You are on page 1of 4

Pelajaran dari Kisah Juraij dan Bayi yang Bisa Berbicara

21 November 2013

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.

Kisah ini dikenal dengan kisah Juraij. Di dalamnya dikisahkan anak yang tidak mau
mendengar panggilan orang tua padahal ia sedang shalat sunnah. Dan disebutkan mengenai
bayi yang bisa berbicara saat dalam momongan.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫صا ِحب‬ َ ‫ي هللاِ! َو َما‬ َّ ِ‫ يَا نَب‬:‫ْج” قِ ْي َل‬


ٍ ‫ُري‬
ِ ‫صا ِحبُ ج‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه [ َو َسلَّ َم] َو‬ ِ َّ‫َما تَ َكلَّ َم َموْ لُوْ ٌد ِمنَ الن‬
َ ‫اس فِي َم ْه ٍد ِإالَّ ِع ْي َسى بْنُ َمرْ يَ َم‬
‫َت اِ ْم َرَأةٌ ِم ْن‬
ْ ‫ َو َكان‬،‫صوْ َم َعتِ ِه‬َ ‫ َو َكانَ َرا ِع ُي بَقَ ٍر يَْأ ِوي ِإلَى َأ ْسفَ ِل‬،ُ‫صوْ َم َع ٍة لَه‬
َ ‫ “فَِإ َّن ج َُر ْيجًا َكانَ َر ُجالً َرا ِهبا ً فِي‬:‫ْج؟ قَا َل‬ ٍ ‫ُج َري‬
‫صالَتِي؟‬ َ ‫صلِّي – ُأ ِّمي َو‬َ ُ‫ال فِي نَ ْف ِس ِه – َوه َُو ي‬
َ َ‫ فَق‬،‫صلِّى‬ ّ ُ‫ يَا ُج َر ْيجُ! َوهُ َو ي‬:‫ت‬ ْ َ‫َت ُأ ُّمهُ يَوْ ًٍما فَقَال‬
ْ ‫ فََأت‬،‫َأ ْه ِل ْالقَرْ يَ ِة ت َْختَلِفُ ِإلَى الرَّا ِعي‬
ْ ‫ص َر‬
َ‫خَت بِ ِه الثَالِثَة‬ َ ‫صالَتِي؟ فَ َرَأى َأ ْن يُْؤ ثِ َر‬
َ ‫ ثُ َّم‬.ُ‫صالَتَه‬ َ ‫ ُأ ِّمي َو‬:‫ فَقَا َل فِي نَ ْف ِس ِه‬،َ‫ت بِ ِه الثَّانِيَة‬ َ ‫فَ َرَأى َأ ْن يُْؤ ثِ َر‬
َ ‫ ثُ َّم‬،ُ‫صالَتَه‬
ْ ‫ص َر َخ‬
‫ ثُ َّم‬.‫ت‬ِ ‫ى تَ ْنظُ َر فِي َوجْ ِه ال ُموْ ِم َسا‬ َ َ‫ الَ َأ َمات‬:‫ت‬
َّ ‫ك هللاُ يَا ُج َر ْيجُ! َحت‬ ْ َ‫ فَلَ َّما لَ ْم يُ ِج ْبهَا قَال‬.ُ‫صالَتَه‬َ ‫صالَتِي؟ فَ َرَأى َأ ْن يُْؤ ثِ َر‬ َ ‫ ُأ ِّمي َو‬:‫فَقَا َل‬
ْ َ‫صا ِحبُ الصَّوْ َم َع ِة؟ قَال‬
َ َ‫ ق‬.‫ نَ َع ْم‬:‫ت‬
‫ اِ ْه َد ُموا‬:‫ال‬ َ ‫ َأ‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬.‫ْج‬
ٍ ‫ ِم ْن ج َُري‬:‫ت‬ ْ َ‫ ِم َّم ْن؟ قَال‬:‫ فَقَا َل‬.‫َت‬ ْ ‫ك ْال َمرْ َأ ِة َولَد‬ ُ ِ‫ت فَُأتِ َي ْال َمل‬
َ ‫ك بِتِ ْل‬ ْ َ‫ص َرف‬
َ ‫ا ْن‬
َ َ‫ فَ َج َعلُوْ ا يَ َدهُ ِإلَى ُعنُقِ ِه بِ َح ْب ٍل؛ ثُ َّم ا ْنطَل‬.‫ت‬
‫ فَ َم َّر بِ ِه َعلَى‬،‫ق بِ ِه‬ ْ ‫ى َوقَ َع‬ ِ ْ‫صوْ َم َعتَهُ بِ ْالفُُئو‬
َّ ‫ َحت‬،‫س‬ َ َ‫ ف‬،‫صوْ َم َعتَهُ َوْأتُوْ نِي بِ ِه‬
َ ‫ض َربُوْ ا‬ َ
.َ‫ ت َْز ُع ُم َأ َّن َولَ َدهَا ِم ْنك‬:‫ َما ت َْز ُع ُم؟ قَا َل‬:‫ال‬ َ َ‫ َما ت َْز ُع ُم هَ ِذ ِه؟ ق‬:ُ‫ فَقَا َل ْال َملِك‬.‫اس‬
ِ َّ‫ َوه َُّن يَ ْنظُرْ نَ ِإلَ ْي ِه فِي الن‬،‫ فَ َرآه َُّن فَتَبَ َّس َم‬،‫ت‬ ِ ‫ْال ُموْ ِم َسا‬
.‫اعي ْالبَقَ ِر‬ِ ‫ َر‬:‫ال‬ َ َ‫ َم ْن َأبُوْ كَ ؟ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬.‫ فََأ ْقبَ َل َعلَ ْي ِه‬،‫ هَ َذا فِي حُجْ ِرهَا‬:‫ص ِغ ْيرُ؟ قَالُوْ ا‬َّ ‫ َأ ْينَ هَ َذا ال‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫ نَ َع ْم‬:‫ت‬ ِ ‫ َأ ْن‬:‫قَا َل‬
ْ َ‫ت ت َْز َع ِم ْينَ ؟ قَال‬
‫ فَ َما‬:‫ال‬ ْ ‫ َر ُّدوْ هَا َك َما َكان‬:‫ فَ َما نَجْ َعلُهَا؟ قَا َل‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬.‫َت‬ َ َ‫ ق‬.َ‫ ال‬:‫ض ٍة؟ قَا َل‬ َّ ِ‫ ِم ْن ف‬:‫ قَا َل‬.َ‫ ال‬:‫ب؟ قَا َل‬ ٍ َ‫ك ِم ْن َذه‬ َ ‫ َأنَجْ َع ُل‬:ُ‫قَا َل ْال َملِك‬
َ َ‫صوْ َم َعت‬
‫ ثُ َّم َأ ْخبَ َرهُ ْم‬،‫ َأ ْد َر َك ْتنِى َد ْع َوةُ ُأ ِّمي‬،ُ‫ َأ ْمراً َع َر ْفتُه‬:‫الَّ ِذي تَبَ َّس ْمتَ ؟ قَا َل‬

“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di
masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau lalu
bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya
(yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang
menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari
suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).

(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang
melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku
harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan
shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya.  Juraij kembali bertanya di
dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya
memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?”
Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan,
ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu
dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.

Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah
melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan
dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij”, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi,
“Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja
berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.” Orang-orang lalu
menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan
tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan
Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para
pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.

Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya, “Siapa yang
engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil
hubungan denganmu.” Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar”,
jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab,
“(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa
ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi.”

Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan
bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang
raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya
sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.” Raja lalu bertanya, “Mengapa
engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku
ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun
memberitahukan hal itu kepada mereka.”

(Disebutkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod) [Dikeluarkan pula oleh Bukhari: 60-Kitab
Al Anbiyaa, 48-Bab ”Wadzkur fil kitabi Maryam”. Muslim: 45-Kitab Al Birr wash Shilah
wal Adab, hal. 7-8]
Pelajaran dari Kisah Juraij

1- Hadits ini menunjukkan keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah. Seandainya
Juraij seorang alim (yang berilmu), maka tentu ia akan lebih memilih untuk menjawab
panggilan ibunya dibanding melanjutkan shalat.

2- Seorang anak harus berhati-hati dengan kemarahan orang tuanya. Karena jika ia sampai
membuat orang tua marah dan orang tua mendoakan jelek, maka itu adalah do’a yang mudah
diijabahi. Ia tahu akan hal itu, sehingga membuatnya tersenyum.

3- Bukti do’a jelek dari ibu terkabul karena Juraij akhirnya dipertontonkan di hadapan wanita
pelacur sebagaimana do’a ibunya.

4- Berbakti pada orang tua adalah akhlak mulia, lebih-lebih bakti pada ibu.

5- Juraij menunjukkan sikap yang benar ketika menghadapi masalah yaitu harus yakin akan
pertolongan Allah.

6- Zuhudnya Juraij karena hanya meminta tempat ibadahnya dibangun seperti sedia kala. Ia
tidak minta diganti dengan emas atau perak.

7- Ketika musibah menimpa, barulah orang ingat akan dosa, ada juga yang mengingat akan
do’a jelek yang menimpa dirinya seperti dalam kisah Juraij ini.

8- Bakti pada orang tua adalah wajib, termasuk di antaranya adalah memenuhi panggilannya.
Sedangkan shalat sunnah hukumnya sunnah, artinya berada di bawah bakti pada ortu.

9- Do’a ibu Juraij tidak berlebihan yaitu tidak sampai mendoakan Juraij terjerumus dalam
perbuatan keji (zina). Ia hanya do’akan agar Juraij dipertontonkan di hadapan para pelacur,
tidak lebih dari itu.

10- Tawakkal dan keyakinan yang tinggi pada Allah akan membuat seseorang keluar dari
musibah.

11- Jika ada dua perkara yang sama-sama penting, maka dahulukan perkara yang paling
penting. Seperti ketika bertabrakan antara memenuhi panggilan ibu ataukah shalat sunnah,
maka jawabnya, memenuhi panggilan ibu.
12- Allah selalu memberikan jalan keluar (jalan kemudahan) bagi para wali-Nya dalam
kesulitan mereka.

13- Hadits ini menunjukkan adanya karomah wali, berbeda halnya dengan Mu’tazilah yang
menolak adanya karomah tersebut.

Hanya Allah yang memberi taufik pada ilmu dan amal.

Referensi:

Syarh Shahih Al Adabil Mufrod lil Imam Al Bukhari, Husain bin ’Uwaidah Al ’Uwaisyah,
terbitan Maktabah Al Islamiyah, cetakan kedua, tahun 1425 H.

Rosysyul Barod Syarh Al Adabil Mufrod, Dr. Muhammad Luqman As Salafi, terbitan Darud
Daa’i, cetakan pertama, tahun 1426 H.

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/19048-pelajaran-dari-kisah-juraij-dan-bayi-yang-


bisa-berbicara.html

You might also like