You are on page 1of 32

PROPOSAL

PENGARUH STIMULASI PERMAINAN MIND MAPPING TERHADAP FUNGSI


KOGNITIF PADA ANAK DI DESA ULLATH KECAMATAN SAPARUA

TAHUN 2020

OLEH :

RESTHY ASTUTY SUPARDY

NIM : P.1608102

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PASAPUA

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan generasi penerus bangsa dimana kualitas anak tersebut


tergantung pada kualitas tumbuh kembangnya yang berkisar antara umur 0-5 tahun.
Menurut UU NO 20 Tahun 2003, anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia
0-6 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang unik , karena terjadi bersamaan dengan golden age
(masa peka atau emas).

Usia dini merupakan periode perkembangan yang panjang dari masa kanan-kanak
sekitar usia 5 sampai 6 tahun. Namun periode ini merupakan prasekolah pada anak. Masa
kanak-kanak lebih cendrungnya belajar sambil bermain dan melatih kemandirian pada
diri anak. Karna dimasa ini anak lebih senang menghabiskan waktunya bermain. Bermain
ini merupakan proses tahap perkembangan untuk mencapai pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh anak itu sendiri.

Pada usia 4-6 tahun kemampuan anak dalam berpikir dan menemukan gagasan
ide yang memecahkan suatu masalah semakin berkembang,dilihat dari aktifitas anak
biasanya upaya pertama mencoret-coret, menggambar dan menulis mereka tidak peduli
dimana saja yang mereka inginkan dan senangi

Periode penting dalam tumbuh kembang anak ada masa balita, karena masa ini
merupakan periode pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, sehingga setiap kelainan atau penyimpanan sekecil
apapun akan mengurangi kualitas generasi penerus bangsa tersebut di kemudian hari .
proses pertumbuhan dan perkembangan anak secara alami yang dengan pola dan
karakteritis yang dapat di tentukan sebelumnya, untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan anak memiliki kebutuhan dasar yang terbagi tiga yaitu: Kebutuhan fisik
biomedis (ASUH), kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH) dan kebutuhan stimulasi
mental (ASAH).

Stimulasi merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan asah anak yang
berbentuk permainan menantang pikiran yang berguna untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan. Stimulasi harus
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara guru dan anak.
Stimulasi ini dapat diselenggarakan melalui program pendidikan anak usia dini (PAUD).
PAUD ini dapat dilaksanakan melalui jalur formal (TK, RA atau bentuk lain yang
sederajat). Jalur non formal (kelompok bermain, taman penitipan anak, satuan pendidikan
anak usia dini ( PAUD sejenis, jalur informal (pendidikan keluarga yang diselengarakan
oleh lingkungan). Stimulasi yang dilakukan ppada anak usia prasekolah berfungsi untuk
mengembang kemampuan-kemampuan umur sebelumnya dan diarahkan untuk kesiapan
bersekolah. Oleh karena itu pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkup
maupun tingkat kesulitan dan dikelompokan dengan usia anak. Berbagai aspek yang
dapat dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini yaitu perkembangan kognitif.

Perkembangan kognitif merupakan aspek utama yang dapat mempengaruhi


perkembangan aspek lainnya. Menurut Fadilla (2012;62) perkembangan kognitif
merupakan perkembangan yang terkait dengan kemampuan berfikir seseorang.
Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak untuk mengembangkan pengetahuan tentang
apa yang didengar, dilihat, dirasakan, atau penciuaman oleh paca indra yang anak miliki.
Untuk itu perlu diciptakan media pembelajaran yang menarik, kreatif dan inofatif. Proses
kognitif mencangkup kegiatan mental adalah menemukan, memilah, mengelompokan dan
mengingat. Setiap anak membutuhkan daya ingat yang kuat hal itu biasa diperoleh
melalui pengalaman serta informasi yang anak dapat dari masa lampau. Ingatan
merupakan kata lain dari memori, disamping ada menggunakan istilah memori.

Menurut Kartono 1990 dalam kodijah (2016;1999), Memori atau ingatan adalah
kemampuan mencamkan, menyimpan dan mereproduksi kembali hal-hal yang pernah di
ketahui. Pada hakikatnya daya ingat anak sangat berhubungan langsung dengan anak
melalui pengalaman, apa yang telah dilihat dan apa yang terjadi disekeliling anak.
Berdasarkan pengambilan data awal melalui wawancara yang dilakukan oleh
peneliti di desa Ullath, maka data yang didapat adalah total populasi anak usia(4-6 tahun)
sebanyak 35 anak, dan total sampel 30 anak, yang terdiri 12 anak perempuan dan 18 anak
laki-laki. Pada pengamatan peneliti, kelompok anak saat kegiatan mewarnai masih ada
anak yang belum mengetahui beberapa warna pada pensil warna, dalam menggambar
hingga ada anak yang masih mengalami kebingungan dan mengalami kesulitan ketika
menuangkan ide dalam bentuk gambar dan belum memahami materi yang di ajarkan,
untuk membantu meningkatkan pemahaman terhadap materi yaitu dengan menggunakan
mind mapping. Mind mapping atau peta pikiran dapat dilakukan untuk mengatasi
kurangnya ketertarikan anak dalam mengikuti pembelajaran. Mind mapping berbentuk
memancar keluar dari gambar pusat dengan menggunakan garis, lambang, kata-kata,
serta gambar yang sederhana dan akrab untuk anak. Informasi yang panjang dan
membosankan dapat diubah menjadi bentuk gambar berwarna-warni, beraturan dan
mudah diingat. Mind mapping juga salah satu media yang dapat digunakan dalam
mengenal warna gambar, dan melatih daya ingat anak usia dini.

Dengan melihat metode yang dipakai oleh guru dan proses perkembangan
kognitif anak dan tidak pernah menggunakan metode bermain main mapping, maka
penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh stimulasi bermain main mapping
terhadap fungsi kognitif anak di desa Ullath.

A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “apakah ada pengaruh stimulasi permainan main mapping terhadap fungsi kognitif
anak di Desa Ullath?”

B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh stimulasi permainan mind mapping terhadap fungsi
kognitif pada anak di desa ullath kecamatan saparua
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kemampuan kognitif anak menggunakan metode mind
mapping
b. Untuk mengetahui kemampuan anak sebelum menggunakan metode mind
mapping
c. Untuk mengetahui kemampuan anak sesudah menerapkan metode mind mapping

C. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitiaan ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai kontribusi pemikiran terhadap pihak-pihak yang ingin melakukan
penelitiaan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
keperawatan komunitas.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk
diterapkan pada anak Didesa Ullath kecamatan Saparua
b. Bagi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah perbendaraan
bacaan bagi falkutas kesehatan, program study keperawatan
c. Bagi peneliti
Dapat memahami dan menambah wawasan mengenai pengaruh stimulasi
permainan mind mapping terhadap fungsi kognitif pada anak di Desa
Ullath kecamatan saparua
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MIND MAPPING
1. Pengertian mind mapping

Mind mapping atau peta pikiran diciptakan pertama kali oleh Buzan dari inggris,
seorang pakar pengembangan otak, kreativitas dan revolusi pendidikan. Menurut Buzan
dalam Adriantoni (2016:256) mind mapping adalah: cara mencatat yang kreaktif,
efektif,dan secara harafiah akan memetahkan pikiran-pikiran anak. Menurutnya juga
mind mapping atau peta pikiran adalah ekspresi radiant thingking yang merupakan fungsi
alami dari cara kerja pikiran manusia. peta pikiran ini merupakan ekspresi potensi
keluasan yang tidak terbatas dari otak manusia yang diterapkan dalam berbagai aspek
kehidupan dan melatih siswa dalam berpikir

Menurut Legowo dalam Adriantoni dan Nurdin (2016:257) mind mapping yaitu
cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak. Menurut Caroline Edwar
dalam Adriantoni dan Nurdin (2016:156) mind mapping adalah cara paling efektif dan
efisien untuk memasukan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak.

Menurut Adriantoni dan nurdin (2016:257) mind mapping juga merupakan teknik
mencatat yang dapat memetakan pikiran yang kreatif dan efektif serta memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak baik belahan otak kanan atau belahan otak kiri yang
terdapat didalam diri seseorang.

Mind Mapping merupakan salah satu model kreatif yang dapat diterapkan pada
anak-anak, mind mapping itu sendiri disesuaikan dengan salah satu karakteritis anak yang
lebih suka bermain dan bergembira. Teknik mencatat mind mapping, membuat anak
harus mencatat dan meringkas menggunakan kata kunci dan gambar

Menurut (Buzan) indicator belajar dengan mind mapping antara lain :


merencanakan,berkomunikasi menjadi lebih kreatif, menyelesaikan masalah,
memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan
lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien dan melatih gambar keseluruhan.

Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan
potensi kerja otak yang terdapat didalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan
kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi

warna, symbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi
yang diterima.

2. Tujuan Mind Mapping (Peta pikiran)


Tujuan dari mind mapping menurut De Porter & Hernaki menyatakan bahwa “peta
pikiran sangat baik untuk merencanakan dan mengatur berbagai hal”. Pendapat Buzan juga
mendukung pendapat diatas yang menyatakan bahwa tujuan mind mapping adalah untuk
membantu anak belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang
diinginkan, dan mengelompokannya dengan cara yang alami, memberi anak akses yang
mudah dan langsung (ingatang yang sempurna) kepada apapun yang diinginkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan mind mapping adalah untuk
membantu belajar menyusun, menyimpan, informasi dan mengelompokannya dengan cara
yang alami untuk merencanakan dan mengatur berbagai hal yang diinginkan.

3. Manfaat Mind Mapping

Menurut Olivia(2013:xi) manfaat mind mapping bagi anak adalah :

1. Membantu untuk berkonsentrasi ( memusatkan perhatian dan lebih baik dalam


mengingat.
2. Meningkatkan kecerdasan visual dan ketrampilan observasi
3. Melatih kemampuan berpikir, kritis, dan komunikasi.
4. Melatih inisiatif dan rasa ingin tahu.
5. Meningkatkan kreativitas dan daya cipta
6. Membuat catatan dan ringkasan pelajaran dengan baik.
7. Membantu mendapatkan atau memunculkan ide atau cerita berlian.
8. Meningkatkan kecepatan berfikir dan mndiri
9. Menghemat waktu sebaik mungkin.
10. Membantu mengembangkan diri serta merangsang pengungkapan pemikiran.
11. Membantu mengatur pikiran hobi dan hidup kita
12. Melatih koordinasi gerak tangan dan mata.
13. Membuat tetap focus pada ide utama maupun semua ide tambahan.
14. Membantu menggunakan kedua belahan otak yang membuat kita ingin terus menerus.

4. Kelebihan dan kekurangan Mind Mapping

Adapun kelebihan dan kelemahan media gambar. Kelebihan media gambar menurut
Parwati (2013:4), menyatakan bahwa kelebihan dari media gambar selain kesederhanaannya,
mudah didapat, maupun dibuat namun sangat bermanfaat.

Kelemahan media gambar menurut Sudjana & Rivai (dalam Parwati, 2013:4)
menyatakan kelemahan gambar media misalnya menggunakan gambar yang terlalu kecil dan
tidak merata cara memperlihatkan gambar tersebut, sehingga siswa menjadi gaduh karena ingin
mendekat dan melihat gambar yang tidak bisa diamati dari tempat duduk masing-masing.

Kelebihan media gambar adalah sangat mudah didapat, bersifat kongkret, dapat
menjelaskan suatu masalah, murah dan sangat bermanfaat sedangkan kelemahan media gambar
adalah sebagai media yang hanya menekankan persepsi indera mata dan ukurannya sangat
terbatas untuk kelompok besar sehingga kegiatan pembelajaran menjadi kurang efektif.

5. Penggunaan Mind Mapping dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak


Penggunaan metode mind map akan membantu anak memperoleh aspirasi untuk berimajinasi,
bereksplorasi, menemukan hal-hal yang baru, mengekspresikan perasaan dan berkreasi yang bisa
memberikan rasa senang terhadap anak.
Penggunaan mind mapping akan berlangsung baik apabila menggunakan langkah-
langkah penerapan mind mapping untuk anak usia dini dengan alat dan bahan sebagiai berikut:

1) kertas,
2) pensil warna,
3) potongan gambar
4) lem,
5) pola mind mapping.

6. Langkah-langkah metode penerapan Mind Mapping dalam mengembangkan


kemampuan kognitif anak usia dini adalah:

1) memperkenalkan tema dan sub tema,

2) melakukan tanya jawab tentang tema dan subtema,

3) penjelasan tentang kegiatan mind mapping,

4) mengenalkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan mind mapping,

5) selanjutnya anak melakukan kegiatan mind mapping secara individu sesuai dengan tema
dan subtema yang di sampaikan guru, dalam melakukan kegiatan mind mapping anak
mengelompokkan gambar-gambar sesuai dengan warna, ukuran, urutan, dan menempel
potongan gambar yang telah di kelompokkan ke dalam pola mind mapping yang
disediakan,

6) setelah anak dapat membuat mind mapping sesuai dengan klasifikasinya kumpulkan
menjadi sebuah portofolio,

7) selanjutnya anak-anak menyebutkan warna yang terdapat pada potongan gambar pola
mind mapping berdasarkan warna, menyebutkan nama potongan gambar pada pola mind
mapping berdasarkan ukuran dan menyebutkan jumlah dari potongan gambar yang
terdapat pada pola mind mapping berdasarkan urutan untuk melihat perkembangan
kognitif anak.
7. Langkah-langkah cara membuat Mind Mapping

Buzan (2012: 16-20) menjelaskan ada tiga tahap dalam membuat Mind mapping sebagai
berikut.

1. Buatlah topik, sebagai contoh tema pada Mind mapping adalah rumahku, gunakan
kekuatan imajinasi dan asosiasi untuk membuat Mind mapping. Siapkan sebuah kertas dan pensil
warna. Di tengah kertas buatlah gambar atau tulis tema .

2. Gambarlah beberapa cabang tebal yang memancar keluar dari gambar sentral.
Gunakan warna yang berbeda untuk setiap cabang. Cabang-cabang ini mewakili pikiran utama
manusia tentang hal-hal yang berkaitan dengan rumahku. Pada setiap cabang, tulislah dengan
jelas dan dengan huruf besar kata kunci yang muncul dibenak. Jika perlu membantu imajinasi
untuk memilih kata-kata kunci, bisa menuliskan bagian-bagian dari rumah, misalnya halaman
atau kamar mandi..

Selanjutnya bisa membuat lebih baik dengan menambahkan gambar-gambar dari imajinasi
sendiri. “sebuah gambar bermakna seribu kata” dan karenanya menghemat banyak waktu dan
tenaga yang harus dicurahkan bila harus mencatatnya dengan kata-kata. Selagi mengembangkan
Mind mapping, tambahkan gambar-gambar kecil yang mewakili dan menguatkan ide-ide,
gunakanlah pena warna dan sedikit imajinasi. Gambar tidak harus gambar yang indah karena
Mind mapping bukanlah tes kemampuan artistik.

3. Gambarlah cabang-cabang lanjutan yang memancar dari setiap kata kunci untuk
mengakomodasi asosiasi-asosiasi yang dibuat. Jumlah anak cabang akan tergantung dari jumlah
ide yang ditemukan artinya tak terbatas. Pada cabang-cabang ini lakukan persis sama dengan
tahap pertama, tulislah kata kunci tunggal pada anak-anak cabang ini. Gunakan kata utama pada
cabang untuk memicu tiga atau empat kata kunci baru pada anak cabang berikutnya”.
B. Perkembangan kognitif

1. Pengertian perkembangan kognitif

Salah satu perkembangan yang dimiliki oleh anak adalah perkembangan kognitif, pada
dasarnya potensi ini ditentukan pada saat pembuahan yang dipengaruhi oleh faktor hereditas atau
keturunan namun dapat berkembang atau tidaknya potensi kognitif ini juga tergantung pada
faktor lingkungan dan kematangan dari kesempatan yang diberikan untuk dapat menentukan
batas maksimal perkembangan pada tingkatan intelegensi (Hasnida, 2014:45). Hal ini sejalan
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dalam Standar Isi Tentang Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak bahwa perkembangan kognitif anak distimulasi sesuai dengan
usianya, perkembangan kognitif pada anak yang berusia 4-6 tahun yang dalam lingkup
perkembangan kognitif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1) belajar dan pemecahan masalah, 2)
berfikir logis dan 3) berfikir simbolik. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan perkembangan
kognitif dengan lingkup berfikir logis pada tingkat pencapaian perkembangan anak dalam
klasifikasi benda.

Perkembangan kognitif pada umumnya sangat berhubungan dengan masa perkembangan


motorik. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan
berfungsi, sehingga dapat berfikir. Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Kognitif adalah fungsi mental
yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Istilah kognitif
(cognition) dimaknai sebagai strategi untuk mereduksi kompleksitas dunia. Kognitif juga
dimaknai sebagai cara bagaimana manusia menggambarkan pengalaman mengenai dunia dan
bagaimana mengorganisasi pengalaman mereka.

Aspek yang dipantau dari Perkembangan aspek Kognitif yaitu :

1)Informasi/pengetahuan figurative.

2)Pengetahuan prosedur/operatif .

3)Pengetahuan temporal dan special .


4)Pengetahuan dan pengingat memori Perkembangan Kognitif pada anak-anak.

Menurut Jean Piaget 1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun) Dalam tahap ini perkembangan
panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan
untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari
perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya
adalah ‘menangis’. Menyampaikan cerita atau berita pada anak usia ini tidak dapat hanya
sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang
bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001:79), bila anak yang berumur 3-12 tahun diberi
bermacam-macam objek dan diminta membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada
beberapa kemungkinan yang terjadi. Anak-anak menyusun objek objek tidak hanya berdasarkan
pada kesamaan, tetapi juga menjajarkannya dalam ruang, baris, bentuk, warna dan lain-lain,
sehingga membentuk suatu gambaran yang banyak. Anak yang lebih dewasa akan
mengelompokkan objek objek itu secara terstruktur, dengan kata lain, anak yang lebih dewasa
mengklasifikasi objek secara lebih sistematis . Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan
dari Ginsburg dan Opper (dalam Suparno, 2001:66), bahwa anak yang berumur 2-5 tahun
masih sulit membuat klasifikasi benda. Pada umur 5-7 tahun, anak mulai dapat membuat
klasifikasi, tetapi masih sulit untuk merangkum keseluruhan. Oleh sebab itu, perkembangan
kognitif anak perlu distimulasi dan diberi rangsangan agar dapat meningkat terutama pada ciri
pengklasifikasian pada tahap praoprasional perkembangan kognitif dengan kegiatan mind
mapping.

2. Factor-faktor yang mempengaruhi kognitif

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan


dari cara berpikir anak. Ada faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Siti Partini (2003: 4) bahwa
“pengalaman yang berasal dari lingkungan dan kematangan, keduanya mempengaruhi
perkembangan kognitif anak” . Sedangkan menurut Soemiarti dan Patmonodewo (2003: 20)
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan
antar sel otak. Kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan ibu akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih (2005: 35)h makin bertambahnya umur
seseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat pada
kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi
biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif
di dalam sruktur kognitifnya. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan kognitif.

Menurut Ahmad Susanto (2011: 59- 60) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif antara lain:

a. Faktor Hereditas/Keturunan

Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer,
mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah membawa potensi tertentu yang tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf intelegensi sudah ditentukan sejak lahir.

b. Faktor Lingkungan

John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang
belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf intelegensi ditentukan oleh pengalaman
dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.

c. Faktor Kematangan

Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan usia kronologis.

d. Faktor Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).

e. Faktor Minat dan Bakat


Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat
dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang
memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.

f. Faktor Kebebasan

Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia dapat memilih
metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah faktor kematangan dan pengalaman yang
berasal dari interaksi anak dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan, anak akan
memperoleh pengalaman dengan menggunakan asimilasi, akomodasi, dan dikendalikan oleh
prinsip keseimbangan.

3. Tahap-tahap perkembangan kognitif

Tahapan perkembangan kognitif anak menggambarkan tingkat kemampuan anak dalam


berpikir. Menurut Piaget yang dikutip dalam Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 162),
“perkembangan kognitif anak terbagi menjadi 4 tahapan yaitu, sensorimotor (0-2 tahun),
praoperasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun) dan operasional formal (11-6
tahun)”. Sedangkan menurut Slamet Suyanto (2005: 55) pada tahapan praoperasional anak mulai
menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas. Anak sudah belajar nama-nama benda,
menggolong-golongkan, dan menyempurnakan kecakapan panca inderanya. Sifat egosentrisnya
sangat menonjol. Anak menunjukkan kemampuannya melakukan permainan simbolis, misalnya
anak menggerakkan balok kayu sambil menirukan bunyi mobil seakan-akan balok itu mobil.
Pada tahapan praoperasional, anak sudah menggunakan memorinya tentang mobil dan
menggunakan balok untuk mengekspresikan pengetahuannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan


kognitif anak berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini aktivitas berfikirnya belum
mempunyai sistem yang terorganisasi tetapi anak mulai bisa memahyaitu, daya atau kemampuan
seorang anak untuk berfikir dan mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang
mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru. Ruang lingkup daya pikir yang
ingin dicapai dalam rangka pengembangan kemampuan daya pikir seperti digariskan oleh
Departemen Pendidikan Nasional yang dikutip dalam Siti Partini (2003: 9) meliputi: (1)
menyebut urutan bilangan; (2) membilang (mengenal konsep bilangan) dan benda-benda; (3)
menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak tidak diuruh menulis); (4)
menciptakan berbagai bentuk dengan mengunakan benda sesuai dengan konsep bilangan yang
sudah diketahui anak; (5) mengenal konsep bilangan sama dan tidak sama realitas di
lingkungannya.

4. Perkembangan kemampuan anak usia dini

Perkembangan kognitif anak pada aspek “mengurutkan objek” saat kegiatan mind
mapping terbukti meningkatkan perkembangan kognitif anak, karena semua subjek yang diteliti
terbukti mengalami peningkatan. Awalnya nilai anak berada pada kriteria Sangat Kurang setelah
dilakukan perbaikan nilai anak berada pada kriteria Cukup, dari kriteria Baik menjadi Sangat
Baik, hal ini terbukti semakin bertambahnya kemampuan anak ketika mengurutkan objek mind
mapping sesuai dengan pola urutan dari jumlah yang sedikit sampai banyak.

Menurut Gardner (dalam Suparno, 2001:19) menjelaskan intelegensi sebagai kemampuan


untuk memecahkan persoalan-persoalan atau menghasilkan produk, yang berarti bahwa
perkembangan kognitif anak harus diberi stimulasi dan rangsangan terlebih dahulu dengan
kegiatan yang menyenangkan dan membuat anak termotivasi memecahkan masalah yang sedang
dihadapi. Perkembangan kognitif anak pada aspek “membedakan ukuran” terbukti dapat
meningkat melalui kegiatan mind mapping. Hal ini terbukti dari semua subjek mengalami
peningkatan dari kriteria Sangat Kurang menjadi Sangat Baik dan kriteria Baik menjadi Sangat
Baik, pada awalnya anak-anak masih mengalami kebingungan ketika membedakan ukuran objek
potongan gambar yang kecil hingga paling besar, setelah diberi penjelasan dan contoh dalam
melakukan kegiatan mind mapping, pada pertemuan terakhir pada siklus II semua anak telah
berada pada kriteria Sangat Baik.

Hasnida (2014:50) berpendapat bahwa dalam pembangunan pengetahuan anak tidak


terlepas dari peran guru, Peran guru yang diharapkan adalah guru yang mampu membangun
pengetahuan anak dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak untuk
bereksplorasi, sehingga anak mampu membangun pengetahuan dari apa yang dilakukannya.
B. Penerapan Mind Mapping dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak

Menurut Sujiono, (2010:100), pengembangan kognitif terdiri dari: a. logika


matematika dan b) visual spasial. Mengingat terlalu luas pembahasan tentang
perkembangan kognitif pada tahap praoperasional pada usia 5-6 tahun, maka penulis
membatasi pada indikator:

1) mengenal warna,

2) membedakan ukuran besar dan kecil,

3) mengurutkan objek,

4) memasang benda sesuai dengan pasanganya,

5) mengenal konsep angka, dan

6) menyebutkan kembali benda-benda yang baru dilihat. Untuk meningkatkan


perkembangan kognitif ini dapat dilakukan dengan kegiatan salah satunya adalah
kegiatan mind mapping.
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable independen dan
variable dependeN

Variabel independen
MIND MAPPING

FUNGSI KOGNITIF

Variable Variabel Dependen

Gambar 3.1 kerangka konsep

Keterangan:

: mind mapping sebagai variabel independen

→ : Garis penghubung antar variabel

: fungsi kognitif sebagai variabel dependen


B Hipotesis

Ho :

1. Tidak ada pengaruh stimulasi mind mapping terhadap fungsi kognitif pada
anak di desa ullath kecamatan saparua
2. Tidak ada pengaruh fungsi kognitif pada anak di desa ullath kecamatan
saparua

Ha :
1. Ada pengaruh stimulasi mind mapping terhadap fungsi kognitif pada anak di
desa ullath kecamatan saparua.
2. Ada pengaruh fungsi kognitif pada anak di desa ullath kecamatan saparua
B. Defenisi operasional

Secara rinci defenisi operasional pada penelitian ini di jelaskan pada tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1 Defenisi operasional

no Variabel/sub Defenisi Alat ukur Hasil ukur skala


Variabel operasional

Variabel
independen
1 Mind Metode Menggambar observasi -
Mapping Pembelajaran Dan
Dengan cara Mewarnai
Menggambar
Dan
Mewarnai
Untuk
Mengasah
kemampuan
anak dalam
mengingat,
mengenal dan
memperkenalkan
Untuk teman
yang lain
Variabel
Dependen
2 Fungsi Kemampuan anak Kuisioner 1. BB ( belum Ordinal
kognitif dengan meresponi berkembang)
permaianan 2. MB(mulai
dengan berkembang)
mengingat, 3. BSH(berkemban
mengenal dan g sesuai
memperkenalkan harapan)
untuk teman yang 4. BSB(berkemban
lain g sangat baik)
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Penelitian yang di lakukan merupakan jenis Quasi Eksperimen dengan
pendekatan one group pre-test and post-test design,dengan cara melakukan pre
test(pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi(Nursalam,2015).
Rancangan ini berupaya untuk mengetahui pengaruh stimulasi permainan mind mapping
terhadap fungsi kognitif pada anak di desa ullath kecamatan saparua.

Gambar 4.1 Desain penelitian one groppretest-posttest

Pre test Eksperimen post-test


Q1 X Q2

Keterangan :

Q1 : Pre-test (sebelum dilakukan intervensi)

X : Eksperimen (perlakuan)

Q2 : Post- test ( setelah dilakukan intervensi)

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan agustus 2020
2. Lokasi
Penelitian akan dilakukan di lingkungan masyarakat
C. POPULASI
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteritis tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudiaan ditarik kesimpulannya. ). Populasi dalam penilitian ini adalah anak di lingkungan
masyarakat Desa Ullath Kecamatan Saparua Berjumlah 35 Anak
D. SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel adalah sebagian kecil dari jumlah karakteritis yang dimiliki oleh populasi yang
digunakan untuk penelitian (Nursalam,2015). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi ( Nursalam,2015). Sehingga dalam teknik sampling disini
penelitian mengambil sejumlah 30 anak di lingkungan masyarakat Desa Ullath Kecamatan
Saparua.
E. INSTRUMENT PENELITIAN
Instrument penelitian yang digunakan dalam variable independen adalah langkah- langkah
penerapan mind mapping dengan alat dan bahan:
1. Kertas
2. Pensil warna
3. Potongan gambar
4. Lem
5. Pola mind mapping

Instrument yang digunakan untuk variable dependen adalah :

1. Instrument A
Berisi pertanyaan-pertanyaan terkait karakteritis demografi responden yang dibuat sendiri
oleh peneliti meliputi nama,umur dan jenis kelamin.
2. Intrumen B
Berupa kuesioner fungi kognitif anak menurut piaget dalam Welisurani(2017) meliputi
menggunakan symbol (3 item pernyataan), mampu mengklasifkasikan (4 item
pernyataan), dan memahami angka (3 item pernyataan) jadi terdapat 10 item pernyataan
yang akan di amati dan di observasi oleh peneliti dan akan diberikan skor 1 jika reponden
dapat melakukan dan diberikan skor 0 jika responden tidak dapat melakukan sesuai yang
diperintahkan kuesioner yang diisi dengn cara mengobservasi perkembangan kognitif
anak dilingkungan masyarakat dan diisi pada lembar kuesioner fungsi kognitif peneliti
akan menghitung hasil dan memberikan kriteria penilaaian sebagai berikut :

a. BB( belum berkembang)= 0-1


b. MB(mulai berkembang)=2-4
c. BSH (berkembang sesuai harapan) =5-7
d. BSB (berkembang sangat baik) =8-10
F. PROSEDUR PENGOLAHAN DATA
Proses pengolahan data dalam penelitian ini menurut Notoatmodjo (2012), terdiri dari
empat tahap yaitu :

1. Editing
Penyuntingan data dilakukan setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan
kelengkapan data.
2. Coding
Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau data perlu
disederhanakan yaitu memberi symbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban.
3. Tabulation
Untuk memudahkan tabulasi data maka dibuat table untuk menganalisis data tersebut
menurut sifat-sifat yang dimiliki dimna tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana.
4. Entry
Data entry merupakan proses pemasukan data kedalam program atau fasilitas analisa data
G. ANALISA DATA
Data dianalisis dengan menggunakan program statistika package for social sciances
(SPSS) for windows versi 20 analisis data meliputi :

1. Analisa univariat
Analisa univariat adalah menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Setelah
dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisis menggunakan statistic
deskriptif untuk disajikan dalam bentuk frekuensi, analisa univariat dalam
penelitian ini meliputi data demografi anak ( umur, jenis kelamin dan pendidikan)
Pengaruh stimulasi mind mapping sebelum dan sesudah pada anak .
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh permainaan mind
mapping terhadap fungsi kognitif pada anak dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu,jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji paired test dan jika data
berditribusi tidak normal dilakukan uji Wilcoxon.

H . ETIKA PENELITIAN

Menurut Notoadmodjo (2012) dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa


rekomendasi dari institusi untuk pihak lain dengan cara mengajukan permohonan izin kepada
institusi lembaga tempat penelitian yang diajukan oleh peneliti. setelah mendapat
persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan mengedepankan masalah
etika meliputi :

1. Persetujuan (informed consent)


Informed conset merupakan persetujuan antara peneliti dan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
memberikan penjelasan kepada responden dan meminta persetujuan terlebih
dahulu.

2. Tanpa nama (anonymity)


Setiap responden dijaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan peneliti tidak
mencantumkan nama responden tetapi pada lembar tersebut diberi kode.

3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data
tertentu dilaporkan sebagai hasil penelitian.
I. ALUR PENELITIAN

Data awaL
Pengambilan data awal di desa ullath
kecamatan saparua

Populasi
Anak berjumlah 35 orang yang
memenuhi kriteria inskulin

Sampel
Total sampling dengan mengambil Anak
berjumlah 35 Anak

Variabel independen Variabel dependen

MIND MAPPING FUNGSI KOGNITIF

Pengumpulan Data Kuesioner

Analisa Data

Penyajian Data
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto dan Nurdin, S. 2016. Kurikulum dan pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Fadilah, M dan Lilif, M K.2012. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media.

Hasnida. 2014. Analisis kebutuhan anak usia dini. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media.

Khodijah, Nyayu. 2016. Psikologis Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Nasih, A M., dan
Kholidah, L N. 2009 Metode dan teknik Pembelajaran Pendidikan agama Islam. Bandung: PT
Refika Aditama.

Olivia, Femi. 2013. 5-7 Menit Asyik Mind Mapping Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137. 2014. Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini: Jakarta

Rahayu, Reni Tri. 2014. Meningkatkan Daya Ingat Melalui Penggunaan Media Mind mapping
Pada Anak Kelompok B1 TK LKMD Singosaren Banguntapan. Skripsi: http:// eprints.
Uny.ac.id//14408/1/skripsi.pdf. Diunduh tanggal 9 Oktober 2016.

Suparno, Paul. 2001 Teori Perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta. Kanisius.

.
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Sudah mendapat penjelasan mengenai manfaat dan hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian mengenai “ Pengaruh Stimulasi Permainan Mind Mapping Terhadap Fungsi
kognitif Anak Di Desa Ullath Kecamatan Saparua” dan memahami mengenai segala yang
akan dilakukan untuk penelitian. Dengan ini Saya menyatakan setuju untuk diikutsertaan
sebagai responden dalam penelitian ini.

Demikianlah surat persetujuan ini saya buat dalam keadaan baik tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Ambon, September 2020

Responden
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH STIMULASI PERMAINAN MIND MAPPING TERHADAP FUNGSI
KOGNITIF ANAK DI DESA ULLATH KECAMATAN SAPARUA

Petunjuk pengisian :

Responden diharapkan kesediaannya untuk mengisi kuesioner dengan cara mengisi titik-
titik dan menjawab setiap pernyataan dengan memberikan tanda chek (√) pada kolom yang
tersedia.

A. Data Demografi

1. Nama Anak :

2. Umur Anak : tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki perempuaan


B. Kuesioner Fungsi Kognitif

FUNGSI KOGNITIF
NO PERNYATAAN
BB MB BSH BSB

1 Anak dapat mengatakan


pensil seperti sebuah bambu
yang lurus, kain yang
dikibarkan seperti bendera,
dedaunaan dijait menjadi
bentuk lingkaran seperti
siger, orang berdiri tegak
seperti seorang pemimpin,
air yang berwarna biru muda
seperti air laut, ruangan yang
gelap seperti dimalam hari
dan ruangan terang itu adalah
disiang hari.
2 Anak dapat menggambar
berupa bulatan dengan coret-
coretan dan ia dapat
mengatakan bahwa itu
adalah sebuah gambar yang
berupa benda(kursi)
3 Anak dapat menjelaskan/
menceritakan kepada
temannya maksud dari
gambar yang telah ia buat
4 Anak dapat membedakan
gambar yang berwarna sama
atau tidak sama
5 Anak dapat mengelompokan
benda yang berbentuk
lonjong dengan yang
lonjong, bentuk lingkaran
dengan lingkaran
6 Anak dapat mengelompokan
benda berdasarkan
bentuknya seperti : benda
yang berbentuk persegi
panjang, persegi empat, atau
lingkaran
7 Anak dapat mengelompokan
benda berdasarkan
ukurannya( mengelompokan
benda yang berukuran
panjang dengan yang
panjang, lebar dengan yang
lebar)
8 Anak dapat menyebutkan
angka dengan menunjukan
jarinya sesuai dengan jumlah
yang disebutkan
9 anak dapat menghubungkan
angka berdasarkan jumlah
gambar yang ada pada
lembar anak
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Resthy Astuty Supardy

Nim : P1608102

Pembimbing : Petriana E. Mahmud, S.KM.,M.Kes

Judul proposal : Pengaruh stimulasi permainan mind mapping terhadap fungsi kognitif
pada anak Di Desa Ullath Kecamatan Saparua.

HARI/TANGGAL MATERI Saran Paraf pembimbing

You might also like