You are on page 1of 9

Analisis Kesalahan Berbahasa pada

Berita Online Solopos Edisi 4 Desember


2019
NOVITA DESSY ERIYANI
Universitas Sebelas Maret Surakarta
novitaderiyani@gmail.com

ABSTRACT
The editor has the task of preparing a ready-to-print or published manuscript by paying
attention to the presentation, content, and language sitematics in terms of spelling,
diction and sentence structure. The purpose of this study is (1) to describe language
errors in terms of spelling, morphology, syntax, and semantics contained in Solopos
newspaper online news; (2) to provide language correction in terms of spelling,
morphology, syntax, and semantics contained in Solopos newspaper online news. This
research is a descriptive qualitative research. Data collection techniques used are
listening techniques to obtain data by listening to the use of language and note-taking
techniques to record words or sentences to be analyzed. The results of the analysis of
language error analysis on the December 4, 2019 edition of Solopos can be concluded
that there are forms of language errors in the spelling, morphology, syntax, and
semantic fields. The results of this study are first, the form of language errors found in
the news "Solo Kembali Gagal Masuk Daftar Jaringan Kota Kreatif UNESCO" including
errors in the spelling field of two errors, morphological field of one error, semantic two
errors, and syntax of five errors. Second, the form of language errors found in the news
"Harga Cabe Jaga Jateng Inflasi di Bawah 3%" include errors in the spelling field of five
errors and semantics of two errors. Third, the form of language errors found in the news
"Tenang! Tiket KA Solo–Jakarta Saat Natal & Tahun Baru Masih Tersedia” including seven
errors in the spelling field, one semantic error, and three syntax errors.
KEY WORDS
News, error analysis, online news, solopos, linguistic aspects

ABSTRAK
Penyunting memiliki tugas menyiapkan naskah siap cetak atau terbit dengan
memperhatikan segi sitematika penyajian, isi, dan bahasa baik dari segi ejaan, diksi, dan
struktur kalimat. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan kesalahan
berbahasa dari segi ejaan, morfologi, sintaksis, dan semantik yang terdapat di dalam
berita online koran Solopos; (2) untuk memberikan perbaikan kesalahan berbahasa dari
segi ejaan, morfologi, sintaksis, dan semantik yang terdapat di dalam berita online koran
Solopos. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik simak untuk memperoleh data dengan menyimak
penggunaan bahasa dan teknik catat untuk mencatat kata atau kalimat untuk dianalisis.
Hasil analisis mengenai analisis kesalahan berbahasa pada berita Solopos edisi 4
Desember 2019 dapat disimpulkan bahwa terdapat bentuk kesalahan berbahasa pada
bidang ejaan, morfologi, sintaksis, dan semantik. Hasil penelitian ini yaitu pertama,
bentuk kesalahan berbahasa yang ditemukan pada berita “Solo Kembali Gagal Masuk
Daftar Jaringan Kota Kreatif UNESCO“ di antaranya kesalahan dalam bidang ejaan
sebanyak dua kesalahan, bidang morfologi satu kesalahan, semantik dua kesalahan, dan
sintaksis lima kesalahan. Kedua, bentuk kesalahan berbahasa yang ditemukan pada
berita “Harga Cabe Jaga Jateng Inflasi di Bawah 3%“ di antaranya kesalahan dalam
bidang ejaan sebanyak lima kesalahan dan semantik sebanyak dua kesalahan. Ketiga,
bentuk kesalahan berbahasa yang ditemukan pada berita “Tenang! Tiket KA Solo–Jakarta
Saat Natal & Tahun Baru Masih Tersedia“ di antaranya kesalahan dalam bidang ejaan
sebanyak tujuh kesalahan, semantik satu kesalahan, dan sintaksis tiga kesalahan.
KATA KUNCI
Berita, analisis kesalahan, berita online, solopos, aspek kebahasaan
PENDAHULUAN
Bahasa adalah sistem komunikasi yang menggunakan bunyi yang keluar dari
alat ucap manusia dan dapat pendengaran oleh orang lain. Bahasa ditulis dan
dilafalkan sesuai dengan simbol dan vokal secara arbitrer yang telah disepakati.
Kridalaksana (dalam Wahya, 2010) membatasi bahasa merupakan alat
komunikasi yang dilambangkan oleh vokal dan bunyi yang arbitrer. Jika dilihat
dari media yang digunakan, ragam bahasa dapat dibagi menjadi dua yaitu
ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (Sugono, 2009: 16-19). Pemilihan
objek penelitian didasarkan pada asumsi bahwa bahasa yang digunakan
memiliki bentuk, fungsi dan karakteristik yang khas. Wittgenstein (dalam
Suriasumantri, 2001: 171) menyatakan bahwa bahasa sangat penting
peranannya dalam kehidupan manusia sebagai sarana komunikasi. Berbicara
tentang bahasa tidak bisa terlepas dari aspek membaca, menulis, menyimak,
dan berbicara (Andyani, 2016)
Bahasa memiliki peran penting dalam penyajian sumber informasi dan ilmu
pengetahuan. Salah satu media yang digunakan sebagai sumber informasi ialah
media masa cetak seperti surat kabar atau koran. Surat kabar sekarang tidak
hanya berbentuk cetakan dalam kertas, tetapi banyak surat kabar yang sudah
membuat blog atau laman sendiri agar berita dapat dibaca secara online. Berita
memiliki ciri khas, yaitu menggunakan bahasa yang lugas dan sistematika
penulisan yang berpedoman kepada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Akan tetapi, masih banyak dijumpai surat kabar yang melakukan kesalahan
penulisan bukan hanya dari segi ejaan, tetapi juga kesalahan dari segi morfologi,
sintaksis, dan semantik. Kesalahan ejaan sering jumpai sampai sekarang adalah
penulisan tanda baca dan penulisan bilangan. Selanjutnya, kesalahan yang
dijumpai pada tataran morfologi dapat dilihat dari proses pembubuhan afiks dan
diksi. Sementara, kesalahan pada tataran sintaksis berhubungan dengan
struktur, kelogisan dan kesatuan, serta keefektifan kalimat. Terakhir, segi
semantik mengkaji diksi yang sesuai dengan kalimat dan konteks berita.
Berita harus ditulis secara sistematis, jelas, logis, dan komunikatif sesuai
dengan konsep dan konteks. Informasi yang ada dalam berita diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk orang lain bahkan bisa sampai ke masyarakat luas
(Oktaria, 2017). Surat kabar merupakan salah satu media yang membantu
pembelajaran bahasa Indonesia kepada masyarakat. Tata penulisan bahasa
Indonesia yang baik sebenarnya sangat dibutuhkan seperti halnya pada
penggunaan kaidah-kaidah bahasa, penulisan tanda baca, pemilihan kata,
penulisan unsur serapan dan lain-lain. Surat kabar yang menggunakan bahasa
yang baik dan benar secara tidak langsung telah bertindak langsung sebagai
pembina bahasa bagi generasi yang lebih muda dan pembaca-pembacanya.
Cintailah bahasa Nasional kita dengan bukti yang konkret, yaitu penggunaannya
yang baik dan benar. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis
ingin melihat secara lebih rinci bagaimana kesalahan bahasa yang terjadi pada
berita online.
Beberapa berita yang terdapat dalam surat kabar baik dalam bentuk cetak
maupun online sendiri tidak sedikit ditemukan kesalahan dalam segi ejaan,
morfologi, sintaksis dan semantik. Beberapa koran lokal khususnya Solopos
terbukti dalam pemilihan katanya ada kesalahan dalam ejaan, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Keempat aspek tersebut masih banyak terdapat
kesalahan pada berita yang berjudul : (a) Solo Kembali Gagal Masuk Daftar
Jaringan Kota Kreatif UNESCO; (b) Cabe Jaga Jateng Inflasi di Bawah 3%; dan (c)
Tenang! Tiket KA Solo–Jakarta Saat Natal & Tahun Baru Masih Tersedia.
Permasalahan yang mendasar dalam penelitian ini: (a) Bagaimana bentuk
kesalahan berbahasa dari segi ejaan, morfologi, sintaksis, dan semnatik yang
terdapat di dalam berita Solopos yang telah ditemukan? (b) Bagaimana bentuk
perbaikan kesalahan berbahasa dari segi ejaan, morfologi, sintaksis, dan
semantik yang terdapat di dalam berita Solopos yang telah ditemukan?
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun
tertulis yang menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. kesalahan
berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia, secara lisan maupun
tertulis, yang berada di luar atau menyimpang dari faktor-faktor komunikasi dan
kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia (Tarigan, 1988: 300). Sementara
analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan untuk
menganalisis bahasa antara (interlanguage) pembelajar bahasa (Pranowo, 1996:
58). Maulidiah (2017) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa
sebaiknya memperhatikan menganalisis wacana yang ada secara keseluruhan
sehingga tidak terjadi tumpang tindih makna.
Chilton (dalam Barus, 2010); berita adalah laporan mengenai peristiwa
yang penting diketahui masyarakat dan juga peristiwa yang semata-mata
menarik kerena berhubungan dengan hal yang menarik dari seseorang atau
sesuatu dalam situasi yang menarik. Penulis yang baik adalah penulis yang
mampu menggunakan teknik menulis secara berbeda tergantung dari siapa
sasaran tulisannya dan untuk tujuan apa tulisan itu dibuat (Mundziroh, 2013).
Berita memiliki teknik menulis dan sassaran tersendiri dibandingkan jenis teks
lainnya. Jurnalis atau penulis berita diharuskan untuk menguasai berbagai unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri sehingga berita yang dihasilkan
dapat runtut dan padu, kohesif, dan kohern (Mahargyani, 2012). Analisis
kesalahan berbahasa pada berita merupakan kegiatan mengidentifikasi
kesalahan dalam penggunaan bahasa yang menyimpang dari norma kaidah tata
bahasa Indonesia pada berita melalui media surat kabar. Kesalahan berbahasa
pada berita dapat dilihat dari ejaan, morfologi, semantik dan sintaksis.
Salah tidaknya sebuah ejaan dalam kata atau kalimat harus ditinjau dari
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Buku Penyuluhan 1 mengenai
ejaan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991: 1)
menratikan ejaan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi bahasa
(kata dan kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf dan tanda baca). Agar ejaan
bahasa Indonesia baik dan benar perlu adana aturan mengenai pemakaian
ejaan. Ejaan harus memiliki sistem dan kesepakatan oleh pihak-pihak yang
dianggap sudah mewakili dari pengguna atau pemakai bahasa. Oleh karena itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan peraturan dalam
penyempurnaan bahasa indonesia dengan adanya Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. PUEBI menggantikan aturan ejaan sebelumnya, yaitu EYD
(Ejaan yang Disempurnakan). Kesalahan ejaan yang sering dilakukan dalam
penulisan berita adalah kesalahan penggunaan tanda titik, tanda titik dua, tanda
koma, tanda hubung, garis bawah, huruf kapital, huruf tebal, dan penulisan
lambang bilangan.
Linguistik memiliki dua tataran, yaitu tataran fonologi dan tataran
gramatika (tata bahasa). Tata bahasa yang dimaksud adalah morfologi dan
sintaksis. Morfologi merupakan salah satu cabang dari linguistik. Secara
etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berartibentuk dan kata logi
yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai
bentuk. Sejalan dengan itu Arifin (2009: 2) mengartikan morfologi sebagai ilmu
bahasa yang mempelajari mengenai seluk-beluk bentuk kata (struktur kata).
Ramlan (dalam Chaer, 2008) berpendapat bahwa morfologi adalah bagian dari
ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk
kata serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan golongan kata. Proses
morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya. Proses morfologi dalam bahasa Indoensia ada 3,
yaitu proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan
proses pemajemukan (pemajemukan).
Semantik berasal dari kata bahasa Yunani sema yang berarti tanda atau
lambang atau semainoyang berarti menandai atau melambangkan. Tanda
linguistik yang dimaksud adalah komponen yang mengartikan dan komponen
yang diartikan. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang, sedangkan
yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa
yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Semantik lebih
menitikberatkan pada bidang makna dengan berpangkal dari acuan dan simbol
(Parera, 2004 :10) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
semantik adalah cabang ilmu lnguistik yang menelaah lambang atau tanda yang
menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan
pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Kesalahan berbahasa dalam
aspek semnatik berkaitan dengan penggunaan kata atau unsur bahasa yang lain
yang tidak sesuai dengan makna dalam konteksnya.
Ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata bahasa selain morfologi adalah
sintaksis. Sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (Arifin,
2008: 1). Sintaksis adalah tataran lingustik atau bahasa terkecil yang merupakan
kesatuan pikiran (Widjono: 2007: 5). Manaf (2009: 11) lebih menjelaskan dengan
membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa
lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1)
satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata
dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah
klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan predikat, (2) satuan
bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi
oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa
intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma
(;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya
(?), atau tanda seru (!).

METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengembangan
konsep berdasarkan atas data yang ada dan deskripsi dibuat secara faktual,
sistematis, dan akurat berkenaan dengan fakta-fakta serta hubungan antar
kenyataan yang diteliti. Lindlof berpendapat bahwa deskripsi secara kualitatif
pada dasarnya dalam bentuk kata-kata bukan angka matematis atau statistik
(Saddhono, 2012). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode
kualitatif memberikan perhatian terhadap data pada aspe pemahaman yang
mendalam terhadap suatu masalah (Husaini, 2004: 4). Metode penelitian
kualitatif menurut Nawawi (1993: 176) penelitian kualitatif adalah proses
menjaring informasi dan kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan suatu objek
yang dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang
teoritis maupun praktis. Metode pendekatan Deskriptif Kualitatif adalah metode
pengolahan data dengan cara menganalisa faktor-faktor yang berkaitan dengan
objek penelitian dengan penyajian data secara lebih mendalam terhadap objek
penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Berita “Solo Kembali Gagal
Masuk Daftar Jaringan Kota Kreatif UNESCO”
A. Ejaan
A) Tanda baca
1) “Kegagalan tersebut merupakan kali kedua setelah pada 2017, Kota
Bengawan mengusulkan diri sebagai kota desain.”
Kalimat di atas terdapat kesalahan dalam ejaan bagian penggunaan
tanda baca koma. Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat
mendahului anak kalimat (PUEBI, 2016: 40)
2) “Surat bertanggal Rabu [30/10/2019] itu hanya mengapresiasi
keikutsertaan kami membangun kota kreatif.”
Kalimat di atas terdapat kesalahan dalam ejaan bagian penggunaan
tanda baca kurung siku. Tanda kurung siku dipakai untuk 1)
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam
naskah asli yang di-tulis orang lain, dan 2) mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda
kurung (PUEBI, 2016: 55). Seharusnya tanda kurung siku
diganti dengan tanda kurung. Tanda kurung dipakai untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan (PUEBI, 2016:
54).

B. Morfologi
A) Afiksasi
1. “Kendati telah merubah narasi sebagai sebagai city of craft and folk
art...”
Kalimat di atas terdapat kesalahan dalam afiksasi. Kata merubah
berasal dari kata ubah yang mendapatkanafiksasi berupa prefiks
me(N)-. Prefiks me(N)- bertemu dengan huruf u luluh menjadi meng-
sehingga menjadi mengubah bukan merubah.
C. Semantik
A) Diksi
1. “Kegagalan tersebut merupakan kali kedua setelah pada 2017...”
Kalimat di atas terdapat pemilihan diksi kurang tepat. Preposisi pada
digunakan untuk menunjukkan posisi dan kurun waktu. Setelah kata
pada sebaiknya ditambah kata tahun sehinggan objeknya jelas yaitu
tahun 2017.
2. “Francisco Amarai, mengaku tak mengetahui alasan kegagalan
tersebut.”
Kalimat di atas terdapat pemilihan diksi kurang tepat. Fatin (2017: 26)
mengungkapkan bahwa berita sebaiknya menghindari penggunaan
kata cakapan. Kata tak merupakan jenis kata cakapan dari kata tidak.
Sebaiknya kata tak diganti dengan kata tidak.
D.Sintaksis
A) Struktur kalimat
1. “Kalau dibilang kecewa, ya, kecewa. Karena pengajuan ke UCCN ini
bukan ujug-ujug (mendadak).”
Kalimat di atas terdapat kesalahan dalam sintaksis bagian struktur
kalimat. Kata karena dalam konteks kalimat di atas berfungsi sebagai
kata keterangan sebab. Sebaiknya kalimat di atas dijadikan satu
dengan penghilangan tanda titik.
B) Kesatuan dan Kelogisan
1. “Kami sudah menginisiasi sejak 2014, meski dokumen resmi yang
tercatat dan dibalas UNESCO adalah yang 2017 dan 2019.”
Kalimat di atas terdapat kesalahan dalam sintaksis bagian kesatuan
dan kelogisan kalimat. Kalimat di atas rancu antara objek dan
keterangan waktu. Selain itu, terdapat banyak konjungsi dan yang
membuat kata menjadi sulit dipahami. Salah satu ciri khas bahasa
berita adalah lugas dan jelas. Sebaiknya kalimat diubah menjadi Kami
sudah menginisiasi sejak tahun 2014, meski dokumen resmi yang
dibalas UNESCO tahun 2017 dan 2019.
C) Keefektifan
1. “Surat bertanggal Rabu [30/10/2019] itu hanya mengapresiasi
keikutsertaan kami membangun kota kreatif.”
Kata itu dalam kalimat tersebut merupakan kata mubazir. Kata itu jika
dihilangkan tidak akan mengubah arti atau makna kata sehingga lebih
baik dihilangkan agar kalimat menjadi efektif.

2. “...jumlah kota-kota yang menjadi anggota UCCN mencapai 246.”


Kota dalam kalimat di atas sebaiknya cukup ditulis satu kali. Kata
jumlah dalam kalimat di atas sudah menandakan jamak. Kota-kota
berarti lebih dari satu kota. Kalimat di atas agar tidak ada kata yang
mubazir sebaiknya kota cukup ditulis sekali.
3. “Kota-kota kreatif tersebut diminta bekerja bersama menuju misi
bersama menempatkan kreativitas dan ekonomi kreatif sebagai inti
dari rencana pembangunan perkotaan untuk membuat kota-kota
aman, tangguh, inklusif dan berkelanjutan, sejalan dengan Agenda
PBB 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.”
Kalimat di atas kurang efektif. Terdapat kata-kata mubazir yang
sebaiknya dihilangkan agar kalimat lebih mudah dipahami. Berita
menggunakan kalimat yang jelas dan lugas (Fatin, 2017: 26). Kalimat
di atas sebaiknya diubah menjadi Kota-kota tersebut diminta bekerja
sama menempatkan kreativitas dan ekonomi kreatif sebagai inti dari
pembangunan perkotaan menjadi aman, tangguh, inklusif dan
berkelanjutan sejalan dengan agenda PBB.

2. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Berita “Harga Cabe Jaga Jateng


Inflasi di Bawah 3%”
A. Ejaan
A) Tanda baca
1) “BPS Jateng merilis angka inflasi nasional pada November 2019
sebesar 0,14% (month on month/ mom).”
Kalimat di atas terdapat kesalahan dalam ejaan bidang peletakkan
tanda kurung. Tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan (PUEBI, 2016: 54). Seharusnya, kata
mom diletakkan di luar tanda kurung sehingga tanda kurung cukup
mengapit kata month on month
2) a) “Adapun, inflasi terendah berasal dari transportasi, komunikasi, dan
jasa
keuangan sebesar 0,97%”
b) “Adapun, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi utama di
Jateng pada November 2019...”
Kedua kalimat di bawah terdapat persamaan, yaitu diawali dengan
kata adapun. Kata adapun merupakan jenis kata partikel. Kata partikel
tidak perlu diberi tanda koma. Tanda koma dipakai di belakang kata
atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian
(PUEBI, 2016: 41).

3) “Dua kota/kabupaten yang memiliki inflasi tertinggi, bahkan di atas


level nasional sebesar 3 persen, adalah Kudus dengan inflasi 3,26
persen yoy dan Surakarta 3,03 persen yoy.”
Kata persen pada kalimat di atas sebaiknya diganti dengan tanda
baca. Tanda % sudah mewakili maksud data dan pembaca sudah
umum dengan tanda % sehingga memudahkan pembaca menangkap
isi berita.
B) Penulisan kata
1) “Harga Cabe Jaga Jateng Inflasi di Bawah 3%”
Kata cabe pada judul di atas kurang tepat. Cabe merupakan bentuk
cakapan dari cabai. Alangkah lebih bagusnya judul berita dibuat sesuai
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Masyarakat tidak asing
dengan kata cabe bahkan kebanyakan orang mengira kalau bentuk
baku adalah cabe bukan cabai.
B. Semantik
A) Diksi
1) “...bahkan di atas level nasional sebesar 3 persen, adalah Kudus
dengan inflasi 3,26 persen yoy dan Surakarta 3,03 persen yoy.”
Kata adalah pada kalimat di atas kurang tepat penggunaannya. Kata
adalah memiliki fungsi untuk menunjukkan persamaan makna.
Sementara pada kalimat di atas Kudus dan Surakarta merupakan
perincian atau penjelasan. Kata hubung yang digunakan seharusnya
yaitu. Yaitu berfungsi menghubungkan perincian atau penjelasan atas
penggalan kalimat sebelumnya.
C. Sintaksis
A) Keefektifan
1) “Menurut Sentot, tampaknya harga cabai sudah tidak sepedas
sebelumnya.”
Kalimat di atas kurang efektif. Terdapat kata mubazir yang sebaiknya
dihilangkan agar kalimat lebih mudah dipahami. Menurut
mengungkapkan pendapat atau sudut pandang pandang dari
seseorang, sedangkan tampaknya sendiri memiliki arti dapat
dilihatnya. Lebih baik kata tampaknya dihilangkan karena sudah
terwakilkan oleh adanya kata menurut.

3. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Berita “Tenang! Tiket KA Solo–


Jakarta Saat Natal & Tahun Baru Masih Tersedia”
A. Ejaan
A) Bilangan
1. a) “Adapun harga tiket mulai Rp465.000 sampai Rp1,3 juta.”
b) “Sementara harga tiketnya mulai Rp465.000–Rp1,3 juta.”
Kedua kalimat di atas terdapat kesalahan dalam penulisan bilangan
uang. Menurut PUEBI (2016 :31) Uang diberi tanda koma dan angka 00
dibelakang nominalnya. Selain itu Rp1,3 juta sebaiknya ditulis dengan
angka.
B) Singkatan
1. a) “...pihaknya sudah menyiapkan sejumlah KA tambahan.”
b) “Resmi beroperasinya rel ganda tentu membuat perjalanan KA
semakin sering.”
c) “Di Stasiun Solo Balapan, ada 3 KA baru yang mampir...”
d) “Selasa–Rabu (24-25/12/2019) masih tersedia sejumlah KA.”
e) “Dalam hal ini ada tiga KA tambahan yang disiapkan.”
Kelima kalimat di atas terdapat pemilihan diksi yang kurang tepat. KA
sebaiknya diganti dengan istilah yang lebih umum seperti kereta yang
istilahnya lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas.
B. Semantik
A) Diksi
1. “PT Kereta Api Indonesia (KAI) tujuan dari dan ke Solo masih tersedia
50%”
Kalimat di atas terdapat pemilihan diksi yang kurang tepat pada
bagian tujuan dari dan ke Solo. Dari dan ke dapat ditafsirkan dari Solo
dan ke Solo. Dari Solo pada kalimat di atas merujuk pada asal. Diksi
yang dipakai seharusnya tujuan dan keberangkatan Solo.
C. Sintaksis
A) Keefektifan kalimat
1. “Tiket atau kuota tempat duduk penumpang untuk keberangkatan
jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2020 menggunakan moda
transportasi...”
Kalimat di atas terdapat kata yang mubazir. Moda berarti bentuk atau
jenis yang berkaitan dengan transportasi. Seharusnya antara moda
dan transportasi dipilih salah satu saja agar kalimat menjadi lebih
efektif.
2. a) “Namun demikian, jika menilik tahun lalu operasional KA
tambahan...”
b) “Namun demikian, pihaknya menunggu arahan dari pusat kapan KA
ini meluncur...”
Kedua kalimat di atas mengandung kata mubazir. Kata demikian
merupakan pronomina yang menunjukkan sesuatu yang sudah
dibicarakan, sedangkan namun merupakan kata penghubung
antarkalimat untuk menandai perlawanan. Berdasarkan kedua kalimat
di atas, sebaiknya kata demikian dihilangkan sehingga cukup
menggunakan namun.

SIMPULAN
Surat kabar sekarang tidak hanya berbentuk cetakan dalam kertas, tetapi
banyak surat kabar yang sudah membuat blog atau laman sendiri agar berita
dapat dibaca secara online. Berita memiliki ciri khas, yaitu menggunakan bahasa
yang lugas dan sistematika penulisan yang berpedoman kepada Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Akan tetapi, masih banyak dijumpai surat kabar
yang melakukan kesalahan penulisan bukan hanya dari segi ejaan, tetapi juga
kesalahan dari segi morfologi, sintaksis, dan semantik. Penelitian
menunjukkan masih terdapat kesalahan berbahasa dam koran Solopos edisi 4
Desember 2019. Berita pertama “Solo Kembali Gagal Masuk Daftar Jaringan Kota
Kreatif UNESCO“ ditemukan kesalahan dalam bidang ejaan sebanyak dua
kesalahan, bidang morfologi satu kesalahan, semantik dua kesalahan, dan
sintaksis lima kesalahan. KeduaBerita kedua “Harga Cabe Jaga Jateng Inflasi di
Bawah 3%“ ditemkan kesalahan dalam bidang ejaan sebanyak lima kesalahan
dan semantik sebanyak dua kesalahan. Pada berita ketiga “Tenang! Tiket KA
Solo–Jakarta Saat Natal & Tahun Baru Masih Tersedia“ ditemukan kesalahan
dalam bidang ejaan sebanyak tujuh kesalahan, semantik satu kesalahan, dan
sintaksis tiga kesalahan.

REFERENSI
Andyani, N., Saddhono, K., & Mujyanto, Y. (2016). Peningkatan Kemampuan
Menulis Teks Eksplanasi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa
Sekolah Menengah Pertama. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, 4(2), 161-174.
Arifin Z. & Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta: Grasindo.
Arifin Z. & Junaiyah. (2009). Morfologi: Bentuk Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT
Gramedia.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Jakarta.
Barus, S. W. (2010). Jurnalistik Petunjuk Teknik Menulis Berita. Jakarta: Erlangga.
Chaer, A. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta:
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1991). Seri Penyuluhan 1: Ejaan.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Hafiyyan. (2019, 4 Desember). Harga Cabe Jaga Jateng Inflasi di Bawah 3%.
Solopos [online]. Tersedia: https://www.solopos.com/ [4 Desember 2019]
Mahargyani, A. D., Waluyo, H., & Saddhono K. (2012). Peningkatan Kemampuan
Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Metode Field Trip pada Siswa
Sekolah Dasar. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, 1(1), 138-162.
Manaf, N. A. (2009). Sintaksis dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang:
Sukabina Press.
Maulidiah, R. H., Nisa, K., & Nasution, W. N. A. (2017). Problematika Menganalisis
Wacana Secara Tekstual Dan Kontekstual Mahasiswa Fkip Una. Jurnal Bindo
Sastra, 1(2), 95–102.
Mundziroh, S., Sumarwati, & Saddhono, K. (2013). Peningkatan Kemampuan
Menulis Cerita dengan Menggunakan Metode Picture And Picture pada Siswa
Sekolah Dasar. BASASTRA, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Pengajarannya, 2(1), 1-10.
Oktaria, D., Andayani, & Saddhono K. (2017). Penguasaan Kalimat Efektif sebagai
Kunci Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi. Metalingua, 15(2), 165-
177.
Parera, J. D. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Ricky, M. (2019, 4 Desember). Solo Kembali Gagal Masuk Daftar Jaringan Kota
Kreatif UNESCO. Solopos [online]. Tersedia: https://www.solopos.com/ [4
Desember 2019]
Saddhono, K. (2012). Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra, 24(2), 176-186.
Sugono, D. (2009). Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT
Gramedia.
Suriasumantri, S. J. (2001). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan. (1988). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Tarsito.
Trisnaningtyas, Farida. (2019, 4 Desember). Tenang! Tiket KA Solo–Jakarta Saat
Natal & Tahun Baru Masih Tersedia. Solopos [online]. Tersedia:
https://www.solopos.com/ [4 Desember 2019]
Wahya. (2010). Mengenal Sekilas Dialektologi: Kajian Interdisipliner tentang
Variasi dan Perubahan Bahasa. Lingua Junal Ilmiah Bahasa dan Budaya, 1-16.
Widjono. (2005). Bahasa Indoneisa Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.

You might also like