You are on page 1of 12

JLK Scenario 2 Blok C.

Kelompok 18
Anggota:
Heridha Putri 15/383064//KU/18264
Alyssa Nooraini 17/414398/KU/20079
Fadhlurrahman Irsyad 18/423860/KU/20500
Mizanulhaq Salim A. A. 18/423874/KU/20514
Adjie Moehammad D. 18/427134/KU/20739
Fandi Hendrawan 18/427159/KU/20764
Muhammad Ahnaf R. H. P. 18/427174/KU/20779
Nurul Azizah K. 18/427185/KU/20790
Rayhani Erika Putri 18/429950/KU/20927
Zylva Zavarayana 18/429964/KU/20941
Don’t Worry, I’ll be There

A 72-year-old poor unmarried man who lives alone was re-admitted to a primary
health care with hospitalization due to recurrent fever (39ºC), malaise, and anorexia. After
being retired he has sedentary life. He takes a piece of bread every morning. He hopes that
his nephew who lives in another city can visit him as frequent as possible, but his nephew is
very busy.
Two weeks ago he was suffering from red scaly patches on almost all over his body
and ulcers on his back and thigh. And this was the fifth times relapse. The primary care
doctor asses that he had severe dehydration and serious skin disorder. First, he was given
multiple drugs (antipyretic, antibiotic, multivitamin, appetizer and antipruritic) and was
advised to drink sufficiently. Since the disease has not recovered after five days, then he was
referred to hospital. Unfortunately on the third day he developed bilateral pneumonia.

Step 1
- Bilateral pneumonia = pneumonia di dua paru-paru

Step 2
1. Apa penyebab bilateral pneumonia pada pasien tersebut?
2. Apakah penyakit yang diderita pasien hanya satu saja atau kumpulan banyak penyakit?
3. Apa pengaruh sedentary life pada kondisi kesehatan pasien?
4. Apa penyakit kulit yang sering diderita pada lansia?
5. Kenapa dapat muncul red scaly patches di seluruh tubuh pasien?
6. Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia di seluruh sistem?
7. Apa pengaruh penuaan pada sistem imun?
8. Apa diagnosis yang diderita oleh pasien?
9. Apa diagnosis banding bagi penyakit pasien?
10. Apa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pasien?
11. Apakah treatment yang sesuai dari diagnosis pasien?
12. Apakah ada batasan obat bagi lansia dari yang diberikan di skenario?
13. Apa akibat dari pemberian multiple drug pada lansia?
Step 3 dan 4
1. Apa penyebab bilateral pneumonia pada pasien tersebut?
● Karena hospital acquired pneumonia, bisa juga dari sebelum itu karena sudah ada
recurrent fever.
● Lansia lebih mudah kena bilateral pneumonia karena ototnya udah lemah,
kemoreseptor berkurang, alveoli membesar, dan elastisitasnya menurun. Karena
dirawat di rumah sakit, jadi rentan terkena bakteri sehingga terkena pneumonia.
● Community acquired pneumonia karena sebelumnya udah ada anoreksi dan demam
kambuhan.
2. Apakah penyakit yang diderita pasien hanya satu saja atau kumpulan banyak
penyakit?
Lebih dari satu penyakit, minimal dua.
3. Apa pengaruh sedentary life pada kondisi kesehatan pasien?
Sedentary lifestlye = kurang gerak, makan berlebihan, sehingga terjadi dislipidemia,
diabetes, dan hipertensi. Karena ada kurang gerak, jadi mudah terkena pressure ulcer atau
ulkus dekubitus. Ada kurang gerak, tulang lebih rentan sehingga mudah terkena
osteonecrosis atau osteoporosis.
4. Apa penyakit kulit yang sering diderita pada lansia?
Kulit lansia elastin dan kolagen berkurang, sehingga lebih mudah pressure ulcer.
Kulit lansia lebih mudah dehidrasi sehingga mudah terkena infeksi selulitis.
5. Kenapa dapat muncul red scaly patches di seluruh tubuh pasien?
Karena pada lansia elastin dan kolagen berkurang serta lebih mudah dehidrasi.
Adanya infeksi di epidermis
6. Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia di seluruh sistem?
Sistem imun.
Fungsi kognisi → terjadi penurunan jumlah densitas sel, impuls lebih lambat.
Vaskular → elastisitas berkurang, lebih kaku, sehingga kemungkinan hipertensi
meningkat. Hipertensi membuat kerja cardiovascular meningkat, fungsi cardiovascular
menurun, Cardiac Output dan Heart Rate menurun.
Kardiovaskular → adanya terjadi penurunan Cardiac Output dan Heart Rate.
Sistem renal → terjadi penurunan, efek dari hipertensi, perempuan pasca menopause
mudah hipertensi karena kekurangan aliran darah ke ginjal.
Tulang → perempuan ada penurunan estrogen, penyerapan kalsium berkurang sehingga
mudah terkena osteoporosis.
Genitourinary → kapasitas vesica urinaria menurun, otot sphincter menurun sehingga
mudah inkontinensia. Laki-laki mudah terjadi BPH .
GI tract → terjadi penurunan sekresi dari lambung, jadi kurang asam, penurunan aliran
darah ke hepar.
7. Apa pengaruh penuaan pada sistem imun?
Pada lansia terjadi penurunan sistem humoral responsif, ada peningkatan autoantibodi.
Pada anak ada timus. Ketika makin tua, fungsi timus berkurang (menghilang/regresi).
Karena timus berperan dalam sistem imun, ini menyebabkan sistem imun menurun.
8. Apa diagnosis yang diderita oleh pasien?
Pneumonia, selulitis, atau ulcer decubitus.
9. Apa diagnosis banding bagi penyakit pasien?
Toxic shock syndrome, erythrasma, congestive heart failure (jantung kanan), atau SLE.
10. Apa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pasien?
Chest X ray → untuk memastikan apakah ada pneumonia.
CRP → memastikan adanya infeksi atau enggak.
Ureum/creatinin
GDS
ANA test → untuk eksklusi SLE.
qSOFA score → untuk ngelihat ada sepsis atau enggak, dan disfungsi organ.
11. Apakah treatment yang sesuai dari diagnosis pasien?
Obat kausatif, antibiotik, atau obat somatik.
12. Apakah ada batasan obat bagi lansia dari yang diberikan di skenario?
Jika ada kontraindikasi, harus dipertimbangkan pemberian obatnya, apakah berinteraksi
dengan obat lain. Jika muncul efek samping, dihentikan.
13. Apa akibat dari pemberian multiple drug pada lansia?
Inkontinensia urin, impairment cognitive, kehilangan keseimbangan → jatuh, fraktur,
geriatric syndrome.
LO
1. Apa pengaruh sedentary life pada kondisi kesehatan pasien?
Proses penuaan pada lansia melibatkan perubahan aspek fisiologis, psikologis, dan sosial.
Penuaan bukan merupakan kejadian tunggal, namun merupakan gambaran keseluruhan
dari efek yang terjadi pada tingkat molekuler, seluler, dan jaringan. Akibatnya lansia
mengalami perubahan pada setiap fungsi tubuh, seperti fungsi pernapasan, fungsi
pencernaan, fungsi penglihatan, fungsi pendengaran, fungsi pengecapan, gangguan alat
gerak, serta kemampuan mengingat yang menurun. Perubahan fisiologis yang dialami
oleh lansia terjadi pada seluruh sistem organ, seperti sistem kardiovaskuler, ginjal,
gastrointestinal, pernapasan, dan neuromuskuler. Kesehatan pada lansia berpengaruh
terhadap pola hidup. Gaya hidup yang tidak sehat (sedentary lifestyle) dapat
mempengaruhi sistem tubuh. Salah satunya terjadi perubahan sistem gastrointestinal
dapat berpengaruh terhadap permasalahan gizi pada lansia dikarenakan oleh menurunnya
efektivitas utilisasi zat-zat gizi.

Malnutrisi pada lansia secara garis besar berkaitan dengan pola konsumsi dan gaya hidup
lansia sewaktu masih muda yang akan memanifestasi kesehatan pada saat tua. Tetapi
secara rinci malnutrisi pada lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
karakteristik demografi terkait dengan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, serta
status perkawinan. Apabila pola konsumsi yang berlebih yang tidak di imbangi dengan
aktifitas fisik menyebabkan penumpukan kalori berlebih didalam tubuh yang kemudian
akan diubah menjadi lemak sehingga menyebabkan kegemukan. Lansia dengan obesitas
cenderung mudah terkena penyakit hipertensi, jantung, diabetes mellitus, stroke dan
sebagainya. Sedangkan lansia dengan keadaan kurang gizi dapat dikarenakan oleh
beberapa perubahan pada diri lansia misalnya pengetahuan mengenai gizi yang kurang,
faktor ekonomi yang rendah, nafsu makan yang menurun, keadaan gigi yang ompong,
menurunnya indera penciuman dan indera pengecap sehingga rasa makanan menjadi
tidak enak, gangguan pernafasan, gangguan saluran pencernaan.

2. Apa penyakit kulit yang sering diderita pada lansia?


A. Xerosis
● Karakteristik dari xerosis adalah kering, kulit pecah-pecah dan terdapat fisura
dengan scaling.
● Predileksi terjadinya xerosis pada lansia adalah di tangan.
● Xerosis banyak terjadi pada usia lansia karena adanya perubahan proses
keratinisasi dan berkurangnya lemak pada stratum corneum.
B. Pruritus
● Karakteristik dari pruritus ada gatal dan menimbulkan inflamasi.
● Gatal dapar disebabkan dari teriduksinya histamin. Gatal dapat menyebabkan
keinginan untuk menggaruk yang menyebabkan ternyantai respon inflamasi
● Priuritis adalag kondisi penyakit kulit tersering pada lanisia.
● Dapat juga disebabkan karena psychogenic.
● Faktor resiko lainya adalah xerosis, arau adanya penyakit metabolic seperti
renal failure, HIV, diabetes mellitus.
C. Eczematous Dermatitis
● Beberapa kategori yang termasuk eczematous dermatitis adalah: Asteatotic
eczema, nummular eczema, seborrheic dermatitis, gravitational eczema, and
autoeczematization eczema.
● Karakteristik eczematous dermatitis adalah: pruritis, coin-shaped lesion dan
dapat berkembang menjadi scales.
● Predileksi tersering terjadinya eczematous dermatitis adalah di kaki, ekstremitas
atas dan tubuh.
D. Purpura
● Karakteristik dari purpura adalah adanya ecchymosis atau adanya kemerahan
pada kulit, membrane mukosa, atau permukaan serosal.
● Purpura dapat disebabkan oleh menurutnya jumlah platelet, abnormalitas
platelet, trauma atau reaksi obat.
E. Necrotizing fascitiitis
● Karakteristik dari necrotizing fasciitis adalah adanya kemerahan, nyeri tekan
yang cepat membesar. Terbentuk bullae hemorrhagic dan diikuti nekrosis.
● Dapat mengakibatkan malaise, dan demam tinggi.
F. Lentigo maligna
● Kanker melanosit yang sering terjadi pada daerah tubuh/wajah yang sering
terkena matahari
● Karakteristik lentigo maligna adalah makula berpigmen ireguler dengan warna
yang bervariasi seperti cokelat, hitam, merah atau putih.
G. Dermatitis
Pada penelitian Darjani et al, dikatakan bahwa prevalensi dermatitis pada elderly
yaitu 16,6%, dan pada penelitian menunjukkan 58%. Contact Dermatitis (paling
sering di dermatitis) yang merupakan delayed-type hypersensitivity reaction to an
antigen (alergen) yang bersentuhan dengan kulit.

H. Cutaneous malignant tumors

Pada penelitian Darjani et al, dinyatakan sebanyak 15,4% dan sering pada laki laki.
Karsinoma sel basal adalah kanker kulit yang paling umum (~ 75%) dan
berhubungan dengan paparan sinar ultraviolet kronis.

I. PITYRIASIS ROSEA
● Lesi berupa bercak kemerahan berbentuk oval, multipel, halus, garis panjang
sesuai dengan garis Langer, dan dapat sembuh sendiri/regresi spontan dalam
6-12 minggu, tetapi akan meninggalkan patch hipopigmentasi. Penyebabnya
belum diketahui, tetapi kemungkinan besar virus.
● Terdapat tampakan Herald’s patch/lesi besar yang dikelilingi lesi baru yang
lebih kecil dan menyebar di sekitarnya (tampakan ini disebut pola
corymbiform). Bisa sampai mencakup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak
tangan kaki. Lesi ini cendurung muncul di area yang tertutup pakaian. Banyak
di area punggung→ tree form appearance.
● Terapi: simptomatik, steroid, eritromisin sistemik, fototerapi UVB.
J. PITYRIASIS RUBRA PILARIS
● Lesi ini jarang ditemukan. Merupakan penyakit familial yang diturunkan secara
autosomal dominan, atau bisa karena defisiensi vitamin A. Peningkatan
epidermopoiesis 2-3 kali normal.
● Manifestasi klinis:
- Lesi baru = mulai muncul dari telapak tangan,punggung tangan, dan area
kepala (seborrhoiformis)
- Papul erythrosquamous follicular bergabung menjadi satu
- Lesi lama = hampir mencakup seluruh tubuh sampai terdapat tampakan
“pulau-pulau kulit normal”, karena sedikitnya bagian kulit yang masih
normal.
- Telapak kaki menebal membentuk “keratoderm sandal” berwarna
kekuningan.
- Hiperkeratosis difus pada telapak tangan. Perubahan pada kuku tidak
spesifik.
K. DERMATITIS EXFOLIATIVA
● Merupakan penyakit kulit eruptif yang mengenai seluruh tubuh, kulit bersisik,
dan berwarna kemerahan. Penyebabnya adalah karena adanya
dermatosis/penyakit kulit yang eruptif, seperti psoriasis/penyakit
erythrosquamous lain, dermatitis (atopik, seboroik, kontak), erupsi obat,
keganasan (cutaneous lymphoma), ichtyosis, pemphigoid bullosa.
● Manifestasi klinisnya berupa eritema yang menyeluruh dan bersisik. Disertai
juga limfadenopati, ektropion, edema pada ekstremitas bawah, kadang disertai
demam, hipoproteinemia, leukositosis, penurunan kadar Ca pada serum.
● Manajemen yang dilakukan sesuai dengan penyebabnya, sebagian besar
menggunakan steroid sistemik, fototerapi UVA + psoralen (PUVA), UVB, agen
cytostatic, asam retinoid. Edukasi kontrol diet dengan kalori dan protein tinggi,
keseimbangan cairan, dan manajemen gatal.

3. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada pasien?


A. Diagnosis
● Pneumonia
● Selulitis
● Decubitus Ulcer
B. Diagnosis Banding
● Hospital Acquired Pneumonia : Atelectasis, Gagal jantung, Kelebihan cairan,
perdarahan alveolar, penyakit interstisial, ARDS, emboli arteri pulmonal.
● Cellulitis : Erysipelas, namun ada yang menganggap penyakit ini merupakan
jenis selulitis, Chronic venous stasis dermatitis, Necrotizing fasciitis, septic
arthritis, Deep vein thrombosis (DVT).
● Decubitus Ulcer : Ulkus diabetikum, ulkus vena, Pyoderma Gangrenosum,
Osteomyelitis.

4. Apa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pasien?


A. Pneumonia : Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
radiologi, kultur, dan serologi. Diagnosis pneumonia pada lansia lebih sulit
dilakukan jika dibandingkan dengan diagnosis pneumonia pada dewasa. Semakin
tua usia, semakin jarang ditemukannya tanda klasik pneumonia. Pemeriksaan
radiologi untuk diagnosis pneumonia pada lansia memiliki spesifitas yang lebih
rendah, hal ini diakibatkan karena penyakit seperti COPD, gagal jantung, dan
keganasan dapat menunjukkan hasil yang mirip dengan pneumonia (infiltrat alveolar
dan interstitial). Pemeriksaan gram dan kultur juga lebih sulit dilakukan karena
produksi sputum yang sedikit serta kemampuan batuk yang berkurang. Pemeriksaan
serologi masih kontroversial.
B. Selulitis : Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan pada pasien dengan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada selulitis. Pemeriksaan
laboratorium yang mungkin dapat membantu adalah complete blood count. Terdapat
kenaikan angka leukosit. Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal membantu dalam
menentukan pilihan terapi. Kultur bula, pustul, atau ulkus dapat dilakukan karena
tidak invasif dan dapat memberikan informasi yang baik. Biopsi kulit jarang
dilakukan. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk membedakan selulitis
dengan penyakit lain.
C. Ulcer decubitus : Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan Laboratorium, Radiologi, dan Kultur Jaringan. Pemeriksaan
Laboratorium bertujuan untuk melihat adanya tanda infeksi serta status nutrisi
pasien. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan adalah complete blood count,
albumin, prealbumin, transferin, dan serum protein. Kultur jaringan tidak rutin
dilakukan karena ini merupakan uji yang dilakukan apabila tidak terdapat tanda
penyembuhan atau persistensi infeksi. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk
melihat kerusakan jaringan yang ditimbulkan dari tekanan eksternal serta
tanda-tanda osteomyelitis, biasanya berupa CT scan dan MRI.

5. Apakah treatment yang sesuai dari diagnosis pasien?


Terapi pneumonia pada usia lanjut : beberapa patogen penyebab pneumonia pada
lansia adalah Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella
pneumoniae. Lansia sangat rentan mengalami pneumonia tetapi memiliki gejala tidak
khas yang berbeda pada pasien yang lebih muda. Pada Community Acquired Pneumonia
digunakan suatu kriteria khusus dengan sistem skor CURB-65 dengan masing masing
item penilaian bernilai 1 jika total skor 0-1 maka pasien bisa dirawat jalan, jika skor 2
pasien bisa dirawat inap, jika skor 3 harus dirawat inap, sementara untuk skor 4-5 pasien
harus dirawat di ruang intensif.

Pada pneumonia nosokomial atau Hospital Acquired Pneumonia dapat diberikan


beberapa antibiotik seperti berikut ini :
Sering kali pasien pada usia lanjut, pasien memiliki beberapa komorbid seperti penyakit
ginjal sehingga dosis pengobatan pada lansia harus disesuaikan dengan fungsi ginjal.
beberapa dosis obat yang bisa digunakan diantaranya :
Referensi

Bailey, E., and Kroshinsky, D., 2011. Cellulitis: diagnosis and management. Dermatologic
therapy, 24(2), pp.229-239.

Darjani, A., Mohtasham-Amiri, Z., Mohammad Amini, K., Golchai, J., Sadre-Eshkevari, S.,
and Alizade, N., 2013. Skin disorders among Elder patients in a referral center in
NORTHERN Iran (2011). Dermatology Research and Practice, 2013(193205).
https://doi.org/10.1155/2013/193205

Darmojo, B., and Martono, H., 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Fein, A. M., 1999. Pneumonia in the elderly: overview of diagnostic and therapeutic
approaches. Clinical infectious diseases, 28(4), pp.726-729.

Guyton, A. C., and Hall, J. E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EG.

Jindal, R., Jain, A., Roy, S., Rawat, S. D., and Bhardwaj, N., 2016. Skin Disorders Among
Geriatric Population at a Tertiary Care Center in Uttarakhand. Journal of clinical and
diagnostic research : JCDR, 10(3), WC06–WC8

Maryam, S., et al., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Roza, M., 2019. Terapi Pneumonia Antibiotika pada Usia Lanjut. Padang. Jurnal kesehatan
Andalas.

Weber, T. M., Kausch, M., Rippke, F., Schoelermann, A. M., and Filbry, A. W., 2012.
Treatment of xerosis with a topical formulation containing glyceryl glucoside, natural
moisturizing factors, and ceramide. The Journal of clinical and aesthetic dermatology,
5(8), 29–39.

You might also like