You are on page 1of 6

EcoNews

Advancing the World of Information and Environment


Vol. 3 No. 2 September, 2020, pp. 54-59

Analisis keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan hutan rakyat di Desa Sering


Journal homepage: https://journal.pasca-unri.org/index.php/econews/index
Kabupaten Pelalawan
Wah Budi Manis1, Mubarak2 , Darwis3 Journal homepage: http://journal.pasca-unri.org/index.php/econews

1
PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Pangkalan Kerinci.
2
Program Studi Magister Ilmu Lingkungam Program Pascasarjana Universitas Riau
3
Program Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Koresponden E-mail: wahbudimanis@gmail.com


https://doi.org/10.31258/ecn.3.2.p.54-59 ABSTRACT

Disetujui: 28 September 2020 This study aims to examine community participation in community forest
Diterbitkan: 30 September 2020 development in Sering Village, Pelalawan District. The purpose of this study was to
analyze the factors that influence community participation in community forest
Keywords: development cooperation, to compare income from Acacia community forest with
Carbon, Community, Forest, Income, oil palm farming and to estimate the carbon stock of A. crassicarpa stands in
Participation community forests. Data collection was carried out by observation, research
questionnaires, in-depth interviews and documentation. Factors that significantly
influence community participation in community forest cooperation are: 1) land
legality 2) land area owned, and 3) number of cultivators. Other influencing factors
are: 4) the existence of a market to sell wood harvested products and 5) the
location of land that is adjacent and connects to forming a stretch land. The income
from the community forest type A. Crassicarpa cooperation is lower than the
income from oil palm farming which is Rp. 75,000 / Ha / Month with a harvest
cycle of 5 years compared to Rp. 650,833 / Ha / Month. Acacia community forest in
the Sering village has a biomass potential of 47.8 tonnes / ha and an estimated
carbon stock of 18.16 C tonnes / ha.

PENDAHULUAN partisipasi masyarakat bersama mitra untuk memanfaatkan


lahan tidak produktif menjadi hutan yang mempunyai fungsi
Hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan sosial, ekonomi dan lingkungan.
ke dalam hutan hak yang berarti bahwa hutan rakyat adalah Salah satu fungsi lingkungan dari hutan adalah sebagai
hutan yang tumbuh di atas tanah yang telah dibebani hak penyerap karbon (sink) dari atmosfer melalui proses
milik, dan bukan diusahakan pada tanah negara. Sebagian fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa yang terdiri
besar masyarakat beranggapan bahwa kayu sebagai hasil dari bagian atas tanah serta bagian bawah tanah. Selain
hutan rakyat masih menempati posisi kurang penting sebagai adanya hutan rakyat Akasia, di Desa Sering juga dijumpai
komponen pendapatan rumah tangga (Hardjanto dalam adanya masyarakat yang melakukan usaha tani kelapa sawit.
Suharjito, 2000) Dalam rangka upaya pengembangan hutan rakyat
Upaya pemenuhan lahan konsesi HTI pulp menghadapi selanjutnya, diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor
beberapa kendala diantaranya adalah keterbatasan lahan yang mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam
akibat kompetisi dengan sektor lain (perkebunan dan kerjasama pembangunan hutan rakyat, pendapatan dari
pertanian) sehingga pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu kerjasama hutan rakyat dibandingkan dengan usaha tani
untuk industri pulp dapat terganggu (Rochmayanto, 2012). kelapa sawit dan cadangan karbon pada tegakan hutan rakyat.
Salah satu alternatif upaya untuk memenuhi bahan baku Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini dengan tujuan
tersebut, adalah mengembangkan hutan rakyat pada lahan untuk : 1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
masyarakat yang tidak produktif. Di Desa Sering Kabupaten keikutsertaan masyarakat dalam kerjasama pembangunan
Pelalawan telah terbangun hutan rakyat kemitraan dengan hutan rakyat di Desa Sering Kabupaten Pelalawan, 2)
jenis Acacia crassicarpa (A. crassicarpa) sejak tahun 2004 membandingkan pendapatan dari kerjasama pembangunan
yang diinisiasi oleh perusahaan yang bergerak di bidang hutan rakyat Akasia dengan usaha tani kelapa sawit, dan 3)
Hutan Tanaman Industri yaitu PT. Nusa Prima Manunggal menduga cadangan karbon tegakan A. crassicarpa pada
yang hasil panen kayunya dijual ke pabrik PT. Riau Andalan hutan rakyat.
Pulp and Paper. Adanya kerjasama hutan rakyat A.
crassicarpa tersebut menandakan adanya keikutsertaan atau
54
Wah Budi Manis, Mubarak , Darwis | ECN 3 (2) (2020) 54-59
METODOLOGI Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan
masyarakat dalam kerjasama hutan rakyat.
Penelitian dilakukan di Desa Sering, Kabupaten Data kepemilikan surat tanah, luas lahan, ketersediaan
Pelalawan, Provinsi Riau pada bulan Maret – April 2019 dan tenaga kerja penggarap lahan, dan pendapatan keluarga
lokasi HR Akasia terletak pada posisi titik-titik koordinat dianalisis dengan Regresi Logit/logistik. Operasionalisasi
antara (0º 24' 30'' – 0º 26' 0'') LU dan (101º 54' 15'' – 101º 55' variabel penelitian dikategorikan seperti pada Tabel 1.
40'') BT seperti pada gambar 1.
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Skala
Variabel Dimensi/Definisi Indikator
data
Dependen
(Y) keikutsertaan 1 = ya ikut serta Nominal
masyarakat dalam 0 = tidak ikut
kerjasama HR serta
Akasia
Independen
(X1) Kejelasan hak atas 1 = tanah bersu- Nominal
lahan rat) > tanah
tidak bersurat
0 = tanah bersurat
< tanah tidak
bersurat

(X2) Luas Lahan Banyaknya Rasio


kepemilikan lahan
(Ha)
Gambar 1. Peta lokasi HR Akasia di Desa Sering (X3) Ketersediaan Jumlah anggota Rasio
tenaga kerja keluarga peng-
Penelitian ini memakai strategi kuantitatif dengan metode garap(Orang)
survei yang berusaha memaparkan secara kuantitatif (X4) Pendapatan Besarnya Rasio
pendapatan
kecenderungan, sikap, atau opini dari suatu populasi tertentu (Rp/bulan)
dengan meneliti suatu sampel dari populasi tersebut. Strategi
kuantitatif dipakai untuk menguji teori-teori tertentu dengan Analisis Regresi logit menggunakan persamaan :
meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel diukur P
sehingga data yang terdiri angka-angka dapat dianalisis 𝑌 = 𝐿𝑛 ( ) = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3
1−P (1)
berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Creswell, 2016). + 𝛽4 𝑋4
Data yang dikumpulkan adalah data cross-sectional yaitu
data pada saat penelitian yang bisa menggambarkan keadaan
atau kegiatan pada waktu tersebut. (Widarjono, 2015)
Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan keterangan :
kuantitatif yang bersumber dari : 1) data primer dikumpulkan Y = Keikutsertaan masyarakat dalam
dengan memakai kuesioner pilihan ganda yang ditujukan kerjasama HR Akasia : ya=1, jika ikut
kepada Kepala Keluarga (KK) baik peserta maupun bukan serta; dan tidak=0, jika tidak ikut serta
peserta kerjasama hutan rakyat Akasia (HR Akasia) di Desa Ln = Logaritma natural
Sering, Kabupaten Pelalawan. Data-data tersebut adalah P = Probabilitas keikutsertaan seseorang
identitas responden, keikutsertaan masyarakat dalam kerjasama HR Akasia
pembangunan hutan rakyat, alas hak penguasaan tanah, X1 = Kejelasan hak penguasaan atas lahan: jika
jumlah penguasaan tanah, jumlah anggota keluarga sebagai kepemilikan tanah tercatat di pemerintahan
penggarap lahan, pendapatan dari responden, yang meliputi (tanah bersurat) > tanah tidak bersurat=1;
pendapatan total, pendapatan bagi hasil dari HR Akasia dan dan jika tanah bersurat < tanah tidak
pendapatan usahatani kelapa sawit (UT Kelapa sawit), 2) data bersurat = 0
Sekunder dikumpulkan dari sumber kantor KTPL, kantor X2 = Luas lahan yang dikuasai (Ha)
Desa Sering, kantor Kecamatan Pelalawan, kantor PT.NPM, X3 = Ketersediaan tenaga kerja (Orang)
maupun melalui browsing di internet ke Web resmi Pemkab X4 = pendapatan (Rp./bulan)
Pelalawan dan Pemprov Riau. Data-data tersebut adalah peta BO - B4 = Koefisien regresi
areal hutan rakyat, jumlah KK di Desa Sering, hasil
pengukuran pohon, perjanjian kerjasama, peta Provinsi Riau Hasil regresi logistik sebagai salah satu bentuk analisis
dan peta Kabupaten. Alat yang dipakai/instrumen penelitian regresi dievaluasi untuk mengetahui seberapa baik hasilnya
berupa kuesioner untuk pengumpulan data, alat tulis, dilakukan dengan :
kamera/HP, dan kendaraan untuk mobilisasi. Selain 1) Uji signifikansi pengaruh semua variabel independen
menggunakan kuesioner juga dilakukan observasi, secara serentak terhadap variabel dependen (ovelall model
dokumentasi serta wawancara mendalam (depth interview) fit). 2) Uji signifikansi pengaruh variabel independen
untuk beberapa responden kunci. terhadap variabel dependen secara individual (significance
test). 3) Penilaian seberapa baik model regresi (goodness of
fit).

55
Wah Budi Manis, Mubarak , Darwis | ECN 3 (2) (2020) 54-59
Membandingkan pendapatan dari kerjasama hutan Tabel 2. Variabel-variabel di dalam persamaan
rakyat dengan usaha tani kelapa sawit. 95% C.I.for
Data pendapatan bagi hasil panen HR Akasia Wal d Exp EXP(B)
B S.E. Sig.
d f (B) Lo Uppe
dibandingkan dengan pendapatan usaha tani kelapa sawit wer r
(UT Kelapa sawit), menggunakan statistik parametris t-test X1 * -3,995 1,350 8,750 1 0,003 0,018 0,001 0,260
S
independen (independent sample t-test) dengan rumus : t X2 * 1,590 ,715 4,951 1 0,026 4,903 1,208 19,890
e
𝑥̅1 − 𝑥̅ 2 (2) p X3 * -6,684 2,809 5,661 1 0,017 0,001 0,000 0,308
t=
s1 2 s2 2 X4 0,000 0,000 2,044 1 0,153 1,000 1,000 1,000
√ + 1
Cons
n1 n2 a
0,028 1,517 0,000 1 0,985 1,028
tant
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4 ;
b. Xn * : Signifikan
(Sugiyono, 2014)
Sumber : hasil pengolahan data dengan software SPSS komputer
keterangan :
Tabel 2. menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel
independen yang ditunjukkan dengan nilai Exp(B) atau
𝑥1 = rata − rata sampel 1; disebut juga Odds ratio (OR). Nilai OR untuk variabel X1 =
𝑥2 = rata − rata sampel 2; legalitas lahan sebesar 0,018 , berarti aspek legalitas lahan
𝑠1 = simpangan baku sampel 1; menurunkan nilai probabilitas keiikutsertaan masyarakat
𝑠2 = simpangan baku sampel 2; sebesar 0,018 kali. OR variabel X2 = luas lahan sebesar 4,903
𝑠12 = 𝑣arians sampel 1; menunjukkan bahwa naiknya luas lahan satu satuan akan
𝑠22 = varians sampel 2; meningkatkan probabilitas keikutsertaan 4,9 kali. OR
variabel X3 = Keberadaan tenaga penggarap lahan sebesar
Menduga kandungan karbon tegakan A. crassicarpa pada 0,001 (nilai B minus) sehingga probabilitas keikutsertaan
hutan rakyat di desa Sering. untuk kerjasama HR Akacia akan menurun sebesar 0,001 kali
Pendugaan cadangan atau stok karbon hanya dilakukan setiap ada kenaikan satu satuan jumlah tenaga penggarap.
pada bagian atas (bagian pohon di atas permukaan tanah) Evaluasi seberapa baik hasil regresi logistik adalah sebagai
menggunakan pendekatan-2 dari Pedoman Penggunaan berikut :
Model Alometrik Untuk Pendugaan Biomassa dan Stok 1. Uji signifikansi pengaruh semua variabel independen
Karbon yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kehutanan secara serentak terhadap variabel dependen (ovelall model
(2012). Pendekatan-2 digunakan karena model alometrik fit), menghasilkan kesimpulkan bahwa semua variabel
biomassa pohon yang dikembangkan untuk jenis A. independen (X1, X2, X3, dan X4) secara bersama
crassicarpa dan tipe ekosistem hutan tanaman belum mempengaruhi keikutsertaan seseorang untuk kerjasama HR
dikembangkan di Riau sehingga menggunakan model yang Akasia atau minimal ada satu variabel independen yang
telah dikembangkan untuk jenis dan tipe ekosistem hutan berpengaruh.
yang sama di Sumatera Selatan dengan rumus : 2. Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap
BBA = 0,027 D2,891 (3) variabel dependen secara individual (significance test)
(Balitbanghut, 2012) ditunjukkan pada (Tabel 3) yaitu pada tingkat kepercayaan
keterangan : 95%, faktor yang signifikan (Sig < 0,05) mempengaruhi
BBA = Biomassa Bagian Atas (kg) keikutsertaan seseorang dalam kerjasama HR Akasia adalah
D = DBH (Diameter Setinggi Dada (cm)) X1= legalitas lahan (0,003), X2= luas kepemilikan lahan
(0,026) dan X3= ketersediaan tenaga kerja penggarap (0,017),
Pendugaan stok karbon berdasarkan biomassa memakai sedangkan X4 = tingkat pendapatan, tidak berpengaruh secara
nilai faktor konversi yang disebut dengan fraksi karbon yang signifikan terhadap keikutsertaan seseorang dalam kerjasama
dirumuskan sebagai berikut : HR Akasia (0,153 > 0,05).
3. Uji seberapa baik model regresi logit (goodness of fit
Stok Karbon = Fraksi Karbon x Biomassa (4) test), menyimpulkan bahwa model dapat diterima atau
Nilai fraksi karbon jenis A. crassicarpa adalah 38%. dikatakan fit, yaitu probabilitas yang diprediksi sesuai
dengan probabilitas yang diobservasi. Model persamaan
(Badan Litbanghut, 2012) probabilitas logistik yang dihasilkan adalah :
𝑒 (0,028−3,995∗X1+1,590∗X2−6,684∗X3+0∗X4)
HASIL DAN PEMBAHASAN P= (5)
1+ 𝑒 (0,028−3,995∗X1+1,590∗X2−6,684∗X3+0∗X4)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan Keterangan : P= Probabilitas seseorang untuk


masyarakat dalam kerjasama pembangunan hutan ikut kerjasama HR Akasia
rakyat. e = Eksponen
Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang diduga X1 = Legalitas lahan
mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam kerjasama X2 = Luas lahan
pembangunan hutan rakyat dengan metode regresi logit dapat X3 = Jumlah tenaga penggarap
dilihat pada Tabel 2. X4= Pendapatan

56
Wah Budi Manis, Mubarak , Darwis | ECN 3 (2) (2020) 54-59
Hasil penelitian di Desa Sering secara keseluruhan mengusahakan HR Akasia. Salah satu alasan untuk ikut
dibandingkan dengan Suharjito (2012) dapat dilihat pada kerjasama HR Akasia adalah adanya pabrik pulp dan kertas
Tabel 3. PT. RAPP dimana hasil panen kayu dari HR Akasia tersebut
akan dijual. Faktor lokasi lahan antar anggota KTPL yang
Tabel 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan berdampingan dan menyambung membentuk satu bentangan
masyakat dalam budi daya pohon (hutan rakyat) areal kerja, mempengaruhi terhadap keikutsertaan seseorang
Hasil Penelitian di Desa untuk kerjasama HR Akasia, hal ini berkenaan dengan
Faktor yang Suharjito (2012) sering (2019) pengelolaan air di lahan gambut yang harus di lakukan
berpengaruh ((+)/(-) , alasan) ((+)/(-) , alasan)
dengan hati-hati agar air tanah masih dapat dipertahankan
1. Kejelasan (+), kepastian pengua- (-), Kepastian pengua- sehingga perakaran dan tanaman bisa tumbuh secara optimal.
hak atas saan lahan dalam men- saan lahan, keabsahan
tanah jamin investasinya hasil panen dan sebagai
persyaratan kerjasama. Membandingkan pendapatan dari kerjasama
Legalitas lahan menja- Pembangunan hutan rakyat Akasia dengan usaha tani
dikan probabilitas dalam kelapa sawit.
ikut HR Akasia semakin
berkurang. Pembandingan pendapatan kerjasama HR Akasia dan UT
2. Luas lahan (+), semakin sempit (+), semakin luas maka Kelapa sawit dari responden sampel, setelah dilakulakukan
yang lahan cenderung diman- tanah yang tidak terke- uji t diperoleh kesimpulan berbeda secara signifikan dan
dikuasai faatkan untuk tanaman lola/terlantar dikerjasa- hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2.
pangan, tanaman jangka makan sebagai HR
pendek (cenderung Akasia untuk tabungan
memilih tanaman yang dan setiap tahun bisa 700.000 650.833
lebih intensif), semakin mengajukan pinjaman ke
luas ada kesempatan mitra untuk kebutuhan 600.000
untuk menanam pohon. anak sekolah dll. 500.000
3. Ketersediaan (+), semakin sedikit (-) semakin bertambah
tenaga kerja (ada musim tenaga jumlah petani penggarap 400.000
/penggarap migran) maka petani lahan, probabilitas ikut 300.000
akan menanam pohon kerjasama semakin ber - HR Acacia
yang membutuhkan kurang karena mampu 200.000 UT Kelapa sawit
input tenaga kerja mengerjakan lahannya 75.000
100.000
rendah dan pendapatan sendiri
yang relatif tinggi. -
4. Tingkat (+), rumah tangga kaya Menjadi faktor yang Pendapatan (Rp./Ha/Bulan)
kekayaan lebih banyak menanam tidak signifikan mem-
(Penulis meng- pohon pengaruhi keikutsertaan Gambar 2. Grafik perbandingan pendapatan HR Akasia
gunakan tingkat masyarakat dalam kerja-
pendapatan ke- sama HR Akasia dengan UT Kelapa sawit
luarga)
5. Akses (+) Adanya pasar (+) tidak diteliti secara Gambar 2. menunjukkan bahwa Pendapatan dari HR
terhadap memudahkan dalam kuantitatif namun sangat Akasia sebesar Rp. 75.000/Ha/Bulan jika dibandingkan
pasar menjual produk kayu berpengaruh terhadap
dari pohon yang keikutsertaan masya- dengan pendapatan dari UT Kelapa sawit sebesar Rp.
ditanam rakat dalam kerjasama 650.833/Ha/Bulan adalah 11,52 % nya. Sehingga untuk
HR Akasia dan pasar mendapatkan pendapatan yang setara dengan UT Kelapa
yang siap membeli hasil sawit, maka luas lahan yang dikerjasamakan dalam HR
panen HR Akasia yaitu
pabrik pulp dan kertas Akasia adalah 8,70 Ha. Penelitian di Kabupaten Kuantan
PT. RAPP Singingi memprediksikan bahwa untuk menyetarakan
6. Tanah Tidak diidentifikasi (+) tidak diteliti secara pendapatan hutan rakyat kayu pulp dengan UT Kelapa sawit,
berada kuantitatif, tetapi diper- areal yang dikerjasamakan dalam HR minimal seluas 12,38
dalam satu oleh fakta bahwa tanah
hamparan anggota KTPL seluruh- Ha (Rohmayanto, 2012)
dengan nya membentuk satu Pendapatan dari HR Akasia didapatkan dari harga/nilai
anggota lain hamparan yang kompak bagi hasil setiap hektar lahan selama satu daur tebang (5
sehingga dan hal ini memudahkan tahun). Pada prakteknya Akasia berumur 4 tahun sudah bisa
menjadi dalam menata air pada
kompak lahan gambut. Air harus dipanen sehingga pendapatan bisa menjadi Rp. 93.750/
diatur ketinggian untuk Ha/Bulan. Dari perubahan perjanjian kerjaama antara
memberikan ruang bagi perusahaan mitra dengan KTPL untuk panen pada tahun
pertumbuhan akar ta- 2024/2025 nilai bagi hasil disepakati sebesar Rp.
naman A. crassicarpa
5.500.000/Ha/Bulan setiap daur tebang 5 th sehingga akan
Keterangan : (+) berpengaruh positif ; (-) berpengaruh negatif ada kenaikan pendapatan menjadi sebesar Rp. 91.667/
Sumber : Suharjito (2012) dan hasil penelitian penulis Ha/Bulan atau jika ditebang pada umur 4 tahun menjadi
sebesar Rp. 114.583/Ha/Bulan. Pendapatan tersebut
Tabel 4. menunjukkan perbandingan faktor-faktor yang merupakan pendapatan bersih, karena seluruh kegiatan
mempengaruhi seseorang untuk budidaya pohon (hutan pengelolaan hutan dilakukan oleh perusahaan mitra.
rakyat) beserta penjelasannya. Pembayaran bagi hasil kepada KTPL dilakukan setelah
Keberadaan dan akses ke pasar seperti dikemukakan oleh tanaman selesai dipanen. Namun demikian, menjelang
Suharjito (2012) sangat memberikan pengaruh kepada pemanenan tanaman HR Akasia, anggota melalui pengurus
masyarakat maupun mitra untuk bersama-sama KTPL dapat melakukan pinjaman kepada perusahaan mitra
57
Wah Budi Manis, Mubarak , Darwis | ECN 3 (2) (2020) 54-59
dengan batasan tertentu setiap tahunnya apabila ada Tabel 5. Perhitungan biomassa hutan rakyat Desa Sering
kebutuhan yang ingin dibayarkan. Jumlah yang dibayarkan Tahun Luas Jumlah
Diame-
Biomassa
setiap panen adalah Rp 4.500.000 per ha. Dalam pengelolaan No. Petak ter dbh
tanam (Ha) pohon (ton)
(cm)
HR Akasia di Desa Sering, kegiatan sepenuhnya dikelola AE001 2014 28,10 19.080 15,3 1.370,51
oleh perusahaan mitra dengan standar tertentu sedangkan AE002 2014 10,20 4.488 17,4 467,57
anggota sebagai pemilik lahan ikut serta membantu AE003 2014 23,90 12.261 15,1 847,82
mengamankan HR tersebut dari bahaya kebakaran. AE004 2014 25,50 9.129 18,7 1.171,33
Oktovianti et al. (2015) dan Mustofa et al. (2016), telah AE005 2014 23,20 12.203 14,7 780,82
meneliti pendapatan UT Kelapa sawit pada lahan gambut, AE006 2014 12,70 8.369 15,3 601,17
AE007 2014 26,50 14.761 14,5 907,78
masing- masing di Desa Mengkapan, Lalang, parit I/II AE008 2014 19,60 9.114 18,4 1.115,99
(Kecamatan Sungai Apit) dan Desa Limau Manis, Lubuk AE009 2014 23,80 12.257 17,2 1.234,98
besar (Kecamatan Kemuning), Sencalang, Pancur AE010 2014 11,50 6.693 15,7 518,00
(Kecamatan Keritang), Rumbai Jaya, Harapan Jaya, Harapan AE011 2014 8,60 4.162 14,5 255,99
Tani, Pekan tua (Kecamatan Kempas), Tempuling, Karya AE012 2014 15,80 8.358 14,2 483,88
Tunas Jaya (Kecamatan Tempuling). Hasil penelitian AE013 2014 13,90 7.506 17,2 756,28
AE014 2014 19,20 10.099 17,6 1.087,50
pendapatan dari UT Kelapa sawit tersebut dibandingkan AE015 2014 18,20 11.375 17,1 1.126,96
dengan hasil penelitian penulis di Desa Sering dimana AE016 2014 22,90 13.923 17,2 1.402,86
pendapatan dihitung dengan tidak mengurangkan biaya AE017 2014 22,90 10.763 18,0 1.236,77
investasi/penyusutan dan tenaga kerja dari keluarga seperti AE018 2014 16,80 10.819 15,9 868,56
pada tabel 4. AE019 2014 20,30 13.906 15,7 1.076,21
AE020 2014 15,00 6.195 17,5 656,19
AE021 2014 7,70 4.073 17,3 417,35
Tabel 4. Perbandingan hasil penelitian pendapatan UT
AE022 2014 9,00 3.510 19,5 508,35
Kelapa sawit Total 395,30 18.892,87
Hasil Biomassa tegakan (ton/ha) 47,79
Oktovianti et Mustofa et Penulis
Penelitian
al. (2015) al. (2016) (2019) Sumber : Pengolahan data sekunder (LHC HR Akasia
Rp/Ha/Bln Rp/Ha/Bln Rp/Ha/Bln
Lokasi Kelompok Tani Parit Limbah – Februari 2019).
1. Desa
Mengkapan, 1.741.076 - - Tabel 5. menunjukkan biomassa tegakan hutan rakyat di
dsk
2. Desa Limau - 482.390 - Desa Sering dengan jenis A. crassicarpa dan umur 4 tahun
Manis, dsk seluas 395,3 Ha adalah 18.892,87 ton atau 47,79 ton/ha.
3. Desa Sering - - 650.833 Sedangkan cadangan/stok karbonnya setelah dikalikan
Sumber : Oktovianti et al. (2015), Mustofa et al. (2016), dengan angka fraksi karbon sebesar 38% adalah 18,16 ton
dan pengolahan data primer C/ha. Angka ini berada dalam kisaran kemampuan hutan
alam dalam menyimpan karbon yaitu 7,5 – 264,7 ton C/ha
Tabel 4. menunjukkan bahwa pendapatan UT Kelapa (Sugirahayu dan Rusdiana, 2011).
sawit di lokasi yang berbeda menunjukkan angka pendapatan Pembandingan hasil pendugaan biomassa dan
tertinggi di Desa Mengkapan dan sekitarnya, kemudian di cadangan/stok karbon dengan dua penelitian terdahulu yaitu
Desa Sering dan paling rendah di Desa Limau Manis dan Ratna et al. (2008) dan Yuniawati et al. (2011) dapat dilihat
sekitarnya. Dari observasi dan wawancara dengan nara pada Tabel 6.
sumber yang juga mempunyai kebun kelapa sawit, UT
Kelapa sawit di Desa Sering pengelolaannya dilakukan Tabel 6. Perbandingan DBH, N(Pohon)/Ha, biomassa dan
sendiri oleh masyarakat dan sejak ditanam cenderung jarang cadangan karbon
dipupuk bahkan tidak dipupuk sama sekali, perawatan
DBH BBA Karbon
kurang, pemanenan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Perbandingan
(Cm)
N/Ha
(Ton/Ha) (Ton C /ha)

Kandungan karbon tegakan A. crassicarpa pada hutan Ratna (4th) 17,6 633 68.162,33 25.901,68
rakyat di Desa Sering. Yuniawati (4th) 16,5 820 72.629,53 27.599,22
Karbon merupakan unsur yang diserap dari atmosfer Penulis (4th) 16,5 539 47.992,74 18.237,24
melalui fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Sumber : Ratna et al. (2008), Yuniawati et al. (2011),
Tingkat penyerapan karbon di hutan dipengaruhi oleh Pengohan data sekunder
berbagai faktor, antara lain iklim, topografi, karakteristik
lahan, umur dan kerapatan vegetasi, komposisi jenis serta Tabel 6. menunjukkan bahwa faktor DBH (diameter
kualitas tempat tumbuh. Tempat penyimpanan utama karbon setinggi dada) dan N(pohon)/Ha diduga sangat berpengaruh
terdapat dalam biomassanya (termasuk bagian atas yang terhadap hasil perhitungan biomassa maupun cadangan
meliputi batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah serta karbon dan hal ini kemungkinan dikarenakan oleh: 1)
bagian bawah yang meliputi akar, bahan organik mati, tanah, berbedaan tempat tumbuh 2) perbedaan perlakuan terhadap
dan yang tersimpan dalam produk kayu) yang akan dapat tanaman misalnya pemupukan dan pemeliharaan 3)
diemisikan untuk produk jangka panjang (Widyasari (2010) penurunan kesuburan tanah setelah masa daur panen
dalam Istomo dan Farida, 2017) sebelumnya.
Hasil pendugaan biomassa tegakan HR Akasia di Desa
Sering disajikan dalam Tabel 5.

58
Wah Budi Manis, Mubarak , Darwis | ECN 3 (2) (2020) 54-59
KESIMPULAN Ratna, A.T, R. Hamidy, dan Thamrin, (2008). Pendugaan
Kandungan Karbon pada A. crassicarpa di Hutan Rawa
Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HT PT. RAPP,
keikutsertaan masyarakat Desa Sering dalam kerjasama hutan Kabupaten Pelalawan). Journal of Environmental Science
rakyat adalah 1) legalitas lahan, 2) luas lahan yang dimiliki, (1) 2 : 26-32.
3) jumlah tenaga penggarap lahan. Faktor lain yanag Rochmayanto, Y. dan R. Supriadi. (2012). Skala Ekonomis
berpengaruh adalah 4) adanya pasar tempat menjual hasil Usaha Hutan Rakyat Kayu Pulp di Kabupaten Kuantan
pemanenan kayu, dan 5) lokasi tanah yang berdampingan dan Singingi Provinsi Riau. Jurnal Penelitian Sosial dan
menyambung membentuk satu hamparan lahan. Faktor Ekonomi Kehutanan. 9 (2) : 87 – 95.
tingkat pendapatan keluarga tidak berpengaruh signifikan Sukisman, S.R. Hardoyo, dan B. Setiawan. (2011).
terhadap keikutsertaan masyarakat Desa Sering dalam Partisipasi Masyarakat Anggota Koperasi Hutan Jaya
kerjasama Hutan Rakyat. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Konawe
Desa Sering dalam kerjasama pembangunan hutan rakyat Selatan. Jurnal Majalah Geografi Indonesia (MGI), 25(2):
sejumlah 122 KK atau sebesar 24,80 % dan berkontribusi 178-197.
lahan seluas 415 ha atau sebesar 3,8 %. Pendapatan dari Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Afabeta.
hutan rakyat jenis A. Crassicarpa lebih rendah yaitu Rp. Bandung.
75.000 - Rp. 93.750/Ha/Bulan dengan daur panen selama 4 – Sugirahayu, L dan O. Rusdiana. (2011). Perbandingan
5 tahun daripada pendapatan usaha tani kelapa sawit sebesar Simpanan Karbon pada Beberapa Penutupan Lahan di
Rp. 650.833/Ha/Bulan. Hutan rakyat di Desa Sering mampu Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Berdasarkan Sifat
menyimpan cadangan karbon dari pendugaan biomassa Fisik dan Sifat Kimia Tanahnya. Jurnal silvikultur
bagian atas (BBA) sebesar 18,16 ton C/ha. Tropika ( 02). 03 : 149 – 155.
Suharjito, D. (2000). Hutan Rakyat di Jawa. Program
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat
(P3KM). Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Suharjito. (2012). Pengembangan HKm, HTR, HD dan HR:
yang tidak terhingga kepada 1) Bapak H. M Yunus selaku Belajar dari Pengalaman di Jawa, Makalah Seminar
Kepala Desa Sering periode 2014-2019 atas pemberian izin “Prospek Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat,
dalam melaksanakan penelitian, 2) Bapak Junaidi selaku Konservasi dan Rehabilitasi Hutan”. Diselenggarakan
Ketua KTPL atas pendampingannya selama penelitian, dan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado 23-24 Oktober
3) Semua pihak yang telah membantu secara moril maupun 2012,Manado.
materiil dalam penelitian ini semoga seluruh kebaikannya Widarjono, A. (2015). Analisis Multivariat Terapan dengan
mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan kita termasuk Program SPSS, AMOS, dan SMARTPLS. UPP STIM
orang-orang yang selalu bersyukur serta selalu dalam YKPN. Yogyakarta.
lindungan-Nya. Yuniawati, A. Budiman, dan Elias. (2011). Estimasi Potensi
Biomassa dan Massa Karbon Hutan Tanaman A.
DAFTAR PUSTAKA crassicarpa di Lahan Gambut. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan 29(4): 343-355
Badan Litbanghut. (2012). Peraturan Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Nomor
P.01/VIII-P3KR/2012 tentang Pedoman Penggunaan
Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok
Karbon Hutan di Indonesia. Bogor.
Cresswell, J.W. (2016). Research Design Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Penerjemah: A.
Fawaid. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Istomo dan N. E. Farida. (2017). Potensi Simpanan Karbon di
Atas Permukaan Tanah Tegakan Acacia nilotica L. (Wild)
ex. Del. Di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 7(2):
155-162.
Lisnawati, Y, H. Suprijo, E. Poedjirahajoe dan Musyafa.
(2015). Dampak Pembangunan Hutan Tanaman Industri
A. crassicarpa di Lahan Gambut Terhadap Tingkat
Kematangan dan Laju Penurunan Permukaan Tanah.
Jurnal : Manusia dan Lingkungan. 22(2):179-186.
Mustofa, R, N. Dewi, J. Yusri, (2016). Analisis Komparasi
Usahatani Kelapa Sawit Swadaya Menurut Tipologi
Lahan di Kabupaten Indragiri Hilir, Indonesian Journal of
Agricultural Economics (IJAE). 7(1): 47–55.
Oktovianti, M, Yusmini, dan D. Muwardi. (2015). Analisis
Pendapatan Petani Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan
Sungai Apit Kabupaten Siak. JOM Faperta. 2 (2)
59

You might also like