1) religius, (2) jujur, (3) generasi emas tersebut harus dipersiapkan
toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) melalui kebijakan pemerintah, dalam hal ini
Sarinastitin, Pendidikan Holistik Integratif Untuk Pembentukan Karakter.... 99

Kementerian Pendidikan dan perasaannya baik secara verbal, melalui


Kebudayaan (Kemdikbud). Semua komponen gambar, permainan, tulisan, ataupun bentuk
harus terlibat dan bekerja sama menyukseskan lainnya sehingga dapat mengurangi rasa takut,
terciptanya generasi emasyang mencintai tidak nyaman dan meningkatkan kepercayaan
Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik diri. Muara akhirnya adalah membentuk
Indonesia (NKRI). Generasi emas dapat karakter positif anak melalui pengembangan
diindikasikan sebagai generasi yang Pilar-Pilar Karakter secara intensif yang
berkualitas, dalam arti sehat, cerdas, meliputi aspek mengetahui, mencintai dan
berpengetahuan luas, berakhlak mulia, melakukan kebaikan (knowing, reasoning,
berkarakter positif/baik termasuk di dalamnya loving, and acting the good). Menurut IHF,
jujur, kreatif, dan disiplin, serta mencintai kualitas karakter manusia yang berkembang
bangsa dan negaranya. Untuk menyiapkan secara holistik adalah pertama, selalu ingin
generasi emas, pendidikan harus diberikan tahu dan bertanya (inquirer): sifat alami
kepada anak bangsa di setiap jenjang generasi. manusia yang selalu bertanya dan ingin tahu
Pemberian pendidiakan tersebut tidak hanya tumbuh subur pada dirinya, sehingga
menekankan satu aspek tetapi harus holistic kecintaannya untuk terus belajar menjadi sifat
integrative. alaminya yang terbawa sampai tua. Kedua,
berpikir kritis dan kreatif (critical and creative
Pendidikan Holistik Intergatif Berbasis thinkers): mampu untuk melihat masalah dari
Karakter berbagai sudut pandang, sehingga dapat
Poin ini merupakan bagian dari model mengambil keputusan dengan bijak dan
pendidikan yang dikembangkan oleh Indonesia menyelesaikan masalah yang sangat kompleks.
Heritage Foundation (IHF). Model Pendidikan Selain itu mampu mengumpulkan,
Holistik Berbasis Karakter (PHBK) adalah menganalisis, dan mengevaluasi secara kritis
sebuah model yang bukan hanya memberikan segala informasi yang diperoleh. Ketiga,
rasa aman dan nyaman pada anak, tapi juga berpengetahuan luas
menciptakan atmosfer belajar yang baik guna (knowledgeable): mempunyai ketertarikan
merangsang minat belajar anak. Menurut yang besar pada masalah-masalah global yang
penulis, model pendidikan PHBK menarik relevan dan penting, sehingga selalu
sekaligus menantang. Mengapa? Karena meluangkan waktu untuk membaca dan
model PHBK ini mengedepankan guru yang mengeksplorasi bidang-bidang yang
ramah dan penyayang, dapat memotivasi anak, diminatinya. Pengetahuannya tentang sesuatu
serta mampu menciptakan lingkungan belajar menjadi solid dan membumi. Keempat,
yang menantang dan menyenangkan; guru komunikator yang efektif (effective
harus mampu menjadi seseorang yang communicator): mampu mengekspresikan
memberikan kedamaian, santun, mampu pikiran dan perasaannya dengan efektif, baik
berkomunikasi secara positif dan efektif baik secara verbal maupun tertulis. Dengan bekal
kepada murid maupun kepada orangtua. Selain pengetahuan yang luas, segala informasi dapat
itu, model ini menuntut hubungan emosional dikomunikasikan dengan percaya diri dan
yang kuat antara guru dan murid dan meyakinkan. Kelima, berani mengambil resiko
hubungan itu menjadi modal utama untuk (risk taker): segala tantangan baru dihadapi
membantu murid-murid di kelas demi dengan optimis dan percaya diri, serta berani
terciptanya kepercayaan, perasaan aman dan mencoba menggunakan ide dan strategi baru
nyaman di kelas. Selain itu, model ini juga dalam menjawab tantangan dan rintangan yang
memberikan kesempatan yang luas pada murid ada. Keenam, bersikap tserbuka terhadap
untuk mengembangkan seluruh dimensi segala perbedaan dan ide baru (open-minded):
holistik yang dimilikinya sebagai seorang dapat menghormati pendapat, nilai, dan tradisi
manusia. Tidak hanya pengembangan aspek yang berbeda. Mengerti bahwa manusia
kognitif (otak kiri atau hafalan), tapi juga mempunyai latar belakang budaya beragam,
pengembangan aspek emosi, sosial, dan dapat mengambil keputusan dengan
kreativitas, dan spiritualitas (otak kanan) yang mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
keseluruhannya tercakup di dalam modul tersebut. Ketujuh, peduli kepada orang lain dan
pembelajaran. Dengan metode ini, murid lingkungan sekitar (caring): sensitif terhadap
memiliki kesempatan untuk mengungkapkan kebutuhan dan perasaan orang lain, serta
100 Jurnal Lonto Leok Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 2, No.1, Januari 2019

lingkungannya (sosial, ekonomi, dan alam). pengasuhan yang baik, dan (5) hak
Mempunyai komitmen terhadap kegiatan perlindungan dari kekerasan fisik dan
sosial dan senantiasa memberikan nilai tambah kekerasan psikologis.
kepada lingkungannya (added value). Pengembangan holistik integratif
Kedelapan, mempunyai integritas moral mengacu pada teori ekologi perkembangan
(integrity): memegang teguh prinsip moral, manusia dan teori perkembangan otak
kejujuran, bersikap objektif, dan adil. manusia. Perkembangan otak merupakan
Kesembilan, mempunyai kesadaran spiritual: proses yang terus berlanjut. Dengan demikian
bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan inisiatif untuk perkembangan anak usia dini
dan mengerti bahwa apapun yang pun harus merupakan upaya yang dilakukan
dilakukannya akan membawa konsekuensi terus menerus seiring dengan perkembangan
kepada lingkungannya. Mampu untuk melihat otak manusia. Untuk mencapai perkembangan
kekurangan/kelebihan dirinya, serta otak yang optimal, pengembangan anak usia
mempunyai rasa inter-connection (silaturahmi, dini harus mengacu pada kualitas interaksi
baik dengan Tuhan, manusia, maupun alam), yang disesuaikan dengan tahap pertumbuhan
dan compassion yaitu rasa kasih sayang dan dan prekembangan anak.
kepedulian (www.ihf.or.id). Dalam konteks pendidikan nasional,
Menurut Direktorat Pembinaan PAUD pelayanan pendidikan sejak usia dini sejalan
(2015), holistik dan integratif memiliki dengan Undang Undang (UU) Nomor 20
pengertian sebagai berikut: holistik artinya Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
penanganan anak usia dini secara Nasional, negara memberikan layanan
utuh/menyeluruh yang mencakup layanan gizi pendidikan kepada setiap warga negara sejak
dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan, usia dini. Mengelola pendidikan anak usia dini
dan perlindungan, untuk mengoptimalkan (PAUD) merupakan salah satu tugas besar
semua aspek perkembangan anak. yang diemban Kementerian Pendidikan
Integratif/terpadu artinya penanganan anak Kebudayaan (Kemdikbud). Tugas ini
usia dini dilakukan secara terpadu oleh dilatarbelakangi oleh tanggung jawab negara
berbagai pemangku kepentingan di tingkat dalam menyiapkan generasi penerus NKRI.
masyarakat, pemerintah daerah, dan pusat. PAUD mencakup anak usia 0—6 tahun.
PAUD holistik integratif merupakan Kemdikbud memfasilitasi pendidikan bagi
pendidikan anak usia dini yang anak-anak usia dini dalam bentuk taman
mengintegrasikan segala aspek dan nilai-nilai kanak-kanak (TK), kelompok bermain (KB),
dalam pendidikan seperti nilai moral, etis, taman penitipan anak (TPA), dan satuan
religius, psikologis, filosofis, dan sosial dalam PAUD lainnya yang sejenis. Namun,
kesatuan yang dilakukan secara menyeluruh menangani anak usia dini haruslah sesuai
antara jiwa dan badan serta aspek material dan dengan tahap tumbuh-kembang anak. PAUD
aspek spiritual untuk memenuhi kebutuhan bukan untuk mengajar anak seperti di sekolah,
esensial anak. Disebut PAUD holistik melainkan lebih sebagai wahana memberikan
integratif karena pelayanan yang diberikan kesempatan kepada anak untuk melejitkan
dalam PAUD holistik integratif tidak hanya seluruh potensi kecerdasannya melalui
dalam satu bidang pendidikan saja, akan tetapi pendekatan bermain sambil belajar. Idealnya,
pelayanan yang mencakup kebutuhan yang PAUD tidak boleh hanya memerhatikan aspek
berkaitan dengan kesehatan dan gizi, pola pendidikannya, melainkan secara simultan
pengasuhan dan perlindungan untuk anak. juga harus memerhatikan semua aspek yang
Anak merupakan suatu totalitas yang utuh, diperlukan dalam keseluruhan tumbuh-
oleh karena itu dibutuhkan pendidikan yang kembang anak seperti gizi, kesehatan, dan
menyeluruh untuk memenuhi hak anak. perlindungannya. Dengan kata lain, PAUD
Setidaknya ada lima kebutuhan yang menjadi harus bersifat holistik. Namun, karena selama
hak anak, yaitu: (1) hak anak untuk terjaga dan ini sudah banyak program dan upaya yang
terhindar dari penyakit, (2) hak mendapatkan dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun
kecukupan gizi sebagai sarana untuk pemerintah untuk menangani anak usia dini
memaksimalkan kemampuan otaknya dan (posyandu, bina keluarga balita, bina iman
bereksplorasi, (3) hak mendapatkan stimulasi anak, sekolah minggu, kelompok bermain,
yang baik, (4) hak mendapatkan pola taman penitipan anak, taman kanak-kanak,
Sarinastitin, Pendidikan Holistik Integratif Untuk Pembentukan Karakter.... 101

raudhatul athfal, bustanul athfal, dan lainnya, menyeluruh dan berintegrasi,


agar penanganan PAUD bisa lebih bersifat berkesinambungan dan konsisten, tidak ada
holistik). diskriminasi dalam memberikan pelayanan,
Pelayanan pengembangan anak usia dini pelayanan yang tersedia, mudah terjangkau
yang holistik dapat diwujudkan melalui dua dan dapat diterima oleh masyarakat dan peran
hal, yakni: kelengkapan jenis-jenis pelayanan dari masyarakat, berdasarkan budaya yang
yang dapat memenuhi kebutuhan esensial anak bersifat konstruktif dan good governance
secara utuh sesuai segmentasi umur anak (pemerintahann yang baik).
mulai dari masa janin sampai usia 6 tahun dan
kualitas pelayanan pada setiap jenis kegiatan KESIMPULAN
pelayanan yang dilakukan mencakup aspek Pendidikan integratif merupakan
kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan pendidikan yang menyatakan keseluruhan
dan perlindungan anak. yang menjadi dasar untuk pembentukan
Tujuan dari PAUD holistik integratif karakter. Pola pendidikan seperti ini menuntuk
tercantum dalam Peraturan Presiden keterlibatan banyak pihak, tidak hanya pada
(PERPRES) No 60 Tahun 2013 yang pendidikan formal di sekolah tetapi harus
berbunyi: dilakukan juga melalui pendidikan non formal
1. Terselenggaranya layanan Pengembangan seperti keluarga, komunitas, dan lain-lain.
Anak Usia Dini Holistik-Integratif Tujuannya menjadikan anak sejak usia dini
menuju terwujudnya anak Indonesia yang dapat berperilaku sesuai dengan etika moral
sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. dan agama.
2. Terpenuhinya kebutuhan esensial anak Pemerintah sebagai penyelenggara
usia dini secara utuh meliputi kesehatan pendidikan semestinya juga membuat
dan gizi, rangsangan pendidikan, kebijakan yang integratif demi mendukung
pembinaan moral-emosional dan pelayanan pendidikan anak usia dini yang
pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh holistik dan terpadu. Keterlibatan pemerintah
dan berkembang secara optimal sesuai dalam pembentukan karakter anak yang
kelompok umur. terintegratif demi tercapainya generasi emas
3. Terlindunginya anak dari segala bentuk sebagai pembentuk karakter bangsa.
kekerasan, penelantaran, perlakuan yang Keterlibatan pemerintah tidak terlepas
salah, dan eksploitasi di manapun anak dari keterlibatan orang tua sebagai fondasi
berada. dasar pendidikan dan pembentukan karakter
4. Terselenggaranya pelayanan anak usia anak. Kerjasama antara lembaga pendidikan,
dini secara terintegrasi dan selaras antar pemerintah dan keluarga menjadi hal penting
lembaga layanan terkait, sesuai kondisi dalam pembentukan karakter anak yang
wilayah dan, holistik dan terintegratif.
5. Terwujudnya komitmen seluruh unsur
terkait yaitu orang tua, keluarga, DAFTAR RUJUKAN
masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, dalam upaya Pengembangan Anonim. 11 Prinsip Pendidikan Karakter.
Anak Usia Dini Holistik-Integratif. Sumber: www.pendidikanmahir.com,
Sedangkan kementerian negara diunduh tanggal 26 Maret 2019.
perencanaan pembangunan (2006) menyatakan Fasli, Jalal. 2005. Arah Kebijakan Nasional
bahwa pengembangan anak usia dini secara Pendidikan Anak Usia Dini (jalur
menyeluruh (holistik) mencakup: kesehatan pendidikan Non Formal), Makalah
dasar, gizi, pengembangan emosi dan disampaikan pada Semiloka Nasional
intelektual anak. Pendidikan PAUD Holistik Pendidikan Anak Usia Dini ,
Integratif dicirikan dengan pelayanan yang Depdiknas, Jakarta 9-12 oktober 2005.
berkesinambungan, pelayanan yang Hadju, Venny, Metusalach dan Darwin
berkelanjutan dari sebelum anak lahir hingga Karyadi. 1998. Pangan Potensial
usia 8 tahun dan sistem pelayanan harus untuk Meningkatkan Pertumbuhan
terkoordinasi dan terintegrasi. Fisik, Daya Pikir dan Produktivitas
Sedangkan prinsip PAUD holistik serta Mencegah Penyakit Generatif,
integratif (Yuli & Imam, 2017) yaitu: bersifat
102 Jurnal Lonto Leok Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 2, No.1, Januari 2019

Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan


Gizi VO, Jakarta: LIPI.
Hurlock, Elizabe. 1997. Perkembangan Anak.
Jakarta: Erlangga.
Jamaris, Martini, 2006. Perkembangan dan
Pengembangan Anak Usia Dini
Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Gramedia Wiidiasarana.
Kalberg J., Jalal, F. Lam B.,Low , Yeung CY.
1994. Limear Grouth Retardation in
Relation to the Three of Grouth. Eur J
Clin Nutr 48 Supl.
Margono, Slamet. 2011. Jenis-Jenis
Kepribadian, Memahami Orang Lain
dengan Cara Memahami Diri Anda
Sendiri: Bahan Presentasi: dikutip dari
buku Personality Plus Karya Florence
Littauer.
Nuraini, Yuliani. 2007. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Pollit E, A. Jahari, M.A Husaini dan J. Huang .
2000. Effects of Energy and
Micronutrien Supplement on Mental
Development and Behaviour under
Natural Condition in Undernourished
Children in Indonesia. California:
University of California.
Papalia, 2008 . Human Development. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Samani, Muchlas & Hariyanto, M.S. 2011.
Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

You might also like