You are on page 1of 16

AKUNTABILITAS:

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI


Vol. 9 No. 2 Juli 2015

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS PADA INDUSTRI KOSMETIK YANG


TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) UNTUK MEMPREDIKSI
POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN

Halimatusyakdiah
Universitas Sriwijaya
halima05@yahoo.com

Abu Kosim
Universitas Sriwijaya
abukosim@unsri.ac.id

Eka Meirawati
Universitas Sriwijaya
ekameirawati@unsri.ac.id

ABSTRACT

This study aims to analyze the potential bankruptcy of companies in the cosmetic industry
listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2011-2013. One indicator of the company has a
good performance can be seen from the financial aspects. Financial distress are close to
bankruptcy stage marked by uncertainty about profitability in the future. Companies
experiencing financial distress in the long term have a tendency to bankruptcy. Therefore,
it is necessary bankruptcy prediction model that can provide early warning for the
company. This study uses three bankruptcy prediction model, namely Springate, Zmijewski,
and Grover. The results of this study indicate that the financial performance of the
Cosmetics Industry analyzed with Springate Method namely PT Martino Berto Tbk, PT
Unilever Indonesia Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk classified in a healthy condition of the
company for 2011-2013. While PT Mustika Ratu Tbk classified in healthy condition in
2011-2012 and classified in poor condition in 2013. Zmijewski Model Analysis (X-Score)
at the Cosmetic Industry showed that there are only 2 companies are classified in a healthy
condition, namely PT Mandom Indonesia Tbk , and PT Mustika Ratu Tbk in 2011 and
2012, while the others are in a vulnerable condition and bad. Grover Model Analysis (G-
Score) at the Cosmetic Industry listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2011-2013
showed that all companies included in the cosmetics industry are classified in a good
health or not potentially banckrupt of the company.
Keywords : Bankruptcy, Financial Distress, Springate Model, Zmijewski Model, Grover
Model.

PENDAHULUAN tinggi itulah, setiap perusahaan dituntut


untuk terus meningkatkan efektifitas dan
Latar Belakang efisiensi pengelolaan perusahaan dengan
Salah satu jenis industri yang saat melakukan evaluasi mengenai strategi
ini sedang mengalami tingkat persaingan dan kebijakan perusahaan. Evaluasi disini
tinggi di Indonesia yaitu industri adalah untuk menilai kinerja dan
kosmetik. Menghadapi persaingan yang kesehatan perusahaan dalam
Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 125
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

memenangkan persaingan, pertumbuhan Memprediksi Potensi Kebangkrutan dan


ekonomi, peningkatan laba, tingkat penelitian dari Qisthi, Suhadak, dan
pengembalian investasi, efisiensi biaya, Handayani (2012) dengan judul Analisis
dan menciptakan nilai ekonomi X-Score (Model Zmijewski) Untuk
perusahaan (Ngariwati, Maria dan Memprediksi Gejala Kebangkrutan
Martinus, 2010).. Perusahaan. Penulis menggunakan 3 alat
Salah satu indikator perusahaan analisis yaitu model Grover, model
memiliki kinerja yang baik dapat dilihat Springate, dan model Zmijewski
dari aspek keuangan dan finansialnya. sedangkan penelitian dari Zakkiyah dkk
Laporan keuangan merupakan bagian (2013) menggunakan perhitungan Model
dari proses pelaporan keuangan (IAI; Zmijewski (X-Score) dan Altman (Z-
2009). Suatu proses akuntansi Score), serta penelitian Qisthi Dkk (2012)
menghasilkan laporan keuangan yang hanya menggunakan model Zmijewski.
dapat dijadikan sebagai informasi baik Alasan penulis menggunakan 3
mengenai posisi keuangan perusahaan alat analisis kebangkrutan tersebut adalah
maupun prestasi manajemen pada periode dari tingkat keakuratan analisis model
tertentu. Laporan keuangan dapat tersebut dalam memprediksi
dijadikan acuan dalam pengambilan kebangkrutan, formula atau persamaan
keputusan selain dijadikan sebagai alat analisis model yang mudah diolah dan
pertanggungjawaban. digunakan, serta dari kesesuaian model
Laporan keuangan yang tersebut dalam mengukur potensi
diterbitkan oleh perusahaan merupakan kebangkrutan pada perusahaan
salah satu sumber informasi mengenai manufaktur di Indonesia. Selanjutnya dari
posisi keuangan perusahaan, kinerja serta penggunaan objek penelitian dan tahun
perubahan posisi keuangan yang sangat penelitian, penulis melakukan penelitian
berguna untuk pengambilan keputusan pada industri kosmetik untuk periode
yang tepat sehingga diperlukan alat 2011-2013.
analisis yang menghubungkan beberapa Sementara penelitian dari
rasio sekaligus untuk menilai kondisi Zakkiyah dkk (2013) melakukan
keuangan perusahaan. penelitian pada perusahaan tekstil dan
Financial Distress sering kali garmen periode 2009-2012 dan penelitian
dapat diartikan dalam tahap yang dekat pada industri otomotif periode 2009-2011
dengan kebangkrutan yang ditandai oleh Qisthi dkk (2012).
dengan adanya ketidakpastian Adapun rumusan masalah dalam
profitabilitas pada masa yang akan penelitian ini adalah bagaimana analisis
datang. Terdapat berbagai alat analisis financial distress pada industri kosmetik
kebangkrutan yang telah ditemukan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
antara lain yaitu analisis model Altman, dengan menggunakan model Springate,
model Springate, model Zmijewski , model Zmijewski dan model Grover?
model grover, dll. Penelitian mengenai
Analisis Financial Distress telah Tujuan Penelitian
dilakukan oleh Peneliti – peneliti Tujuan yang hendak dicapai dari
terdahulu. penelitian ini adalah :
Penelitian ini merupakan 1. Untuk mengetahui potensi
modifikasi penelitian terdahulu dari kebangkrutan pada industri kosmetik
Zakkiyah, wijono dan Endang (2013) yang terdaftar di BEI dengan
dengan judul Analisis Penggunaan Model menggunakan model Springate.
Zmijewski Dan Altman Untuk

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 126
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

2. Untuk mengetahui potensi TINJAUAN PUSTAKA


kebangkrutan pada industri kosmetik Landasan teori
yang terdaftar di BEI dengan Teori Kebangkrutan
menggunakan model Zmijewski. Kebangkrutan biasanya diartikan
3. Untuk mengetahui potensi sebagai kegagalan perusahaan dalam
kebangkrutan pada industri kosmetik menjalankan operasi perusahaan untuk
yang terdaftar di BEI dengan menghasilkan laba (Supardi dan Mastuti,
menggunakan model Grover. 2003). Kebangkrutan sebagai kegagalan
didefinisikan dalam beberapa arti (Adnan
Manfaat Penelitian dan Kurniasih, 2000:137) yaitu kegagalan
Penelitian ini diharapkan dapat ekonomi (Economic failure) dan
memberikan manfaat sebagai berikut : kegagalan keuangan (financial failure).
1. Bagi pengembangan teori dan Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya
pengetahuan di bidang akuntansi, berarti bahwa perusahaan kehilangan
terutama yang berkaitan dengan uang atau pendapatan perusahaan tidak
Akuntansi Keuangan. menutup biayanya sendiri, ini berarti
2. Bagi Perusahaan, Diharapkan tingkat labanya lebih kecil dari biaya
hasil penelitian ini dapat modal atau nilai sekarang dari arus kas
digunakan sebagai bahan perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
pertimbangan dalam pengambilan Kegagalan terjadi bila arus kas
keputusan bagi pihak manajemen. sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh
3. Bagi Investor, Informasi adanya di bawah arus kas yang diharapkan.
prediksi financial distress Kegagalan keuangan bisa diartikan
memberi masukan dalam sebagai insolvensi yang membedakan
menanamkan modal mereka, antara dasar arus kas dan dasar saham.
apakah mereka akan terus Insolvensi atas dasar arus kas ada dua
menanamkan modal atau bentuk: Insolvensi Teknis dan Insolvensi
menghentikan penanaman modal dalam pengertian kebangkrutan.
mereka ke perusahaan, sebab Insolvensi teknis adalah Perusahaan
bagaimanapun para investor pasti dapat dianggap gagal jika perusahaan
tidak menginginkan kerugian tidak dapat memenuhi kewajiban pada
akibat mereka salah menanamkan saat jatuh tempo.
modal mereka. Insolvensi dalam pengertian
4. Bagi peneliti, dapat menambah kebangkrutan adalah kebangkrutan
wawasan dan pengetahuan didefinisikan dalam ukuran sebagai
mengenai Analisis Financial kekayaan bersih negatif dalam neraca
Distress Pada Industri Kosmetik konvensional atau nilai sekarang dari arus
yang Terdaftar Di Bursa Efek kas yang diharapkan lebih kecil dari
Indonesia (BEI) Untuk kewajiban. Menurut Riyanto (2001),
Memprediksi Potensi faktor-faktor penyebab kegagalan usaha
Kebangkrutan Perusahaan. dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor
5. Bagi penelitian berikutnya, intern dan ekstern.
Sebagai bahan masukan terhadap Faktor intern berasal dari dalam
penelitian dengan topik yang perusahaan itu sendiri baik yang meliputi
sama pada waktu yang akan faktor keuangan dan non keuangan.
dating. Faktor keuangan meliputi adanya hutang
yang terlalu besar sehingga menjadi
beban tetap yang berat bagi perusahaan,

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 127
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

adanya kewajiban jangka pendek yang sehingga pengertian mengenai kegagalan


lebih besar dari aktiva lancar, lambatnya keuangan dapat disamakan dengan
pengumpulan piutang atau banyaknya kesulitan keuangan.
bad debt, kesalahan dalam kebijakan
deviden, dan tidak cukupnya dana Teori Sinyal (Signaling Theory)
penyusutan. Menurut Jogiyanto (2000: 392),
Sedangkan faktor non keuangan informasi yang dipublikasikan sebagai
adalah adanya kesalahan-kesalahan suatu pengumuman akan memberikan
dalam pemilihan lokasi, penentuan sinyal bagi investor dalam pengambilan
produk yang dihasilkan dan penentuan keputusan investasi. Pada waktu
skala usaha, kurang baiknya struktur informasi diumumkan dan semua pelaku
organisasi, kesalahan dalam pemilihan pasar sudah menerima informasi tersebut,
pimpinan perusahaan, adanya manajerial pelaku pasar terlebih dahulu
incompetence (kebijakan pembelian, menginterpretasikan dan menganalisis
penjualan, pemasaran). Menurut Hanafi informasi tersebut sebagai sinyal baik
(2009) kesulitan keuangan jangka pendek (good news) atau sinyal buruk (bad
bersifat sementara dan belum begitu news).
parah. Namun, kesulitan tersebut apabila Teori Sinyal melandasi
tidak ditangani dapat berkembang pengungkapan sukarela. Teori Sinyal
menjadi kesulitan yang tidak solvabel mengemukakan tentang bagaimana
(hutang lebih besar dibanding aset). seharusnya sebuah perusahaan
Kalau tidak solvabel, perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
bisa dilikuidasi atau direorganisasi. laporan keuangan. Sinyal ini berupa
Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi informasi mengenai apa yang sudah
lebih besar dibandingkan dengan nilai dilakukan oleh manajemen untuk
perusahaan kalau diteruskan. merealisasikan keinginan pemilik. Teori
Reorganisasi dipilih kalau perusahaan sinyal digunakan untuk menjelaskan
masih menunjukan prospek dan dengan bahwa laporan keuangan digunakan
demikian nilai perusahaan kalau untuk memberi sinyal positive (good
diteruskan lebih besar dibandingkan nilai news) maupun sinyal negative (bad news)
perusahaan kalau dilikuidasi. Untuk kepada pemakainya.
mengetahui tanda-tanda awal Laporan keuangan melaporkan
kebangkrutan, salah satu cara yang prestasi historis dari suatu perusahaan
dilakukan adalah menerapkan model dan memberikan dasar analisis bisnis dan
prediksi kebangkrutan. ekonomi, untuk membuat proyeksi dan
peramalan untuk masa depan yang
Dengan menerapkan model bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
Springate, Zmijewski, dan Grover laporan keuangan dalam pengambilan
diharapkan dapat memprediksi keputusan secara ekonomi (Weston dan
kebangkrutan pada perusahaan kosmetik Copeland, 2010:24). Laporan keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus menyajikan secara wajar posisi
untuk memprediksi potensi terjadinya keuangan, kinerja keuangan, perubahan
kebangkrutan perusahaan. Kegagalan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan
keuangan merupakan salah satu bentuk menerapkan PSAK secara benar disertai
insolvensi. Jika suatu perusahaan dalam pengungkapan yang diharuskan PSAK
keadaan insolven, maka bisa dalam catatan atas laporan keuangan.
diidentifikasikan perusahaan tersebut Oleh karena itu, Teori sinyal
sedang mengalami kesulitan keuangan, dapat membantu pihak perusahaan

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 128
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

(agent), pemilik (prinsipal), dan pihak atau berpotensi mengalami


luar perusahaan mengurangi asimetri kebangkrutan dan apabila nilai S
informasi dengan menghasilkan kualitas > 0,862 maka perusahaan
atau integritas informasi laporan dikategorikan termasuk
keuangan. Selain itu, Tuvaratragool perusahaan sehat atau tidak
(2013) melakukan penelitian tentang berpotensi mengalami
pengaturan perbandingan rasio keuangan kebangkrutan.
dalam memberi sinyal adanya financial
distress. Hasil penelitian ini menunjukan b. Model Zmijewski (X-Score)
bahwa informasi laporan keuangan dapat Selama dua puluh tahun
dijadikan media untuk mengetahui sinyal Mark E. Zmijewski melakukan
adanya kegagalan perusahaan atau studi dengan melakukan review
kebangkrutan. studi bidang kebangkrutan,
akhirnya dihasilkan Model
Model Prediksi Kebangkrutan Zmijewski pada tahun 1984.
a. Model Springate (S-Score) Model ini menggunakan
Model ini diperkenalkan rasio keuangan yang mengukur
oleh Gordon L.V. Springate pada kinerja, leverage, dan likuiditas
tahun 1978. Model ini untuk memprediksi kesulitan
menggunakan analisis keuangan perusahaan. Sebanyak
multidiskriminan, dengan 75 perusahaan yang bangkrut
menggunakan 40 perusahaan serta 3573 perusahaan sehat
sebagai sampelnya. selama tahun 1972 sampai dengan
Model ini dapat digunakan 1978 dijadikan sampel. Tingkat
untuk memprediksi kebangkrutan keakuratan analisis Zmijewski
dengan tingkat keakuratan 92,5%. untuk memprediksi kebangkrutan
Model ini menggunakan 4 rasio perusahaan adalah sebesar 94,9%.
keuangan yang dipilih Persamaan Model Zmijewski
berdasarkan 19 rasio-rasio adalah sebagai berikut (Peter dan
keuangan dalam berbagai Yoseph, 2011) :
literature. Persamaan Model yang X = -4,3 – 4,5 X₁ + 5,7 X₂ – 0,004X₃
berhasil dikembangkan oleh Keterangan :
Springate adalah : X₁ = Earning after tax / Total
S = 1.03A + 3.07B + Asset
0.66C + 0.4D X₂ = Total Debt / Total Asset
Keterangan :
A = working capital / total X₃ = Current Asset / Current
asset liabilities
B = net profit before interest Tidak ada Cut-off dalam
and taxes / total asset model zmijeski ini. Kriteria
C = net profit before taxes / penilaian X pada persamaan
current liabilities model ini adalah semakin besar
D = sales / total asset nilai X maka semakin besar
kemungkinan/probabilitas
Kriteria untuk persamaan perusahaan tersebut bangkrut.
model Springate ini adalah jika
nilai S < 0,862 maka perusahaan c. Model Grover (G-Score)
termasuk perusahaan tidak sehat

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 129
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

Model Grover merupakan 2. Qisthi, Suhadak, dan Handayani


model yang diciptakan dengan (2012) dengan judul Analisis X-
melakukan pendesainan dan Score (Model Zmijewski) Untuk
penilaian ulang terhadap model Memprediksi Gejala Kebangkrutan
Altman. Jeffrey S. Grover Perusahaan.
menggunakan sampel sesuai 3. Nancy Dian Kusumawardani
dengan model Altman Z-score (2006) mengenai Rasio Model
pada tahun 1968 dengan Altman untuk memprediksi
menambahkan 13 rasio keuangan financial distress perusahaan
baru. manufaktur di Bursa Efek
Sampel yang digunakan Indonesia
sebanyak 70 perusahaan dengan 4. Luciana Spica Almilia (2003)
35 perusahaan yang bangkrut dan mengenai Analisis Faktor-Faktor
35 perusahaan yang tidak yang Mempengaruhi Kondisi
bangkrut pada tahun 1982 sampai Financial Distress suatu
1996 menghasilkan persamaan Perusahaan yang terdaftar di Bursa
sebagai berikut (Prihanthini dan Efek Indonesia.
Sari, 2013): 5. Prihanthini dan Sari (2013)
G = 1,650X₁ + 3,404X₃ – 0,016ROA + 0,057 mengenai Prediksi Kebangkrutan
Keterangan : Dengan Model Grover, Altman,
X₁ = Working capital/Total Springate Dan Zmijewski Pada
assets Perusahaan Food And Beverage Di
X₃ = Earnings before interest Bursa Efek Indonesia.
and taxes/Total assets 6. Yuliastary dan Wirakusuma (2014)
ROA = net income/total assets mengenai Analisis Financial
Model Grover Distress Dengan Metode Altman,
mengkategorikan perusahaan Springate dan Zmijewski.
dalam keadaan berpotensi
mengalami kebangkrutan Kerangka Pemikiran
dengan skor kurang atau sama Pada penelitian ini, dilakukan
dengan -0,02 (G ≤ -0,02) analisis deskriptif komparatif. Metode
sedangkan nilai untuk deskriptif adalah untuk menjelaskan
perusahaan yang dikategorikan rumusan masalah yang diteliti berkenaan
dalam keadaan tidak mengalami dengan keberadaan variabel mandiri.
potensi kebangkrutan adalah Variabel mandiri adalah variabel yang
lebih atau sama dengan 0,01 (G berdiri sendiri, bukan variabel
≥ 0,01). Perusahaan dengan skor independen (Sugiyono, 2011). Metode
di antara batas atas dan batas komparatif ini dilakukan dengan
bawah berada pada grey area. membandingkan teori yang ada dengan
praktik yang ditemui dilapangan untuk
Penelitian Terdahulu mengetahui bagaimana kinerja keuangan
1. Zakkiyah, Wijono dan Endang perusahaan menggunakan analisis
(2013) dengan judul Analisis financial distress dengan metode
Penggunaan Model Zmijewski (X- Springate, Zmijewski dan Grover pada
Score) Dan Altman (Z-Score) Industri Kosmetik setelah itu langkah
Untuk Memprediksi Potensi terakhir yang dilakukan adalah memberi
Kebangkrutan simpulan dan saran atas hasil analisis
yang telah dilakukan.

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 130
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

Model Springate Model Zmijewski Model Grover


A = working capital X₁ = Earning after X₁ = Working


/ total asset tax/ Total Asset capital/Total assets
B = net profit
before interest and X₂ = Total Debt/ X₃ = Earnings
taxes / total asset Total Asset before interest and
C = net profit taxes/Total assets
X₃ = Current Asset
before taxes /
/ Current liabilities ROA = net income/
current liabilities
D = sales / total total assets
asset

Financial Distress

Tidak Berpotensi Berpotensi Bangkrut


bangkrut

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN baik dalam Indonesian Capital


Populasi, Sampel dan Teknik Market Directory maupun publikasi
Pengambilan Sampel laporan keuangan melalui internet.
Populasi dalam penelitian ini Jumlah sampel yang terdapat
adalah perusahaan yang termasuk dalam dalam penelitian ini sebanyak 4
industri kosmetik yang terdaftar di Bursa perusahaan, yaitu PT Martino Berto Tbk,
Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013 PT Unilever Indonesia Tbk, PT Mandom
yang seluruhnya berjumlah 4 perusahaan. Indonesia Tbk, dan PT Mustika Ratu
Teknik pengambilan sampel yang Tbk.
digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dengan kriteria Data dan Sumber Data
sebagai berikut: Data yang digunakan dalam
1. Laporan keuangan telah diaudit penelitian ini yaitu data sekunder.
2. Emiten yang menjadi sampel Sumber data sekunder pada penelitian ini
termasuk kedalam kelompok industri diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
kosmetik yang telah go public dan (BEI) dengan situs resmi BEI berupa
terdaftar di Bursa Efek Indonesia laporan keuangan tahunan (annual
(BEI) sebelum tahun 2011. report) dengan mengakses website
3. Emiten mempublikasikan dan www.idx.co.id. Penelitian ini dapat
memiliki laporan keuangan yang diklasifikasikan sebagai penelitian arsip,
lengkap selama periode 2011 - 2013, karena bertujuan melakukan penelitian
Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 131
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

dengan menggunakan fakta-fakta yang dikategorikan dalam kondisi rawan


tertulis (dokumen) atau berupa arsip data. kebangkrutan.
Data yang digunakan adalah data
kuantitatif yang diambil dari laporan Cut-off yang digunakan dalam
keuangan perusahaan Kosmetik yang Model Springate adalah 0,862.
terdapat di BEI dengan periode tahun Klasifikasi batas atas dan batas bawah
2011-2013. Model Springate (S-Score)
diinterpretasikan sebagai berikut:
Teknik Analisis a. Batas bawah rentang interval
.Penelitian ini menggunakan menentukan skor maksimal bagi
analisis alat uji statistik dan Penentuan suatu perusahaan untuk dinyatakan
Titik Pisah (Cut off) untuk dalam kondisi yang buruk.
menggolongkan kinerja perusahaan b. Batas atas rentang interval
dalam kriteria baik, rawan atau buruk menentukan skor minimal bagi suatu
sehingga dapat diketahui perusahaan perusahaan untuk dinyatakan dalam
mana saja yang tergolong berpotensi kondisi yang sehat.
untuk mengalami kebangkrutan. c. Apabila skor berada diantara kedua
Diperlukan analisis estimasi interval batas interval maka perusahaan
batas atas dan batas bawah dimana dikategorikan dalam kondisi rawan
hasilnya diharapkan akan lebih obyektif kebangkrutan.
karena memberikan dugaan nilai
Cut-off yang digunakan dalam
parameter dalam bentuk interval, untuk
Model Grover adalah -0,02 untuk batas
itu digunakan alat uji statistik sebagai
bawah dan 0,01 untuk batas atas.
berikut:
Klasifikasi batas atas dan batas bawah
a. Standar Deviasi untuk n ≤ 30
Model Grover (G-Score)
(Suharyadi dan Purwanto, 2003 : 107)
diinterpretasikan sebagai berikut:
a. Batas bawah rentang interval
menentukan skor maksimal bagi
b. Rentang Interval, α = 0,05 (Hifni, suatu perusahaan untuk dinyatakan
1990: 164) dalam kondisi yang buruk.
b. Batas atas rentang interval
menentukan skor minimal bagi
suatu perusahaan untuk dinyatakan
dalam kondisi sehat.
Klasifikasi batas atas dan batas c. Apabila skor berada diantara kedua
bawah Model Zmijewski (X-Score) batas interval maka perusahaan
diinterpretasikan sebagai berikut: dikategorikan dalam kondisi rawan
a. Batas bawah rentang interval kebangkrutan.
menentukan skor maksimal bagi
suatu perusahaan untuk dinyatakan HASIL PENELITIAN DAN
dalam kondisi sehat. PEMBAHASAN
b. Batas atas rentang interval Hasil Penelitian
menentukan skor minimal bagi suatu Penelitian ini menggunakan 4
perusahaan untuk dinyatakan dalam perusahaan pada industri kosmetik
kondisi yang buruk. sebagai sampelnya berdasarkan kriteria
c. Apabila skor berada diantara kedua pengambilan sampel yang telah dibahas
batas interval maka perusahaan sebelumnya, antara lain

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 132
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

Tabel 1. Daftar Perusahaan Sampel yang Terpilih

No. Kode Nama Perusahaan


1 MBTO PT. Martino Berto, Tbk
2 MRAT PT. Mustika Ratu, Tbk
3 TCID PT. Mandom Indonesia, Tbk
4 UNVR PT. Unilever Indonesia, Tbk
Sumber : www.idx.co.id
Analisis Model Springate (S-Score)
Tabel 2. Analisis Model S-Score Pada Industri Kosmetik yang
terdaftar di BEI Periode 2011-2013
PERUSAHAAN 2011 2012 2013
MBTO 1,765928069 1,686699728 1,240877732
MRAT 1,800653415 1,826989617 0,741094587
TCID 3,492109289 2,609734702 1,888977073
UNVR 2,899216622 2,927282875 2,933382692
Jumlah 9,957907395 9,050706923 6,804332084
Rata-Rata Industri 2,489476849 2,262676731 1,701083021
Sumber : Data diolah

Keterangan: kondisi perusahaan yang sehat untuk


= Perusahaan tahun 2011-2012 dan diklasifikasikan
dalam kondisi sehat dalam kondisi perusahaan yang buruk
= Perusahaan atau berpotensi untuk mengalami
dalam kondisi rawan kebangkrutan untuk tahun 2013.
Hal itu disebabkan karena terjadi
= Perusahaan kerugian pendapatan yang dialami PT
dalam kondisi buruk
Mustika Ratu Tbk sehingga rasio
Hasil analisis model springate (S- profitabilitas perusahaan menjadi
Score) pada Industri Kosmetik yang
minus yaitu sebesar -0,230392. Oleh
terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena itu, kemampuan perusahaan
(BEI) periode 2011-2013
dalam menggunakan dan
menunjukkan bahwa PT Martino memanfaatkan aset perusahaan dalam
Berto Tbk, PT Unilever Indonesia
menghasilkan laba operasi tidak
Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk optimal sehingga mengakibatkan
diklasifikasikan dalam kondisi
kerugian bagi perusahaan seperti yang
perusahaan yang sehat atau tidak digambarkan analisis profitabilitas.
berpotensi untuk mengalami
kebangkrutan. Sedangkan PT Mustika
Ratu Tbk diklasifikasikan dalam

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 133
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

Analisis Model Zmijewski (X-Score)


Tabel 3. Analisis Model X-Score Pada Industri Kosmetik yang terdaftar di
BEI Periode 2011-2013
PERUSAHAAN 2011 2012 2013
MBTO -3,185602469 -3,014986552 -2,939893251
MRAT -3,691999993 -3,689539435 -3,469616893
TCID -4,347499001 -4,123209632 -3,705668704
UNVR -2,392054888 -2,306962647 -2,224133248
Jumlah -13,61715635 -13,13469827 -12,3393121
t Tabel 3,182446305 3,182446305 3,182446305
Rata-Rata Industri -3,404289088 -3,283674566 -3,084828024
Standar Deviasi 0,825603702 0,794922394 0,657091371
Batas Bawah Interval -3,437132081 -3,315297039 -3,110967499
Batas Atas Interval -3,371446095 -3,252052093 -3,058688549
Sumber : Data diolah

Perhitungan Batas Atas Dan Batas Bawah Interval X-Score


• Batas Bawah =
• Batas Atas =
Tahun 2011 Batas Bawah =
=
=
Batas Atas =
=
=
Tahun 2012 Batas Bawah =
=
=
Batas Atas =
=
=
Tahun 2013 Batas Bawah =
= 0,328
=
Batas Atas =
= 0,328
= 3,058688549

Hasil analisis Model Zmijewski 2013 menunjukkan bahwa ada 2


pada Industri Kosmetik periode 2011- perusahaan yang diklasifikasikan dalam
Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 134
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

kondisi yang sehat, yaitu PT Mandom perusahaan untuk mendapatkan laba


Indonesia Tbk, dan PT Mustika Ratu melalui pemanfaatan dan penggunaan
Tbk. Sedangkan PT Martino Berto Tbk total asetnya tidak optimal.
dan PT Unilever Indonesia Tbk dalam Rasio profitabilitas perusahaan
kondisi yang buruk. Perusahaan yang yang buruk ditunjukkan dengan X₁
dalam kondisi buruk salah satunya sebesar 0,078754784 tahun 2011,
disebabkan oleh rasio likuiditas yang 0,074689952 tahun 2012 dan
kurang baik dimana kemampuan 0,026419839 tahun 2013 sangat jauh dari
perusahaan dalam memenuhi kewajiban standar rasio profitabilitas industri.
jangka pendeknya kurang optimal. Standar industri rasio profitabilitas adalah
Hal itu ditunjukkan oleh sebesar 30% (Kasmir, 2008). Hasil
kewajiban lancar pada PT Unilever analisis potensi kebangkrutan PT Martino
Indonesia Tbk sebesar Rp Berto Tbk dan PT Unilever Tbk dengan
6.474.594.000.000 tahun 2011, Rp model zmijewski periode 2011-2013 juga
7.535.896.000.000 tahun 2012, dan Rp mengalami penurunan dari tahun ketahun
8.419.442.000.000 tahun 2013, lebih sehingga tidak bisa memperbaiki kondisi
besar dibandingkan aset lancarnya keuangan yang buruk malah semakin
sebesar Rp 4.446.219.000.000 tahun sangat buruk.
2011, Rp 5.035.962.000.000 tahun 2012 ,
Rp 5.862.939.000.000 tahun 2013
dimana aset tersebut menjadi uang tunai
dalam periode yang sama dengan jatuh
tempo utang.
Sehingga kemampuan perusahaan
tersebut dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan
aset lancarnya tidak baik atau buruk.
Selain itu, Pada PT Martino Berto Tbk
juga mengalami kondisi buruk akibat
rasio profitabilitas perusahaan yang
kurang baik dimana kemampuan

Analisis Model Grover (G-Score)


Tabel 4. Analisis Model G-Score Pada Industri Kosmetik yang
terdaftar di BEI Periode 2011-2013
PERUSAHAAN 2011 2012 2013
MBTO 1,968025225 1,910347039 1,614805214
MRAT 1,439738741 1,432656159 0,961699305
TCID 1,544240142 1,490015269 1,164706821
UNVR 1,543879759 1,551974568 1,561616119
Jumlah 6,495883867 6,384993035 5,30282746
Rata-Rata Industri 1,623970967 1,596248259 1,325706865
Sumber : Data diolah

Hasil analisis Model Grover (G- periode 2011-2013 menunjukkan bahwa


Score) pada Industri Kosmetik yang seluruh perusahaan diklasifikasikan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kondisi perusahaan yang sehat atau
Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 135
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

tidak berpotensi untuk mengalami industrinya yaitu sebesar 1,623970967


kebangkrutan. Hal itu babkadisen karena tahun 2011, 1,596248259 tahun 2012,
komponen rasio keuangan perusahaan dan 1,325706865 tahun 2013 yang
pada industtri kosmetik yang terdiri dari menunjukkan seluruh perusahaan pada
X₁ (Working capital/Total assets), X₃ industri kosmetik sudah memenuhi
(Earnings before interest and taxes/Total kriteria dalam kondisi perusahaan yang
assets), dan ROA (net income/total sehat karena skor lebih dari atau sama
assets) menunjukkan rasio keuangan dengan 0,01 (G ≥ 0,01).
yang baik. Hal itu terlihat dari rata-rata

Tabel 5. Perbandingan Hasil Prediksi Model S-Score,


Model X-Score dan Model G-Score
No. Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 PT. Martino Berto, Tbk
Model Springate (S-Score) Sehat Sehat Sehat
Model Zmijewski (X-Score) Buruk Buruk Buruk
Model Grover (G-Score) Sehat Sehat Sehat
2 PT. Mustika Ratu, Tbk
Model Springate (S-Score) Sehat Sehat Buruk
Model Zmijewski (X-Score) Sehat Sehat Sehat
Model Grover (G-Score) Sehat Sehat Sehat
3 PT. Mandom Indonesia, Tbk
Model Springate (S-Score) Sehat Sehat Sehat
Model Zmijewski (X-Score) Sehat Sehat Sehat
Model Grover (G-Score) Sehat Sehat Sehat
4 PT. Unilever Indonesia, Tbk
Model Springate (S-Score) Sehat Sehat Sehat
Model Zmijewski (X-Score) Buruk Buruk Buruk
Model Grover (G-Score) Sehat Sehat Sehat
Sumber : data diolah tahun 2011-2014

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Hasil analisis financial distress


Kesimpulan dengan menggunakan model
Berdasarkan hasil penelitian dan springate pada Industri Kosmetik
pembahasan sebelumnya, dapat menunjukkan bahwa PT Martino
disimpulkan bahwa analisis financial Berto Tbk, PT Unilever Indonesia
distress pada industri kosmetik yang Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diklasifikasikan dalam kondisi
periode 2011-2013 antara lain : perusahaan yang sehat atau tidak

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 136
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

berpotensi untuk mengalami mengurangi terjadinya penurunan


kebangkrutan periode 2011-2013. laba perusahaan.
Sedangkan PT Mustika Ratu Tbk 2. Setiap tahun perusahaan
diklasifikasikan dalam kondisi mengahadapi peningkatan beban-
perusahaan yang sehat untuk tahun beban perusahaan seperti gaji
2011-2012 dan diklasifikasikan karyawan, harga pokok penjualan
dalam kondisi perusahaan yang dll, sehingga perusahaan harus
buruk atau berpotensi untuk mencari alternative agar penjualan
mengalami kebangkrutan untuk terus meningkat sehingga dapat
tahun 2013. mencegah terjadinya masalah
2. Hasil analisis financial distress likuiditas perusahaan.
dengan menggunakan Model 3. Indikasi-indikasi kebangkrutan yang
Zmijewski (X-Score) pada Industri dialami perusahaan pada industri
Kosmetik untuk periode 2011-2013 kosmetik di Indonesia harus perlu
menunjukkan bahwa ada 2 meningkatkan daya saingnya, baik
perusahaan yang diklasifikasikan dalam hal sumber daya manusia
dalam kondisi yang sehat, yaitu PT maupun kualitas produk yang
Mandom Indonesia Tbk, dan PT dihasilkan dengan harga yang juga
Mustika Ratu Tbk. Sedangkan PT bersaing di pasar. Perusahaan dalam
Martino Berto Tbk dan PT Unilever mengambil keputusan pengelolaan
Indonesia Tbk dalam kondisi yang keuangan untuk menjalankan
buruk atau berpotensi untuk usahanya, perlu memperhatikan
mengalami kebangkrutan. likuiditas perusahaan, proporsi
3. Hasil analisis Model Grover (G- hutang dan efisiensi penggunaan
Score) pada Industri Kosmetik yang modal kerja.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 4. Perusahaan dapat melakukan
(BEI) periode 2011-2013 evaluasi dan analisis pada faktor
menunjukkan bahwa seluruh keuangan perusahaan yang meliputi
perusahaan yang termasuk dalam adanya hutang yang terlalu besar
industri kosmetik diklasifikasikan sehingga menjadi beban tetap yang
dalam kondisi perusahaan yang sehat berat bagi perusahaan, adanya
atau tidak berpotensi untuk kewajiban jangka pendek yang lebih
mengalami kebangkrutan. besar dari aktiva lancar, dll. Oleh
Saran karena itu, perusahaan dapat
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka meminimalkan dan mengantisipasi
dapat dikemukakan beberapa saran kesulitan keuangan yang terjadi
sebagai berikut : secara dini sehingga tidak
1. Dalam laporan keuangan tahunan PT berdampak pada kebangkrutan
Martino Berto Tbk, PT Mustika Ratu perusahaan.
Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk,
dan PT Unilever Indonesia Tbk DAFTAR PUSTAKA
sering mengalami penurunan pada Adnan, Muhammad Akhyar., dan
rasio profitabilitas. Sehingga Kurniasih, Eha. 2000. “Analisis
masalah efektivitas dalam Tingkat Kesehatan Perusahaan
menjalankan kegiatan operasional untuk Memprediksi Potensi
perusahaan harus diperhatikan baik Kebangkrutan dengan Pendekatan
dari kegiatan penjualan, pembelian Altman (Kasus pada Sepuluh
serta kegiatan lainnya, sehingga Perusahaan di Indonesia)”. Jurnal

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 137
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

Akuntansi dan Auditing Indonesia, Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme


Volume 4, No. 2. Corporate Governance, Dan
Almilia, Luciana Spica. 2003. “Analisis Kualitas Kantor Akuntan Publik
Faktor-faktor yang mempengaruhi Terhadap Integritas Informasi
Kondisi Financial Distress suatu Laporan Keuangan (Studi Pada
perusahaan yang Terdaftar di Bursa Perusahaan Publik Di BEJ), Tesis,
Efek Indonesia”. Simposium Program Studi Magister Sains
Nasional Akuntansi VI, 16-17 Akuntansi Universitas Diponegoro,
Oktober 2003. Hal 546-564. Semarang.
Diakomihalis, Mihail. 2012. “The Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan
Accuracy of Altman’s Models in Analisis Investasi, Edisi 2, BPFE,
Predicting Hotel Bankruptcy”. Yogyakarta.
Dalam International Journal of Kusumawardani, Nancy Dian. 2006.
Accounting and Financial Rasio Model Altman untuk
Reporting, Vol.2 No. 2. Memprediksi Financial Distress
Fatmawati, Mila. 2012. “Penggunaan The perusahaan Manufaktur di Bursa
Zmijewski Model, The Altman Efek Indonesia. STIE Perbanas,
Model, dan The Springate Model Surabaya.
Sebagai Prediktor Delisting”.Dalam Munawir, S. 2007. Analisa Laporan
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Vol. 16 No. 1. Hal. 56-65 Ngariwati, Maria Widyastuti dan
Ghodrati, Hassan dan Moghaddam, Martinus. 2010, “Analisa rasio dan
AmirHadi Manavi. 2012. “A Study z-zcore untuk menilai kinerja
of the Accuracy of Bankruptcy keuangan PT. Hanjaya andala
Prediction Models: Altman, Sampoerna Tbk”. Jurnal bisnis
Shirata, Ohlson, Zmijewski, CA Perspektif, vol. 2, no. 1, pp.76-102.
Score, Fulmer, Springate, Peter dan Yoseph, 2011, “Analisis
Farajzadeh Genetic, and McKee kebangkrutan dengan Metode z-score
Genetic Models for the Companies Altman,
of the Stock Exchange of Tehran”. Springate dan Zmijewski pada PT.
Dalam American Journal of Indofood Sukses Makmur Tbk.
Scientific Research, ISSN 1450 Periode 2005 – 2009”. Akurat
223X Issue 59, pp 55-67. Jurnal Ilmiah Akuntansi, No.4.
Grice, J. Stephen. 2002. Reestimations Of Prihanthini, Ni Made Evi Dwi dan Maria
The Zmijewski And Ohlson M. Ratna Sari. (2013). “Analisis
Bankruptcy Prediction Models, Prediksi Kebangkrutan dengan
Troy: Troy State University. Model Grover, Altman Z-Score,
Hanafi, Mahmud M. dan Abdul Halim, Springate dan Zmijewski pada
2005. Analisis Laporan Keuangan, Perusahaan Food and Beverage di
UPP AMP YKPN, Yogyakarta. BEI”. Jurnal Akuntansi, Vol. 5(3).
Ida dan Santoso, Sandy. 2011. Analisis (544-560)
Kebangkrutan dengan Qisthi, Dafi, Suhadak & Siti Ragil
Menggunakan Metode Springate. Handayani. 2012. “Analisis X-score
Dalam Media Bisnis, Maret. (Model Zmijewski) untuk
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Memprediksi Gejala Kebangkrutan
Akuntansi Keuangan per 1 Juli perusahaan”. Jurnal Administrasi
2009. Jakarta: Salemba Empat. Bisnis (JAB), Vol. 1 No. 2.

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 138
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 12


Pembelanjaan Perusahaan, Edisi No. 2.
Keempat, Cetakan Ketujuh,
Yogyakarta : BPFE.
Sekaran, Uma. (2011). “Research
Methods For Busines : Metodologi
Penelitian Untuk Bismis”. Buku 1,
Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
Sudiyatno, Bambang dan Elen
Puspitasari. 2010. “Tobin’s Q Dan
Altman Z-Score Sebagai Indikator
Pengukuran Kinerja Perusahaan”.
Jurnal Akuntansi, Vol. 2 No. 1 Hal.
9-21.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Bisnis. Cetakan Ketujuh. Bandung:
CV Alfabeta.
Supardi dan Sri Mastuti, 2003. “Validitas
Penggunaan Z-Score Altman untuk
Menilai Kebangkrutan Pada
Perusahaan Perbankan Go-Public di
Bursa Efek Jakarta”, KOMPAK,
Nomor 7, Januari-April: 68-69.
Tuvaratragool, Sumeth. 2013. The Role
Of Financial Ratios in Signaling
Financial Distress: Evidence From
Thai Listed Companies. Thesis.
Graduate College Of Management
South.
Weston, J. Fred dan Thomas E.
Copeland. 2010. Manajemen
Keuangan, Alih Bahasa oleh A.
Jaka Wasana dan Kibrandoko,
Edisi Revisi, Jilid 1 dan 2. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Yuanita, Ika. 2010. “Prediksi Financial
Distress dalam Industri Textile dan
Garment (Bukti Empiris di Bursa
Efek Indonesia)”. Dalam Jurnal
Akuntansi & Manajemen, Vol. 5
No. 1 Hal. 101-119.
Zakkiyah, Ufi Zuhriyatuz, Topo Wijono
& M.G. Wi Endang NP. 2013.
“Analisis Penggunaan Model
Zmijewski (X-Score) dan Altman
(Z-score) Untuk Memprediksi
Potensi Kebangkrutan”. Jurnal

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 139
AKUNTABILITAS: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Vol. 9 No. 2 Juli 2015

Analisis Financial Distress Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan 140

You might also like