You are on page 1of 11

Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN: 2460-6537

Pengaruh Drama Korea Terhadap Perilaku Imitasi Remaja


The Effect Of Korean Drama On Imitating Behavior Of Adolescent
1
Nur Hana Putri Aprillia, 2Endri Listiani
1.2
Prodi Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung
Jl. Taman Sari No. 1 Bandung 40116
email : 1nhanapaprillia@gmail.com, 2endri@unisba.ac.id

Abstract. Korean fever (Korean wave) has now entered the country of Indonesia. The electronically media
that contributed to the spread of the Korean wave is the internet. Most fans of the Korean Wave are teenagers.
The character found in adolescents is identification behavior, an example of identification behavior can be
seen from the number of teenagers who use foreign languages when they speak. Now many teenagers are
slipped Korean terms into chats like "annyeonghaseyo (hello), Jal Gayo (see you), and Mannaseo bangawoyo
(nice to meet you)". Based on the problems above, the purpose of this study was to find out how much
influence does the Korean drama media had on the imitation of Korean language use among teenagers in
Bandung.The theory used in this research is the S - R theory because the research shows communication as
a simple reaction process and using social learning theory as the process of observing and imitating the
behavior and attitudes of others as a model of an action learning. The method used in this study is quantitative
with an associative explanation approach. Research data was obtained from questionnaires distributed among
members of the Homey Korean Bandung community as a population. The sampling technique used is using
simple random sampling technique. The results of the study analyzed using multiple linear regression
analysis indicate that frequency, duration and attention as indicators of media exposure have an influence on
imitation behavior, both separately and simultaneously. The contribution given by media exposure to
imitation behavior is 43.2%, while the remaining 56.8% is explained by other factors not examined in this
study.
Keywords: Korean Language, Imitation Behavior, Korean Drama, Media Exposure.

Abstrak. Demam Korea (korean wave) saat ini telah memasuki negeri Indonesia. Media yang berkontribusi
dalam perkembangan Korean wave adalah internet. Kebanyakan penggemar dari Korean Wave ini adalah
para remaja. Karakter yang terdapat pada diri remaja adalah perilaku identifikasi, contoh dari perilaku
identifikasi tersebut dapat terlihat dari banyaknya remaja yang menggunakan bahasa asing saat berbicara.
Kini banyak remaja yang menyelipkan istilah-istilah bahasa Korea dalam obrolannya seperti
“annyeonghaseyo (halo), Jal Gayo (Sampai jumpa), dan Mannaseo bangawoyo (senang bertemu
denganmu)”. Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh terpaan media drama Korea terhadap perilaku imitasi penggunaan bahasa Korea di kalangan
remaja Bandung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori S – R dikarenakan penelitian ini
menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi – reaksi yang sangat sederhana dan teori pembelajaran sosial
karena proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan
belajar Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan
eksplanasi asosiatif. Data penelitian didapatkan dari kuesioner yang disebarkan dikalangan anggota
komunitas Homey Korean Bandung sebagai populasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah
menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian yang di analisis dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa frekuensi, durasi dan perhatian sebagai indikator terpaan
media memiliki pengaruh terhadap perilaku imitasi, baik secara terpisah maupun bersamaan. Adapun
pengaruh yang diberikan oleh terpaan media pada perilaku imitasi adalah sebesar 43,2%, sedangkan sisanya
sebesar 56,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Kata Kunci: Bahasa Korea, Perilaku Imitasi, Drama Korea, Terpaan Media .

A. Pendahuluan dimungkinkan karena adanya berbagai


media (channel) yang dapat digunakan
Perkembanggan media
sebagai sarana penyampaian pesan.
komunikasi modern, dewasa ini telah
memungkinkan orang di seluruh dunia Demam Korea (korean wave) saat ini
telah memasuki negeri Indonesia
untuk dapat berkomunikasi. Hal ini
terlihat dari stasiun TV di Indonesia
340
Pengaruh Drama Korea Terhadap Perilaku Imitasi Remaja | 341

mulai menayangkan serial drama dijadikan contoh dalam bersikap.


Korea. Hal itu diakibatkan penyebaran Contoh dari perilaku identifikasi
dan pengaruh budaya Korea di atau peniruan yang dilakukan oleh
Indonesia, salah satu faktornya melalui remaja ini bisa kita lihat dari banyaknya
drama serial. remaja yang menggunakan bahasa
TV sebagai media elektronik asing saat berbicara. Saat ini tak asing
memainkan peran yang cukup penting lagi kita mendengar remaja dengan
dalam penyebaran drama Korea di obrolan yang menyelipkan istilah-
Indonesia. Media elektronik yang juga istilah dalam bahasa Korea seperti
tidak kalah penting dalam “annyeonghaseyo (halo), Jal Gayo
perkembangan Korean wave adalah (Sampai jumpa), Mannaseo bangawoyo
internet. Melalui internet, informasi (senang bertemu denganmu), ne (iya),
mengenai suatu peristiwa tertentu dapat aniyo (tidak), gomasseuimnida (terima
ditransmisikan secara langsung, kasih), mian hamnida (maaf),
sehingga membuatnya menjadi suatu chukahaeyo (selamat), kwaenchanayo
wadah yang sangat efektif. Melalui (tidak apa-apa)”. Penggunaan istilah
situs-situs yang menyediakan layanan bahasa Korea dalam obrolan remaja
untuk streaming drama Korea, pada saat ini, sudah seperti hal yang
menjadikan masyarakat lebih mudah lumrah. Terpaan budaya Korea yang
untuk menjangkau drama Korea, tidak salah satunya melalui tayangan serial
perlu menunggu tayang di TV, drama drama Korea menjadikan para remaja
Korea di situs streaming selalu update tidak asing lagi dengan istilah-istilah
drama Korea terbaru dan dalam bahasa Korea.
masyarakatpun dapat dengan mudah Seperti penelitian yang
men-download drama tersebut agar dilakukan oleh Endri Listiani (2019),
dapat ditonton kapanpun dan “It can’t be denied; Korean dramas can
dimanapun sesukanya. control many people around the world.
Internet merupakan sarana Not just only that, nowadays almost all
paling mudah dan cepat menyebarnya of the entertainment produced by South
Korean wave secara Internasional. Korea seems to be one of the world’s
Kebanyakan penggemar dari Korean cultural industries. Talking about
Wave ini adalah para remaja, mengapa entertainment, actually it does not
remaja, karena usia remaja, merupakan merely function as entertainment. But
usia dimana seseorang sedang now, the entertainment is a commodity
mengalami proses pencarian jati diri. that becomes an ideological system that
Dalam proses tersebut perkembangan has its own values autonomously,
remaja dapat dipengaruhi oleh budaya including drama. The idea in the drama
yang merubah perilaku remaja (Ihromi, with everything added to it seems to be
2006:11). Ihromi mengatakan bahwa transformed into a prevailing ideology
interaksi antara remaja dengan budaya that goes into the minds of its
yang sangat intens membuat remaja audience.” (Tidak bisa dipungkiri;
menyesuaikan diri dengan kehadiran drama Korea dapat mengendalikan
budaya sehingga merubah perilaku banyak orang di seluruh dunia. Bukan
remaja. Perubahan ini dapat terjadi hanya itu saja, saat ini hampir semua
karena salah satu karakter yang terdapat hiburan yang diproduksi oleh Korea
pada diri remaja adalah perilaku Selatan tampaknya menjadi salah satu
identifikasi (peniruan, penyeragaman). industri budaya dunia. Berbicara
Untuk itu, mereka biasanya tentang hiburan, sebenarnya itu tidak
membutuhkan “panutan” untuk hanya berfungsi sebagai hiburan.

Manajemen Komunikasi
342 | Nur Hana Putri Aprillia, et al.

Namun sekarang, hiburan adalah dan berbagai hubungan antara individu


komoditas yang menjadi sistem konsumen media dengan isi media yang
ideologis yang memiliki nilai sendiri dikonsumsi atau dengan media secara
secara otonom, termasuk drama. keseluruhan. Terpaan media diartikan
Gagasan dalam drama dengan segala sebagai kondisi dimana orang diterpa
sesuatu yang ditambahkan padanya oleh isi media atau bagaimana isi media
tampaknya ditransformasikan menjadi menerpa audiens. Terpaan media adalah
ideologi yang berlaku yang masuk ke perilaku seseorang atau audiens dalam
benak penontonnya.) menggunakan media.
Terpaan drama Korea sangat Menurut Rosengren ( dalam
terasa kehadirannya terlihat dari Kurniawan, 2012 : 7) mengungkapkan ,
fenomena yang terjadi pada kalangan untuk mengukur terpaan media dapat
remaja. Terpaan merupakan intensitas dilihat dari 3 faktor :
keadaan khalayak dimana terkena 1. Frekuensi , diukur berdasarkan
pesan-pesan yang disebarkan oleh suatu berapa kali sehari seseorang
media. Berdasarkan penjelasan di atas menggunakan media dalam satu
dapat diketahui bahwa remaja di Kota minggu
Bandung yang menyukai drama Korea 2. Durasi, penggunaan media,
banyak menunjukkan perubahan diukur berdasarkan berapa lama
perilaku. Perubahan perilaku seperti khalayak menggunakan media
gaya bicara yang menggunakan istilah dan mengikuti suatu program.
bahasa Korea sudah dilakukan oleh 3. Perhatian (atensi), proses mental
remaja Bandung saat ini. Peneliti seseorang dalam menyimak
menganggap fenomena tersebut suatu program. Meliputi
menarik untuk diteliti lebih lanjut. Oleh menonton dengan melakukan
karenanya, peneliti tertarik untuk kegiatan lain, menonton dengan
melakukan penelitian mengenai tidak melakukan kegiatan lain,
pengaruh menonton tayangan drama dan menonton dengan
seri Korea terhadap penggunaan bahasa melakukan diskusi.
Korea pada remaja Bandung. Dan untuk variabel Y yang
digunakan ialah perilaku imitasi.
B. Landasan Teori Menurut Gabriel Tarde (dalam
Gerungan, 2011 : 33), Imitasi adalah
Fokus utama dalam penelitian contoh-mencontoh, tiru-meniru, ikut-
ini adalah terpaan media drama Korea, mengikut, dan menurut pendapat Tarde
sedangkan yang menjadi subyek perkembangan proses imitasi dalam
penelitian adalah anggota komunitas masyarakat sebagai rangsangan pikiran.
Homey Korean Bandung. Pada Perilaku imitasi itu terjadi karena
penelitian ini, penulis menggunakan adanya tokoh idola yang dijadikan
sebuah acuan dari tiga indikator terpaan sebagai model untuk ditiru.
media terdiri dari frekuensi, durasi dan Untuk membuktikan adanya
perhatian sedangkan untuk variabel pengaruh yang diberikan oleh drama
terikatnya (Y) adalah perilaku imitasi Korea terhadap perilaku imitasi, maka
remaja. diperlukannya landasan teori. Untuk
Menurut Rosengren (dalam landasan teori dari penelitian ini yaitu
Lestari, 2015 : 488) media exposure di teori S–R dan teori pembelajaran sosial.
definisikan sebagai berikut :
Penggunaan media terdiri dari jumlah
waktu yang digunakan dalam berbagai
media, jenis isi media yang dikonsumsi,
Volume 5, No. 2, Tahun 2019
Pengaruh Drama Korea Terhadap Perilaku Imitasi Remaja | 343

Tabel 1. Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan Keterangan

0,733 1,364 Tidak terjadi


Frekuensi 0,733 > 0,10; 1,364 < 5,0
multikolonieritas

0,627 1,594 Tidak terjadi


Durasi 0,627 > 0,10; 1,594 < 5,0
multikolonieritas
0,755 1,324 Tidak terjadi
Perhatian 0,755 > 0,10; 1,324 < 5,0
multikolonieritas
Sumber: Pengolahan Data

Menurut Deddy Mulyana (2015 : 144), sikap orang lain sebagai model
“Model S-R mengasumsikan bahwa merupakan tindakan belajar.
kata–kata verbal (lisan–tulisan),
isyarat–isyarat nonverbal, gambar–
C. Hasil Penelitian dan
gambar dan tindakan–tindakan tertentu
Pembahasan
akan merangsang orang lain untuk
memberikan respons dengan cara Untuk membuktikan adanya
tertentu. Teori stimulus – respons ini pengaruh yang diberikan oleh terpaan
termasuk proses pertukaran atau drama Korea terhadap perilaku imitasi
pemindahan informasi atau gagasan, remaja, maka dilakukanlah perhitungan
proses ini dapat bersifat timbal–balik uji statistik sebagai berikut.
dan mempunyai banyak efek. Setiap Uji Asumsi Klasik
efek dapat mengubah tindakan
komunikasi berikutnya.” 1. Uji Multikolonieritas
Teori S-R mengajarkan, setiap Berdasarkan hasil perhitungan
stimulus akan menghasilkan respons pada Tabel 1. , diketahui bahwa
secara spontan dan otomatis seperti variabel frekuensi (X1) memiliki
gerak refleks. Seperti bila tangan kita nilai tolerance sebesar 0,733
terkena percikan api (S) maka secara lebih besar dari 0,10 dan nilai
spontan, otomatis dan reflektif kita akan VIF sebesar 1,364 lebih kecil
menyentakkan tangan kita (R) sebagai dari 5,0 yang artinya tidak terjadi
tanggapan yang berupa gerakkan multikolonieritas, variabel
menghindar. Tanggapan di dalam durasi (X2) memiliki nilai
contoh tersebut sangat mekanistis dan tolerance sebesar 0,627 lebih
otomatis, tanpa menunggu perintah dari besar dari 0,10 dan nilai VIF
otak. sebesar 1,594 lebih kecil dari 5,0
Sedangkan teori pembelajaran yang artinya tidak terjadi
sosial berdasarkan hasil penelitian multikolonieritas, dan variabel
Albert Bandura (dalam Rakhmat, 2014 : perhatian (X3) memiliki nilai
32) teori ini menjelaskan bahwa mereka tolerance sebesar 0,755 lebih
meniru apa yang mereka lihat dari besar dari 0,10 dan nilai VIF
media. Melalui proses observational sebesar 1,324 lebih kecil dari 5,0
learning (pembelajaran hasil yang artinya tidak terjadi
pengamatan). Menurut Bandura proses multikolonieritas. Sehingga
mengamati dan meniru perilaku dan dapat disimpulkan data dalam
Manajemen Komunikasi
344 | Nur Hana Putri Aprillia, et al.

penelitian ini tidak terjadi Berdasarkan hasil perhitungan


korelasi diantara variabel bebas pada Tabel 3. , diketahui bahwa
atau tidak terjadi nilai signifikansi variabel
multikolonieritas. frekuensi (X1) sebesar 0,780 ,
2. Uji Normalitas variabel durasi (X2) sebesar
Berdasarkan hasil perhitungan 0,103 , dan variable perhatian
pada Tabel 2. diketahui bahwa (X3) sebesar 0,822 . Ini
nilai signifikansi sebesar 0,123. menunjukkan bahwa ketiga
Ini menunjukkan nilai variabel tersebut memiliki nilai
signifikansi (0,123) lebih besar signifikansi (0,780 ; 0,103 ;
dari 0,05. Sehingga dapat 0,822) lebih besar dari 0,05.
disimpulkan bahwa data yang di Sehingga dapat disimpulkan
uji dalam penelitian ini bahwa data dalam penelitian ini
mengenai terpaan media dengan yang terdiri dari variabel
perilaku imitasi terdistribusi frekuensi (X1) , variabel
dengan normal, yang artinya komitmen (X2) dan variabel
data yang didapatkan memiliki perhatian (X3) tidak terjadi
sebaran yang merata yang heterokedastisitas, yang artinya
mewakili populasi varian data yang diperoleh
3. Uji Heterokedastisitas konsisten dan tidak bias.

Tabel 2. Uji Normalitas

Variabel Nilai Keterangan Keputusan


Signifikansi
Terpaan Media
Data Berdistribusi
dengan Perilaku 0,123 0,123 > 0,05
Normal
Imitasi
Sumber: Pengolahan Data

Tabel 3. Uji Heterokedastisitas

Variabel Nilai Keterangan Keputusan


Signifikansi

0,780 Tidak terjadi


Frekuensi 0,780 > 0,05
heterokedastisitas

0,103 Tidak terjadi


Durasi 0,103 > 0,05
heterokedastisitas

0,822 Tidak terjadi


Perhatian 0,822 > 0,05
heterokedastisitas
Sumber: Pengolahan Data

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Pengaruh Drama Korea Terhadap Perilaku Imitasi Remaja | 345

Tabel 4. Uji t

Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant)
12.893 5.894 2.187 .031

Frekuensi .312 .126 .219 2.478 .015

Durasi .482 .145 .318 3.329 .001

Perhatian
.629 .181 .302 3.468 .001
Sumber: Pengolahan Data

H0: Tidak terdapat pengaruh


Uji Kelayakan Model
yang signifikan antara durasi
1. Uji t menonton drama Korea
a. Variabel Frekuensi terhadap terhadap penggunaan bahasa
Perilaku Imitasi Korea.
Hipotesis: H1: Terdapat pengaruh yang
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara durasi
yang signifikan antara menonton drama Korea
frekuensi menonton drama terhadap penggunaan bahasa
Korea terhadap penggunaan Korea.
bahasa Korea. Berdasarkan hasil
H1: Terdapat pengaruh yang perhitungan didapatkan nilai
signifikan antara frekuensi thitung sebesar 3,329. Dengan
menonton drama Korea df = 98 dan α = 5%, maka
penggunaan bahasa Korea. didapatkan nilai ttabel =
Berdasarkan hasil 1,983. Ini menunjukkan
perhitungan didapatkan nilai bahwa nilai thitung (3,329) >
thitung sebesar 2.478. Dengan ttabel (1,983). Maka dapat
df = 98 dan α = 5%, maka disimpulkan bahwa Ho
didapatkan nilai ttabel = ditolak, artinya terdapat
1,983. Ini menunjukkan pengaruh yang signifikan
bahwa nilai thitung (2,478) > antara durasi terhadap
ttabel (1,983). Maka dapat perilaku imitasi.
disimpulkan bahwa Ho c. Variabel Perhatian terhadap
ditolak, artinya terdapat Perilaku Imitasi
pengaruh yang signifikan Hipotesis:
antara frekuensi terhadap H0: Tidak terdapat pengaruh
perilaku imitasi. yang signifikan antara
b. Variabel Durasi terhadap perhatian dalam menonton
Perilaku Imitasi drama Korea terhadap
Hipotesis: penggunaan bahasa Korea.
Manajemen Komunikasi
346 | Nur Hana Putri Aprillia, et al.

H1: Terdapat pengaruh yang 2. Uji F


signifikan perhatian dalam Hipotesis:
menonton drama Korea H0: Tidak terdapat pengaruh
terhadap penggunaan bahasa yang signifikan antara terpaan
Korea. media terhadap perilaku imitasi
Berdasarkan hasil remaja penonton drama Korea
perhitungan didapatkan nilai dalam penggunaan bahasa
thitung sebesar 3,468. Dengan Korea.
df = 98 dan α = 5%, maka H1: Terdapat pengaruh yang
didapatkan nilai ttabel = signifikan antara terpaan media
1,983. Ini menunjukkan terhadap perilaku imitasi remaja
bahwa nilai thitung (3,468) > penonton drama Korea dalam
ttabel (1,983). Maka dapat penggunaan bahasa Korea.
disimpulkan bahwa Ho Berdasarkan hasil perhitungan
ditolak, artinya terdapat didapatkan nilai Fhitung sebesar
pengaruh yang signifikan 26,066. Dengan df1 = 3 dan df2
antara perhatian terhadap = 96 serta α = 5%, maka
perilaku imitasi didapatkan nilai Ftabel = 2,70. Ini

Tabel 5. Uji F

Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression
3234.724 3 1078.241 26.066 .000b

Residual 3971.116 96 41.366

Total 7205.840 99
Sumber: Pengolahan Data

Tabel 6. Koefisien Korelasi Parsial

Variabel Nilai Korelasi Keterangan

Hubungan yang cukup


Frekuensi 0,480
berarti
Hubungan yang cukup
Durasi 0,577 berarti

Hubungan yang cukup


Perhatian 0,529 berarti

Sumber: Pengolahan Data

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Pengaruh Drama Korea Terhadap Perilaku Imitasi Remaja | 347

menunjukkan bahwa nilai Fhitung Maksud dari hubungan


(26,066) > Ftabel (2,70). Maka positif yang cukup berarti
dapat disimpulkan bahwa Ho adalah terjadi hubungan
ditolak, artinya terdapat yang searah antara variabel
pengaruh yang signifikan antara (X3) dan (Y). Artinya bila
frekuensi, durasi, dan perhatian nilai perhatian (X3) naik,
terhadap perilaku imitasi secara maka perilaku imitasi (Y)
bersamaan. akan naik dengan cukup
signifikan.
Analisis Regresi Linear Berganda
2. Koefisien Korelasi dan
1. Koefisien Korelasi Parsial Koefisien Determinasi
1) Korelasi parsial antara Berdasarkan hasil perhitungan di
variabel frekuensi (X1) atas, diketahui bahwa nilai
dengan perilaku imitasi (Y) koefisien korelasi atau keeratan
diperoleh sebesar r = 0,480. hubungan antara variabel Y
Nilai ini menunjukkan (perilaku imitasi) dengan semua
hubungan positif yang cukup variabel X (frekuensi, durasi dan
berarti antara frekuensi (X1) perhatian) sebesar 0,670 atau
dan perilaku imitasi (Y). 67%. Ini menunjukkan bahwa
Maksud dari hubungan terdapat hubungan yang kuat
positif yang cukup berarti antara variabel terpaan media
adalah terjadi hubungan (X) terhadap perilaku imitasi
yang searah antara variabel (Y). Sedangkan untuk koefisien
(X1) dan (Y). Artinya bila determinasi (Adjusted R Square)
nilai frekuensi (X1) naik, didapatkan nilai sebesar 0,432
maka perilaku imitasi (Y) yang artinya bahwa kontribusi
akan naik secara signifikan. terpaan media drama Korea
2) Korelasi parsial antara terhadap perilaku imitasi
variabel durasi (X2) dengan penggunaan bahasa Korea
perilaku imitasi (Y) sebesar 43,2% dan sisanya
diperoleh sebesar r = 0,577. sebesar 56,8% dipengaruhi
Nilai ini menunjukkan faktor lain yang tidak diteliti
hubungan positif yang cukup dalam penelitian ini.
berarti antara (X2) dan (Y).
Maksud dari hubungan Model Regresi
positif yang cukup berarti Persamaan Regresi
adalah terjadi hubungan Y = a + β1X1+β2X2
yang searah antara variabel Y = 12.893 + 0,312 X1 + 0,482 X2 +
(X2) dan (Y). Artinya bila 0,629 X3
nilai durasi (X2) naik, maka Dari persamaan di atas
perilaku imitasi (Y) akan menghasilkan interpretasi sebagai
naik dengan cukup berikut:
signifikan. 1. Jika variabel frekuensi
3) Korelasi parsial antara meningkat dengan asumsi
variabel perhatian (X3) variabel lainnya tetap, maka
dengan perilaku imitasi (Y) perilaku imitasi penggunaan
diperoleh sebesar r = 0,529. bahasa Korea pada remaja juga
Nilai ini menunjukkan akan meningkat.
hubungan positif yang cukup 2. Jika variabel durasi meningkat
berarti antara (X3) dan (Y). dengan asumsi variabel lainnya
Manajemen Komunikasi
348 | Nur Hana Putri Aprillia, et al.

tetap, maka perilaku imitasi Korea, durasi menonton drama Korea


penggunaan bahasa Korea pada dan perhatian yang diberikan para
remaja juga akan meningkat. remaja saat menonton drama Korea
3. Jika variabel perhatian terbukti dapat mempengaruhi para
meningkat dengan asumsi remaja dalam penggunaan bahasa
variabel lainnya tetap, maka Korea. Seperti yang dijelaskan oleh
perilaku imitasi penggunaan Rosengren (dalam Lestari, 2015 : 488)
bahasa Korea pada remaja juga terpaan media di definisikan sebagai
akan meningkat. berikut : Penggunaan media terdiri dari
Dari hasil kuesioner penelitian jumlah waktu yang digunakan dalam
yang sudah melalui uji statistika berbagai media, jenis isi media yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dikonsumsi, dan berbagai hubungan
yang kuat dan pengaruh yang signifikan antara individu konsumen media
dari terpaan media yang terdiri dari dengan isi media yang dikonsumsi atau
variabel frekuensi (X1) variabel durasi dengan media secara keseluruhan.
(X2) dan variabel perhatian (X3) Lebih jelas lagi, “Terpaan media
terhadap perilaku imitasi remaja merupakan kegiatan mendengarkan,
dikalangan anggota komunitas Homey melihat, dan membaca pesan media
Korean Bandung. Berdasarkan hasil ataupun mempunyai pengalaman dan
perhitungan yang dilakukan pada data perhatian terhadap pesan tersebut, yang
penelitian, diperoleh nilai adjusted R2 dapat terjadi pada tingkat individu
sebesar 0,432 yang artinya bahwa ataupun kelompok.” (Hasanah, 2014 :
kontribusi terpaan media terhadap 333). Terpaan media diartikan sebagai
perilaku imitasi remaja sebesar 43,2%. kondisi dimana orang diterpa oleh isi
Komponen dari terpaan media media atau bagaimana isi media
yakni frekuensi menonton drama menerpa audiens.

Tabel 7. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .670a .449 .432 6.432


Sumber: Pengolahan Data

Tabel 8. Model Regresi

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 12.893 5.894 2.187 .031


Frekuensi .312 .126 .219 2.478 .015
Durasi .482 .145 .318 3.329 .001
Perhatian .629 .181 .302 3.468 .001
Sumber: Pengolahan Data

Volume 5, No. 2, Tahun 2019


Pengaruh Drama Korea Terhadap Perilaku Imitasi Remaja | 349

Penelitian ini juga membutikan penelitian ini didapati bahwa frekuensi,


teori yang menjadi landasan dalam durasi dan perhatian memegang
penelitian ini yakni teori Stimulus - peranan penting dalam efek media yang
Respons yang berasumsi bahwa bahwa satu diantara adalah memberikan
kata – kata verbal (lisan – tulisan), contoh atau model untuk ditiru kepada
isyarat – isyarat nonverbal, gambar – khalayak. Dalam penelitian ini, perilaku
gambar dan tindakan – tindakan tertentu imitasi yang ditunjukkan oleh remaja
akan merangsang orang lain untuk penonton drama Korea ialah dalam segi
memberikan respons dengan cara penggunaan bahasa Korea
tertentu (dalam Deddy Mulyana, 2015 :
144). Teori stimulus – respons ini
D. Kesimpulan
termasuk proses pertukaran atau
pemindahan informasi atau gagasan, Maka dapat diambil kesimpulan
proses ini dapat bersifat timbal – balik sebagai berikut:
dan mempunyai banyak efek. Setiap 1. Terdapat pengaruh frekuensi
efek dapat mengubah tindakan terhadap perilaku imitasi remaja
komunikasi berikutnya. Setiap stimulus dalam penggunaan bahasa
akan menghasilkan respons secara Korea. Komponen variabel
spontan dan otomatis seperti gerak frekuensi yang dimiliki dalam
refleks. Dengan adanya rangsangan terpaan drama Korea secara
dalam kegiatan menonton drama Korea keseluruhan mendapat penilaian
maka penonton cenderung akan yang baik.
memberikan sebuah respons, dalam hal 2. Terdapat pengaruh durasi
ini respon yang diberikan adalah terhadap perilaku imitasi remaja
ketertarikan akan bahasa Korea. dalam penggunaan bahasa
Di sisi lain, penelitian ini juga Korea. Komponen variabel
membuktikan teori lain mengenai efek durasi yang dimiliki dalam
media, yakni teori pembelajaran sosial. terpaan drama Korea secara
Berdasarkan hasil penelitian Albert keseluruhan mendapat penilaian
Bandura (dalam Rakhmat, 2014 : 32) , yang baik.
teori ini berasumsi bahwa orang 3. Terdapat pengaruh perhatian
cenderung meniru apa yang mereka terhadap perilaku imitasi remaja
lihat di media, teori pembelajaran sosial dalam penggunaan bahasa
dapat menjelaskan secara langsung Korea. Komponen variabel
mengenai efek media terhadap remaja. frekuensi yang dimiliki dalam
Melalui proses observational learning terpaan drama Korea secara
(pembelajaran hasil pengamatan), keseluruhan mendapat penilaian
proses mengamati dan meniru perilaku yang baik.
dan sikap orang lain sebagai model 4. Terdapat pengaruh frekuensi,
merupakan tindakan belajar. Dapat durasi dan perhatian secara
terlihat bahwa remaja cenderung bersamaan terhadap perilaku
meniru apa yang mereka lihat di media, imitasi remaja dalam
dalam penelitian ini yaitu drama Korea penggunaan bahasa Korea.
melalui proses pembelajaran dari hasil Penilaian yang baik terhadap
pengamatan. Yang dipelajari remaja variabel frekuensi, durasi dan
terutama dalam belajar sosial terjadi perhatian membuat nilai
melalui peniruan (imitation) dan perilaku imitasi yang dilakukan
penyajian contoh perilaku (modeling). remaja dalam penggunaan
Secara keseluruhan, dari bahasa Korea pun baik.

Manajemen Komunikasi
350 | Nur Hana Putri Aprillia, et al.

Daftar Pustaka
Aaker, A. David. 2002. Ekuitas Merek
(Edisi Indonesia). Jakarta: Mitra
Utama.
Alma, Buchari. 2006. Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
Bandung: Alvabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Syaifuddin. 2005. Metode
Penelitian. Jogyakarta: Pustaka
Belajar.
Cangara, H. Hafied. 2002. Pengantar
Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Darmadi, Sugianto dkk. 2010. Inovasi
Pasar dengan Iklan yang Efektif
(Strategi, Program dan Teknik
Pengukuran). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Durianto, Darmadi dan C. Liana. 2001.
Analisis Efektifitas Iklan Televisi
Softener Soft & Fresh di Jakarta
dan Sekitarnya dengan
Menggunakan Consumer
Decision Model. Jurnal Ekonomi
Perusahaan. Volume IV Nomor

Volume 5, No. 2, Tahun 2019

You might also like