Professional Documents
Culture Documents
Abstract Abstrak
54
Kajian kelembagaan dan kemitraan pemasaran kayu karet di Provinsi Sumatera Selatan
55
Agustina, Syarifa dan Nancy
56
Kajian kelembagaan dan kemitraan pemasaran kayu karet di Provinsi Sumatera Selatan
Tabel 1. Luas areal karet di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Kabupaten, 2009
Table 1. Area of rubber in South Sumatra Province by District, 2009
TBM TM TT
Kabupaten Total
Immature Mature Old rubber
District Total
rubber plant rubber plant plant
tradisional diremajakan, potensi kayu karet desa yang meremajakan karetnya masing-
sekitar 58% dari volume kayu, sedangkan masing seluas 1 ha. Apabila diasumsikan
42% sisanya adalah kayu jenis lain yang juga areal peremajaan hanya 30 ha/desa dan dari
memiliki nilai ekonomi seperti pelawan, setiap ha kebun karet tua dihasilkan kayu
pelangas, leban, seru dan racuk. Sementara karet sebanyak 60 ton atau 40 m3, maka dari
pada perkebunan karet rakyat ex-proyek luas peremajaan seluas 28.650 ha akan
atau yang sudah teratur seluruhnya adalah diperoleh potensi kayu karet setiap tahun
tanaman karet. mencapai 1,7 juta m3 atau 1,1 juta ton.
Hasil estimasi luas areal penanaman Dari hasil studi diketahui bahwa
karet di Sumatera Selatan yang dilakukan terdapat delapan industri pengolahan kayu
oleh Nancy, et al. (2011) disajikan pada Tabel karet di Sumatera Selatan, yang tersebar di
2. Luas areal penanaman karet seluas 46 delapan kabupaten (Tabel 3). Hal ini
ribu ha, sebesar 62% atau 28.650 ha merupakan bagian dari strategi investor
merupakan peremajaan dan selebihnya untuk menghindari kendala persaingan
(38%) adalah perluasan. Areal perluasan bahan baku. Sumber utama bahan baku
umumnya terdapat di wilayah-wilayah yang kayu karet saat ini berasal dari perkebunan
selama ini bukan merupakan daerah rakyat (74%) dan sebanyak 26% berasal dari
konvensional karet, seperti Kabupaten perkebunan besar.
Lahat, OKU Timur, dan OKI.
Data pada Tabel 3 menunjukkan
Estimasi peremajaan pada Tabel 2 bahwa produksi riil yang dicapai saat ini
menggunakan skenario pesimis bahwa belum memenuhi kapasitas terpasang.
setiap tahun hanya terdapat 30 petani per Produksi riil rata-rata yang dicapai oleh
57
Agustina, Syarifa dan Nancy
Tabel 2. Estimasi luas pengembangan karet swadaya di Provinsi Sumatera Selatan per
tahun
Table 2. Yearly estimate area of self-help rubber development in South Sumatra Province
Jumlah Areal Swadaya (ha)
desa Self-help area (ha)
% Desa
Kabupaten Jumlah penghasil Total Area Indeks
karet a
/Kota desa Karet (30 ha/desa) peremajaanb
% of
District Number Number of Total of Area Replanting Peremajaan Perluasan
rubber
/City of villages rubber (30 ha/village) Indexb Replanting Extension
villagea
producing
villages
58
Kajian kelembagaan dan kemitraan pemasaran kayu karet di Provinsi Sumatera Selatan
pabrik pada saat ini baru mencapai 59% dari kan sebagai bahan veneer adalah kayu karet
total kapasitas terpasang. Berdasarkan hal harus memiliki panjang 130 - 135 cm, dia-
tersebut diketahui bahwa sebagian besar meter batang > 15 cm, batang lurus, segar
pabrik masih kekurangan bahan baku dan tidak ada percabangan (Gambar 1).
untuk mencapai produksi sesuai dengan Persyaratan ini sama halnya untuk produk
kapasitas terpasang. Hal ini menjadi kayu gergajian kayu karet (Gambar 2). Kayu
peluang bagi petani karet yang akan gergajian digunakan sebagai bahan
meremajakan kebun karetnya untuk struktural untuk konstruksi, atau pulp kayu
menjual kayu karet ke pabrik pengolahan untuk produk kertas.
kayu karet.
Sementara itu, untuk produk MDF,
Untuk dapat diolah, kayu karet yang kayu karet harus memiliki panjang 2 – 2,5 m,
dibeli oleh pabrik memiliki kriteria khusus diameter batang > 8 cm (Gambar 3). Medium
sesuai dengan produk yang dihasilkan. density fibreboard (MDF) adalah produk
Produk hasil pengolahan kayu karet yang kayu rekayasa yang dibentuk dengan
ada di Sumatera Selatan meliputi produk memecah kayu keras atau kayu lunak yang
veneer, MDF, dan kayu gergajian. Veneer tersisa menjadi serat kayu, biasanya dalam
merupakan irisan kayu tipis, biasanya lebih sebuah defibrator yang digabungkan dengan
tipis dari 3 mm, yang biasanya terpaku pada lilin dan pengikat resin, dan membentuk
panel inti (biasanya kayu, papan partikel panel dengan menerapkan suhu tinggi dan
atau medium-density fiberboard) untuk tekanan. MDF lebih padat daripada kayu
menghasilkan panel datar seperti pintu, lapis, terdiri dari serat dipisahkan, tetapi
atasan dan panel untuk lemari, lantai parket dapat digunakan sebagai bahan bangunan
dan bagian dari furniture. Veneer diperoleh seperti halnya kayu lapis.
dengan mengupas batang pohon atau
dengan mengiris blok empat persegi panjang Kondisi bahan baku kayu karet yang
besar kayu yang dikenal sebagai flitches. dapat digunakan untuk pabrik batu bata
Kriteria kayu karet yang dapat dimanfaat- ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 1. Bahan baku dan produk veneer yang dihasilkan oleh salah satu pabrik
pengolahan kayu karet di Sumatera Selatan
Figure 1. Raw material and veneer product produced by one of rubberwood processing
factories in South Sumatra
59
Agustina, Syarifa dan Nancy
Gambar 2. Bahan baku dan produk kayu gergajian yang dihasilkan oleh salah satu
pabrik pengolahan kayu karet di Sumatera Selatan
Figure 2. Raw material and product of sawn timber produced by one of rubberwood
processing factories in South Sumatra
Gambar 3. Bahan baku dan produk MDF yang dihasilkan oleh salah satu pabrik
pengolahan kayu karet di Sumatera Selatan
Figure 3. Raw material and MDF product produced by one of rubberwood processing
factories in South Sumatra
Gambar 4. Bahan baku kayu karet untuk pembuatan batu bata di Sumatera Selatan
Figure 4. Raw material of rubberwood in brick production in South Sumatra
60
Kajian kelembagaan dan kemitraan pemasaran kayu karet di Provinsi Sumatera Selatan
27%
Unit Pabrik
Faktory unit
61
Agustina, Syarifa dan Nancy
Produk
Product
Uraian Batu Bata Kayu gergajian
Description Veneer MDF (Rp/truk) (Rp/truk )
(Rp/truk) (Rp/truk) (Brick) Sawn timber
Rp/truck Rp/truck (Rp/truck ) (Rp/truck)
62
Kajian kelembagaan dan kemitraan pemasaran kayu karet di Provinsi Sumatera Selatan
Tabel 5. Rata-rata peremajaan dan pemanfaatan kayu karet di kabupaten sentra karet
Propinsi Sumatera Selatan, 2011
Table 5. Average replanting area and usage of rubberwood in the district of rubber producing
centers of rubber in South Sumatra Province, 2011
Keberadaan
Rata-rata Penjualan kayu karet supplier kayu
Purchasing of rubber wood tingkat desa
peremajaan
per desa (ha) Ya T idak (orang)
Kabupaten
The average (%) (%) The existence of
District Sistem penjualan Sistem Pembayaran
of replanting Yes No rubberwood
(%) System of Purchasing System of payment (%)
per village supplier at
(ha) village level
(person)
Musi Rawas 54 70 melalui supplier petani yang Cash; 3-7 hari setelah 30 2
menebang; petani yg diangkut
mengantar langsung ke pabrik Cash, the payment after 3- 7
through supplier, cutting days of transporting
down of the trees was
conducted by smallholders
and they transport to the
factory
OKI 13 0 - - 100 -
Rata-rata 39 68 32
(Average)
63
Agustina, Syarifa dan Nancy
(a) (b)
Gambar 6. Kondisi kayu karet pada penyadapan (a) benar; (b) berat yang melukai
kambium
Figure 6. Rubberwood on tapping condition (a) right; (b) over tapping
64
Kajian kelembagaan dan kemitraan pemasaran kayu karet di Propinsi Sumatera Selatan
1. Harga karet alam yang tinggi rusak, sehingga kayu sulit untuk
dikeluarkan dari kebun.
Pada saat harga karet meningkat,
sebagian besar petani memutuskan Dari hasil wawancara dengan pihak
menunda peremajaan karetnya. Sebagai pabrik diketahui bahwa pada musim
contoh untuk kebun karet tua yang hanya kemarau yaitu Juni – September pasokan
menghasilkan 50 kg slab/minggu, petani kayu sangat tinggi, dan biasanya dijadikan
masih menerima Rp 1 juta per minggu. stok bahan baku untuk musim hujan, saat
Kondisi saat ini petani akan meremajakan supply kayu menurun drastis. Cadangan
kebun apabila hasil karet kurang dari 25 kg kayu karet untuk veneer dan MDF hanya
slab/ minggu. Berdasarkan hasil dapat disimpan maksimal selama 3 bulan,
wawancara dengan petani diketahui bahwa sehingga pihak pabrik harus dapat
saat ini dengan kondisi harga karet yang menghitung ketersediaan kayu yang ada,
baik, petani baru akan meremajakan kebun agar pabrik dapat beroperasi secara
karet jika produksi yang dicapai kurang 5 berkesinambungan. Upaya yang dilakukan
kg/ hari. pihak pabrik antara lain mencampur antara
stok kayu lama dan baru. Sementara
ketahanan kayu karet untuk sawn timber
2. Keterbatasan jalan produksi di kebun hanya 3 hari.
Kebun karet rakyat sebagian besar Upaya yang dilakukan pabrik agar
terletak di pedalaman yang hanya dapat pabrik dapat tetap beroperasi pada saat
dilalui jalan setapak. Supplier adakalanya supply dari perkebunan karet rakyat
harus membuat jalan khusus untuk merosot, adalah memasok kayu dari
mengeluarkan kayu, yang tidak jarang perkebunan besar baik perkebunan swasta
harus meminta izin pada kebun yang maupun perkebunan milik negara seperti
bersebelahan. Masalah lain apabila harus PTPN, karena perkebunan besar umumnya
melewati kebun produktif dan harus memiliki akses jalan yang baik.
memberikan kompensasi yang nilainya
tinggi. Hal ini akan menambah biaya bagi
pihak supplier. 5. Pabrik kayu karet belum terdapat di
semua lokasi
65
Agustina, Syarifa dan Nancy
diameter > 15 cm diterima oleh pabrik veneer Beberapa pabrik pengolahan kayu di
atau sawn timber. Sumatera Selatan telah melakukan
kemitraan dengan petani dalam
pemanfaatan kayu karet, sebagai contoh
7. Perizinan angkutan kayu karet salah satu pabrik MDF membina dan
memberi bantuan modal usaha bagi 2
Pengangkutan kayu karet di tingkat penangkar bibit karet. Penangkar diberi
supplier harus memiliki SKAU (Surat pinjaman modal sebesar 30 juta rupiah oleh
Keterangan Asal Usul). Berdasarkan pihak pabrik untuk membuat bibit karet
informasi dari Dinas Kehutanan, prosedur polibeg sebanyak 4000-5000 polibeg.
pengeluaran SKAU adalah dengan Penangkar harus mengembalikan pinjaman
mengajukan pembuatan SKAU dari pihak modal tersebut sebesar 40% dari total
pemohon dengan melengkapi surat pinjaman. Sumber entres dan biji dibantu
keterangan tanah dan keterangan dari oleh pihak Dinas Perkebunan Kabupaten
Kepala Desa. Setelah dokumen-dokumen terkait. Bibit yang dihasilkan oleh
dilengkapi oleh pemohon, petugas dari Dinas penangkar, ditawarkan kepada petani yang
Kehutanan meninjau lokasi kebun yang menjual kayunya ke PT Sumatra Prima
akan diremajakan, selanjutnya SKAU Fibreboard dengan memperhitungkan nilai
diproses dan diterbitkan. Informasi yang kayu karetnya. Program kemitraan ini
tertera pada SKAU meliputi asal kayu (bukti sudah berjalan sejak tahun 2008 dan
kepemilikan, nomor, nama dan alamat sampai dengan tahun 2011 telah tersalur
pemilik, tempat muat, dan jenis alat angkut), 10.000 bibit untuk petani yang
tujuan pengangkutan (nama dan alamat meremajakan kebun karetnya. Di samping
penerima), serta jenis dan volume kayu. itu, petani ditawarkan Garlon (racun
Untuk Kabupaten Muara Enim dan Musi tunggul). Pola kemitraan lain dilakukan oleh
Banyuasin, SKAU ditandatangani oleh pabrik veneer yang memberikan bantuan
Kepala UPTD Kehutanan daerah setempat, bibit sengon melalui supplier serta ada pula
sedangkan kabupaten selain dua kabupaten yang memberi bantuan bibit jabon kepada
tersebut, SKAU ditandatangani oleh Kepala supplier (10 batang bibit jabon untuk setiap
Desa yang bersangkutan. Setiap lembar 10 m3 kayu karet yang dijual ke pabrik).
SKAU berlaku untuk setiap truk yang
mengangkut kayu karet, padahal setiap Program kemitraan pabrik dan petani
hektar kebun karet dapat menghasilkan 8 - merupakan suatu bentuk kelembagaan
25 truk kayu karet. Hal ini dinilai kurang yang sangat baik untuk dikembangkan.
efisien, sehingga dirasakan perlunya Namun pada kenyataannya masih
penyederhanaan perizinan untuk ditemukan kendala untuk melanjutkan
pemasaran kayu yang berasal dari tanaman program kemitraan ini, terutama kendala
budidaya seperti karet. ketersediaan sumberdaya manusia untuk
membina penangkar. Dari hasil wawancara,
diketahui bahwa dari dua orang penangkar
Kemitraan Pabrik Kayu Karet dan Petani yang dibina, hanya satu orang penangkar
yang berhasil menyalurkan bibitnya kepada
Fluktuasi supply bahan baku selama petani.
satu tahun dirasa cukup bagi pihak pabrik,
meskipun pihak pabrik harus melakukan
beberapa strategi untuk menjamin KESIMPULAN DAN SARAN
kecukupan bahan baku selama setahun, di
antaranya dengan membangun Hutan Provinsi Sumatera Selatan memiliki
Tanaman Industri, menjalin kemitraan potensi yang cukup besar untuk
dengan petani yang meremajakan kebun pengembangan industri kayu karet, baik
karet tuanya, memberi fee untuk supplier, dari sisi ketersediaan bahan baku maupun
ataupun dengan mencampur kayu yang dari sisi industri pengolahan kayu karet.
lama dengan kayu yang baru dengan Pemasaran kayu karet di Sumatera Selatan
perbandingan 60% kayu lama dicampur melibatkan pihak supplier sebagai
dengan 40% kayu baru. Salah satu pabrik penghubung antara petani dan pabrik.
memberi fee kepada supplier sebesar Rp Supplier membeli kayu karet dari petani
2000/m3 untuk setiap 100 m3 kayu karet untuk kemudian dibawa ke pabrik
yang dibawa ke pabrik.
66
Kajian kelembagaan dan kemitraan pemasaran kayu karet di Provinsi Sumatera Selatan
pengolahan kayu karet. Beberapa pabrik Boerhendhy, I., C. Nancy, dan A. Gunawan.
telah melakukan kemitraan dengan petani 2003. Kayu karet dapat menggantikan
dalam pemanfaatan kayu karet misalnya kayu hutan alam. Warta Penelitian dan
dengan membina dan memberi bantuan Pengembangan Pertanian 25(1), 3-5.
modal usaha kepada penangkar bibit,
dimana bibit yang dihasilkan, ditawarkan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera
kepada petani yang menjual kayu, dengan Selatan. 2012. www.disbunsumsel.
memperhitungkan nilai kayu karetnya. com di unduh tanggal 3 Januari 2012.
Selain itu ada pula yang memberi bantuan
bibit sengon dan jabon melalui supplier. Nancy, C., D. S. Agustina, L. F. Syarifa. 2011.
Program kemitraan pabrik dan petani Potensi kayu karet hasil peremajaan
merupakan suatu bentuk kelembagaan milik petani vs ketersediaannya untuk
yang sangat baik untuk dikembangkan memasok industri kayu. Makalah
terutama dalam rangka pemanfaatan kayu disampaikan pada Workshop Nasional
karet hasil peremajaan di tingkat petani. “Perumusan Arah Kebijakan Nasional
dan Program Aksi Pemanfaatan Kayu
Karet Hasil Peremajaan Milik Petani
DAFTAR PUSTAKA dan Perusahaan Karet dengan
Partisipasi Stakeholder Utama”.
Antoro, R. 2012. Kayu karet sebagai Jakarta, 21-22 Desember 2011. Tidak
substitutsi kayu hutan alam. Majalah dipublikasi.
Kehutanan Indonesia Edisi IV Tahun
2006. www.dephut.go.id di unduh Manurung, T. 2003. Laju kerusakan hutan
tanggal 1 Maret 2012. Indonesia, terparah di planet bumi.
Majalah Gatra, November 2003.
Arsjad, A. dan R. Dereinda. 1988. Potensi
dan nilai ekonomi beberapa klon karet Team Koordinasi Industri Hasil Hutan
dalam menghasilkan bahan baku bagi (TKIHH) Plus. 1987. Usul landasan
industri mebel. Lokakarya Pemuliaan penentuan kebijaksanaan
Tanaman Karet. Medan, 12-14 Januari pengusahaan kayu karet. Jakarta.
1998. Tidak dipublikasi.
67