You are on page 1of 18

Vol. 12 No.

4 / Oktober - Desember 2019

KONTROL SOSIAL TERHADAP PKL (PEDAGANG KAKI LIMA)


DI KOMPLEKS PASAR BERSEHATI CALACA
KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

Oleh:
Reymond Krestian Rambing1

Femmy C. M. Tasik 2 Rudy Mumu 3

ABSTRACT

The social welfare issues today are increasingly varied therefore need to be
balanced with an intensive and coordinated countermeasure effort so that the
purpose of development in the field of social welfare can succeed. One of the
problems of social welfare today that requires countermeasures and solutions is the
issue of street vendors.

Street vendor activity allergy selling at local highways in front of the market
environment located on the roadside is a type of street vendor that uses the physical
means of carts that sell seasonal merchandise other than street vendor which uses
carts, there are some traders use Pick Up cars who do their activities at the location,
in addition there are some Street Vendor who do trade in the market at the location
of the market entrance adjacent to the motor parking area, at Essentially the type
of street vendor that performs such action is the street vendor which violates the
rules of the parties who have the authority to control, but the motive for the street
vendor to carry out such deviations activities is due to obtain the consumer And
sales can be quick to sell, other than that competition with other street vendor is
also quite large. So that traders try to make their trades first encountered by the
consumer, especially for street vendor that sells seasonal merchandise.

Keywords: street vendor, social welfare, market

1
Mahasiswa Sosiologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing KTIS I
3
Pembimbing KTIS II

1
ISSN: 1979-0481

Pendahuluan terkendali, seperti kata pepatah “Mati


satu tumbuh seribu”.
Masalah yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu masyarakat, Maraknya PKL, menimbulkan
merupakan masalah yang harus berbagai persoalan. Ada anggapan
dipecahkan oleh pemerintah dan bahwa keberadaan PKL yang tidak
masyarakat secara bersama. Masalah teratur mengganggu ketertiban,
tumbuh dengan seiring dinamika keindahan serta kebersihan
kehidupan masyarakat, dimana lingkungan di wilayah Kota. Lokasi
kesejahteraan sosial mempunyai berdagang yang sembarangan
kewajiban untuk memberi solusi bagi bahkan cenderung memakan bibir
masalah yang muncul. jalan sangat mengganggu lalulintas
baik bagi pejalan kaki maupun
Permasalahan kesejahteraan sosial
pengendara motor atau mobil. Selain
dewasa ini semakin bervariasi oleh
itu, parkir kendaraan para pembeli
karena itu perlu diimbangi dengan
yang tidak teratur juga sangat
upaya penanggulangan yang intensif
mengganggu ketertiban. Belum lagi
dan terkoordinir agar tujuan
masalah limbah atau sampah. Selama
pembangunan di bidang kese-
ini para PKL belum sadar akan
jahteraan sosial dapat berhasil. Salah
pentingnya kebersihan sehingga
satu masalah kesejahteraan sosial
keindahan di lingkungan pun sulit
dewasa ini yang memerlukan
diwujudkan.
penanggulangan dan solusi adalah
masalah Pedagang Kaki Lima. PKL tentunya beroprasi di wilayah
yang strategis yang sering dilalui oleh
Selama ini pemerintah telah
masyarakat, di wilayah Perkotaan
berusaha untuk menertibkan para PKL
jalan trotoar ataupun di kompleks
tersebut dengan menurunkan satpol
Keramaian di wilayah perkotaan
PP atau petugas untuk memberi
menjadi salah satu tempat bagi para
peringatan dan arahan terlebih
PKL untuk melaksanakan kegiatan jual
dahulu, dan kemudian menggusur
belinya, Selain itu peluang untuk
secara paksa apabila para PKL masih
menjadi seorang PKL sangatlah besar
tetap tidak menghiraukan peringatan
dikarenakan biaya modal awal bisa
dan arahan yang telah di sampaikan
dikatakan cukup kecil untuk memulai
oleh pemerintah. Namun sampai saat
usaha untuk menjadi seorang
ini, fenomena PKL, tetap tidak
Pedagang Kaki Lima.

2
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

Pedagang Kaki lima adalah salah PKL biasa juga diartikan sebagai
satu permasalahn perekonomian istilah untuk menyebut penjaja
yang dialami sebagian kecil dagangan yang menggunakan
masyarakat umumnya di Indonesia, gerobak, istilah itu sering di tafsirkan
membuat sebagian masyarakat karena jumlah kaki pedagangnya ada
Indonesia memilih salah satu lima, lima kaki tersebut adalah dua
alternatif usaha di sektor informal kaki pedagang di tambah tiga “kaki”
dengan modal yang relatif kecil untuk gerobak (tiga roda atau dua roda dan
mencukupi kebutuhan hidupnya satu kaki).
melihat kelangsungan hidup yang Pada umumnya masyarakat
makin hari makin meningkat memahami Julissar An-Naf dalam
harganya terutama harga sembako. (Dwiyanti, 2005) Pengertian
Di Kota Manado khususnya Pedagang Kaki Lima adalah
kecamatan Wenang Kelurahan Calaca pedagang yang menggunakan bahu
yang masih banyak dipenuhi oleh jalan atau trotoar sebagai tempat
pedagang Informal terlebih khusus untuk berdagang. Asal mula kata
PKL. Lokasi yang sering di gunakan pedagang kaki lima adalah berasal
PKL untuk memulai penjualan barang dari bahasa inggris “feet” yang artinya
dagangannya adalah wilayah Pasar, kaki, di mana ukuran 1 feet adalah
Pesisir Jalan Raya dan di tempat sekitar 21 cm.
depan pertokoan atau bangunan Definisi PKL Menurut (Karafir Ali
formal, di kelurahan Calaca tentunya dan Syamsu Alam 2012:186), bahwa
terdapat sebuah Pasar Tradisional Pedagang Kaki Lima adalah Pedagang
yaitu, Pasar Bersehati dan berdirinya kecil yang berjualan di suatu tempat
toko-toko besar yang menjual barang
umum seperti di tepi jalan, taman
bermerek elektronik dan toko-toko taman, emperan toko dan pasar pasar
pakaian, PKL sendiri juga sering tanpa izin usaha dari pemerintah.
terlihat di depan pesisir jalan raya
Menurut (Ramli 1992), pedagang
yang dekat dengan kompleks pasar
kaki lima PKL pada umumnya adalah
tradisional tersebut.
pekerjaan yang paling nyata dan
Pengertian PKL (Pedagang Kaki paling penting di kebanyakan kota
Lima)
pada negara berkembang. Pedagang
Menurut (Permadi, 2007)
kaki lima di perkotaan mempunyai
Pedagang kaki lima atau di singkat
karakteristik dan ciri ciri yang khas

3
ISSN: 1979-0481

dengan sektor informal, sehingga yang memiliki aktivitas hiburan, pasar,


sektor informal perkotaan sering di maupun ruang terbuka. Aktivitas PKL
identikan sebagai pedagang kaki di perkotaan merupakan pendukung
lima. aktivitas dari aktivitas-aktivitas yang
Karakteristik Lokasi Pedagang Kaki ada. Aktivitas-aktivitas tersebut
Lima timbul karena adanya aktivitas-
Dalam (Manning, Chris dan aktivitas fungsional kota. Berdasarkan
Tadjuddin Noer Effendi, 1996.) pemanfaatan ruang, aktivitas sektor
berdasarkan hasil penulisan jurnalnya informal PKL pada umumnya
mengenai pedagang sektor informal menempati ruang umum dan ruang
di Cali, Colombo, bahwa para pribadi yang ada. Ruang umum
pedagang sektor informal di jumpai merupakan jenis ruang yang dimiliki
di semua sektor kota, terutama pemerintah yang di peruntukan bagi
bepusat di tengah kota dan pusat masyarakat luas, contoh dari ruang
pusat hiburan lainnya ketika ada umum adalah taman kota, trotoar,
pertunjukan., sehingga menarik ruang terbuka, lapangan, dan
sejumlah besar penduduk. sebagainya. Termasuk fasilitas dan
Adanya kecendurungan peng- sarana yang terdapat di ruang umum
gunaan ruang kota bagi aktivitas tersebut, seperti halte, jembatan
usaha PKL ini tidak lepas dari adanya penyeberangan, dan sebagainya.
keberadaaan sektor informal di suatu Sedangkan ruang pribadi adalah jenis
lokasi. Atau dengan kata lain adalah ruang yang dimiliki individu atau
ada interaksi ekonomi antara sektor kelompok tertentu. Misalnya lahan
informal (perkantoran dan petokoan) pribadi yang dimiliki oleh pemilik
dengan sektor informal PKL. pertokoan, perkantoran, dan sebagai-
nya. Karena penggunaan ruang inilah
Menurut (Mc. Gee dan Yeung,
yang akhirnya menimbulkan conflict
1977. Hal. 61) menyatakan bahwa
of interest, karena lahan tersebut
pada umunya PKL cenderung untuk
seharusnya di pergunakan oleh
berlokasi pada area yang memiliki
berbagai pihak dengan berbagai
tingkat intensitas aktivitas yang
kepentingan, tidak saja bagi pelaku
tinggi, seperti pada simpul-simpul
sektor informal.
jalur transportasi atau lokasi-lokasi

4
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

Karakteristik permasalahan PKL Penyebab Munculnya PKL di


Perkotaan
Menurut (Firdausy, 1995)
Menurut (Todaro dan Smith 2006),
mendeskripsikan karakteristik
dalam tulisannya yang berjudul
masalah yang di hadapi PKL dalam
“dilema migrasi dan urbanisasi” ,
beberapa aspek, sebagai berikut:
menyatakan dilema yang paling
a. Aspek Ekonomi,
kompleks dari proses pembangunan
PKL merupakan kegiatan ekonomi adalah perpindahan penduduk
skala kecil dengan modal relatif (migrasi) secara besar besaran dari
minim. Aksesnya terbuka sehingga berbagai daerah pedesaan ke daerah
mudah dimasuki usaha baru, perkotaan. Migrasi ini memperburuk
konsumen lokal dengan pendapatan ketidak seimbangan struktural antar
menengah kebawah, teknologi desa dan kota secara berlebihan akan
sederhana/tanpa teknologi, jaringan meningkatkan jumlah pencari kerja di
usaha terbatas, kegiatan usaha perkotaan yang melampaui tingkat
dikelola satu orang atau usaha atau batasan pertumbuhan
keluarga dengan pola manjemen penduduk, yang sedianya masih
yang relatif tradisional. Selain itu, jenis dapat di dukung oleh segenap
komoditi yang diperdagangkan kegiatan ekonomi dan jasa jasa
cenderung komoditi yang tidak tahan pelayanan yang ada di daerah
lama, seperti makanan dan minuman. perkotaan.

b. Aspek sosial budaya, Pembangunan yang tidak merata

Sebagian besar pelaku berpendidikan antara daerah pedesaan dengan

rendah dan migran (pendatang) perkotaan merupaka salah satu

dengan jumlah anggota rumah penyebab migrasi penduduk dari

tangga yang besar. Mereka juga desa ke kota. Pergeseran lahan

bertempat tinggal di pemukiman pertanian dengan perubahan

kumuh. fungsinya menjadi pemukiman. Area


industri atau lahan komersial lainnya,
c. Aspek lingkungan,
berakibat semakin sempitnya
kurang memperhatikan kebersihan kesempatan kerja disektor pertanian,
dan berlokasi di tempat yang padat juga mendorong tenaga kerja
lalu lintas pedesaan pergi ke pekotaan untuk

5
ISSN: 1979-0481

mencari kerja, akibatnya terjadi ekses Veeger dalam (Kholip, 2010)


tenaga kerja di perkotaan. pengendalian sosial adalah titik
kelanjutan dari proses sosialisasi dan
Akses tenaga kerja yang
berhubungan dengan cara dan
berlebihan ini dan terbatasnya
metode yang digunakan untuk
lapangan kerja formal, mendorong
mendorong seseorang agar ber-
penduduk lokal dan pendatang baru,
perilaku selaras dengan kehendak
masuk ke pekerjaan sektor informal,
kelompok atau masyarakat yang jika
dalam hal ini pedagang kaki lima.
di jalankan secara efektif, perilaku
Menurut (Sethuraman 1991),
individu akan konsisten dengan tipe
sektor informal merupakan
perilaku yang diharapkan.
manifestasi dari situasi pertumbuhan
Proposisi Teoritis Kontrol Sosial
kesempatan kerja di negara sedang
berkembang. Kegiatan memasuki Dalam (Poloma M. Margaret,
usaha kecil di perkotaan lebih 2004) Salah satu ahli mengem-
ditujukan untuk mencari kesempatan bangkan teori ini adalah Hirschi. Ia
kerja dan pendapatan, dari pada mengajukan beberapa proposisi
memperoleh keuntungan. Mereka teoritisnya, yaitu:
yang terlibat sektor ini pada a. bahwa berbagai bentuk
umumnya miskin, bependidikan pengingkaran terhadap aturan
rendah, tidak terampil, dan aturan sosial adalah akibat
kebanyakan adalah para pendatang. kegagalan mensosialisasikan
Pengertian Kontrol Sosial individu untuk bertindak konform
terhadap aturan atau tata tertib
Berger dalam (Kamanto, 1993:65).
yang ada
mengartikan pengendalian sosial
sebagai cara yang digunakan b. penyimpangan dan bahkan
masyarakat untuk menertibkan kriminalitas, merupakan bukti
anggota yang membangkang. kegagalan kelompok sosial
konvensional untuk mengikat
Roucek dalam (Bagong, 2010)
individu agar tetap konform,
mendefinisikan pengendalian sosial
seperti: keluarga, sekolah atau
tidak hanya pada tindakan terhadap
institusi pendidikan dan kelompok
mereka yang membangkang, tetapi
dominan lainnya.
proses yang dapat kita klasifikasikan
sebagai proses sosialisasi.

6
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

c. Setiap individu seharusnya belajar pedagang kaki lima merupakan


untuk konform dan tidak kelompok orang yang menawarkan
melakukan tindakan menyimpang barang dan jasa untuk di jual di atas
atau kriminal trotoar, di tepi atau di pinggir jalan, di
sekitar pusat-pusat perbelanjaan,
d. Kontrol internal lebih
pertokoan, pasar, pusat rekreasi atau
berpengaruh daripada kontrol
hiburan, pusat pendidikan, baik
eksternal
secara menetap, setengah menetap
Keberadaan PKL di Kompleks Pasar
atau berpindah pindah, berstatus
Bersehati Calaca Kecamatan
Wenang Kota Manado resmi atau tidak resmi.

Pedagang kaki lima merupakan Karakteristik Pedagang kaki Lima


salah satu bentuk usaha di sektor yang sesuai dengan karakteristik
informal di perkotaan. Jumlahnya lokasinya yang terletak di pusat
sangat besar dan seringkali lebih perbelanjaan dan keramaian salah
mendominasi dibanding jenis usaha satunya, adalah Kompleks Pasar
sektor informal lainnya. Secara Bersehati Manado, aktivitas Peda-
etimologi atau bahasa, pedagang bisa gang Kaki Lima di lokasi tersebut
diartikan sebagai jenis pekerjaan beli seringkali terlihat di Tempat Jalan
dan jual. Pedagang adalah orang trotoar dari pusat perbelanjaan 45
yang bekerja dengan cara membeli sekitar 400 meter sampai di depan
barang dan kemudian menjualnya jalan raya lokal depan Pasar Bersehati
kembali dengan mengambil dalam jangka waktu tertentu, sering
keuntungan dari barang yang di kali di lokasi itu lebih banyak
jualnya kembali. Kaki lima diartikan Pedagang yang menggunakan mobil
sebagai lokasi berdagang yang tidak Pick Up sebagian juga ada yang
permanen atau tetap. Dengan menggunakan sarana fisik Gerobak
demikian, pedagang kaki lima dapat lokasi tersebut bersampingan dengan
diartikan sebagai pedagang yang Kantor Lurah Calaca, selain lokasi itu
tidak memiliki lokasi usaha yang PKL juga terkadang melaksanakan
permanen atau tetap. kegiatan jual beli di jalan dua arah
yang bersebelahan dengan lokasi PKL
Lokasi PKL biasanya mengisi
tersebut yang sering di katakan
pusat-pusat keramaian seperti pusat
dengan jalan jengki PKL yang sering
kota, pusat perdagangan, pusat
beraktivitas di lokasi tersebut
rekreasi, hiburan dan sebagainya. Jadi

7
ISSN: 1979-0481

menggunakan sarana fisik Tenda dan Keberadaan PKL di Kompleks


Meja dan gerobak. Pasar bersehati akan sangat Padat
ketika menjelang hari Libur dan
Jenis PKL yang melakukan
mendekati hari Raya, Jenis Pedagang
kegiatan berdagang di beberapa
Kaki Lima yang menggelarkan barang
lokasi tersebut adalah pedagang yang
dagangan di lokasi depan pasar di
menjual barang dagangan musiman
setiap hari minggu adalah pedagang
yang berstatus tidak resmi dan sering
dengan istilah Cabo.
kali berpindah ke tempat yang lain.

Selain dari PKL yang melakukan Dari keterangan tabel mengenai


kegiatan berdagang di luar Pasar aktivitas PKL di kompleks pasar
terdapat juga para Pedagang ikan terdapat berbagai ciri fisik PKL dan
yang melaksanakan kegiatan jual jenis barang yang di perdagangkan,
belinya di wilayah jalan di dalam pasar yang jumlah keseluruhannya sebesar
yang berdekatan dengan area tempat 45, hal ini masih dalam kategori tidak
parkir motor, jenis pedagang itu juga menentu dalam hal lokasi maupun
termasuk salah satu dari PKL karena waktu di karenakan kegiatan PKL
menggunakan sarana fisik Meja dan sering berpindah-pindah ke lokasi
Tenda. yang lain, terlebih khusus PKL
musiman.

8
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

Beberapa faktor yang di timbulkan melaksanakan kegiatan jual beli di


oleh PKL dan penanggulangan yang luar dari Lapak yang di sediakan.
harus di tertibkan dalam aktivitasnya Faktor tersebut timbul di
(Kontrol Sosial) anatar lain: karenakan adanya motif dari
Aspek Lingkungan pedagang, bentuk- bentuk motif
tersebut berupa:
Aktivitas PKL cenderung
memberikan pengaruh buruk bagi a. dengan menggunakan sarana
Kondisi Lingkungan, aspek tersebut publik umum (Trotoar) untuk
merujuk pada ketertiban umum pada berdagang PKL akan
masyarakat, penggunaan fasilitas mendapatkan konsumen lebih
publik (trotoar), Masalah kebersihan, cepat
dan tata keindahan Pasar (Kota), b. Barang Yang di perjualbelikan
kemudian aktivitas PKL sering adalah barang yang tidak tahan
dilakukan setiap harinya sesuai lama (Bahan Pangan).
dengan musim panen buah yang akan
c. PKL yang melaksanakan kegiatan
di jual, aktivitas PKL akan sangat
jual beli secara tertib di
padat padat hari minggu dan ketika
lingkungan pasar akan di data
menjelang hari raya.
oleh para Pengawas atau
Aspek Penyimpangan penagihan biaya sebesar Rp.
Penyimpangan adalah tindakan 50.000
atau perbuatan yang tak selaras Aspek Penertiban
dengan yang di harapkan oleh
Dengan berbagai permasalahan
Masyarakat maupun lembaga
yang timbul akibat keberadaan PKL,
masyarakat, kegiatan PKL (Sarana
maka harus di barengi dengan
Fisik Sederhana) cenderung
tindakan kontrol untuk menstabilkan
menimbulkan penyimpangan, maka
setiap perilaku PKL yang cenderung
oleh karena itu penanggulangan
menyimpang, pihak-pihak yang
masalah PKL telah di tertibkan, di
menanggulangi masalah PKL di
mulai dari pemberian Lapak yang
kompleks pasar dilakukan oleh PD
terletak di Lingkungan Pasar, tetapi
Pasar, Satpol PP, dan partisipasi dari
kenyataannya PKL masi tetap saja
pemerintah Lurah.
melaksanakan kegiatan jual beli
secara tidak tertib, yaitu

9
ISSN: 1979-0481

Strategi dalam mengontrol PKL a. Kurangnya kesadaran bagi


dilakukan bervariasi oleh masing- Pedagang untuk menjaga
masing pihak yang terkait : kebersihan di kompleks pasar
yang berada di sekitaran samping
a. Pengawasan dilakukan oleh PD
jalan raya lokal.
Pasar dan Satpol PP, PD pasar
hanya mengawasi aktivitas b. Masyarakat pengguna jalan
pedagang .yang berada di (Konsumen) dan masyarakat yang
lingkungan pasar dan jalan raya beraktivitas di lingkungan pasar
lokal depan pasar, sedangkan memberikan dukungan (Toleransi)
Satpol PP mencakup keseluruhan terhadap PKL dalam aktiivtas
kecamatan wenang sesuai dengan berdagangnya yang tak sesuai
jadwal tugas dari ke dua pihak dengan aturan Perda dan
tersebut. Kebijakan PD pasar.

b. Partisipasi pemerintah Lurah, c. Masyarakat Pengguna Jalan


dilaksanakan berupa pengecekan (Konsumen) merasa terbantu
identitas Pedagang yang menetap dengan adanya PKL di karenakan
di Badan pasar atau keluar dari memberikan efisiensi bagi
areal Lapak. masyarakat pengguna jalan untuk
membeli barang.
c. Sanksi bagi pedagang lebih sering
penyitaan barang dan di d. Kurangnya kesadaran masyarakat
perintahkan untuk memindahkan bahwa keberadaan PKL cenderung
barang ke lokasi Lapak lingkungan memberikan pengaruh buruk bagi
Pasar oleh PD Pasar dan Satpol PP mereka, yaitu mencakup
(Teguran). Kebersihan lingkungan dan tata
ruang yang sembraut atau tidak
Aspek Individu
teratur.
Aspek individu mencakup
Masyarakat Yang beraktivitas atau Implementasi Kontrol Sosial
Terhadap PKL di kompleks Pasar
bekerja di Lingkungan Pasar (Tukang
Bersehati Calaca Kecamatan
Parkir dan Tukang Ojek) dan Wenang Kota Manado.
masyarakat Pengguna Trotoar
Kontrol Sosial adalah tindakan
(Konsumen) sebagai sumbangsi
pengawasan yang dilakukan terhadap
Kontrol Sosial Terhadap aktivitas PKL :
masyarakat atau kelompok masya-
rakat yang berpotensi melakukan

10
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

suatu tindakan penyimpangan atau aktivitas PKL yang sering mengingkari


tindakan kriminalitas. Pencegahan dari aturan Pengawas Pasar itu adalah
terhadap perilaku menyimpang oleh Pedagang yang menjual Ikan Mentah
masyarakat maupun kelompok yang menggunakan sarana Fisik
masyarakat dapat dilakukan dengan Tenda dan Meja.
cara Sosialisasi. Pihak Pengawas Pasar juga
Teori kontrol sosial memfokuskan melarang bagi PKL yang menjual
diri pada teknik-teknik dan strategi- barang dagangannya di wilayah luar
straregi yang mengatur tingkah laku Lingkungan pasar lebih tepatnya jalan
manusia dan membawanya kepada raya lokal di depan Pasar, PKL yang
penyesuaian atau ketaatan kepada sering beraktivitas di lokasi tersebut
aturan-aturan masyarakat, salah satu adalah jenis PKL yang menjual barang
contoh seperti Seseorang mengikuti dagangan musiman yang sering
hukum sebagai respon atas kekuatan- berpindah ke tempat lain.
kekuatan pengontrolan tertentu Aturan-aturan yang di berlakukan
dalam kehidupan seseorang, se- terhadap para PKL di Kompleks Pasar
seorang menyimpang dan atau tersebut pada dasarnya adalah salah
menjadi kriminal ketika kekuatan- satu bentuk Kontrol Sosial Formal
kekuatan yang mengontrol di yaitu aturan-aturan tentang larangan
masyarakat tersebut lemah atau berjualan secara sembarangan dan di
hilang. selenggarakan di beberapa tempat di
Aktivitas PKL di kompleks Pasar dalam pasar maupun di luar Pasar,
bersehati Calaca bisa di bilang masih selain itu peraturan daerah PERDA
menyimpang dari setiap aturan yang mengenai ketertiban umum dan
ada, Penataan Lokasi PKL sebenarnya ketentraman masyarakat adalah salah
telah di buat, yaitu terletak di satu bentuk Kontrol sosial dalam
Lingkungan Pasar yang telah di bentuk Formal. Namun bentuk
tentukan oleh Pihak Pengawas Pasar. pengontrolan seperti itu seringkali
Aturan-aturan yang telah di buat diingkari oleh pihak PKL dalam
terlebih khusus di lingkungan Pasar melaksanakan kegiatan berda-
adalah lokasi jalan di dalam pasar, gangnya.
lokasi tersebut telah di tulis sebuah Tindakan Penertiban terhadap
aturan oleh Pengawas Pasar seperti
Perilaku menyimpang dari aturan
“dilarang berjualan di tempat ini” masyarakat seperti PKL adalah tugas

11
ISSN: 1979-0481

dan Tanggung jawab oleh Kelompok sesuai dengan tempat yang telah di
Swasta ataupun kelompok kekuatan relokasikan.
dalam masyarakat, yaitu Petugas Partisipasi yang diberikan
Pengawas Pasar dan Partisipasi dari Pemerintah Kelurahan dalam
Pemerintah yang ada seperti mengontrol PKL adalah Pengecekan
Pemerintah Lurah Calaca maupun identitas Pedagang yang tinggal di
kesadaran dari masyarakat sekitar badan Pasar, maupun PKL yang keluar
tentang dampak buruk yang di dari areal Lapak. Pemerintah
timbulkan PKL. seringkali Melaksanakan kegiatan
Tindakan Pengontrolan yang Pengontrolan terlibat bersama-sama
dilakukan oleh pihak Pengawas Pasar dengan Pengawas Pasar dengan cara
adalah Proses Pengawasan ber- pemeriksaan KTP jika pedagang yang
dasarkan jadwal tugas yang telah di tinggal di badan pasar atau keluar
tetapkan kemudian tindakan sosialisai dari areal Lapak tidak memiliki KTP
(Teguran) agar supaya para PKL maka pihak pemerintah akan
melaksanakan kegiatan berdagang meminta kepada pihak Pengawas
secara tertib mengikuti Kebijakan Pasar untuk di keluarkan.
yang ada di dalam Lingkungan pasar, Aktivitas Pengontrolan yang ada
yakni dengan menjual barang seperti adanya PERDA dan kebijakan
dagangannya di lokasi lingkungan penataan Pengawas Pasar, Satpol PP,
pasar yang telah di sediakan dan Pemerintah Kelurahan yang telah
Lapaknya. Sanksi yang diberikan bagi di jelaskan adalah jenis Pengontrolan
PKL yang tidak mengikuti aturan Formal yang merujuk pada proses
biasanya berupa penyitaan barang kontrol sosial (Pengawasan) dan
dan di pindah ke lokasi Lapak yang
Sanksi penyitaan barang kemudian di
telah di tata oleh Pihak tersebut. pindahkan ke lokasi Lapak (Pasar),
Selain itu tindakan Ketertiban tindakan kontrol sosial tersebut di
yang dilaksanakan oleh Satpol PP berlakukan untuk mencegah PKL
sama halnya dengan tindakan yang melakukan tindakan penyimpangan.
dilakukan oleh Pengawas Pasar, bagi Sesuai dengan proposisi teoritis
PKL yang melakukan kegiatan yang di jelaskan mengenai Kontrol
berdagang di sekitar jalan trotoar di Sosial setiap pengingkaran terhadap
perintahkan untuk memindahkan
aturan-aturan dalam masyarakat,
lokasi berdagang di Lingkungan Pasar maupun tindakan penyimpangan

12
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

yang tidak sesuai dengan apa yang di perkenankan yaitu jalan trotoar atau
harapkan adalah pengaruh dari yang sering dilalui oleh para
lemahnya Kontrol sosial ataupun konsumen dari pada di tempat yang
hilangnya Kontrol Sosial. telah di relokasi, sebaliknya jika
efektivitas kontrol sosial yang
Dari apa yang telah di bahas
dilakukan secara maksimal maka
mengenai tindakan kontrol sosial
tindakan pengingkaran terhadap
terhadap PKL, maka sudah jelas
aturan akan dapat di minimalisir atau
dengan apa yang dilakukan oleh PD
PKL akan bersikap tertib di lokasi
pasar, Satpol PP dan Pemerintah
tersebut.
kelurahan dan bahkan masyarakat jika
di kaitkan dengan landasan teori Proposisi Stimulus, dimana
pertukaran Sosial mengenai Pedagang kaki lima sebagai aktor
proposisi-proposisi yang tebagi cenderung melakukan tindakan
dalam pertukaran sosial Homans. menyimpang dari aturan masyarakat
di karenakan kurangnya kontrol
Proposisi sukses menjadi landasan
sosial, pengawasan dan kurangnya
teori yang berkaitan, yakni di mana
kesadaran masyarakat sekitar bahwa
PKL sebagai aktor melakukan
PKL Sembraut atau tidak tertata
kegiatan berdagang di sekitar jalan di
membuat PKL sebagai aktor
kompleks pasar bersehati calaca yang
merangsang stimulus dari kenyataan
sering di lalui oleh masyarakat lebih
tersebut dan reaksinya para PKL
khusus para masyarakat konsumen
dengan tujuan untuk memperoleh melakukan tindakan pelanggaran
hukum dari kenyataan proses kontrol
Pendapatan yang lebih besar namun
sosial atau pengawasan dan
lokasi tersebut adalah lokasi yang
sosialisasi yang lemah. Hal tersebut
tidak seharusnya di manfaatkan
sebagai tempat berdagang, adanya menimbulkan reaksi terhadap PKL
berkesempatan mendapatkan keun-
Kontrol Sosial Formal berupa aturan
tungan lebih untuk menggelarkan
yang berlaku.
barang dagangan pada lokasi yang
Kontrol Sosial yang lemah
lebih strategis yang di mana ada
membuat para PKL melakukan
konsumen.
tindakan pelanggaran atau penyim-
Proposisi Nilai, yang memiliki
pangan, untuk mendapatkan
kaitan dengan Kontrol Sosial
keuntungan yang lebih besar dengan
terhadap Pedagang kaki Lima, adalah
cara berjualan di lokasi yang tidak di

13
ISSN: 1979-0481

suatu tindakan PKL yang melakukan Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial


aktivitas Perdagangan di Lokasi yang Terhadap aktivitas PKL Di
Kompleks Pasar Bersehati Calaca
tidak semestinya, di karenakan
Kecamatan Wenang Kota Manado.
Pengontrolan dari Lembaga Masya-
Dalam hal ini Aktivitas Pedagang
rakat yang kurang Optimal,
Kaki Lima yang dilaksanakan di
menyebabkan PKL cenderung terus
Kompleks Pasar Bersehati Calaca
menerus berjualan di Lokasi tersebut,
justru memberikan dampak yang
dan Pedagang memperoleh
lebih positif di mata masyarakat yang
Pendapatan Lebih dan jualan lebih
bekerja di Kompleks Pasar (Tukang
cepat Laris karena Lokasi tersebut
Ojek dan Tukang Parkir) dan
strategis sering di lalui oleh
Masyarakat biasa (Konsumen/
Konsumen Masyarakat. Keadaan
Pengguna Jalan), meskipun kebe-
tersebut bisa menjadi sangat bernilai
radaan para Pedagang telah di
bagi Pedagang yang melakukan
nyatakan sebagian ada yang masih
aktivitas di lokasi yang dianggap
menyimpang dari aturan PERDA Kota
menguntungkan sehingga Pedagang
Manado, maupun kebijakan dari PD
akan terus berjualan di lokasi yang
Pasar Bersehati salah satunya aktivitas
bagi mereka sangat bernilai.
PKL yang sembraut ( Tidak Tertata )
Dalam Proposisi agresi-Pujian
dan Masalah Kebersihan, namun
pada proposisi B Kontrol sosial secara
masalah yang di timbulkan bagi PKL
Formal dan Informal yang lemah tidak
yang Sering kali Seperti mengganggu
dilaksanakan secara maksimal me-
Aktivitas Masyarakat (Kemacetan)
nyebabkan PKL cenderung mela-
Tidak lagi di Permasalahkan bagi
kukan tindakan pelanggaran hukum
Masyarakat Pengguna Trotoar, hal
secara terus menerus, karena sesuai
tersebut malah membuat keberadaan
dengan pendapatan yang cukup
PKL yang menyisir lokasi Trotoar dari
banyak di peroleh dan kenyataan
jalan Pusat perbelanjaan 45 hingga
penegakan hukum yang lemah
sampai ke Lingkungan Pasar dan
menyebabkan PKL cenderung
Lokasi Jalan dua Cabang (Jalan
melakukan tindakan pelanggaran
Jengki) justru memberikan efisiensi,
atau penyimpangan secara berulang
yaitu di permudahnya bagi para
ulang.
masyarakat pengguna Trotoar untuk
berbelanja, bagi masyarakat
konsumen mengaku bahwa setiap

14
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

produk yang di tawarkan PKL, Seperti sekitar Lingkungan Pasar Bahwa


Padagang Buah (Musiman), Peda- keberadaan PKL sudah dianggap
gang Ikan dan Pedagang Pakaian melanggar aturan dan tidak pada
Cabo. Sangat mempermudah aktivitas lokasi yang yang tertata dengan baik.
proses berbelanja di Lokasi tersebut, Kesimpulan
Masyarakat tidak merasa di repotkan,
Berdasarkan hasil penelitian
namun sebagian masyarakat juga
mengenai kontrol sosial terhadap PKL
mengeluhkan mengenai Masalah
(Pedagang Kaki Lima) di kompleks
Kebersihan yang di timbulkan akibat
pasar bersehati calaca Kecamatan
dari aktivitas PKL Seperti Pedagang
Wenang Kota Manado, maka dapat di
Buah dan Pedagang Ikan, Hal tersebut
simpulkan sebagai berikut:
tetap tidak di hiraukan oleh
masyarakat Pengguna Trotoar dan Kontrol sosial, para pedagang kaki
Masyarakat yang beraktivitas di lima telah di tertibkan dan kebijakan
Kompleks Pasar, Mengingat bahwa bagi PKL telah diberikan, pihak-pihak
sebagian Masyarakat yang bekerja di yang memiliki wewenang dalam
Kompleks Pasar Seperti Tukang Ojek mengontrol seperti Pengelola,
dan Tukang Parkir memiliki hubungan pengawas Pasar dan Polisi Pamong
Interaksi Sosial (Toleransi) yang Praja maupun partisipasi pemerintah
sangat baik dengan Masyarakat kelurahan telah dilaksanakan, namun
Pedagang. keberadaan PKL yang terus
beraktivitas di kompleks pasar masih
Jika di Tinjau dari Perspektif
menimbulkan permasalahan, yaitu
Kontrol Sosial seperti Kelompok
permasalahan mengenai lokasi
Kekuatan dalam masyarakat dan
tempat berdagang yang semestinya
Proprosisi Teoritis Kontrol Sosial
tidak di ijinkan karena telah ada
bahwa sebuah bentuk pengingkaran
kebijakan dari pihak-pihak yang
terhadap aturan terhadap ketertiban
memberikan lapak bagi PKL, yaitu di
adalah lemahnya Kontrol sosial
dalam lingkungan pasar, masyarakat
sehingga masyarakat PKL masih
yang beraktivitas di lokasi tersebut
sering melaksanakan kegiatan
dan masyarakat pengguna jalan lebih
berjualan secara sembarangan, hal ini
besar memberikan reaksi positif
juga menjadi ketidaksadaran dari
dengan adanya PKL dikarenakan PKL
Pihak Masyarakat Pengguna Jalan
tidak terlalu memberikan pengaruh
dan Masyarakat yang bekerja di
buruk bagi aktivitas masyarakat

15
ISSN: 1979-0481

seperti kemacetan, justru mem- berdekatan dengan area parkir motor,


berikan efisiensi terhadap konsumen pada dasarnya jenis PKL yang
dalam memperoleh barang yang melakukan tindakan tersebut adalah
ingin di beli. PKL yang melanggar aturan dari
pihak-pihak yang memiliki wewenang
Pemasalahan aktivitas PKL,
untuk mengontrol, namun Motif bagi
sebagian PKL berjualan di lokasi jalan
PKL untuk melaksanakan kegiatan
raya lokal di depan lingkungan pasar
penyimpangan seperti itu adalah
yang berada di tepi-tepi jalan adalah
karena untuk mendapatkan konsu-
jenis PKL yang menggunakan sarana
men lebih dan jualan bisa cepat laku,
fisik gerobak yang menjual barang
selain itu persaingan dengan PKL-PKL
dagangan musiman selain PKL yang
yang lain juga cukup besar. Sehingga
menggunakan gerobak, terdapat
para pedagang berusaha untuk
beberapa pedagang mobil Pick Up
membuat dagangannya lebih dulu di
yang melakukan aktivitas berdagang
temui oleh pihak konsumen, terlebih
di lokasi tersebut, selain itu ada
khusus PKL yang menjual barang
beberapa PKL yang melakukan
dagangan musiman.
aktivitas berdagang di dalam pasar di
lokasi jalan masuk pasar yang

16
Vol. 12 No. 4 / Oktober - Desember 2019

DAFTAR PUSTAKA

Bagong Suyanto, 2010. Masalah Sosial Anak. Edisi Pertama. Cetakan ke-1. Jakarta:
Kencana.
Dwiyanti, Yanivirzal. 2005. Kajian Pola Ruang PKL dan Karakteristik dan
Aktivitasnya di kawasan Panbil Kota Batam, Semarang.
Firdausy, C.M. (1995). Pembangunan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima di
Perkotaan. Jakarta: Penerbit Dewan Riset dan Bappenas Puslitbang
Ekonomi dan Pembangunan LIPL
Husaini Usman, dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 85-89
Karafir Ali, Faried dan Syamsu Alam, 2012, Study Kebijakan Pemerintah, PT. Refika
Aditama, Bandung.
Mc.Gee,T.G and Yeung Y. M. 1977. Hawkers In South East Asian Cities: Planning
for The Bazaar Economy. Ottawa, Canada: Penerbit International
Develop-ment Research Centre.
Manning, Chris dan Tadjuddin Noer Effendi. 1996. Urbanisasi, Pengangguran, dan
sektor Informal di Kota. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Hal. 232
Moleong J. Lexy, metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm 3,17,112,135,138.
Permadi, Gilang. 2007. Pedagang Kaki Lima: Riwayatmu dulu, Nasibmu Kini.
Jakarta: Yudhistira
Poloma M Margaret, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), 241
Ramli, Rusli. 1992. Sektor Informal Perkotaan: Pedagang Kaki Lima. Jakarta:
Penerbit Ind- Hill- co.
Ritzer George, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana Offset, 2011).
Setyadi Elly dan Usman Kholip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: kencana, 2011)
Sunarto Kamanto, 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Sethuraman, S. V. 1991. Sektor Informal di negara sedang berkembang Urbanisasi,
pengangguran, dan sektor informal di kota. C, Manning and T.N,
Effendi. Jakarta.

17
ISSN: 1979-0481

Sudarwan Danim, menjadi peneliti kualitatif rancangan metodologi, presentasi dan


publikasi hasil penelitian untuk mahasiswa dan penelitian pemula
bidang ilmu sosial, pendidikan, dan humaniora, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), Cet. 1, hlm. 51.
Subarsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2002, Cet XII), hlm. 107,134,149,203.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 6, hlm.310,335-336.
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), 87-88
Todaro, Michael P. Dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.

18

You might also like