You are on page 1of 18

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN ALTMAN Z-SCORE PADA

PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI


(PT. X) SURABAYA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Diploma 3
Program Studi Akuntansi

Oleh :

HANA NUR AIDAH


NIM : 2015410921

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2018
2
ANALYSIS OF POTENTIAL FOR BANKRUPTCY WITH ALTMAN Z-
SCORE AT TRANSPORTATION COMPANY
(PT. X) SURABAYA

Hana Nur A’idah


NIM : 2015410921
Email : 2015410921@students.perbanas.ac.id
STIE Perbanas Surabaya

Nanang Shonhadji
NIP : 36040222
Email : nanang@perbanas.ac.id
STIE Perbanas Surabaya
Wonorejo Timur No. 16 Surabaya

ABSTRACT

Economic development in Indonesia is currently very competitive, very easy for companies
and services in Indonesia. Therefore, it applies to companies to continue to innovate and so
that their performance can continue and compete with other companies. If the company
cannot work on its performance, the operations will not run for a long time so that it can
cause a setback for the company. If the company has a setback it will open to bankruptcy.
Bankruptcy can be used by analyzing Z-score financial statements to determine the
company's financial condition and assessing the company's performance whether in healthy,
vulnerable (gray) conditions or bankruptcy. Service companies are interesting enough to be
used as an example, especially transportation companies, due to various projects that are in
the process, with the number of employees and branch offices in Indonesia. Bore these things
to mobilize the entire society of Indonesia. This study uses primary data such as financial
statements and company data in 2013, 2014, 2015 and 2016 as well as secondary data
derived from books, journals and research with quantitative analysis techniques to analyze Z-
score and descriptive by analyzing the results of calculations. The result of this research
shows that PT. X is explicit in conditions prone to bankruptcy (gray area), because in three
consecutive years the value of Z-score is less than healthy company condition. Therefore,
other Employers of the Parties undertake work-improvements within the enterprise and
evaluate such performance. In the coming year PT. X can continue to run and not issuing
bankruptcy.

Keywords : Transportation Company, Financial Statement Analysis, Bankruptcy, Z-score


method.

PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan suatu badan persaingan serta terus berkembang. Pada
atau organisasi yang didirikan oleh era globalisasi ini perkembangan ekonomi
perorangan maupun lembaga dengan di Indonesia sangat kompetitif sehingga
tujuan utama untuk memaksimalkan dapat berdampak kuat terhadap perusahaan
kekayaan pemegang saham. Disamping itu manufaktur maupun perusahaan jasa dan
terdapat tujuan lain yang tidak kalah perbankan di Indonesia. Oleh karena itu
penting yaitu dapat bertahan dalam adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

1
terus melakukan inovasi baru, secara terpisah (univariate). Pengaruh
memperbaiki kinerjanya, serta melakukan kombinasi beberapa rasio biasanya hanya
perluasan usaha agar dapat terus bertahan didasarkan pada pertimbangan para
dan bersaing dengan perusahaan lain. analisis keuangan. Diperlukan suatu model
Tingkat kemampuan suatu prediksi yang merupakan kombinasi
perusahaan untuk dapat terus bersaing berbagai rasio untuk mengatasi
sangat ditentukan oleh kinerja dari kekurangan dari analisis keuangan dengan
perusahaan itu sendiri. Sebuah perusahaan teknik regresi dan analisis diskriminan.
yang dapat terus beroperasi dalam jangka Analisis regresi menggunakan data masa
waktu yang cukup untuk melaksanakan lalu untuk memprediksi nilai yang akan
aktivitas, kewajiban dan tujuannya datang dari suatu variabel dependent,
merupakan konsep dasar going concern. sedangkan analisis diskriminan
Going concern merupakan salah satu menghasilkan suatu indeks yang
konsep yang penting akuntansi memungkinkan klasifikasi dari suatu
konvensional. Inti going concern terdapat pengamatan menjadi satu dari beberapa
pada Balance Sheet perusahaan yang harus pengelompokan. Altman memperoleh 22
merefleksikan nilai perusahaan untuk rasio keuangan, diantaranya ditemukan
menentukan eksistensi dan kelangsungan paling berkontribusi pada model prediksi.
masa depannya (Junaidi, 2016 : Altman berpendapat “bahwa model
11). Kelangsungan hidup perusahaan dapat Altman Z-score merupakan model
dicapai oleh manajemen dengan multivariat dengan menggunakan rasio
meningkatkan kinerjanya. Secara umum keuangan dan analisis multi diskriminan
kinerja suatu perusahaan dapat ditunjukkan untuk mendeteksi dan memprediksi
dalam laporan keuangan yang kemungkinan kebangkrutan bagi
dipublikasikan. Pada suatu perusahaan perusahaan publik”. Analisis ini
laporan keuangan sangat penting untuk menggabungkan beberapa variabel dalam
menyediakan informasi yang menyangkut modelnya dengan tingkat akurasi prediksi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan kebangkrutan mencapai 82 persen dan
posisi keuangan suatu perusahaan yang terbukti memiliki keakuratan yang tinggi
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam memprediksi kondisi permasalahan
atau dengan tujuan umum (general keuangan perusahaan (Sawir, 2009 : 23).
purpose financial statement) maupun Melalui pengamatan Altman, pada
tujuan khusus dalam pengambilan perusahaan yang bangkrut mempunyai
keputusan. Analisis laporan keuangan nilai Z rata-rata sebesar -0,2559 dan
sangat dibutuhkan untuk memahami kelompok perusahaan yang tidak bangkrut
informasi laporan keuangan yang mempunyai nilai rata-rata Z sebesar
bermanfaat untuk pengambilan keputusan 4,8863.
dimasa datang. Pada dasarnya analisis Studi dilakukan oleh Altman,
laporan keuangan merupakan perhitungan menemukan ada lima rasio keuangan yang
rasio-rasio untuk menilai keadaan dapat digunakan untuk mendeteksi
keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini kebangkrutan perusahaan dua tahun
dan di masa depan. Hasil dari perhitungan sebelum perusahaan tersebut bangkrut.
rasio-rasio keuangan tersebut bisa Altman juga menemukan bahwa rasio-
menggambarkan kondisi perusahaan, rasio tertentu, terutama likuiditas dan
apakah perusahaan dalam kondisi yang leverage, memberikan sumbangan terbesar
sehat atau dalam kondisi yang sedang dalam rangka mendeteksi dan
menurun. memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Analisis laporan keuangan Model Altman ini dikenal dengan Z-score
mempunyai suatu keterbatasan seperti yaitu skor yang ditentukan dari hitungan
analisis rasio yang menguji setiap rasio standar kali nisbah-nisbah keuangan yang

2
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan, sehingga
kebangkrutan perusahaan. peneliti menggunakan metode Z-score
Beams (2015 : 599) dalam melakukan penelitiannya.
mendefinisikan kebangkrutan sebagai Perusahaan jasa cukup menarik
berikut: untuk dijadikan objek penelitian, karena
kegagalan usaha yang merupakan perusahaan jasa mengalami perkembangan
keadaan yang tidak muncul secara tiba- yang pesat dari tahun ke tahun, yaitu
tiba, ketidakmampuan untuk memenuhi dengan meningkatnya jumlah dan kantor
kewajibannya pada saat jatuh tempo. cabang di Indonesia. Perkembangan
Kebangkrutan dimaksudkan sebagai suatu tersebut guna memberikan pelayanan
keadaan atau situasi di mana perusahaan kepada masyarakat seluruh Indonesia.
mengalami kekurangan dan Maka dari itu dalam penelitian ini memilih
ketidakcukupan dana untuk menjalankan perusahaan jasa tepatnya perusahaan
atau melanjutkan usahanya. penyewaan transportasi untuk dijadikan
Analisis kebangkrutan dilakukan objek.
untuk memperoleh perigatan awal Perusahaan jasa transportasi dalam
kebangkrutan (tanda-tanda awal penelitian ini merupakan perusahaan
kebangkrutan). Perusahaan diharapkan swasta dari Group Kalla yang kegiatan
dapat menilai kondisi yang sedang berjalan umumnya adalah menyewakan kendaraan
agar memperoleh gambaran yang lebih bagi perorangan maupun perusahaan
jelas mengenai kondisi perusahaan saat ini. BUMN serta perusahaan swasta lainnya.
Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan Kegiatan rental yang dilakukan adalah
tersebut diketahui, semakin baik bagi dengan kontrak periode tahunan, bulanan
pihak manajemen karena pihak manajemen ataupun harian. Perusahaan ini telah
dapat melakukan perbaikan-perbaikan memiliki pengalaman di dunia usaha
untuk mempertahankan kelangsungan selama lebih dari 61 tahun, dengan
operasional perusahaan. Pihak kreditur dan jaringan cabang pelayanan yang tersebar di
juga pihak pemegang saham bisa seluruh wilayah Indonesia (Makassar,
melakukan persiapan-persiapan untuk Balikpapan, Jakarta, Surabaya dan
mengatasi berbagai kemungkinan yang Yogyakarta). Namun, dalam penelitian ini
buruk. (Hanafi, Halim & Abdul, 2005 : fokus pada kasus yang ada di kantor
275). cabang Surabaya yang berdiri sejak tahun
Berdasarkan beberapa penelitian 2012. Selama PT. X beroperasi dua tahun,
sebelumnya, terdapat perbandingan model kondisi laporan keuangan dan kinerja
analisis kebangkrutan antara lain metode perusahaan tergolong sehat. Setelah tahun
zmjewski, metode altman Z-score, grover 2013 perusahaan ini mengalami kerugian
dan metode springate. Hasil dari penelitian secara akuntansi hingga tahun 2016.
tersebut menunjukkan bahwa metode Z- Laporan laba rugi menunjukkan bahwa PT.
score memiliki tingkat akurasi tertinggi X mengalami kerugian. Selama PT. X
yaitu sebesar 50% selanjutnya metode mengalami kerugian, perusahaan belum
springate dan grover yang memiliki tingkat pernah melakukan analisis terkait dengan
akurasi yang sama yaitu 33% sedangkan kesehatan keuangannya. Laporan ini akan
yang terakhir zmijewski dengan tingkat dikaji dengan judul “Analisis Potensi
akurasi 27,27% (Puspita Sari). Hasil Kebangkrutan Dengan Altman Z-score
penelitian selanjutnya bahwa tingkat Pada Perusahaan Jasa Transportasi (PT. X)
akurasi Z-score sebesar 94% dan springate Surabaya.
sebesar 86% (Subekti, 2013). Dari Berdasarkan latar belakang
beberapa penelitian menunjukkan bahwa tersebut, rumusan masalah dari penelitian
metode Z-score memiliki tingkat akurasi ini adalah Bagaimana kondisi keuangan
yang tertinggi untuk menganalisis Perusahaan Jasa Transportasi (PT.X)

3
apakah mempunyai kecenderungan untuk tujuan khusus, misalnya dalam
bangkrut, rawan bangkrut atau tidak rangka likuidasi entitas atau menentukan
bangkrut (sehat)?; serta bagaimana hasil nilai wajar entitas untuk tujuan merger dan
analisis dari masing-masing formula (X1, akuisisi. Juga tidak disusun khusus untuk
X2, X3, X4) manakah yang memenuhi kepentingan suatu pihak
menyumbangkan potensi paling besar? tertentu saja misalnya pemilik mayoritas.
Pemilik adalah pemegang instrumen yang
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai diklasifikasikan sebagai ekuitas.
dalam penelitian ini adalah Untuk Menurut Hutauruk (2017 : 10)
mengetahui kondisi keuangan dan menilai tujuan laporan keuangan adalah
kesehatan kinerja Perusahaan Jasa menyediakan informasi yang menyangkut
Transportasi (PT.X) pada periode 2014- posisi keuangan, kinerja serta perubahan
2016 berpotensi untuk bangkrut atau tidak posisi keuangan suatu entitas yang
dinilai dengan metode Z-score. Serta untuk bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
mengetahui formula Z-score yang menjadi dalam pengambilan keputusan ekonomi.
pengaruh besar terhadap potensi Laporan keuangan yang disusun untuk
kebangkrutan. tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pengguna. Namun
TINJAUAN PUSTAKA
demikian, laporan keuangan tidak
Pengertian Laporan Keuangan
menyediakan semua informasi yang
Pengertian laporan keuangan
mungkin dibutuhkan pengguna dalam
menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015)
pengambilan keputusan ekonomi karena
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
secara umum menggambarkan pengaruh
No. 1 dikemukakan bahwa Laporan
keuangan dari kejadian di masa lalu, dan
keuangan merupakan bagian dari proses
tidak diwajibkan untuk menyediakan
pelaporan keuangan dan laporan keuangan
informasi non keuangan.
adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2013 : 106)
suatu entitas. Laporan keuangan yang
jenis laporan keuangan perusahaan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
merupakan informasi utama bagi pengguna
laba rugi, laporan perubahan posisi
laporan keuangan adalah neraca dan laba
keuangan (yang dapat disajikan dalam
rugi. Berikut merupakan penjelasan
berbagai cara misalnya, sebagai laporan
mengenai neraca dan laba rugi:
arus kas, atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan a. Neraca
Neraca atau disebut juga posisi
yang merupakan bagian integral dari
keuangan menggambarkan posisi
laporan keuangan.
keuangan perusahaan dalam suatu tanggal
Tujuan Laporan Keuangan
tertentu, sering disebut per tanggal tertentu
Tujuan laporan keuangan menurut
misalnya per tanggal 31 Desember 20017.
Hans (2016 : 126) adalah memberikan
Posisi yang digambarkan dibagi menjadi
informasi mengenai posisi keuangan,
dua posisi yaitu sisi debit untuk Aset dan
kinerja keuangan, dan arus kas entitas
sisi kredit untuk Liabilitas (Harahap, 2011
yang bermanfaat bagi sebagian besar
: 209). Dalam neraca terdapat klasifikasi
pengguna laporan keuangan dalam
yaitu:
membuat keputusan ekonomi. Laporan
1) Aset (Aktiva)
keuangan juga merupakan wujud
PSAK mendefinisikan “Aset
pertanggung jawaban manajemen atas
merupakan keuntungan ekonomi
penggunaan sumber daya yang
yang diperoleh atau dikuasai
dipercayakan kepada mereka dalam
dimasa yang akan datang oleh
mengelola suatu entitas. Dengan demikian
lembaga tertentu sebagai akibat
laporan keuangan tidak dimaksudkan

4
transaksi yang sudah berlaku”. Aset jangka waktu dua belas bulan dapat
ini terdiri dari tiga bagian yaitu : diselesaikan dari tanggal laporan
a) Aset Lancar posisi keuangan atau siklus normal
Aset lancar merupakan kas dan operasi perusahaan. Sebagai contoh
sumber daya lainnya yang yaitu hutang usaha dan hutang bank
diharapkan dapat dijual, ditagih (jatuh tempo kurang satu tahun).
atau digunakan selama satu tahun b) Kewajiban Jangka Panjang
atau satu siklus operasi perusahaan. Suatu kewajiban jangka panjang
Adapun contoh dari aset lancar jika perkiraan penyelesaian lebih
yaitu: kas, piutang usaha/dagang, dari satu tahun dari tanggal laporan
persediaan, perlengkapan, peralatan posisi keuangan. Contoh yaitu
kantor, biaya dibayar dimuka. hutang obligasi dan hutang bank.
Dalam penyusunan aset lancar c) Modal Pemilik
harus didasarkan pada Modal pemilik merupakan bagian
likuiditasnya, yaitu kemampuan hak pemilik dalam perusahaan
aset untuk diubah menjadi kas. yang merupakan nilai sisa dari aset
b) Aset Tetap suatu perusahaan setelah dikurangi
Aset tetap merupakan aset dengan liabilitas.
berwujud yang diperoleh untuk b. Laba rugi
digunakan dalam kegiatan operasi Laba rugi adalah sebuah
perusahaan dimana masa manfaat laporan terperinci mengenai
aset ini lebih dari satu tahun, kecuai seluruh pendapatan dan biaya
tanah disusutkan. Contoh dari aset untuk mengetahui laba rugi yang
tetap yaitu: peralatan, kendaraan, diterima perusahaan selama periode
bangunan, mesin. tertentu. Adapun unsur-unsur
c) Aset Tak Berwujud dalam laporan laba rugi menurut
Aset tak berwujud merupakan aset (Harahap, 2013 : 241) antara lain:
yang diperoleh untuk digunakan 1) Pendapatan
dalam kegiatan operasi perusahaan. Pendapatan adalah hasil yang
Perbedaan yang mendasar dari aset diterima perusahaan dari penjualan
tetap dan aset tak berwujud yaitu barang atau jasa yang dibebankan
fisik dan masa manfaat yang dapat kepada pelanggan yang menerima
diperoleh perusahaan. Dimana aset jasa.
tak berwujud tidak memiliki bentuk 2) Beban
fisik dan masa manfaat atas aset Beban adalah arus kas keluar aset
tersebut karena tidak pasti. atau munculnya pasiva selama
2) Liabilitas (Kewajiban) suatu periode yang disebabkan oleh
Menurut Harahap (2012 : 211) pengiriman barang atau kegiatan
menyatakan kewajiban adalah lain perusahaan untuk mencari
jumlah yang harus dipindahkan laba, yang dapat menjadi
setiap tutup buku ke periode tahun pengurang penghasilan.
berikutnya berdasarkan pencatatan 3) Laba/Rugi
yang sesuai dengan prinsip Laba/rugi adalah selisih antara
akuntansi. Liabilitas terdiri dari dua pendapatan dan total beban usaha
bagian yaitu kewajiban 5 lancar pada periode tersebut. Jika selisih
dan kewajiban jangka panjang serta tersebut positif maka akan
modal pemilik. menghasilkan laba, sedangkan jika
a) Kewajiban Lancar selisih tersebut negatif maka akan
Suatu dapat diklasifikasikan menghasilkan rugi usaha.
sebagai liabilitas lancar jika dalam

5
Analisis Laporan Keuangan 7) Bisa juga memprediksi potensi apa
Pengertian Analisis Laporan yang mungkin dialami perusahaan
Keuangan menurut (Hutauruk, 2017) di masa yang akan datang.
terdiri dari dua kata yaitu Analisis dan Objek analisa laporan keuangan hanya
Laporan Keuangan. Untuk menjelaskan didasarkan pada laporan keuangannya.
pengertian kata ini, maka dapat dijelaskan Selain dari laporan keuangan, aspek-aspek
dari arti masing-masing kata. Kata analisis lain seperti situasi ekonomi, gaya
adalah memecahkan atau menguraikan manajemen, dan lingkungan sekitar harus
sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. perlu diketahui. Objek analisa laporan
Sedangkan laporan keuangan adalah keuangan adalah data historis yang
neraca, laba rugi, dan arus kas. Jika dua menggambarkan masa lalu dan kondisi ini
pengertian ini digabungkan, analisis bisa berbeda dengan kondisi atau keadaan
laporan keuangan berarti menguraikan masa depan (Kariyoto, 2017 : 170).
pos-pos laporan keuangan menjadi unit Analisis Rasio
informasi yang lebih kecil dan melihat Menurut Kariyoto (2017 : 12)
hubungannya yang bersifat signifikan atau analisis rasio digunakan untuk
yang mempunyai makna antara satu menunjukkan hubungan antara unsur-
dengan yang lain baik antara data unsur dalam laporan keuangan yang
kuantitatif maupun data non-kuantitatif diperlukan untuk memeriksa dan
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi membandingkan hubungan-hubungan
keuangan lebih dalam yang sangat penting yang ada pada unit-unit informasi dalam
dalam proses menghasilkan keputusan laporan keuangan. Perhitungan analisis
yang tepat. rasio dapat dilakukan dengan mengambil
Secara lengkap kegunaan analisis data dari laporan laba rugi serta neraca.
laporan keuangan ini dapat dikemukakan Analisis rasio dimanfaatkan sebagai bahan
sebagai berikut: evaluasi dari berbagai aspek operasional
1) Dapat menilai prestasi perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan, seperti
2) Dapat memproyeksi keuangan efisiensinya, profitabilitas, solvabilitas dan
perusahaan likuiditas perusahaan.
3) Dapat menilai kondisi keuangan 1. Rasio Likuiditas
masa lalu dan masa sekarang dari Rasio yang menunjukkan
aspek waktu tertentu, yaitu posisi kemampuan perusahaan dalam
keuangan (aset, neraca dan modal), memenuhi kewajiban jangka
hasil usaha perusahaan (hasil dan pendeknya. Jenis dari rasio likuiditas
biaya), likuiditas, solvabilitas, antara lain rasio lancar, rasio cepat,
aktivitas serta rentabilitas atau rasio kas atas aset lancar, rasio kas
profitabilitas atas hutang lancar, rasio aset lancar
4) Melihat komposisi struktur terhadap total aset, dan aset lancar
keuangan (arus dana). terhadap total hutang.
5) Dapat membandingkan situasi 2. Rasio Solvabilitas
perusahaan dengan perusahaan Rasio ini menjelaskan tentang
dengan periode sebelumnya atau kemampuan perusahaan dalam
dengan standar industri normal atau membayar kewajiban jangka panjang
standar ideal. maupun perusahaan yang dilikuidasi.
6) Dapat memahami situasi dan Rasio ini menunjukkan indikasi
kondisi keuangan yang dialami tingkat keamanan dari para pemberi
perusahaan, baik posisi keuangan, pinjaman. Adapun jenis dari rasio
hasil usaha, struktur keuangan dan solvabilitas yakni rasio hutang atas
sebagainya. modal dan rasio hutang terhadap
aset.

6
3. Rasio Profitabilitas membandingkan laporan keuangan
Rasio yang digunakan untuk dalam beberapa tahun (periode).
mengukur kemampuan perusahaan Teknik analisis yang dimaksud
mendapatkan keuntungan melalui antara lain teknik analisis
semua kemampuan dan sumber yang perbandingan, analisis trend, analisis
ada seperti kegiatan penjualan, kas, sumber dan penggunaan dana dan
modal, jumlah karyawan, jumlah analisis laba kotor.
cabang dan sebagainya. d. Metode analisis vertikal, dilakukan
4. Rasio Leverage dengan cara menganalisis laporan
Rasio leverage adalah rasio yang keuangan pada tahun tertentu yakni
digunakan untuk mengukur seberapa dengan kata lain, membandingkan
besar aset yang dimiliki perusahaan satu pos dan pos lainnya pada
berasal dari hutang atau modal. laporan keuangan yang sama untuk
5. Rasio Aktivitas tahun yang sama. Teknik analisis
Rasio ini bertujuan mengukur yang dimaksud adalah teknik
efektivitas perusahaan dalam presentase perkomponen, analisis
mengoperasikan dana. rasio serta analisis impas.
Langkah-langkah Analisis Laporan
Bagi analis laporan keuangan, salah
Keuangan
Menurut Prastowo (2011 : 58) satu alat penting dalam menjalankan dan
terdapat berbagai langkah-langkah yang melaksanakan fungsinya adalah laporan
harus ditempuh dalam menganalisis keuangan. Laporan keuangan biasanya
laporan keuangan. Adapun langkah- diperoleh dari proses berjalannya sistem
langkah yang harus dilakukan adalah : akuntansi. Untuk tidak salah dalam
1. Memahami latar belakang data memakai informasi laporan keuangan ini
keuangan perusahaan maka perlu diketahui secara benar
Mencakup pemahaman tentang pengertian dari proses akuntansi atau
bidang usaha perusahaan tersebut disebut juga siklus akuntansi tersebut.
serta kebijakan akuntansi yang Kebangkrutan
dianut dan diterapkan oleh Beams (2015 : 599)
perusahaan tersebut. mendefinisikan kebangkrutan sebagai
2. Memahami kondisi-kondisi yang kegagalan usaha yang merupakan keadaan
berpengaruh pada perusahaan yang tidak muncul secara tiba-tiba,
Mencakup informasi mengenai trend ketidakmampuan untuk memenuhi
industri, dimana perusahaan kewajibannya pada saat jatuh tempo.
beroperasi, perubahan teknologi, Kebangkrutan juga dimaksudkan sebagai
perubahan selera konsumen, suatu keadaan atau situasi di mana
perubahan faktor-faktor ekonomi dan perusahaan mengalami kekurangan dan
perubahan yang terjadi di dalam ketidakcukupan dana untuk menjalankan
perusahaan tersebut. atau melanjutkan usahanya. Istilah
3. Mempelajari dan mereview laporan bangkrut lebih terfokus pada pencapaian
keuangan tujuan dan aspek ekonomis perusahaan,
4. Menganalisis laporan keuangan yaitu berupa kegagalan perusahaan
Secara umum, metode yang mencapai tujuannya (Harnanto, 2012 :
digunakan untuk menganalisis 485)
laporan keuangan dapat Menurut ISDA (International
diklasifikasikan menjadi dua yaitu Swaps and Derivatives Association), suatu
(Prastowo, 2011:59) : perusahaan dapat dikatakan bangkrut
c. Metode analisis horizontal, apabila telah terjadi hal-hal sebagai
dilakukan dengan cara berikut:

7
a. Perusahaan yang mengeluarkan berkembang. Dalam model Z-score
surat hutang berhenti beroperasi modifikasi ini, Altman mengeliminasi
(pailit) variabel X5 (sales to total assets) karena
b. Perusahaan tidak solven atau tidak rasio ini sangat bervariasi pada industri
mampu membayar hutang dengan ukuran aset yang berbeda-beda
c. Timbulnya tuntutan kebangkrutan (Hery, 2017). Berikut persamaan Z-score
d. Proses kebangkrutan sedang terjadi yang dimodifikasi Altman (1995):
e. Dititipkannya seluruh aset kepada Z= 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
pihak ketiga. Keterangan:
Metode Altman Z-score Z =Overall Index (indeks keseluruhan)
Z-score adalah suatu metode yang X1=Working Capital (modal kerja)
digunakan untuk memprediksi kondisi terhadap Total Assets (total aset)
perusahaan apakah dalam keadaan sehat X2=Retained Earnings (laba ditahan)
atau tidak dan juga menunjukkan kinerja terhadap Total Assets (total aset)
perusahaan yang merefleksikan prospek X3=Earnings Before Interest Taxes (EBIT)
perusahaan di masa yang akan datang. (Pendapatan sebelum dikurangi biaya
Beberapa penelitian yang berhubungan bunga dan pajak) terhadap Total
dengan kasus dan fenomena kebangkrutan Assets (total aset)
telah dilakukan. Edward I. Altman (1968) X4=Book Value of Equity (nilai buku
adalah salah satu peneliti awal yang ekuitas) terhadap Total Liabilitas
melakukan penelitian tersebut. Penelitian (total hutang)
yang dilakukan Altman menghasilkan Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio
rumus yang disebut Z-score. Analisis Z- yang digunakan dalam metode Altman Z-
score adalah metode untuk memprediksi score ini dapat dikategorikan dalam tiga
kebangkrutan perusahaan dengan kelompok yaitu:
mengkombinasikan beberapa rasio 1. Rasio Likuiditas yang terdiri dari
keuangan yang umum dan pemberian X1
bobot yang berbeda satu dengan lainnya 2. Rasio Profitabilitas yang terdiri
(Rudianto, 2013:254). Menurut metode Z- dari X2 dan X3
score dalam sejumlah studi telah dilakukan 3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4
adalah untuk mengetahui kegunaan
analisis rasio keuangan dalam Berikut merupakan uraian
memprediksi kegagalan atau kebangkrutan mengenai rasio-rasio yang kemudian akan
suatu perusahaan. Salah satu studi tentang dimasukkan kedalam persamaan
prediksi adalah multiple discriminan diskriminan Z-score:
analysis (MDA) yang biasa disebut a. Rasio Modal Kerja terhadap Total
metode Z-score. Analisis prediksi Aset (X1)
kebangkrutan merupakan analisis yang Rasio ini merupakan rasio
dapat membantu untuk mengantisipasi likuiditas yang mengukur
kemungkinan perusahaan akan mengalami kemampuan perusahaan dalam
kebangkrutan yang disebabkan oleh memenuhi kewajiban jangka
masalah-masalah keuangan. pendeknya dari total aset dan posisi
modal kerja bersih. Semakin kecil
Rasio-rasio Keuangan Metode Z-score
Seiring dengan berjalannya waktu rasio ini menunjukkan kondisi
dan penyesuaian terhadap berbagai jenis likuiditas perusahaan semakin
industri perusahaan, Altman kemudian buruk, sehingga semakin besar
merevisi modelnya supaya dapat kemungkinan perusahaan
diterapkan pada semua perusahaan, seperti mengalami kebangkrutan.
manufaktur, non manufaktur dan b. Rasio Laba Ditahan terhadap Total
perusahaan penerbit obligasi di negara Aset (X2)

8
Rasio ini merupakan rasio b. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka
profitabilitas yang mendeteksi termasuk grey area (tidak dapat
kemampuan perusahaan dalam ditentukan apakah perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba tergolong sehat atau mengalami
ditahan selama perusahaan kebangkrutan).
beroperasi. c. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk
Semakin besar rasio ini, perusahaan yang tidak berpotensi
menunjukkan semakin besarnya bangkrut (sehat).
peranan laba ditahan dalam
membentuk dana perusahaan. Pada GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN
beberapa tingkat, rasio ini juga Profil Perusahaan
mencerminkan umur perusahaan, PT. X adalah salah satu anak
karena semakin muda perusahaan perusahaan Kalla Group (Perusahaan
maka semakin sedikit waktu yang swasta milik Jusuf Kalla) yang berpusat di
dimilikinya untuk membangun kota Makassar dan berdiri sejak tahun
laba. Bila perusahaan mulai 2012.
merugi, tentu saja nilai dari total Perusahaan swasta ini bergerak dibidang
laba ditahan mulai turun dan rasio penyewaan transportasi yang beralokasi di
X2 akan menjadi negatif (Sawir, Surabaya.
2001 : 25). Visi dan Misi Perusahaan
c. Rasio EBIT terhadap Total Aset Visi yang dimiliki oleh perusahaan
(X3) ini adalah “Menjadi Perusahaan
Rasio ini menunjukkan efektivitas Terkemuka dalam Jasa Usaha
perusahaan dalam menghasilkan Transportasi” sedangkan misi yang
laba sebelum bunga dan pajak dari dimiliki adalah “Bekerjasama untuk
aktiva yang digunakan. Semakin melayani pelanggan perorangan maupun
kecil rasio ini menunjukkan korporasi yang membutuhkan jasa
semakin rendah efektivitas transportasi. PT. X berupaya selalu
perusahaan dalam menghasilkan memuaskan keinginan pelanggan dengan
laba sebelum bunga dan pajak, standar pelayanan yang aman, nyaman,
sehingga semakin besar handal dan tepat waktu".
kemungkinan perusahaan
mengalami kebangkrutan. PEMBAHASAN
d. Nilai Buku Hutang (X4) Laporan Laba Rugi
Rasio ini mengukur kemampuan PT. X merupakan perusahaan
perusahaan dalam memenuhi swasta penyewaan transportasi yang belum
kewajiban jangka panjangnya. terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh
Semakin kecil rasio ini maka karena itu laporan keuangan diambil
semakin besar kemungkinan langsung dari perusahaan karena tidak
perusahaan mengalami dipublikasikan pada BEI (Bursa Efek
kebangkrutan. Indonesia). Berikut adalah laporan laba
Interpretasi Nilai Z-score rugi PT. X periode 2013-2016:
Menurut Hery (2017) klasifikasi Data laporan laba rugi tahun 2013
perusahaan yang sehat dan bangkrut menunjukkan bahwa PT. X mengalami
didasarkan pada nilai Z-score model keuntungan sebesar Rp. 443.423.809. Laba
Altman modifikasi yaitu: tersebut diperoleh dari pendapatan rental
a. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk bulanan yang lebih tinggi dibanding
perusahaan yang berpotensi untuk dengan total biaya operasional perusahaan.
bangkrut. Sehingga hal tersebut berpengaruh
terhadap laba operasi yang bernilai positif.

9
Pendapatan operasi selama tahun 2013 bank. Karena jangka waktu kredit mobil
yaitu dari sewa kendaraan bulanan, yang diajukan oleh perusahaan ke lembaga
sedangkan pengeluaran yang dilakukan leasing semakin lama sehingga biaya
selama tahun 2013 antara lain, biaya bunga leasing bank semakin tinggi.
pegawai, biaya administrasi dan umum Dampak dari biaya bunga leasing bank
serta biaya marketing. Perusahaan juga yang melebihi laba sebelum bunga dan
melakukan kegiatan diluar kegiatan pajak mengakibatkan rugi sebesar (Rp.
utamanya yaitu pendapatan disposal 112.537.653). Kerugian akan berakibat
(penjualan mobil) sebesar Rp 230.000.000, pada saldo laba atau laba ditahan yang
sehingga akan menambah laba operasi dan disajikan dalam laporan posisi keuangan
menghasilkan laba sebelum bunga dan PT. X. Pada tahun 2014 saldo laba bernilai
pajak. Perusahaan tidak melakukan negatif karena nilai pada laporan laba rugi
kewajiban perpajakan karena biaya pajak juga bernilai negatif.
dipusatkan di kantor pusat. HPP yang Berdasarkan laporan laba rugi
terdapat dalam laba rugi PT. X merupakan tahun 2015 terlihat bahwa kerugian PT. X
biaya-biaya yang berhubungan dengan turun sebesar 11% yaitu dari (Rp.
biaya unit kendaraan, penjualan jasa driver 112.537.653) menjadi (Rp. 100.212.078).
dan biaya penyusutan kendaraan. Setiap tahun perusahaan memang
Dari kegiatan pengeluaran diluar mengalami peningkatan pada pendapatan
operasionalnya, perusahaan melakukan sewa seperti pendapatan rental dan
kredit mobil pada lembaga leasing bank pendapatan jasa sopir, namun sejalan
sehingga terdapat biaya bunga leasing dengan kenaikan pendapatan tersebut,
bank yang dapat mengurangi laba sebelum pengeluaran khususnya pada biaya non
bunga dan pajak sebesar Rp. 261.890.200. operasional juga semakin meningkat
sehingga PT. X berhasil mendapat laba melebihi total laba sebelum bunga dan
bersih sebelum pajak senilai Rp. pajak yaitu sebesar (Rp. 1.858.861.055)
443.423.809. Keuntungan tersebut sedangkan laba sebelum bunga dan pajak
berpengaruh pada neraca di bagian laba sebesar Rp. 1.758.648.977. Maka dari itu
ditahan. Pada tahun 2013 saldo laba atau terjadi kerugian sebesar (Rp. 100.212.078).
laba ditahan di neraca akan bernilai positif Rugi yang dialami oleh PT. X dapat
karena pada tahun ini perusahaan mengakibatkan saldo laba atau laba
mengalami keuntungan. ditahan yang tersaji di posisi keuangan
Data laporan laba rugi tahun 2014 perusahaan bernilai negatif.
menunjukkan bahwa PT. X mengalami Berdasarkan data pada tabel 4.4
penurunan kinerja perusahaan. Hal menunjukkan bahwa laba rugi PT. X
tersebut dibuktikan dari kerugian yang masih bernilai negatif (rugi). Kerugian
dialami perusahaan dari tahun 2013 semakin menurun atau berkurang dari (Rp.
sampai 2014. Pada tahun ini laba rugi 100.212.078) menjadi (Rp. 80.100.731)
turun sebesar 75% yaitu dari Rp. atau turun sebesar 20%. Artinya, PT. X
443.423.809 menjadi (Rp. 112.537.653), sudah dapat meminimumkan pengeluaran
sehingga bernilai negatif (rugi). Aktivitas biaya, meskipun hal tersebut belum dapat
operasi yang dilakukan selama tahun 2014 membuat kondisi keuangan perusahaan
antara lain sewa kendaraan bulanan dan mengalami keuntungan. Pada umumnya
pendapatan jasa sopir. Sedangkan kegiatan utama yang dilakukan selama
perusahaan juga melakukan pengeluaran empat tahun dari tahun 2013 sampai 2016
biaya-biaya operasional seperti biaya adalah sewa kendaraan bulanan dan jasa
pegawai, administrasi dan umum serta sewa sopir. Karena kegiatan umum
marketing. Namun, penyebab terjadinya perusahaan ini adalah menyewakan
kerugian adalah pada pengeluaran biaya transportasi khususnya mobil dan
non operasi seperti biaya bunga leasing menyewakan jasa sopir.

10
Peningkatan dari pendapatan rental sedangkan akun laba ditahan akan
dan jasa sopir menghasilkan total sebesar berkurang jika perusahaan memperoleh
Rp. 25.906.319.333 yang terjadi karena rugi pada periode pencatatan. Laba ditahan
bertambahnya customer baik badan yang terus-menerus negatif dapat
maupun perorangan yang melakukan sewa mengindikasikan perusahaan dalam
transportasi di PT. X. Sehingga perusahaan kesulitan dan dapat terancam bangkrut
berhasil menambah total pendapatannya. (Kamus Bisnis, 2018). Dari tahun 2014
Namun, PT. X belum dikatakan membaik sampai 2016 laba ditahan PT. X memiliki
karena laporan laba rugi masih negatif. saldo negatif. Hal ini dikarenakan
Jika di nilai dari laporan laba rugi perusahaan yang mengalami kerugian
selama empat tahun dari 2013 sampai selama tahun tersebut. Meskipun nominal
2016, PT. X menunjukkan bahwa aktivitas kerugian terus berkurang, dari tahun 2014
dalam menjalankan kegiatan operasinya rugi sebesar (Rp. 112.537.653), tahun
kurang baik. Meskipun pendapatan operasi 2015 (Rp. 100.212.078) dan tahun 2016
yang diperoleh selalu meningkat di setiap (Rp. 80.100.731) namun, tetap perusahaan
tahunnya, namun perusahaan tidak belum dapat dikatakan baik karena masih
memperoleh keuntungan hingga tahun rugi.
2016. Oleh karena itu perlu dilakukan c. Laba sebelum bunga dan pajak
perhitungan yang dapat menilai kondisi (EBIT)
keuangan PT. X agar pihak manajer dapat Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
mengetahui asal kerugian yang dialami atau laba usaha PT. X dari tahun 2014
perusahaan tersebut. menunjukkan hasil yang baik dan terus
a. Modal Kerja mengalami peningkatan pada tahun
Kondisi modal kerja dari tahun 2014 berikutnya. Laba sebelum bunga dan pajak
sampai 2015 mengalami kenaikan terbesar (EBIT) mengukur laba yang dihasilkan
dibanding tahun tahun berikutnya yaitu perusahaan dari operasinya dengan
sebesar 60%, sedangkan tahun 2015 ke mengabaikan biaya pajak dan bunga, ini
2016 hanya naik 20%. Artinya pada tahun hanya berfokus pada kemampuan
2015 perusahaan menunjukkan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan
yang baik dalam menjaga keseimbangan pendapatan dari operasi saja. Persentase
jumlah aset lancar dan jumlah hutang kenaikan EBIT dari tahun 2015 ke 2016
lancar untuk menunjang operasi memiliki nilai terbesar dibanding dengan
perusahaan. Modal kerja diperoleh dari tahun tahun sebelumnya yaitu sebesar
selisih antara total aset lancar dengan total 98%, artinya kondisi perusahaan di tahun
hutang lancar. Modal kerja ini sangat 2016 terdapat perkembangan dalam
penting bagi perusahaan dalam melakukan aktivitas operasi (seperti
menentukan tingkat likuiditas perusahaan penyewaan kendaraan) dan berbanding
(kemampuan perusahaan dalam memenuhi lurus dengan meningkatnya laba operasi.
hutang jangka pendek). Jika di nilai dari d. Total Hutang
modal kerja PT. X sudah baik dalam Total hutang pada PT. X terus
memanfaatkan aset lancarnya. meningkat dari tahun ke tahun. Persentase
b. Laba ditahan kenaikan baik dari tahun 2014 ke 2015 dan
Laba ditahan pada perusahaan ini 2015 ke 2016 sebesar 51%. Hal tersebut
menunjukkan kondisi paling buruk. Tujuan menunjukkan bahwa perusahaan tidak
penahanan laba adalah untuk menutupi dapat mengontrol dalam melakukan
beberapa kewajiban yang dimiliki peminjaman (hutang) pada pihak lain.
perusahaan. Laba ditahan bersumber dari Karena pinjaman yang dilakukan dalam
laporan laba rugi. Ketika perusahaan tiga tahun berturut-turut lebih dari 50%.
memperoleh laba pada periode pencatatan Kenaikan hutang disebabkan karena
maka akun laba ditahan akan bertambah, tingginya hutang usaha dan hutang bank

11
yang dilakukan PT. X . Total hutang yang (0,0484) + 3,26 (-0,0182)+6,72 (0,2127) +
tinggi dapat mencerminkan bahwa kondisi 1,05 (0,4369) = 2,15.
keuangan buruk (sedang menurun) karena Perhitungan Z-score tahun 2015
perusahaan membutuhkan dana untuk X1 = modal kerja : total aset
kegiatan operasionalnya. = 480.940.810 : 8.531.583.470
e. Total Aset = 0,0564
Kondisi total aset PT. X menunjukkan X2 = laba ditahan : total aset
bahwa perusahaan dapat meningkatkan = (100.212.078) : 8.531.583.470
asetnya dari tahun 2014 sampai 2016 baik = -0,0117
aset lancar maupun aset tetap. Aset X3 = EBIT : total aset
merupakan sumber daya dapat berupa = 1.758.648.977 : 8.531.583.470
benda atau hak yang dikuasai serta dapat = 0,2061
memberi manfaat ekonomi masa depan X4 = nilai buku ekuitas : total hutang
dengan pasti dan nantinya digunakan = 2.008.976.600 : 6.522.606.870
untuk menjalankan kegiatan operasional = 0,3080
usaha maupun pembiayaan. Peningkatan Setelah menghitung masing-masing
total aset dari tahun 2014 ke 2015 sebesar formula tersebut, maka dapat memasukkan
38% sedangkan tahun 2015 ke 2016 hasil formula kedalam rumus Z= 6,56
meningkat sebesar 44%. Jika jumlah aset (0,0564) + 3,26 (-0,0117) +6,72 (0,2061) +
lancar perusahaan tinggi, maka semakin 1,05 (0,3080) = 2,04.
mudah bagi perusahaan untuk Perhitungan Z-score tahun 2016
mengonversi aset lancar tersebut menjadi X1 = modal kerja : total aset
kas dengan waktu yang kurang dari satu = 381.830.000 : 12.246.737.523
tahun buku. Peningkatan total aset bukan = 0,0312
berarti kondisi perusahaan semakin baik, X2 = laba ditahan : total aset
apabila komponen aset yang meningkat = (80.100.731) : 12.246.737.523
adalah piutang, maka perusahaan perlu = -0,0065
berhati-hati karena dengan keadaan X3 = EBIT : total aset
tersebut, kemungkinan besar penagihan = 3.476.048.403 : 12.246.737.523
piutang tidak sepenuhnya tertagih sehingga = 0,2838
timbul piutang tak tertagih yang X4 = nilai buku ekuitas : total hutang
menyebabkan pemasukan kas perusahaan = 2.428.424.568 : 9.818.312.955
tidak likuid. = 0,2473
Perhitungan Nilai Z-score Setelah menghitung masing-masing
Perhitungan Z-score tahun 2014 formula tersebut, maka dapat memasukkan
X1 = modal kerja : total aset hasil formula kedalam rumus Z= 6,56
= 299.891.498 : 6.197.433.934 (0,0312) + 3,26 (0,0065) + 6,72 (0,2838) +
= 0,0484 1,05 (0,2473) = 2,35
X2 = laba ditahan : total aset
= (112.537.653) : 6.197.433.934
= -0,0182
X3 = EBIT : total aset
= 1.318.415.112 : 6.197.433.934
= 0,2127
X4 = nilai buku ekuitas : total hutang
= 1.884.257.048 : 4.313.176.886
= 0,4369
Setelah menghitung masing-masing
formula tersebut, maka dapat memasukkan
hasil formula kedalam rumus Z= 6,56

12
Analisis Formula Z-score berdasarkan Analisis Perhitungan X2
Rasio Laporan Keuangan Rasio ini menunjukkan
Nilai kemampuan perusahaan untuk
Tahun menghasilkan laba ditahan dari total aset
X1 X2 X3 X4 perusahaan. Lama berdirinya perusahaan
berpengaruh terhadap rasio tersebut,
2014 0,3174 -0,0592 1,4296 0,4587 karena semakin lama perusahaan
beroperasi, memungkinkan untuk
2015 0,3698 -0,0383 1,3852 0,3234 memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal
tersebut meyebabkan perusahaan yang
2016 0,2047 -0,0213 1,9074 0,2597 baru berdiri pada umumnya akan
menunjukkan hasil rasio yang rendah,
Sumber: data diolah kecuali laba yang diperoleh pada awal
Analisis Perhitunga X1 berdiri sangat besar. Semakin besar rasio
Rasio ini digunakan untuk ini, menunjukkan semakin besarnya
mengukur likuiditas yang dapat peranan laba ditahan dalam membentuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dana perusahaan, dan semakin kecil rasio
untuk menghasilkan modal kerja bersih ini menunjukkan kondisi keuangan yang
dari keseluruhan total aset yang tidak sehat.
dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan PT. X memiliki nilai laba ditahan
membagi modal kerja bersih dengan total terhadap total aset (X2) yang selalu
aset. Semakin kecil rasio, maka mengalami penurunan pada tahun 2014
menunjukkan kondisi perusahaan semakin sampai 2016 yaitu sebesar -0,0592; -
buruk, sehingga semakin besar 0,0383; dan -0,0213. Penurunan dari rasio
kemungkinan perusahaan mengalami ini disebabkan karena laba ditahan PT. X
kebangkrutan. Berikut ini adalah yang bernilai negatif dan total aset yang
perhitungan X1 (Modal kerja terhadap bernilai positif. Rasio X2 menunjukkan
Total kerja) perusahaan jasa transportasi bahwa setiap Rp 1,00 aset perusahaan
(PT. X). dijamin oleh saldo laba ditahan.
PT. X mengalami modal kerja Berdasarkan teori mengenai rasio tersebut,
terhadap total aset (X1) yang cenderung nilai negatif laba ditahan dapat terjadi
fluktuasi. Pada tahun 2014 sampai 2016 karena umur PT. X masih tergolong muda
perhitungan X1 pada perusahaan sebesar sehingga menyebabkan akumulasi laba
0,3174; 0,3698; dan 0,2047. Kestabilan yang diperoleh perusahaan rendah.
nilai X1 dipengaruhi oleh nilai modal kerja. Penyebab yang lain, bahwa kerugian yang
Pada tahun 2014 sampai 2015 modal kerja dialami PT. X selama tiga tahun juga
pada perusahaan mengalami kenaikan merupakan faktor dari rendahnya rasio ini.
yaitu sebesar 60%, berbanding lurus Analisis Perhitungan X3
dengan nilai X1 yang juga mengalami Rasio ini menunjukkan tingkat
kenaikan. Namun dari tahun 2015 ke 2016 pengembalian aset yang dihitung dengan
nilai modal kerja mengalami penurunan membagi laba sebelum bunga dan pajak
yaitu sebesar 21% sehingga nilai X1 juga dengan total aset pada neraca akhir tahun.
mengalami penurunan. Umumnya, bila Melemahnya faktor ini merupakan
modal kerja akan turun lebih cepat indikator terjadinya kebangkrutan. PT. X
daripada total aset sehingga menyebabkan memiliki perhitungan EBIT terhadap total
rasio ini turun, maka perusahaan aset (X3) yang cenderung fluktuasi. Pada
mengalami kesulitan keuangan. PT. X tahun 2014 sebesar 1.4296 mengalami
memiliki modal kerja yang bernilai positif, penurunan di tahun berikutnya sebesar
sehingga kemungkinan mudah dalam 1.3852 sedangkan di tahun 2016
melunasi hutang lancarnya. mengalami peningkatan sebesar 1.9074.

13
Dari hasil perhitungan rasio ini, dapat di Interpretasi Perusahaan (Z-score)
nilai bahwa PT. X sudah baik dalam Z-score
menghasilkan laba bersih sebelum bunga Perusahaan
2014 2015 2016
dan pajak dari Rp 1 aset perusahaan.
Analisis Perhitungan X4 PT. X 2,15 2,04 2,35
Rasio ini menunjukkan Sumber : data diolah
kemampuan paerusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban dan nilai pasar Z-score
Perusahaan
modal sendiri. Nilai total hutang diperoleh 2014 2015 2016
dengan menjumlahkan kewajiban lancar PT. X Rawan Rawan Rawan
dengan kewajiban jangka panjang. PT. X
Sumber : data diolah
memiliki nilai buku ekuitas terhadap total
Selama tiga tahun berturut-turut PT. X
hutang (X4) yang cenderung menurun.
termasuk dalam klasifikasi kondisi rawan
Semakin kecil rasio ini, maka
bangkrut (grey area). Kondisi ini dilihat
menunjukkan kondisi keuangan tidak
dari nilai z-score pada tahun 2014 sampai
sehat. Perhitungan tahun 2014 mengalami
2016, perhitungan menunjukkan:
penurunan sampai pada tahun 2016 yaitu
a. 2014 = 1,1 < 2,15 < 2,6
sebesar 0,4587; 0,3234; dan 0,2597.
b. 2015 = 1,1 < 2,04 < 2,6
Perusahaan belum dikatakan baik dalam
c. 2016 = 1,1 < 2,35 < 2,6
membiayai modal sendiri dengan total
Berdasarkan hasil interpretasi
kewajibannya, karena rasio terus menurun
kebangkrutan di atas, maka dapat dilihat
dari tahun ke tahun.
bahwa PT. X di prediksi memiliki kondisi
Formula Z-score penyumbang terbesar
perusahaan yang rawan (grey area).
(terjadinya potensi kebangkrutan)
Karena dalam tiga tahun berturut-turut
Berdasarkan analisis perhitungan
nilai Z menunjukkan dibawah kondisi
formula Z-score dari tabel 4.9, maka dapat
perusahaan yang sehat (1,1 < Z < 2,6)
disimpulkan bahwa variabel yang
sehingga terindikasi mengalami rawan
merupakan peyumbang terbesar terjadinya
kebangkrutan. Terindikasinya rawan
potensi kebangkrutan pada perusahaan ini
bangkrut pada PT. X ini belum tentu
adalah X2 (laba ditahan terhadap total
benar-benar terjadi kebangkrutan di tahun
aset). Dari keempat rasio (X1,X2,X3,X4)
yang akan datang atau kemungkinan
menunjukkan X2 memiliki hasil dan
terjadi kebangkrutan dimasa yang akan
analisis yang paling buruk. Faktor-faktor
datang. Apabila pihak manajemen PT. X
yang menyebabkan adalah, karena umur
dapat memperbaiki dan meningkatkan
PT. X masih muda sehingga waktu untuk
kinerja terutama pada aktivitas
memperoleh laba masih sedikit sehingga
meminimalkan biaya operasi maupun non
berdampak pada tiga tahun yaitu dari tahun
operasi (seperti hutang pada leasing untuk
2014 sampai 2016 menghasilkan saldo
kredit kendaraan), mengurangi proporsi
laba negatif dan berpengaruh pada rasio X2
hutang lancarnya pada vendor di saat
yang bernilai negatif. Rasio X2 termasuk
memperbaiki beberapa kendaraan yang
dalam kategori rasio profitabilitas, yaitu
mengalami kerusakan dan perlu dilakukan
kemampuan perusahaan mendapatkan
service, memanfaatkan aset lancar seperti
keuntungan melalui semua kemampuan
piutang usaha oleh customer yang tidak
dan sumber daya yang ada seperti kas,
dibiarkan terlalu besar, serta terus
modal, jumlah cabang dan jasa
meningkatkan pendapatannya melalui
penyewaan. Jadi, di tahun 2014 sampai
pelayanan jasa sewa transportasinya, maka
2016 PT. X belum bisa memanfaatkan
kondisi perusahaan dapat sehat kembali.
sumber daya tersebut untuk menghasilkan
Sedangkan jika pihak manajemen tidak
dan membangun laba yang dimiliki.
memperbaiki kondisi tersebut, maka yang
terjadi PT. X benar-benar mengalami
14
kebangkrutan. Jika PT. X sudah terindikasi terhadap total aset). Hasil analisis
potensi rawan bangkrut, maka manajemen X2 dapat diartikan paling buruk
lebih bersikap hati-hati dalam mengambil dibanding variabel X1, X3 dan X4
keputusan kebijakan perusahaan. dan hasil perhitungan dari X2
Misalnya, manajer harus memanfaatkan merupakan hasil terendah dari
aset yang dimiliki untuk mendapatkan tahun 2014 bernilai negatif sampai
keuntungan dimasa yang akan datang, tahun 2016.
mengkondisikan piutang agar tidak terlalu Saran
besar, apabila nominal piutang terlalu
besar dapat mengganggu kinerja keuangan Berdasarkan kesimpulan tersebut,
perusahaan, sehingga berdampak pada maka saran yang dapat peneliti berikan
penerimaan kas perusahaan untuk masa antara lain :
yang akan datang. 1. Laporan keuangan perusahaan
tidak terdapat analisa mengenai
PENUTUP potensi kebangkrutan.
Kesimpulan Sebaiknya perusahaan dapat
Penelitian ini meneliti tentang menambahkan analisa tersebut
analisis potensi kebangkrutan dengan agar pengguna laporan
Altman Z-score pada perusahaan keuangan mengetahui baik
transportasi (PT.X) cabang Surabaya, buruknya kondisi keuangan
dimana komponen metode Z-score perusahaan.
tersebut terdiri dari modal kerja, laba 2. Hasil analisis prediksi
ditahan, laba sebelum bunga dan pajak kebangkrutan tidak sepenuhnya
(EBIT), nilai buku ekuitas, total aset dan tepat, namun analisis tetap
total hutang. Komponen-komponen perlu dilakukan untuk
tersebut dapat membantu menghitung dan memberikan tanda jika terjadi
menghasilkan rasio yang kemudian akan kesulitan keuangan, sehingga
dimasukkan kedalam persamaan pihak manajemen dapat
diskriminan Z-score (X1, X2, X3, X4). mengantisipasi dan dapat
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis melakukan perbaikan bagi
data, maka dapat diambil kesimpulan perusahaan yang mengalami
sebagai berikut: kesulitan keuangan agar
1. PT. X mempunyai kondisi kegiatan operasi perusahaan
keuangan yang terletak pada daerah dapat terus berjalan dan benar-
rawan bangkrut (grey area) tiga benar tidak mengalami
tahun berturut-turut yaitu dari kebangkrutan.
tahun 2014, 2015 dan 2016. Implikasi Penelitian
Potensi rawan ini dapat digunakan Hasil dari penelitian ini
oleh pihak manajemen untuk menunjukkan bahwa PT. X berada pada
melakukan evaluasi terhadap daerah rawan (grey area), sehubungan
kinerja perusahaan yang kurang dengan hal tersebut hasil prediksi
serta memperbaiki kondisi kebangkrutan dapat memberikan implikasi
keuangannya agar dimasa yang bagi Kepala Bagian Administrasi yaitu
akan datang PT. X dapat terus membuat analisis untuk menilai keuangan
melakukan kegiatan operasinya perusahaan setiap akhir tahun, sehingga
sehingga kemungkinan kecil dapat diketahui perusahaan mengalami
berpotensi untuk bangkrut. kemajuan atau kemunduran dalam
2. Variabel yang menyumbangkan kegiatan usahanya. Dampak penelitian ini
potensi kebangkrutan PT.X paling juga dapat diimplikasikan oleh manajer
besar adalah X2 (Laba ditahan perusahaan, analisis yang telah dibuat

15
dapat memberikan gambaran dan dapat Kurniawan, A. (2015). Pengertian
mendeteksi apakah perusahaan dalam Analisis Menurut Para Ahli Di
kondisi yang sehat (mengalami kemajuan) dunia:
atau dalam kondisi buruk (mengalami (http://www.gurupendidikan.co.id,
kemunduran) sehingga pihak manajer diakses 25 April 2018)
dapat membuat keputusan dan kebijakan-
kebijakan apa yang seharusnya diakukan Martani, D., Siregar, S. V., & Wardhani,
agar perusahaan tetap berjalan (going R. (2016). Akuntansi Keuangan
concern) dimasa yang akan datang. Menengah. Jakarta: Salemba
Empat.
DAFTAR RUJUKAN Prastowo. (2011). Metode Penelitian
Arini, S. (2013). "Analisis Altman Z-score Kualitatif dalam Perspektif dalam
untuk memprediksi kebangkrutan Rancangan Penelitian.
pada perusahaan farmasi di Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Indonesia". Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen. Vol. 2 No. 11 (2013), Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen
5. untuk Pengambilan Keputusan
Strategis. Jakarta: Erlangga.
Beams, F. A. (2015). Advance Accounting.
America: Pearson Prentice Hall. Sawir, A. (2009). Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan
Hanafi, M. M., Halim, & Abdul. (2005). Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Analisis Laporan Keuangan. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yogyakarta: AMP-YKPN.
Wealth Manager Association. (2013). The
Harahap, S. S. (2011). Teori AKuntansi. Secret of Wealth Management.
Jakarta: Rajawali Pers. Jakarta: MIC.
Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis atas
Laporan Keuangan. Jakarta: Pers
Rajawali.
Harnanto. (2012). Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta: UPP AMP
YKPN.
Hery. (2017). Kajian Riset Akuntansi.
Jakarta: PT. Grasindo.
Hutauruk, M. R. (2017). Akuntansi
Perusahaan Jasa. Jakarta: Indeks.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia.
Junaidi, & Nurdiono. (2016). Perspektif
Opini Going Concern. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Kariyoto. (2017). Analisis Laporan
Keuangan . Malang: Universitas
Brawijaya Press.

16

You might also like