You are on page 1of 8

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI


TAHUN 2002-2013
(The Development of Tourism Sector in Banyuwangi Regency 2002-2013)

Hisyam Arifal Fahad, Eko Crys Endrayadi


Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: ekocrys@yahoo.co.id

Abstract
This article discusses the development of tourism sector in Banyuwangi regency 2002-2013. The problems in this thesis
are (1) the conditions of tourism before the JRYHUQPHQW LVVXHV SROLFLHV WKH UHJLRQDO JRYHUQPHQW¶V HIIRUWV WR GHYHORS
tourism sector; (3) the impact of tourism towards economic, social, and cultural life in Banyuwangi regency. To discuss
the problems, this study applies theory of modernization by using the sociology of tourism approach and historical
method. Tourism is not merely an activity to find pleasure, but also the source of foreign exchange. One of regencies
which can develop tourism industry is Banyuwangi. The development of tourism in this regency, in its early
development, experienced fluctuation that was caused by the economic crisis and the tragedy of santet (the killings of
many people who were issued having black magic in 1998- WKDW GHFUHDVHG %DQ\XZDQJL¶V WRXULVP LPDJH 6XFK
conGLWLRQ VWLOO UXQ XQWLO WKH LVVXH RI WKH UHJLRQDO JRYHUQPHQW¶V UHJXODWLRQ DV WKH OHJDO VWDQGLQJ RI WRXULVP
development in Banyuwangi. This regulation has got positive response from the investors that has been showed by the
construction of hotel industry, tourism destinations, and transportation which have made Banyuwangi as the centre of
emergent economic department in East Java. The growth of tourism has brought new jobs for the society as the
managers of tourism services and regrowing local cultures through carnival events conducted by the regional
government and society.

Keywords: Industry, Tourism, Banyuwangi

Pendahuluan memberikan motivasi bagi masyarakat dan pemerintah


daerah turut berpartisipasi dalam rangka pembangunan
Pariwisata merupakan ragkaian perjalanan nasional. Adanya Otoda, maka suatu pembangunan
seseorang atau kelompok dalam mengunjungi suatu diharapkan dapat berjalan lebih efektif, efisien, dan
tempat ke tempat lain, tetapi tidak untuk menetap mempercepat pertumbuhan ekonomi.
melainkan akan kembali ke tempat asal dengan tujuan
Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi, sektor
untuk mencari kepuasan (Budisantoso, 1980: 11-19).
pariwisata dipandang sebagai menjadi sektor yang
Kegiatan pariwisata berkembang luas hingga
menjanjikan untuk dikembangkan. Faktanya bahwa
melibatkan ratusan juta manusia, baik di kalangan
adanya pariwisata dapat menyumbang hingga 10%
pemerintah dan masyarakat dengan biaya yang cukup
dari produk domestik bruto global, sehingga pariwisata
tinggi dalam ber-pariwisata (Hari Karyono, 1997: 45-
menjadi industri terbesar di dunia (James Spillane,
51). Perkembangan tersebut menjadikan sektor
1987: 43-44). Besarnya pengaruh industri sektor
pariwisata mengalami perubahan pola, bentuk, dan
pariwisata dapat membuka lapangan kerja bagi
sifat kegiatan yang dapat menguntungkan pihak
masyarakat dalam bentuk usaha, bahkan negara dapat
pengelola wisata dan pendapatan daerah. (James
memperoleh pendapatan melalui devisa negara.
Spillane, 1987: 37). Fluktuatif perkembangan sektor
pariwisata justru terjadi di Indonesia hal ini karena Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu bagian
adanya pengaruh politik yang dinilai kurang maksimal dari kabupaten yang turut berpartisipasi dalam rangka
dalam mengelola aset wisatanya. Bahkan pada masa mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal melalui
Orde Baru pemerintahan otoriter membuat setiap industri pariwisata. Kabupaten Banyuwangi memiliki
kebijakan diputuskan hanya pada pemerintah pusat. daya tarik di sektor pariwisata yang sangat beragam.
(Hanif Nurcholis, 2005: 33). Seiring pergantian Terdapat pemandangan alam seperti pantai, gunung,
tatanan birokrasi dari masa Orde Baru menjadi hutan, taman nasional, budaya, dan lainnya.
Pemerintahan Reformasi mengakibatkan banyaknya Berdasarkan keragaman aset pariwisata yang lebih
perbaikan dan revisi terjadi pada undang-undang. Di dominan pada di kabupaten Banyuwangi yakni wisata
tandai dengan adanya pemberlakuan Otoda tahun 1999 alam, maka pembangunan pariwisata yang diutamakan

FIB Universitas Jember 28


Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

adalah eco-tourism, dengan kata lain pengembangan Selat Bali dan Samudera Hindia (Badan Koordinasi
sektor pariwisataberwawasan lingkungan dan budaya Penanaman Modal, 2013: 21).
(Wawancara Dariharto, 8 Januari 2016). Keberadaan
Dari suku/etnis berbagai macam terdapat di
akan potensi SDA dan keankekaragaman budaya yang
Kabupaten Banyuwangi seperti Suku Madura, Suku
dimiliki Banyuwangi dapat membuat pembangunan
Using, Suku Bali, Suku Mandar, Etnis Tionghoa dan
pariwisata menjadi lebih mudah.
sebagainya. Selain itu terdapat 35 macam kesenian di
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan Kabupaten Banyuwangi yang turut diapresiasi,
beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam kesenian tersebut tidak hanya kesenian asli
penelitian ini, yakni (1) Bagaimana kondisi pariwisata Banyuwangi melainkan juga kesenian hasil akluturasi
Kabupaten Banyuwangi sebelum adanya kebijakan dengan budaya luar. Kesenian-kesenian tersebut antara
pemerintah? (2) Upaya-upaya apa saja yang dilakukan lain: Gandrung, Angklung, Kuntulan, Hadrah,
oleh pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi untuk Gedogan, Patrol, Barong, Janger, Jaranan, Mocoan,
mengembangkan sektor pariwisata? (3) Serta apa Campursari Jowoan, Wayang Kulit, ludruk, Kendang
dampak pariwisata terhadap kehidupan ekonomi, Kempul, dan Gambus. (Dariharto, 2009: 9). Beberapa
sosial dan budaya masyarakat di Kabupaten kesenian tersebut, kesenian yang paling populer di
Banyuwangi?. Banyuwangi adalah kesenian gandrung dan angklung.
Orang Using tidak hanya tinggi daya apresiasinya,
Tujuan dari penulisan artikel ini ialah untuk
akan tetapi orang Using juga memiliki daya kreatifitas
mengetahui Potensi sektor pariwisata di Kabupaten
yang tinggi dalam berkesenian. Berbicara tentang
Banyuwangi sebelum ada kebijakan dari pemerintah,
kesenian, maka tidak akan lepas dengan kesenian
lalu menjelaskan langkah-langkah pemerintah dalam
Gandrung sebagai seni tradisional, sebagai seni
mengelola pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, maka
hiburan ataupun sebagai bentuk identitas budaya Using
dalam hal ini dapat diketahui nantinya dampak yang
sangat besar pengaruhnya dalam dunia seni
ditimbulkan dari adanya kebijakan pariwisata terhadap
Banyuwangi. Baik dalam bentuk tariannya, lagu-
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di
lagunya atau ornamen-ornamennya sangat mudah
Kabupaten Banyuwangi. Adapun metode yang
ditemui di Banyuwangi (Dariharto, 2009: 15).
digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari
empat tahapan penulisan yaitu heuristik,kritik sumber Keanekaragaman potensi alam, kekayaan seni,
(intern dan ekstern), interpretasi dan historiografi budaya, dan adat tradisi Banyuwangi merupakan
(Gottschalk, 1983: 32). sebuah mahkota yang harus dipelihara dan ditunjukkan
kepada dunia luar. Dengan begitu, potensi tersebut
Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi
dapat bermanfaat, baik untuk masyarakat maupun
pemerintah, dalam meningkatkan pendapatan asli
Kabupaten Banyuwangi sebagian besar kondisi
daerah. Kekayaan tersebut akan menjadi point penting
ekonominya bergerak di bidang pertanian, hal ini
dalam pembangunan, terutama di sektor pariwisata,
dikarenakan Kabupaten Banyuwangi yang memiliki
yang harus diangkat ke kancah nasional maupun
luas mencapai 5,782,50 km2 dimanfaatkan sebagai internasional.
areal persawahan seluas 66.487,00 ha, sehingga sektor
tersebut mempunyai pengaruh penting terhadap tingkat Kondisi Obyek-Obyek Wisata Kabupaten
perekonomian masyarakat sebesar 49.18 persen. Banyuwangi Sebelum Tahun 2002
Sektor ekonomi kedua yang memiliki peranan terbesar
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan Kondisi pariwisata di Kabupaten Banyuwangi
sumbangan terhadap perekonomian Kabupaten menunjukkan hasil fluktuatif dikarenakan oleh
Banyuwangi sebesar 24,05 persen atau sepertiga dari beberapa hambatan yang dilalui oleh Pemerintah
kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Banyuwangi Daerah Kabupaten Banyuwangi. Hambatan tersebut
bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran. dimulai dari adanya krisis ekonomi yang melanda
(Badan Pusat Statistik, 2002 : 15). Semakin perekonomian Indonesia dan peristiwa tragedi santet
meningkatnya pertumbuhan ekonomi perdagangan dan tahun 1998. Semua hambatan tersebut menimbulkan
hotel tidak lepas dari posisi strategis Kabupaten dampak buruk bagi pariwisata Indonesia, sehingga
Banyuwangi yang berdekatan dengan Pulau Bali, menimbulkan travel warning dari negara-negara asing
kekayaan budaya dan pariwisata di Banyuwangi. bagi warga negaranya untuk melakukan kunjungan ke
Berbagai jenis lokasi wisata yang ada di Banyuwangi Indonesia, termasuk ke Kabupaten Banyuwangi (Dinas
seperti wisata bahari, wana wisata dan wisata buatan Pariwisata Daerah, 1994: 38). Peristiwa yang paling
oleh karena secara topografi Kabupaten Banyuwangi berdampak bagi citra kepariwisataan Kabupaten
berada di Bawah Pegunungan Merapi dan diapit oleh Banyuwangi yaitu peristiwa tragedi santet pada tahun
1998.Peristiwa tersebut, membuat Kabupaten

FIB Universitas Jember 29


Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

Banyuwangi mendapatkan citra negatif di mata untuk mengelola, mengatur, dan mengamati setiap
masyarakat khususnya wisatawan yang akan pembangunan, terutama dalam memanfaatkan
berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi. kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang
Kedatangan wisatawan ke suatu negara atau daerah dimiki. Pengembangan sektor pariwisata merupakan
tentu tidak lepas dari aspek citra negara itu sendiri, langkah cukup realistis, mengingat bahwa manfaat
bahkan keamanan sangat penting untuk menjamin arus yang diberikan dapat meningkatkan kesejahteraan
kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata di masyarakat.Sebagai bagianintegral pembangunan
Kabupaten Banyuwangi. Arus kunjungan wisatawan nasional, Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi
ke obyek-obyek wisata wilayah pengembangan Dinas besar di sektor pariwisata, baik dalam hal potensi
Pariwisata Daerah Kabupaten Bayuwangi mengalami alammemiliki keanekaragaman juga kekayaan budaya,
fuktuasi (Badan Pusat Statistik, 2002: 14). sehingga bila kedua potensi tersebut dapat dikelola
Fluktuasi tingkat kunjungan wisatawan disebabkan dengan optimal, maka bukan hal yang tidak mungkin
oleh keadaan perekonomian masyarakat/wisatawan di waktu yang akan datang Kabupaten Banyuwangi
lokal tahun 1998-2000. Perekonomian masyarakat di akan mampu menjadi daerah tujuan wisata pada
Kabupaten Banyuwangi masih belum stabil akibat saatnya mampu memberikan kontribusi terhadap
krisis moneter. Segala perhatian dan pendapatan yang pembangunan daerah. Dalam rangka menciptakan
diperoleh masyarakat masih difokuskan pada Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah tujuan wisata
kebutuhan pokok Sementara itu jumlah kunjungan maka diperlukan penataan, strategi yang tepat dan
wisatawan mancanegara masih relatif stabil di empat pelaksanaanya menjadi tanggung jawab antara
obyek wisata Kabupaten Banyuwangi yaitu Taman pemerintah sebagai penentu kebijakan, serta
Nasional Alas Purwo, Kawah Ijen, Taman Nasional masyarakat sebagai pelaku utama usaha jasa yang
Meru Betiri dan Taman Nasional Baluran. Adanya berhubungan langsung dengan wisatawan.
obyek wisata alternatif menjadi hiburan bagi Sejak tahun 2002 Pemerintah Daerah Kabupaten
masyarakat lokal pada periode tahun tersebut Banyuwangi mulai membentuk, mengelola dan
dikarenakan oleh akses lebih mudah serta biaya mengatur sektor pariwisata seperti diterbitkannya
perjalanan murah seperti Pantai Watudodol, Desa PERDA Nomor 40 Tahun 2002, tentang Usaha
Using (diresmikan tahun 1996), Taman Suruh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dalam
(diresmikan tahun 1999), dan wisata Grajagan. (Badan rangka memajukan sektor pariwisata dengan tetap
Koordinasi Penanaman Modal, 2013: 33). Dari 17
menjaga kelestarian alam dan budaya. PERDA
obyek wisata daerah pengembangan Dinas Pariwisata
tersebut digunakan sebagai landasan hukum bagi
Daerah Kabupaten Banyuwangi, terdapat 4 obyek
setiap pengembangan sektor pariwisata Kabupaten
wisata mengalami penurunan jumlah wisatawan akibat
dari kurangnya kesadaran dari masyarakat dan Banyuwangi. (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
pengelola obyek wisata untuk menjaga obyek wisata Kabupaten Banyuwangi, 2015: 4). Melalui peraturan
tersebut sebagai daerah tujuan wisata. salah satu tersebut, Bupati Samsul Hadi tahun 2002
contohnya obyek wisata Pantai Boom menjadi obyek menanggapinya dengan mempromosikan Banyuwangi
wisata mengalami tingkat kunjungan rendah ke tingkat nasional. Dimulai dengan membangun
dibandingkan Tamansuruh. Hal ini dikarenakan oleh Patung Gandrung di Kawasan Obyek Wisata Watu
kebersihan di pantai Boom masih kurang terjamin, Dodol sebagai pintu masuk utama Kabupaten
meskipun lokasinya berada di tengah Kota Banyuwangi. Penetapan Gandrung tersebut digunakan
Banyuwangi (Badan Koordinasi Penanaman Modal, sebagai maskot pariwisata yang dirancang melalui SK
2013: 37-38). Bupati Banyuwangi Nomor. 173 Tanggal 31 Desember
Kondisi Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Tahun 2002 (Wawancara Dariharto, 8 Januari 2016).
2002-2013 Guna mempermudah akses wisatawan yang
berkunjung, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Kebijakan Pengembangan Pariwisata oleh membangun trayek jalur penerbangan bandara di Desa
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi Blimbingsari. Bandara Blimbingsari ditetapkan
Pasca lengsernya Pemerintahan Orde Baru, dengan sebagai bandar udara oleh menteri perhubungan dan
ditandai pembentukan Undang-Undang Otoda dilakukan sejak tahun 2004, sekaligus merupakan
memberikan Kebebasan bagi setiap wilayah dalam sebuah proyek multiyears atau menitik-beratkan pada
mengelola potensi daerahnya tanpa ada campur tangan pembangunan fisik secara periodik untuk mewujudkan
dari pemerintah pusat. Kebijakan Otoda merupakan harapan masyarakat Banyuwangi akan tersedianya
suatu motivasi bagi setiap pemerintah maupun jalur transportasi udara. Namun proyek lapangan
kelompok masyarakat yang diberikan hak kebebesan terbang Blimbingsari mengalami hambatan dalam

FIB Universitas Jember 30


Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

proses pembangunannya akibat dari kasus korupsi bagi kesejahteraan masyarakat, karena sektor
pembebasan lahan yang merugikan APBD Kabupaten pariwisata memiliki sektor cabang yang bisa
Banyuwangi tahun 2005 (Anonim, 2012: 7). Era meningkatkan perekonomian lokal (Pemerintah
Kepemimpinan Bupati Ratna Ani Lestari pada tahun Kabupaten Banyuwangi, 2013: 26-27).
2005 menggantikan bupati sebelumnya (Samsul Hadi).
Prospek kebijakannya dilakukan mulai dari Kondisi Obyek-Obyek Wisata di Kabupaten
pembangunan infrastruktur yang mendukung pola Banyuwangi Tahun 2002-2013
peningkatan kegiatan sosial, budaya dengan pemulihan
infrastruktur masyarakat perdesaan dan pemantapan Sejak diterbitkan PERDA Kabupaten Banyuwangi
prasarana sosial dasar lingkungan. Bupati Ratna Ani tahun 2002 tentang Usaha Kepariwisataan Kabupaten
Lestari juga mengupayakan kebijakan di sektor Banyuwangi, sistem pengelolaan obyek-obyek wisata
pariwisata yang di bentuk melalui pembenahan di mulai bebas dilakukan oleh setiap pemerintah daerah
bidang jasa transportasi. Dalam kebijakan tersebut, bersama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten
Bupati Ratna Ani Lestari melanjutkan proyek Banyuwangi sebagai pemberdayaan masyarakat. Hal
pembangunan Bandar Udara Blimbingsari yang ini dapat dilihat dari berbagai macam inovasi-inovasi
sempat tertunda di tahun 2005. Namun, lanjutan dari kreatif yang telah dilakukan oleh Pemda Kabupaten
pembangunan proyek Bandar Udara Blimbingsari Banyuwagi terkait usaha pengelolaan obyek wisata
tidak berjalan sesuai target perencanaan yang tersebut. Beberapa obyek wisata di Kabupaten
diproyeksikan oleh menteri perhubungan akan selesai Banyuwangi mendapatkan responsif terkait
di tahun 2008. Pembangunan Bandara Blimbingsari pengelolaan atau pembenahan obyek wisata secara
terkesan berjalan lambat yang diakibatkan oleh kasus terarah. Pengembangan wisata alam di Kabupaten
serupa yaitu upaya pembebasan lahan pada periode Banyuwangi pariwisata seperti, Obyek Wisata Pantai
tahun 2008-2009 (Anonim, 2012: 7). Watudodol pada tahun 2002 menjadi awal dari
Pada tahun 2010 Bupati Ratna Ani Lestari secara gagasan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi yang
resmi digantikan oleh Bupati Abdullah Azwar Anas. dipimpin oleh Bupati Samsul Hadi dengan brand
Kebijakan dalam mengembangkan sektor pariwisata di Jenggirat Tangi, sekaligus dijadikannya sebagai pintu
bawah pimpinan Bupati Anas dilakukan melalui masuk Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan
RPJMD tahun 2010. Visi dan misi Kabupaten dibangun sebuah patung Gandrung sebagai maskot
Banyuwangi dalam RPJMD tahun 2010, diketahui pariwisata. Pengembangan obyek wisata di Kabupaten
bahwa pengembangan pariwisata pada masa Banyuwangi turut diikuti dengan obyek wisata Kawah
pemerintahan Bupati Abdullah Azwar Anas dilakukan Ijen yang dilakukan dengan membenahi Desa
secara terintegrasi stakeholder. Tujuannya agar Tamansari sebagai jalan utama telah beraspal dan
diharapkan setiap keputusan dilakukan dengan saling jembatan desa yang terbuat dari beton ada 6 buah yang
terhubung, saling memberi dampak positif dan berjalan mana fungsinya untuk memperlancar kegiatan
beriringan. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten masyarakat yang selesai dilakukan pada akhir tahun
Banyuwangi mulai melakukan beberapa langkah 2010 melalui APBD Kabupaten sebesar 6 miliyar
kebijakan utama dalam menunjang sektor pariwisata rupiah. Kawasan Taman Nasional Meru Betiri atau
tertuang pada misi ke III, yaitu: Pertama, perbaikan Sukamade yang juga sebagai salah satu objek wisata
infrastruktur untuk akses ke tujuan wisata unggulan unggulan di Kabupaten Banyuwangi mulai
Kawah Ijen, Sukamade dan Plengkung. Kedua, disediakannya pondok wisata, camping ground,
promosi kekayaan budaya lokal, hal ini karena pendopo, shelter, souvenir shop, information centre,
Kabupaten Banyuwangi memiliki kebudayaan lokal dan perbaikan laboratorium (tempat penangkaran
dan potensi wisata alam yang sangat beragam agar penyu). Selain itu pada obyek wisata pantai Plengkung
supaya dikemas semenarik mungkin untuk tujuan para dan pantai boom mulai dipasang papan penunjuk arah
wisatawan. Ketiga. Kombinasi modernitas dan atau sign digunakan sebagai mempermudah para
lokalitas, serta konsolidasi komunitas pariwisata, wisatawan. Segala upaya pemerintah daerah dalam
termasuk mempersiapkan pola perilaku masyarakat membenahi fasilitas pendukung obyek wisata alam di
dalam menjaga komunikasi yang baik kepada Kabupaten Banyuwangi, disertai pula dengan
wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Dalam dibukanya obyek wisata Bedul Mangrove dan Pulau
hal ini, maksudnya masyarakat Banyuwangi Merah sebagai lokasi wisata baru di Kabupaten
dibiasakan untuk bersikap ramah kepada wisatawan. Banyuwangi. Berbagai event sport tourism dilakukan
Stakeholder pariwisata di Banyuwangi harus kompak untuk mendukung kesuksesan promosi wisata di
untuk tumbuh dan memberikan efek multiplier luas Banyuwangi seperti: kejuaraan international surving

FIB Universitas Jember 31


Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

(obyek wisata Plengkung dan Pulau Merah) yang wisata sekaligus melestarikan budaya daerah setempat.
dihadiri oleh wisatawan mancanegara tahun 2012 dan Program-program tersebut meliputi: Festival
Kawah Ijen sebagai tempat dilaksanakannya event Gandrung Sewu Pantai Boom, Festival Kuwung di
Tour De Ijen Tahun 2013 (Bayu Mitra, 2014: 120). Kota Banyuwangi, Seblang Desa Olehsari-Bakungan,
Berkembangnya industri pariwisata modern Barong Ider Bumi, Banyuwangi Etnho Carnival (BEC),
terutama setelah adanya Perda di Kabupaten dan sebagainya (Bayu Mitra, 2014: 120).
Banyuwangi turut memberikan ladang usaha bagi
pihak-pihak swasta dalam mendirikan jasa obyek
wisata baru terutama wisata buatan di Kabupaten Peran Swasta dan Masyarakat di Kabupaten
Banyuwangi. Wisata buatan ini hadir dalam rangka Banyuwangi
melengkapi wahana wisata lain yang telah berdiri di Program peningkatan daya tarik investor bertujuan
Kabupaten. Taman rekreasi Alam Indah Lestari (AIL) untuk meningkatkan jumlah dan nilai investasi secara
berada di Kecamatan Rogojampi mulai didirikan pada signifikan. Sasaran yang ingin dicapai oleh pemkab
tahun 2003 di bawah naungan perusahaan swasta milik Banyuwangi melalui industri pariwisata yaitu
Michael. selain itu diikuti dengan berdirinya Obyek membaiknya iklim investasi yang didukung oleh
wisata Umbul Pule tahun 2004 oleh Ali Muhtar Bahaki sistem pelayanan investasi yang efisien dan efektif.
selaku pengusaha dari CV. Insan Sejati. (Badan Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah memiliki
Koordinasi Penanaman Modal, 2013: 23-27) Berbicara potensi alam yang cukup besar mulai menjadi pusat
mengenai wisata buatan di Kabupaten Banyuwangi pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Timur, hal ini
turut berdampak juga pada pengembangan taman kota dilihat dari banyaknya pengusaha atau investor yang
sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau). Strategi mulai melirik Kabupaten yang berada di ujung timur
pengembangan taman kota tersebut dijabarkan tahun pulau Jawa tersebut. peran para investor mulai terlihat
2011. Pemkab Kabupaten Banyuwangi mengawalinya dari beberapa industri besar telah dibangun di
dengan menyulap Taman Blambangan atau Taman Banyuwangi seperti PT Semen Gresik Tbk dan PT
Sritanjung hingga Taman Makam Pahlawan dengan Semen Boswa, bahkan Pemkab Banyuwangi
penambahan fasilitas, seperti: batu refleksi, area PKL, menyiapkan lahan seluas 600 hektar untuk
free wifi, air mancur, labirin, lampu taman dan toilet. pembangunan dua kawasan industri tersebut.
Hasilnya pun cukup bagus, Taman Makam Pahlawan Kementrian BUMN juga melirik Banyuwangi sebagai
hasil dari renovasi pemkab dinobatkan sebagai pilot kawasan industri modern, Mereka berupaya untuk
project dari Kementerian Sosial RI pada tahun 2012. membangun pabrik gula terbesar se-Indonesia dengan
Sebagian pemerintah daerah mulai melirik TMP kapasitas giling 10.000 ton tebu/hari yang berencana
Banyuwangi beserta Taman Blambangan tahun 2013 dilaksanakan pada 12 Desember 2012 (Bappeda, 2013:
dibuat sebagai bagian dari acara studi banding. (Dinas 40-45). Selain BUMN, Pemkab Banyuwangi juga telah
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, menjalin kerjasama dengan beberapa investor swasta
2015:12). lainnya. Adapun para investor tersebut di antaranya PT.
Perkembangan obyek wisata budaya di Kabupaten Sumber Yala Samudra, PT. Avilla Prima Intra
Banyuwangi meliputi obyek-obyek wisata Makmur, PT.Maya Muncar, CV. Pacivic Harvest,
menampilkan kesenian adat daerah serta budaya Pabrik Kertas Basuki Rahmat (Bappeda, 2013: 58).
menawarkan lokalitas kehidupan sosial dan budaya Dari 5 badan swasta yang dibangun di Kabupaten
masyarakat. Hal itu diisi dengan adanya program Banyuwangi memiliki nilai investasi cukup besar dari
kesenian hiburan yang sejak tahun 2002 dilakukan. 1 millyar hingga 10 millyar Rupiah.Guna menarik
3URJUDP NHVHQLDQ ´8PEXO-8PEXO´ GLODNXNDQ VHEDJDL investor, jalur transportasi udara di Kabupaten
bentuk promosi wisata yang di lokasikan di kawasan Banyuwangi turut dibenahi. Beroperasinya Bandara
Pantai Boom Kabupaten Banyuwangi sebagai prioritas Blimbingsari pada tahun 2011 telah melayani rute
kebijakan Samsul Hadi dengan memberikan ruang perjalanan Banyuwangi-Surabaya yakni Merpati
bagi kesenian Gandrung sebagai bentuk industri Airlines dan Wings Air (Bappeda, 2013: 79-80).
hiburan modern, memiliki tujuan terutama untuk Mudahnya akses transportasi menjadi salah satu
membangkitkan citra dari kesenian Gandrung sendiri pertimbangan investor untuk menanamkan
sebagai bagian dari kehidupan sosial masyarakat investasinya, sehingga beroperasinya Bandara
Kabupaten Banyuwangi. Program-program wisata Blimbingsari membuka pintu investasi yang cukup
budaya turut dilakukan pada masa pemerintahan besar di Kabupaten Bayuwangi.
Bupati Abdullah Azwar Anas bersama Dinas Peran masyarakat juga dibutuhkan guna membantu
Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2010 melalui sebuah perkembangan perekonomian Banyuwangi, khususnya
event-event yang digelar setiap satu tahun sekali. Hal pada bidang pariwisata. Bentuk partisipasi masyarakat
tersebut bertujuan untuk menambah program obyek di antaranya dengan membangun home industri (Bayu

FIB Universitas Jember 32


Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

Mitra, 2014: 36). Keberadaan home industri ini dapat terbangunnya kepercayaan dan minat para investor
menciptakan berbagai suatu usaha-usaha di bidang untuk menanamkan modalnya di Kabupaten
kerajinan hingga produk makanan olahan melalui Banyuwangi. Perekonomian Kabupaten Banyuwangi
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Industri semakin tumbuh pesat dengan mulai beroperasinya
Kerajinan menjadi suatu usaha yang dilakukan di Bandara Blimbingsari. Apalagi maskapai Lion Air dan
hampir seluruh pedesaan Banyuwangi. Berbagai jenis Garuda Airlines sudah melakukan uji coba dan sudah
bahan alami diolah dengan kreatifitas masyarakat bersiap mengambil rute penerbangan Surabaya -
dalam sebuah kelompok pemberdayaan masyarakat, Banyuwangi dan Banyuwangi - Bali pada akhir tahun
sehingga menjadi bentuk berupa hiasan, makanan 2011 (Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2013: 45-
maupun perabotan sehari-hari. Hasil kreativitas dari 51). Di tahun 2012 terjadi stabilitas dari lonjakan
masyarakat menjadi perhatian di berbagai negara, kunjungan wisata, promosi dan berbagai event yang
seperti Jerman, Australia, Jepang, Amerika dan Swiss. digelar setiap tahun menjadikan Kabupaten yang
Produk-produk tersebut, diolah lalu dijual ke beberapa berjuluk The Sunrise of Java, pendapatannya di sektor
pasar induk di kawasan pusat-pusat kecamatan di pariwisata semakin meningkat menjadi Rp.
Kabupaten Banyuwangi, kemudian dikemas menjadi 1.805.340.000,-. Peningkatan tersebut kemudian
sebuah cinderamata yang dikhususkan menjadi oleh- menjadikan kabupaten Banyuwangi mampu meraih
oleh wisatawan. Sebuah produk-produk kreatif hasil penghargaan di bidang industri pariwisata, Travel
UMKM tersedia sebagai produk unggulan masyarakat, Tourism Club Award (TCTA) 2012, sebagai
seperti kerajinan batok kelapa, kerajinan tangan, kabupaten/kota yang terus berkomitmen dalam
souvenir penari gandrung, serat apaka, jaket kulit, mewujudkan pembangunan pariwisata yang
aneka minuman buah, keripik. Tidak ketinggalan batik berkualitas, sehingga memenangkan kategori Most
khas Banyuwangi, motif khasnya adalah gajah uling, Improved sebagai kabupaten/kota yang konsisten
kangkus setingkes, paras gempal, dan geringsing. mengembangkan sektor pariwisata. Sementara pada
Terdapat pula produk unggulan pangan tersedia, antara tahun 2013, Banyuwangi juga kembali mendapatkan
lain kue bangkiak, sale pisang, marning, krupuk cumi, penghargaan dari TCTA untuk kategori Most Creative
manisan cereme dan lainnya. Untuk olahan produk tingkat kabupaten/kota (Christian Andika, 2012: 21).
kerajinan tangan tersedia anyaman Bambu di daerah
Rogojampi dan Gintangan, anyaman bambu ini telah
menjadi icon produk kreatif Banyuwangi (Christian Dampak Sosial
Andika, 2012: 25-26). Adanya pengembangan pariwisata di Kabupaten
Dampak Ekonomi Banyuwangi, banyak masyarakat yang beralih mata
pencaharian. Hal itu dikarenakan semakin ramainya
Peranan sektor pariwisata di bidang jasa menempati
kunjungan wisata ke Kabupaten Banyuwangi.
urutan kedua sebagai penunjang perekonomian
Meskipun pertanian masih menjadi mayoritas
Kabupaten Banyuwangi. Meski berada di posisi kedua
pekerjaan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi,
dalam struktur PRDB, namun keberadaan sektor ini
tetapi pada sektor lain seperti perdagangan dan usaha
telah menjadi lokomotif utama dalam mengangkat
jasa menjadi pekerjaan sebagian masyarakat
tumbuhnya perekonomian Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi. Salah satunya seperti Dikanil,
yang semakin tahun mengalami kenaikan harga barang
pemilik homestay yang sebelumnya bekerja sebagai
dan jasa. Sektor perdagangan, hotel, dan jasa pada
nelayan, dan bersama istrinya Nur Rosidah yang
tahun 2010 mampu tumbuh sebesar 26,81% dan pada
sebelumnya bekerja sebagai TKW Taiwan,
tahun 2011 mencapai hingga 30,2%. Peningkatan di
menginvestasikan rumahnya menjadi sebuah
bidang industri pariwisata didukung dengan besarnya
penginapan yang didirikannya sejak tahun 2009
pendapatan yang dihasilkan oleh Pemkab Banyuwangi
( Wawancara Dikanil, 7 Desember 2015). Dikanil
setiap tahun.Kenaikan PAD Kabupaten Banyuwangi
sukses mengelola homestay tersebut, ia belajar dari
terlihat singnifikan memasuki awal tahun 2010, jumlah
Program Pemberdayaan Dinas Pariwisata Kabupaten
sumbangan sektor perhotelan pada tahun-tahun
Banyuwangi melalui Pokdarwis (Program Sadar
tersebut sebesar 7,24 persen atau mencapai
Wisata) dan pemilik homestay bagaimana cara menata
Rp.1.250.000.000,- (Pemerintah Kabupaten
kamar, menyiapkan makanan dan bersikap ramah
Banyuwangi, 2013: 45-51). Peningkatan tersebut tak
kepada wisatawan. Hasil dari pendapatan Dikanil
lepas dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
mengelola homestay berkisar Rp. 100.000,- hingga Rp.
sebesar 538.913 wisatawan. Beberapa hotel berbintang
750.000,-. Pendapatan tersebut menjadi lebih besar
pun mulai dibuka dan di perbaiki, seperti Hotel Santika,
jika dibandingkan dari pendapatan Dikanil sebelumnya
Hotel Surya Plengkung, Hotel Watudodol Beach, dan
sebagai nelayan lobster yang hanya Rp. 500.000
beberapa hotel lainnya. ( Wawancara Ainur Rofiq: 10
per/hari, tetapi ia harus menantang gelombang laut dan
Februari 2016) Kondisi ini menggambarkan

FIB Universitas Jember 33


Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

resiko nyawa. Perubahan dalam masyarakat memanfaatkan potensi alam dan keanekaragaman
menyangkut mobilitas vertikal terlihat pada beralihnya budaya sebagai bagian pokok dari aset penjualan
mata pencaharian masyarakat dari sektor pertanian ke pariwisata. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan-
sektor pariwisata, misalkan dulu menjadi buruh kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi
tani/nelayan menjadi pemilik usaha vila dan yang sejak awal memiliki tujuan untuk mengangkat
sebagainya ( Wawancara Dikanil, 7 Desember 2015). kembali citra kepariwisataan Kabupaten Banyuwangi
melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RJP)
dan Rencana Jangka Menengah Daerah (RJMD).
Dampak Budaya Adanya kebijakan tersebut dapat memberikan harapan
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dalam bahwa pengembangan sektor pariwisata Kabupaten
rangka memperluas tujuan dari pengembangan sektor Banyuwangi dapat dilakukan secara baik dan terarah.
pariwisata daerah, mengadakan acara event tahun Kesuksesan Kabupaten Banyuwangi untuk menjadi
dengan memadukan acara dari yang bertaraf lokal daerah tujuan wisata sempat mengalami berbagai
hingga bertaraf internasional yang dikemas setiap hambatan. Hambatan tersebut dimulai dari adanya
tahun seperti, Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi krisis ekonomi yang melanda perekonomian
Jazz, Malam Resepsi Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi yang berdampak pada perununan citra
Banyuwangi, Pagelaran Wayang Kulit (Dalang Ki kepariwisataan di mata internasional. Namun
Enthus), Festival Kuwung, Tumpeng Sewu Kemiren, hambatan tersebut dapat dilalui oleh Pemkab
Seblang Olehsari, Seblang Bakungan, Barong Ider Kabupaten Banyuwangi pasca lengsernya
Bumi, Festival Ngopi Sepuluh, Festival Rujak Soto, Pemerintahan Orde Baru, dengan ditandainya
Festival Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), pembentukan Otoda tahun 1999 dan Perda tahun 2002
Banyuwangi Batik Festival (BBF), Banyuwangi Art tentang usaha kepariwisataan daerah dan memberikan
Week, International Tour de Ijen, Banyuwangi Jazz kebebasan bagi setiap wilayah khususnya Banyuwangi
Festival, Banyuwangi International Surfing untuk mengelola potensi daerahnya tanpa ada campur
Competition dan Banyuwangi International Adventure tangan dari pemerintah pusat. Adanya peraturan
Trail (Bayu Mitra, 2013: 128-129). Salah satu event tersebut terbukti bahwa kegiatan pariwisata di
yang paling istimewa adalah Banyuwangi Ethno Kabupaten Banyuwangi mulai mengalami peningkatan
Carnival (BEC). BEC merupakan sebuah karnaval dari bidang pembangunan baik dari perbaikan obyek-
yang sangat unik karena tema yang digunakan budaya obyek wisata, Pendapatan Asli Daerah, event promosi
lokal kontemporer dengan etnik tradisional. Tujuan budaya, hingga fasilitas-faslitas penunjang pariwisata
utama dari diselenggarakannya BEC yang digelar lainnya seperti pembangunan hotel, rumah makan, dan
sejak tahun 2011 adalah untuk menjembatani antara fasilitas lainnya.
modernitas dengan seni budaya lokal khas
Banyuwangi yang dikemas dalam bentuk karnaval Daftar Pustaka
bertaraf internasional (Christian Andika, 2013: 7-8).
Peserta BEC mengenakan kostum sesuai dengan tema Sumber Buku
yang selalu berubah setiap tahunnya. Hal ini mampu [1] Budhisantoso. Pariwisata Dan Pengaruhnya
menstimulkan ide dan kreativitas kostum dari masing- Terhadap Nilai-Nilai Budaya. Jakarta: Universitas
masing peserta untuk menunjukkan dan memberikan Press. 1980.
nuansa warna-warni yang menarik dengan desain yang [2] Dariharto. Kesenian Gandrung Banyuwangi,
sangat indah dan megah. BEC tidak hanya bergema (Banyuwangi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
secara lokal, tetapi telah terdengar hingga luar daerah Kabupaten Banyuwangi, 2009.
di seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri. [3] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi. Banyuwangi The New Paradise of
Indonesian Tourism: Visitor Guide. Banyuwangi:
Kesimpulan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pariwisata berperan penting bagi pengembangan Banyuwangi, 2015.
suatu wilayah. Dengan adanya kegiatan pariwisata [4] Dinas Pariwisata Daerah. Himpunan
maka daerah-daerah yang memiliki potensi dasar PeraturanKepariwisataan. Jakarta: Departemen
pariwisata akan berkembang dan maju. Kegiatan Pariwisata Daerah Tingkat 1, 1994.
pariwisata tersebut dapat dilihat pada pengembangan [5] Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. (terjemahan
pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Nugroho Notosusanto), Jakarta: Universitas
Banyuwangi adalah salah satu Kabupaten yang berada Indonesia Press. 1983.
di ujung timur Pulau Jawa yang telah berhasil [6] Karyono,Hari. Kepariwisataan. Jakarta: PT
mengembangkan sektor pariwisata dengan Grasindo, 1997.

FIB Universitas Jember 34


Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

[7] Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik Pemerintahan


Otonomi Daerah, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2005.
[8] Spillane, James. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan
Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
[9] Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
³3RWHQVL GDQ 3HOXDQJ ,QYHVWDVL .DEXSDWHQ
%DQ\XZDQJL´ -DNDUWD 37 %XDQDWDPD 'LPHQVL
Consultants, 2013.
[10] %DSSHGD ³3HQJHPEDQJDQ 'DWDEDVH 3RWHQVL
Kerjasama dan Penyusunan Materi Promosi
,QYHVWDVL´ Laporan Akhir. Banyuwangi: Bappeda,
2013.
[11] Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka,
Banyuwangi: BPS, 2002.
[12] 0LWUD %D\X ³3HPEDQJXQDQ 7HULQWHJUDWLI 'DODP
Mewujudkan Kota Pariwisata bertaraf
,QWHUQDVLRQDO´ JurnalJKKMP, Vol. 2, No. 2,
September 2014.
[13] Pemerintah Kabupaten Banyuwangi,
³3HQJHPEDQJDQ GDQ 3HQJXDWDQ ,QIRUPDVL 'DWD
%DVH´ GDODP /DSRUDQ $NKLU $NXQWDELOLWDV .LQHUMD
Instansi Pemerintah. Banyuwangi: Pemkab, 2013.
[14] Anonim, Mantan Bupati Banyuwangi Kasus
Pembebasan Lahan Lapter dalam Berita Metro,
Banyuwangi, 3 Juli 2012.
[15] Christian Andika. Segitiga Berlian: Eksotika
Keindahan Bumi Blambangan. Banyuwangi:
Majalah Khusus Banyuwangi Ethno Carnival,
2012.
[16] Ainur Rofiq, Banyuwangi, 10-2-2016.
[17] Dariharto, Banyuwangi, 8-1-2016.
[18] Dikanil, Banyuwangi, 7-12-2015.

FIB Universitas Jember 35

You might also like