You are on page 1of 11

WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No.

2, Desember 2020, 285-295

MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN


PASIEN SKIZOFRENIA

Mayang Riyantie1* dan Rezzi Nanda Barizki2


1,2
Institut Bisnis dan Informatika (IBI) Kosgoro 1957, Jakarta.
*
namanya.mayang@gmail.com

Abstract
The research objective was to determine the effectiveness of interpersonal communication between senior and
junior nurses in the planning of therapeutic communication management for patient healing at the Islamic
Mental Hospital, Klender Jakarta. The research method uses descriptive qualitative in the phenomenological
tradition. Therefore, a dramaturgical element is used, regarding the symbolic world of senior and junior
nurses on the front stage and the back stage. From the research, it was found that there was a communication
disorder due to rivalry between junior and senior nurses. In fact, communicators are required not only
theoretical and practical capabilities, but also the experience of the therapist. The dominant experience in this
aspect of message management demands effective coordination. This is due to the diverse psychological
spectrum of patients as communicants. In the back stage, nurses as communicators are demanded to be
competent in making communication management planning. On the front stage, the effectiveness of
coordination and construction of generating meaning in the minds of the communicants is also required. That
is, psychologically, they must be ready, not bring any problems and motives when doing therapeutic
communication, so that they can manage impressions that are patient, painstaking and full of willingness.

Keywords: Communication Effectiveness, Interpersonal, Therapeutic, Nurse

Abstrak
Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi perawat senior dan junior
dalam perencanaan manajemen komunikasi terapeutik penyembuhan pasien di Rumah Sakit Jiwa Islam,
Klender Jakarta. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dalam tradisi fenomenologi. Oleh karena
itu, digunakan unsur dramaturgis, mengenai dunia simbolik perawat senior dan junior di panggung depan dan
panggung belakang. Dari hasil penelitian ditemukan adanya gangguan komunikasi akibat rivalitas perawat
junior dan senior. Padahal, komunikator tidak hanya dituntut kapabilitas teoritis dan praktis saja, tetapi juga
pengalaman terapis. Pengalaman yang sangat dominan pada aspek manajemen pesan ini dituntut koordinasi
yang efektif. Hal ini mengingat demikian beragamnya spektrum psikologis pasien sebagai komunikan. Di
panggung belakang, para perawat sebagai komunikator, dituntut kompetensinya dalam membuat perencanaan
manajamen komunikasi. Di panggung depan, koordinasi dan konstruksi pembangkitan makna di benak
komunikan juga dituntut kefektifannya. Maksudnya, secara psikologis, mereka harus siap, tidak membawa
masalah dan motif apapun pada saat melakukan komunikasi terapeutik, sehingga bisa melakukan pengelolaan
kesan yang sabar, telaten dan penuh kerelaan.

Kata kunci: Efektivitas Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Terapeutik, Perawat

PENDAHULUAN dengan individu yang lain. Karakter masing-


Komunikasi memang bukan panasea, masing menentukan pula pola interaksi. Jika di
tetapi banyak hal yang dapat ditemukan antara keduanya terjalin pemahaman
solusinya dengan komunikasi. Hal ini tentu intersubjektivitas, maka komunikasi akan
tidak terpungkiri. Kehidupan sehari-hari tercapai secara efektif. Sebaliknya, jika ada
banyak diwarnai interaksi sosial. Dalam selisih pemahaman, akan terjadi konflik.
interaksi sosial setiap individu berhadapan Konflik ini tidak saja bias berkembang

Submitted: 20-11-2020, Revision: 02-12-2020, Accepted: 31-12-2020 285


MANAJEMEN
ISSN: 1412-7873 KOMUNIKASI
(cetak), TERAUPETIK
ISSN: 2598-7402 PADAhttp://journal.moestopo.ac.id/index.php/wacana
(online) Website: PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang
Terakreditasi Riyantie danRI
Kemenristekdikti Rezzi Nanda
SK No. Barizki
28/E/KPT/2019
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

antarindividu atau antarpersonal tetapi juga seseorang menjadi pribadi yang intelek,
dengan lingkungan. Di dalamnya juga sangat religious, humanis, tetapi juga bisa radikal,
dimungkinkan konflik dengan diri individu ekstrim, eksplosif, hanya karena efek pesan
sendiri. Pada titik inilah komunikasi untuk yang maknanya sampai pada hati terdalam
menghasilkan mutual understanding sangat seseorang. Demikian pula cukup banyak orang
dibutuhkan. terilhami untuk menghasilkan karya-karya
Menyimak teks komunikasi bukan besar akibat dari pesan yang tertanam secara
panasea memang tidak salah, tetapi jika positif dalam benaknya. Hal ini menandakan
dikatakan bahwa komunikasi merupakan bahwa pesan dalam komunikasi sangat
sekian bagian dari panasea tentu tidak signifikan untuk dibicarakan terkait dengan
berlebihan. Seorang dokter dapat topik panasea.
dimungkinkan memberi sugesti pada pasiennya Pada saat-saat akhir penelitian ini
dan memberi efek positif terhadap dilakukan, Covid-19 masih menjadi pandemi
problematika si pasien. Hal ini tidak saja yang meresahkan. Di berbagai media, banyak
menyangkut sugesti psikologis tetapi juga sekali pesan agar kesehatan mental dijaga, tidak
sampai pada gejala fisik. Demikian banyak stres atau segala macam tekanan yang akan
penyakit yang awalnya ditimbulkan oleh berdampak pada merosotnya imun, yang
kejiwaan yang berlebihan beban yang juga dengan demikian menjadi sangat rentan
berimbas pada kesehatan fisiknya. Banyak terpapar virus yang sudah menyebar luas itu.
sekali motivator, penyuluh, psikolog, bahkan Pesan kesehatan ini selanjutnya berkembang
sampai agamawan, yang pernah pesat juga dengan berbagai konteks serta
mengungkapkan bahwa sugesti positif sangat pengelolaan. Sangat beragam kemasan
berpengaruh pada kesehatan badan sekaligus penyampaian pesan oleh berbagai kalangan,
mental. dari masyarakat awam, praktisi, sampai dokter,
Berbicara kesehatan mental, tentunya akan bahkan pelawak. Semua ada dampaknya,
terkait dengan thinking. Seringkali terdengar sebagian akibat pesan-pesan yang disampaikan
ungkapan seseorang tentang positive thinking itu menimbulkan keyakinan positif pemirsa
atau negative thinking. Jika berpikiran positif atau pendengarnya, sebagian justru menambah
dalam keseharian akan menyiratkan aura positif kecemasan. Dengan demikian, peran
pula pada diri pemiliknya. Sebaliknya, jika komunikator menjadi pertimbangan, telebih
pikiran itu negatif, kecemasan, kecurigaan, lagi dalam menciptakan efek positif terhadap
ketidaknyamanan, akan berpengaruh pada mental komunikan.
performa fisik, yang ujung-ujungnya akan Terlepas dari segala keterbatasan
terkait pula dengan fisik. Jadi kembali lagi pada komunikator dalam menyampaikan atau
persoalan panasea, maka komunikasi memang memroduksi pesan-pesan yang positif atau
bukan panasea, tetapi pengelolaan pesan mencipta efek kondusif, dunia sosial menuntut
komunikasi akan berdampak signifikan adanya penampilan konstruktif. Tujuan dari
terhadap “kesehatan” pikiran seseorang, penampilan konstruktif itu tidak lain adalah
setidaknya berdasarkan deskripsi singkat yang agar intersubjektivitas yang dibangun dapat
telah peneliti sebutkan. menghasilkan mentalitas kearifan sosial. Dapat
Di jaman dulu, mungkin juga masih ada dibayangkan jika semua komunikator dapat
kejadian sampai saat ini, betapa banyak melakukan hal ini maka dunia “panggung
fenomena doa atau mantra untuk depan” kehidupan sosial akan terasa demikian
menyembuhkan penyakit tertentu. Mantra atau menentramkan, mendamaikan dan saling
doa adalah pesan yang menjadi inti dari sebuah menguntungkan.
proses komunikasi. Emosional bias Dalam dunia kesehatan, fenomena
dibangkitkan pula dari “pesan” ini. Betapa “panggung depan” ini tidak terelakkan.
pengelolaan pesan itu dapat mengakibatkan Bagaimana seorang dokter atau perawat

286
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

mampu memberikan keyakinan pada pasien sangat kompleks jika harus diurai lebih detil,
perihal penyakitnya, akan sangat berdampak terlebih lagi jika komunikator harus berhadapan
positif dalam proses penyembuhan. Mungkin, dengan komunikan yang sama sekali tidak
komunikasi jenis demikian sudah berkembang dapat memberikan feedback standar, sebaliknya
menjadi protokol dalam dunia kesehatan atau menuntut perlakuan prima, tentu kompetensi
dunia penyembuhan. Target implementatif komunikator menjadi pertaruhan tercapainya
komunikasi di dalamnya tidak lain adalah efektivitas yang dimaksud.
“kesehatan mental” pasien. Dalam hal ini, dapat Berdasarkan pemaparan latar belakang ini,
dikategorikan bahwa komunikatornya adalah peneliti tertarik dan memutuskan untuk
pihak yang ditugaskan dalam organisasi mengkaji efektivitas komunikasi antarpribadi
kesehatan yang dimaksud, dan komunikannya perawat senior dan junior dalam komunikasi
adalah pasien itu sendiri. Jika dikaitkan terapeutik penyembuhan pasien skizofrenia.
organisasi rumah sakit, maka komunikator Adapun tempat penelitian, penulis pilih di
adalah dokter atau perawat dan komunikannya Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta.
adalah pasien, terkait juga dengan keluarga Dengan demikian, tujuan penelitian adalah
pasien. Dengan demikian, pengetahuan, sikap ingin mengetahui efektivitas komunikasi
dan keahlian sangat dibutuhkan, terlebih lagi antarpribadi perawat senior dan junior di
spektrum penyakit yang diderita pasien “panggung belakang” (back stage) dan
demikian beragam dan dinamika psikologis “panggung depan” (front stage) dalam
yang fluktuatif pula. Penyakit kian hari kian merencanakan manajemen komunikasi
tidak terhitung jumlahnya, apalagi penyakit terapeutik penyembuhan pasien skizofrenia di
mental. Di samping peran psikolog, untuk RS Jiwa Klender Jakarta. Ruang lingkup
kasus yang akut dibutuhkan pengondisian ketat permasalahan dicapai dengan menemukan
dengan pengelolaan pesan yang tepat. Pasien indikator efektivitas komunikasi di “panggung
skizofrenia misalnya, jika pengelolaan pesan belakang”, yang terbatas hanya pada
tidak maksimal, maka pasien akan semakin pengakuan narasumber, sebagai ukuran efektif
sulit tersadarkan, yang berarti pula proses atau tidaknya. Demikian pula tingkat
pemulihan akan bertambah lama. efektivitas komunikasi di “panggung depan”
Menyimak lebih dalam tentang pasien terbatas pada pengakuan narasumber, sebagai
skizofrenia, tentu dibutuhkan kompetensi ukuran efektif atau tidaknya.
pengelolaan komunikasi para perawat yang Adapun kontribusi penelitian tentunya
sehari-hari menjadi “instruktur” pasien. Dokter pada ranah keilmuan di bidang komunikasi
mungkin hanya sesekali berdialog, tetapi antarpribadi dan komunikasi terapeutik.
perawat tentunya terlibat lebih banyak Kontribusi praktisnya adalah dalam
frekuensinya. Dapat diyakini, jika para perawat keprofesian perawat dan penyembuhan pasien,
tidak memiliki kompetensi pengelolaan pesan terutama pasien skizofrenia.
yang baik, maka segala protokol tidak akan Ada dua penelitian sebagai “state of the
efektif. art” yang terkait dengan penelitian ini.
Bagaimanapun, komunikator ada-lah Pertama, penelitian oleh Anggi Annisa Febriati,
individu yang secara personal juga memiliki Universitas Mulawarman yang berjudul
keterbatasan dan kerentanan konflik. Jika sisi “Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Guru
personalitas ini demikian dominan, maka dan Siswa dalam Mencegah Kenakalan Siswa
dampaknya akan signifikan pula dalam di SMA Negeri 1 Kota Bontang. Penelitian ini
manajemen komunikasi di hadapan komunikan. menggunakan pendekatan kualitatif dengan
Dalam persoalan ini, pengendalian ego, jenis penelitian interaktif. Teori utama adalah
komunikasi antara komunikator dengan dirinya komunikasi antarpribadi. Hasil penelitiannya,
sendiri tentu sangat menarik untuk dalam bimbingan konseling di SMA Negeri 1
diperhatikan. Konflik man aganist himself tentu Bontang telah berjalan dengan efektif.

287
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

Beberapa murid yang pada awalnya dua orang, atau di antara sekelompok kecil
mempunyai sifat pemalu, sehingga kurang orang dengan beberapa efek dan beberapa
terbuka kepada guru, kemudian termotivasi umpan balik seketika. Komunikasi antarpribadi
untuk membuka diri dalam proses konseling. dikatakan efektif dalam merubah perilaku
Dilihat dari keempat unsur komunikasi efektif, orang lain, apabila terdapat kesamaan makna
yakni empati, dukungan, sikap positif, dan mengenai suatu pesan yang disampaikan
kesetaraan, secara efektif dapat membuka komunikator yang diterima oleh komunikan.
kesadaran para siswa untuk mengantisipasi diri Dari pernyataan Effendi dapat disimpulkan
untuk tidak terlibat dalam perkara kenakalan. beberapa elemen yang ada dalam komunikasi
Selanjutnya penelitian oleh Tita antarpribadi, yaitu: adanya pesan, adanya
Novitasari, berjudul “Efektivitas Komunikasi orang-orang atau sekelompok kecil, adanya
Antarpribadi Orangtua dan Anak dalam penerimaan pesan, adanya efek dan adanya
Menanamkan Pengetahuan Bahasa umpan balik. Adapun menurut Ellis, (2000: 6),
Daerah (Studi pada Warga Suku Jawa di komunikasi interpersonal adalah komunikasi
Kelurahan Jawa Samarinda). Jenis Penelitian yang terjadi antara dua orang yang bertatap
adalah deskriptif kualitatif. Teori dan konsep muka, misalnya antara perawat dan pasien yang
yang digunakan adalah S-O-R (system menimbulkan respon atau umpan balik.
organism respond), prinsip komunikasi, Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi antarpribadi, komunikasi keluarga, komunikasi yang direncanakan secara sadar,
dan bahasa daerah. Teknik pengambilan bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
partisipan dalam penelitian ini menggunakan kesembuhan pasien. (Ellis: 2000: 6-7) Definisi
teknik purposive. Hasil penelitian lain menyebutkan komunikasi terapeutik
menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi adalah komunikasi yang dilakukan atau
antarpribadi orangtua dan anak dalam dirancang untuk tujuan terapi. Seorang
menanamkan pengetahuan bahasa daerah penolong atau perawat dapat membantu klien
(bahasa Jawa) di wilayah Kelurahan Jawa dapat mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
dicapai melalui implementasi kesan komunikasi. Komunikasi terapeutik tidak dapat
keterbukaan, sikap positif, sikap mendukung, berlangsung dengan sendirinya, tetapi harus
kesetaraan, umpan balik yang efektif. direncanakan, dipertimbangkan dan
Kerangka teori yang mendasari dilaksanakan secara profesional.
pembahasan antara lain adalah komunikasi Komunikasi terapeutik berbeda dengan
antarpribadi. Menurut Mulyana, (2005:73), komunikasi sosial yaitu pada komunikasi
bahwa komunikasi antarpribadi (interpersonal terapeutik umumnya terdapat tujuan atau
communication) adalah komunikasi antara dua berfokus kepada pasien yang membutuhkan
orang atau lebih secara tatap muka, yang bantuan. Perawat secara aktif mendengarkan
memungkinkan adanya reaksi orang lain secara dan memberi respon kepada pasien dengan cara
langsung, baik secara verbal maupun non- menunjukkan sikap mau menerima dan mau
verbal”. Sementara itu, Effendy, (2003: 61) memahami sehingga dapat mendorong pasien
berpendapat bahwa komunikasi antarpribadi untuk berbicara secara terbuka tentang dirinya
(komunikasi interpersonal) adalah komunikasi serta membantu pasien untuk melihat dan
antara dua orang, dimana terjadi kontak memperhatikan apa yang tidak disadari
langsung dalam bentuk percakapan. sebelumnya. (Suryani, 2005: 2 - 4)
Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, Efektivitas komunikasi interperso-nal
bisa melalui medium misalnya telepon sebagai dimulai dengan lima kualitas umum yang
perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik. dipertimbangkan, yaitu keterbukaan
Lebih lanjut, Effendy juga menambahkan (openness), empati, (empathy), sikap
bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses mendukung (supportiveness), sikap positif
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara

288
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

(positiveness), dan kesetaraan (equality), pengakuan secara diam-diam bahwa kedua


(Devito,1997: 259). pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan
Keterbukaan merupakan keinginan atau bahwa masing-masing pihak mempunyai
kesediaan tiap individu untuk memberitahukan, sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
menceritakan segala informasi tentang dirinya. Tentunya, dalam suatu hubungan
Isi pesan dari keterbukaan ini biasanya adalah interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
suatu pernyataan dari individu tentang diri ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat
mereka yang akan membuat mereka tidak sebagai upaya untuk memahami perbedaan
disukai bahkan sesuatu yang disembunyikan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan
agar tidak diketahui oleh individu lain (Gamble, untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak
2005: 395). mengharuskan satu dengan yang lain menerima
Menurut Henry Backrack, empati adalah dan menyetujui begitu saja semua perilaku
kemampuan seseorang untuk mengetahi apa verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan
yang sedang dialami orang lain pada suatu saat berarti menerima pihak lain, atau menurut
tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut. istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta
Bersimpati di pihak lain adalah merasakan masing-masing untuk memberikan
sesuati seperti orang yang mengalaminya. ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada
Individu yang empatik mampu memahami orang lain. (Devito,1997: 259 - 261)
motivasi dan pengalaman individu lain,
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan METODOLOGI
keinginan mereka untuk masa mendatang. Tipe penelitian adalah fenomenologi.
Pengertian empatik ini akan membuat suatu (Denny Moeryadi, (2009); Donny (2005: 150)
individu lebih mampu menyesuaikan menyatakan bahwa fenomenologi adalah ilmu
komunikasinya. Menurut C.B Truax (1961), tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi
memasukkan kemampuan komunikasi individu ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan
sebagian dari definisi empati. “Empati yang kesadaran. Fenomenologi juga merupakan
akurat, melibatkan baik kepekaan terhadap sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki
perasaan yang ada maupun fasilitas verbal pengalaman manusia.
untuk mengkonsumsi pengertian ini. Penelitian fenomenologi mencoba
Hubungan interpersonal yang efektif menjelaskan atau mengungkap makna konsep
adalah hubungan dimana terdapat sikap atau fenomena pengalaman yang didasari oleh
mendukung (supportive-ness). Komunikasi kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
yang terbuka dan empatik tidak dapat Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang
berlangsung dalam suasana yang tidak alami, sehingga tidak ada batasan dalam
mendukung. memaknai atau memahami fenomena yang
Dalam mengomunikasikan sikap positif dikaji dan peneliti bebas untuk menganalisi data
dalam komunikasi interpersonal sedikitnya yang diperoleh. Menurut Creswell (1998),
dengan dua cara: (1) menyatakan sikap positif pendekatan fenomenologi memiliki sifat
dan (2) secara positif mendorong orang yang menunda semua penilaian tentang sikap yang
menjadi teman kita berinteraksi. Sementara itu, teralami sampai ditemukan dasar tertentu.
di setiap situasi, barangkali terjadi Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka
ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih waktu). Konsep epoche berarti membedakan
pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, wilayah data (subjek) dengan interpretasi
atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak peneliti.
pernah ada dua orang yang benar-benar setara Adapun jenis penelitian adalah deskriptif
dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif,
ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif peneliti mencari serta melakukan standar
bila suasananya setara. Artinya, harus ada prosedur yang menghasilkan data deskriptif

289
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- positif. Hal ini tentu membutuhkan
orang dan perilaku yang dapat diamati pertimbangan antar-pribadi yang seksama.
(Moleong, 1999: 3). Pengumpulan data melalui Menghadapi pasien skizofrenia tentu
data primer dan data sekunder. Data primer melelahkan, bahkan potensi kegagalan sangat
adalah data yang diperoleh di lapangan secara besar. Sebagai senior sangat dimungkinkan
langsung dari narasumber (key informan). Data dalam suatu kesempatan melakukan peneguran
primer didapat melalui survei, pengamatan akibat ketidakdisiplinan junior misalnya. Hal
lapangan (observasi) serta wawancara semacam ini kemudian menimbulkan sabotase,
mendalam. Sedangkan data sekunder diambil dendam ataupun kebencian dalam kadar
oleh peneliti melalui penelitian kepustakaan. tertentu. Pada momentum inilah komunikasi
Data dikumpulkan melalui kumpulan literatur antarpribadi menjadi tidak efektif, dan jika
akademis hasil penelitian atau bahasan ilmiah. terjadi dalam komunikasi terapeutik
penyembuhan pasien, akan sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN kontraproduktif.
Khusus untuk pasien sakit jiwa atau
skizofrenia, yang demikian kompleks Panggung Belakang Perawat Junior dan
diagnosanya secara psikologis, maka akan Senior
sangat terkait dengan keahlian komunikator. Di “panggung belakang”, para perawat
Para perawat harus konsentrasi karena pasien misalnya, sebagai komuni-kator, dituntut
skizofrenia tidak hanya mengalami masalah perannya yang tinggi dalam membuat
komunikasi tetapi juga ada potensi perencanaan manajemen komunikasi. Pesan
membahayakan komunikator. Kesabaran harus dikoordinasikan, disepakati, diantisi-pasi
merupakan hal yang tidak dapat ditawar, karena melalui protokol disiplin bersama, jika tidak
tanpa sikap kesabaran, maka pengungkapan diri maka target pemulihan tidak akan tercapai,
pasien tidak akan tercapai dalam waktu singkat. bahkan dimungkinkan akan kontraproduktif.
Jika aspek pengungkapan diri pasien terhambat Dalam setiap kesempatan dalam
maka upaya penyembuhan juga akan melaksanakan tugas, para perawat membuat
membutuhkan waktu yang lebih lama. Di perencanaan komunikasi. Hal ini menyangkut
samping itu, sikap kerelaan juga penting, perkembangan atau temuan yang didapatkan
karena merawat pasien skizofrenia, tidak akan dari perawat yang bertugas pada hari yang
terlepas dari dasar sikap voluntarisme. sama. Mengingat demikian kompleksnya
Oleh karena itu, komunikasi terapeutik permasalahan pasien, maka meeting perawat
berurgensitas sangat tinggi. Komunikator diadakan pula hampir setiap hari. Meskipun
dituntut berpengalaman terapis. Pengalaman meeting yang dimaksud tidak melibatkan
yang sangat dominan aspek manajemen pesan banyak personal, tetapi di dalamnya terjadi
ini dituntut koordinasi yang efektif, tidak diskusi dan semacam diagnosis untuk
mungkin dapat diimplementasikan secara menentukan langkah selanjutnya terkait dengan
parsial. strategi komunikasi yang akan dikembangkan
Adapun kaitannya dengan terminologi pada upaya penyembuhan selanjutnya.
senior dan junior, ada kecenderungan dalam Dapat dicontohkan dalam diskusi
organisasi, terjadinya rivalitas atau konflik antarperawat yang dimaksud, misalnya
komunikasi. Dalam hal komunikasi terapeutik, ditemukan mulai terbukanya gejala-gejala
hal-hal dimaksud harus dihindari, sehingga pulihnya ingatan pasien, dan mulai terkuak
praktik koordinasi, instruksi dan evaluasi dapat bahwa asal muasal dari skizofrenia akibat
berjalan secara efektif. konflik dengan saudara akibat perebutan
Sebagaimana biasa, teguran senior kepada warisan atau masalah lain.
junior di salah satu komunikasi hirarkis dapat Gambaran ini sangat beragam antarpasien
pula berdampak negatif, tetapi dapat pula yang dating. Pada awalnya pasien cenderung

290
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

menutup diri bahkan ada yang hanya menangis antarperawat harus terjalin komunikasi
atau menunjukkan perilaku yang tidak lazim, antarpribadi simpatik dan empatik. Hubungan
misal bicara sendiri yang tidak jelas yang dikembangkan antara perawat junior dan
maksudnya. Di antaranya bahkan ada yang senior adalah persaudaraan. Maksudnya adalah
seperti memarahi seseorang tetapi tidak terjadi pengungkapan diri juga di antara
menyerang perawat. Hal-hal semacam ini mereka. Di samping menghindari adanya
selalu menjadi bahan analisis antarperawat. rivalitas, tetapi juga menghindari adanya beban
Perawat senior sebagai koor-dinator, pikiran tertentu baik diakibatkan oleh persoalan
tentunya menjadi penentu tindakan yang akan internal maupun eksternal. Bisa saja karena ada
dilakukan pada tahap berikutnya. Pengalaman permasalahan yang kompleks di rumah, maka
perawat senior menjadi modal penting dalam persoalan tersebut terbawa ke area tugas,
menentukan protokol dan standar perlakuan sehingga pengelolaan pesan ketelatenan,
yang akan dilakukan. kesabaran, ataupun ketegasan tidak dapat
Adapun perencanaan komunikasi disampaikan secara efektif kepada pasien. Hal
menyangkut hal-hal, bagaimana strategi ini tentunya juga menjadi target komunikasi
membujuk pasien, agar pasien yang dimaksud antarperawat di panggung belakang.
dapat bercerita lebih banyak, sehingga menjadi Tugas perawat senior tidak saja
kian terbuka apa yang dirasakan dan dimaksud, memberikan couching dan training kepada
sehingga dapat ditemukan cara-cara juniornya, tetapi juga motivasi dan tanggung
mensugestinya. Sebagai perawat perempuan, jawab sampai pada keamanan dalam
terkadang timbul juga rasa takut, terlebih lagi menjalankan tugas. Sebagai perawat junior,
para perawat yang masih tergolong junior, tentu perasaan ragu seringkali juga terjadi
sehingga dibutuhkan langkah-langkah dalam proses penyembuhan, apalagi jika pasien
antisipatif yang menjadi semacam standar masih baru dengan catatan yang masih minim.
operasional ketika sudah berhadapan dengan Mendalami, memahami, sampai pada
diri pasien. mengantisipasi respon pasien membutuhkan
Dari hasil wawancara, peneliti juga keberanian. Hal ini harus bisa diberikan oleh
mendapatkan penjelasan bahwa pada masa- senior kepada juniornya, berupa jaminan
masa lalu, terdapat pula konflik antara perawat dengan skenario teknis yang dapat diterima
junior dan senior, karena perawat senior yang dapat dipertanggung-jawabkan.
sengaja menguji juniornya, sehingga pasien Demikian pula sebaliknya, karena
kemudian emosi. Hal ini kemudian menjadi penentuan langkah selalu didasarkan atas
pelajaran yang benar-benar dicatat untuk tidak masukan dari perawat junior, maka perawat
terulang pada masa selanjutnya. junior juga dituntut kejujuran dan
Perencanaan komunikasi tidak hanya keefektifannya dalam memberikan laporan
merencanakan koordinasi standar dalam kepada perawat senior. Jika tidak maka akan
berbicara dengan pasien, tetapi juga salah perencanaan manajemen komunikasinya.
mencarikan objek tertentu demi mengungkap Sampai di sini tentunya didapatkan kesimpulan
beban mental yang diderita pasien. Misalnya bahwa komunikasi antarpribadi perawat junior
terdapat pasien yang terus menangis meminta dan senior sangat penting perannya dalam
boneka untuk digendong, setelah diberikan penyembuhan pasien skizofrenia.
maka pasien perlahan dapat diajak dialog.
Psikolog kemudian dapat menjadikan boneka Panggung Depan Perawat Junior dan Senior
tersebut sebagai instrumen diagnosis bahwa Selanjutnya di “panggung depan”,
depresi pasien berasal dari anaknya yang koordinasi dan konstruksi pembang-kitan
dibawa suaminya akibat perceraian. makna di benak komunikan juga dituntut
Kembali pada perihal konflik, tentunya kefektifannya. Oleh karena itu, komunikator
standard yang ada menentukan bahwa dalam tim juga dituntut melakukan komunikasi

291
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

antarpribadi yang efektif pula. Tidak hanya dan tidak membiarkan hal ini terjadi lebih lama.
dalam mendiskusikan pelaporan dan koor- Gangguan komunikasi yang sampai pada gejala
dinasi temuan dari hasil komunikasi terapeutik ketidakpercayaan diri akan berakibat pada tidak
lapangan, tetapi juga pengungkapan diri terimplementasinya strategi komunikasi yang
antarpribadi komunikator. Maksudnya secara efektif.
psikologis, mereka harus siap, tidak membawa Sebagai area terapeutik, atmosfir yang
masalah dan motif apapun pada saat melakukan dikonstruksikan harus mendu-kung mood
komunikasi terapeutik. Hal ini mengingat pasien. Hal ini tentu tidak mudah. Terdapat
pentingnya peran perawat dalam mendukung kasus bahwa seorang pasien akan marah-marah
kesembuhan pasien gangguan kejiwaan atau membisu jika dijaga oleh perawat A, tetapi
(Skizofrenia), yang tentunya tidak hanya tidak demikian jika dijaga oleh perawat B.
dituntut pengetahuan yang memadai dan sikap Dunia simbolik ini tentu harus terbaca oleh
yang mendukung, tetapi juga tone (wicara), perawat senior sehingga dapat diputuskan
mood (suasana hati) dan atmosfir juga harus pembagian tugas yang lebih optimal. Bisa saja
diantisipasi, demi kenyamanan pasien. bagi perawat junior menganggap diamnya
Pasien Skizofrenia tentunya mengalami pasien adalah sesuatu yang harus didalami,
ketidakstabilan emosi, maka tinggi rendahnya padahal dari kesan pertama memang sudah
suara dalam berkomunikasi juga sangat mem- tidak cocok, akibat traumatik masa lalu.
pengaruhi penerimaan. Untuk itu manajemen Misalnya perawat yang dimaksud posturnya
komunikasi berupa tinggi rendahnya suara juga atau wajahnya mirip majikan yang pernah
harus direncanakan. Seberapa jauh dan menyiksanya, maka ketika perawat tersebut
mendalam perawat memasuki dunia pemikiran melakukan penjagaan, pasien merasa tidak
pasien juga ditentukan oleh kepiawaian perawat nyaman dan terlihat sangat terganggu, bahkan
dalam mengatur tinggi rendahnya suara. seperti ketakutan. Oleh karena pasien tidak
Misalnya jika pasien diajak untuk bersabar, dapat mengajukan keluhan, maka pihak
menerima beban pikiran yang diderita, apalagi perawat senior diharuskan mampu mengatasi
jika beban mental tersebut tidak ingin diketahui situasi ini dengan menentukan pola komunikasi
banyak orang, misalnya pasien depresi akibat secara cepat, misalnya dengan mengganti
pelecehan sosial yang pernah diterimanya, perawat lain, atau dia ambil alih.
maka komunikasi dengan nada berbisik lebih Panggung depan sebagai pertaruhan dari
sesuai. proses penyembuhan memang tidak terlepas
Dalam hal perencanaan komuni-kasi yang dari kemampuan peran yang dapat dijalankan
sudah disusun oleh perawat junior dan senior oleh perawat. Perawat dapat berperan sebagai
dipanggung belakang, dalam praktiknya ibu, saudara, teman, tetangga, atasan, dan peran
memang tidak sepenuhnya terimplementasi lain yang sesuai dengan dunia mental pasien.
dalam praktiknya. Misalnya perencanaan A dan Interaksi simbolik berupa sentuhan, tepukan,
dibuat pula perencanaan B, tetapi tiba-tiba jabat tangan ataupun semyuman dan candaan
terdapat perkembangan pasien yang menuntut seringkali dibutuhkan, layaknya orang lain
adanya implementasi lain, maka keefektifan yang membutuhkan harapan perlakuan tertentu
komunikasi dalam bentuk koordinasi makna dari komunikannya.
sangat dibutuhkan. Di samping manajemen komunikasi
Dapat dikatakan bahwa panggung depan simbolik yang cenderung cocok bagi figur
bagi para perawat merupakan ajang kompetensi perempuan, terdapat pula peran laki-laki. Peran
komunikasi yang benar-benar menuntut ini maksudnya mewakili karakter laki-laki yang
keseriusan. Tidak jarang, keseriusan itu tegas, disegani atau bahkan ditakuti. Pada
membuat para komunikator tersebut merasakan pasien-pasien tertentu, kesepakatan
ketegangan. Jika hal ini terjadi, maka perawat pembiasaan ini perlu, misalnya terdapat pasien
junior selaku koordinator harus cepat tanggap yang sudah pada tahap mampu melaksanakan

292
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

pembiasaan tertentu: menyapu lantai, ikut dari perawat A akan menentukan langkah yang
beribadah di masjid, atau menyiram bunga. akan diambil perawat B pada pasien yang sama.
Daur ulang psikologis yang lazim dilakukan Mengingat perencanaan ini harus tertulis, dan
dalam dunia keseharian ini sangat penting bagi dilakukan setiap hari, maka antarperawat juga
pasien agar mereka mulai dapat menerima harus memahami rekan sejawatnya yang
realita dari apa yang membuat mereka begitu tentunya juga beragam pengausaannya dalam
memberatkan. Hal semacam ini diperlukan memahami bahasa tulis. Dalam hal ini peran
ketegasan dan memang harus ada yang koordinator sangat penting dalam membangun
“ditakuti”, sehingga sangat dimungkinkan, situasi dan kondisi komunikasi verbal yang
seorang perawat ketika bertemu pasien A efektif.
bersikap sangat lembut, kemudian bertemu Menyimak terminologi penyem-buhan,
pasien B menjadi tegas. Untuk menghindari tentunya merupakan target pekerjaan yang
kerumitan tuntutan interaksi misalnya pasien A cukup berat. Indikator pengukurannya tentu
dan B bertemu dengan pasien yang dimaksud, tidak semudah indikator penyembuhan pada
maka tugas perawat senior sebagai koordinator gejala sakit fisik. Oleh karena itu, tingkat
untuk membuat pemetaan atau pengondisian kesembuhan pasien juga ditentukan oleh
agar hal yang dimaksudkan tidak terjadi. Jadi, kemampuan pasien dalam memberikan
koordinasi menjadi sangat penting. feedback pada komuni-kator, yakni perawat.
Untuk menguji apakah pesan-pesan apa
Perencanaan Pengelolaan Pesan saja yang menjadi indikator kesembuhan
Penyembuhan pasien, tentu menyangkut dua hal, yakni
Berbicara isi pesan akan terkait dengan komunikasi lisan dan tulisan. Dalam hal ini
standar-standar operasional tertentu atau kembali lagi pada panggung depan perawat,
bahkan isntrumen-instrumen tertentu yang yakni dibuatnya skenario, dengan koordinasi
dibutuhkan para perawat dalam menjalankan perawat senior. Hal ini serupa dengan
tugasnya. Mengingat pasien skizofrenia tidak pengelolaan pesan dalam film, yakni terdapat
seharusnya beban pemaknaan yang rumit maka pembagian peran tertentu yang diupayakan
pesan-pesan yang direncanakan selalu hasil interaksi dengan pasien nantinya tidak
diupayakan sederhana, dapat diterima dan menimbulkan kecurigaan pasien bahwa hal
sesuai dengan latar belakang sosial budaya tersebut hanya play belaka.
pasien. Dalam skenario komunikasi tersebut
Terdapat pengelolaan pesan maknanya dikondisikan sebuah situasi tertentu yang
memang dikontruksi berdasarkan pengalaman memungkinkan indikator kecerdasan,
pasien secara umum, misalnya ketika perawat emosional taupun spiritual pasien dapat
melarang hal-hal tertentu untuk tidak dilakukan terefleksi sebagaimana wajarnya secara umum,
pasien karena hal tersebut tidak baik, maka tidak berlebihan ataupun terlalu jauh dari
perawat menggerakkan jari telunjuk pada muka ukuran respon yang diharapkan. Tidak jarang
dan seterusnya. Namun demikian, dalam hal ini juga melibatkan pimpinan tertentu
perencanaan pengelolaan pesan ini yang bahkan satpam atau office boy.
terpenting adalah pelaporan yang akan Oleh karena skenario ini harus berulang
disampaikan sebagai media komunikasi untuk kurun frekuensi tertentu, tentunya tidak
antarperawat dalam meli-hat perkembangan terkesan bahwa memang adanya unsur
psikologis pasien. kesengajaan, maka sangat mungkin terjadi
Dalam hal ini, perawat dituntut perubahan skenario. Adaptasi ini juga menjadi
kemampuan berstandar tertentu dalam tuntutan bagi perawat agar dapat melakukan
mengimplementasikan komunikasi verbalnya, pengukuran kapan skenario yang telah dibuat
yakni di samping berperan di depan pasien, juga tersebut harus berubah dan bagaimana
komunikasi tertulisnya. Informasi yang jelas perubahannya.

293
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

Oleh karena itu dalam pengelolaan ini, adalah harus ditundukkan dan dibuat patuh
dapat saja diformulasikan bahwa perencanaan pada seseorang. Hal semacam ini tidak
dan strategi pengelolaan pesan tidak hanya membutuhkan perlakuan fisik berupa tindakan
terjadi pada dua panggung, yakni panggung trauma tertentu, tetapi tetap mengandalkan
belakang dan panggung saja, tetapi terdapat kompetensi dan perencananaan komunikasi.
panggung tengah. Di panggung tengah terdapat Kompeten-si komunikator sangat penting agar
koordinasi lain yang dilakukan pada waktu perencanaan pesan dapat mengatasi kondisi
tertentu ketika didapatkan adanya pasien untuk dilakukan diagnosa selanjutnya.
ketidakefektivan praktik manajemen kesan Pola-pola inilah yang kemudian mempermudah
yang tidak sesuai atau bahkan gagal akibat para perawat untuk melaksanakan tugasnya
salahnya persepsi. Middle stage ini tentunya dalam penyembuhan pasien.
bukan pada ranah komunikasi antarpribadi
seperti halnya komunikasi yang terjadi di Efektivitas Komunikasi
panggung belakang, tetapi koordinasi makna Persoalan efektivitas menjadi persoalan
yang dibangun pada panggung depan, karena yang tolak ukurnya memang sangat beragam.
panggung tengah ini terjadi pada area interaktif Dalam kasus di penelitian ini, efektivitas
dengan pasien. komunikasi, dalam area manapun dianggap
Sampai pada tahapan ini, pengelolaan efektif jika penyembuhan pasien dapat
pesan itu memang terkesan sangat rumit diputuskan lebih cepat. Tidak jarang
mengingat individu pasien dengan gejala yang diputuskan langkah pragmatis oleh koordinator
sangat variatif. Namun demikian “dunia perawat (perawat senior) untuk mengganti
simbolik” itu dalam waktu tertentu ditemukan desain manajemen komunikasi yang telah
polanya. Pasien skizofrenia yang tidak dibuat tanpa memperhatikan lebih lanjut tingkat
menyerang, atau agresif, membutuhkan pola keefektifannya. Biasanya hal ini berkaitan
komunikasi persuasif, misalnya ganti baju, dengan penemuan teori tertentu yang dipelajari
membersihkan badan, makan dengan lahap dan berdasarkan penelusuran gejala-gejala
sejenisnya. Pada dasarnya pasien jenis ini akan psikologis yang diderita oleh pasien. Hal ini
pulih dalam pembiasaan kurun waktu tertentu, diambil mengingat adanya pola yang dijalankan
ketika depresi itu semakin jauh dan didapatkan yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang
perhatian-perhatian dari orang terdekat dengan telah ditemukan dalam teori.
baik. Mereka belum dapat menerima realita,
sehingga timbul tekanan batin. Seiring dengan SIMPULAN
berjalannya waktu, harapan-harapan baik yang Manajemen komunikasi teraupeutik pada
berhasil dibangun akan sangat membantu penyembuhan pasien skizofernia terbentuk
pemulihan psikologisnya. dalam Komunikasi antarpribadi antara perawat
Berbeda dengan pasien yang mengalami junior dan senior berlangsung dalam situasi dan
gejala kejiwaan laten. Pola yang sudah kondisi empatik. Di antara kedua belah pihak
ditemukan belum mengatasi keadaan jika terbangun adanya keterbukaan, kesepahaman
belum ditangani dokter. Setelah dilakukan dan koordinasi makna yang simultan.
pengobatan dan pasien kembali tenang karena Keputusan perawat senior sangat menentukan
memorinya sudah berhasil dipulihkan, maka standar manajemen komunikasi yang sudah
pesan-pesan standar dijalankan. Oleh karena direncanakan dan diimplementasikan oleh
pasien jenis demikian akan kambuh secara perawat junior. Sebaliknya, pelaporan dan
laten, maka pola penyembuhan sebelumnya informasi yang efektif sangat membantu
akan sangat efektif untuk diimplementasikan perawat senior dalam menentukan desain
pada kondisi berikutnya. Demikian seterusnya. komunikasi terapeutik selanjutnya.
Untuk pasien yang mengidap gangguan Di panggung belakang, komunikasi
akut, bahkan sampai menyerang, polanya perawat junior dan senior lebih banyak

294
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Volume 19, No. 2, Desember 2020, 285-295

terimplementasi dalam konteks diskusi, yakni Bungin, B. (2013). Penelitian Kualitatif.


membahas temuan-temuan terbaru dari pasien. Jakarta: Prenada Media Group
Di panggung depan dominan dalam komunikasi Damiyanti, M. (2010). Komu-nikasi Terapeutik
koordinatif dalam membangun pemaknaan dalam Praktik Keperawatan Bandung: PT
positif dalam benak komunikan, yakni pasien Refika Aditama.
skizofrenia. DeVito, J. (1997). Komunikasi Antar Manusia.
Di lain pihak juga terdapat fenomena Jakarta: Profess-ional Books.
panggung tengah. Panggung ini dapat Effendy, O. U. (2013). Ilmu Komu-nikasi Teori
dikatakan menjadi bagian panggung depan, dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
ketika antarperawat harus berkoordinasi secara Rosdakarya.
cepat memutuskan strategi darurat yang Ellis, R. dkk. (2000). Komunikasi Interpersonal
dilakukan. dalam Keperawatan, Teori dan Praktik.
Adapun persoalan efektivitas komunikasi, Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
indikator pencapaiannya adalah kecepatan Irmansyah. (2013). “Komunikasi Tera-peutik
proses penyembuhan pasien. Substansi dari Pada Gangguan Jiwa”. Diakses dari
efektivitas adalah ditemukannya pola-pola http://www. academia.edu.html. 18 Mei
manajemen komunikasi yang harus 2019.
dilaksanakan berdasarkan ciri-ciri beban Kertamukti, R. (2013). Strategi Komunikasi
mental pasien. Hal ini memudahkan perawat Antarpribadi Dosen dan Mahasiswa Dalam
dalam mene-mukan generalisasi. Pengem-bangan Jiwa Kreatif. Profetik:
Jurnal Komunikasi, 6(2), 27–35.
Penghargaan http://ejournal.uin-
Peneliti memberikan penghargaan yang suka.ac.id/isoshum/profetik/arti-cle/
sebesar-besarnya kepada Direktorat Riset Dan view/1167/1077
Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Kincaid, D. Lawrence, and Wilbur Schramm,
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (1981). Asas-Asas Komunikasi Antar
Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Manusia, LP3S & East- West,
Tinggi Republik Indonesia yang telah Communication Institute, Jakarta-Hawaii
sepenuhnya mendanai dan memfasilitasi Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian
penelitian ini. Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Riyanti. (2013). Penduduk Indonesia Gangguan
DAFTAR PUSTAKA Jiwa. Diakses dari http://www.harian
Ali, Z.. (2002). Dasar-dasar Keperawatan haluan.com tanggal 18 Mei 2020.
Profesional. Penerbit Widya Medika. Royda, R. (2015). Proses Manajemen
Anggraini, K. (2018). Koordinasi Makna Pesan Koordinasi Makna Pesan Komedi Di
Guru Terhadap Peserta Didik Kelompok B Media Jejaring Sosial Twitter (studi
Dalam Pembentukan Karakter Melalui manajemen makna terkoordinasi pada
Paket Permainan Interaktif ALIF. Jurnal admin dan followers @Liputan9).
Sekretari Universitas Pamulang, 5(1). Universitas Brawijaya Malang.
http://dx.doi.org/10.32493/skr.v5i1.1098 https://www.academia.
Ardianto, E. (2010), Metodologi Penelitian edu/11916997/PROSES_MANAJEMEN_K
untuk Public Relations Kualitatif dan OORDINASI_MAKNA_PESAN_KOMEDI
kuantitaif. Bandung: Simbiosa Rekatama _DI_MEDIA_JEJARING_SOSIAL_TWIT
Media TER_studi_manajemen_makna_terkoordi-
Arwani. (2003). Komunikasi dalam nasi_ pada_admin_dan_followers
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku _at_Liputan 9_
Kedokteran

295
MANAJEMEN KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PENYEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
Mayang Riyantie dan Rezzi Nanda Barizki

You might also like