Professional Documents
Culture Documents
2, Oktober 2011
ABSTRACT
Educational services in schools is part of the community and the public school. Service quality is
a product and or services in accordance with established quality standards and customer satisfaction.
Quality in education include the quality of input, process, output, and outcome. Input-grade education
when it is ready to proceed otherwise. The process of quality education to create an atmosphere
where learning is active, innovative, creative, effective, dan fun. Output otherwise qualified if the
learning outcomes of academic and non academic students achieving at least equal to the minimum
completeness criteria specified. Outcome graduates expressed significantly faster when absorbed in
the world of work, fair wages, all parties acknowledge and satisfied with the intelligence, skill,
personality. Government's efforts to service and quality of education is the use of School-Based
Management (SBM) is accompanied by the determination of output criteria, processes, and
educational input at school. Expected Output school student achievement / school both academic
and non academic generated meets the specified criteria. (2) process, ie, among others: the
effectiveness of teaching and learning process, schools have the teamwork of a compact, intelligent
and dynamic, the school has the authority (autonomy), school evaluation and continuous
improvement, (3) input, ie, among other : the school has: policies, goals, and quality objectives are
clear, available resources, feasible, and highly dedicated.
Pelayanan pendidikan di sekolah adalah bagian dari masyarakat dan sekolah umum. Kualitas layanan
adalah produk dan atau jasa sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan dan kepuasan pelanggan.
Kualitas dalam pendidikan termasuk kualitas input, proses, output, dan hasil. Input-kelas pendidikan
bila sudah siap untuk melanjutkan sebaliknya. Proses pendidikan yang berkualitas untuk menciptakan
suasana di mana pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan Dan. Keluaran dinyatakan
memenuhi syarat jika hasil belajar siswa akademik dan non akademik mencapai paling tidak sama
dengan kriteria kelengkapan minimal yang ditetapkan. Lulusan Hasil mengungkapkan secara signifikan
lebih cepat ketika diserap di dunia kerja, upah yang adil, semua pihak mengakui dan puas dengan,
keterampilan kepribadian kecerdasan,. Upaya Pemerintah untuk pelayanan dan kualitas pendidikan
adalah penggunaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) disertai dengan penentuan kriteria output,
proses, dan input pendidikan di sekolah. Keluaran sekolah diharapkan prestasi siswa / sekolah dihasilkan
akademik baik akademis dan non memenuhi kriteria yang ditentukan. (2) proses, yaitu, antara lain:
efektivitas proses belajar mengajar, sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis,
sekolah memiliki kewenangan (otonomi), evaluasi sekolah dan perbaikan terus-menerus, (3) input,
yaitu, antara lain: sekolah memiliki: kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas, sumber daya yang
tersedia, layak, dan berdedikasi tinggi.
110
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
2003 menunjukkan data ubahwa dari 146.052 adalah produk dan atau jasa yang sesuai
SD di Indonesia ternyata hanya ada delapan dengan standar mutu yang telah ditetapkan
yang mendapat pengakuan dunia dalam dan memuaskan pelanggan. Mutu dibidang
kategori The Primary Years Program (PYP). pendidikan meliputi mutu input, proses, output,
Dari 20.918 SMP di Indonesia hanya ada dela- dan outcome. Input pendidikan dinyatakan
pan SMP yang mendapat pengakuan dunia bermutu jika siap berproses. Proses pendi-
dalam kategori The Middle Years Program dikan bermutu apabila mampu menciptakan
(MYP), dari 8.036 SMA hanya tujuh sekolah suasana yang PAKEMB (Pembelajaran yang
yang mendapat pengakuan dunia dalam Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan
kategori The Diploma Program (Basuki, 2010). Bermakna). Output dinyatakan bermutu jika
Salah satu yang diharapkan diterima oleh hasil belajar akademik dan non akademik
masyarakat dari sekolah adalah mutu pendi- siswa yang tinggi. Outcome dinyatakan
dikan yang baik sebagabukti hasil pelayanan. bermakna apabila lulusan cepat terserap di
Dalam hal tersebut, Jalal dan Supariadi dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui
(2001:88) menyatakan bahwa terdapat tiga kehebatan lulusan dan merasa puas.
aspek yang dapat memberikan jaminan mutu Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990:26)
pendidikan yaitu: kompetensi, akreditasi, dan menggunakan ukuran kualitas pelayanan
akuntabilitas. dengan: tangible, reliability, responsiveness,
assurence, dan empathy. Tangible, yaitu fasilitas
B. PELAYANAN PENDIDIKAN SEBAGAI fisik, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas
PELAYANAN PUBLIK komunikasi yang dimiliki oleh penyedia laya-
nan. Reliability atau reliabilitas adalah
Sinambela (2008:5) memberikan definisi kemampuan untuk menyelenggarakan
pelayanan publik sebagai pemenuhan keingi- pelayanan yang dijanjikan secara akurat. Re-
nan dan kebutuhan masyarakat oleh penyele- sponsiveness atau resposivitas adalah kerelaan
nggara negara. Negara didirikan oleh publik untuk menolong pengguna layanan dan
(masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan,
Undang-undang RI No. 25 Tahun 2009 pasal kesopanan, dan kemampuan para petugas
1 ayat 1 berbunyi: pelayanan publik adalah penyedia layanan dalam memberikan keper-
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka cayaan kepada pengguna layanan. Empathy
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan adalah kemampuan memberikan perhatian
kebutuhan perundang-undangan bagi setiap kepada pengguna layanan secara individual.
warga negara dan penduduk atas barang, jasa Layanan pendidikan di sekolah sebagai
dan/atau pelayanan administratif yang disedia- sistem (Depdiknas, 2007:9) seperti dalam
kan oleh penyelenggara pelayanan publik. gambar 1.
Layanan pendidikan di sekolah sebagai Gambar 1.
layanan publik dinyatakan dalam pasal 5 ayat Sekolah sebagai Sistem (Dikutip dari Depdiknas, 2007:9)
2 UU No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
publik yang selengkapnya berbunyi: ruang
lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat 2
meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan
dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan
informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jami-
nan sosial, energi, perbankan, perhubungan,
sumberdaya alam, pariwisata, dan sektor
strategis lainnya.
Tuntutan masyarakat adalah layanan yang
berkualitas atau layanan yang bermutu.
Usman, (2008:479) menyatakan bahwa mutu
Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dalam era desentralistik yang lebih ‘pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
menarik adalah kesimpulan bersama antara dilaksanakan berdasarkan pelayanan minimal
Regional Education Development and Improve- dengan prinsip menajemen berbasis sekolah’.
ment Project melalui laporan pertama tahun Depdiknas (2007:6-10) menyatakan beberapa
1999, Japan International Cooperation Agency tantangan yang harus ditangani oleh pemerin-
(JICA), Badan Penelitian dan Pengembangan tah dan masyarakat terhadap pelayanan pendi-
(BALITBANG) Depdiknas, International Devel- dikan, terutama pada tiga bidang yaitu: (1) di
opment Center of Japan (IDCJ) menyatakan ada bidang akses (kesempatan memperoleh pen-
delapan masalah yang menjadi tugas Depdik- didikan); (2) bidang mutu, relevansi, dan daya
nas, yaitu: (1) demokratisasi pendidikan; saing pendidikan meliputi: mutu sebagian
kesempatan yang sama dalam mengakses sekolah masih rendah, prestasi non akademik
pendidikan masih belum sepenuhnya terca- masih belum memuaskan, angka mengulang
pai, (2) rendahnya relevansi pendidikan, (3) kelas masih cukup tinggi, proses pembelaja-
rendahnya akuntabilitas, (4) rendahnya pro- ran masih kurang optimal, dan fasilitas
fesionalisme dalam praktik pendidikan dan pembelajaran belum memadai; (3) bidang tata
manajemen, (5) kurang efesien dan efektivitas kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik
dalam alokasi anggaran dan manajemen, (6) kelemahan-kelemahannya meliputi: koor-
adanya keseragaman, (7) desentralisasi dinasi dan sinkronisasi program masih belum
manajemen pendidikan belum tercapai, dan berjalan dengan baik, kualitas pelaksanaan
(8) debirokratisasi manajemen pendidikan program belum optimal, pelaksanaan moni-
belum terlaksana (Syafaruddin, 2010:5-6). toring dan evaluasi belum optimal, prinsip-
Chapman (1990:18) menyatakan bahwa prinsip pengelolaan pendidikan yang ber-
implikasi dalam desentralisasi pendidikan pihak pada rakyat belum dilaksanakan secara
adalah: (1) desentralisasi melahirkan banyak optimal, manajemen dan informasi yang
inisiatif berkenaan dengan respon pemerintah lemah, masih banyak sekolah, Kabupaten/Kota,
terhadap kompleksitas masalah pendidikan, dan Provinsi, yang belum memiliki Renstra
(2) meningkatnya minat terhadap perubahan pengembangan pendidikan, kapasitas Dinas
kurikulum nasional dengan mengajukan Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
standar. Daerah harus memberikan kontribusi kurang memadai, dan implementasi Manaje-
terhadap perbaikan kurikulum dalam rangka men Berbasis Sekolah (MBS) belum memadai.
perbaikan bangsa, (3) dorongan untuk melak- Sekadar perbandingan upaya pelayanan
sanakan persamaan atau pemerataan dalam pendidikan di beberapa Negara, misalnya
pendidikan dengan berbagai kemudahan Amerika, Jerman, Austria, Singapura, Jepang,
mengakses sekolah bagi semua anak, atau Malaysia, dan Australia, Srirahmadhena (2010)
sekolah untuk semua, (4) berusaha mewu- menyatakan bahwa Amerika Serikat telah ber-
judkan efektivitas sekolah dan peningkatan hasil menyediakan pendidikan gratis selama
mutu sekolah menjadi idealisme desentralisasi 12 tahun dan biaya pendidikan relatif murah
pendidikan, (5) peningkatan otonomi bagi pada tingkat perguruan tinggi. Satriawan
guru dalam memperkecil kontrol birokrasi (2008) menyatakan bahwa Jerman dan Aus-
pendidikan sehingga profesi kependidikan tria mendanai seluruh sistem pendidikannya
semakin meningkat kualitasnya, (6) pening- sampai di perguruan tinggi. Di Jerman wajib
katan minat dan perhatian daerah terhadap belajar 9-10 tahun, dengan sistem pendidikan-
pelaksanaan dan pandangan mutu pendi- nya terkenal sebagai yang terbaik di dunia.
dikan, (7) mendorong organisasi sekolah yang Di Jepang anak usia sekolah, 99 persen
unggul, otonomi sampai ke sekolah, memba- terdaftar di sekolah, siswa yang telah menyele-
ngun tim kerja dan akuntabilitas. saikan studinya di SD dapat langsung ke SMP
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 karena SD-SMP termasuk kelompok ‘gimuk-
tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai- youiku’ atau Compulsory Education atau program
mana pasal 51 ayat (1) yang menyatakan wajib belajar dengan menggratiskan (Adeluna,
tanpa tahun). Fanany (2007) menyatakan bah- bahwa tepat untuk dipakai, ditentukan oleh
wa wajib sekolah di Australia hingga 10 tahun. pemakai bukan oleh pemberi layanan. Dasar
Orang tua siswa dapat dipenjara kalau anak- misi mutu sebuah sekolah adalah mengem-
nya tidak disekolahkan. Sistem pendidikan di bangkan program dan layanan yang memenuhi
Australia tidak diatur secara sentral dari kebutuhan pengguna, seperti siswa dan
pusat, tetapi desentralisasi dan sangat otonom. masyarakat. Pandangan Juran tentang mutu
adalah: (1) meraih mutu merupakan proses
D. BUDAYA MUTU yang tidak mengenal akhir, (2) perbaikan
mutu merupakan proses berkesinambungan,
Salusu (2008:454-455) menyatakan bukan program sekali jalan, (3) mutu memer-
bahwa terdapat beberapa istilah yang diguna- lukan kepemimpinan dari anggota dewan
kan berkaitan dengan mutu, khususnya jika sekolah dan administrator, (4) pelatihan mas-
berkaitan dengan manajemen, diantaranya sal merupakan prasyarat.
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Upaya pemerintah terhadap mutu
Quality Management (TQM) yang juga dikenal pendidikan di sekolah diantaranya penetapan
dengan istilah Total Quality Control atau Pengen- kriteria output, proses, dan input pendidikan
dalian Mutu Terpadu. Salusu menjelaskan di sekolah dalam menggunakan MBS. Secara
bahwa MMT adalah salah satu konsep mana- garis besarnya kriteria MBS tersebut meliputi:
jemen yang mula-mula dikembangkan oleh W. (1) output; output sekolah yang diharapkan
Edwards Deming, seorang ahli fisika Amerika adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh
yang kemudian, dikenal sebagai bapak proses pembelajaran dan manajemen sekolah.
manajemen kualitas. Output sekolah diklasifikasikan menjadi dua
Etwar (2011) mengemukakan 5 definisi yaitu prestasi akademik (academic achieve-
mutu menurut tokohnya masing-masing: (1) ment) dan prestasi non-akademik (non-aca-
Philip B. Crosby, mutu adalah kesesuaian demic achievement), (2) proses; karakteristik
terhadap persyaratan atau keunggulan yang proses adalah: (a) proses belajar mengajar
dipublikasikannya, seperti jam tahan air, yang efektivitasnya tinggi, (b) kepemimpinan
sepatu yang awet, atau dokter yang ahli. sekolah yang kuat, (c) lingkungan sekolah
Pendekannya adalah top-down; (2) W. Edwards yang aman dan tertib; (d) pengelolaan tenaga
Deming, mutu berarti pemecahan masalah kependidikan yang efektif, (e) sekolah memi-
untuk mencapai penyempurnaan terus- liki budaya mutu, (f) sekolah memiliki team-
menerus, seperti penerapan ‘Kaizen’ di Toyota work yang kompak, cerdas, dan dinamis, (g)
dan ‘gugus kendali mutu’ pada Telkom. sekolah memiliki kewenangan (kemandirian),
Pendekatannya adalah bottom-up. Deming (h) partisipasi yang tinggi dari warga sekolah
juga tokoh yang menelurkan prinsip Total dan masyarakat, (i) sekolah memiliki keterbu-
Quality Management yang dipakai di seluruh kaan (transparansi) manajemen, (j) sekolah
dunia hingga sekarang; (3) Joseph M. Juran, memiliki kemauan untuk berubah (psikologis
mutu adalah kesesuaian dengan penggunaan, dan pisik), (k) sekolah melakukan evaluasi dan
seperti sepatu yang dirancang untuk olahraga perbaikan secara berkelanjutan, (l) sekolah
atau sepatu kulit yang dirancang untuk ke responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan,
kantor atau ke pesta. Orientasi Juran adalah (m) memiliki komunikasi yang baik, (n) sekolah
penentuan harapan pelanggan; (4) Ishikawa, memiliki akuntabilitas, (o) manajemen lingku-
mutu berarti kepuasan pelanggan; (5) ISO ngan hidup sekolah bagus, (p) sekolah memi-
9000:2000, mutu adalah derajat/tingkat liki kemampuan menjaga sustaina-bilitas, (3)
karakteristik yang melekat pada produk yang input; input pendidikan karakteristiknya adalah:
mencukupi persyaratan atau keinginan. (a) memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran
Arcaro (2007:8-10) menyatakan bahwa mutu yang jelas, (b) sumberdaya tersedia dan
Joseph M. Juran juga diakui sebagai salah siap, (c) staf yang kompeten dan berdedikasi
seorang bapak mutu. Juran menyebut mutu tinggi, (d) memiliki harapan prestasi yang
sebagai tepat untuk pakai, dan menurutnya tinggi, (e) fokus pada pelanggan (khususnya
Satriawan, Mirza. 2008. Sistem Pendidikan Syafie, Inu Kencana., Jamaluddin Tanjung.,
dalam Ideologi Sekuler-Kapitalisme: Supar dan Modeong. 1999. Ilmu Admi-
Studi kasus Sistem Pendidikan nistrasi Publik. Jakarta: Rineka Cipta.
Amerika. (Online), (http://taukhid.
wordpress.com/2008/08/22/sistem- Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. 2003.
pendidikan-dalam-ideologi-sekuler- Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
kapitalisme-studi-kasus-sistem-
pendidikan-amerika/) Diakses (9 Undang-Undang No. 25Tahun 2009. Pelaya-
Februari 2011) nan Publik. Jakarta: AM Asa Mandiri.
Sinambela, P.L. 2008. Reformasi Pelayanan Usman, H. 2008. Manajemen Teori Praktik &
Publik: Teori, Kebijakan dan Imple- Riset Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta:
mentasi. Jakarta: Bumi Aksara. Bumi Aksaara.
*********