You are on page 1of 10

GEMASSIKA VoL. 3 No.

2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
UPAYA INTEGRASI PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR
PADA ANAK USIA DINI

Afrona E.Lelan Takaeb1, Helga Jilvera Nathalia Ndun2, Enjelita Mariance Ndoen3
1,2,3
Dosen Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana
Email: afronaelisabethlelantakaeb@yahoo.com

Doi : https://doi.org/10.30787/gemassika.v3i2.417
Received: Mei 2019 | Revised: September 2019 | Accepted: Oktober 2019

ABSTRACT

Communicable diseases are a serious threat in early childhood. Therefore, it is necessary to educate
children as early as possible. This community service, which has been done in two Pre-schools,
Viadolorosa and Kamboja, aimed to increase the behavior of students in preventing communicable
diseases through intervention addressing predisposing, enabling and reinforcing factors. Intervention
in predisposing factors was conducted through health education related to types of communicable
diseases, prevention of communicable diseases and procedure of washing hands. Methods
implemented were lecture, demonstration and singing and the media used included laptop, projector
and visual teaching aid. Intervention in enabling factor was conducted thorough building a water
container in each school as well as providing a package of health promotion kit. For reinforcing
factor, intervention involved teachers, parents, and the head village as role models providing an
example for students in practicing health behavior and as supervisors to help assess the impact of this
project. As such, this integrated approach is expected to improve students‟ behavior in preventing
communicable diseases earlier.

Keywords : Communicable diseases, Pre-schools, predisposing, enabling, reinforcing facto

PENDAHULUAN Masalah penyakit menular tersebut di


atas juga dialami oleh anak anak sekolah
Penyakit menular masih merupakan
PAUD Viadolorosa dan PAUD Kamboja.
ancaman serius untuk kesehatan anak usia dini
Jumlah siswa di kedua sekolah berkisar antara
di Nusa Tenggara Timur. Hal ini disebabkan
15-30 orang setiap tahun ajaran dan hampir
karena, NTT adalah salah satu propinsi di
sebagian besar dari siswa di dua sekolah
Indonesia dengan kasus penyakit menular
tersebut pernah tidak masuk sekolah selama
tertinggi seperti ISPA, pneumonia, hepatitis,
beberapa hari atau minggu karena menderita
diare tinggi dan malaria serta menyerang
penyakit penyakit tersebut dengan gejala
paling tinggi pada kelompok usia dini
utama sakit perut, pilek, demam dan batuk.
termasuk balita (Kemenkes RI 2013). Khusus
Kota Kupang, penyakit penyakit infeksi Selain itu, masih berkaitan dengan
tersebut juga masih mendominasi selama 2 perilaku, para siswa memiliki personal
(dua) tahun terakhir (Profil Kesehatan Kota hygiene yang kurang baik. Contohnya adalah
Kupang 2015). kuku yang panjang dan kotor . Kuku yang

Upaya Integrasi Pencegahan… 151


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
panjang dan kotor ini dapat menjadi media juga terpaksa meminjam WC warga terdekat
penularan penyakit. Hal ini perlu mendapat untuk digunakan. Hal yang hampir sama juga
perhatian guru dan orang tua sehingga hal-hal terjadi di sekolah PAUD Kamboja yang sudah
sederhana seperti kebersihan kuku. beroperasi selama hampir 2(dua) tahun.
Sekolah ini juga menghadapi permasalahan
akan akses air bersih kurang memadai.
Perilaku berisiko lainnya adalah kebiasaan Kegiatan belajar mengajar dilakukan di salah
siswa untuk membeli jajanan yang kurang satu ruangan di kantor desa sehingga para
sehat seperti „salome‟ (basko yang ditusuk di penggunaan air masih tergantung pada
lidi) dan makanan atau snack yang dibeli di ketersediaan air yang ada di kantor desa.
kios terdekat yang kandungan karbohidratnya Namun demikian, drum fiber dengan volume
tinggi. Makanan yang kurang sehat akan 2500 liter yang tersedia di desa jarang diisi air
menyebabkan infeksi dan mempengaruhi daya sehingga kadang-kadang ada di antara para
tahan tubuh. siswa yang terpaksa harus menahan diri untuk
buang air kecil atau buang air besar.
Faktor kedua berkaitan dengan
Kurangnya persediaan air bersih ini di kedua
fasilitas kedua sekolah yang kurang
sekolah ini menyebabkan perilaku sederhana
berwawasan kesehatan untuk mendukung
untuk mencegah penyakit menular seperti
terbentuknya karakter siswa untuk berperilaku
mencuci tangan tidak bisa dijalankan dengan
sehat terutama dalam hal pencegahan
baik. Hal ini dapat menjadikan komunitas
penyakit menular. Di sekolah PAUD
sekolah rentan terhadap berbagai masalah
Viadolorosa yang berusia hampir lima tahun,
kesehatan akibat perilaku mencuci tangan
akses akan air bersih kurang memadai.
yang kurang memdai seperti mudah terkena
Sekolah tidak mempunyai bak penampungan
pilek, diare, keracunan makanan, hepatitis A,
air bersih sehingga para guru yang berjumlah 2
terinfeksi bakteri E. Coli, penyakit cairan
(dua) orang dan semuanya perempuan harus
tubuh dan impetigo (Kemenkes RI, 2017).
mengambil air dari sumur masyarakat terdekat
Selain in keterbatasan air bersih juga
untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih.
menyebabkan lingkungan sekolah yang
Halaman sekolah terlihat gersang karena tidak
gersang dan berdebu serta kurang tertata
ada tanaman di halaman sekolah dan berdebu.
dengan baik.
Biasanya para guru yang semuanya adalah
wanita mengambil air dari sumur tetangga Faktor ketiga berkaitan orang tua dan
terdekat untuk menyiapkan kebutuhan air guru. Perilaku sehat anak ditumbuhkan mulai
bersih di sekolah namun seringkali air yang dari keluarga. Kurangnya pendidikan
tersedia di ember penampung tidak cukup kesehatan pada anak cenderung akan
untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih berpengaruh pada perilaku anak ketika ia
sehingga para siswa dan guru kadang kadang berada di luar rumah Selain orang tua, guru di

Upaya Integrasi Pencegahan… 152


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
sekolah juga berperan penting apalagi di siswa dalam pencegahan penyakit menular
sekolah PAUD yang sangat berperan penting dipengaruhi oleh predisposing factor
dalam pembinaan karakter siswa sejak dini. (pengetahuan siswa), enabling factor
Penyuluhan tentang kesehatan jarang (lingkungan fisik sekolah dan keterbatasan
dilakukan karena belum terintegrasi secara dana) serta reinforcing factor (peran orang tua
baik dalam materi pelajaran. Materi pelajaran siswa dan guru). Ketiga faktor yang
hanya terbatas pada pengenalan huruf, angka, merupakan faktor perilaku yang dikemukakan
hewan dll sehingga kurang memberikan oleh Lawrence Green (Notoatmodjo 2010),
perhatian pada perilaku sehat siswa yang menjadi acuan bagi dosen Fakultas
terkhususnya yang berkaitan dengan Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa
pencegahan penyakit menular. Para guru yang Cendana untuk melakukan upaya penerapan
pada umumnya berpendidikan non kesehatan ipteks kesehatan masyarakat khususnya
juga mempengaruhi promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat dan komunikasi
sekolah yang kurang berjalan dengan baik. kesehatan melalui upaya integrasi pencegahan
penyakit menular yang melibatkan baik siswa,
Faktor keempat berkaitan dengan
orang tua dan pihak sekolah dan masyarakat
terbatasnya dana operasional sekolah. Dana
dalam mengatasi predisposing factor, enabling
operasional sekolah masih bergantung pada
factor dan reinforcing factor.
dana desa, donatur dan uang sekolah siswa.
Namun demikian, kadang-kadang banyak juga MASALAH DAN TARGET LUARAN
orang tua siswa yang terlambat membayar
Berdasarkan analisis situasi tersebut
uang sekolah. Keterbatasan dana ini sangat
masalah yang di hadapi mitra berkaitan
berdampak pada ketidak mampuan sekolah
dengan predisposing factor, enabling factor
untuk membangun bak penampungan air
dan reinforcing faktor. Setelah melakukan
bersih meskipun ada beberapa orang tua siswa
diskusi dengan mitra dan observasi lapangan,
dan anggota masyarakat sekitar yang
maka permasalahan mitra yang perlu diatasi
mempunyai keterampilan dalam hal bangunan.
adalah:
Keterbatasan dana juga berdampak pada tidak
tersedianya material kesehatan sederhana yang 1. Pengetahuan siswa yang kurang memadai
merupakan bagian promosi kesehatan sekolah tentang perilaku sederhana pencegahan
seperti perlengkapan mencuci tangan dan penyakit menular. Kurangnya
gunting kuku yang dapat digunakan untuk pengetahuan dapat menyebabkan
peningkatan promosi kesehatan pada tatanan penularan penyakit antar siswa maupun
sekolah. guru menjadi lebuh mudah.
2. Pengetahuan orang tua yang kurang
Berdasarkan analisis situasi tersebut di
memadai tentang pencegahan penyakit
atas, menunjukkan bahwa faktor perilaku
menular pada anak. Kurangnya

Upaya Integrasi Pencegahan… 153


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
pengetahuan orang tua dapat sebagai bentuk dukungan terhadap
mempengaruhi pendidikan anak terutama pemeliharaan sarana dan prasarana promosi
dalam hal perilaku pencegahan penyakit kesehatan yang diberikan.
menular dan mempengaruhi personal
hygiene siswa. METODE PELAKSANAAN
3. Perlengkapan sederhana untuk promosi Metode pelaksanaan kegiata
kesehatan sekolah yang kurang memadai pengabdian ini meliputi 3 (tiga) tahap yaitu
seperti gunting kuku dan perlengkapan tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
mencuci tangan. monitoring & evaluasi. Pada tahap persiapan,
4. Tidak tersedianya bak penampungan air hal yang dilakukan oleh tim adalah
bersih sehingga akses air bersih kurang pengenalahan kebutuhan di kedua sekolah
memadai. Hal ini patut disayangkan melalui diskusi dengan guru sekolah dan
karena meskipun sumber daya tersedia observasi lingkungan sekolah. Tim juga
tersedia tapi manusia dana operasional mempersiapkan alat dan bahan yang
terbatas. Kurangnya akses air bersih digunakan untuk kegiatan promosi kesehatan
mempengaruhi perilaku pencegahan dan pembuatan bak penampungan air. Guru
penyait menular seperti mencuci tangan membantu dalam mempersiapkan ruangan dan
dan keterbatasan dalam menata mengundang orang tua termasuk dalam
lingkungan sekolah yang lebih asri dan persiapan tenaga (masyarakat setempat) untuk
sejuk. membangun bak penampungan air.
Luaran yang diharapkan adalah 1. Pelaksanaan kegiatan pengabdian bertujuan
Peningkatan pengetahuan siswa tentang jenis untuk melakukan intervensi pada faktor-faktor
penyakit menular yang rentan pada anak, yang mempengaruhi perilaku sesuai dengan
tindakan untuk pencegahan serta praktek teori Lawrence Green.
mencuci tangan. 2. Ketersedianan sarana 1. Intervensi untuk faktor predisposisi yaitu
penunjang promosi kesehatan di sekolah yaitu berkaitan dengan pendidikan kesehatan
ketersedian bak penampungan air dan tentang jenis-jenis penyakit menular pada
beberapa perlengkapan sekolah seperti anak, cara sederhana untuk pencegahan
perlengkapan P3K, timbangan berat badan, penyakit menular dan tujuh langkah mencuci
pengukuran tinggi badan dan perlengkapan tangan. Penyuluhan ini dilakukan oleh tim
mencuci tangan di kedua sekolah. 3. pada bulan Agustus dan pada bulan September
Keterlibatan orang tua, guru dan masyarakat Metode yang digunakan adalah metode
setempat. Pemeliharaan perilaku sehat siswa ceramah, demonstrasi dan bernyanyi dengan
sangat membutuhkan partisipasi dari orang menggunakan media power point, LCD dan
tua dan guru. Oleh karena itu kehadiran orang alat peraga.
tua dalam kegiatan edukasi sangat 2. Intervensi untuk faktor pemungkin
diharapkan. Kerjasama juga diperlukan berkaitan dengan penyediaan sarana

Upaya Integrasi Pencegahan… 154


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
pendukung seperti bak penampungan air dan mempunyai pengetahuan tentang risiko
beberapa perlengkapan mencuci tangan yaitu terkena diare jika tidak mencuci tangan.
sabun cair, wadah penampungan air dan Untuk meningkatkan pengetahuan
serbet. siswa, tim melakukan penyuluhan denga
3. Intervensi untuk faktor penguat berkaitan materi jenis jenis penyakit menular pada anak,
dengan keterlibatan guru dan orang tua dalam perilaku pencegahan penyakit menular dan
kegiatan edukasi. Hal ini dilakukan agar guru praktek mencuci tangan (gambar 1, 2, dan 3).
dan orang tua dapat memantau perilaku siswa Penyuluhan di PAUD Viadolorosa diikuti oleh
ketika berada di sekolah maupun di rumah. 13 orang siswa dan Peyuluhan di PAUD
Pada tahap akhir, tim melakukan Kamboja diikuti oleh 18 orang siswa. Materi
monitoring (2 kali ) dan evaluasi. Untuk materi yang diberikan berupa jenis penyakit
mengetahui keberhasilan pelaksanaan menular pada anak seperti diare, ISPA dan
kegiatan, tim melakukan pre test dan post test TBC, tindakan senderhana untuk mencegah
untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa penyakit menular seperti memotong kuku,
sebelum dan sesudah melakukan penyuluhan. perilaku saat batuk, perilaku BAB di jamban
Penyuluhan juga melakukan observasi tentang dan perilaku mencuci tangan. Khusus perilaku
kemampuan siswa/I dalam mempraktekkan mencuci tangan, tim melakukan demonstrasi
langkah-langkah mencuci tangan. Tim juga dan didukung dengan bernyayi lagu “Gerak
melalukan observasi pada penyediaan fasilitas Cuci Tangan 7 Langkah”.
penunjang di sekolah seperti bak Pada awal penyuluhan, tim melakukan
penampungan air dan juga perlengkapan pretest dengan menanyakan kepada siswa
mencuci tangan serta kehadiran guru dan tentang cara mempraktekkan cara mencuci
orangtua pada pelaksanan kegiatan tangan. Namun demikian, belum ada yang
penyuluhan. Selanjutnya, hasil evaluasi ini bisa mempraktikan cara mencuci tangan
dianalisis secara deskriptif untuk dengan benar. Setelah dilakukan penyuluhan,
membandingkan hasil pre test dan post test hanya 2 orang di PAUD Viadolorosa (15%)
dan memberikan gambaran tentang fasilitas dan 2 orang di PAUD Kamboja (11%) yang
penunjang yang diberikan kepada sekolah mau mempraktekan cara 7 langkah mencuci
termasuk partisipasi orang tua dan guru. tangan (WHO 2009 dalam Mustikawati, 2017)
dengan dituntun oleh tim. Tim juga
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan metode bernyanyi untuk
1. Intervensi pada faktor predisposisi. mengingatkan sasaran tentang langkah-
Green (Notoadmodjo) 2010 langkah mencuci tangan dengan menggunakan
menjelaskan bahwa faktor predisposisi adalah lagu “Gerak Cuci Tangan 7 Langkah”. Siswa
faktor yang mempermudah terjadinya perilaku menyanyikan lagu dengan semangat dan ceria.
seseorang. Misalnya, anak selalu mencuci Hasil penelitian Timoneno dkk (2019)
tangan setelah bermain karena anak tersebut mengemukakan bahwa metode bernyanyi

Upaya Integrasi Pencegahan… 155


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
efektif dalam meningkatkan tingkat kesehatan di sekolah sangat efektif dalam
pengetahuan siswa tentang menyikat gigi. membentuk perilaku sehat generasi bangsa
Hasil wawancara dengan guru PAUD, lagu ini karena sekolah merupakan komunitas yang
telah menjadi salah satu lagu yang wajib telah terorganisasi, sehingga mudah dijangkau
dinyanyikan oleh siswa dalam proses dalam pelaksanaan usaha kesehatan
pembelajaran terutama yang berkaitan dengan masyarakat serta anak sekolah merupakan
tema kesehatan. kelompok yang sangat peka untuk menerima
perubahan atau pembaharuan sehingga mudah
dibimbing, diarahkan dan dan ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik termasuk
dalam mencegah penularan penyaki menular
(Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian Sulastri dkk (2014)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
Gambar. Penyuluhan di Paud Viadolorosa signifikan antara tingkat pengetahuan siswa
dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Dengan demikian, perilaku hidup bersih perlu
dibina sejak dini baik oleh orang tua maupun
oleh guru.
2. Intervensi pada faktor penunjang atau
pemungkin
Green (Notoatmodjo, 2010)
mengemukakan bahwa faktor pemungkin
adalah faktor yang memungkinkan atau yang

Gambar 2. Penyuluhan di Paud Kamboja memfasilitasi perilaku dan tindakan. Misalnya,


seseorang anak dapat mencuci tangan jika
didukung oleh ketersediaan air bersih.
Untuk mendukung perilaku sehat dan
lingkungan sekolah yang sehat, tim
bekerjasama dengan guru dan masyarakat
setempat bersepakat untuk membangun bak
penampungan air (Gambar 4 & 5). Tim

Gambar 3. Praktek mencuci tangan menyediakan bahan material, sementara pihak

Pendidikan di sekolah merupakan sekolah, orang tua, pihak desa dan masyarakat

investasi (human insvetment bagi setempat bertanggungjawab dalam desain,

pembangunan kesehatan). Pendidikan pembangunan dan pemeliharaan bak


penampungan air. Bak yang dibangun di Paud

Upaya Integrasi Pencegahan… 156


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
Viadorosa berukuran Panjang 175 cm, Lebar
175 cm, dan kedalaman 190 cm. Bak dibangun
di bawah permukaan tanah karena terbatasnya
halaman sekolah. Sedangkan bak yang
dibangun di Paud Kamboja berukuran Panjang
175 cm, Lebar 175 cm dan Tinggi 190 cm.

Gambar 6. Halaman sekolah PAUD


Viadolorosa
Sebelum tersedia bak penampungan air

Gambar 4.Bak penampungan air


di Paud Viadolorosa

Gambar 7. Halaman sekolah PAUD


Viadolorosa
Setelah tersedia bak penampungan air.

Ketersediaan air juga mendukung


Gambar 5.Bak Penampungan air di
Paud Kamboja mahasiswa peserta KKN dan masyarakat
untuk menata lingkungan Paud Kamboja yang
Ketersediaan bak penampungan air di
terletak di samping kantor desa Oemasi
kedua sekolah juga memberikan dampak pada
lingkungan sekolah yang lebih sehat.
Sebelumnya halaman sekolah kelihatan
gersang dan tandus, namun dengan adanya bak
penampungan air, pihak sekolah telah menata
halaman sekolah dengan menanam beberapa
tanaman pohon dan bungan sehingga
lingkungan sekolah tampak lebih sehat
.
(Gambar 6-9).

Upaya Integrasi Pencegahan… 157


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
Gambar 8. Penataan lingkungan di Paud Untuk menguatkan perilaku siswa
Kamboja
berkaitan dengan pencegahan penyakit
menular, kegiatan ini juga melibatkan para
orang tua dan para guru dan kepala desa
(Gambar 10-13). Pada saat pelaksanaan
kegiatan, 100 % guru di kedua sekolah hadir
dengan rincian, 3 orang guru di sekolah PAUD
Viadolorosa dan 2 orang guru di sekolah
PAUD Kamboja. Jumlah orang tua yang hadir
adalah 8 orang di PAUD Viadolorosa dan 13
Gambar 9. Penataan lingkungan di Paud Orang di Paud Kamboja. Khusus di Paud
Kamboja
Kamboja juga di hadiri oleh Kepala Desa.
Salah satu promosi kesehatan di sekolah Kehadiran orang tua, guru dan orang tua
adalah melalui upaya menciptakan lingkungan diharapkan dapat menjadi contoh bagi para
yang sehat untuk mendukung pembentukan siswa dalam berperilaku sehat. Sulastri dkk
perilaku sehat termasuk melalui penyediaan air (2014) mengemukkan pentingnya
bersih (Notoatmodjo, 2010). pembentukan karakter anak dalam berperilaku
Purwandari dkk (2015) hidup sehat dan sehat membutuhkan peran
mengemukakan bahwa ada hubungan yang orang tua dan guru untuk membina perilaku
signifikan antara perilaku mencuci tangan anak sejak dini termasuk sejak usia sekolah.
dengan insiden diare pada anak. Mafazah Untuk meningkatkan peran orang tua
(2013) juga mengemukakan bahwa dan guru, pelaksanaan kegiatan di kedua
ketersediaan sarana air bersih mempunyai sekolah juga mengikutsertakan orang tua dan
hubungan yang signifikan dengan kejadian guru sehingga dapat meningkatkan
diare (p=0,001). Dengan demikian pengetahuan orang tua dan guru tentang
ketersediaan air bersih di kedua sekolah dapat pencegahan penyakit menular pada anak.
mendukung perilaku mencuci tangan siswa Pengetahuan merupakan salah satu domain
sehingga mencegah kejadian diare. perilaku yang penting bagi orang tua dan guru
dalam membina perilaku anak. Hasil
3. Intervensi pada faktor penguat
penelitian Worang, dkk (2014), menunjukkan
Green (Notoatmodjo, 2010)
bahwa ada hubungan antara tingkat
mengemukakan bahwa perilaku tokoh yang
pengetahuan orang tua dengan kebersihan gigi
dihormati dapat menguatkan perilaku
dan mulut pada anak usia dini. Dengan
seseorang. Misalnya, perilaku orang tua atau
demikian, orang tua perlu dibekali dengan
guru dalam memelihara personal hygiene
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
dapat menjadi faktor penguat bagi anak untuk
sehat.
menjaga personal hygiene mereka.

Upaya Integrasi Pencegahan… 158


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593
Gambar 13. Guru dan Siswa di PAUD
Kamboja

SIMPULAN DAN SARAN


Kegiatan pengabdian pada masyarakat
yang dilakukan di sekolah PAUD Viadolorosa
Gambar 10. Orang tua di Paud Kamboja dan PAUD Kamboja bertujuan untuk
meningkatkan perilaku siswa berkaitan dengan
pencegahan penyakit menular melalui
intervensi pada faktor predisposisi, faktor
pendukung/pemungkin dan faktor penguat.
Intervensi pada faktor predisposisi yang
dilakukan adalah melakulan pada siswa
tentang jenis jenis penyakit meular pada anak,
perilaku pencegahan penyakit menular dan
langkah-langkah mencuci tangan. Intervensi
pada faktor penunjang yaitu melalui
Gambar 11. Orang Tua di Paud Kamboja
pembangunan bak penampungan air pada
kedua sekolah. Selanjutnya, berkaitan dengan
faktor penguat, kegiatan ini juga melibatkan
orang tua, guru, dan kepala desa agar dapat
mendukung perilaku sehat siswa terkhususnya
berkaitan dengan pencegahan penyakit
menular. Diharapkan agar kegiatan edukasi
tentang pencegahan penyakit menular dapat
Gambar 12. Orang Tua dan Guru di Paud menjadi kegiatan rutin di sekolah dan bagi
Viadolorosa
para orang tua dapat memantau perilaku sehat
anak di rumah. Pihak desa juga dapat
membantu dana operasional sekolah terutama
dalam menunjang perilaku hidup bersih dan
sehat serta penataan lingkungan sekolah yang
sehat.

Upaya Integrasi Pencegahan… 159


GEMASSIKA VoL. 3 No.2 Nopember 2019
ISSN: 2598-7593

REFERENSI

Dinas Kesehatan Kota Kupang 2015, Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2015, Kupang-NTT

Kementrian Kesehatan RI 2013, Hasil Riskesda 2013, Kemenkes RI, Jakarta

Kementrian Kesehatan RI 2017, 7 Masalah Kesehatan Akibat Malas Mencuci Tangan, Direktorat
Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI, Jakarta.

Mafazah, L, „ Ketersediaan Sanitasi Dasar 2013 , Personal Hygiene Ibu dan Kejadian Diare‟, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, vol. 8, no. 2, hal. 176-182

Mustikawat, IS 2017, „ Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi Kualitatif Pada Ibu-Ibu di Kampung
Nelayan Muara Angke Jakarta Utara; Studi Kualitatif, ARKESMAS, vol. 2, no.1, hal. 115-125

Dinas Kesehatan Kota Kupang 2015, Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun 2015, Kupang-
NTT
Kementrian Kesehatan RI 2013, Hasil Riskesda 2013, Kemenkes RI, Jakarta
Kementrian Kesehatan RI 2017, 7 Masalah Kesehatan Akibat Malas Mencuci Tangan,
Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI, Jakarta.
Mafazah, L, „ Ketersediaan Sanitasi Dasar 2013 , Personal Hygiene Ibu dan Kejadian Diare‟,
Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 8, no. 2, hal. 176-182
Mustikawat, IS 2017, „ Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi Kualitatif Pada Ibu-Ibu di
Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara; Studi Kualitatif, ARKESMAS, vol. 2,
no.1, hal. 115-125
Notoatmojo, S 2010, Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Purwandari, R, Ardiana, A & Wantiyah 2015, „Hubungan antara Perilaku Mencuci Tangan
dengan insiden diare pada anak usia sekolah di Kabupaten Jember‟, Jurnal
Keperawatan, vol.4, no.2, hal.122-130.

Sulastri, K, Purna, IN & Suyasa, ING 2014, „Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Perilaku anak sekolah tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar
Negeri Wilayah Puskesmas Selemadeg Timur II‟, Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol.4,
no.1, hal. 99-106

Timuneno, AJJ, Takaeb, AEL, & Ndun, HJN 2019, „Efektivitas Penggunaan Metode
Bernyanyi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa/I Sekolah Dasar Kelas IV
Tentang Cara Menyikat Gigi Yang Baik dan Benar‟, CHMK Health Journal, vol.3,
No.2, hal.51-55

Warong, TS, Pangemanan, DHC & Wicaksono, DA 2014, „Hubungan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua dengan kebersihan gigi dan mulut di TK Tunas Bhakti Manado‟, Jurnal e-
Gigi, vol.2, no.2, hal.1-4

Upaya Integrasi Pencegahan… 160

You might also like