You are on page 1of 18

UJIAN AKHIR SEMESTER

Metode Penelitian – Kelas A


Judul Artikel:
Pengaruh Dana Desa dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Kemiskinan di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 – 2021
Kelompok 4:
 Wulandari Nur Utami (10090219006)
 Rizka Nurul Aulia (10090219025)
 Banavsa Puan Lira (10090219026)
 Mutia Azzahra (10090219037)
Bukti Upload Jurnal:
PENGARUH DANA DESA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 - 2021

Banavsa Puan Lira, Mutia Azzahra, Rizka Nurul Aulia, Wulandari Nur Utami
Univeritas Islam Bandung
Univeritas Islam Bandung
Univeritas Islam Bandung
Univeritas Islam Bandung

*banavsapl@gmail.com

ABSTRACK
Poverty is a complex problem in developing countries, one of which is Indonesia. Various efforts have
been made by the government from various regional levels, one of which is the village fund policy
which is expected to be able to realize a more established village economic development and become
a financial source to improve the welfare of rural communities. In addition, the Human Development
Index is one of the benchmarks for the quality of human resources in measuring poverty levels. East
Java province has the highest poverty rate of the four provinces with the highest poverty rate in
Indonesia. However, the Village Fund and its Human Development Index have the highest scores of
the four provinces. This study aims to examine how the influence of the Village Fund and the Human
Development Index on the Poverty Level in East Java Province in 2017-2021. The research method
used is a quantitative method with panel data processed using multiple linear regression. The results
showed that the Village Fund had a negative effect with a coefficient value of -0.029990 and had no
significant effect on the Poverty Level in East Java. This means that every 1 percent increase in the
Village Fund will reduce poverty by -0.029990. Meanwhile, the HDI variable also has a negative
effect with a coefficient value of -0.631262 and has no significant effect on the Poverty Level in East
Java. This means that every 1 percent increase in the Human Development Index will reduce Poverty
by -0.631262.

Keyword: Proverty, Village Fund, Human Deveploment Index.

ABSTRAK
Kemiskinan merupakan permasalah kompleks di negara berkembang salah satunya Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dari berbagai tingkat wilayah, salah satunya kebijakan
dana desa yang diharapkan mampu mewujudkan pembangunan ekonomi desa yang lebih mapan dan
menjadi sumber keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Selain itu, Indeks
Pembangunan Manusia menjadi salah satu tolok ukur kualitas sumber daya manusia dalam mengukur
tingkat kemiskinan. Provinsi Jawa Timur memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi dari empat
provinsi dengan tingkat kemiskinan paling tinggi di Indonesia. Namun, Dana Desa dan Indeks
Pembangunan Manusia-nya memiliki angka tertinggi dari keempat provinsi tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh Dana Desa dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur pada 2017-2021. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kuantitatif dengan data panel yang diolah menggunakan regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Dana Desa memiliki pengaruh negatif dengan nilai koefisien -
0.029990 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur. Artinya,
setiap kenaikan 1 persen Dana Desa akan menurunkan Kemiskinan sebesar -0.029990. Sedangkan,
variabel IPM juga memiliki pengaruh negatif dengan nilai koefisien -0.631262 dan tidak berpengaruh
signifkan terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur. Artinya, setiap kenaikan 1 persen Indeks
Pembangunan Manusia akan menurunkan Kemiskinan sebesar -0.631262.

Kata kunci: Kemiskinan, Dana Desa, IPM

1
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan pembangunan yang menjadi isu penting setiap negara berkembang adalah
kemiskinan. Kemiskinan menjadi permasalahan yang tidak pernah selesai yang dihadapi oleh
setiap negara berkembang, khususnya Indonesia. Penanggulangan kemiskinan menjadi fokus
perhatian dari program-program kerja di seluruh daerah. Kemiskinan membuat proses
pembangunan banyak mengalami permasalahan dan hambatan dengan tumbuhnya penyakit
sosial ekonomi di dalam masyarakat. Angka kemiskinan di Indonesia belum menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir (Arfiansyah, 2020). Masalah
kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks yang bersifat negatif dan berdampak
buruk bagi kemajuan suatu wilayah. Oleh karena itu, masalah kemiskinan ini harus segera
diatasi oleh setiap negara (Jacobus, Kindangen, and Walewangko, 2019).
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat
kemiskinan tertinggi yakni berada pada peringkat 5 dengan jumlah penduduk miskin terbesar
di Asia Tenggara setelah negara Myanmar, Laos, Philipina, dan Kamboja dengan jumlah
penduduk miskin sebanyak 26,42 juta jiwa (BPS Indonesia, 2019). Salah satu faktor
tingginya angka kemiskinan ini disebabkan karena banyaknya penduduk yang tinggal di
daerah sehingga sulit untuk mendapatkan berbagai akses terutama untuk akses pekerjaan.
Kesulitan akses pekerjaan membuat masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari sehingga dikhawatirkan masyarakat tidak bisa keluar dari garis kemiskinan yang
berpotensi akan menghambat pembangunan nantinya (Hasibuan, Juanda, and Mulatsih,
2019). Menurut data BPS Indonesia tahun 2021, provinsi yang menempati peringkat pertama
dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia dan provinsi termiskin di Pulau Jawa adalah
Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut bisa dilihat pada grafik dibawah ini.

5.000
4.572
4.500 4.195 4.109
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500 1.343
1.169
1.000
500
0
Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara NTT

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2021 Diolah Oleh Penulis

2
Grafik 1. Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2021
(Ribu Jiwa)
Grafik 1 menunjukkan bahwa pada Maret 2021 Provinsi Jawa Timur menempati
urutan pertama tingkat kemiskinan terbesar di Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Provinsi
Jawa Timur yakni sebanyak 4,57 ribu jiwa dengan proporsi mencapai 16,6% dari total
penduduk miskin nasional. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur bertambah 1,6
ribu jiwa menjadi 4,57 ribu jiwa pada Maret 2021 sedangkan tahun sebelumnya Maret 2020
sebanyak 4,41 ribu jiwa. Penduduk miskin juga banyak ditemukan pada Provinsi Jawa Barat
dan Jawa Tengah. Penduduk miskin yang hidup di Jawa Barat sebanyak 4,2 ribu jiwa dan di
Jawa Tengah sebanyak 4,1 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin secara nasional sebanyak
27,54 ribu jiwa pada Maret 2021 (BPS Indonesia, 2021).
Pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap meningkatnya jumlah penduduk miskin
di Provinsi Jawa Timur. Hal ini seiring pembatasan kegiatan sosial masyarakat guna
meredam merebaknya penularan virus corona telah menghentikan aktivitas perekonomian.
Penyumbang angka terbesar dari tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur adalah
Kabupaten Malang. Kabupaten Malang menyumbang tingkat kemiskinan sebesar 276,58 ribu
jiwa pada tahun 2021 sedangkan pada tahun 2020 tingkat kemiskinan Kabupaten Malang
sebesar 265.56 ribu jiwa artinya tingkat kemiskinan Kabupaten Malang naik sebesar 11,02
ribu jiwa pada tahun 2021. Persentase penduduk miskin di kabupaten tersebut menempati
urutan pertama tingkat kemiskinan tertinggi jika dibandingkan dengan 38 kabupaten lainnya
di Provinsi Jawa Timur (BPS Provinsi Jawa Timur, 2021).
Upaya pemerintah dalam menekan angka kemiskinan di Indonesia yakni dengan
membuat program atau kebijakan salah satunya adalah melalui dana desa dan peningkatan
pembangunan sumber daya manusia (Artino, Juanda, and Mulatsih, 2019). Dana Desa yang
bersumber dari APBN diprioritaskan untuk dapat mendanai pelaksanaan pembangunan desa
dan pemberdayaan masyarakat desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan. Prioritas
penggunaan dana desa untuk program dan kegiatan bidang pembangunan desa yang
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan,dan kegotongroyongan guna mewujudkan
keadilan sosial dialokasikan untuk mendanai pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menjadi roda penggerak perekonomian dan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembangunan perekonomian daerah (Handayani
and Syafitri, 2019).
Dana Desa dalam penggunaannya juga dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang
bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan
wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau
kelompok masyarakat desa (Handayani and Syafitri, 2019). Pada tahun 2021, pemerintah
mengeluarkan dana sebesar Rp 72 triliun untuk seluruh desa di Indonesia. Provinsi Jawa
Timur merupakan salah satu provinsi dengan dana desa tertinggi yakni sebesar Rp 7,63 triliun
jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi di Pulau Jawa lainya seperti Jawa Barat yang
hanya mendapatkan dana desa sebesar Rp 5,99 triliun dan Jawa Tengah dengan jumlah dana
desa sebesar Rp 3,60 triliun. Dengan diberikannya dana desa yang besar diharapkan Provinsi

3
Jawa Timur dapat meningkatkan pembangunan desa sehingga bisa memajukan perekonomian
dan juga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Berikut grafik dana desa di Indonesia
Berdasarkan Provinsi Tahun 2017-2021.

7659802382
7654234840
Jawa Timur 7441561392
6368745359
6339556181
5990622942
5940216905
Jawa Barat 5710074611
4823095418
4547513838
5990622942
5940216905
Jawa Tengah 7441561392
6368745359
6384442058
4525292328
4554128079
Sumatera Utara 4452049366
3874857829
4197972490
3059653902
30 90060054
Nusa Tenggara 3020504603
Timur 2537252824
236035 3320
0 4E+09 8E+09
Tahun 2021 Tahun 2020 Tahun 2019

Sumber : DJPK Kemenkeu, 2021 Diolah Oleh Penulis


Grafik 2. Perbandingan Dana Desa di Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2017-2021
(Triliun Rupiah)
Grafik 2 menunjukkan bahwa dana desa yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
Provinsi Jawa Timur setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 dana desa
yang diberikan pemerintah pusat kepada Provinsi Jawa Timur yakni sebesar Rp 6,32 triliun
kemudian pada tahun 2021 dana desa ini mencapai Rp 7,36 triliun. Dana desa oleh
pemerintah pusat ini bertujuan agar setiap desa bisa meningkatkan taraf hidup masyarakatnya
dengan berbagai program pembangunan, seperti program infrastruktur, pemberdayaan
ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Program pembangunan yang dilaksanakan dengan baik
diharapkan bisa menurunkan tingkat kemiskinan (Heri Tarmizi, 2020). Selain dana desa,
program pengentasan kemiskinan juga bisa dilakukan melalui peningkatan IPM (Meriyanti
2015). Kemiskinan disebabkan karena kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Salah satu cara dalam mengentaskan kemiskinan, yaitu dengan peningkatan SDM. Karena
dengan SDM yang berkualitas akan mampu mengoptimalkan potensi dan mendukung
pembangunan nasional. SDM merupakan sumber daya terbesar dalam pembangunan sehingga

4
perlu perhatian utama dari pemerintah. Peningkatan SDM ini dapat diupayakan dengan
meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Peningkatan SDM di Indonesia juga
disebut dengan pembangunan manusia yang dapat diukur melalui indeks yang disebut Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) (Khaqiqi and Syaifuddin, 2021). Berikut grafik IPM Indonesia
dan Provinsi Jawa Timur.

72,14
71,71
Jawa Timur 71,5
70,77
70,27
72,45
72,09
Jawa Barat 72,03
71,3
70,69
72,16
71,87
Jawa Tengah 71,73
71,12
70,52
72
71,77
Sumatera Utara 71,74
71,18
70,57
65,28
65,19
Nusa Tenggara Timur 65,23
64,39
63,73

58 60 62 64 66 68 70 72 74

Tahun 2021 Tahun 2020 Tahun 2019 Tahun 2018 Tahun 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2021 Diolah Oleh Penulis


Grafik 3. Perbandingan IPM di Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun 2017-2021 (Ribu
Jiwa)
Grafik 3 menjelaskan bahwa IPM di Provinsi Jawa Timur terus mengalami
peningkatan setiap tahunnyadan hampir menyentuh tingkat IPM nasional yakni pada tahun
2017 nilai IPM di Provinsi Jawa Timur sebesar 70,27 dan untuk tahun 2021 IPM Provinsi
Jawa Timur sebesar 72,14. Peningkatan IPM setiap tahunnya menyebabkan naiknya
produktivitas kerja seseorang. Produktivitas naik berdampak pada pendapatan dan
mengakibatkan tingkat kemiskinan di indonesia mengalami trend yang cenderung menurun.
Apabila IPM mengalami peningkatan dapat diduga bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
juga mengalami peningkatan. Jika kesejahteraan meningkat maka tingkat kemiskinan dapat
menjadi berkurang (Widodo, Waridin, and Kodoatie, 2012). Oleh karena itu, dengan
meningkatnya IPM di Provinsi Jawa Timur diharapkan dapat meningkatkan perekonomian,
pendidikan, dan kesehatan yang lebih baik lagi yang kemudian dapat mengurangi atau
menekan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka diperoleh rumusan masalah di antaranya adalah
berikut ini:
1) Bagaimana pengaruh Dana Desa dan IPM terhadap penurunan tingkat
Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2017-2021?
2) Berapa besar pengaruh Dana Desa dan IPM terhadap penurunan tingkat
Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2017-2021?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis:
1) Pengaruh Dana Desa dan IPM terhadap penurunan tingkat Kemiskinan di
Provinsi Jawa Timur tahun 2017-2021.
2) Besarnya pengaruh Dana Desa dan IPM terhadap penurunan tingkat Kemiskinan
di Provinsi Jawa Timur tahun 2017-2021.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Dana Desa dan
IPM terhadap penurunan tingkat Kemiskianan di Provinsi Jawa Timur 2017-
2021.
2) Penelitian ini sebagai sumber masukan bagi pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan Dana Desa dan
IPM khususnya pemerintah Provinsi Jawa Timur.
3) Penelitian ini sebagai bahan referensi dan bahan pembelajaran bagi pihak-pihak
yang membutuhkan dalam menyusun penelitian selanjutnya.
4) Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan kemampuan
berpikir mengenai penerapan teori yang didapat dari mata kuliah yang diterima
kedalam penelitian.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
Permasalahan standar hidup yang rendah berkaitan pula dengan jumlah pendapatan yang
sedikit, perumahan yang kurang layak, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang buruk,
tingkat pendidikan masyarakat yang rendah sehingga berakibat pada rendahnya sumber daya
manusia dan banyaknya pengangguran (Kuncoro, 2006). Secara khusus kemiskinan diukur
dengan membandingkan antara pendapatan atau konsumsi setiap individu dengan beberapa
standar yang telah ditetapkan dimana mereka telah dianggap miskin apabila pendapatan atau
konsumsi mereka berada di bawah standar tersebut (Haughton & Khandker, 2012).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, kemiskinan diukur berdasarkan konsep kemampuan

6
memnuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan dari sisi pengeluaran (BPS, 2020). Adapun penyebab-penyebab kemiskinan dalam
masyarakat pada umumnya, di antaranya pertama, kemiskinan absolut adalah keadaan yang
mana ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum
seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa
hidup dan bekerja (Kawulur, Koleangan, and Wauran, 2019). BPS (2019), mendefinisikan
kemiskinan absolut merupakan standar kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk
kebutuhan dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan. Standar kehidupan
minimum yang dibutuhkan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai
garis kemiskinan. Kedua, kemiskinan relatif adalah penduduk yang apabila sudah memenuhi
kebutuhan pokok, namun jika di bandingkan dengan masyarakat sekitar masih sangat jauh
tertinggal. Berdasarkan penjelasan diatas maka konsep ini mengalami perubahan yang
diakibatkan oleh tingkat kesejahteraan hidup penduduk yang tidak tetap (Heri Tarmizi,
2020). Ketiga, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang muncul bukan karena
ketidakmampuan si miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem
dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si
miskin dapat bekerja. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini adalah buruh tani,
pemulung, penggali pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan tidak terlatih (Kawulur,
Koleangan, and Wauran, 2019). Dan keempat, kemiskinan kultural merupakan kemiskinan
yang muncul sebagai akibat adanya nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang
miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan
sebagainya. Ciri dari kebudayaan kemiskinan ini adalah masyarakat enggan
mengintegrasikan dirinya dalam lembaga-lembaga utama, sikap apatis, curiga,
terdiskriminasi oleh masyarakat luas (Kawulur, Koleangan, and Wauran, 2019).
Tinggi atau rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor
utama, yakni tingkat pendapatan nasional rata-rata dan lebar atau sempitnya kesenjangan
distribusi pendapatan. Kedua faktor tersebut harus beriringan dan proporsional. Pendapatan
nasional rata-rata tergolong tinggi tanpa adnya pelibatan masyarakat, perataan pendapatan,
maka akan semakin meningkatkan kesenjangan di masyarakat. Sehingga akan meningkatkan
angka kemiskinan. Begitupun sebaliknya, jika distribusi pendapatan yang merata di suatu
negara, tetapi tingkat pendapatan nasional rata-ratanya rendah, maka kemiskinan juga akan
semakin meningkat. Para ekonom pembangunan menggunakan konsep kemiskinan absolut
untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
fisik dasar akan makanan, pakaian, dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan
hidupnya (Arfiansyah, 2020).
2.2 Dana Desa
Definisi Dana Desa dalam Peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 adalah Dana
yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa
yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menyatakan bahwa
tujuan disalurkannya dana desa adalah sebagai bentuk komitmen negara dalam melindungi
dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis. Dana Desa

7
diharapkan dapat menciptakan pembangunan dan pemberdayaan desa menuju masyarakat
yang adil, makmur dan sejahtera.
Keterkaitan Dana Desa dalam penurunan Kemiskinan adalah bahwa menurut
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (2020) Dana Desa diprioritaskan untuk
pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan beskala lokal desa dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup masyarakat serta
penanggulangan kemiskinan. Kemudian lebih jauh lagi, prioritas Dana Desa digunakan
untuk membiayai bidang pemberdayaan masyarakat didasarkan atas kondisi dan potensi
desa, sejalan dengan pencapaian target RPJMDes dan RKPDes setiap tahunnya, di antaranya
pertama, Dana Desa diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan dasar meliputi: 1)
pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes; 2) pengelolaan dan pembinaan Posyandu;
dan 3) pembinaan dan pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini. Kedua, Dana Desa
diprioritaskan untuk pembangunan sarana dan prasarana desa, yang diantaranya dapat
meliputi: 1) pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan desa; 2)
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan usaha tani; 3) pembangunan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana embung desa; 4) pembangunan energi baru dan
terbarukan; 5) pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan; 6) pembangunan dan
pengelolaan air bersih berskala desa; serta 6) pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier.
Dan ketiga, Dana Desa diprioritaskan untuk pengembangan potensi ekonomi lokal guna
meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan
pendapatan, serta perluasan skala ekonomi masyarakat desa.
Dana Desa mencakup pelaksanaan dalam pembiayaan program dan kegiatan desa
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta mengurangi
tingkat kemiskinan. Terdapat target yang harus dicapai menurut RMJMDes dan RKPDes
setiap tahunnya, yang memprioritaskan untuk kebutuhan dasar seperti pengembangan pos
Kesehatan Desa dan Posyandu, serta dana desa juga untuk pembangunan sarana dan
prasarana desa yang meliputi akses jalan di desa, jalan usaha tani, pembangunan energi baru
dan terbaharukan, sanitasi lingkungan, pengelolaan air bersih. Dan dana desa diprioritaskan
untuk pengembangan potensi ekonomi local yang ada di Desa tersebut, guna meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Sejalan dengan DJPK, adapun hasil penelitian sebelumnya oleh (Ritonga, Handra,
and Andrianus, 2021) di Sumatera Barat bahwa terdapat pengaruh negatif dana desa terhadap
kemiskinan dan memiliki hubungan yang signifikan. Dampak dana desa telah mampu
mengurangi tingkat kemiskinan, namun pengaruhnya masih terbilang kecil, yakni setiap 1
rupiah dana desa menurunkan kemiskinan sebesar 9,01 persen. Demikian juga, hasil
penelitian oleh (Handayani and Syafitri 2019) bahwa Dana Desa berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Kediri, namun arah pengaruh Dana Desa terhadap
tingkat kemiskinan menunjukkan hasil yang positif, di mana ketika Dana Desa yang diterima
lebih banyak maka kemungkinan suatu daerah memiliki tingkat kemiskinan tinggi akan
meningkat. Pembagian Dana Desa dilakukan secara merata dan adil serta proporsional,
sehingga semakin banyak Dana Desa yang diterima suatu daerah dikarenakan kondisi
ekonomi dan sosial yang membutuhkan lebih banyak bantuan dana desa.

8
2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari harapan
hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara. IPM digunakan sebagai indikator
untuk menilai aspek kualitas dari pembangunan dan untuk mengklasrifikasikan apakah
semua negara termasuk dalam kategori negara maju, negara berkembang, atau negara
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas
hidup (Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik BPS, 2015). Komponen-komponen
yang mempengaruhi IPM, antara lain pertama, derajat kesehatan dan panjangnya umur yang
terbaca dari angka harapan hidup (life expecntacy rate), parameter kesehatan dengan
indikator angka harapan hidup, mengukur keadaan sehat dan berumur panjang. Kedua,
pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf rata-rata lamanya sekolah, parameter
pendidikan dengan angka melek huruf dan lamanya sekolah, mengukur manusia yang cerdas,
kreatif, terampil, dan bertakwa. Dan ketiga, pendapatan yang diukur dengan daya beli
masyarakat (purchasing power parity), parameter pendapatan dengan indikator daya beli
masyarakat, mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk layak.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Khaqiqi and Syaifuddin, 2021) bahwa
IPM memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan Terhadap Kemiskinan di Kabupaten
Pemalang, Hubungan yang negatif antara IPM dengan kemiskinan mempunyai arti semakin
tinggi IPM maka akan mengurunkan tingkat kemiskinan. Angka koefisien IPM yang tinggi
menunjukkan bahwa pengaruhnya sangat besar terhadap kemiskinan. Dari hal tersebut
peranan sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu menghasilkan hal-hal yang
produktif. Pendidikan yang baik dan tinggi akan meningkatkan kapabilitas seseorang dan
mencari berbagai peluang dalam kehidupan. Sementara didalam penelitian yang dilakukan
oleh (Dharmmayukti 2021) ditemukan hasil yang sebaliknya dimana IPM memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Kota Manado.

3. METODE
Metode yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif. Jenis data yang digunakan
adalah data sekunder berupa data time series dalam kurun waktu lima tahun (2017-2021),
serta data cross section pada 29 kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang akan diolah melalui
metode analisis regresi linier berganda dengan data panel menggunakan metode Ordinary
Least Square (OLS). Alasan peneliti menggunakan metode ini, yaitu untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent), baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian alasan rentang waktu yang digunakan,
yakni 2017-2021 dikarenakan pada tahun tersebut kedua variabel (Dana Desa dan IPM) yang
digunakan mengalami peningkatan sedangkan Tingkat Kemiskinan memiliki angka yang
tinggi, maka hal tersebut menjadi pertanyaan dan akan diolah dengan metode tersebut.
Variabel dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, di antaranya Kemiskinan (Y) sebagai
variabel terikat serta Dana Desa (X1) dan IPM (X2) sebagai variabel bebas. Pengumpulan
data sekunder pada variabel Kemiskinan bersumber dari data resmi Badan Pusat Statistik
(BPS) sedangkan data Indeks Pembangunan Manusia bersumber dari Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan-Kementerian Keuangan (DJPK Kemenkeu). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel independen yang terdiri dari Dana Desa
dan IPM terhadap variabel dependen, yaitu Kemiskinan di seluruh Kabupaten di Provinsi
Jawa Timur.

9
Dalam melakukan analisis regresi linier berganda yang pertama, dilakukan pengujian
asumsi klasik untuk memastikan model regresi yang diperoleh memiliki ketepatan estimasi.
Kedua, dilakukan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dan kelayakan model yang digunakan dengan melakukan uji Chow,
uji Hausman, uji F, uji t dan uji determinasi (R2).
Bentuk umum persamaan dari analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan :
Y : Tingkat Kemiskinan
X1 : Dana Desa
X2 : IPM
β0 : Konstanta
β1,2 : Koefisien Regresi
e : Error Term

4. HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dengan menggunakan regresi data panel, hasil estimasi pengaruh dana desa dan IPM
terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:
Tabel 1
Estimasi Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random Effect Model
Variabel CEM FEM REM
B Pvalue B Pvalue B Pvalue
DD 15.760 0.0000 -0.3741 0.7090 4.0789 0.0001
IPM - 0.0000 -0.8674 0.3875 -5.3584 0.0000
8.7914
C 0.7681 0.0001 0.0000
R2 0.6717 0.9829 0.1224
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 10 (2022)
Tabel 1 memperlihatkan hasil CEM adalah positif dan signifikan artinya dana desa
berpengaruh positif terhadap kemiskinan sebesar 15,760 secara signifikan. Hubungan yang
signifikan dibuktikan dengan nilai probability sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada 0,05.
Hal ini berarti dana desa di Provinsi Jawa Timur berhubungan secara signifikan ke arah
positif terhadap kemiskinan. Sedangkan untuk IPM berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kemiskinan, artinya IPM berpengaruh negatif terhadap kemiskinan sebesar 8,7914
secara tidak signifikan. Hubungan yang tidak signifikan dibuktikan dengan nilai probability
sebesar 0,000 lebih besar daripada 0,05. Ini menunjukan IPM di Provinsi Jawa Timur tidak
memiliki hubungan secara signifikan dengan kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.
Selanjutnya hasil FEM menunjukan negatif dan tidak signifikan dimana dana desa
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan sebesar 0,3741 secara tidak signifikan. Hubungan
yang tidak signifikan dibuktikan dengan nilai probability sebesar 0,7090 lebih besar daripada
0,05. Hal ini berarti dana desa berhubungan secara tidak signifikan ke arah negatif terhadap
kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Sedangkan untuk IPM menunjukkan negatif dan tidak
signifikan, artinya IPM berpengaruh negatif terhadap kemiskinan secara tidak signifikan.

10
Hubungan yang tidak signifikan dibuktikan dengan nilai probability sebesar 0,3875 lebih
besar daripada 0,05. Hal ini berarti IPM berhubungan secara tidak signifikan ke arah negatif
terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.
Kemudian hasil REM adalah positif dan signifikan, artinya dana desa berpengaruh
positif kepada kemiskinan sebesar 4,0789 secara signifikan. Hubungan yang signifikan
dibuktikan dengan nilai probability sebesar 0,0001 lebih kecil daripada 0,05. Hal ini berarti
dana desa berhubungan secara signifikan ke arah positif terhadap kemiskinan di Provinsi
Jawa Timur. Sedangkan untuk IPM menunjukkan negatif dan tidak signifikan, artinya IPM
berpengaruh negatif kepada kemiskinan sebesar 5,3584 secara tidak signifikan. Hubungan
yang signifikan dibuktikan dengan nilai probability sebesar 0,0000 yang lebih kecil daripada
0,05. Hal ini berarti IPM berhubungan secara signifikan ke arah negatif terhadap kemiskinan
di Provinsi Jawa Timur. Kenaikan 1 persen IPM akan menurunkan tingkat kemiskinan
sebesar 5,3584
Namun untuk memilih model estimasi terbaik harus dilakukannya beberapa uji yaitu
uji chow test dan hausman test adalah sebagai berikut:
Pengujian Chow
Tabel 2 Hasil Uji F (Chow Test)

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 93.415478 (28,114) 0.0000


Cross-section Chi-square 460.480000 28 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 10 (2022).


Berdasarkan hasil uji pada table diperoleh hasil F-test sebesar 93,415478 dan Chi-
squares sebesar 460,480000 dengan p (0,0000). Nilai probabilitas hasil uji chow < 0,05,
sehingga dipilih model FEM. Karena hasil pengujian dipilih adalah FEM, maka dilanjutkan
dengan uji hausman untuk melihat model apakah yang dipilih antara FEM atau REM.
Pengujian Hausman
Tabel 3 Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 45.370208 2 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 10 (2022).


Berdasarkan tabel menunjukkan nilai prob. chi-squares untuk hasil estimasi uji
hausman adalah 0,0000. Karena nilai Prob. chi-square kurang daripada 0,05, maka dapat
disimpulkan H1 diterima. Dengan demikian, maka estimasi regresi yang digunakan adalah
estimasi fixed effect model.

11
Setelah dilakukan kedua pengujian model di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa
uji F (Chow test) dan uji Hausman memperlihatkan hasil FEM. Maka secara keseluruhan
dapat dikatakan estimasi yang paling tepat yaitu fixed effect model.
Hasil Regresi Data Panel
Tabel 4 Estimasi Fixed Effect Model
Variabel Terikat LTK
Variabel Bebas Koefisien Std.Error t.Statistik Prob
C 8.140888 1.966131 4.140562 0.0001
DD -0.029990 0.080147 -0.374188 0.7090
IPM -0.631262 0.727698 -0.867478 0.3875
R2 0.986481
R2 Adj 0.982923
F Statistik 277.2820
Prob F Statistik 0.000000
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 10 (2022)
Analisis regresi sederhana dengan menggunakan data panel untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas yaitu Dana Desa (DD) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terhadap variabel terikat yaitu Tingkat Kemiskinan (TK) di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan hasil estimasi pada tabel model estimasinya sebagai berikut ini:
TK = 8.140888 – 0.029990 DD – 0.631262 IPM
Nilai konstanta 8.140888 ini berarti bahwa apabila Dana Desa dan IPM sama dengan
0 maka nilai tingkat kemiskinan sama dengan 8.140888. Nilai koefisien untuk dana desa
adalah -0.029990 ini berarti apabila dana desa meningkat 1 persen maka tingkat kemiskinan
akan menurun 0.029990 persen dan sebaliknya apabila nilai dana desa turun 1 persen maka
tingkat kemiskinan akan naik sebesar 0.029990 persen namun terjadi secara tidak signifikan.
Nilai koefisien untuk IPM adalah sebesar -0.631262 artinya apabila tingkat IPM naik sebesar
1 persen maka akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0.631262 persen dan juga
sebaliknya apabila tingkat IPM turun 1 persen maka tingkat kemiskinan akan naik sebesar
0.631262 persen namun terjadi secara tidak signifikan.
4.2 Isi Hasil Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Dana Desa Terhadap Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan hasil analisis data panel menunjukkan nilai Dana Desa mempengaruhi
Tingkat Kemiskinan. Nilai prob. t hitung dari Dana Desa sebesar 0,7090 artinya nilai tersebut
lebih besar dari tingkat signifikansi α 0,05 sehingga variabel tersebut dapat dikatakan
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan pada alpha 5 persen.
Nilai Dana Desa berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di
Provinsi Jawa Timur 2017-2021 dengan koefisien sebesar -0,029990. Koefesien regresi Dana
Desa bernilai negatif artinya, pada saat Dana Desa naik maka Tingkat Kemiskinan akan
mengalami penurunan. Begitu pula pada saat persentase Dana Desa turun maka persentase
Tingkat Kemiskinan akan mengalami kenaikan. Kenaikan nilai Dana Desa sebesar 1 persen,
akan menurunkan Tingkat Kemiskinan sebesar 0,029990%. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Sihite, 2020) berjudul Pengaruh Dana Desa, IPM, dan Pertumbuhan

12
Ekonomi terhadap Penurunan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara bahwa Dana
Desa berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Sumatera Utara. Hasil penelitian ini sesuai juga dengan penelitian yang berjudul Pengaruh
Dana Desa dan Alokasi Dana Desa Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kecamatan Gemeh
Kabupaten Kepulauan Talaud yang yang dilakukan oleh (Lalira, Nakoko, and Roro, 2018).
Tidak berpengaruhnya Dana Desa secara siginifikan terhadap penurunan Tingkat
Kemiskinan di Jawa Timur, hal ini terbukti bahwa kenyataannya masih terdapat adanya
problematika yang dialami pemerintah desa, pemerintah kabupaten/kota, hingga pemerintah
pusat dalam pengelolaan Dana Desa. Problematika yang ada tersebut pada intinya merujuk
pada hal komunikasi antar berbagai lingkup pemerintah. Dana Desa di Jawa Timur utamanya
diperuntukkan BLT (Bantuan Langsung Tunai) Dana Desa yang menjadi pendorong utama
dalam penurunan Tingkat Kemiskinan. Namun, Dana Desa mengalami hambatan penyaluran
dan pemanfaatan. Pada tahun 2021 terdapat banyak hambatan penyaluran Dana Desa, pada
lingkup pemerintah desa terdapat masalah di antaranya: 1) keterlambatan penetapan APBDes
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa); 2) adanya pemilihan kepala desa, dan
perangkatnya; 3) adanya konflik antara Pemerintah Desa dengan BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) dan perangkat desa lainnya; dan 4) adanya perbedaan penafsiran atas
ketentuan penentuan upah dalam kegiatan PKTD (Padat Karya Tunai Desa). Keterlambatan
penyusunan APBDes berdampak terhadap pencairan Dana Desa, sehingga perlu adanya
pendampingan oleh yang berwenang untuk dapat mempercepat prosesnya.
Adapun hambatan penyaluran Dana Desa pada lingkup pemerintah kabupaten, di
antaranya: 1) belum ditetapkannya Peraturan Bupati dan surat kuasa sebagai syarat
penyaluran Dana Desa; 2) adanya syarat tambahan dari pemerintah kabupaten untuk
penyaluran Dana Desa; 3) adanya intervensi kegiatan Pemerintah Daerah untuk diakomodir
dalam APBDes; 4) adanya keterlambatan data dari Dinas Sosial, sehingga Kepala Desa
kesulitan dalam penetapan KPM (Keluarga Penerima Manfaat) BLT Dana Desa; dan 5)
adanya pergantian jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten. Sedangkan, secara lingkup
pemerintah pusat terdapat adanya beberapa permasalahan utama pengelolaan Dana Desa,
baik dalam aspek pembinaan maupun aspek pengawasan. Permasalahan pada aspek
pembinaan pengelolaan Dana Desa antara lain: 1) belum adanya regulasi penetapan standar
akuntansi pemerintahan desa; 2) belum adanya regulasi penyelenggaraan dan pembinaan
aparatur desa yang lengkap, mutakhir, dan sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi; dan 3)
perencanaan Dana Desa belum dilakukan berdasarkan pemetaan masalah dan kebutuhan
desa. Sedangkan, permasalahan pada aspek pengawasan pengelolaan Dana Desa antara lain
adalah mengenai perencanaan pengawasan oleh Pemerintah Daerah yang belum
mempertimbangkan risiko, hal itu terlihat dari masih adanya pemerintah daerah yang tidak
memiliki rencana dan pemetaan masalah dalam pembuatan kegiatan pengawasan. Selain itu,
pengawasan belum sepenuhnya mencakup evaluasi atas kesesuaian APBDesa dengan skala
prioritas penggunaan Dana Desa, serta belum termuatnya tindak lanjut perbaikan dalam
laporan hasil pengawasan.

13
4.2.2 Pengaruh IPM Terhadap Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan hasil analisis data panel menunjukkan nilai IPM mempengaruhi Tingkat
Kemiskinan. Nilai prob. t hitung dari IPM sebesar 0,3875 artinya nilai tersebut lebih besar
dari tingkat signifikansi α 0,05 sehingga variabel tersebut dapat dikatakan berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan pada alpha 5 persen.
Nilai IPM berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Jawa Timur 2017-2021 dengan koefisien sebesar -0,631262. Koefesien regresi IPM bernilai
negatif artinya, pada saat IPM naik maka Tingkat Kemiskinan akan mengalami penurunan.
Begitu pula pada saat persentase IPM turun maka persentase Tingkat Kemiskinan akan
mengalami kenaikan. Kenaikan nilai IPM sebesar 1 persen, akan menurunkan Tingkat
Kemiskinan sebesar 0,631262 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Edfrida, 2013) berjudul Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pengangguran
terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Barat bahwa Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap Tingkat Kemiskinan baik itu di Kalimantan Barat maupun di Kalimantan Timur.
Berdasarkan latar belakang pada Grafik 3 bahwa IPM di Jawa Timur termasuk ke
dalam kategori kelima provinsi di Indonesia yang memiliki persentase tertinggi pada tahun
2021 sebesar 72,14 persen dan menunjukkan pergerakan yang selalu meningkat selama 2017-
2021. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa IPM tidak berpengaruh secara siginifikan
terhadap penurunan Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur, hal ini dikarenakan meskipun skor
IPM Jawa Timur meningkat, tetapi pertumbuhan melambat. Hal tersebut dapat dilihat pada
Grafik 3, misalkan pada tahun 2020 IPM sebesar 71,71 dan meningkat pada tahun 2021
menjadi 72,14 maka artinya hanya sebesar 0,43 persen dan ini memengaruhi penurunan
Tingkat Kemiskinan secara tidak signifikan. Selain itu, IPM Jawa Timur berada sedikit di
bawah rata-rata nasional yang sebesar 71,94 walau termasuk kategori provinsi yang
mempunyai IPM dengan nilai tinggi. Kedua hal tersebut disebabkan adanya dampak negatif
terhadap pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan. Akibatnya, indeks pengeluaran
juga mengalami penurunan akibat Covid-19. Surabaya menempati kota dengan IPM tertinggi
di Jawa Timur sebesar 83,23. Sementara itu, BPS menyebutkan sebagian besar IPM rendah di
Jawa Timur berada di wilayah Tapal Kuda dan Pulau Madura. Wilayah ini masih dijumpai
rumah tangga yang tidak memiliki toilet masing-masing, budaya pernikahan dini, dan
pendidikan yang rendah. Dengan demikian mengartikan bahwa tingginya persentase IPM
adalah dominasi dari wilayah perkotaan di Jawa Timur, seperti Surabaya, sedangkan wilayah
pedesaan masih memiliki IPM yang rendah karena kondisi kesehatan dan pendidikan yang
masih memprihatinkan.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari dana desa
dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur
selama kurun waktu 2017-2021. Dengan menggunakan metode regresi sederhana untuk data

14
panel dan memilih pendekatan model efek tetap (Fixed Effect Model) disimpulkan bahwa
variabel Dana Desa memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tingkat
Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Ketika Dana Desa mengalami kenaikkan maka Tingkat
Kemiskinan akan mengalami penurunan. Sedangkan, variabel IPM juga memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifkan terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Ketika
IPM mengalami kenaikkan maka Tingkat Kemiskinan akan mengalami penurunan. Hasil
untuk angka R-squared ialah sebesar 0,982923 yang artinya variabel-variabel bebas dapat
menjelaskan variabel terikat sebesar 98,29% di dalam model sedangkan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain di luar model regresi.

6. SARAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH


6.1 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka penulis memberikan saran, yakni
perlu adanya koordinasi antar pemerintah desa, pemerinta kabupaten/kota, dan pemerintah
pusat secara top down dan buttom up dengan komunikasi yang lebih efektif, dalam hal ini
tepatnya adalah komunikasi pembangunan. Komunikasi pembangunan merupakan segala
upaya, cara, dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal
dari pihak yang memprakarsai pembangunan (pemerintah) dan jajarannya kepada masyarakat
yang menjadi sasaran agar dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam
pembangunan. Upaya pembangunan dalam hal ini adalah penyaluran Dana Desa secara tepat
dan terorganisir yang diharapkan lebih dapat menurunkan Tingkat Kemiskinan. Komunikasi
adalah hal yang sangat vital dan mempengaruhi keefektifan serta ketepatan penyaluran Dana
Desa. Tidak lupa juga akan transparansi antar pemerintah dan juga pemerintah kepada
masyarakat. Perlu adanya regulasi penetapan akuntansi pemerintah desa, pembinaan aparatur
desa, dan skala prioritas dalam perencanaan kebutuhan desa. Kemudian, sebaiknya Dana
Desa digunakan dalam hal-hal yang produktif dan/atau yang bernilai jual. Sedangkan, IPM
perlu adanya perhatian lebih khususnya pada wilayah-wilayah pedesaan yang terpencil
dengan infrastruktur yang tidak memadai. Infrastruktur juga perlu diberikan perhatian lebih
karena sangat mendukung dalam segi kesehatan dan segi pendidikan, serta segi mobilitas
pedesaan. Selain itu, pendidikan sangat diperlukan, baik itu secara jasmani maupun rohani
karena akan menentukan kualitas sumber daya manusia yang ada di pedesaan.
6.2 Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah, puji syukur atas segala karunia, rahmat, serta nikmat yang telah
diberikan Allah Swt., sehingga dapat terselesaikannya penelitian ini dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen, keluarga, serta teman-teman yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pengerjaan penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Kuncoro, M. 2006. “Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan” Edisi Ketiga.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

15
Haughton, J., & R. Khandker. 2012. “Pedoman Tentang Kemiskinan dan Ketimpangan.”
Jakarta: Salemba Empat.
Sumber artikel jurnal:
Arfiansyah, Mufti Arief. 2020. “Dampak Dana Desa Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di
Jawa Tengah.” Jurnal Studi Islam Dan Sosial 1 (c): 91–106. https://lisyabab-staimas.e-
journal.id/lisyabab%0ADampak.
Artino, Adi, Bambang Juanda, and Sri Mulatsih. 2019. “Keterkaitan Dana Desa Terhadap
Kemiskinan Di Kabupaten Lombok Utara.” Tataloka 21 (3): 381.
https://doi.org/10.14710/tataloka.21.3.381-389.
Dharmmayukti, Bhawika; Tri Oldy Rotinsulu; Audie. O. Niode. 2021. “Manusia (IPM)
Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota.” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 21 (05): 98–
105.
Edfrida, Uray Maulida. 2013. “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan
Timur Dan Kalimantan Barat.” Journal of Chemical Information and Modeling 53 (9):
1689–99.
Handayani, Desy Mediana, and Wildan Syafitri. 2019. “Analisis Pengaruh Penggunaan Dana
Desa Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Kediri.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 5
(3): 55–78. https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/6174.
Hasibuan, Sarah Nita, Bambang Juanda, and Sri Mulatsih. 2019. “Analisis Sebaran Dan
Faktor Penyebab Kemiskinan Di Kabupaten Bandung Barat.” Jurnal Agribisnis
Indonesia 7 (2): 79–91. https://doi.org/10.29244/jai.2019.7.2.79-91.
Heri Tarmizi, Miksalmina. 2020. “Pengaruh Dana Desa Terhadap Kemiskinan Di Provinsi
Aceh.” Jurnal Ilmu Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Unsyiah 5 (4): 201–11.
https://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=72957.
Jacobus, Elvira Handayani, Paulus . Kindangen, and Een N. Walewangko. 2019. “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Sulawesi Utara.”
Jurnal Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah 19 (7): 86–103.
https://doi.org/10.35794/jpekd.19900.19.7.2018.
Kawulur, Sandy, Rosalina A.M Koleangan, and Patrick C. Wauran. 2019. “Analisa Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Desa Dalam Menurunkan Tingkat Kemiskinan Di
11 Kabupaten Provinsi Sulawesi Utara.” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 19 (03): 107–
17.
Khaqiqi, Moh.Nur, and Tsalis Syaifuddin. 2021. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Indeks
Pembangunan Manusia, Inflasi, Dan Upah Terhadap Kemiskinan.” Of Islamic
Economics and Finance 1 (2): 24–39. http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/jief/article/view/3916.
Lalira, Dianti, Amran T. Nakoko, and Ita Pingkan F. Roro. 2018. “Pengaruh Dana Desa Dan
Alokasi Dana Desa Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kecamatan Gemeh Kabupaten
Kepulauan Talaud.” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 18 (4): 62–72.
Meriyanti, Ni komang. 2015. “Pengaruh Program Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Terhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kecamatan Buleleng Tahun 2011-2014.”
Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi 1 (1).

16
https://doi.org/10.23887/ekuitas.v3i1.12777.
Ritonga, Andy, Hefrizal Handra, and Fery Andrianus. 2021. “Pengaruh Dana Desa Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Sumatera Barat.” Region : Jurnal
Pembangunan Wilayah Dan Perencanaan Partisipatif 16 (2): 277.
https://doi.org/10.20961/region.v16i2.32968.
Sihite, Lestari. 2020. “Pengaruh Dana Desa, IM Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Penurunan Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Utara.”
Widodo, Adi, Waridin Waridin, and Johanna Maria Kodoatie. 2012. “Analisis Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan
Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah.”
Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan 1 (1): 25.
https://doi.org/10.14710/jdep.1.1.25-42.
Sumber website/halaman online:
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. (2019).
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. (2021). Indeks Pembangunan Manusia menurut
Provinsi 2017-2021. Website, https://bps.go.id/indicator/26/494/1/-metode-baru-
indekspembangunan-manusia-menurut-provinsi.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. (2021). Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa)
Menurut Provinsi dan Daerah 2020-2021. Website,
https://www.bps.go.id/indicator/23/185/1/jumlah-penduduk-miskin-ribu-jiwa-
menurutprovinsi-dan-daerah.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur. (2021). IPM 2017-2021. Website,
https://jatim.bps.go.id/indicator/26/36/1/ipm.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur. (2021). Jumlah Penduduk Miskin menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur (Ribu Jiwa), 2019-2021. Website,
https://jatim.bps.go.id/indicator/23/421/1/jumlah-penduduk-miskin-menurut-
kabupatenkota-di-jawa-timur.html
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK Kemenkeu). (2021). Rincian Alokasi
Dana Desa Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017-2021. Website,
https://djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2020/09/Dana-Desa_rotated.pdf
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bukittinggi (DJPB Kemenkeu). (2021). Pengertian Dana
Desa – DJPb- Kementrian Keuangan. Website,
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/bukittinggi/id/data-publikasi/artikel/2951-dana-
desapengertian,-sumber-dana,-penyaluran-dana,-dan-prioritasnya.html

17

You might also like